• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Lembaga Terhadap Kinerja Petugas Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Lembaga Terhadap Kinerja Petugas Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Di Medan"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

Mhd. Jahari Sitepu : Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Lembaga Terhadap Kinerja Petugas Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Di Medan, 2010.

TESIS

Oleh

MHD. JAHARI SITEPU 077019049/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9

S

E K O L AH

P A

S C

(2)

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KEPALA LEMBAGA TERHADAP KINERJA PETUGAS

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A DI MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sain dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MHD. JAHARI SITEPU 077019049/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KEPALA LEMBAGA TERHADAP KINERJA PETUGAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS – II A DI MEDAN

Nama Mahasiswa : Mhd.Jahari Sitepu Nomor Pokok : 077019049

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B., M.Sc) (Prof. Dr. Rismayani, SE, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal lulus: 24 Agustus 2009 Telah diuji pada

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B., M.Sc

Anggota : 1. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS

2. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS

3. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

4. Drs. Syahyunan, M.Si

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KEPALA

LEMBAGA TERHADAP KINERJA PETUGAS DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A DI MEDAN

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Mei 2009

Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan judul “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kepala Lembaga terhadap Kinerja Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A di Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kepala lembaga terhadap kinerja petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A di Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Data dikumpulkan melalui interview dengan menggunakan kuisioner dan studi dokumnetasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 68 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak dan parsial, kedua variabel, gaya kepemimpinan dan motivasi Kepala Lembaga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A di Medan. Gaya kepemimpinan dan motivasi Kepala Lembaga berpengaruh terhadap kinerja petugas Lembaga Pemasyarakatan sebesar 86%.

(6)

ABSTRACT

A research has been conducted entitled “Analysis on the Influence of Leadership Style and Motivation of the Head of the Penitentiary on the Job Performances of Employee of Class II A Children’s Penitentiary in Medan. The aim of the research is to know and analysis the influence of leadership style and motivation of the Head of the Penitentiary on the Job Performances of Employee of Class II A Children’s Penitentiary in Medan.

The research was a descriptive quantitative research using the survey method. Data were collected through interviews using questionnaires and documentation. Analysis of data was conducted using the multiple linear regression model. Numbers of samples for the study were 68 employees of the penitentiary. Results showed that coincidently and partially, both variables, leadership style and motivation of the Head of the Penitentiary had significant positive influence on the job performance of the employees of the class II A Children’s Penitentiary in Medan. Job performance of the employees at the Penitentiary was affected as much as 86% by leadership style and motivation of the Head of the Penitentiary.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

dengan rahmatNya, penulis mampu menyelesaikan tugas akhir penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister pada Program Magister

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul

“Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kepala Lembaga Terhadap

Kinerja Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Di Medan”.

Selama proses penyelesaian tesis ini maupun selama mengikuti proses

perkuliahan, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil yang berasal dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Bapak. Prof. Chairuddin. P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah sangat banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini..

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

dan juga selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah sangat banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

yang telah sangat banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengetahuan yang bermanfaat

(8)

6. Seluruh Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan yang bermanfaat

bagi penulis.

7. Bapak Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara,

Bapak Drs. Mashudi, Bc. IP. M.AP.

8. Bapak Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Hukum dan HAM Sumatera Utara,

Bapak Sugihartoyo, Bc. IP. SH. Msi.

9. Bapak Kepala Divisi Administrasi Kanwil Hukum dan HAM Sumatera Utara,

Bapak Amir, SH, MH.

10.Bapak Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II Medan, Bapak Siswanto,

Bc. IP. SH.

11.Kepada seluruh responden yang sudah bersedia membantu penulis dalam

memberikan jawaban-jawaban sebagai informasi dan data dalam penelitian.

12.Serta kepada istri tercinta dan anak-anak tersayang dan seluruh keluarga yang

telah memberi dorongan motivasi, waktu, pemikiran dan tenaga kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Program Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada penulis, baik

ketika mengikuti masa perkuliahan maupun dalam penulisan tesis ini. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini belumlah sempurna, namun demikian

diharapkan nantinya dapat berguna bagi banyak pihak, khususnya bagi penelitian di

bidang ilmu manajemen sumber daya manusia.

Medan, Mei 2009

Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Mhd. Jahari Sitepu, lahir di Medan pada tanggal 08 Oktober 1964, anak ke-4

(empat) dari 8 (delapan) bersaudara dari pasangan Ayahanda H. M. Yusuf Sitepu dan

Ibunda Hj. Siti Fatima Br. Sembiring Depari. Menikah dengan Amisani Br.

Sembiring, SP dan telah dikaruniai dua orang anak yaitu Ida Rizkia Br. Sitepu dan

Baginda Pratama Sitepu.

Pendidikan dimulai pada tahun 1973 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 060886

Medan, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Medan lulus

pada tahun 1982. Setelah itu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas

(SMA) Swasta Proklamasi ”45” dan lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1995

melanjutkan perkuliahan ke Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia Medan

Jurusan Ilmu Hukum dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2007 melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu

Manajemen kekhususan Manajemen Publik. Saat ini bekerja di Lembaga

(10)

DAFTAR ISI

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan ... 9

2.2.2. Komitmen Pemimpin ... 19

2.3. Teori Tentang Motivasi ... 27

2.3.1. Pengertian Motivasi dan Teori-Teori Motivasi Kerja ... 27

(11)

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja ... 33

2.4. Teori Tentang Kinerja... 35

2.4.1. Pengertian Kinerja ... 35

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 36

2.4.3. Mengukur Kinerja ... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

3.2. Metode Penelitian ... 42

3.3. Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1. Populasi ... 42

3.3.2. Sampel ... 43

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 44

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 45

3.6. Identifikasi Variabel Hipotesis ... 45

3.6.1. Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Cara Pengukuran... ... 45

3.6.2. Metode Analisis Data ... 47

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

3.7.1. Uji Validitas ... 49

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 51

3.8. Uji Asumsi Klasik... 52

3.8.1. Uji Normalitas ... 52

3.8.2. Uji Multikolinearitas ... 52

(12)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Hasil Penelitian ... 54

4.1.1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Anak

Klas-A Medan ... 54

4.1.2. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II- A Medan ... 55

4.1.3. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Medan ... 56

4.1.4. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi ... 56

4.1.5. Karakteristik Responden... 58 4.1.5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan

4.1.5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 60

4.1.5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Penghasilan ... 61

4.1.6. Penjelasan Responden atas Gaya Kepemimpinan ... 62

4.1.6.1. Campur Tangan Pimpinan dalam Pekerjaan 62

4.1.6.2. Pengawasan Pimpinan dalam Pekerjaan ... 63

4.1.6.3. Perhatian Pimpinan dalam Memberikan

Masukan Untuk Penyelesaian Tugas ... 64

4.1.6.4. Perhatian Pimpinan dalam Memberikan

Petunjuk/Arahan ... 65

4.1.6.5. Pimpinan dalam Memberikan Laporan

Reguler ... 66

4.1.6.6. Pujian dan Kritik Pimpinan atas Kinerja

Petugas ... 67

4.1.6.7. Pimpinan Mendengarkan Setiap Pendapat

(13)

