SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KREDIT USAHA RAKYAT ( KUR ) TERHADAP PRODUKTIVITAS HASIL PANEN PADI DI KECAMATAN AIR PUTIH
KABUPATEN BATUBARA
OLEH
JULIANA MANURUNG 110501042
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap produktivitas hasil panen padi di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara pada tahun 2015 dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan data primer dengan kuisioner dan wawancara terhadap 40 responden yang terdiri dari petani padi di Kecamatan Air Putih .
Hasil dari penelitian ini yaitu pengaruh Kredit Usaha Rakyat mampu meningkatkan penambahan luas lahan, peningkatan produksi padi yang dihasilkan dan meningkat juga produktivitas hasil tanaman padi di Kecamatan Air Putih. Sehingga pemberian Kredit Usaha Rakyat memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas tanaman padi.
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence of the Kredit Usaha Rakyat (KUR) on the productivity of the rice harvest in the Kecamatan Air Putih in 2015 by using qualitative descriptive analysis. By using purposive sampling method, this study uses primary data with questionnaires and interviews with 40 respondents consisting of rice farmers in the Kecamatan Air Putih.
Results from this research that the influence of the Kredit Usaha Rakyat able to increase the addition of land area, the resulting increase in rice production and also increase productivity of rice plants in the Kecamatan Air Putih. So that the people's business credit have a positive influence on the increased productivity of rice plants.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat, serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Tingkat produktivitas Hasil Panen Padi di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Pardomuan Manurung dan Magdalena Panjaitan atas cinta, kasih, sayang, doa dan seluruh dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec. selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin S, S.E., M.Ec, sebagai dosen pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Drs. Raina Linda Sari, M.Si dan Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi koreksi, arahan, dan masukannya dengan sabar untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2011 serta kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.
Medan, Mei 2015
DAFTAR ISI
2.2.7 Pengaruh KUR Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 19
2.8 Pengertian Produktivitas ... 29
2.8.1 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ... 30
2.8.2 Cara Mengukur Produktivitas ... 31
2.9 Tantangan Petani Dalam Peningkatan Produktivitas Komoditas pertanian Padi Sawah ... 32
2.10 Penelitian Terdahulu ... 34
2.11 Kerangka Konseptual ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
3.4 Defenisi Operasional ... 38
3.5 Ukuran Sampel... ... 38
3.6 Jenis dan Analisis Pengumpulan Data ... 39
3.6.1 Jenis Data ... 39
3.6.2 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.6.3 Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Daerah Penelitian... 42
4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Air Putih ... 43
4.1.2 Iklim ... 43
4.1.3 Demografis ... 43
4.1.4 Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah 45 4.2 Karateristik Responden ... 45
4.2.1 Deskripsi Responden ... 46
4.3 Pengaruh KUR Terhadap Peningkatan Luas Lahan Petani Padi dan Produksi Padi di Kecamatan Air Putih 51 4.4 Pengaruh KUR Terhadap Produktivitas Padi di Kecamatan Air Putih ... 54
4.5 Persepsi Petani Padi tentang Keberadaan Penggunaan KUR di Kecamatan Air Putih ... 56
4.6 Hasil Uji – t ( Parsial)... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Neraca Produksi Padi dan Kebutuhan Beras
di Kabupaten Batubara ... 3 1.2 Luas Panen Bersih Tanaman Padi di Kabupaten
Batubara Tahun 2010 ... 5 1.3 KUR Yang di Salurkan Untuk Pertanian yang di
Berikan Bank Umum dan BPR di Kecamatan Air Putih 6 4.1 Luas Wilayah Desa di Kecamatan Air Putih 2014... 42 4.2 Proyeksi Penduduk Desa di Kecamatan Air Putih
Tahun 2010 – 2013 ... 44 4.3 Karateristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 45 4.4 Hubungan Lamanyan menjadi Petani Padi dengan
Tingkat Produksi Padi yang di Hasilkan Setelah
Menerima KUR ... 47 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Usia ... 48 4.6 Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 49 4.7 Karateristik Responden Berdasarkan Permasalahan
Dominan yang paling sering dihadapi... 50 4.8 Jumlah Luas Lahan Sebelum dan Setelah Memperoleh KUR 52 4.9 Jumlah Produksi Padi Sebelum dan Setelah Memperoleh
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap produktivitas hasil panen padi di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara pada tahun 2015 dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan data primer dengan kuisioner dan wawancara terhadap 40 responden yang terdiri dari petani padi di Kecamatan Air Putih .
Hasil dari penelitian ini yaitu pengaruh Kredit Usaha Rakyat mampu meningkatkan penambahan luas lahan, peningkatan produksi padi yang dihasilkan dan meningkat juga produktivitas hasil tanaman padi di Kecamatan Air Putih. Sehingga pemberian Kredit Usaha Rakyat memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas tanaman padi.
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence of the Kredit Usaha Rakyat (KUR) on the productivity of the rice harvest in the Kecamatan Air Putih in 2015 by using qualitative descriptive analysis. By using purposive sampling method, this study uses primary data with questionnaires and interviews with 40 respondents consisting of rice farmers in the Kecamatan Air Putih.
Results from this research that the influence of the Kredit Usaha Rakyat able to increase the addition of land area, the resulting increase in rice production and also increase productivity of rice plants in the Kecamatan Air Putih. So that the people's business credit have a positive influence on the increased productivity of rice plants.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang. Kesejahteraan penduduk Indonesia dapat dikatakan masih tergolong rendah. Keadaan ekonomi Indonesia yang masih dalam tahap pertumbuhan menjadikan
kesejahteraan penduduk Indonesia sangat perlu untuk ditingkatkan. Masyarakat pada umumnya ingin mendapatkan kehidupan yang layak setiap harinya.
Masyarakat selalu berusaha mengerjakan pekerjaan yang dapat memenuhi dan mencukupi kehidupan mereka. Lapangan kerja yang menjadi wadah bagi penduduk untuk meningkatkan kesejahteraan belum mampu untuk menampung
seluruh angkatan kerja yang ada. Pendapatan yang layak sangat diharapkan oleh seluruh masyarakat, sebab dengan pendapatan yang baik maka setiap kebutuhan
keluarga dapat dipenuhi. Banyak usaha mikro dan kecil yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan seperti: berdagang, bertani, berternak, dan lain-lain.
