• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Tingkat Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Keperawatan Prima di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Tingkat Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Keperawatan Prima di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Tingkat Kepuasan Pasien Pada Pelayanan

Keperawatan Prima di Ruang rawat Inap Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Nina Maisyaroh Nasution

041101003

Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(2)

Judul : Analisa Tingkat Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Keperawatan Prima di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik medan

Nama : Nina Maisyaroh Nasution

Nim : 041101003

Tahun Akademik : 2008/2009

Pembimbing Penguji

……….. ………. Penguji 1

Liberta Lumbantoruan, S.Kp, M.Kep Liberta Lumbantoruan, S.Kp, M.Kep

………. Penguji 2 Salbiah, S.Kp, MNS

……… Penguji 3 Anna Kasfi, Skep. Ns

Program Studi Ilmun Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.

………. ………..

Erniyati, S.Kp, MNS Prof Dr. Guslihan dasa Tjipta, Sp. A(K)

NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363

(3)

Judul : Analisa tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima di RumahSakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Peneliti : Nina Maisyaroh Nasution

Jururan : Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan harus dapat memuaskan masyarakat sebagai pengguna jasa. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator dalam menilai mutu pelayanan dirumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan bagian intekral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan keperawatan sehingga perlu adanya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dirumah sakit tersebut. Salah satu pelayanan keperawatan dirumah sakit adalah pelayanan prima merupakan suatu pelayanan professional, cepat, bersih, ramah dan pelayanan yang memberikan kepuasan bagi kesembuhan pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap rumah sakit H. Adam Malik Medan yang dinilai dari enam unsur pelayanan keperawatan prima yaitu kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jumlah sampel 147 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sample. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2009 dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuesiner mengukur tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima yang menggunakan skala likert.

Hasil penelitian menunjukkan 18,5% pasien menyatakan sangat memuaskan, 74,3% pasien menyatakan memuaskan, 6,8% pasien menyatakan tidak memuaskan dan 0% sangat tidak memuaskan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pelayanan keperawatan prima yang diberikan perawat perlu meningkatkan pelayanannya, dengan memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita, tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien, serta meningkatkan caring terhadap pasien.. Penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menggambarkan hubungan antara kepuasan pasien dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji sukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

anugrahnya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi judul “Analisa Tingkat Kepuasan

Pasien pada Pelayanan Keperawatan Prima di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, sebagaimana lazimnya untuk memenuhi salah

satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. dr. Gontar A

Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) selaku pembantu Dekan 1, kepada

Ibu Erniyati, S.kp, MNS selaku ketua program studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Terima kasih kepada Ibu Liberta S.kp,

M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan

masukan yang berharga dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu Rika Endah, S.kp

selaku penasehat akademik, Ibu Salbiah, S.Kp, M.kep dan Ibu Ns Anna Kasfi S.kep

selaku dosen penguji, dan seluruh staff dosen PSIK yang telah memberikan berbagai

ilmu yang bermamfaat sebagai bekal dalam menyelesaikan skripsi ini, seluruh staff

administrasi kampus PSIK yang memberikan bantuan demi kelancaran administrasi.

(5)

administrasi, kapokja, dan setiap kepala ruangan yang memberikan izin penelitian

kepada peneliti.

Terkhusus terima kasih diucapkan kepada Ayahanda Tersayang Khairul Saleh

Nasution dan Ibunda Rosliana Tanjung yang tidak pernah bosan mencurahkan

perhatian, doa dan pengorbanan baik moril maupun materil. Untuk itu aku ingin

menjadi seseorang yang pantas kau banggakan dan kebanggaan terbesarku adalah

karena aku terlahir sebagai putrimu. Juga untuk kakak yang selalu memberikan

dukungan dan semangat yanti A.MK & Arya S.P, Linda S.Pd dan adek tersayang

Sawal dan Ijal, uak ipah, uak inik, Ompung serta mamak dan nantulang. Teristimewa

kepada Ade Hrp yang selalu menghadiahkan kecerian, dorongan serta semangat

ketika aku menghadapi semua masalah dan menjadi alasan bagiku untuk tetap

semangat. Dan juga sahabat-sahabatku tersayang Evi, Juli, Aini, Kiki, Eka, Jawad

dan Amri yang selalu memberi semangat dan bantuan serta menemaniku melewati

hari-hari yang indah. Semoga persahabatan kita tetap abadi. Teman-teman Stambuk

04 yang berjuang bersama dalam menyelesaikan pendidikan di PSIK.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermamfaat bagi kita

semua dan dapat memberikan informasi yang berharga di dunia kesehatan khususnya

keperawatan.

Medan, juli 2009

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepuasan Pasien ... 7

1.1 Pengertian kepuasan dan teori kepuasan ... 7

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien ... 9

1.3 Pengukuran tingkat kepuasan ... 16

1.4 Manfaat pengukuran tingkat kepuasan ... 18

1.5 Klasifikasi kepuasan ... 20

2. Pelayanan keperawatan prima ... 22

2.1 Pengertian pelayanan keperawatan prima ... 22

2.2 Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima ... 24

2.3 kualitas pelayanan keperawatan ... 28

2.4 Faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima ... 29

2.4.1 Faktor pengetahuan ... 29

2.4.2 Faktor beban kerja ... 31

2.4.3 Faktor komunikasi ... 31

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual... 34

2. Kerangka Operasional ... 35

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian ... 37

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4. Pertimbangan Etik ... 39

(7)

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

7. Prosedur Pengumpulan Data ... 41

8. Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian... 44

Karakteristik responden ... 44

Kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima ... 46

Kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima ... 48

2. Pembahasan... 48

Karakteristik responden ... 49

kepuasan pasien berdasarkan kemampuan ... 50

kepuasan pasien berdasarkan sikap ... 51

kepuasan pasien berdasarkan penampilan ... 52

kepuasan pasien berdasarkan perhatian... 53

kepuasan pasien berdasarkan tindakan ... 54

kepuasan pasien berdasarkan tanggung jawab ... 55

kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima ... 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 61

2. Rekomendasi ... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Uji Validitas Isi 2. Uji Reliabilitas

3. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 4. Instrumen Penelitian

5. Surat Izin Penelitian

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

1. kerangka konsep penelitian analisa tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pasien yang dirawat inap

di RSUP H. Adam Malik Medan (n=147)... 45

Tabel 5.2 Distribusi dan persentase analisa tingkat kepuasan pasien pada pelayanan

keperawatan prima berdasarkan komponen prima ... 47

Tabel 5.2 Distribusi dan persentase analisa tingkat kepuasan pasien pada pelayanan