4.1.6.8. Pimpinan Memperhatikan Keleluasaan

Kerja ... 69

4.1.6.9. Pimpinan Memperhatikan Keluhan Kerja ... 70

4.1.6.10.Pimpinan Memberikan Perhatian ... 71

4.1.7. Penjelasan Responden atas Motivasi Kepala Lembaga ... 72

4.1.7.1. Memiliki Ide untuk Membuat Rencana Kerja ... 72

4.1.7.2. Berupaya untuk Memiliki Prestasi dalam Bekerja ... 73

4.1.7.3. Berupaya untuk Memotivasi Petugas dalam Bekerja ... 74

4.1.8. Penjelasan Responden atas Kinerja Petugas ... 75

4.1.8.1. Penyelesaian Tugas Tepat Waktu ... 75

4.1.8.2. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan Melebihi dari Target yang Ditentukan ... 76

4.1.8.3. Hasil Kerja Sesuai dengan yang Diharapkan Pimpinan... ... 77

4.1.8.4. Petugas/Pegawai Memiliki Inisiatif dalam Bekerja ... 78

4.1.9. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 79

4.1.9.1. Uji Normalitas ... 79

4.1.9.2. Uji Multikolinieritas... 80

4.1.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 80

4.2. Pembahasan ... 82

4.2.1. Hasil Uji Hipotesis ... 82

4.2.1.1. Uji Koefisien Determinasi ... 83

4.2.1.2. Uji F (Uji Serempak) ... 84

4.2.1.3. Uji t (Uji Parsial) ... 85

(14)

Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas

II-A Medan ... 86

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1. Kesimpulan... 89

5.2. Saran ... 89

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Distribusi Populasi dan Sampel ... 44

3.2. Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Cara Pengukuran ... 46

3.3. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kepala Lembaga, dan Kinerja Petugas ... 50

3.4. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kepala Lembaga, dan Kinerja Petugas ... 51

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kawin ... 59

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 59

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 61

4.6. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Campur Tangan Pimpinan ... 62

4.7. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Pengawasan Pimpinan/Atasan Dalam Pekerjaan ... 63

4.8. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Masukan Pimpinan dalam Penyelesaian Tugas ... 64

4.9. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Perhatian Pimpinan Dalam Memberikan Petunjuk/Arahan ... 65

4.10. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Pimpinan Dalam Memberikan Laporan Reguler ... 66

4.11. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Memberikan Pujian/Kritik ... 67

4.12. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Mendengarkan Setiap Pendapat/Saran ... 68

(16)

4.14. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Pimpinan

Memperhatikan Keluhan Kerja ... 70

4.15. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Pimpinan Memberikan Perhatian... 71

4.19. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Penyelesaian Tugas Tepat Waktu ... 75

4.20. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan Melebihi Dari Target Yang Ditentukan ... 76

4.21. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Hasil Kerja Petugas Sesuai Dengan Yang Diharapkan pimpinan ... 77

4.22. Tabulasi Jawaban Responden Atas Item Pertanyaan Petugas/ Pegawai Memiliki Inisiatif Dalam Bekerja ... 78

4.23. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Variabel Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kepala Lembaga, dan Kinerja Petugas ... 79

4.24. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kepala Lembaga ... 80

4.25. Hasil Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kepala Lembaga Terhadap Kinerja Petugas ... 83

4.26. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 83

4.27. Hasil Uji Secara Serempak ... 84

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Kerangka Berpikir ... 5

2.1. Maslow’s Need Hierarchy ... 28

2.2. Ciri–Ciri Orang yang Termotivasi (Gomes, 2003) ... 33

4.1. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Anak

Klas II-A Medan ... 56

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Tabulasi Data Skor Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan

Kinerja Petugas ... 93

2. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan ... 96

3. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja... 97

4. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Petugas ... 98

5. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan ... 99

6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Kepala Lembaga ... 100

7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Petugas ... 101

8. Hasil Uji Normalitas Variabel Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kepala Lembaga, dan Kinerja Petugas ... 102

(19)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan judul “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kepala Lembaga terhadap Kinerja Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A di Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kepala lembaga terhadap kinerja petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A di Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Data dikumpulkan melalui interview dengan menggunakan kuisioner dan studi dokumnetasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 68 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak dan parsial, kedua variabel, gaya kepemimpinan dan motivasi Kepala Lembaga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A di Medan. Gaya kepemimpinan dan motivasi Kepala Lembaga berpengaruh terhadap kinerja petugas Lembaga Pemasyarakatan sebesar 86%.

(20)

ABSTRACT

A research has been conducted entitled “Analysis on the Influence of Leadership Style and Motivation of the Head of the Penitentiary on the Job Performances of Employee of Class II A Children’s Penitentiary in Medan. The aim of the research is to know and analysis the influence of leadership style and motivation of the Head of the Penitentiary on the Job Performances of Employee of Class II A Children’s Penitentiary in Medan.

The research was a descriptive quantitative research using the survey method. Data were collected through interviews using questionnaires and documentation. Analysis of data was conducted using the multiple linear regression model. Numbers of samples for the study were 68 employees of the penitentiary. Results showed that coincidently and partially, both variables, leadership style and motivation of the Head of the Penitentiary had significant positive influence on the job performance of the employees of the class II A Children’s Penitentiary in Medan. Job performance of the employees at the Penitentiary was affected as much as 86% by leadership style and motivation of the Head of the Penitentiary.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepemimpinan tidak bisa lepas dari pembicaraan manajemen. Sukses

tidaknya suatu tujuan yang dicapai sebuah organisasi tergantung dari pemimpin. Bagi

suatu organisasi, kepemimpinan diharapkan dapat memberikan

keunggulan-keunggulan bagi organisasi agar terus hidup dan berkembang.

Dalam melaksanakan aktivitas kegiatannya para pemimpin mempunyai

berbagai gaya tersendiri dalam proses mempengaruhi dan mengarahkan pegawainya,

sehingga nantinya mau bersama-sama berusaha mencapai tujuan organisasi melalui

pelaksanaan pekerjaan yang telah ditentukan. Karena masalah-masalah yang dihadapi

setiap organisasi bervariasi, maka pemimpin dituntut untuk mampu menerapkan gaya

kepemimpinan yang bervariasi pula sesuai dengan tujuan yang dihadapi.