Pertanian padi adalah salah satu mata pencaharian masyarakat pada umumnya. Sampai saat ini pertanian padi sebagai salah satu sektor andalan bagi
perekonomian negara kita. Pembangunan pada sektor pertanian merupakan kebutuhan pokok berupa bahan pangan utama khususnya beras semakin tahun akan semakin meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk dan
juga telah banyak membantu meningkatkan hasil pertanian. Namun disisi lain kelompok tani sebagian besar nampaknya kurang mampu untuk menghimpun dana atau modal untuk dapat memenuhi kebutuhanya dalam berusaha tani,
khususnya dalam penyediaan sarana produksi yang tepat jumlah dan tepat waktu. Tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh rumah tangga petani di Indonesia
adalah padi sebagai penghasil beras. Di Indonesia, beras merupakan mata dagangan sangat penting, sebab beras merupakan bahan makanan pokok dan merupakan sumber kalori bagi sebagian besar penduduk. Sebagian besar
masyarakat masih tetap menghendaki agar pasokan beras tersedia sepanjang waktu, terdistribusi secara merata dan harganya stabil serta terjangkau.
Namun, pada umumnya usaha pertanian padi masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan-lahan yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya itu sendiri, bahkan kadang-kadang tidak mencukupi. Keadaan sumber daya manusia yang berada disektor ini masih memprihatinkan karena
sebagian besar masih tergolong berkualitas rendah. Pembangunan pertanian padi pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani padi. Dengan upaya ini maka, sektor pertanian padi layak dijadikan sumber sektor
andalan ekonomi secara nasional termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000). Adanya
perkembangan terus menerus dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang begitu pesat, memungkinkan meningkatnya produksi baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Meskipun demikian, peningkatan produksi ini masih terus
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat semakin berat dan kompleks. Salah satu faktor yang penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian padi yaitu dengan memberikan bantuan modal atau pinjaman (kredit)
pada petani padi.
Daerah Kabupaten Batubara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Masyarakat di Kabupaten Batubara bermata pencaharian sebagai bertani padi. Dengan kegiatan cocok tanam tersebut,
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan pangan, kabupaten Batubara mempunyai peranan penting khususnya dalam
menjaga ketahanan pangan di Sumatera Utara.
Tabel 1.1
Neraca Produksi Padi dan Kebutuhan Beras di Kabupaten Batubara
Indikator Tahun
2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
Luas Panen (Ha) 30.677 33.193 37.546 34.224
Produksi Padi (Ton) 169.921,00 197.717,00 221.217,40 171.462,24
Produktifitas (Ku/Ha) 55,39 59,60 58,92 50,10
Produksi Beras (Ton) 107.390,07 124957,14 139.809,40 108.363,74 Jumlah Penduduk (Jiwa) 373.836 380.570 389.510 375.885 Kebutuhan Beras ( Ton) 51.824,88 52.758,42 53.997,77 52.108,94 Surplus Beras (Ton)* 55.565,19 72.198,72 85.811,63 56.254,80 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Batubara
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa tiap tahun luas panen bertambah tetapi produksi padi tidak naik melainkan turun sehingga produktivitas padi juga
tiap tahunnya turun. Karena produktivitas padi diukur dengan adanya perbandingan antara produksi padi yang dihasilkan dengan luas lahan yang
mengakibatkan petani susah untuk meningkatkan produksi padi. Iklim juga sangat mempengaruhi produksi padi, ketika musim hujan kemungkinan akan terjadi padi tidur dan banjir sehingga sebagian lahan akan gagal panen.
Berdasarkan data tabel diatas, selama periode tahun 2007 - 2010 daerah ini mengalami surplus beras mencapai ribuan ton. Pada tahun 2010, dengan luas
panen sebesar 34.224 ha produksi beras sebesar 108.363,74 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi beras adalah 52.108,98 ton sehingga surlus beras sebesar 56.254,80 ton. Artinya kabupaten Batubara menjadi penyumbang dalam
memenuhi kebutuhan beras untuk daerah lain.
Kabupaten Batubara terdiri atas 7 kecamatan, salah satunya adalah
Kecamatan Air Putih. Penduduk di Kecamatan Air Putih pada umumnya bermata pecaharian sebagai Petani Padi. Dengan bertani padilah, masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kecamatan Air putih juga mempunyai luas
panen bersih padi yang paling luas dibandingakan Kecamatan lainnya di Kabupaten Batubara seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.2
Luas panen Bersih Tanaman Padi di Kabupaten Batubara Tahun 2010
NO. Kecamatan Luas Panen Bersih Tanaman Padi ( Ha)
Sumber : Hasil pengolahan SIMTP BPS Kabupaten Asahan dan Dinas Pertanian Kabupaten Batubara
Dapat dilihat secara umum besarnya total luas panen bersih tanaman padi di Kabupaten Batubara pada tahun 2010 adalah sebesar 34.224 Hektar. Bila dilihat
ada di Batubara, maka kecamatan Air Putih memilki luas panen bersih padi yang paling luas yakni 8620 hektar atau proporsinya sebesar 25,19% dari total luas panen bersih padi di kabupaten ini.
Dalam pengelolaan tanaman padi diketahui masyarakat di Kecamatan Air Putih masih terdapat hambatan-hambatan dalam meningkatkan produktifitas
tanaman padinya. Yang mana luas lahan yang digunakan masih sempit sehingga mempengaruhi produksi padi sehinggan produktivitas padi berkurang. Dalam pemeliharaan tanaman padi sangat dibutuhkan biaya operasional yang tinggi atau
modal yang cukup. Karena tiap tahunnya biaya operasional tanaman terus meningkat dan juga semakin banyaknya hama ataupun penyakit pada tanaman
padi sehingga masyarakat Kecamatan Air Putih sulit untuk mendapatkan hasil panen yang memuaskan . Setelah diketahui dilapangan bahwa hambatan yang paling banyak dihadapi petani padi yaitu kurangnya modal untuk meningkatkan
hasil panen padi dengan memberikan pinjaman atau kredit pada petani padi.
Faktor inilah yang menjadi pemicu atau hambatan dalam meningkatkan
produktifitas. Lembaga kredit jelas sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang membutuhkan modal dalam melakukan kegiatan cocok tanam tersebut. Banyak jenis-jenis kredit yang menawarkan bantuan modal bagi masyarakat mulai dari
bank, lembaga non bank maupun dari lembaga-lembaga lainnya. Salah satu kredit yang digunakan masyarakat di Kecamatan Air Putih adalah Kredit Usaha
Rakyat(KUR).
Tabel 1.3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Yang Di Salurkan Untuk Pertanian Yang Diberikan Bank Umum Dan BPR
Di Kecamatan Air Putih
Sumber : Bank Indonesia cabang Medan
Data diatas menunjukan tahun 2012 adalah dimana pertanian
mendapatkan kredit usaha rakyat yang paling banyak yaitu sebesar Rp61.000.000, dan dikuti tahun 2011 sebesar Rp 58.000.000. Menurut penulis,
alasan meningkatnya KUR yang disalurkan untuk pertanian adalah karena semakin banyaknya petani padi yang membutuhkan biaya untuk meningkatkan produksi padi. Dana KUR yang diperoleh digunakan untuk menambah luas lahan
dan meningkatkan pemeliharaan padi.