(10)

Judul : Analisa tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima di RumahSakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Peneliti : Nina Maisyaroh Nasution

Jururan : Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan harus dapat memuaskan masyarakat sebagai pengguna jasa. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator dalam menilai mutu pelayanan dirumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan bagian intekral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan keperawatan sehingga perlu adanya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dirumah sakit tersebut. Salah satu pelayanan keperawatan dirumah sakit adalah pelayanan prima merupakan suatu pelayanan professional, cepat, bersih, ramah dan pelayanan yang memberikan kepuasan bagi kesembuhan pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap rumah sakit H. Adam Malik Medan yang dinilai dari enam unsur pelayanan keperawatan prima yaitu kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, tanggung jawab. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jumlah sampel 147 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sample. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2009 dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuesiner mengukur tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima yang menggunakan skala likert.

Hasil penelitian menunjukkan 18,5% pasien menyatakan sangat memuaskan, 74,3% pasien menyatakan memuaskan, 6,8% pasien menyatakan tidak memuaskan dan 0% sangat tidak memuaskan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pelayanan keperawatan prima yang diberikan perawat perlu meningkatkan pelayanannya, dengan memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita, tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien, serta meningkatkan caring terhadap pasien.. Penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menggambarkan hubungan antara kepuasan pasien dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Eraglobalisasi merupakan suatu era baru yang akan membawa berbagai

perubahan dibidang kehidupan. Salah satunya yaitu perubahan dibidang kesehatan.

Terbuktinya pasar bebas akan berakibat pada tingginya kompetisi dibidang kesehatan

dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini menuntut adanya peningkatan

kualitas serta profesionalisme sumber daya manusia kesehatan termasuk juga

didalamnya sumber daya manusia keperawatan (Anaswarni, Keliat, Sabri, 2002).

Pada masa sekarang dan yang akan dating, perawat dituntut untuk berperan penting

dalam memberikan pelayanan kesehatan diRumah sakit (Jane, 2001 dikutip dari

Purnomo, 2004).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga kelompok dan ataupun masyarakat (Lovely dan loobam 1973,

dalam waluyo, 2008). Pelayanan keperawatan adalah salah satu ruang lingkup

pelayanan yang merupakan inti dari kegiatan pelayanan dirumah sakit. Rumah sakit

harus menaga mutu keperawatan agar mampu bersaing (DepKes, 1995).

Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang strategis dalam menentukan

(12)

terbanyak dan yang paling banyak kontak dengan pasien. Perawat memberikan

pelayanan selama 24 jam terus menerus pada pasien sehingga menjadikan

satu-satunya profesi kesehatan dirumah sakit yang banyak memberikan persepsi terhadap

pelayanan kesehatan pada diri pasien (Purnomo, 2004).

Menurut Soejadi (1996), pasien adalah individu terpenting dirumah sakit,

sehingga konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Didalam suatu proses

keputusan, konsumen yaitu pasien tidak akan berhenti hanya sampai proses

penerimaan pelayanan. Pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya

tersebut. Hasil dari proses evaluasi itu akan menghasilkan perasaan puas atau tidak

puas (Sumarwan, 2003). Kepuasan pasien akan tercapai apabila diperoleh hasil yang

optimal bagi setiap ppasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan

pasien atau keluarganya, adanya perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik

dan tanggap atau memprioritaskan kebutuhan pasien (Kotler, 2003).

Kepuasan pasien adalah indikator pertama dari standar suatu rumah sakit dan

merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pasien yang rendah akan

berdampak terhadap jumlah kunjungan dirumah sakit, sedangkan sikap karyawan

terhadap pasien juga akan berdampak terhadap kepuasan pasien dimana kebutuhan

pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu

pelayanan yang diberikan (Heriandi, 2006).

Salah satu pelayanan yang ada dirumah sakit adalah pelayanan prima, dimana

(13)

pelayanan yang menberikan kepuasan dan kesembuhan bagi pasien (Keliat, Budi,

Anna (2008). Untuk menuju pelayanan prima dibutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai, meliputi ruangan, alat kesehatan utama, alat diagnostic dan alat penunjang

diagnostic serta alat kesehatan untuk suatu tindakan medik. Disamping itu juga tidak

kalah pentingnya sumber daya manusia yang memenuhi syarat, baik kualitas maupun

kuantitas. Petugas yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang

andal dan tingkah laku yang baik (Cokroaminoto, 2006).

Semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang

berkualitas dan terangkau, maka berbagai upaya telah ditempuh dan memenuhi

harapan tersebut. Pelayanan prima pada dasarnya dituukan untuk memberikan

kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas

dan memenuhi lima dimensi mutu utama yaitu : tangibles, reliability, resvonsiveness,

assurance, dan emphaty (Fahriadi, 2007).

Dari hasil penelitian Mardiah (2007) yang dilakukan dirumah sakit umum

sigil untuk meneliti pelayanan yang berkualitas diperoleh hasil sebanyak 72,3%

mempunyai peersepsi yang baik tentang reliability, sebanyak 79,8% mempunyai

persepsi yang baik tentang responsiveness dan 62,8% memiliki persepsi yang baik

terhadap tangibles.dalam hal ini kepuasan sebanyak 53,2% menyatakan cukup puas,

sistribusi mutu pelayanan yang paling banyak adalah baik dengan nilai 21,3%

sedangkan kepuasan pasien rawat inap yang paling banyak menyatakan cukup puas

adalah 22,3% selebihnya menyatakan tidak puas. Hasil ini searah dengan kepuasan

(14)

Pada saat ini rumah sakit umum pusat H. Adam Malik Medan enerapkan

pelayanan keperawatann prima disetiap ruang rawat inap. Adapun rumah sakit ini

memiliki fasilitas ruang rawat inap sebanyak 3 ruangan yaitu instalasi rawat inap

terpadu A terdiri dari 7 ruangan, instalasi rawat inap terpadu B terdiri dari 6 ruangan,

dan CVCU terdiri dari 2 ruangan, dengan kapasitas tempat tidur berumlah 600 buah.