Mengatasi masalah yang kompleks ini, suatu organisasi perlu melakukan

peningkatan kinerja melalui peningkatan kinerja sumber daya manusia yang

dimilikinya. Salah satu usaha ini dapat ditempuh dengan menganalis gaya

kepemimpinan. Penilaian kinerja seorang pimpinan dapat dilihat melalui proses kerja

karena dalam proses kerja inilah, seorang pemimpin memiliki keinginan untuk

(22)

Lembaga Pemasyarakatan bertujuan membentuk warga binaan

pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki

diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup

secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Untuk dapat

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara optimal, perlu didukung oleh

ketersediaan petugas yang memadai baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Beberapa fenomena yang kerap terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Anak

Kelas II-A Medan antara lain petugas yang tidak disiplin dalam melakukan

penjagaan, banyak izin tidak masuk kerja karena mencari tambahan bisnis di luar,

sering meninggalkan tugas dan pekerjaan, tidak patuh terhadap atasan, bekerja

malas-malasan tidak ada gairah kerja sehingga menghambat pembinaan dan hasil kerjanya

tidak optimal, hal ini menggambarkan belum optimalnya pembinaan yang dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai

berikut: Sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi Kepala Lembaga

Pemasyarakatan terhadap kinerja petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas

(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi Kepala Lembaga Pemasyarakatan

terhadap kinerja petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-A di Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan dan informasi untuk perbaikan dan penyempurnaan pada

Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-A Medan.

2. Sebagai khasanah pengetahuan dan informasi bagi peneliti.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah

yang sama di masa mendatang.

1.5. Kerangka Berpikir

Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan

oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pemimpinlah

yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan

ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi

(24)

Rivai (2004) menyatakan bahwa “Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan

ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi

tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinn adalah pola perilaku dan

strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin”.

Gaya kepemimpinan yang paling tepat digunakan oleh seorang pimpinan

adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan kinerja dari para pegawainya. Untuk

menentukan gaya yang paling efektif dalam memimpin para pegawai dalam suatu

organisasi perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur, yaitu

pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh (Rivai, 2004).

Motivasi selalu menjadi perhatian utama dari seorang pemimpin karena

motivasi berhubungan erat dengan keberhasilan seseorang atau organisasi di dalam

mencapai tujuannya.

Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa “Motivasi merupakan kondisi atau

energi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai

tujuan organisasi. Sikap mental pegawai yang positif terhadap situasi kerja itulah

yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja yang maksimal”.

Seorang pemimpin harus dapat menciptakan iklim yang dapat membuat

bawahannya merasa termotivasi. Setiap pegawai hendaknya mendapat inspirasi

sehingga merasakan adanya harapan dan ketersediaan dalam organisasi di mana ia

bekerja. Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat

(25)

pengaruh pemimpin yang efektif, sehingga efektivitas kepemimpinan akan tampak

bagaimana dapat memotivasi pegawainya secara efektif (Sedarmayanti, 2007).

Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa ”Kinerja pegawai adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Seorang pemimpin harus harus mampu mengelola kinerja pegawainya,

sehingga setiap pegawai yang bekerja dalam suatu organisasi mengetahu tentang : 1)

apa yang diharapkan dari pegawai, 2) bagaimana pegawai melakukan pekerjaan

sesuai dengan yang diharapkan, 3) bagaimana pegawai menjadi lebih baik dalam

bekerja, dan 4) kapan pegawai melakukan pekerjaan dengan baik (Wibowo, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir pada penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Gaya

Kepemimpinan

Motivasi

Kinerja

(26)

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut: Gaya kepemimpinan dan motivasi Kepala Lembaga Pemasyarakatan

berpengaruh terhadap kinerja petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Heryanto (2008) meneliti tentang ”Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap

Kinerja Karyawan dengan Motivasi sebagai Variabel Pemoderasi di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Pria Tangerang”. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat

disimpulkan bahwa: 1) persamaan regresi yang diperoleh adalah: Y = 47,933 +

0,646X1 + 0,088X1.X2. Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa variabel

motivasi memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pria Tangerang; 2) Hasil analisis uji t,

didapatkan nilai thitung untuk gaya kepemimpinan sebesar 2,353 > ttabel (2,000) dan

interaksi variabel gaya kepemimpinan dan motivasi kerja didapatkan thitung (2,328)

> ttabel (2,000), artinya ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pria Tangerang, dan variabel motivasi

memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pria Tangerang; 3) Hasil uji F diperoleh Fhitung

> Ftabel ; 86,646 > 3,150 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel

motivasi memoderasi pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

(28)

Etikawaty (2007) dalam penelitiannya di LP Kelas I Surakarta menyatakan

bahwa motivasi dan disiplin mempengaruhi kinerja petugas. Hal ini terlihat dari

indikator:

1. Kurangnya pemahaman mengenai fungsi dan tanggung jawab kerja petugas LP

2. Prilaku indisipliner seperti tidak masuk kerja dengan alasan sakit, terlambat

masuk kantor, sering meninggalkan kantor pada jam kerja, menunda

peneyelesaian pekerjaan, dan tidak menggunakan pakaian dinas ketika bekerja.

3. Melaksanakan tugas bila diperintah.

Desmaniar (2006) melakukan penelitian untuk melihat faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi kinerja dengan judul ”Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi

Kerja dengan Kinerja Pegawai Biro Umum Sekretariat Jendral Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan

antara kepemimpinan dengan kinerja memiliki hubungan yang signifikan, besar

hubungan tersebut positif, sedang dengan angka korelasi ( r = 0,501 ), motivasi kerja

dengan kinerja memiliki hubungan yang signifikan, positif dan sedang dengan r =

0,429 dan antara kepemimpinan dan motivasi secara bersama-sama dengan kinerja

memiliki hubungan signifikan, positif dengan r = 0,568, besar hubungan tersebut

berpedoman kepada interpretasi koefisien korelasi adalah sedang. Disamping itu hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa kontribusi variabel kepemimpinan dan motivasi

kerja secara bersama terhadap kinerja adalah sebesar 32,3%, sedangkan 67,7%

(29)

2.2. Teori Tentang Kepemimpinan

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan

Setiap dan semua organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan

seorang pimpinan tertinggi dan manajer tertinggi (top manager) yang harus

menjalankan kegiatan kepemimpinan dan manajemen bagi keseluruhan organisasi

sebagai satu kesatuan (Nawawi, 2003).

Robbins (1999) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian (tujuan), pendapat ini

memandang semua anggota kelompok/organisasi sebagai satu kesatuan, sehingga

kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan mempengaruhi semua anggota

kelompok/organisasi agar bersedia melakukan kegiatan/bekerja untuk mencapai

tujuan kelompok/organisasi.

Rivai (2004) menyatakan bahwa “Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan

ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi

tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinn adalah pola perilaku dan

strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin”.

Gaya kepemimpinan yang paling tepat digunakan oleh seorang pimpinan

adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan kinerja dari para pegawainya. Untuk

menentukan gaya yang paling efektif dalam memimpin para pegawai dalam suatu

organisasi perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur, yaitu

(30)

Menurut Mangkuprawira (2004) ”Kepemimpinan” bukanlah sekedar bakat

atau sesuatu yang hanya dapat diperoleh sebagai faktor keturunan atau bawaan, tetapi

dapat dimiliki oleh setiap orang melalui proses belajar artinya kepemimpinan itu

dapat dipelajari.

Suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat

proses komunikasi untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan. Suatu bentuk

dominasi yang didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi: yaitu mampu

mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan

bersama (Kartono, 1991).