Kredit Usaha Rakyat adalah kredit/ pembiayaan kepada Usaha Mikro
Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Jenis kredit ini diluncurkan pada November 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dengan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pemerintah melalui percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Dalam
upaya untuk lebih mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dan sebagai kelanjutan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi.
Tahun Jumlah Yang Disalurkan
Dana KUR tersebut merupakan sepenuhnya dibiayai oleh perbankan. Melalui program Kredit Usaha Rakyat pemerintah mengharapkan adanya ekselerasi atau percepatan pengembangan kegiatan perekonomian dalam rangka
penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Jenis usaha yang dibiayai Kredit Usaha Rakyat meliputi perdagangan, pertanian,
komunikasi, restoran dan lain-lain. Kredit usaha Rakyat ( KUR) disalurkan oleh 7 Bank, yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank BNI Syariah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka timbul keinginan penulis untuk mempelajari dan mencoba menganalisa kedalam bentuk
skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Produktifitas Tanaman Padi Di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas,
penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan permasalahan. Adapun permasalahan yang dimaksud adalah:
1. Apakah luas lahan petani padi di Kecamatan Air Putih meningkat setelah
mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR)?
2. Apakah produksi padi petani padi di Kecamatan Air Putih meningkat
setelah mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah luas lahan petani padi di Kecamatan Air Putih meningkat atau menurun setelah mendapatkan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
2. Untuk mengetahui apakah produksi padi petani padi meningkat atau menurun setelah mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
3. Untuk mengetahui bagaimana produktivitas padi setelah mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ataupun sebelum mendapatkan KUR
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Menambah ilmu pengetahuan dan informasi khususnya mengenai
pengaruh pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap peningkatan hasil panen padi di Kecamatan Air Putih.
2. Sebagai pelengkap atau pembanding penelitian sebelumnya dan sebagai bahan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan proses
pembelajaran dan menambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Menurut Drs. OP. Simorangkir, kredit
adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada kehidupan yang akan datang.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian adanya kesepakatan antara bank sebagai kreditur dan nasabah penerima kredit sebagai debitur, dengan
perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan
bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat.
2.1.1 Tujuan Kredit
Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam perdagangan mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit
b. memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada c. melaksanakan kegiatan operasional bank
f. menambah modal kerja perusahaan
g. meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 2.1.2 Jenis-jenis Kredit
Dilihat dari macam jenis kredit yang dapat diajukan kepada bank, maka secara garis besar kredit tersebut dapat digolongkan kepada kredit tunai dan kredit
tidak tunai. Jenis kredit secara tunai dapat dibedakan yaitu secara umum, tujuan pembiayaan, jangka waktu, sektor ekonomi, sifat, jenis penggunaan, golongan debitur dan kebijaksanaan. Sedangkan jenis kredit non tunai yaitu dalam bentuk
pemberian bank garansi dan kredit berdokumen dalam rangka pembukaan letter of credit (L/C)( Djohan, 2000).
Secara keseluruhan dari jenis-jenis kredit dapat dibedakan yaitu : a. Jenis kredit secara umum
• Kredit komersial yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan
atau perorangan untuk tujuan komersial. Dengan mendapatkan fasilitas kredit
ini maka perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan yang sekaligus juga meningkatkan perolehan laba usaha
• Kredit konsumsi yaitu jenis kredit yang diberikan biasanya kepada
perorangan untuk tujuan konsumsi misalnya kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan dan lain-lain.
b. Jenis kredit berdasarkan tujuan pembiayaan
• Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan
atau perorangan untuk menambah modal kerjanya.
• Kredit investasi adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan
c. Dilihat dari segi jangka waktu, kredit dapat dibedakan :
• Kredit jangka pendek, yaitu kredit berjangka waktu sampai dengan satu
tahun, biasanya kredit modal kerja.
• Kredit jangka menengah, adalah kredit dengan jangka waktu diatas satu tahun
sampai dengan lima tahun biasanya kredit yang digunakan untuk pembelian kendaraan, peralatan dan mesin-mesin secara partial.
• Kredit jangka panjang, adalah kredit dengan jangka waktu diatas lima tahun,
yaitu kredit yang diberikan untuk pembiayaan pembangunan pabrik baru dan
pembiayaan proyek jangka panjang.
d. Kredit pembiayaan berdasarkan sektor ekonomi
• Kredit pertanian, adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor
pertanian termasuk perkebunan, perikanan, dan kehutanan.kredit dapat
diberikan dalam bentuk kredit modal kerja atau kredit investasi.
• Kredit pertambangan, adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor
pertambangan meliputi eksplorasi dan eksploitasi.
• Kredit perindustrian, adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan
pabrik-pabrik, manufaktur dari segala sektor.
• Kredit konstruksi adala kredit yang diberikan kepada kontraktor untuk
pembiayaan pembangunan proyek sampai dengan proyek selesai.
• Kredit perdagangan, restoran dan hotel adalah kredit yang diberikan untuk
membantu kebutuhan modal perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan lokal serta untuk restoran dan hotel-hotel.
e. Jenis penggunaan kredit
• Kredit usaha, adalah kredit yang digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk
• Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan untuk pembelian
barang-barang konsumsi bukan dalam bentuk usaha 2.2 Pengertian Kredit Usaha Rakyat ( KUR)
Kredit Usaha Rakyat yang disingkat dengan KUR adalah kredit atau
pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah
namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya
sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 7 bank
pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah . Kredit Usaha Rakyat ini diluncurkan pada November 2007
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pemerintah melalui percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM.
2.2.1 Tujuan dan Sasaran Program Kredit Usaha Rakyat
Tujuan Program KUR adalah untuk mempercepat pengembangan
sektor-sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. Pada dasarnya, KUR merupakan
modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Sasaran program KUR adalah
kemandiriannya pada kluster program sebelumnya. Harapannya agar kelompok masyarakat tersebut mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal seperti Bank, koperasi, BPR dan sebagainya.
Dilihat dari sisi kelembagaan maka sasaran KUR adalah UMKMK ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan koperasi). Sektor usaha yang diperbolehkan untuk
memperolrh KUR adalah semua sektor usaa produktif.
