• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puskesmas blok 26 pemberlakuan mta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Puskesmas blok 26 pemberlakuan mta"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Puskesmas Dalam Menangani Kasus Demam Berdarah di Masyarakat

Joni Indah Sari (102012127) FK UKRIDA

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat,11510

Abstrak

Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer yang paling dekat dengan masyarakat. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, puskesmas memiliki program wajib dan program penunjang. Salah satu program wajibnya adalah pemberantasan penyakit menular (P2M). Salah satu penyakit menular yang dimaksud adalah demam berdarah dengue yang masih endemis di berbagai daerah Indonesia. Program puskesmas dalam rangka memberantas demam berdarah dengue adalah pemantauan jentik berkala (PJB). Program lain yang dicanangkan pemerintah adalah jumantik. Angka kematian DBD atau case fatality rate DBD masih belum mendekati 0 dan angka bebas jentik masih belum mendekati target yaitu 95%. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi lanjut terhadap program pemberantasan DBD oleh puskesmas ini.

Kata kunci : puskesmas, pusat kesehatan primer, masyarakat, pemberantasan penyakit menular, jumantik

Abstract

Puskesmas is a primary public health system that very close to people. Puskesmas has primary program and complementary program. One of its primary program is eradicating infectious diseases. One of the infectious diseases that included in its program is dengue hemmorhagic fever that still endemic in certain place in Indonesia. Puskesmas program to eradicating dengue hemmorhagic fever is pemantauan jentik berkala (PJB). The other program is jumantik. The case fatality rate for dengue hemmorhagic fever still is not nearing zero and angka bebas jentik (ABJ) still not nearing the target which is 95%. For that, further evaluation for this program is needed.

(2)

Pendahuluan

Puskemas merupakan salah satu program kemasyarakatan yang berfungsi menyehatkan masyarakat. Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014, puskemas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan pada upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.1

Pelayanan kesehatan oleh puskesmas ada 2 yaitu pelayanan profesi dan pelayanan manajemen. Salah satu cakupan puskesmas adalah penyakit demam berdarah yang prevalensinya masih cukup tinggi di Indonesia terutama pada musim-musim tertentu. Tujuan pengendalian demam berdarah adalah penurunan angka kematian (Case fatality rate) dan insiden demam berdarah dengue serendah mungkin serta membatasi penyebar-luasan penyakit.

Sekilas Mengenai Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue tersebar di wiliayah Asia Tenggara, Pasifk barat, dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6-15/100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35/100.000 pada tahun 1998, sedangkan mortalitasnya cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.3 Serangan selama epidemic

memiliki rentang antara 1-10/1000 per tahun dan bisa sampai setinggi 292/1000 anak di negara hiperendemik. Dalam 30 tahun ini terjadi peningkatan insiden demam berdarah sebanyak 30 kali. Di dunia lebih dari 50 juta kasus infeksi dengue terdiagnosa setiap tahun. Dengue menunjukkan variasi siklik dengan outbreak besar tiap 3-5 tahun.4

Virus Dengue merupakan virus RNA yang ditularkan melalui vector nyamuk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui nyamuk genus Aedes (terutama Aedes aegypti dan A.albopictus). Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan lainnya).3 Beberapa faktor dikaitkan

(3)

usia, serta jenis kelamin, dan faktor lingkungan (curah hujan, suhu, sanitasi, kepadatan penduduk).3

Ada 4 serotype virus dengue, dan jika seseorang terinfeksi oleh suatu tipe virus dengue, maka tidak menutup kemungkinan di kemudian hari akan terinfeksi dengue lagi karena tidak ada imunisasi silang disini dan semakin sering terinfeksi virus dengue, semakin tinggi pula kemungkinan terjadi DHF atau DSS. Gejala klasik dengue adalah sakit kepala, nyeri retroorbital, lelah, gejala gastrointestinal dan resipiratori ringan, dan myalgia/arthralgia (break bone fever). Masa inkubasinya biasa 3-14 hari dan demam biasanya berlangsung selama 5-7 hari. Pemeriksaan fsik meliputi adanya rash makulopapular, limfadenopati, eritema faring, injeksi konjungtiva, dan kadang beberapa pasien bisa mengalami manifestasi hemoragik seperti ptekiae, purpura, dan jarang terjadi gusi yang berdarah.4 DSS/DHF terjadi pada hari 4-7 setelah onset

demam, sehingga masa-masa ini perlu diwaspadai. Yang membedakan antara demam dengue dan demam dengue berdarah (DHF) adalah adanya kebocoran plasma pada DHF.

