Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
PENGGUNAAN IMPLAN ZIGOMA PADA REHABILITASI
PASCA MAKSILEKTOMI SEBAGIAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
NELLY NIM : 060600033
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2009
Nelly
Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian.
Xi + 46 halaman
Pasien dengan defek yang luas pada maksila memerlukan rehabilitasi protesa
dengan sebuah obturator protesa. Jika gigi yang tersisa tidak cukup untuk
mendukung, penanaman implan pada zigoma dapat meningkatkan stabilitas dari
protesa. Tujuan pembuatan skripsi ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan implan pada zigoma, klasifikasi maksilektomi, serta penggunaan implan
zigoma pada rehabilitasi pasca maksilektomi sebagian.
Maksilektomi merupakan suatu tindakan pada maksila yang menimbulkan
defek pada kepala dan leher serta menyebabkan kerusakan dan perubahan bentuk
pada wajah dan fungsi kompromis oral. Rekonstruksi pada defek maksila setelah
reseksi tumor merupakan tantangan bagi dokter bedah rekonstruksi mulut dan
maksilofasial. Dengan diperkenalkan konsep implan pada zigoma, Professor
Bränemark menghadirkan alternatif tanpa pencangkokan untuk merawat pasien
dengan defek maksila.
Implan pada zigoma merupakan implan jenis titanium (35 sampai 55 mm)
yang ditanamkan ke dalam zigoma dan tulang alveolar maksila dengan melalui
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
zigoma sebagai sisi penjangkar pada implan adalah untuk memungkinkan penyediaan
penjangkaran pada bagian posterior guna mengembalikan usaha pembuatan protesa.
Jika dibandingkan dengan cangkok tulang yang harganya cukup mahal, tidak
nyaman, waktu perawatan yang panjang, dan tingginya tingkat komplikasi, maka
implan pada zigoma dapat menjadi alternatif yang dapat meningkatkan stabilitas
protesa.
Dengan perkembangan teknologi dan penelitian lebih lanjut, diharapkan
penggunaan implan zigoma pada rehabilitasi pasca maksilektomi sebagian dapat
dikenal lebih luas, karena implan pada zigoma dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien nantinya.
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
PENGGUNAAN IMPLAN ZIGOMA PADA REHABILITASI
PASCA MAKSILEKTOMI SEBAGIAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
NELLY NIM : 060600033
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 2 Desember 2009
Pembimbing : Tanda tangan
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 2 Desember 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM
ANGGOTA : 1. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM
2. Abdullah,drg
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen dan seluruh
staf pengajar di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah
begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Bedah Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan
masukan dalam penyelesaian skripsi.
4. Cut Nurliza, drg., M.kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril maupun materil yang tidak akan
terbalas oleh penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kakak Welly
dan adik Nataly yang telah memberikan dukungan kepada penulis yang selalu
menemani dan memotivasi penulis dalam suka dan duka.
Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama
menuntut ilmu dimasa pendidikan.
Teman-teman terbaik penulis Yumira, Steffie, Jupita F, Lenny S, Dorinda,
Lius Amanda, Edward’05, Yoselinda’05, Ivana60’05 dan Eko’05 atas bantuan dan
dukungannya.
Teman-teman penulis, terutama stambuk 2006 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, atas segala kebersamaan yang telah kita lewati.
Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki
menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu pengetahuan, dan masyarakat.
Medan, 25 November 2009 Penulis
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
2.2.3 Menurut Memorial Sloan-Kettering Cancer Center (MSKCC)... 11
BAB 4 PENGGUNAAN IMPLAN ZIGOMA PADA REHABILITASI PASCA MAKSILEKTOMI SEBAGIAN 4.1 Persiapan Sebelum Pemasangan Implan Zigoma ... 24
4.1.1 Pemeriksaan Klinis ... 24
4.1.2 Pemeriksaan Radiografi ... 26
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
4.3 Komplikasi ... 38
4.4 Prognosis dan Tingkat Keberhasilan ... 39
BAB 5 KESIMPULAN ... 41
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. 3 Pandangan lateral dan palatal yang menggambarkan osteotomi tengkorak yang diperlukan untuk maksilektomi terbatas ... 8
4 Maksilektomi tengah ... 9
5 Pandangan anteroposterior dan oblik yang menggambarkan osteotomi tengkorak yang diperlukan untuk maksilektomi tengah 9
6 Area reseksi pada maksilektomi total ... 10
7 Garis luar pemotongan tulang untuk maksilektomi total... 10
8 Pandangan oblik dan palatal yang menggambarkan osteotomi tengkorak yang diperlukan untuk maksilektomi total ... 11
9 Defek tipe I (maksilektomi terbatas / limited) ... 12
10 Defek tipe II (subtotal maksilektomi)... 12
11 Defek tipe IIIa ... 13
12 Defek tipe IIIb ... 13
13 Defek tipe IV (orbitomaksilektomi) ... 14
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
15A Gambaran skematik dari zigoma yang minimal dan implan standar untuk restorasi dengan stabilisasi lengkung silang dan restorasi
tetap ... 18
15B Gambaran skematik zigoma ideal dan implan standar untuk restorasi dengan stabilisasi lengkung implan dan restorasi tetap ... 18
16 Maksila yang edentulus dengan atropi sedang ... 19
17 Penggunaan implan pada zigoma karena tulang posterior tidak adekuat untuk penanaman implan konvensional... 19
18A Atropi maksila berat ... 20
18B Implan ditanamkan pada kedua sisi zigoma untuk stabilitas ... 20
18C Semua implan berhasil diintegrasikan dan posisinya cocok untuk pembuatan protesa ... 20
19 Implan zigoma ditanamkan pada kedua sisi untuk menyediakan dukungan poterior ... 20
20 Pasien displasia ektodermal dengan anodonsia sebagian ... 21
21 Efek penggunaan gigi tiruan penuh dalam jangka lama tanpa kontrol karies yang adekuat ... 21
22 Penanaman implan zigoma pada kedua sisi ... 21
23 Kondisi praoperatif maksilektomi sebagian ... 25
24 Perluasan dari reseksi ... 27
25 Jendela pada tulang yang dibuat pada dinding anterior sinus maksilaris ... 28
26 Lapisan membran sinus merefleksikan sisi pengeburan yang dimaksud ... 29