Data dari bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan (2009) menyebutkan

pada periode Januari hingga desember 2008 jumlah pasien yang dirawat inap

berjumlah 17720 orang. Dengan rata-rata hari rawat inap adalah 3-9 hari. Dengan

demikian rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap setiap bulannya adalah 1477

orang.

Pelayanan keperawatan prima di RSUP H. Adam Malik Medan diterapkan

dengan tujuan untuk meningkatkan system pelayanannya agar tercapai kepuasan

pasien. Bagian keperawatan RSUP H. Adam Malik Medan (2008) telah melakukan

evaluasi mutu pelayanan keperawatan prima dengan hasil penampilan fisik baik

(75,2%), penyampaian prima cukup (83,6%), penyampaian prima cukup (83,6%),

kemampuan prima cukup (80%), dan disiplin cukup (84,5%).

Berdasarkan tinjauan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima diruang rawat

(15)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang maka dapat

dirumuskan permasalahan bagaimana tingkat kepuasan pasien pada pemberian

pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien pada

pemberian pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap RSUP H. Adam Malik

Medan.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan

keperawatan prima berdasarkan kemampuan perawat.

2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan

keperawatan prima berdasarkan sikap perawat.

3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan

keperawatan prima berdasarkan penampilan perawat.

4. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan

keperawatan prima berdasarkan perhatian yang diberikan perawat.

5. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan

(16)

6. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan

keperawatan prima berdasarkan tanggung jawab yang diberikan perawat.

4. Mamfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan memberikan konstribusi terhadap berbagai aspek

yaitu :

4.1. RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi tambahan

kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan sebagai evaluasi untuk

meningkatkan pelayanan keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2. Pendidikan

Dalam aspek pendidikan, penelitian ini bermamfaat dalam memberikan

informasi tambahan dan data evaluasi yang berguna bagi pendidikan keperawatan.

4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar pada penelitian

selanjutnya terutama yang menyangkut perkembangan pelayanan keperawatan prima.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.Kepuasan Pasien

1.1 Pengertian kepuasan dan teori kepuasan

Menurut Soejadi (1996), pasien atau klien merupakan individu terpenting

dirumah sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Didalam

suatu proses keputusan, konsumen yaitu pasien, tidak akan berhenti hanya sampai

proses penerimaan pelayanan. Pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya

tersebut. Hasil dari proses evaluasi itu akan menghasilkan perasaan puas atau tidak

puas (Sumarwan, 2003). Kotler (1997) menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat

keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan

penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan

seseorang (Sumarwan, 2003).

Kepuasan berarti keinginan dan kebutuhan seseorang telah terpenuhi sama

sekali. Kepuasan seorang penerima jasa layanan dapat tercapai apabila kebutuhan,

keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau produk yang

dikonsumsinya. Kepuasan pasien bersifat subjektif berorientasi pada individu dan

sesuai dengan tingkat rata-rata kepuasan penduduk. Kepuasan pasien dapat

(18)

kecepatan pemberian layanan, prosedur serta sikap yang diberikan oleh pemberi

pelayanan kesehatan itu sendiri (Anwar, 1998 dalam Awinda, 2004).

Kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang

dirasakan dan diharapkan. Kepuasan pasien adalah tingkat kepusan dari persepsi

pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu

indikator kinerja rumah sakit. Bila pasien menunjukkan hal-hal yang bagus mengenai

pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan dan pasien mengindikasikan

dengan perilaku positifnya, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pasien memang

puas terhadap pelayanan tersebut (Purnomo, 2002).

Ada beberapa teori mengenai kepusaan. Teori yang menjelaskan apakah

pasien sangat puas, puas, tidak puas adalah teori performasi yang diharapkan

(expectation-performance theory) yang menyatakan bahwa kepusan adalah fungsi

dari harapan pasien tentang jasa dan performasi yang diterimanya. Jika jasa sesuai

dengan harapannya ia akan puas; jika jasa kurang sesuai dengan yang diharap,ia akan

merasa tidak puas. Kepuasan atau ketidak puasan pasien akan meningkat jika ada

jarak yang lebar antara harapan dan kenyataan performasi pelayanan. Beberapa

pasien cenderung memperkecil kesenjangan dan mereka akan terkurangi rasa

ketidakpuasannya (Purnomo, 2002).

Long & Green (1994) berpendapat bahwa perawat memiliki konstribusi yang

unik terhadap kepuasan pasien dan keluarganya. Valentine (1997) menyatakan bahwa

pelayanan keperawatan dan perilaku perawat merupakan faktor yang sangat

(19)

Menurut Oliver (1998., dalam Supranto, 2001) mendefinisikan kepuasan

sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan

antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan,

maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan

akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat

puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar

dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas

akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang

baik tentang perusahaan tersebut.

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Menurut Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi

kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor,

yaitu:

1. Kualitas produk atau jasa

Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa

produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas

produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas produk atau jasa

yang sesungguhnya dan komunikasi perusahan terutama iklan dalam mempromosikan

(20)

yang menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terkait dengan teknis medis adalah

produk atau jasa yang dijual (Lusa, 2007).

2. Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan

dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik

atau sesuai dengan yang diharapkan. Mutu pelayanan kesehatan yang dapat

menimbulkan tingkat kepuasan pasien dapat bersumber dari faktor yang relatif

sefesifik, seperti pelayanan rumah sakit, petugas kesehatan, atau pelayanan

pendukung (Woodside, 1989). Prioritas peningkatkan kepuasan pasien adalah

memperbaiki kualitas pelayanan dengan mendistribusikan pelayanan adil, palayanan

yang ramah dan sopan, kebersihan, kerapian, kenyamanan dan keamanan ruangan

serta kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan medis dan non medis

(Marajabessy, 2008).

3. Faktor emosional

Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap

konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai

pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih

tinggi. Selain itu, pengalaman juga berpengaruh besar terhadap emosional pasien

terhadap suatu pelayanan kesehatan (Robert dan Richard, 1991). Perasaan itu

meliputi senang karena pelayanan yang menyenangkan, terkejut karena tak menduga

(21)

terhadap suatu pelayanan tertentu sangat mempengaruhi pemilihan terhadap rumah

sakit.

4. Harga

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan

kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini

mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal

harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan

rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih

tinggi pada pasien.