Pemeriksaan lab yang rutin dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin (kadar Hb, Ht, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai dengan gambaran limfosit plasma biru). Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain adalah leukositosis ( dapat normal/turun dan biasanya mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosis relative) disertai adanya limfosit plasma biru, trombosit (dapat timbul trombositopenia pada hari ke 3-8) dan hematocrit (kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20% dari hematocrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam). Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun dari deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR, namun karena teknik ini lebih rumit, sekarang pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah dengan pemeriksaan serologi (antibody total, IgG dan IgM). IgM terdeteksi mulai pada hari ke 3-5 meningkat sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90 hari, sedangkan IgG pada infeksi primer IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke 2. Parameter lab lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan NS1, sebuah protein spesifk pada virus dengue. Antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam, hari pertama sampai hari ke delapan.3

Peran dan Fungsi Puskesmas

(4)

tenaga kesehatan) adalah untuk melayani pasien tidak hanya dari aspek fsik, tapi juga dari aspek mental dan sosial. Mereka harus memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang mereka berikan secara komprehensif (kuratif, preventif, dan rehabilitative) disalurkan secara komplementari (saling melengkapi), terintegrasi, dan berkesinambungan.5

Peran dokter disini sebagai community leader (pemimpin komunitas) adalah untuk memimpin dan bertanggungjawab terhadap suatu komunitas agar mencapai tingkat kesehatan yang baik. Dengan mengerti faktor yang mempengaruhi kesehatan fsik dan sosial serta dengan mengapresiasi luasnya tiap masalah atau resiko kesehatan, fve star doctor tidak akan cuma menangangi individu yang mencari pertolongan, tapi juga akan mengambil bagian dalam kegiatan positif di aktivitas kesehatan komunitas untuk kesehatan banyak orang.5 Dokter juga berperan sebagai

manager. Untuk mengemban tugas sebagai fve star doctor ini, seorang dokter harus tahu dan menguasasi ilmu management. Kemampuan ini akan membuat para dokter muda dapat menginisiasi pertukaran informasi agar mampu membuat keputusan yang tepat dan untuk bekerja pada team multidisiplin.5

Puskesmas merupakan sarana kesehatan primer yang paling dekat dengan masyarakat. Pembangunan puskesmas di Indonesia mulai dirintis dengan berbagai pertimbangan yang bersifat strategis. Pertama, untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter yang lebih senang bekerja di daerah perkotaan sedangkan masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pendesaan. Kedua untuk lebih memeratakan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan sarana pelayanan kesehatan kepada kelompok-kelompok penduduk yang membutuhkan. Ketiga adalah untuk lebih menekan biaya pelayanan kesehatan.2

Puskesmas memiliki fungsi yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama, pelayanan kesehatan perorangan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan puskesmas. Upaya kesehatan wajib puskesmas terdiri dari upaya kesehtan ibu dan anak serta KB, upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya perbaikan gizi, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta upaya pengobatan dasar. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan sesuai kemampuan puskesmas.

(5)

memantau kembali sejauh mana tugas-tugas tersebut telah dilaksanakan. Selain berperan sebagai manager dan medicus practicus, seorang dokter juga akan berperan sebagai seorang petugas kesehatan masyarakat (public health worker). Maka selain dituntut untuk menguasai ilmu kedokteran, seorang dokter juga perlu mengetahui dan terampil dalam ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen. Penerapan manajemen dalam program kesehatan puskesmas akan lebih menjamin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih produktif, efsien, efektif, dan rasional.2