27 Panjang jendela dapat diperluas untuk merefleksikan mukosa ... 29
28 Insisura ... 30
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
30A Bur pilot menuntun dan melebarkan sisi untuk bur diameter 3,5
mm ... 31
30B Bur diameter 3,5 mm yang jangkauan panjangnya melewati zigoma ... 31
31 Pengujur kedalaman memberikan pilihan untuk panjang akhir implan pada zigoma... 32
32 Ukuran variasi komponen dan implan pada zigoma... ... 32
33 Penanaman implan pada zigoma... 33
34A Handpiece untuk melengkapi penanaman implan pada zigoma ke dalam tulang padat... 34
34B Puncak implan dihubungkan dengan pegangan berujung adapter 34
34B Implan diputar searah jarum jam dan posisi sekrup menirukan posisi sekrup abutmen nanti dengan tepat ... 34
35 Sekrup puncak implan mengunci puncak ke kepala implan bersegi 6 dan menunjukkan arah yang sama seperti kepala bersegi 6 ... 35
36 Penutup sekrup ditempatkan dengan sekrup driver... ... 35
37 Program navigasi intraoperatif... ... 37
38 CT scan pasca operatif dengan template resin akrilik dalam posisi... ... 37
39A Mahkota utama pada cetakan definitif ... 38
39B Protesa definitif... .. 38
39C Teleskopis mahkota copings sebelah dalam setelah sementasi... 38
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. BAB 1
PENDAHULUAN
Defek pada maksila dapat terjadi akibat trauma, penyakit, perubahan patologi
atau akibat reseksi neoplasma pada rongga mulut. Maksilektomi menyebabkan
terbukanya hubungan antara rongga mulut ke antrum dan ke nasofaring, serta
menimbulkan masalah yang tak terhindarkan yaitu perubahan dalam berbicara,
mengunyah, penelanan, dan mengurangi estetik wajah. Rehabilitasi menjadi hal yang
penting apabila sampai terjadi perubahan-perubahan fungsi yang berdampak merusak
kualitas hidup. Ada banyak pilihan rekonstruksi seperti obturator prostetik,
pencangkokan non-vaskularisasi, lokal flap, regional flap, dan pemindahan bebas
jaringan mikrovaskular. Walaupun terdapat kemajuan dalam bedah plastik,
rekonstruksi pada defek maksilektomi tidak dapat diprediksikan dan tidak selalu
mungkin dapat dilakukan karena alasan lokal atau sistemik. Karena terbatasnya sisa
jumlah tulang maksila setelah maksilektomi, diperkenalkan pemakaian implan untuk
menjangkarkan protesa pada tempat yang tipis seperti pada tulang zigomatik.1
Bränemark memperkenalkan sebuah pilihan perawatan alternatif untuk
menolong pasien dalam mencapai tujuan prostetik dengan menaikkan kemungkinan
untuk menurunkan cacat muka, waktu perawatan dan biaya. Pada awalnya,
Bränemark menggunakan tulang zigoma sebagai sisi penjangkar implan pada pasien
yang kehilangan bagian tulang maksila karena reseksi dan pasien dengan celah
palatum. Bränemark menemukan bahwa tulang zigoma mempunyai kualitas tulang
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
mempunyai tingkat keberhasilan tinggi untuk kelangsungan implan. Kegunaan
menggunakan tulang zigoma sebagai sisi penjangkar pada implan adalah untuk
memungkinkan penyediaan penjangkaran pada bagian posterior guna mengembalikan
usaha pembuatan protesa.2
Implan pada zigoma diperkenalkan untuk mengurangi secara besar prosedur
yang memerlukan pencangkokan.2 Implan pada zigoma tersedia dalam 8 ukuran dari
30-52,5 mm. Teknik pembedahan implan pada zigoma dilakukan dengan membuka
bagian dalam sinus maksilaris.3 Pembedahan ini bukanlah tanpa resiko karena arah
bur berdekatan dengan struktur anatomi yang kritis seperti sinus maksilaris, rongga
hidung, mata, dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan bantuan computer untuk
perencanaan praoperatif dengan data CT (Computerized Tomography).4
Penulisan skripsi ini akan membahas tentang bagaimana penggunaan implan
zigoma pada rehabilitasi pasca maksilektomi sebagian sehingga meningkatkan fungsi
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. BAB 2
MAKSILEKTOMI
Istilah maksilektomi dipergunakan secara luas pada bedah kepala dan leher
tetapi sering tanpa kualifikasi yang jelas. Maksilektomi merupakan suatu tindakan
pada maksila yang menimbulkan defek pada kepala dan leher serta menyebabkan
kerusakan dan perubahan bentuk pada wajah dan fungsi kompromis oral.
Maksilektomi yang meluas ke orbital akan menyebabkan perubahan kosmetik pada
pasien dan sering mengalami kesulitan dengan pembuatan obturator. Jika tepi
posterior pada palatum lunak termasuk kedalam defek maksilektomi, faktor fungsi
menjadi perhatian utama untuk klinikan dan pasiennya. Di tiap defek ini terdapat
efeknya pada pasien dan pendekatan untuk tindakan rekonstruksi dan rehabilitasi
adalah berbeda jauh, sehingga perlu suatu klasifikasi untuk defek ini yang meliputi
faktorestetik dan fungsional.5
2.1 Definisi Maksilektomi
Maksilektomi adalah tindakan pengangkatan maksila secara pembedahan dan
sering disebut dengan reseksi maksila.6 Kedua tulang maksila merupakan tulang yang
paling penting pada skeletal wajah tengah. Bersama dengan tulang malar, tulang
maksila menyediakan pendukung untuk otot yang secara signifikan berhubungan
dengan fungsi utama seperti ekspresi wajah, pengunyahan, dan berbicara. Sebagai
tambahan, tulang maksila dan jaringan lunak yang menutupinya berperan untuk
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Maksila dapat dideskripsikan sebagai struktur geometrikal dengan enam
dinding/ heksahedrium (Gambar 1A dan B). Tiap dinding adalah bagian dari struktur
anatomi lainnya pada wajah. Atap maksila adalah dasar orbital dan pendukung bola
mata. Dinding tengah maksila adalah dinding lateral rongga hidung dan bagian dari
sistem lakrimalis. Dasar maksila membentuk bagian depan palatum keras dan tepi
alveolar. Kebanyakan otot yang terlibat dalam ekspresi wajah dan pengunyahan
adalah termasuk dalam otot-otot maksila. Karena hubungannya yang berdekatan
dengan struktur anatomi yang kritis ini, tulang maksila selalu dimasukkan ketika
mereseksi tumor (maksilektomi) yang dimulai dari isi orbital, rongga hidung, palatal,
sinus paranasal, dan mukosa intraoral. 7
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. 2.2 Klasifikasi Maksilektomi
Prosedur maksilektomi tergantung pada banyaknya struktur jaringan yang
rusak. Untuk merawat lesi pada sinus maksilaris, prioritas utama adalah membuang
tumor secara keseluruhan, dan prioritas kedua adalah pengembalian fungsi.