Dari beberapa pengertian tentang kepemimpinan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa kepemimpinan erat kaitannya dengan kemampuan seseorang

untuk memprakarsai tindakan anggota kelompok dalam upaya memecahkan masalah

kelompok atau mencapai tujuan kelompok.

Kepemimpinan adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan dalam suatu

organisasi, sebab kepemimpinan itulah yang setiap kali mengambil keputusan tentang

hal-hal yang harus dilakukan oleh organisasi atau kelompok (Mangkuprawira, 2004).

Mengingat kepemimpinan bukan merupakan sifat bawaan atau turunan, maka

setiap orang mempunyai peluang untuk dapat melaksanakan fungsi kepemimpinan.

Fungsi kepemimpinan dapat dilakukan setiap orang, namun orang yang memiliki hak

dan wewenang untuk menjalankan tugas kepemimpinan disebut pimpinan. Meskipun

demikian tidak sedikit pemimpin yang kurang mampu menjalankan tugas

(31)

menjalankan fungsi kepemimpinan secara baik.

Menurut Sutarto (1998), kepemimpinan adalah suatu rangkaian kegiatan

penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi

tertentu agar bersedia kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa dalam mendiskripsikan kepemimpinan

senantiasa terdapat variabel-variabel: (1) adanya seorang pemimpin, (2) adanya

kelompok yang dipimpin, (3) adanya tujuan yang ingin dicapai, (4) adanya aktivitas,

(5) adanya interaksi, dan (6) adanya otoritas.

Mangkuprawira (2004) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu

kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang

agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya

Mangkuprawira (2004) menyatakan bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan

bersama dan kepemimpinan itu hanya melekat pada diri individu, dan kepemimpinan

itu harus mengena kepada setiap pegawai yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus

diakui secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa

orang tersebut adalah pimpinannya.

Berkait dengan soal kepemimpinan organisasi dan kemampuan memotivasi,

sangat tergantung pada potensi keupayaan dan kemampuan seorang pemimpin

membentuk arah, wawasan, tujuan, prinsip, dan membina budaya. Kemampuan

memotivasi juga sangat dipengaruhi oleh kesiapan pemimpin dalam menimbulkan

motivasi dalam dirinya, sehingga dapat dijadikan teladan dalam memotivasi orang

(32)

Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan derajat kualitas emosi

dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakraban dan penerimaan anggota

terhadap pemimpinnya. Semakin yakin dan percaya anggota kepada pemimpinnya,

semakin efektif kelompok dalam mencapai tujuannya. Dalam hubungan pemimpin

dengan anggotanya perlu diperhatikan antisipasi kepuasaan anggota dan harus

dipadukan dengan tujuan kelompok, motivasi anggota dipertahankan tinggi,

kematangan anggota dalam pengambilan keputusan dan adanya tekad yang kuat

dalam mencapai tujuan (Mangkuprawira, 2004).

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan:

(1) Pendayagunaan pengaruh, (2) Hubungan antar manusia, (3) Proses komunikasi,

dan (4) pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan tergantung pada kuatnya pengaruh

yang diberikan serta intensitas hubungan antara pemimpin dengan pengikut (Rivai,

2004).

Berdasarkan uraian-uraian di atas berarti setiap dan semua pemimpin dan

calon pemimpin perlu memahami pengertian kepemimpinan, sebelum melakuka n

usaha meningkatkan efektivitas organisasinya. Untuk itu pada giliran berikutnya

seorang pemimpin dan calon pemimpin perlu pula mengetahui dan memahami

berbagai teori kepemimpinan dan teori-teori pendukungnya, agar memiliki wawasan

sejalan dengan orientasi baru dalam kepemimpinan.

Wawasan sebagai orientasi baru itu selain perlu dipahami juga harus dapat

dimplementasikan dalam mewujudkan kepemimpinannya untuk mengefektifkan

(33)

organisasi yang dipimpin, masyarakat khususnya pihak yang dilayani organisasinya,

bahkan juga untuk bangsa dan negaranya.

Gaya kepemimpinan adalah merupakan cara-cara orang memimpin. Sifat,

kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas. Sebagai gaya

yang diterapkan oleh seorang pemimpin pada situasi tertentu, demi tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan (Mangkuprawira, 2004).

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan dalam

mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

(1) Gaya Kepemimpinan Autocratic

Mardikanto (1993) menyebutkan bahwa otokrasi merupakan gaya

kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan tergantung kepada

pemimpinnya sendiri.

Kartono (1991) menyatakan bahwa kepemimpinan otokrasi mendasarkan diri

pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau

berperan sebagai pemain tunggal (one man show).

Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otokrasi

merupakan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pemimpin, dimana segala

keputusan dilakukannya sendiri, tanpa mau berkonsultasi dengan anggotanya. Setiap

perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa konsultasi dengan bawahannya.

Pemimpin otokrasi senantiasa berkuasa absolut, tunggal dan merajai keadaan.

Pemimpin mau bersikap “baik”sepanjang bawahannya patuh secara mutlak terhadap

(34)

(2) Gaya Kepemimpinan Autoritarian

Gaya kepemimpinan autotarian pada hakikatnya sama dengan gaya

kepemimpinan otokratis. Prinsip dan gaya ini adalah segala keputusan terpusat pada

pemimpin. Anggota atau bawahan hanya menjalankan segala sesuatu yang

diputuskan pemimpin tanpa pernah mengajak untuk berkonsultasi. Hubungan antara

pemimpin dan anggotanya pada gaya ini sangat kaku.

(3) Gaya Kepemimpinan Task Oriented

Mangkuprawira (2004) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang

sepenuhnya berorientasi pada tugas yang harus diselesaikan oleh organisasi disebut

dengan gaya kepemimpinan task oriented.

Gaya kepemimpinan ini sangat mengutamakan terlaksananya tugas dengan

baik, dengan mengabaikan perasaan tidak senang anggotanya. Dengan kata lain,

hubungan antara pimpinan dengan anggotanya bukan merupakan sesuatu yang

penting.

Rivai (2004) menyatakan bahwa pemimpin yang memusatkan perhatiannya

pada pekerjaan dengan melakukan pengawasan yang ketat sehingga bawahan

menjalankan tugas mereka dengan menggunakan prosedur khusus, merupakan gaya

kepemimpinan job-centered. Selanjutnya dikatakan, bahwa tipe pemimpin ini

mendasarkan diri pada paksaan, imbalan, dan kekuasaan yang sah untuk

(35)

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa task oriented

merupakan suatu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Dalam hal ini

pemimpin menekankan pentingnya penyelesaian tugas. Sehubungan itu, pengawasan

menjadi faktor penting dalam gaya ini.

(4) Gaya Kepemimpinan Initiating

Rivai (2004) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan initiating menyangkut

perilaku pemimpin untuk mengorganisasi dan menentukan hubungan dalam

kelompok, menetapkan pola dan saluran komunikasi yang jelas dan menguraikan

secara rinci cara menyelesaikan pekerjaan.