(6)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, dan pendelegasian wewenang dalam mencapai tujuan. Berdasarkan defnisi di atas, fungsi pengorganisasian merupakaj alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, fnansial, material, dan tatacara dalam rangka mencapai tujuan yang terlah ditetapkan. Organisasi memiliki 2 sifat yaitu statis dan dinamis. Tugas-tugas staf dan mekanisme perlimpahan wewenang dapat diketahui menurut struktur organisasi yang dianut. Untuk puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga kerja yang terbatas, namun ruang lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang bersifat integrative perlu diterapkan. Pengembangan organisasi adalah upaya pihak manager mengembangkan stafnya dengan harapan untuk lebih meningkatkan kapasitas organisasi yang dipimpinnya untuk memecahkan masalah. Pengembangan organisasi dapat dilakukan melalui pengefektifan gaya kepemimpinan manager, hubungan yang harmonis antara pimpinan dan stafnya, meningkatkan kepuasan kerja staf dan kerjasama kelompok, kejelasan penyusunan tujuan, dan perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan. Hal yang paling pokok dalam fungsi pengorganisasian adalah pembagian tugas.2

Aktuasi (penggerak dan pelaksana) merupakan fungsi management yang menggerakkan semua kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Aktuasi lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya manusia. Atas dasar itu, fungsi actuating sangat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu tentang perilaku manusia. Seorang manager yang ingin lebih berhasi menggerakkan karyawannya perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan, dan sosiologi. Fungsi aktuasi harus dimulai dari diri manager. Manager harus menunjukkan pada stafnya bahwa ia memiliki tekad untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya.

(7)

Data untuk fungsi pengawasan selalu bersumber dari data primer dan dilakukan oleh unsur pimpinan berbeda dengan evaluasi, data yang digunakan dapat bersumber dari data primer dan sekunder, dilakukan oleh pihak luar bekerja sama dengan pihak management. Baik pengawasan dan evaluasi selalu mengumpulkan data untuk memperbaiki perencanaan yang akan datang dan keduanya memiliki orientasi ke masa depan.

Program Pemberantasan DHF oleh Puskesmas

Pemberantasan DHF termasuk dalam salah satu program pokok puskesmas yaitu pemberantasan penyakit menular. Setelah terjadinya kejadian luar biasa demam berdarah dengue nasional pada tahun 1988, kasus demam berdarah di Indonesia menurun tajam. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebijaksanaan program demam berdarah dengue yang dikembangkan selama satu dasawarsa terakhir. Angka kematian demam berdarah dengue dari tahun ke tahun tampak menurun secara konsisten. Pada tahun 1968, angka kematian demam berdarah dengue sebesar 41,3% menurun menjadi 2,7% pada tahun 1996,6 dan telah turun menjadi

0,87% pada tahun 2010 tapi belum berhasil menurunkan angka kesakitan.7 Di Indonesia sampai bulan Agustus tahun 2011 tercatat

24,362 kasus dengan 196 kematian (CFR 0,80%).7 Secara

keseluruhan angka kematian (CFR) cenderung menurun dengan rata-rata 2,5% per tahun.6 Tapi Indonesia masih menduduki

peringkat tertinggi kasus DBD di ASEAN dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang pada tahun 2010. Salah satu faktor belum efektifnya pencegahan DBD di Indonesia adalah masih lemahnya sistem kewaspadaan dini. Disinilah peran Jumantik dalam sistem kewaspadaan dini DBD selama ini di Indonesia.

(8)

lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Tujuan dibentuknya kader jumantik adalah untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam usaha pemberantasan penyakit DBD terutama dalam pemberantasan jentik nyamuk penular sehingga penularan penyakit DBD di tingkat desa dapat dicegah atau dibatasi. Peran anggota kader kesehatan dalam menanggulangi DBD antara lain : sebagai anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum; memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat; mencatat dan melaporkan hasil PJB kepada kepala dusun atau puskesmas secara rutin minimal mingguan dan bulanan, mencatat dan melaporkan kasus DBD kepada rukun warga (RW), kepala dusun atau puskesmas; melakukan PSN dan pemberantasan DBD secara sederhana seperti pemberian bubuk abate dan ikan pemakan jentik.7