Penempatan insisi tergantung dari lokasi tumor. Pada kebanyakan pembedahan
maksila, insisi ditempatkan pada sudut mata sebelah dalam, turun sepanjang sisi
dinding hidung ke bibir atas. Oleh karena insisi pada umumnya ditempatkan pada
tempat yang kita kenal sebagai garis ketegangan relaksasi kulit (relaxed skin tension
lines), penyembuhan insisi menjadi sangat menguntungkan, dan biasanya tidak
terlihat dan terletak di bawah bibir.9
1B
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. 2.2.1 Berdasarkan Defek Pada Maksila
Defek pembedahan diklasifikasikan sesuai dengan dimensi vertikal dari
maksilektomi (klas 1-4) yang berhubungan dengan keterlibatan orbital dan dasar
tengkorak yang menyebabkan deformitas wajah (Gambar 2). Klas 2-4 dikualifikasi
dengan penambahan huruf (a-c), dan ditujukan untuk aspek horizontal dan palatal
dari maksilektomi, termasuk septum hidung, sinus-sinus kontralateral dan alveolus
yang telah diangkat. Komponen horizontal dan palatal dari defek berhubungan lebih
erat ke fungsional gigi pada pasien.5
Yang dimaksud dengan komponen vertikal yaitu:5
- Klas 1 (maksilektomi tanpa oro-antral fistula), reseksi meliputi
pembuangan tulang alveolar tetapi tidak menyebabkan oro antral fistula. Reseksi
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
pada etmoid dan defek rongga depan sinus atau pembuangan dinding lateral hidung
termasuk ke dalam klasifikasi ini.
- Klas 2 (maksilektomi rendah/ low maxillectomy), reseksi meliputi bagian
alveolus dan dinding sinus tetapi tidak meliputi dasar atau pinggiran orbital.
- Klas 3 (maksilektomi tinggi/ high maxillectomy), reseksi meliputi dasar
orbital dengan atau tanpa peri-orbital dan dengan atau tanpa reseksi dasar tengkorak.
- Klas 4 (maksilektomi radikal), reseksi ditambah perluasan pada bagian
orbital dengan atau tanpa reseksi dasar anterior tengkorak.
Yang dimaksud dengan komponen horizontal yaitu:5
- a: Tulang alveolar maksila satu sisi dan palatum keras direseksi. Kurang
dari atau sama dengan setengah alveolar dan palatum keras direseksi tanpa
melibatkan septum hidung atau melewati garis tengah.
- b: Kedua sisi tulang alveolar maksila dan palatum keras direseksi.
Termasuk reseksi kecil yang melewati garis tengah tulang alveolar dan septum
hidung.
- c: Dilakukan pembuangan seluruh alveolar maksila dan palatum keras.
2.2.2 Berdasarkan Reseksi Maksila
Jenis reseksi pada tumor rongga hidung dan sinus paranasal ditentukan oleh
lokasi lesi dan perluasannya. Tumor yang berasal dari bagian dalam sinus maksilaris
diangkat dengan beberapa bentuk variasi dari maksilektomi. Beberapa subtipe yang
berbeda dari maksilektomi telah dideskripsikan, tiap subtipe dikarakteristikan dengan
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Pada maksilektomi terbatas (limited) dilakukan tindakan pengangkatan satu
dinding utama maksila. Maksilektomi terbatas lebih sering untuk mereseksi salah satu
dinding tengah atau dasar sinus maksilaris. Keganasan lesi pada dasar dan bagian
setengah bawah sinus maksilaris dapat meluas kedalam palatum keras atau tepi
alveolar. Jika tumor terbatas perluasan dan lokasinya pada anterior, tumor dapat
direseksi secara maksilektomi terbatas pada dasar maksila (Gambar 3).10
Maksilektomi sebagian dilakukan untuk mereseksi tumor ganas pada dasar
sinus maksilaris yang menyebar ke rongga mulut. Prosedur ini mengharuskan
pembuangan separuh bagian bawah maksila.11
Maksilektomi tengah (medial) diindikasikan untuk tumor yang perluasannya
terbatas, tumor tingkat rendah pada dinding lateral rongga hidung atau dinding tengah
sinus maksilaris, rongga hidung, dan sinus etmoid (Gambar 4). Area yang
dimaksudkan untuk direseksi adalah keseluruhan dinding tengah sinus maksilaris,
lamina papyracea dan sinus etmoid (Gambar 5).10,11
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Maksilektomi subtotal dilakukan untuk mereseksi tumor besar pada sinus
maksilaris yang meluas ke aspek superior sinus maksilaris atau meluas melebihi batas
dari sinus maksilaris.11 Prosedur ini sedikitnya membuang dua dinding, termasuk
bagian dari palatum keras.10
Gambar 4. Maksilektomi tengah; A. akses osteotomi; B. pembuangan septum untuk memperoleh akses kontralateral; C. perluasan ke lateral untuk akses ke etmoid; D. pemotongan tulang untuk memperoleh akses ke sinus 11
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Pada maksilektomi total dilakukan pembuangan seluruh maksila apabila
tumor berasal dari lapisan permukaan sinus maksilaris dan mengisi keseluruhan
sinus, juga untuk tumor dengan penyebaran yang cepat kedalam dinding tulang sinus
maksilaris (Gambar 6 dan 7). Selain itu juga dilakukan reseksi pada orbital dan telah
dilaporkan lebih dari 71% kasus, reseksi orbital diperlukan pada maksilektomi total
(Gambar 8).10,11,12
Gambar 6. Area reseksi pada maksilektomi total 11
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
2.2.3 Menurut Memorial Sloan-Kettering Cancer Center (MSKCC)
Menurut Memorial Sloan-Kettering Cancer Center (MSKCC), reseksi maksila
diklasifikasikan dalam empat tipe dasar. MSKCC telah memodifikasi klasifikasi ini
dan memeriksa rencana rekonstruksi pasien dengan defek bagian 2/3 wajah dengan
menggunakan berbagai flap, pencangkokan tulang vaskularisasi dan
non-vaskularisasi dan prosedur tambahan atas dasar pengalaman. MSKCC
mengembangkan sebuah algoritmi untuk rekonstruksi defek dengan menggunakan
modifikasi klasifikasi ini.7
Defek tipe I (maksilektomi terbatas) terdiri dari reseksi pada satu atau dua
dinding maksila, kecuali palatal. Pada kebanyakan pasien, dinding anterior sebagian
dibuang beserta dengan salah satu dinding tengah atau dasar orbital (Gambar 9).
Defek tipe II (maksilektomi subtotal) meliputi reseksi pada lengkung maksila, palatal,
dinding anterior dan lateral (lima dinding dasar), dengan tetap menjaga dasar orbital
(Gambar 10). Defek tipe III (maksilektomi total) meliputi reseksi keenam dinding
maksila. Defek tipe ini dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe IIIa, dimana isi orbital tetap
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
dijaga (Gambar 11), dan tipe IIIb, dimana isi orbital diukutsertakan (Gambar 12).