2.2.2 Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Ada tiga pilar penting dalam pelaksanaan program ini KUR, diantaranya
yaitu:
a. Pemerintah, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Departemen Teknis (Departemen
Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen lautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, dan Kementerian Koperasi dan UKM). Pemerintah berfungsi membantu dan mendukung pelaksanaan
pemberian berikut penjaminan kredit.
b. Lembaga penjaminan yang berfungsi sebagai penjamin atas kredit dan
pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan.
c. Perbankan sebagai penerima jaminan berfungsi menyalurkan kredit kepada UMKM dan Koperasi. Bertindak sebagai lembaga penjaminan dalam program
ini adalah PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT. Askrindo) dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo). Sedangkan
pihak ketiga yaitu Bank Penyalur terdiri dari enam Bank Umum dan tiga belas Bank Pembangunan Daerah (BPD)
2.2.3 Tingkat Bunga Kredit Usaha Rakyat
Kredit usaha rakyat terbagi atas 3 tingat pembagian suku bunga kredit.
kredit maksimal 22% per tahun, KUR Ritel dengan plafon dari Rp 20 Juta sampai dengan Rp 500 Juta dikenakan suku bunga kredit maksimal 13 per tahun, dan KUR Linkage dengan plafon sampai dengan 2 Milyar. Kur Linkage
biasanyabmenggunakan lembaga lain seperti Koperasi, BPR dan lembaga Keuangan non Bank.
2.2.4 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 135/PMK.05/2008 tentang fasilitas penjaminan kredit
usaha rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 10/PMK.05/2009. Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
135/PMK.05/2008 tentang fasilitas penjaminan kredit, Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah dalam penyaluran KUR adalah sebagai berikut : A. UMKM yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha produktif
yang Feasible namun belum Bankable dengan ketentuan:
1. Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapatkan kredit/
pembiayaan dari perbankan yang dibuktikan melalui Sistem Informasi Debitur ( SID) pada saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan dan belum pernah memperoleh fasilitas kredit program dari pemerintah.
2. Khusus untuk penutupan pembiayaan KUR antara tanggal nota kesepakatan bersama, penjaminan KUR dan sebelum addendum I
(tanggal 9 Oktober 2007 s.d. 14 Mei 2008), maka fasilitas penjaminan dapat diberikan kepada debitur yang belum pernah mendapatkan pembiayaan kredit program lainya.
B. KUR disalurkan kepada UMKM untuk modal kerja dan investasi dengan ketentuan:
1. Untuk kredit sampai dengan Rp 5 juta tingkat bunga kredit atau margin
pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar atau setara 20-21% efektif pertahun.
2. Untuk kredit diatas Rp 5 juta sampai dengan Rp 500 juta tingkat bunga kredit atau margin pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar atau setara 12-13% efektif pertahun.
3. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai
dengan asas-asas perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku
Menurut penulis kelayakan usaha adalah layak atau tidaknya suatu usaha
bisnis atau usaha untuk dijalankan. Kelayakan usaha adalah indikator bagi bank umum untuk menyalurkan kredit usaha kepada UMKM – UMKM yang bertujuan
untuk menghindari resiko kerugian dimasa yang akan datang, kerugian tersebut adalah macetnya pengembalian kredit usaha yang dilakukan UMKM yang akan merugikan pihak bank atau pihak manapun yang telah memberikan kredit
usahanya.
2.2.5 Persyaratan UMKM Dalam Menerima KUR
Dokumen legalitas dan perizinan yang minimal pada saat debitur mengajukanKUR kepada Bank:
1. Identitas diri nasabah, seperti KTP, SIM, Kartu Keluarga (SK) dll.
4. Catatan pembukuan atau laporan keuangan 5. Salinan bukti agunan.
2.2.6 Kendala Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Dalam pelaksanaanya terdapat berbagai kendala yang timbul dalam penyaluran KUR. Berbagai kendala tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Adanya persepsi yang keliru dimasyarakat bahwa KUR merupakan kredit yang dijamin sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam kenyataannya KUR merupakan kredit yang sumber dananya sepenuhnya dari bank. Karena persepsi
yang keliru tersebut, banyak debitur yang tidak memenuhi kewajiban membayar angsuran sampai dengan lunas sehingga menimbulkan kredit macet
yang cukup tinggi.
2. Banyak masyarakat mengangagap bahwa penyaluran KUR tanpa agunan selalu sebesar Rp 5 juta. Padahal penyaluran KUR harus disesuaikan dengan
kemampuan usaha agar debitur tidak terbebani dalam membayar angsuran. 3. Sesuai dengan ketentuan pemerintah yang diatur dalam peraturan Menteri
Keuangan No. 10 tahun 2009, KUR hanya bisa diberikan kepada calon debitur yang belum pernah mendapatkan kredit atau pembiayaan dari perbankan yang dibuktikan melalui SID. Dalam kenyataanya banyak calon debitur yang telah
mendapat kredit atau pembiayaan dari perbankan sehingga tidak bisa lagi dibayar dengan fasilitas KUR.
5. Untuk beberapa bank penyaluran KUR terkendala karena keterbatasan bank untuk menjangkau lokasi calon debitur yang relatif jauh sehingga penyebaran KUR masih belum merata dan terfokus dikota besar.
2.2.7 Pengaruh Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Program penyaluluran kredit untuk pengembangan usaha rakyat oleh
pemerintah, bekerjasama dengan perbankan merupakan langkah positif dalam upaya mempercepat pembangunan ekonomi kerakyatan sebagai pondasi perekonomian daerah. Program ini sekaligus menunjukan masih cukup besarnya
komitmen pemerintah terhadap kehidupan masyarakat bawah yang umumnya menggantungkan hidup dari usaha mikro, kecil dan menengah atau juga dapat
disebut usaha rakyat.
Pemerintah membuat kebijakan dalam penyaluran kredit usaha rakyat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu dengan :
1. Memprioritaskan penyalurannya teradap bidang-bidang usaha produktif pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, industri dan lain-lain.
2. Penyaluran kredit harus diikuti dengan bantuan teknis pelatihan dan pendampingan.
3. Penyalurannya dilakukan terhadap bidang usaha rakyat yang mempunyai
potensi berkembang dengan baik, namun kekurangan dana untuk pembiayaanya.
4. Persyaratan untuk mendapatkan kredit tidak rumit dan tidak banyak sehingga mudah diakses oleh pelaku usaha.
2.3 Tanaman Padi
tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya
(AAK, 1990). Tahapan proses produksi tanaman padi, antara lain : 1.Pembibitan.
2.Pengolahan Tanah 3.Penanaman
4.Pemeliharaan Tanaman
5.Pemanenan 6.Pasca Panen
2.3.1 Pengelolaan Tanaman Padi
Cara menanam padi yang baik akan menentukan keberhasilan budidaya . Berikut akan dibahas mengenai bagaimana menanam padi beserta cara
pengendalian hama dan pengganggu tanaman. 1. Persiapan bibit padi dan penanaman
Membuat persemaian merupakan langkah awal dalam budidaya. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian akan menentukan pertumbuhan tanaman, oleh karena itu persemaian
harus benar-benar mendapat perhatian agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat sekaligus subur dapat tercapai. Hal yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan benih padi dengan kebutuhan benih 25-30 kg/ha. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, dan tinggi 20-30 cm. Pada laan seluas 1 ha dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan ama tikus, sebaiknya tempat
pinda tanam saat berumur 18 hari. Penaman padi dilakukan dengan jumlah satu tanam per titik tana. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan caaya
matahari, pengendalian hama, dan penyakit juga lebi mudah serta pemupukan lebih berdaya guna.