Pemantauan jentik dilakukan seminggu sekali. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni/pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras tempat penampungan air agar bersih dari jentik. Selain petugas jumantik, masyarakat umum juga diajak untuk turut aktif ambil bagian dalam pencegahan DBD ini yaitu melalui kegiatan 3M yang pada tahun 2002 menjadi 3M plus. Teknik dasar 3M plus yang telah disosialisasikan antara lain menutup, menguras, dan mengubur. Menutup adalah memberi tutup yang rapat pada tempat air ditampung seperti bak mandi, kendi, gentong air, botol air minum, dan tempat penampungan air lainnya. Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat air minum, penampung air di belakang kulkas, penampungan ari tetesan dispenser, dan tempat penampungan air lainnya. Mengubur adalah memendam di dalam tanah sampah plastic atau barang bekas yang memiliki potensi menampung air hujan sehingga dapat menjadi tempat nyamuk vector DBD bertelur. Selain itu ditambahkan kegiatan pencegahan seperti menggunakan obat antinyamuk sesuai dosis dan petunjuk pemakaian kemasan, menggunakan kelambu saat tidur siang dan malam hari, menanam tanaman pengusir nyamuk seperti bunga lavender, zodia, memelihara ikan yang dapat memakan jentik nyamuk pada kolam atau bak mandi, menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan, serta memberi bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.

(9)

penyebaran Aedes aegypti. ABJ yang ditargetkan secara nasional mencapai lebih dari 95%. Secara umum peran jumantik dinilai cukup berhasil dalam pencegahan DBD, namun ada beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi. Pengalaman di lapangan adalah jumantik biasanya tidak memberi informasi yang cukup kepada masyarakat mengenai DBD dan pencegahannya, juga jarang memberi motivasi kepada masyarakat untuk melaksanakan kegiatan 3M.7

Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD lainnya adalah dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Pelaksanaan pengabutan dengan aplikasi ultra low volume (ULV) masih merupakan metode yang paling diandalkan dalam pengendalian vector. Metode pengasapan menurut WHO (2002) merupakan metode utama pemberantasan DBD yang telah dilakukan hampir 25 tahun di banyak negara.

Khusus untuk fogging, dilakukan dua kali atau dua siklus dengan jarak antara 10 hari pada rumah penderita dan rumah sekelilingnya dengan radius 100 meter. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa sedangkan abatisasi bisa membunuh jentik nyamuk. Racun serangga yang digunakan untuk fogging adalah golongan organophosporester insectisida seperti malathion, sumithion, fenithrothion, perslin, dll. Paling banyak dan sering digunakan adalah malathion. Fogging bukan merupakan cara paling tepat untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah karena cara ini sebenarnya hanya untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa. Fogging sangat mencemari lingkungan dan akhirnya mencemari manusia, disamping itu tindakan fogging juga harganya mahal dan tidak begitu signifkan hasilnya karena setiap fogging hanya fokus dengan radius 100 meter dan membutuhkan 3 L pestisida dan 60 L solar dan akhrinya dengan fogging masyarakat terlena dan nyamuknya menjadi resisten. Abatisasi dapat dilakukan penaburan abate dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk.

(10)

di wilayahnya ada penderita DBD dan akan dilaksanakan penyelidikan epidemiologi. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, maka dilakukan pemeriksaan kulit (ptekiae) dan uji tourniquet. Juga perlu dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk. Hasil pemeriksaan penyelidikan epidemiologi dilaporkan kepada kepala Dinas kesehatan kabupaten/kota untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan kades/lurah. Bila hasil penyelidikan epidemiologi positif yaitu ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan atau 3 atau lebih orang tersangka DBD dan ditemukan jentik 5% atau lebih, harus dilakukan penanggulangan fokus (fogging, penyuluhan, PSN, dan Larvasidasi selektif) sedangkan bila negatif dilakukan penyuluhan, PSN, dan larvasidasi selektif. Tujuan penanggulangan fokus adalah untuk membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangunan sekitar serta tempat-tempat umum berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut.