Defek tipe IV (orbitomaksilektomi) meliputi reseksi pada isi orbital dan kelima
dinding atas maksila, dengan tetap menjaga bagian palatal (Gambar 13).7
Gambar 9. Defek tipe I (maksilektomi terbatas / limited). Reseksi satu atau dua dinding maksila (a). Demonstrasi reseksi spesimen kulit / reseksi jaringan lunak kombinasi dengan reseksi tulang (b). 7
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Gambar 11. Defek tipe IIIa. Reseksi keenam dinding maksila, isi orbital tetap dijaga (a). Demonstrasi reseksi spesimen dasar orbital, dinding penopang vertikal maksila dan reseksi palatal (b). 7
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. BAB 3
IMPLAN PADA ZIGOMA
Keberhasilan implan pada maksila tergantung pada kualitas dan jumlah tulang
yang tersedia, terutama pada pasien dengan kehilangan tulang maksila yang banyak.
Setelah dilakukan maksilektomi sering diperlukan rekonstruksi orofasial. Implan
pada zigoma yang diperkenalkan beberapa tahun yang lalu, menawarkan alternatif
berharga sebagai prosedur tambahan.3 Dengan perkembangannya implan pada
zigoma diharapkan penggunaannya pada rahang atas dapat dilakukan apabila tulang
alveolar tidak mencukupi untuk penempatan implan gigi.13
3.1 Latar Belakang
Dr. Per-Ingvar Bränemark et al. memperkenalkan implan pada zigoma pada
tahun 1999 sampai 10 tahun lamanya, dimana pada waktu itu 164 implan ditanamkan
pada tulang zigoma dengan tingkat keberhasilan mencapai 97%.14,15 Implan pada
zigoma didesain untuk merehabilitasi maksila yang atropi, atau rahang atas yang telah
direseksi karena alasan onkologi, ataupun karena hilangnya tulang akibat trauma.
Bränemark et al. menggunakan implan pada zigoma untuk kemungkinan mengurangi
prosedur pencangkokan tulang pada pasien yang mempunyai masalah permanen
dengan sedikitnya jumlah tulang dan kemungkinan perawatan dengan waktu
tersingkat tanpa kehilangan harapan untuk keberhasilan perawatan.14,15,16
Penggunaan implan pada zigoma dapat menghindari tindakan pencangkokan
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
2001, Widmark memperoleh tingkat keberhasilan sebesar 74% setelah 3-5 tahun pada
pasien yang menggunakan pencangkokan tulang dan implan konvensional, dimana
perawatan dengan implan yang ditanamkan pada zigoma memberikan tingkat
keberhasilan sebesar 87%. Implan pada zigoma juga telah digunakan untuk bagian
posterior maksila yang atropi atau pada kasus dengan pneumatisasi pada sinus
maksilaris dengan sisa tulang puncak hanya tinggal 3 mm, sehingga menghindari
penggunaan pencangkokan tulang pada area posterior.15
Pada tahun 1993, Aparacio et al. menyebutkan kemungkinan memasukkan
dental implan ke dalam tulang zigoma. Pada tahun 1997, Weischer et al.
menyebutkan penggunaan zigoma sebagai struktur pendukung didalam rehabilitasi
pasien setelah maksilektomi. Mengikuti deskripsi Bränemark, pada tahun 2001,
Uchida et al. menganjurkan penggunaan implan dengan angulasi 43,80 akan
mengurangi tingginya resiko perforasi fossa infratemporal atau area lateral maksila,
jika angulasinya lebih vertikal, 50,60 atau lebih, akan meningkatkan resiko
perforasinya dasar orbital.15
3.2 Definisi
Implan pada zigoma adalah suatu implan yang ditanamkan pada zigoma untuk
menyediakan penjangkaran bagi protesa. Implan pada zigoma merupakan desain
implan standar 30-50 mm yang dimasukkan dari bagian palatal pada sisa tulang tepi
alveolar ke permukaan mukosa dinding lateral sinus maksilaris (Gambar 14).13
Dengan kata lain, implan pada zigoma merupakan implan jenis titanium (35 sampai
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
melalui bagian palatal pada posterior maksila yang resorpsi.15 Kegunaan
menggunakan tulang zigoma sebagai sisi penjangkar pada implan adalah untuk
memungkinkan penyediaan penjangkaran pada bagian posterior guna mengembalikan
usaha pembuatan protesa.2 Sebagai tambahan, ditempatkan dua sampai empat implan
konvensional di bagian anterior maksila. Stabilitas awal implan didapat dari kontak
dengan empat lapisan tulang (Gambar 15):14
1. pada puncak ridge
2. dasar sinus
3. atap sinus maksilaris
4. batas superior zigoma
Implan pada zigoma menyediakan penjangkaran untuk bagian posterior
maksila oleh karena pada struktur tulang yang ada tidak dapat ditempatkan implan
standar. Pada situasi ini apabila tidak menggunakan implan pada zigoma, maka
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
diperlukan penambahan cangkok tulang, akan tetapi biayanya mahal, tidak nyaman,
waktu perawatan yang panjang, dan tingginya tingkat komplikasi.14
Implan pada zigoma disarankan digunakan pada keadaan-keadaan seperti
dibawah ini:14
1. Pada maksila dengan keadaan edentulus penuh yang disertai dengan
resorpsi berat pada bagian posterior yang memerlukan pencangkokan. Sedikitnya dua
atau empat implan standar anterior diperlukan di dalam kombinasi dengan implan
bilateral pada zigoma.
2. Pasien maksilektomi sebagian atau total dimana tambahan implan dapat
ditanamkan pada sisi lain seperti pada sinus piriformis, pinggir orbital, samping
palatal atau dataran pterigoid untuk mendukung stabilisasi lengkung silang.