5. Biaya

Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya

tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan,

cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut. Menurut, Lusa (2007) , biaya dapat

dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya

pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis lainnya, tingkat

masyarakat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi masyarakat miskin,dan

sebagainya. Selain itu, efisiensi dan efektivitas biaya, yaitu pelayanan yang murah,

tepat guna, tidak ada diagnosa dan terapi yang berlebihan juga menjadi pertimbangan

(22)

Sementara itu ahli lain Moison, Walter dan White (dalam Haryanti, 2000)

menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu :

1. Karakteristik produk, produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit

yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk

rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan

tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.

2. Harga, yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga

merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan

kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini

mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin

mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.

Herianto dan kawan-kawan (2005) menemukan, ekspektasi masyarakat

terhadap harga yang murah ditemukan cukup tinggi. Ini dikarenakan

masyarakat miskin di Indonesia memang cukup tinggi.

3. Pelayanan, yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan

dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan

pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang

berkunjung di rumah sakit. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk

pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Dapat dijabarkan

dengan pertanyaan yang menyangkut keramahan, informasi yang

diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, responsi, support, seberapa

(23)

kemudahan dokter/perawat dihubungi, keteraturan pemberian meal, obat,

pengukuran suhu dsb (Lusa, 2007). Misalnya : pelayanan yang cepat,

tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.

4. Lokasi, meliput i letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya.

Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam

memilih rumah sakit. Akses menuju lokasi yang mudah dijangkau

mempengaruhi kepuasan klien dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan di

rumah sakit maupun pusat jasa kesehatan lainnya (Heriandi, 2007).

Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang

mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan

semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit

tersebut.

5. Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian

kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana,

tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap.

Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepuasan klien, namun

rumah sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam

penyusunan strategi untuk menarik konsumen.

Berbagai kegiatan dan prasarana kegiatan pelayanan kesehatan yang

mencerminkan kualitas rumah sakit merupakan determinan utama dari

kepuasan pasien. Pasien akan memberikan penilaian (reaksi afeksi)

(24)

terhadap sarana dan prasarana kesehatan yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Penilaian mereka terhadap kondisi

rumah sakit (mutu baik atau buruk) merupakan gambaran kualitas rumah

sakit seutuhnya berdasarkan pengalaman subjektif individu pasien(Utama,

2003).

6. Image, yaitu citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap

lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan

pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan

dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Pasien dalam menginterpretasikan

rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera dari

informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang lain

maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif

terhadap rumah sakit tersebut, meskipun dengan harga yang tinggi. pasien

akan tetap setia menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan

harapan-harapan yang diinginkan pasien.

7. Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang

tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan

kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus

diikutsertakan dalam penyusunan strategi terhadap kepuasan pasien atau

konsumen. Aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah

(25)

ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC, pembuangan sampah,

kesegaran ruangan dan lain-lain (Lusa, 2005).

8. Suasana, meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. Suasana rumah

sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi

kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya

bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang

berkunjung ke rumah sakit akan sangat senang dan memberikan pendapat

yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut.

Menurut Lusa (2007), aspek ini tidak hanya penting untuk

memberikan kepuasan semata, tetapi juga memberi perlindungan kepada

pasien. Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien dari hal-hal

yang dapat membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh, kebakaran,

dan lain-lain adalah aspek penting yang menentukan kepuasan. aspek ini

dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit, kebersihan,

kenyamanan ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata

letak, penerangan, kebersihan WC, pembuangan sampah, kesegaran

ruangan dan lain-lain. Perawat harus memperhatikan aspek ini.

9. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa

dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien

dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam

memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol

(26)

memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah

sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang berkunjung di rumah

sakit, akan dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien

adalah : kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik

produk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana, dan desain

visual.

Komunikasi dalam hal ini juga termasuk perilaku, tutur kata,

keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan informasi

dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi

kepuasan pasien RS. Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa

outcome tak sesuai dengan harapannya merasa cukup puas karena dilayani

dengan sikap yang menghargai perasaan dan martabatnya (Suryawati dkk,

2006).

1.3 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam

penyediaan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila

pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka

pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan efisien. Tingkat kepuasan

pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam pengembangan

suatu system penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan,

(27)

populasi dan sasaran (Hadisugito, 2005). Bila pelanggan tidak puas atau kecewa,

harus segera diketahui faktor penyebabnya dan segera dilakukan koreksi atau

perbaikan. Tanpa adanya tindakan untuk melakukan koreksi atau perbaikan hasil

pengukuran tingkat kepuasan pelanggan menjadi tidak bermamfaat. Padahal tujuan

pengukuran tingkat kepuasan pelanggan adalah untuk dapat segera mengetahui

faktor-faktor yang membuat para pelanggan tidak puas, dapat segera diperbaiki,

sehingga pelanggan tidak kecewa.

Tingkat kepuasan adalah merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang

dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan

kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan sangat puas. Harapan

pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya

serta janji dan informasi pemasaran dan saiingannya. Pelanggan yang puas akan setia

lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang

perusahaan.

Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan

mengelola suatu system untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan

kemampuan untuk mempertahankan pelanggannya.

Menurut Kotler (2003), ada beberapa macam metode dalam pengukuran

kepuasan pelanggan :

(28)

a. Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) memberikan

kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan

keluhan. Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan

telepon langsung dengan pelanggan.

b. Ghost shopping

Mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai

pengguna potensial, kemudian melaporkan temuannya mengenai kekuatan dan

kelemahan produk rumah sakit dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka.

c. Lost customer analysis

Rumah sakit seyogianya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti

menggunakan jasa pelayanan agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi.

D. Survei kepuasan pelanggan

Penelitian survei dapat melalui pos, telepon dan wawancara langsung.

Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai elemen penawaran

berdasarkan derajad pentingnya setiap elemen dan seberapa baik perusahaan dalam

masing-masing elemen (importanse/performance ratings). Melalui survei perusahaan

akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan

juga memberikan tanda positif bahwa rumah sakit menaruh perhatian terhadap para

(29)

Pengumpulan data survei kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai

cara tetapi pada umumnya dilakukan melalui kuesioner dan wawancara. Adapun

penggunaan kuesioner adalah cara yang paling sering digunakan karena mempunyai

beberapa keuntungan, seperti proses yang mudah dan murah, menghasilkan data yang

telah terstandarisasikan, dan terhindar dari bias pewawancara (Pohan, 2006).