Dari definisi di atas memberikan pengertian bahwa gaya kepemimpinan

initiating merupakan gaya yang digunakan pemimpin untuk mengorganisasi suatu

kelompok, diantaranya menentukan struktur kelompok, sistem komunikasi, dan

rincian tugas kelompok dalam upaya mencapai tujuan kelompok.

(5) Gaya Kepemimpinan Supervisory

Rivai (2004) menyatakan bahwa kemampuan supervisory merupakan

penggunaan secara efektif dan apa saja yang diperlukan untuk melakukan praktek

supervisi sebagaimana ditentukan secara khusus oleh situasi.

Dari definisi di atas penulis memberikan pengertian gaya kepemimpinan

supervisory sebagai gaya kepemimpinan yang menitikberatkan pada pengawasan

(36)

(6) Gaya Kepemimpinan Democratic

Mardikanto (1993) mengatakan bahwa demokratis merupakan gaya

kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan sebagai keputusan

bersama dan seluruh anggota sistem sosial yang bersangkutan.

Kartono (1991) menyebutkan, kepemimpinan demokratis berorientasi pada

manusia dengan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan

nasihat dan usulan bawahannya. Oleh karena itu kekuatan kepemimpinan demokratis

terletak pada partisipasi aktif dari setiap anggota kelompok.

(7) Gaya Kepemimpinan Considerate

Rivai (2004) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan considerate menyangkut

perilaku pemimpin yang menunjukkan persahabatan, saling mempercayai, rasa

hormat, kehangatan dan hubungan antara pimpinan dan pengikut.

Dari definisi tersebut penulis memberi pengertian bahwa gaya kepemimpinan

considerate adalah gaya kepemimpinan yang menekankan terjalinnya hubungan baik

dengan anggotanya.

(8) Gaya Kepemimpinan Partisipatory

Mardikanto (1993) mengatakan, kepemimpinan partisipatif merupakan gaya

kepemimpinan yang menunjukkan kesediaan pemimpin untuk membuka pintu

lebar-lebar bagi bawahannya untuk berkomunikasi dan berpartisipasi dalam setiap

(37)

Dari definisi di atas memberi pengertian bahwa kepemimpinan partisipatif

merupakan gaya kepemimpinan yang mengajak anggotanya untuk memberi saran dan

gagasan dalam setiap pengambilan keputusan.

Menurut Siagian (2008), ada tiga macam gaya kepemimpinan yang telah

dikenal secara luas, yaitu:

(a) Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan

keputusan sebagai keputusan bersama dan seluruh anggota sistem sosial yang

bersangkutan.

(b) Otokrasi, yaitu kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan keputusan

tergantung kepada pemimpinnya sendiri.

(c) Laissez Faire, yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan

keputusan kepada masing-masing anggo ta sistem sosial itu sendiri.

Gaya kepemimpinan yang ada dalam suatu kelompok atau masyarakat

tergantung pada situasi yang terdapat pada kelompok masyarakat tersebut. Dalam

situasi yang sangat menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan cenderung

gaya kepemimpinannya bersifat otoriter. Pada situasi di mana hubungan antara

anggota dengan pemimpinnya sedang-sedang saja atau anggota kelompok sangat

dipentingkan, maka gaya kepemimpinan lebih diarahkan pada gaya kepemimpinan

(38)

Rivai (2004) menyebutkan lima prinsip yang memungkinkan pemimpin bisa

menyelesaikan banyak hal yang luar biasa. Kelima prinsip tersebut adalah:

(1) Menantang proses

Pemimpin harus berani menantang proses yang berjalan secara alami. Pemimpin

adalah pelopor. Orang yang bersedia melangkah ke luar dan memasuki apa yang

belum diketahui. Mereka bersedia mengambil resiko, melakukan inovasi dan

percobaan supaya bisa menemukan cara baru dan lebih baik untuk melakukan

banyak hal. Pemimpin adalah pengguna awal. Pemimpin adalah orang yang

sanggup belajar, mereka belajar dari kegagalan mereka di samping dari

keberhasilan mereka.

(2) Menghadirkan wawasan bersama

Untuk mencapai tujuan bersama, pemimpin harus mampu memberi ilham bagi

munculnya wawasannya sebagai wawasan orang yang dipimpin. Pemimpin

harus memahami kebutuhan, impian, harapan, aspirasi orang yang dipimpin.

Pemimpin harus menempa kesatuan tujuan dengan menunjukkan bagaimana

impian dapat dicapai dan membangkitkan antusiasme bagi anggotanya.

(3) Memungkinkan orang lain bisa bertindak

Seorang pemimpin akan berhasil jika mampu membuat anak buah merasa kuat,

mampu dan memiliki keyakinan. Pemimpin memungkinkan orang yang

dipimpin bisa bertindak dengan berbagi kepemimpinan. Kepemimpinan

sebaiknya terjadi akibat adanya hubungan yang berdasarkan kepercayaan dan

(39)

(4) Menjadi penunjuk jalan

Seorang pemimpin akan berhasil jika mampu memberi contoh dan membina

komitmen melalui tindakan sehari-hari, yang menciptakan kemajuan. Pemimpin

harus dapat menjadi penunjuk jalan melalui contoh pribadi dan pelaksanaan

yang penuh pengabdian tanpa pamrih atau mengharapkan adanya imbalan.

(5) Membesarkan hati

Pemimpin akan berhasil jika mampu membesarkan hati anak buah untuk

berjalan terus, menunjukkan kepada anak buah bahwa mereka bisa menghadapi

segala masalah dan rintangan serta memberikan pengakuan terhadap

keberhasilan individual dan kelompok.

2.2.2. Komitmen Pemimpin

Secara etimologis, komitmen (commitment) dapat diartikan sebagai janji atau

tanggung jawab. Dengan demikian seorang pemimpin yang baik harus memiliki

tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Tanggung jawab

merupakan salah satu bentuk manifestasi dari kewenangan yang diberikan anggota

sistem sosialnya kepada pemimpinnya.

Siagian (2008) menguraikan beberapa pedoman untuk mendefinisikan

tanggung jawab tugas seorang pemimpin:

(a) Bertemu dengan bawahan untuk bersama-sama mendefinisikan pekerjaan,

kapanpun tugas seorang bawahan atau anggota organisasi atau tim diubah, maka

pertemuan harus segera dilakukan untuk bersama-sama mengembangkan

(40)

(b) Menetapkan prioritas bagi berbagai tanggung jawab, tidak ada formula yang

sederhana untuk menentukan prioritas, namun ia harus mencerminkan pentingnya

sebuah kegiatan bagi unit kerja organisasi. Bila persetujuan mengenai prioritas

tak dapat diselesaikan, maka pemimpin harus menyatakan dengan jelas apa yang

diharapkan agar bawahan atau anggota dapat mengerti.

(c) Menjelaskan jangkauan kewenangan bawahan, tanggung jawab dan tugas yang

dibebankan kepada bawahan harus diuraikan dengan jelas. Namun juga memberi

peluang kepada anggota untuk memeriksa pengertian tentang kebijaksanaan dan

peraturan yang berkaitan dengan tindakan para anggota.