2. Pemeliharaan tanaman padi
Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu. Penyulaman
dilakukan jangan terlalu tua karena mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi nantinya menjadi tidak seragam, sehingga pemanenan kurang serempak.
Sanitasi Lahan dan Pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya meliputi : Penyiangan ( pengendalian rumpu/ gulma), pencabutan tanaman padi terserang hama dan penyakit. Hal utama yang
perlu dilakukan dalam pengairan adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi baik.. tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10
hari menjelang panen.
Pemupukan
Melakukan pemupukan selama budidaya merupakan salah satu hal yang perlu
mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap tersedia sepanjang masa untuk menghasilkan produksi optimal. Pemupukan biasanya
dilakukan 3 kali yaitu saat padi berumur 7 hari, 20 hari, dan 35 hari setelah tanam. Pupuk diberikan sesuai dengan kebutuhan petani padi.
Pengendalian Hama dan Penyakit
padi diserang dengan hama dan penyakit maka dilakukan penyemprotan pestisida sesuai dengan hama dan penyakitnya.
Panen
Padi dapat dipanen saat biji padi suda menguning. Panen menurut perkiraan umur tergantung pada jenis benih padi yang ditanam ada yang panen ketika padi
berumur kurang dari 100 hari, ada juga yang panen setelah padi berumur lebih dari 100 hari.
2.4 Pengertian Usahatani
Menurut Suratiyah (2006) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara petani mengelola input atau faktor - faktor produksi
(tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga penerimaan usahataninya meningkat.
Suratiyah (2006) juga mengatakan usahatani terdiri dari usahatani swasembada sejati dan usahatani niaga. Usahatani sejati merupakan usahatani
yang secara murni sungguh diusahakan untuk memperoleh produksi yang diperlukan untuk
menutupi keperluan primer dari keluarga petani. Sedangkan usahatani niaga
merupakan usahatani yang telah melakukan pengelolaan atas dasar teknologi dan ekonomi perusahaan dan ditujukan untuk memenuhi keperluan pasar. Usahatani
dapat dikatakan berhasil bila sudah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Usahatani harus menghasilkan cukup produksi untuk membayar biaya
semua alat-alat yang diperlukan.
c. Usahatani harus dapat meningkatkan upah tenaga kerja petani dan keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak.
d. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan
seperti semula, jadi harus dapat memelihara diri sendiri.
e. Usahatani harus dapat pula membayar tenaga kerja petani sebagai manajer
yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan, bilamana, dimana, dan bagaimana.
Mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi, petani harus mampu
mengkombinasikan beberapa faktor produksi seoptimal mungkin, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan produksi dan penerimaan serta sekaligus
dapat meningkatkan taraf hidup petani untuk sendiri dan keluarga. 2.5 Pengertian Teori Produksi
Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai
barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu proses produksi (Fauzi 2007 : 90). Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.
Sesuai dengan pengertian produksi diatas, maka produksi pertanian dapat dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung
penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan pemeliharaan..
2.5.1 Faktor Produksi
Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi diistilahkan dengan input. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Sukirno:2011), antara lain:
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.
Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu.
Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Berikut adalah penjelasan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian.
a) Lahan
Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah
pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan,
Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan,
pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian. Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih
tinggi. Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik benih dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut
merupakan benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam hendaknya
selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta penyakit. c) Pupuk
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, tanaman memerlukan bahan makanan berupa unsur hara, baik unsur hara makro maupun
unsur hara mikro. Jika tanah untuk media tumbuh tidak tersedia cukup unsur hara yang diperlukan, maka harus diberikan tambahan unsur-unsur tersebut ke dalam tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi tanaman, hal ini dapat berpengaruh bila dosis yang diberikan tepat
(Sukirno :2011).
Penambahan unsur hara dapat dilakukan melalui pemupukan sehingga diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain menggantikan unsur
Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman. Konsepsi pemupukan berimbang menyarankan agar dalam budidaya d. Curahan Tenaga Kerja
Sukirno (2011) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “Penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih, yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan
sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.” Adapun menurut Suritiyah (2011) bahwa penggolongan tenaga kerja berdasarkan umur pada usahatani terdiri dari dua golongan yaitu tenaga kerja anak-anak (umur
10 - <15 tahun) dan tenaga kerja dewasa ( umur ≥ 15 tahun) dengan standar konversi 7 jam kerja efektif/ hari. Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari
jumlah curahan kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya
didasarkan atas spesialisasi pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak.
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja
biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan “Hari Orang Kerja” atau HOK. Namun, tidak selamanya penambahan dan
pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi,
2.6 Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan (fungsional) antara tingkat output yang digunakan dalam proses
produksi dengan tingkat output yang dihasilkan. Pada umumnya setiap proses harus menggunakan fungsi produksi. Kegiatan produksi melibatkan dua variabel
yang mempunyai hubungan fungsional atau saling mempengaruhi yaitu : a. Berapa output yang harus diproduksi
b. Berapa input yang akan dipergunakan.
Fungsi produksi secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Q + f (K, L, R.T)
Dimana:
Q = Output
K = Kapital/ modal
L = Labor/ tenaga kerja
R = Resources/ sumber daya alam
T = Teknologi
Persamaan tersebut menjelaskan bahwa output dari suatu produksi merupakan fungsi yang dipengaruhi atau akibat dari input. Artinya setiap barang
yang dihasilkan dari produksi akan tergantung pada jenis dari input yang digunakan. Perubahan yang terjadi pada input akan menyebabkan terjadinya perubahan pada output ( Sukirno, 2011)
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya rata-rata
produksi padi per hektar adalah masalah kesuburan tanah, pemakaian pupuk, bibit, cara bercocok tanam, gulma pengganggu dan sebagainya. Secara alami tingkat kesuburan tanah akan mengalami penurunan dari waktu ke waktu, terutama
diperbaiki dengan menggunakan pemupukan yang tepat. Pemakain pupuk yang baik dan tepat waktu dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas padi per hektar. Selama ini petani lebih banyak menggunakan pupuk
anorganik seperti urea dan lainnya, daripada pupuk organik seperti kompos pupuk kandang dan sebagainya. Penggunaan pupuk anorganik ini dapat mengurangi
kesuburan tanah. Sehingga pemerintah menganjurkan kepada petani untuk menggunakan pupuk organik. Dalam memilih bibit, petani padi pada umumnya menggunakan bibit yang sudah merupakan turunan beberapa kali. Hal ini tentu
saja akan menyebabkan hasil yang kurang baik dibandingkan bibit yang masih murni. Anggapan petani bahwa bibit yang baik bila ditanam lagi dapat
memberikan hasil yang baik pula, sudah searusnya diluruskan.