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. 3.3 Indikasi
Penggunaan tulang zigoma sebagai struktur pendukung implan diindikasikan
pada keadaan seperti dibawah ini:
- Maksila dengan edentulus sebagian, seperti pada keadaan hilangnya gigi
molar dan premolar unilateral atau bilateral dan edentulus total dengan resorpsi berat
pada area sinus.2,13,14,15,19
- Pasien dengan atropi sedang, karena pemakaian gigi tiruan dalam jangka
waktu sedang sampai lama (Gambar 16) akan menyebabkan kehilangan tulang dan
ketidakstabilan protesa, sehingga diperlukan prosedur pencangkokan tulang. Untuk
menghindari prosedur pencangkokan tulang tersebut dapat digunakan implan pada
zigoma (Gambar 17).14,15
- Pasien dengan atropi berat yang pernah gagal dalam pencangkokan dan
mempunyai penyakit sistemik yang merupakan kontraindikasi pencangkokan
(Gambar 18).14,15
Gambar 16. Maksila yang edentulus dengan atropi sedang 14
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
- Ketika tulang anterior adekuat akan tetapi akibat perluasan sinus
menyebabkan stabilisasi implan pada posterior tidak tersedia, maka implan pada
zigoma diindikasikan pada regio tersebut tanpa harus lagi melakukan pencangkokan
pada regio tersebut (gambar 19).13,14
A B
C
Gambar 18. A. Atropi maksila berat; B. Implan ditanamkan pada kedua sisi zigoma untuk stabilitas; C. Semua implan berhasil diintegrasikan dan posisinya cocok untuk pembuatan protesa 14
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
- Pada pasien yang memiliki gigi anterior tapi terdapat daerah edentulus
pada regio distal dengan resorpsi tulang yang luas.13,14
- Pada gambaran radiografi terlihat gigi terpendam yang akan menyebabkan
perkembangan maksila terhambat (Gambar 20 dan 21) dan tulang yang tersedia tidak
cukup untuk menanam implan sehingga menjadi sulit untuk dilakukan pencangkokan
oleh karena terbatasnya jaringan lunak. Penggunaan implan pada zigoma yang
dikombinasikan dengan implan konvensional menyediakan dukungan bagi protesa
dalam jangka waktu yang lama pada usia muda (gambar 22).14,15
Gambar 20. Pasien displasia ektodermal dengan anodonsia sebagian 14
Gambar 21. Efek penggunaan gigi tiruan penuh dalam jangka lama tanpa kontrol karies yang adekuat 14
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
- Sewaktu dilakukan rekonstruksi defek maksila pasca reseksi tumor,
implan pada zigoma dapat meningkatkan stabilitas protesa dan meningkatkan kualitas
hidup pasien, serta sebagai penjangkar obturator. Pada kasus maksilektomi dimana
digunakan tambahan protesa pada maksila yang bila digunakan pada tahap awal akan
menghindarkan pengkerutan pada jaringan lunak wajah, demikian juga pada pasien
dengan reseksi luas pada maksila yang dikombinasikan dengan implan
konvensional.14,15,20
- Merehabilitasi pasien dengan celah palatum unilateral dan atropi maksila.
Pham et al. memasukkan dua implan pada zigoma serta empat implan pada anterior
untuk mendukung gigi tiruan penuh yang mengisi defek tesebut. Hal ini
dipertimbangkan untuk menjadi teknik alternatif untuk digunakan pada pasien dengan
celah palatum.14,15
- Pada pasien yang mempunyai defek palatomaksila dimana implan pada
zigoma adalah produk dari konsep penjangkaran pada tulang yang tipis.18
- Merekonstruksi nasomaksila pada pasien yang antara mulut dan
hidungnya terjadi hubungan setelah pembedahan tumor.14
3.4 Kontraindikasi
Kontraindikasi penanaman implan pada zigoma adalah:
- Pasien dengan penyakit pada sinus maksilaris, sehingga kondisi ini harus
dirawat terlebih dahulu sebelum penanaman implan pada zigoma.2,13
- Pasien dengan penyakit sistemik seperti penyakit darah, penyakit sistem
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
yang berat, penyakit muskuloskeletal yang berat (contohnya osteoartrisis), dan
penyakit neurologik (contohnya stroke dan keterbelakangan mental)
dikontraindikasikan untuk penggunaan implan pada zigoma karena pasien kurang
mampu untuk membersihkan kebersihan mulut secara adekuat.14,17,21,27 Umur tua
sama sekali tidak menjadi kontraindikasi untuk pemakaian implan selama status
pasien stabil dan optimal.17,27
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. BAB 4
PENGGUNAAN IMPLAN ZIGOMA PADA REHABILITASI PASCA MAKSILEKTOMI SEBAGIAN
Pasien dengan defek maksila yang berat mempunyai kesulitan untuk
mengembalikan fungsi pengunyahan, percakapan, jaringan lunak dan lain-lain.22
Rekonstruksi pada defek maksila setelah reseksi tumor merupakan tantangan bagi
dokter bedah rekonstruksi mulut dan maksilofasial. Teknik rekonstruksi maksila pada
saat ini dilakukan dengan penempatan obturator prostetik, flap lokal dan regional,
flap bebas mikrovaskular dan prosedur pencangkokan. Teknik rekonstruksi yang
dipakai tergantung pada kasus defek, status medis pasien, dan prognosis pasien.23
Dengan diperkenalkan konsep implan pada zigoma, Professor Bränemark
menghadirkan alternatif perawatan tanpa pencangkokan untuk merawat pasien
dengan defek maksila. Prosedur ini mengurangi kecacatan, meningkatkan perawatan,
merekonstruksi maksila karena reseksi tumor atau trauma.24,25,26
4.1 Persiapan Sebelum Pemasangan Implan Zigoma
Sebelum melakukan pemasangan implan zigoma, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan radiografi terlebih dahulu guna menunjang prosedur
pembedahan.14
4.1.1 Pemeriksaan Klinis
Sebelum melakukan prosedur implan, dilakukan pemeriksaan pada sinus
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
mengetahui apakah jaringan lunak dapat menerima implan yang akan ditanamkan,
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada jaringan lunak dan keras (tulang) pada
sisi penanaman implan. Perencanaan perawatan pasien termasuk perawatan gigi
seperti perawatan periodontal untuk memastikan kesehatan mulut harus sudah selesai
sebelum penempatan implan (Gambar 23).13,14,15,19
Pemeriksaan riwayat medis dan fisik pasien dilakukan untuk mengetahui
apakah pasien cukup stabil untuk dilakukan tindakan dan dapat mentoleransi anastesi
umum atau sedasi deep intravena.14 Pemeriksaan riwayat medis juga perlu untuk
mengevaluasi resiko pembedahan dan anastesi seperti penyakit kardiovaskular,
pernafasan, dan ginjal.17,21,27
Juga harus diperiksa apakah pasien dapat membuka mulut cukup lebar untuk
mendapatkan akses ke arah regio posterior. Selain itu, juga diperiksa apakah terdapat
gigi pada mandibula, jika terdapat gigi pada mandibula, akan membatasi akses ke sisi
penanaman implan pada zigoma.2,14
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. 4.1.2 Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi yang adekuat diperlukan pada pembedahan. Tujuan
pemeriksaan radiografi adalah untuk mendeteksi kelainan pada sinus maksilaris atau
kelainan lainnya, untuk mengevaluasi struktur anatomi tulang zigoma dan maksila,
mengevaluasi hubungan sagital, untuk mengevaluasi volume tulang zigoma, serta
untuk menentukan topografi dinding anterior fossa temporal.14,19,24
Pemeriksaan radiografi yang dilakukan antara lain radiografi intraoral untuk
menentukan penyakit pada puncak ridge, radiografi panoramik untuk
mengidentifikasi struktur anatomi dan untuk membantu menentukan perubahan
penyakit di dalam rahang, serta lateral sefalogram untuk mengevaluasi dimensi
rahang dan hubungan anteroposterior antara rahang atas dan bawah, atau dapat juga
dengan tomogram yang lebih akurat dalam menggambarkan dan mengukur untuk
memperkirakan struktur tulang yang memungkinkan untuk implan terutama dengan
dasar computed tomography / CT (Gambar 24).13,19,25,28 Gambaran CT juga untuk
mengidentifikasi perluasan sinus maksilaris ke dalam zigoma (bervariasi pada tiap
individu, oleh karena walaupun pada individu yang sama, terdapat perbedaan antara
kiri dan kanan), mengevaluasi ketebalan dan tinggi tulang zigoma, kemungkinan
kehadiran penyakit sinus, memperhitungkan posisi implan dan menjadi pedoman
pembedahan.19,25
Apeks sinus yang terletak lateral ke dasar orbital harus diidentifikasi dan
dievaluasi kualitas dan kuantitas tulang yang akan mendukung ujung apikal dari
implan pada zigoma.13 Panjang yang umumnya tersedia untuk implan pada zigoma
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
implan mungkin dapat ditempatkan pada daerah tersebut apabila terdapat inklinasi
aksial mesial yang cukup untuk memfasilitasi penempatan cetakan coping dan
sekrup.2
4.2 Prosedur Pembedahan
Navigasi dibutuhkan selama perencanaan penempatan implan untuk
memastikan posisi dan penjangkaran tulang yang tepat. Setelah pencetakan
pendahuluan dengan alginat, gigi tiruan disusun pada basis protesa rahang atas.