Rivai (2004) menguraikan 10 komitmen pemimpin, yang merupakan petunjuk

cara pemimpin menyelesaikan banyak hal yang luar biasa dalam organisasi.

Kesepuluh komitmen pemimpin tersebut adalah:

(1) Mencari kesempatan yang menantang untuk mengubah, mengembangkan, dan

melahirkan inovasi, komitmen ini dapat dilakukan dengan:

a. Memperlakukan setiap tugas sebagai petualangan

b. Memperlakukan setiap tugas baru sebagai permulaan, bahkan seandainya

bukan

c. Mempertanyakan status quo

d. Mendorong orang mencari gagasan

e. Memasukkan pengumpulan gagasan sebagai agenda pemimpin

f. Pergi ke luar dan menemukan sesuatu yang perlu diperbaiki

(41)

h. Memperbaharui tim atau anggota

i. Menambah petualangan dan kesenangan kepada setiap orang (bawahan)

j. Mempelajari keahlian baru dan mengikuti pelajaran tambahan.

(2) Melakukan eksperimen, mengambil resiko, dan belajar dari kesalahan yang

menyertai:

a. melakukan eksperimen (percobaan) dalam skala kecil.

b. Menciptakan suasana aman bagi orang lain untuk melakukan eksperimen.

c. Menyingkirkan tindakan yang dapat memunculkan amarah

d. Bekerja bahkan dengan gagasan yang mula-mula kedengaran aneh

e. Menghargai orang yang berani mengambil resiko

f. Melakukan evaluasi tentang setiap kegagalan

g. Memberikan teladan mengambil resiko

h. Mendorong pemikiran adanya peluang atau kemungkinan

i. Memaksimalkan kesempatan untuk berbagai pilihan

j. Membuat jabatan resmi sebagai pilihan

(3) Membayangkan masa depan untuk meningkatkan semangat, hal ini ditempuh

dengan:

a. Memikirkan lebih dulu masa lalu

b. Menetapkan tujuan yang diinginkan

c. Menulis artikel tentang bagaimana membuat perbedaan

d. Menulis pernyataan wawasan secara singkat

(42)

f. Menguji pengandaian

g. Menjadi pakar masa depan

h. Berlatih dengan visualisasi dan pengukuhan

(4) Mengajak orang lain dalam wawasan bersama dengan menghimbau nilai-nilai,

perhatian, harapan, dan impian mereka, dengan cara-cara berikut:

a. Mengenali pengikut

b. Menemukan sesuatu landasan bersama

c. Mengembangkan kecakapan antarpribadi

d. Menghembuskan nafas kehidupan ke dalam wawasan pemimpin

e. Bicara secara positif

f. Membuat apa yang tidak nyata menjadi nyata

g. Mendengarkan lebih dahulu dan sering meminta penjelasan lebih jauh.

(5). Menganjurkan kerja sama dengan mengemukakan tujuan dengan penuh

kerjasama dan membina kepercayaan

a. Selalu mengatakan kita bukan “aku” atau “kami”

b. Meningkatkan interaksi

c. Berfokus pada perolehan, bukan kehilangan

d. Membuat daftar alat pembayaran alternatif

e. Membentuk kemitraan perencanaan dan pemecahan masalah

f. Melakukan pemeriksaan kerjasama

(43)

(5) Memperkuat orang dengan memberikan kekuasaan, menyediakan pilihan,

mengembangkan kecakapan, memberikan tugas penting, dan menawarkan

dukungan yang kelihatan dengan cara:

a. Memperbesar lingkup pengaruh orang lain

b. Memastikan bahwa tugas yang didelegasikan relevan

c. Mendidik dan mendidik

d. Melangsungkan pertemuan

e. Membuat dan menjalin hubungan-hubungan dengan pihak lain

f. Menjadikan orang lain sebagai pahlawan.

(6) Memberikan teladan dengan berperilaku secara konsisten dengan wawasan

bersama, hal ini dapat dilakukan dengan:

a. Instrospeksi diri

b. Menulis kegiatan kepemimpinan

c. Menulis pujian pribadi dan pujian kepada organisasi

d. Membuka dialog tentang nilai-nilai pribadi dan bersama

e. Memeriksa tindakan

f. Bertukar tempat

g. Bersikap dramatis

(44)

(7) Mencapai kemenangan kecil yang dapat meningkatkan kemajuan secara

konsisten dan membina komitmen

a. Mengambilnya secara pribadi.

b. Membuat rencana

c. Menciptakan model

d. Menghimbau sukarelawan

e. Menggunakan papan pengumuman

f. Menjual keuntungan

g. Mengajak orang lain makan malam (atau makan pagi)

(8) Menghargai sumbangan individu kepada keberhasilan setiap proyek (kegiatan)

a. Bersifat kreatif tentang imbalan dan penghargaan serta memberikannya

secara pribadi.

b. Memberikan penghargaan di muka umum

c. Merancang imbalan dan penghargaan sistem peran serta

d. Memberikan umpan balik sambil berjalan

e. Menciptakan Pygmalion

f. Menemukan orang yang melakukan banyak hal dengan benar

g. Melatih anak buah.

(9) Merayakan keberhasilan tim secara teratur, dengan cara:

a. Jadwalkan perayaan

b. Memberi pujian

(45)

d. Bersenang-senang

e. Menetapkan jaringan sosial dan mendukungnya

f. Tetap mencintai

g. Merencanakan perayaan sekarang juga.

Menurut Rivai (2004), bahwa peranan yang perlu ditampilkan pemimpin

adalah:

(1) Mencetuskan ide atau sebagai seorang kepala

(2) Memberi informasi

(3) Sebagai seorang perencana

(4) Memberi sugesti

(5) Mengaktifkan anggota

(6) Mengawasi kegiatan

(7) Memberi semangat untuk mencapai tujuan

(8) Sebagai katalisator

(9) Mewakili kelompok

(10) Memberi tanggung jawab

(11) Menciptakan rasa aman dan

(12) Sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya.

Sebagai pemimpin kelompok seseorang harus berperan mendorong anggota

beraktivitas sambil memberi sugesti dan semangat agar tujuan dapat tercapai. Segala

masukan yang datang dari luar, baik berupa ide atau gagasan, tekanan-tekanan,

(46)

Untuk ini, perlu berperan: (1) sebagai Penggerak (aktivator), (2) sebagai pengawas,

(3) sebagai Martir, (4) sebagai pemberi semangat/kegembiraan, dan (5) sebagai

pemberi tanggung jawab kepada anggota.

Menurut Siagian (2008), ada tiga peranan pemimpin dalam

kelompok/organisasi antara lain:

(1) Pencairan alur (pathfinding), mengandung sistem nilai dan visi dengan kebutuhan

pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the strategic pathway

(jalur strategi).

(2) Penyelarasan (Aligning), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan

operasional organisasi memberi dukungan pasa pencapaian visi dan misi dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat.