Faktor lain yang menyebabkan produktivitas padi per hektar adalah cara bercocok tanam. Ada sebagian petani melakukan pelanggaran waktu tanam yang
tidak sesuai dengan jadwal tanam sesuai anjuran pemerintah, misalnya setelah berhasil panen langsung menanam lagi dengan pengolaha tanah yang tergesa-gesa
tanpa memperhatikan keadaan tanah kembali menjadi baik. organisme pengganggu juga dapat menyebabkan rendahnya produktivitas padi perhektar, bahkan dapat menyebabkan gagal panen.
Organisme penganggu dapat berupa serangga, ulat, burung, tikus dan sebagainya. Pemberantasan jasa penganggu mempunyai cara-cara tersendiri sesuai
jenisnya. Salah satu jenis penganggu yang banyak merugikan petani adalh jenis serangga. Pemberantasan yang dilakukan petani adalah dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida yang kurang tepat tidak akan memberikan hasil
pencemaran lingkungan. Akibatnya, rata-rata produksi padi per hektar akan mengalami penurunan.
2.8 Pengertian Produktivitas
Produktivitas merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan suatu industri atau perusahaan dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat.
Tingkat produktivitas yang dicapai merupakan indikator seberapa efesien perusahaan dalam mengkombinasikan sumber daya ekonomisnya saat ini. Menurut Herjanto, produktivitas merupakan sebagai hubungan antara output yang
dihasilkan dengan input digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau
usaha dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan.
Dari beberapa pengertian produktivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa
produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan. Keefektifan ini dilihat dari beberapa faktor masukan yang dipakai
dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Sedangkan produktivitas kerja yaitu jumlah produksi yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu.
2.8.1 Faktor yang mempengaruhi produktivitas Adapun yang mempengaruhi produktivitas yaitu :
a. Kemampuan, adalah kecapakan yang dimiliki berdasarkan
pengetahuan lingkungan kerja yang menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.
b. Sikap, sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak
c. Situasi dalam keadaan lingkungan, faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan dapat bekerja dengan tenang serta sistem kopensasi yang ada.
d. Motivasi, setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha meningkatkan produktivitas.
e. Upah, upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat menyebabkan penurunan produktivitas.
f. Penerapan teknologi, kemajuan teknologi sangat mempengaruhi
produktivitas, karena itu penerapan teknologi harus berorientasi mempertahankan produktivitas.
2.8.2 Cara mengukur Produktivitas
Secara umum produktivitas dapat diukur dengan rumus :
Dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa perbaikan produktivitas (productivity improvement) hanya akan terjadi jika :
- Output naik dan input turun - Output naik dan input tetap
- Output naik dan input naik dengan kenaikan output lebi besar dari kenaikan
input
- Output tetap dan input turun
- Output turun dan input turun dengan penurunan input lebih besar dari penurunan output.
Selain itu bisa dilihat jika :
- P < 1, maka disebut less productivity - P >1, maka disebuat high productivity
- P = 1, maka disebut equally produktivity
2.9 Tantangan petani dalam peningkatan produktivitas komoditas pertanian padi sawah.
Pembangunan pada sektor pertanian merupakan kebutuhan pokok berupa bahan pangan utama khususnya beras semakin tahun akan semakin meningkat
sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan kondisi perekonomian masyarakat. Penerapan teknologi pertanian seperti penggunaan benih unggul bermutu dan penggunaan pupuk yang berimbang juga telah banyak
membantu meningkatkan hasil pertanian. Namun disisi lain kelompok tani sebagian besar nampaknyakurang mampu untuk menghimpun dana atau modal
untuk dapat memenuhi kebutuhanya dalam berusaha tani, khususnya dalam penyediaan sarana produksi yang tepat jumlah dan tepat waktu. Tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh rumah tangga petani di Indonesia adalah padi
sebagai penghasil beras.
Di Indonesia, beras merupakan mata dagangan sangat penting, sebab beras
merupakan bahan makanan pokok dan merupakan sumber kalori bagi sebagian besar penduduk. Sebagian besar masyarakat masih tetap menghendaki agar pasokan beras tersedia sepanjang waktu, terdistribusi secara merata dan harganya
stabil serta terjangkau. Pada waktu yang lalu, pembangunan pertanian lebih terfokus pada peningkatan produksi terutama padi, sehingga pembangunan
sektor-sektor lainnya terabaikan.
Permasalahan dan tantangan dalam upanya pengamanan produksi padi serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat semakin
a. Teknologi dalam penerapan usaha taninya masih konvesional, sehingga mengakibatkan produksi padi sawah rendah.
b. Alih fungsi lahan, menyebabkan lahan produksi untuk usaha tani semakin
sempit.
c. Perkembangan penduduk yang semakin meningkat, seiring denga itu akan
menyebabkan kebutuhan pangan terutama padi akan meningkat.
d. Skala usaa tani yang relatif sempit, sehingga mengakibatkan sulitnya meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas
e. Fluktuasi produksi musiman yang mengakibatkan berfluktuasinya harga padi
f. Produktivitas, mutu dan efesiensi usaha tani padi sawah yang masih renda. g. Permodalan dan kelembagaan. Masalah ini merupakan masalah yang
sering terjadi dikalangan petani khususnya petani kecil. Hal ini disebabkan
karena sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani. Ditandai dengan sulitnya persyaratan administrasi untuk memperoleh modal, serta
adanya jaminan yang memberatkan petani pada lembaga perbankan yang bersangkutan karena lembaga perbankan tidak mau mengambil resiko pada usaha kecil. Sedangkan banyak petani kecil tidak memilki jaminan
yang sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh lembaga perbankan.
2.10 Penelitian Terdahulu
Syofwan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat: Studi Kasus Bank BRI Kecamatan Gebang”. Hasil penelitian
KUR maka akan semakin tinggi pula perubahan tingkat pendapatan yang akan diperoleh oleh pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Dimana setiap kenaikan modal KUR pendapatan pengusaha usaha mikro dan kecil di Kecamatan
Gebang juga akan meningkat.
Nur Ummamah (2008) dalam penelitiannya berjudul “ Pengaruh Jumlah
Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap persentase perubahan jumlah modal usaha pada Pengusaha Kue Bagiak di Kabupaten Banyuwangi”. Dalam penelitiannya Perusahaan Kue Bagiak banyak hal yang harus diperhatikan untuk dapat
memperhatikan, memperlancar, serta meningkatkan usaha yang dimilikinya. Jadi seluruh pemilik perusahaan Kue Bagiak yang menjadi responden dalam penelitian
ini berupaya untuk dapat meningkatkan modal usaha yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi jumlah peningkatan modal usaha yang dimiliki perusahaan kue bagiak tersebut,
diantaranya yaitu dengan melakukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada bank. Adanya pinjaman KUR yang dilakukan, secara otomatis modal usaha Kue
Bagiak akan meningkat. Hal ini dikarenakan jumlah pinjaman KUR yang diterima oleh pemilik perusahaan Kue Bagiak sepenuhnya digunakan sebagai modal usaha guna meningkatkan omzet penjualan perusahaan tersebut. Dan diketahui bahwa
jumlah pinjaman KUR memberikan kontribusi yang positif terhadap jumlah peningkatan usaha.