Dengan menggunakan susunan ini, template resin akrilik untuk CT (Computerized
Tomography) dapat dihasilkan dan tanda radiopak ditempatkan dimana hubungan
protesa-implan akan ditempatkan secara ideal.1
Informasi ini dikirim ke CT sehingga memungkinkan untuk menghasilkan
model CT-based yang sebenarnya dari posisi ideal kepala implan dengan
menggunakan sebuah sistem navigasi khusus. Dengan penggunaan sebuah sistem
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
navigasi, dapat ditentukan posisi ideal implan dalam sebuah rekonstruksi-3-D (3
Dimensi).1
Penanaman implan pada zigoma dilakukan dibawah deep intravena atau
anastesi umum.14 Biasanya, operator memposisikan meja operasi pada sisi
berlawanan dari penempatan implan pada zigoma yang dimaksudkan. Hal ini untuk
mempermudah pembedahan, pengeburan, dan orientasi pada lapangan yang terbatas
ukurannya. Orientasi dicapai dengan pembuatan jendela pada tulang yang dibuat
melalui aspek anterior sinus maksilaris dan dilakukan dibawah irigasi larutan
pendingin dengan bur bulat atau bur fisur. Bränemark semula menetapkan bahwa
pembuatan jendela pada tulang berukuran 5 mm x 10 mm dan membran sinus tidak
perlu tetap utuh terjaga (Gambar 25). Tetapi jika membran sinus tetap utuh terjaga,
membran sinus dapat dengan lebih mudah direfleksikan ke tengah dengan sedikit
perdarahan (Gambar 26).2,19
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Jendela dibuat untuk melihat tulang yang akan dibur dan untuk menjamin
bahwa lapisan mukosa sinus tidak terdorong ke dalam zigoma dan membungkus
sekeliling implan, sehingga akan menurunkan keberhasilan osseointegrasi. Bukan
tidak biasa, jendela ini dibuat lebih panjang dari 10 mm, dalam arah superior-inferior,
sehingga berguna juga untuk membersihkan mukosa pada dasar dan atap sinus
maksilaris secara mekanik (Gambar 27).2
Gambar 26. Lapisan membran sinus merefleksikan sisi pengeburan yang dimaksud 19
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Perencanaan penempatan yang ideal adalah pada bagian seposterior mungkin,
dengan kepala implan sedekat mungkin ke puncak alveolar. Secara bersamaan,
implan harus melewati sinus dekat ke puncak tulang zigoma dan menembus tulang
kortikal zigoma dekat ke insisura (Gambar 28).19
Tanda masuk dibuat di atap posterior-superior sinus dan kemudian dilanjutkan
dengan twist drill, diameter 2,9 mm, yang cukup panjang untuk dilakukan
pengeburan menembus lapisan luar tulang kortikal zigoma pada insisura (Gambar
29).19
Gambar 28. Insisura 19
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Komponen pengeburan berikutnya adalah bur pilot, dimana secara tepat akan
memperlebar pembukaan kedalam zigoma dari diameter 2,9 mm menjadi 3,5 mm
tanpa mengubah jalan yang telah dibuat (Gambar 30 A). Ini dapat digunakan
melewati zigoma dan diikuti dengan twist drill diameter 3,5 mm untuk menyelesaikan
pengeburan melewati insisura (Gambar 30 B).2
Sebuah pengukur kedalaman berdiameter 3,5 mm digunakan untuk mengukur
jarak dari pembukaan alveolus melewati keluaran zigoma. Tiap twist drill mempunyai
tanda untuk menunjukkan panjang implan yang mungkin dapat ditanamkan kemudian
menurut urutan yang ada (Gambar 31).2
Implan pada zigoma tersedia dalam ukuran 30-52,5 mm dengan kenaikan 2,5
mm (Gambar 32). Gunakan kecepatan rendah pada pengeburan ketika menempatkan
apeks implan ke dalam sisi tulang yang dipersiapkan(Gambar 33).2,19
Gambar 30. A. Bur pilot menuntun dan melebarkan sisi untuk bur diameter 3,5 mm; B. Twist drill diameter 3,5 mm yang jangkauan panjangnya melewati zigoma 2
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Gambar 31. Pengukur kedalaman memberikan pilihan untuk panjang akhir implan pada zigoma 2
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Handpiece dilepaskan dari puncak implan (Gambar 34 A). Kemudian puncak
implan dihubungkan dengan pegangan yang berujung adapter (Gambar 34 B), lalu
dengan menggunakan pegangannya, implan diputar searah jarum jam sampai
kedalaman yang diinginkan dan kepala implan diposisikan secara akurat seraya
mengunci puncak implan ke implan. Posisi sekrup akan mengikuti posisi sekrup
abutmen nanti dengan tepat (Gambar 34 C).19
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Kemudian puncak implan dipindahkan dengan bantuan sekrup, kepala implan
bersegi 6 akan menyesuaikan diri dengan tepat (Gambar 35).2 Penutup sekrup harus
ditempatkan secara sempurna untuk menghindari pertumbuhan tulang ke dalam ulir
Gambar 34. A. Handpiece untuk melengkapi penanaman implan pada zigoma ke dalam tulang padat; B. Puncak implan dihubungkan dengan pegangan yang berujung adapter; C. Implan diputar searah jarum jam dan posisi sekrup menirukan posisi sekrup abutmen nanti dengan tepat19
A B
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
bagian dalam kepala implan. Pertumbuhan ini dapat mencegah penutupan sempurna
dari abutmen permanen pada saat tidak tertutup (Gambar 36).19
Gambar 35. Sekrup puncak implan mengunci puncak ke kepala implan bersegi 6 dan menunjukkan arah yang sama seperti kepala bersegi 6 2
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Selama pembedahan, visualisasi konstan jalan bur diperoleh dengan gambaran
CT rekonstruksi 3D dan dalam pandangan sagital, koronal dan aksial (Gambar 37).