1.4 Manfaat Pengukuran Kepuasan

Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program pengukuran adalah

tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan objektif. Dengan hasil pengukuran

orang bisa melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaannya, membandingkan

dengan standar kerja, dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan

perbaikan berdasarkan pengukuran tersebut. Ada beberapa manfaat pengukuran

kepuasan antara lain sebagai berikut :

a. pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi,

yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang prima kepada

pelanggan.

b. Pengukuran bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar

prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan mereka menuju mutu

yang semakin baik dan kepuasan pelanggan yang meningkat.

c. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama

bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau yang

(30)

d. Pengukuran memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki

mutu dan kepuasan pelanggan bagaimana harus melakukannya. Informasi

ini juga bisa datang dari pelanggan.

e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat

produktivitasnya yang lebih tinggi.

Menurut Azwar (2003), didalam situasi rumah sakit yang mengutamakan

pihak yang dilayani (client oriented), karena pasien adalah pasien yang terbanyak,

maka banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh bila mengutamakan kepuasan

pasien antara lain sebagai berikut :

a. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang hati

diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah sakit.

b. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang

puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada orang lain. Hal

ini secara akumulatif akan menguntungkan rumah sakit karena

merupakan pemasaran rumah sakit secara tidak langsung.

c. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi.

Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin mendapatkan

pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini mereka dengar akan

menguntungkan rumah sakit secara sosial dan ekonomi (meningkatnya

pendapatan rumah sakit).

d. Berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) rumah sakit, seperti

perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit

(31)

e. Didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan

lebih diwarnai dengan situasi pelayanan yang menjunjung hak- hak

pasien. Rumah sakitpun akan berusaha sedemikian rupa sehingga

malpraktek tidak terjadi.

1.5 Klasifikasi kepuasan

Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dapat

diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut :

a) Sangat memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang

menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar

sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti sangat bersih (untuk

prasarana), sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter atau perawat),

atau sangat cepat (untuk proses administrasi), yang seluruhnya

menggambarkan tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi.

b) Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien, yang

menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian

sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk

sarana), agak kurang cepat (proses administrasi), atau kurang ramah, yang

seluruhnya ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang.

c) Tidak memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien rendah,

(32)

keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk

proses administrasi), atau tidak ramah.

d) Sangat tidak memuaskan.

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang

rendah, menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau

keinginan seperti tidak bersih (untuk sarana), lambat (untuk proses

administrasi), dan tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan tingkat

kualitas yang kategori paling rendah.

Berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan likert dikenal

dengan istilah skala likert, kepuasan pasien dikategorikan menjadi, sangat puas, agak

puas, dan tidak puas. Kategori ini dapat dikuantifikasi misalnya ; sangat puas

bobotnya 3, agak puas bobotnya 2, dan tidak puas bobotnya 1 (Utama, 2003).

2. Pelayanan keperawatan prima

2.1 Pengertian pelayanan keperawatan prima

Defenisi pelayanan umum (Kep.Men.Pan.No.81 tahun 1993) adalah segala

bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat,

didaerah dan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka ketentuan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan pelayanan keperawtan prima adalah pelayanan yang diberikan

kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat

(33)

Pelayanan prima merupakan elemen utama rumah sakit dan unit-unit

kesehatan agar bisa bertahan diera globalisasi. Adapun pelayanan kepada masyarakat

tentunya telah ada suatu ketetapan tatalaksananya. Prosedur dan kewenangan

sehingga penerima pelayanan puas dengan apa yang telah diterimanya.

Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang

memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan

pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien.

Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau

masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan

untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas

kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap

transaksi.

Pelayanan prima pada dasarnya dituukan untuk memberikan kepuasan kepada

pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memiliki

lima dimensi mutu yang utama yaitu : tangibles, re;iability, responsiveness,

assurance, dan empathy. Disadari ataupun tidak, penampilan (tangibles) dari rumah

sakit merupakan poin pertama yang ditilik ketika pasien pertama kali mengetahui

keberadaannya. Masalah kesesuain janji (reliability), pelayanan yang tepat

(responsiveness), dan jaminan pelayanan (assurance) merupakan masalah yang

sangat peka dan sering menimbulkan konflik. Dalam proses ini faktor perhatian

(empathy) terhadap pasien tidak dapat dilalaikan oleh pihak rumah sakit (Fahriadi,

(34)

Untuk dapat memberikan pelayanan yang prima, sebuah rumah sakit harus

memiliki sumber daya manusia dengan kualitas baik. Pelayanan dirumah sakit

merupakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh suatu tim tenaga kesehatan, seperti

Dokter, Perawat dan Bidan. Tim keperawatan merupakan anggota tim garda depan

yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus menerus.

Bentuk pelayanan dan asuhan keperawatan seyogianya diberikan oleh perawat yang

memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan

profesi keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga keperawatan harus

dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana, dan berkesinambungan

(Aisyah, 2008).

2.2 Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima

Dalam pengembangan budaya pelayanan keperawatan prima, Gultom (2006)

mengembangkan pelayanan keperawatan priama dengan menyelaraskan faktor-faktor

Ability (kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan), Attention

(perhatian), Action (tindakan), Accountability (tanggung jawab).

1. Kemampuan (Ability)

Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak diperlukan

untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang

keperawatan yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan

motivasi, membina hubungan dengan tenaga kesehatan lain.

Perawat harus mempunayai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih lagi pada

(35)

wawasan yang dimaksud bukan hanya sebatas bidang keperawatan, tapi menyeluruh.

Pengetahuan yang luas dari perawat sangat berguna untuk memberikan pelayanan

keperawatan yang profesional.

Sedangkan menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan

untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil

apabila telah dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik

dan benarnya perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan mengacu pada

dasar pendidikannya dan standar keperawatan. Akan tetapi, keterampilan seorang

perawat bukan hanya tergantung dari tingginya pendidikan yang diterimanya, tapi

pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan juga sangat berpengaruh

(Zulkifli, 1999).

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi

pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian,

kata-kata yang lembut,sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping

pasien dan bersikap sebagai media penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui

kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima

adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif, penuh kesabarab dan

tidak mengada-ada, dan tepat waktu.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut harus dimiliki oleh

(36)

pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien

terhadap perawat.