Semara (2013) dalam penelitiannya berjudul “Efektivitas dan Dampak Program Bantuan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Usaha Mikro dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar. Dalam penelitian
peningkatan yang cukup. Hasil perhitungan dari dampak KUR terhadap variabel pendapatan UMKM Kota Denpasar menunjukan hasil Chi square hitung sebesar 20,250 lebih dari Chi Square tabel sebesar 3,84 yang berarti Ho ditolak. Nilai
perbandingan tersebut menunjukan bahwa jumpal pendapatan UMKM diKota Denpasar lebih meningkat setelah mengikuti program KUR di Bank BRI
2.11 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran peneliti yang menjadi dasar dalam penulisan penelitian ini adala sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka koseptual diatas menunjukan peranan kredit usaha rakyat di
kecamatan Air Putih yang ditinjau melalui indikator produksi padi dan luas lahan tanaman padi. Kedua indikator tersebut dianalisis setelah petani padi menerima
KUR. Melalui kedua indikator tersebut penulis akan menunjukan bagaimana produktivitas tanaman padi di Kecamatan Air Putih setelah adanya kredit usaha
rakyat.
Produktivitas padi
di Kecamatan Air
Putih
Luas Lahan padi setelah Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Produksi padi setelah
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode yang menggambarkan
permasalahan atau kasus yang dikemukakan berdasarkan fakta yang ada dengan berpijak pada fakta yang bersifatkhusus kemudian diteliti untuk dipecahkan permasalahanannya dan ditarik kesimpulan secara umum. Data tersebut akan
dianalisis sehingga menghasilkan gambaran mengenai pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap produktivitas hasil panen padi di Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara,
khususnya petani padi .Waktu penelitian adalah pada Desember 2014 sampai dengan Februari 2015.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian tentang pengaruh Kredit Usaha Rakyat terhadap produktivitas hasil panen padi di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara dibatasi oleh
beberapa pembahasan saja sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menganalisis permasalahan yang ada. Adapun pembahasan yang
3.4 Defenisi Operasional
Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah :
1. Produktivitas Padi adalah produksi padi yang diperoleh dengan mengunakan luas lahan pertanian yang digunakan petani padi di Kecamatan Air Putih
Indikator untuk mengukur produktivitas padi diantaranya : a. Luas Lahan Sawah
Luas lahan sawah adalah adanya pertambahan lahan pertanian yang
digunakan oleh petani padi di Kecamatan Air Putih untuk ditanamai padi sawah dengan lahan yang digunakan petani padi adalah lahan yang disewa
dengan satuan yang digunakan pada lahan adalah hektar (ha). b. Produksi Padi
Produksi Padi adalah kegiatan yang dilakukan petani padi di Kecamatan Air
Putih dalam pertanian untuk menghasilkan padi dengan satuannya adalah ton.
2. Kredit Usaha Rakyat adalah satu bentuk kredit atau modal kerja yang diberikan oleh perbankan untuk kegiatan pertanian padi di Kecamatan Air Putih.
3.5 Ukuran Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arsyad,
1993: 45). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu bagian dari teknik nonprobability sampling yang memilih orang-orang terseleksi berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut dipandang mempunyai
padi yang melakukan sewa lahan sawah dan pemilik lahan sawah yang tidak mampu lagi untuk melakukan pengelolaan tanaman padi. Sehingga penulis mengambil sampel sebanyak 40 petani padi di Kecamatan Air Putih.
3.6 Jenis dan Analisis Pengumpulan Data 3.6.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah langsung sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya
(Tika, 2006:58) yaitu melalui kuesioner yang diberikan petani padi di Kecamatn Air Putih.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam publikas (Tika 2008: 59) yaitu data dari Badan Pusat Statistik,
Dinas Pertanian Limapuluh serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi
melalui literatur yang berhungan dengan permasalahan yang diteliti yang dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain.
3. Kuesioner, peneliti membuat daftar pertanyaan kepada petani padi di Kecamatan Air Putih dimana pertanyaan yang dibuat relevan dengan penelitian yang dilakukan.
4. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada masalah,
tujuan, dan hipotesis penelitian.
3.6.3 Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisis statistik deskriptif
dan uji-t (uji parsial). Menurut Tika (2006: 78) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam penelitian ini, penggunaan tabel, grafik, gambar dan diagram dimaksudkan untuk menjelaskan suatu fakta atau informasi secara
singkat, jelas, dan lebih menarik dibandingkan dengan menggunakan kata-kata. Dan teknik analisis data yang digunakan adalah melakukan uji-t (uji parsial) pada
software SPSS. Uji-t (uji parsial) ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara parsial dengan menerangkan variasi dependen. Berikut kriteria pengujiannya:
a) H0 : βi = 0 artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
b) Ha : βi ≠ 0 artinya variabel bebas secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Dengan ketentuan:
a) Uji-t untuk nilai thitung dan nilai ttabel
Ha diterima jika thitung> ttabel pada α = 5% (sign)
b) Uji-t untuk nilai probability (Pvalue)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Air Putih
Kecamatan Air Putih terletak di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kabupaten batubara terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Luas wilayah Kecamatan Air
Putih adalah 7,224 KM2, atau 7,98% dari luas Kabupaten Batubara. Dengan curah hujan 1601 mm/tahun dan 0 -18 meter pada letak diatas permukaan laut dan
struktur wilayah umumnya dataran rendah dan bukan pesisir pantai, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara dengan Kecamatan Sei Suka
- Sebelah selatan dengan Kecamatan Simalungun - Sebelah barat dengan Kecamatan Limapuluh
- Sebelah timur dengan Kecamatan Talawi
Kecamatan Air Putih terdiri dari 19 desa. Dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Table 4.1
15 Perkotaan 0,607
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Desa Limau Sundai adalah desa yang paling luas wilayahnya di Kecamatan Air Putih dengan luas wilayah 0,883 Km2,
dan yang paling kecil adalah desa Indrasakti dengan luas wilayah 0,032 Km2. 4.1.2 Iklim
Kecamatan Air Putih beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan
dan kemarau. Musim penghujan antara bulan Nopember – April dipengaruhi oleh angin musim barat sedang musim kemarau antara bulan Mei – Oktober yang
dipengaruhi oleh angin musim timur. Sedang kan jumlah curah hujan 1601 mm dan jumlah hari hujan 129 hari.