(3) Pemberdayaan (Empowerment), suatu semangat yang digerakkan dalam diri

orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas laten, untuk

mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang

disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama dalam melayani kebutuhan

pelanggan dan pemegang saham lain terlibat.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan merupakan ciri-ciri aktivitas seseorang yang dapat mempengaruhi

(47)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan “kepemimpinan“ adalah ciri-ciri

kegiatan dari seorang pemimpin atau atasan langsung dari unit terendah sampai yang

paling tinggi di dalam instansi/lembaga tersebut (jabatan struktural/eselonering dan

jabatan fungsional).

2.3. Teori Tentang Motivasi

2.3.1. Pengertian Motivasi dan Teori-Teori Motivasi Kerja

Untuk mempermudah pemahaman motivasi kerja, di bawah ini dikemukakan

pengertian motif, motivasi dan motivasi kerja. Menurut Mangkunegara (2007) bahwa

motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari

dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri dikatakan untuk

memuaskan motif.

Selanjutnya Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu

kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan

kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang

menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Sedangkan

motivasi dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive

(48)

Kebutuhan Fisiologis

Aktualisasi Diri

Kebutuhan Status

Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Rasa Aman

Gambar 2.1 di bawah ini menggambarkan tentang Teori Kebutuhan Model

Maslow.

Sumber:

Gambar 2.1. Maslow's Need Hierarchy

1. Kebutuhan fisiologik (physiological needs), misalnya makanan, minuman,

istirahat/tidur, seks. Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan pertama dan

utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu. Karena dengan

terpenuhinya kebutuhan ini, orang dapat mempertahankan hidup dari kematian.

Kebutuhan utama inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan

pekerjaan apa saja, karena ia akan memperoleh imbalan, baik berupa uang

(49)

2. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri. Pada

puncak hirarki, terdapat kebutuhan untuk realisasi diri, atau aktualisasi diri.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut berupa kebutuhan individu untuk merealisasi

potensi yang ada pada dirinya, untuk mencapai pengembangan diri secara

berkelanjutan, untuk menjadi kreatif.

Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, Mangkunegara (2007)

menyatakan bahwa motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh

membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan

lingkungan kerja.

Teori Penguatan (Reinforcement Theory). Teori ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

M = f ( R & C )

M = Motivasi

R = Reward (penghargaan) – primer/sekunder

C = Consequences (Akibat) – positif/negatif

Motivasi seseorang bekerja tergantung pada reward yang diterimanya dan

punishment yang akan dialaminya nanti (Gomes, 2003). Penguatan adalah segala

sesuatu yang digunakan seorang pimpinan untuk meningkatkan atau mempertahankan

tanggapan khusus individu. Jadi menurut teori ini, motivasi seseorang bekerja

tergantung pada penghargaan yang diterimanya dan akibat dari yang akan dialaminya

nanti. Teori ini menyebutkan bahwa perilaku seorang di masa mendatang dibentuk

(50)

Jenis reinforcement ada empat, yaitu: (a) positive reinforcement (penguatan

positif), yaitu penguatan yang dilakukan symbol(a), kinerja yang positif; (b) negative

reinforcement (penguatan symbol), yaitu penguatan yang dilakukan karena

mengurangi atau mcnghentikan keadaan yang tidak disukai. Misalnya, berupaya

cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan karena tidak tahan mendengar atasan mengomel

terus-menerus; (c) extinction (peredaan), yaitu tidak mengukuhkan suatu perilaku,

sehingga perilaku tersebut mereda atau punah sama sekali. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi perilaku yang tidak diharapkan; (d) punishment, yaitu konsekuensi yang

tidak menyenangkan dari tanggapan perilaku tertentu.

Reward adalah pertukaran (penghargaan) yang diberikan perusahaan atau jasa

yang diberikan penghargaan, yang secara garis besar terbagi dua kategori, yaitu:

(a) gaji, keuntungan, liburan; (b) kenaikan pangkat dan jabatan, bonus, promosi,

symbol (bintang) dan penugasan yang menarik.

Sistem yang efektif untuk pemberian reward (penghargaan) kepada para

karyawan harus: (a) memenuhi kebutuhan pegawai; (b) dibandingkankan dengan

reward yang diberikan oleh perusahaan lain; (c) didistribusikan secara wajar dan adil;

(d) dapat diberikan dalam berbagai bentuk; dan (e) dikaitkan dengan prestasi.

Teori Harapan (Expectancy Theory). Teori ekspetansi menyatakan bahwa

motivasi kerja dideterminasi oleh keyakinan-keyakinan individual sehubungan

dengan hubungan upaya-kinerja, dan didambakannya berbagai macam hasil kerja,

yang berkaitan dengan tingkat kinerja yang berbeda-beda. Secara sederhana dapat

(51)

apa yang dapat mereka lakukan, apabila mereka berkeinginan untuk melakukannya”.

Wibowo (2008) berpendapat bahwa motivasi terhadap kerja merupakan hasil

dari ekspektansi kali instrumentalitas, kali valensi. Hubungan multiplikatif tersebut

berarti bahwa daya tarik motivasional jalur pekerjaan tertentu, sangat berkurang,

apabila salah satu di antara hal berikut: ekspektansi, instrumentalitas, atau valensi

mendekati nol. Sebaliknya agar imbalan tertentu memiliki sebuah dampak

motivasional tinggi serta positif, sebagai hasil kerja, maka ekspektansi,

instrumentalitas, dan valensi yang berkaitan dengan imbalan tersebut harus tinggi

serta positif.

Hubungan antara motivasi seseorang melakukan suatu kegiatan, dengan

kinerja yang akan diperolehnya yakni apabila motivasinya rendah jangan berharap

hasil kerjanya (kinerjanya) baik. Motivasi dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan

pribadi seperti rasa tertarik atau memperoleh harapan (Mangkunegara, 2007).

Selain teori ekspektansi di atas, terdapat teori motivasi dengan model lain

yang dirumuskan sebagai berikut:

M = {(E – P)} {(P – O) V}

Keterangan:

M = Motivasi

E = Pengharapan (Expectation)

P = Prestasi (Performance)

O = Hasil (Outcome)

(52)

Secara sederhana, dalam teori ini, motivasi merupakan interaksi antara

harapan setelah dikurangi prestasi, dengan kontribusi penilaian yang dikaitkan

dengan prestasi dikurangi hasil. Karena kebutuhan di atas merupakan generalisasi

karena kenyataannya kebutuhan orang tidak sama, maka dikenai The Expectacy

Model yang menyatakan. “Motivasi adalah fungsi dari berapa banyak yang

diinginkan dan berapa besar kemungkinan pencapaiannya”

Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan

motivasi, maka seorang manajer harus (Gomes, 2003):

1. Mengakui bahwa setiap karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda dan

preferensi yang berbeda pula. Tidak ada dua orang yang benar-benar memiliki

kebutuhan yang sama.