3. Penampilan (Appearance)

Penampilan perawat dalah penampilan, baik berupa fisik maupun nonfisik

yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain.

Penampilan seseorang merupakn salah satu hal pertama yang diperhatikan selama

komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit

pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli

Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan

berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan

konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan

cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat dapat mempengaruhi

persepsi pasien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang diterima, karena

tiap pasien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.

Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mecerminkan kemampuan perawat tetapi

mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap pasien

jika perawat tidak memenuhi citra pasien.

4. Perhatian ( Attention)

Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan

dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas

saran dan kritik. Perhatian yang diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri dan

merasa menadi beban bagi orang lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat

(37)

kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan pada

kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada

pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses penyembuhan kejiwaannya. Sehingga

dengan sembuhnya kejiwaan maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.

5. Tindakan (Action)

Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam

memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu

pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta sesuai

dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila

perawat terampil dalam memberikan tindakan keperawatan, maka secara otomatis

pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang diberikan perawat tersebut.

Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat menimbulkan rasa aman dan

nyaman bagi pasien saat melakukan suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai

dengan standar keperawatan dapat menjamin bahwa asuhan keperawatan yang

diberikan juga berkualitas.

6. Tanggung jawab (Accountability)

Tanggung jawab adalah suatu sikaf keberpihakan kepada pasien sebagai

wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau

ketidakpuasan pasien. Perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan

berinteraksi langsung dengan pasien, baik itu klien sebagai individu, keluarga

maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatannya

perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika keperawatan.

(38)

harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik keperawatan itu sendiri.,

yaitu : perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum,

perawat membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya,

perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi

pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat,

dan perawat bekera dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).

Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:

1. Mengutamakan pelanggan

2. Sistem yang efektif

3. melayani dengan hati nurani

4. perbaikan berkelanjutan

5. pemberdayaan pelanggan

2.3 Kualitas pelayanan keperawatan

Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan

kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau

pandangan konsumen. Penelitian terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirumah

sakit tidak semudah menentukan kualitas barang pada industri manufaktur. Pada

industri manufaktur, kualitas barang yang dihasilkan ditentukan oleh standar baku

dan harga. Bila kualitas dibawah standar atau bila harganya diatas standar untuk

barang tertentu maka konsumen tidak akan mau membelinya. Sedangkan pada bidang

kesehatan, konsumen atau pasien berada pada posisi yang tidak mampu menilai

(39)

Bidang keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan

bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilakan sesuai dengan

standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002). Untuk memenuhi kebutuhan pasien

tersebut maka yang paling bertanggung jawab adalah perawat. Kualitas pelayanan

keperawatan dinilai dari berbagai pelayanan itu, baik bagi perorangan maupun

populasi.

Penilaian kualitas pelayanan keperawatan, terdapat tahap-tahap yang harus

dijalani. Menurut Nursalam(2002), tahap pertama dalam proses ini adalah

penyusunan standar atau kriteria. Adalah sesuatu yang mustahil apabila mengukur

sesuatu tanpa adanya suatu standar yang baku. Tidak hanya harus ada standar, tetapi

pemimpin juga harus tanggap dan melihat bahwa perawat mengetahui dan mengerti

standar yang telah ditentukan tersebut, karena standar bervariasi operasionalnya

dalam setiap institusi dan perawat harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang

sesuai dengan kriteria. Informasi-informasi yang diperoleh tersebut dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.

Tahap tiga adalah identifikasi sumber informasi. Pemimpin harus yakin

terhadap sumber informasi yang didapatkan. Dalam melakukan pengawasan kualitas

pelayanan keperawatan, pemimpin dapat menemukan banyak informasi dari pasien

sendiri yang merupakan sumber yang sangat membantu. Tahap keempat adalah

mengumpulkan dan menganalisa data. Semua informasi yang telah didapat dari

pasien, dapat diadikan sebagai pengukuran kualitas pelayanan keperawatan. Tahapan

(40)

dengan standar yang berlaku, maka evvaluasi ulang tidak perlu dilakukan. Evaluasi

ulang hanya akan dikerjakan apabila banyak kegiatan yang dilakukan tidak sesuai

dengan standar yang berlaku.

Penelitian standar asuhan keperawatan, maka tindakan yang seharusnya

dilakukan adalah menetapkan standar keperawatan. Standar keperawatan yang telah

terbentuk akan membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, yang

konsisten, kontiniu, dan bermutu. Standar keperawatan juga dapat melindungi pasien

dari tindakan yang salah yang dilakukan oleh perawat.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima

Menurut Nursalam (2002) keberhasilan pelaksanaan kegiatan menjamin

kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh berbagai factor yakni :

2.4.1 Faktor pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia. Dimana pengetahuan manusia umumnya diperoleh diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket terhadap responden

tentang isi materi yang diukur. Dalam pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan

dengan tingkatan pengetahuan dalam kognitif (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan

tenaga perawat kepada kegiatan penjaminan mutu pelayanan keperawatan merupakan

kegiatan penilai, memantau atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada klien

(41)

Adapun tujuan dari penilaian mutu pelayanan keperawatan adalah untuk

meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen, menghasilkan

keuntungan atau pendapat institusi, mempertahankan eksistensi institusi,

meningkatkan kepuasan kerja sumber daya yang ada, meningkatkan kepercayaan

konsumen atau pelanggan serta menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar yang

berlaku.

Pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika

pelaksanaan asuhan keperawatan dipersiapkan sebagai suatu kehormatan yang

dimiliki perawat dalam mempertahankan haknya untuk memberikan asuhan yang

manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etik profesi perawat yang

berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi

rencana, dan evaluasi tindakan yang diberikan (Nuracmah,2001). Pengetahuan

perawat tentang penilaian mutu pelayanan keperawatan tidak terrlepas dari standar

praktik keperawatan yang telah ditetapkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam

tahapan proses keperawatan yakni : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

2.4.2 Faktor beban kerja

Bekera adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan

kepuasan. Dan aktifitas ini melibatkan baik fisik maupun mental (As’ad, 2001).