Penyimpangan perencanaan posisi dapat dideteksi segera sehingga penempatan
implan yang tepat dapat dicapai. CT-scan pasca operatif dilakukan memeriksa
penempatan dan angulasi dari implan dalam sisa tulang zigoma (Gambar 38).1
Selama dalam masa 3 bulan penyembuhan, semua gigi yang tersisa
dipersiapkan untuk penempatan sebuah protesa teleskopis penahan mahkota.
Abutmen dipersiapkan dengan chamfer-margin dan cetakan definitif dibuat.
Teleskopis mahkota copings sebelah dalam dicetak dengan alloy murni. Cetakan
ditransfer melalui teleskopis copings dan dilakukan pembuatan cetakan yang definitif
(Gambar 39A) untuk desain kerangka pada implan. Wax oklusal rim dibentuk pada
resin akrilik record base yang digunakan untuk membuat catatan interoklusal untuk
mentransfer hubungan lengkung ke dalam artikulator. Setelah susunan gigi sempurna,
dilakukan evaluasi pada intraoral untuk memeriksa posisi, estetis, dan oklusi tepat
gigi. Pada saat pemasukan protesa definitif (Gambar 39B-E), alat bantu retentif
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Gambar 37. Program navigasi intraoperatif. Arah pengeburan nampak dalam CT dalam 3 bidang yang berbeda (kiri atas-bidang frontal, kiri bawah-bidang korona, kanan atas-bidang sagital) dan rekonstruksi 3 dimensi (kanan bawah) dengan menggunakan alat penunjuk spesial (hijau). Ini memungkinkan pengaturan untuk mensimulasikan posisi implan pada zigoma praoperatif (merah). Tanda merah menggambarkan tanda radioopak dari template resin akrilik dan menunjukkan posisi ideal kepala implan. 1
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
4.3 Komplikasi
Walaupun implan pada zigoma telah menunjukkan beberapa keuntungan, teknik ini juga mempunyai beberapa keterbatasan. Pada pembedahan yang dilakukan
oleh operator yang berpengalaman di dalam prosedur maksilofasial, terdapat resiko
untuk terjadi cedera orbital atau sinus maksilaris pada waktu pembedahan.24
A B
C D
E
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Pada beberapa kasus dilaporkan terjadi infeksi, kemerahan dan pembengkakan
disekeliling abutmen implan, serta simptom pada sinus maksilaris termasuk
pembentukan fistula dan komplikasi pada sinus. Simptom pada sinus maksilaris yang
dilaporkan adalah sakit pada malam hari atau dalam cuaca yang buruk, pasien merasa
tidak nyaman, simptom yang berhubungan dengan demam dan rhinitis, simptom yang
tidak jelas seperti sensasi ketika melompat atau perasaan penuh dalam area sinus.
Sinusitis dan parastesia permanen pada nervus infraorbital juga dilaporkan pada
beberapa kasus.24
Bränemark dan rekan-rekan melaporkan bahwa posisi palatal implan pada
zigoma tidak menimbulkan ketidaknyamanan dan masalah berbicara. Plak sering
ditemukan pada permukaan palatal abutmen, yang akan menyebabkan diskolorisasi
jaringan lunak pada sisi ini.25 Bagaimanapun, pembersihan plak lebih sulit dilakukan
pada sisi palatal, sehingga diperlukan bantuan dan modifikasi kontrol plak dan
pemeriharaan di rumah seperti menjaga oral higiene, kontrol plak dan berkumur
dengan klorheksidin.25,27
4.4 Prognosis dan Tingkat Keberhasilan
Faktor positif dan negatif prognosis dikumpulkan dan penilaian seksama
diperlukan sebelum perawatan. Kejadian bruksism diperlihatkan pada beberapa
pasien. Itu merupakan bukti kecil bahwa parafungsional (bruksism dan klensing) akan
berhubungan dengan bertambahnya tingkat kegagalan nantinya, oleh karena adanya
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
Studi eksperimen menunjukkan efek negatif dari nikotin terhadap
penyembuhan tulang, serta merokok mempunyai pengaruh negatif terhadap
kelangsungan implan. Pada umumnya, perokok menunjukkan kegagalan dua kali
lipat lebih berat dibandingkan dengan yang tidak merokok.17,25
Implan pada zigoma dikatakan berhasil apabila implan stabil dan perawatan
sukses secara fungsionil, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, sakit atau proses penyakit
yang terus-menerus seperti pembentukan fistula.25 Pada tabel 1 terlihat tingkat
keberhasilan implan pada zigoma menurut masing-masing penulis.15
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. BAB 5
KESIMPULAN
Maksilektomi adalah tindakan pengangkatan maksila secara pembedahan dan
sering disebut dengan reseksi maksila.6 Maksilektomi diklasifikasikan berdasarkan
defek pada maksila (maksilektomi klas 1-4 dan a-c), berdasarkan reseksi maksila
(maksilektomi terbatas, maksilektomi sebagian, maksilektomi tengah, maksilektomi
subtotal, dan maksilektomi total), dan menurut Memorial Sloan-Kettering Cancer
Center (defek tipe I-IV).5,7,10
Implan zigoma merupakan implan jenis titanium (35 sampai 55 mm) yang
ditanamkan kedalam zigoma dan tulang alveolar maksila melalui bagian palatal pada
posterior maksila yang resorpsi.15 Kegunaan menggunakan tulang zigoma sebagai sisi
penjangkar pada implan adalah untuk memungkinkan penyediaan penjangkaran pada
bagian posterior guna mengembalikan usaha pembuatan protesa.2
Penggunaan implan pada zigoma diindikasikan pada maksila dengan
edentulus sebagian dan total, maksila dengan atropi sedang dan berat, maksila dengan
tulang anterior adekuat akan tetapi akibat perluasan sinus, pasien yang memiliki gigi
anterior tapi terdapat daerah edentulus pada regio distal dengan resorpsi tulang yang
luas, pasien dengan gigi terpendam yang akan menyebabkan perkembangan maksila
terhambat, merekonstruksi defek maksila pasca reseksi tumor, merehabilitasi pasien
dengan celah palatum unilateral, dan merekonstruksi nasomaksila dan defek
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
yang mempunyai penyakit sinus maksilaris dan penyakit-penyakit sistemik
lainnya.2,13,14,15,17
Sebelum dilakukan pemasangan implan pada zigoma, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan radiografi (intraoral, panoramik, lateral sepalogram,
tomogram dengan dasar computed tomography/ CT).13,14,15
Navigasi dibutuhkan selama perencanaan penempatan implan untuk
memastikan posisi dan penjangkaran tulang yang tepat. Setelah pencetakan
pendahuluan dengan alginat, gigi tiruan disusun pada basis protesa rahang atas.