4.1.3 Demografis
Keadaan penduduk di Kecamatan Air Putih diketahui berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tiap tahunnya mengalami peningkatan. Dapat
dilihat dari tabel berikut ini data penduduk di Kecamatan Air Putih pada tahun 2010-2013.
Tabel 4.2.
10 Limau Sundai 1742 1757 1763 1771 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa penduduk terbanyak di Kecamatan Air Putih berada pada tahun 2013 dengan jumlah penduduk 47411 orang.
Berdasarkan penduduk terbanyak tiap desa adalah desa Sipare-pare dengan jumlah penduduk mulai tahun 2010-2013 adalah 15705 orang dan desa Kampung
Kelapa adalah penduduk terkecil diantara 19 desa di Kecamatan Air Putih dengan jumlah penduduknya 3014 0rang.
Pada umumnya suku-suku yang mendiami wilayah Kecamatan Air Putih
mayoritas bersuku bangsa melayu dan batak. Sedangkan agama mayoritas yang dianut adalah Islam dan Kristen.
4.1.4 Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah
Pada umumnya daerah Kecamatan Air Putih memiliki potensi sebagai lahan pertanian yang cukup luas yang hasil pertaniannya cukup besar sehingga
mata pencaharian penduduk yang utama adalah petani. Kontribusi sektoral yang menonjol terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Air Putih yaitu sektor
pertanian sebesar 65,12 %, sektor industri pengolahan sebesar 9,1 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,09 %, sektor jasa-jasa sebesar 5,07 %, sektor konstruksi sebesar 2,11 %, sektor keuangan sebesar 1,29 %, sektor
4.2 Karateristik Responden
Responden penelitian ini adalah petani – petani padi yang menerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank di Kecamatan Air Putih Kabupaten
Batubara. Dalam melakukan penelitian ini, penulis memilih responden dari beberapa petani padi secara acak sebanyak 40 orang dengan berbagai latar
belakang kelompok umur dan tingkat pendidikan yang di anggap dapat mewakili keseluruhan populasi. Dari hasil kuesioner yang diberikan kepada 40 petani padi di Kecamatan Air Putih diperoleh kareteristik responden sebagai berikut:
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
Laki-Laki 22 55%
Perempuan 18 45%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer (diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dari 40 reponden yang diteliti, petani padi di
Kecamatan Air Putih banyak didominasi oleh laki-laki yaitu sejumlah 22 atau sebesar 55%, sementara dipihak perempuan berjumlah 18 petani padi atau sebesar
45%.
4.2.1 Deskripsi Responden
Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh bank di
Kecamatan Air Putih yang digunakan pada petani padi diharapkan dapat membangun/meningkatkan produktivitas pertanian padinya sehingga pendapatan
dan kesejahteraan petani meningkat. Para petani padi tentunya dapat memanfaatkan kredit yang diterima dari bank di Kecamatan Air Putih secara efisien. Dari 40 responden yang diwawancarai, sebanyak 33 orang atau 82,5%
adanya kredit usaha rakyat, dan 7 orang atau 17,5% responden mengalami penurunan produktivitas tanaman padi. Produktivitas tanaman padi tersebut diukur dengan produksi padi yang dihasilkan petani padi berbanding dengan
seberapa luas lahan yang digunakan petani padi dalam pengelolaan tanaman padinya. Para petani padi menggunakan kredit usaha rakyatnya untuk melakukan
penambahan luas lahan tanaman padi. Yang mana sebelum adanya kredit usaha rakyat, diketahui dari 40 responden memiliki luas lahan sebesar 36,9 ha sedangkan setelah adanya kredit usaha rakyat jumlah luas lahan keseluruhannya
menjadi 54,2 ha. Terjadi peningkatan luas lahan seluas 17,3 ha. Lahan sawah tersebut diperoleh daripetani padi yang melakukan sewa lahan sawah dan pemilik
lahan sawah yang tidak mampu lagi untuk melakukan pengelolaan tanaman padi. Meningkatnya luas lahan pastinya diikuti dengan meningkatnya produksi padi yang dihasilkan. Dari hasil penelitian 40 responden diketahui bahwa
produksi padi yang dihasilkan sebelum adanya kredit usaha rakyat adalah 217,6 ton. Sedangkan setelah adanaya kredit usaha rakyat maka produksi padi yang
dihasilkan menjadi 331,9 ton. Dapat dilihat bahwa produksi padi meningkat setelah adanya kredit usaha rakyat sebanyak 114,3 ton.
Penjelasan sebelumnya diketahui terjadi penurunan produktivitas sebesar
17,5% dikarenakan terdapat 7 orang responden yang mengalami penurunan produksi padi yang dihasilkan tidak sebanding dengan kenaikan luas lahan
sawah. Penurunan produksi tersebut diakibatkan karena pengaruh cuaca atau iklim yang tidak mendukung . Diketahui pada bulan November – Desember terjadi curah hujan yang berlebihan yang mengakibatkan lahan sawah padi banjir, dan
berkurang juga dikarenakan adanya hama tikus, ulat dan banyaknya burung sehingga petani sulit untuk mengusir burung-burung yang ada dilahan pertaniannya.
Tabel 4.4
Hubungan Lamanya menjadi Petani Padi dengan Tingkat Produksi Padi yang di Hasilkan Setelah Menerima Kredit Usaha Rakyat (KUR)
N o
Produksi Padi Yang dihasilkan
Lamanya Menjadi Petani Padi ( Tahun )
6-10 % 11-15 % 16-20 % 21-25 % >25 %
1 Meningkat 3 7,5 3 7,5 6 15 5 12,5 16 40
2 Tetap - - - -
3 Menurun 4 10 3 7,5 - - - -
Jumlah 7 17,5 6 15 6 15 5 12,5 16 40
Sumber : Data Primer (diolah)
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan produksi
padi salah satunya dapat dipengaruhi dengan berapa lama seorang petani padi menjadi petani. Karena dengan lamanya dia menjadi petani padi, petani padi dapat
belajar dari pengalaman yang sebelumnya. Ketika petani padi menghadapi gagal panen ataupun panen kurang memuaskan maka petani menyelidiki masalah yang terjadi pada tanamannya dan mencari solusi untuk kedepan. Seorang petani yang
sudah lama menjadi petani padi pasti memilki pengalaman yang sangat banyak tentang budi daya tanaman padi yang baik. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa
lamanya menjadi petani padi antara 6 – 10 tahun terdapat 4 atau 10% responden yang mengalami produksi padi yang turun. Dan kemudian lamanya menjadi petani padi antara 11-15 tahun terdapat 3 atau 7,5% responden yang mengalami
produksi padi turun. Dan produksi padi meningkat terbanyak dilihat dari lamanya menjadi petani padi >25 tahun sebanyak 16 responden. Dapat disimpulkan bahwa