Beban kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberatkan pada

pencapaian aktifitas untuk melakukan suatu aktifitas. Beban kerja perawat yang tinggi

serta beragam dengan tuntutan institusi kerja dalam pencapaian kualitas bermutu,

(42)

pelayanan yang diharapkan (Kusdijanto, 2000). Untuk itu perlu adanya

pengorganisasian kerja perawat yang tepat dan jelas (Swansburg, 2000).

Tujuan utama menyusun rencana pembagian tugas adalah untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya. Pembagian

tugas terdiri dari tiga aspek yaitu : pengembangan tugas, keterlibatan dalam tugas,

dan rotasi tugas (Nursalam, 2000).

Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah

dengan cara menjaga kesinambungan antara beban kera perawat dan jumlah tenaga

perawat yang tersedia.

2.4.3 Faktor komunikasi

Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu

pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima

(Nursalam, 2000). Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan

unsure utama bagi perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan untuk

mencapai hasil yang optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan

komunikasi terapeutik antara lain :

1. Pendidikan

Merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang

dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat digunakan untuk

mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup (Notoadmojo, 2003).

Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin

baik pengetahuan yang dimiliki sehingga menggunakan komunikasi terapeutik secara

(43)

2. Lama bekerja

Merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja. Makin

lama seseorang bekera makin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan

makin baik cara berkomunikasinya (Alimul, 2003)

3. Pengetahuan

Merupakan proses belajar dengan meggunakan panca indra yang dilakukan

seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan

keterampilan (Notoadmojo, 2003). Menurut Bloom dan Kartwalk (1998) membagi

pengetahuan dalam enam tingkatan diantaranya tahu, memahami, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

4. Sikap

Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi berjalan

efektif atau tidak. Sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya

terhadap komunikator. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti

terbuka, percaya, empati, menghargai, rendah diri dan menjadi pendengar yang baik.

Kesemuanya dapat mendukung komunikasi yang terapeutik.

5. Kondisi psikologi

Pada komunikator akan mudah mempengaruhi dari isi pembicaraan melalui

komunikasi terapeutik. Namun perlu memperhatikan kondisi psikologis yang baik

untuk menjadikan komunikasi sebagai terapeutik. Kondisi psikologis seorang

pendengar dapat dipengaruhi oleh rangsangan emosi yang disebabkan oleh

pembicaraan itu sendiri. Indikator dalam melaksanakan komunikasi terapeutik

(44)

perasaannya, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap komunikasi

serta memanggil pasien sesuai dengan identitasnya.

(45)

Tingkat kepuasan Pasien yang dirawat inap

diRSUP H. Adam Malik Medan

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujauan untuk mengidentifikasi tingkat

kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima diruang rawat inap RSUP H.

Adam Malik. Pada penelitian ini tingkat kepuasan dapat diukur dengan 4 kriteria

yaitu : sangat memuaskan, memuaskan, tidak memuaskan, sangat tidak memuaskan

(Gerson, 2004).

-

Skema 1 : Kerangka konseptual penelitian tingkat kepuasan pasien pada pelayanan

keperawatan prima diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H.

(46)

2. Defenisi operasional

2.1 kepuasan pasien adalah perasaan senang dan lega pada pasien karena

keinginan dan kebutuhannya dalam mendapatkan pelayanan keperawatan prima telah

terpenuhi selama dirawat diruang rawat inap. Tingkat kepuasan dalam penelitian ini

didasarkan pada pernyataan yang diungkapkan oleh pasien digunakan skala penilaian

likert, meliputi sangat memuaskan, memuaskan, tidak memuaskan, dan sangat tidak

memuaskan.

2.2 Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keparawatan yang

memberikan kepuasan kepada pasien berupa pelayanan yang berkualitas yang terdiri

dari kemampuan, sikap, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab. Pelayanan

keperawatan prima dalam penelitian ini menanyakan objek kepuasan pasien yang

akan dinilai dari penelitian ini, meliputi sangat memuaskan, memuaskan, tidak

memuaskan, dan sangat tidak memuaskan. Pelayanan keperawatan prima dinilai dari

6 unsur pelayanan keperawatan prima:

2.2.1 Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seorang

perawat dalam menjalankan tugasnya dibidang keperawatan.seorang

perawat dikatakan terampil apabila telah menjalankan tugasnya dengan baik

dan benar.

2.2.2 Sikaf adalah perilaku yang dimiliki dan ditonjolkan oleh perawat dalam

menghadapi pasien. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan

(47)

2.2.3 Penampilan adalah penampilan seorang perawat baik berupa fisik maupun

nonfisik, penampilan seorang perawat merupakan salah satu hal pertama

yang diperhatikan oleh pasien.

2.2.4 Perhatian adalah kepedulian terhadap pasien, baik dalam pemenuhan

kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas saran dan kritik.

Sikaf yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat, diyakini

dapat mempercepat proses penyembuhan.

2.2.5 Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang dilakukan perawat dalam

memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini berlandaskan ilmu

pengetahuan, prinsip dan teori keperawatan.

2.2.6 Tanggung jawab adalah suatu sikaf berpihak pada pasien sebagai wujud

kepedulian untuk menghindari atau meminimalkan kerugian terhadap

ketidakpuasan pasien.

(48)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisa hubungan antar

variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan

jawaban di mana, kapan, berapa banyak, siapa, dan analisa statistik yang digunakan

adalah deskriptif (Hidayat, 2003), dan pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima

diruang rawat inap.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2004 dalam Hidayat, 2003). Populasi yang diambil pada

penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat diruangan yang menerapkan

pelayanan keperawatan prima di RSUP H. Adam Malik Medan.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi

(49)

dari 100, sampel yang diambil adalah sebesar 10-15 % atau 20-25 %. Maka, jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10% dari populasi yaitu 10%.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan cluster

sample yaitu pengambilan sampel dengan mengelompokkan sampel dari ciri-ciri yang

ada.

Adapun jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ruangan Jumlah pasien/ bulan (populasi)

Sampel 10%

Instalasi rawat inap terpadu A

736 orang 74 orang

Instalasi rawat inap terpadu B

556 orang 56 orang

CVCU 167 orang 17 orang

Jumlah 1459 orang 147 orang

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien yang menjalani perawatan minimal 3 hari rawatan

b. Pasien umur 15-16 tahun

c. Dapat membaca dan menulis dengan baik

d. bersedia menjadi responden (dalam keadaan sadar, dan tidak sedang

(50)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan diruang rawat inap RSUP H. Adam Malik

Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2009.