(11)

klinik, Puskesmas, maupun Rumah Sakit. Untuk ini ada 3 hal penting yaitu diagnosis dengan kriteria klinis dan laboratoris dapat sampai IgM dan IgG anti dengue, identifkasi tanda kegawatan/fase kritis, penanganan DD dan DBD secara umum, penanganan intensif pada DBD dengan tanda kegawatan (pada DBD derajat III dan IV). Tindakan kelima adalah penggerakan 3 komponen utama masyarakat yaitu dengan komitmen politik pimpinan daerah, peran tokoh local masyarakat, dan partisipasi aktif masyarakat luas.

Penutup

Puskesmas merupakan pusat pelayanan primer kesehatan masyarakat. Puskesmas berfungsi dan berperan untuk kesejahteraan masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh puskesmas bersifat komprehensif terutama dalam usaha promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Dokter yang melayani di Puskesmas diharapkan memiliki kualitas fve star doctor yaitu sebagai care provider, community leader, communicator, decision maker, dan manager. Untuk mengemban tugas sebagai fve star doctor ini, seorang dokter harus tahu dan menguasasi ilmu management. Kemampuan ini akan membuat para dokter muda dapat menginisiasi pertukaran informasi agar mampu membuat keputusan yang tepat dan untuk bekerja pada team multidisiplin. Tugas dokter sebagai seorang manager adalah mengatur, mengarahkan dan memimpin kegiatan dan program apa saja yang dilakukan oleh Puskesmas. Program puskesmas ada 2 yaitu program wajib dan program penunjang. Salah satu program wajib puskesmas adalah pemberantasan penyakit menular (P2M) salah satu diantaranya adalah pemberantasan demam berdarah. Berhasil atau tidaknya suatu program puskesmas dinilai oleh evaluasi program. Evaluasi program terdiri dari evaluasi masukan (input), proses, dan keluaran (output). Yang termasuk dalam input adalah man, method, money, dan material, sedangkan yang termasuk proses diantaranya adalah fungsi perencenaan, penggorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Evaluasi program yang terakhir adalah menilai keluaran atau hasil.

(12)

untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam usaha pemberantasan penyakit DBD terutama dalam pemberantasan jentik nyamuk penular sehingga penularan penyakit DBD di tingkat desa dapat dicegah atau dibatasi. Di Indonesia, walaupun angka kematian DBD sudah menurun drastic, tapi angka kejadian DBD masih tetap tinggi di Indonesia. Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi kasus DBD di ASEAN dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang pada tahun 2010. Di Indonesia sampai bulan Agustus tahun 2011 tercatat 24,362 kasus dengan 196 kematian (CFR 0,80%).7 Secara keseluruhan angka kematian (CFR)

(13)

lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Terdapat 5 kegiatan utama penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) antara lain adalah promotif, preventif, surveilans epidemiologi untuk memantau angka kejadian demam berdarah, kuratif, serta yang terakhir adalah penggerakkan 3 komponen masyarakat untuk menanggulangi DBD yaitu masyarakat luas, tokoh local, dan pimpinan daerah.

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014.

2. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Jakarta: EGC; 1999.h.36-79

3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.p. 2773-5.

4. Alvero R, Ferri FF, Borkan JM, Fort GG, Dobbs MR, Goldberg RJ. Ferri’s clinical advisor. Philadelphia: Elsevier; 2013.p.302-5

5. Boelen C. The fve star doctor: an asset to health care reform. 6. Siregar FA. Epidemiologi dan pemberantasan DBD di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra utara.h.10-12

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang mendapat terapi Progresive Muscle Relaxation (PMR) dengan

JUDUL : UGM HONORS BUSINESS TYCOON TAHIR FOR PHILANTHROPIC ACTS. MEDIA :

tingkah laku yang muncul dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan..

Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi peran serta orang tua dalam hal mendidik anak yang mengarah pada pengenalan-pengenalan pendidikan agam

Cara-cara yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya kavitasi antara lain : Tekanan sisi isap tidak boleh terlalu rendah (pompa tidak boleh diletakkan jauh di atas

[r]

Lateral AP.. dipastikan daerah yang mengalami fraktur tampak jelas pada proyeksi AP maupun Lateral ,dan juga frakturnya tidak terpotong serta tampak. Sehingga dalam  pembuatan