Dengan menggunakan susunan ini, template resin akrilik untuk CT (Computerized
Tomography) dapat dihasilkan dan tanda radiopak ditempatkan dimana hubungan
protesa-implan akan ditempatkan secara ideal. Informasi ini dikirim ke CT sehingga
memungkinkan untuk menghasilkan model CT-based yang sebenarnya dari posisi
ideal kepala implan dengan menggunakan sebuah sistem navigasi khusus. Dengan
penggunaan sebuah sistem navigasi, dapat ditentukan posisi ideal implan dalam
sebuah rekonstruksi-3-D (3 Dimensi).1
Implan pada zigoma dikatakan berhasil apabila implan stabil, perawatan
sukses secara fungsionil, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, sakit atau proses penyakit
yang terus-menerus seperti pembentukan fistula.24
Penggunaan implan zigoma pada rehabilitasi pasca maksilektomi sebagian
diharapkan dapat dikenal lebih luas karena implan pada zigoma dapat meningkatkan
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. DAFTAR RUJUKAN
1. Kreissl ME, Heydecke G, Metzger MC, et al. Zygoma implant-supported
prosthetic rehabilitation after partial maxillectomy using surgical navigation:
a clinical report. J Prosthet Dent2007; 97(3):121-8.
2. Sevetz EB. Treatment of severaly atrophic fully edentulous maxilla: the
zygoma implant option. In: Block MS. Atlas of the oral and maxillofacial
surgery clinics of north america. USA: Elsevier, Inc., 2006(14):121-6.
3. Al-Nawas B, Wegener J, Bender C, et al. Critical soft tissue parameters of the
zygomatic implant. J Clin Periodontal 2004; 31: 497-500.
4. Xiaojun C, Ming Y, Yanping L, et al. Computer methods and programs in
biomedicine. China: Elseviar Ireland Ltd., 2009; 93: 162-73.
5. Brown JS, Rogers SN, McNally DN, et al. A modified classification for the
maxillectomy defect. UK: John Willey & Sons, Inc., 2000: 17-26.
6. Shoin I. Dorland’s illustrared medical dictionary. 26th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company, 1981: 782.
7. Santamaria E, Cordeiro PG. Reconstruction of maxillectomy and midfacial
defects with free tissue transfer. J Surg Oncol 2006; 94: 522-31.
8. Anonymous. Maxilla.
2009).
9. Coniglio JU. Center for surgery head and neck.
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
10.Wong RJ, Kraus DH. Cancer of the nasal cavity and paranasal sinuses. In:
Shah JP. Cancer of the head and neck. American Cancer Society, 2001:
214-5.
11.Reichert TE, Wagner W. Nasal and paranasal sinus tumors. In: Booth PW,
Schendel SA, Hausamen, JE. Maxillofacial surgery. Vol I. 2nd ed. St. Louis:
Churchill Livingstone, 2007: 451-5.
12.Homma A, Saheki M, Suzuki F, et al. Computer image-gided surgery for total
maxillectomy. Eur Arch Otorhinolaryngol 2008; 256: 1521-6.
13.Hobkirk JA, Watson RM, Searson LJJ. Introducing dental implants.
Edinburgh: Churchill Livingstone, 2003: 121-3.
14.Schow SR, Parel SM. The zygoma implant. In: Ghali GE, Larsen PE, Waite
PD. Peterson’s principles of oral and maxillofacial surgery. 2th ed. London:
BC Decker Inc., 2004: 235-49.
15.Gil SG, Diago MP, Martinez JB, et al. Rehabilitation of severely resorbed
maxillae with zigomatic implants: an update. Med Oral Patol Oral Cir Bucal
2007; 12: E216-20.
16.Urgell JP, Gutièrrex VR, Escoda CG. Rehabilitation of atrophic maxilla: a
review of 101 zygomatic implants. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008 ;
13(6): E363-70.
17.Dolan RW. Facial plastic, reconstructive, and trauma surgery. New York:
Marcel Dekker, Inc., 2004: 514,516.
18.Hu JY, Hardianto A, Li SY, et al. Reconstruction of a palatomaxillary defect
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
artery flap and zygomatic implants as anchorage. Int J Oral Maxillofac Surg
2007; 36: 854-7.
19.Anonymous. Zigoma implant placement & prosthethic procedure. Bränemark
System Nobel Biocare, 2004; 12: 4-28 (17 Agustus 2009).
20.Schramm A, Gellrich NC, Schmelzelsen R. Navigational surgery of the facial
skeleton. Berlin: Springer, 2007: 156.
21.El Askari AES. Reconstructive aesthetic implant surgery. US: A Blackwell
Publishing Company, 2003: 9-10.
22.Landes CL. Zygoma implant-supported midfacial prosthetic rehabilitation: a
4 year follow-up study including assessment of a quality life. Clin Oral Impl
Res 2005; 16: 313-25.
23.Schmidt BL, Pogrel MA, Young CW, et al. Reconstruction of extensive
maxillary defects using zygomaticus implants. J Oral Maxillofac Surg 2004;
62: 82-9.
24.Kahnberg KE, Hirsch JM, Andresson L, et al. Clinical evaluation of the
zygoma implant: 3-year follow-up at 16 clinics. J Oral Maxillofacial Surg
2007; 65: 2033-8.
25.Hirsch JM, Andreasson L, Gynther G, et al. A clinical evaluation of the
zygoma fixture: one year follow-up at 16 clinics. J Oral Maxillofacial Surg
2004; 62, suppl 2: 22-9.
26.Boyes-Varley JG, Howes DG, Davidge-Pitts KD, et al. A protocol for
maxillary reconstrucstion following oncology resection using zygomatic
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.
27.Dym H, Ogle OE. Atlas of minor oral surgery. Philadelphia: W.B. Saunders
Company, 2001: 231, 240.
28.Pena N, Campos PSF, de Almeida SM, et al. Determination of the length of
zygomatic implants through computed tomography: establing a protocol.
Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Nelly
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 4 Agustus 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Buddha
Alamat : Jln. Asia No.111D, Medan
Orangtua
Ayah : Eddy Kusuma
Ibu : Merijaty Sujanto
Alamat : Jln. Asia No.111D, Medan
Riwayat Pendidikan
1. 1992-1994 : TK Swasta Sutomo 1, Medan
2. 1994-2000 : SD Swasta Sutomo 1, Medan
3. 2000-2003 : SLTP Swasta Sutomo 1, Medan
4. 2003-2006 : SMA Swasta Sutomo 1, Medan