4. Pertimbangan Etik

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat

permohonan kepada bagian pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan untuk

mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti

meminta izin kepada direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Kemudian peneliti

melakukan penelitian dengan pertimbangan etik, yaitu: peneliti menjelaskan makna

dan tujuan dari pelaksanaan penelitian. Jika subjek peneliti bersedia berpartisipasi

dalam penelitian maka subjek peneliti diminta menandatangani informed

consent/lembar persetujuan. Peneliti tidak memaksa jika subjek peneliti menolak

untuk terlibat dalam penelitian ini dan tetap menghormati hak-haknya, selanjutnya

untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek peneliti, lembar pengumpulan data hanya

diberi nomor kode yang hanya diketahui oleh peneliti sehingga kerahasiaan semua

informasi yang diberikan tetap terjaga (Polit & Hungler, 2001).

5. Instrumen Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner)

yang bersifat tertutup, yaitu menceklist jawaban yang tersedia. Adapun sebaran

(51)

5.1Kuesioner Data Demografi

Bagian pertama adalah data demografi responden yang terdiri dari usia, jenis

kelamin, agama, pekerjaan, suku, tingkat pendidikan.

5.2Kuesioner tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima.

Bagian kedua adalah kuesioner kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan

keperawatan prima yang terdiri dari 30 pertanyaan yang dikembangkan dari

faktof-faktor pelayanan keperawatan prima yaitu kemampuan (pertanyaan nomor 1-5), sikap

(pertanyaan nomor 6-10), penampilan (pertanyaan nomor 11-15), perhatian

(pertanyaan nomor 16-20), tindakan (pertanyaan nomor 21-25), dan tanggung jawab

(pertanyaan nomor 26-30). Pertanyaan dibuat dalam 2 jenis, yaitu pertanyaan positif

yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30; dan pertanyaan negatife yaitu nomor 2, 15, 19. Masing-masing

pertanyaan menggunakan skala Likert dengan memberikan awaban selalu, sering,

kadang-kadang, tidak pernah. Adapun interpretasi penilaian, untuk pernyataan positif

jawaban selalu=4, sering=3, kadang-kadang =2, tidak =1; dan untuk pernyataan

negatif, jawaban tidak pernah =4, kadang-kadang =3, sering =2, selalu=1 (Hidayat,

2007).

6. Uji validitas dan Reliabilitas

6.1 Uji Validitas

Validitas adalah satu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2002). Untuk menguji validitas pengukuran

(52)

adalah suatu keputusan dengan bagaimana instrument dengan baik mewakili

karateristik yang dikaji. Penilaian tentang validitas isi ini bersifat subyektif dan

keputusan apakah instrumen sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat

ahli (Bronckopp,1999). Adapun instrumen penelitian ini telah dilakukan uji validitas

oleh ahli yaitu Liberta Lumbantoruan, Skep.M.kep dan kuesioner ini telah dinyatakan

valid.

6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Bronckopp (1999), reliabilitas suatu instrument menggambarkan

stabilitas dan konsistensi suatu instrumen. Uji reliabilitas dilakukan pada penelitian

ini dengan teknik cronbach’s alpha. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum

pengumpulan data terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel. 10

orang tersebut bisa dimasukkan ke dalam responden karena karakteristik responden

tidak berubah. Kemudian jawaban dari responden diolah dengan menggunakan

bantuan kompeterisasi. Bila angka korelasi yang diperoleh lebih dari 0,70 maka alat

ukur dikatakan reliabel (Nugroho, 2005). Uji reabilitas dilakukan pada 10 orang

responden yang memenuhi kriteria penelitian. Uji reabilitas penelitian ini telah

dilakukan dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam program SPSS versi

17.0. hasil analisa reabilitas untuk koesioner ini diperoleh nilai 0,815 dan instrumen

ini sudah dikatakan layak (reliabel) karena hasil pengukuran menunjukkan angka

(53)

7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1) Meminta surat rekomendasi dari bagian pendidikan PSIK FK USU

2) Mengajukan permohonan izin kepada manajer RSUP H. Adam Malik dengan

terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian.

3) Setelah mendapat izin dari manajer RSUP H. Adam Malik, peneliti akan

menemui responden dan jika responden bersedia, maka responden akan

menandatangani inform consent.

4) Pemilihan sampel dilakukan oleh peneliti dengan melihat pasien yang memenuhi

kriteria untuk dijadikan sebagai responden.

5) Setelah responden mengisi inform consent maka peneliti akan menjelaskan

bagaimana cara mengisi lembar kuesioner kemudian membagikan kuesioner

kepada responden.

6) Responden akan menjawab kuesioner dalam angket dan jika ada pertanyaan yang

tidak dimengerti, responden diizinkan untuk bertanya kepada peneliti.

7) Peneliti mengumpulan kuesioner dan menganalisa data dari kuesioner.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan mellui pengolahan data

secara komputerisasi dengan menggunakan SPSS versi 17.0. data demografi disajikan

Gambar

Tabel 5. 1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pasien yang
Tabel 5. 2 Distribusi frekuensi dan persentasi analisa tingkat kepuasan pasien
Tabel 5. 8 Distribusi frekuensi dan persentasi Analisa tingkat kepuasan pasien

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang diberikan dan dapat memberikan informasi tambahan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang diberikan dan dapat memberikan informasi tambahan

Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap. RSUP H Adam Malik Medan

Berdasarkan hasil matriks dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi keperawatan dalam pelaksanaan pengawasan secara umum sudah dilakukan dengan baik, kegaiatan

Metode pemecahan masalah keperawatan secara efektif dan efisien yang dilakukan perawat kepada pasien dengan menggunakan proses keperawatan.. Upaya pemulihan kesehatan

Dengan pelaksanaan proses pengkajian keperawatan, perawat mendapatkan beberapa manfaat antara lain: perawat merasa puas telah dapat melaksanakan tugasnya (Syaiin,

Artinya Secara keseluruhan dimensi mutu pelayanan Reliability mempunyai nilai kepuasan yang cukup baik, terutama pada hal pemberian penjelasan prosedur oleh perawat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tria Kelana dengan judul “pengaruh penerapan pelayanan prima service exccellence perawat terhadap tingkat kepuasan pasen di Rumah