2. Mencoba memahami kebutuhan utama seorang karyawan. Memahami apa yang

dibutuhkan apalagi kebutuhan utama karyawan, merupakan perilaku atasan yang

dicintai bawahan.

3. Membantu seorang pegawai menentukan upaya mencapai kebutuhannya melalui

prestasi. Hal ini tidak sulit jika dilakukan dengan ketulusan, bukan pamrih.

2.3.2. Manfaat Motivasi Kerja

Menurut Gomes (2003) manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan

gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang

diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan

dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang

(53)

pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan

membuat orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal

ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi,

schingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang

begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan

dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu

banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Gomes, 2003).

Gambar 2.2. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi (Gomes, 2003)

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Gomes (2003) mengembangkan teori hierarki kcbutuhan Maslow

menjadi teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas

(motivation factor) yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor

pemelihara (maintenance factor) yang disebut dengan dissatisfier atau extrinsic

motivation. Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan faktor

pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang

Bekerja Sesuai Standar

Senang Bekerja

Semangat Juang Tinggi Merasa Berharga

Bekerja Keras

(54)

tersebut (kondisi intrinsik) antara lain:

1. Prestasi yang diraih (achievement)

2. Pengakuan orang lain (recognition)

3. Tanggung jawab (responsibility)

4. Peluang untuk maju (advancement)

5. Kepuasan kerja itu sendiri (the work it self)

6. Kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth)

Sedangkan factor pemelihara (maintenance factor) disebut juga hygienefactor

merupakan factor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara

keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan.

Faktor ini juga disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat

pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam factor

ekstrinsik, meliputi:

1. Kompensasi

2. Keamanan dan keselamatan kerja

4. Kondisi kerja

5. Status

6. Prosedur perusahaan

7. Mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat,

(55)

2.4. Teori Tentang Kinerja

2.4.1. Pengertian Kinerja

Kinerja atau prestasi kerja merupakan sebagai kesuksesan seseorang di dalam

melaksanakan suatu pekerjaan (Rivai, 2006). Sedangkan Gomes (2003) menyatakan

bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya adaiah hasil kerja

seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkankan dengan kemungkinan,

misalnya standar, target/sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu

dan telah di sepakati bersama.

Menurut Mangkunegara (2007), tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang

dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut "level of performance". Biasanya orang

yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan

sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak

produktif atau berperformance rendah. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas

penting untuk dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian,

pelaksanaan kinerja yang obyektif bukanlah tugas yang sederhana.. Dalam penilaian

harus dihindarkan adanya "like dan dislike" dari penilai, agar obyektifitas penilaian

dapat terjaga. Kegiatan penilaian ini penting, karena dapat digunakan untuk

memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada

(56)

2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu

karyawan dengan karyawan lainnya yang berada di bawah pengawasannya.

Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas

mereka tidaklah sama.

Menurut Gomes (2003) secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan

oleh dua faktor, yaitu: faktor individu dan situasi kerja. Ada tiga perangkat variabel

yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:

1. Variabel individual, terdiri dari:

a. Kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik

b. Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian

c. demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin.

2. Variabel organisasional, terdiri dari:

a. Sumberdaya

b. Kepemimpinan

c. Imbalan

d. Struktur

e. Desain pekerjaan.

3. Variabel psikologis, terdiri dari:

a. Persepsi

b. Sikap

(57)

d. Belajar

e. Motivasi.

Menurut Mangkunegara (2007), ada dua variabel yang dapat mempengaruhi

kinerja, yaitu:

1. Variabel individual, meliputi: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan

motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pcndidikan, serta faktor individual

lainnya.

2. Variabel situasional:

a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari; metode kerja, kondisi dan desain

perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran,

temperatur dan ventilasi)

b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi, sifat

organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

Gomes (2003) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:

1. Faktor Kemampuan

a. Pengetahuan: pendidikan, pengalaman, latihan dan minat

b. Keterampilan: kecakapan dan kepribadian.

2. Faktor Motivasi

a. Kondisi sosial: organisasi formal dan informal, kepemimpinan

b. Serikat kerja kebutuhan individu: fisiologis, sosial dan egoistic

(58)

2.4.3. Mengukur Kinerja

Menurut Mangkunegara (2007), ada enam metode penilaian kinerja karyawan:

1. Rating Scale, evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai, yang

membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan kriteria yang dianggap penting

bagi pelaksanaan kerja.

2. Checklist, yang dimaksudkan dengan metode ini adalah untuk mengurangi beban

penilai. Penilai tinggal memilih kalimat-kalimal atau kata-kata yang

menggambarkan kinerja karyawan. Penilai biasanya atasan langsung. Pemberian

bobot sehingga dapat di skor. Metode ini bisa memberikan suatu gambaran

prestasi kerja secara akurat, bila daftar penilaian berisi item-item yang memadai.

3. Metode peristiwa kritis (critical incident method), penilaian yang berdasarkan

catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku karyawan sangat baik atau

jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Catatan-catatan ini disebut

peristiwa kritis. Metode ini sangat berguna dalam memberikan umpan balik

kepada karyawan, dan mengurangi kesalahan kesan terakhir.

4. Metode peninjauan lapangan (field review method), seseorang ahli departemen

membantu para penyelia dalam penilaian mereka. Spesialis personalia

mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung tentang kinerja karyawan.

Kemudian ahli itu mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi

dikirim kepada penyelia untuk direview. Spesialis personalia bisa mencatat

(59)

5. Tes dan observasi prestasi kerja, bila jumlah pekerja terbatas, penilaian prestasi

kerja bisa didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes mungkin

tertulis atau peragaan ketrampilan. Agar berguna tes harus reliable dan valid.

Metode evaluasi kelompok ada tiga: ranking, grading, point allocation method.

6. Metode ranking, penilai membandingkan satu dengan karyawan lain siapa yang

paling baik dan menempatkan setiap karyawan dalam urutan terbaik sampai

terjelek. Kelemahan metode ini adalah kesulitan untuk menentukan faktor-faktor

pembanding, subyek kesalahan kesan terakhir dan halo effect, kebaikannya

menyangkut kemudahan administrasi dan penjelasannya. Metode penilaian ini

memisah-misahkan atau menyortir para karyawan dalam berbagai klasifikasi yang

berbeda, biasanya suatu proposi tertentu harus diletakkan pada setiap kategori.

Point location, merupakan bentuk lain dari grading, penilai diberikan sejumlah

nilai total dialokasikan di antara para karyawan dalam kelompok. Para karyawan

yang baik diberi nilai lebih besar daripada para karyawan dengan kinerja lebih

jelek. Kebaikan dari metode ini, penilai dapat mengevaluasi perbedaan relatif di

antara para karyawan, meskipun kelemahan-kelemahan efek halo (halo effect) dan

bias kesan terakhir masih ada.

Menurut Mangkunegara (2007), manfaat penilaian kinerja, adalah:

1. Perbaikan prestasi kerja atau kinerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan

departemen personalia untuk dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk

Gambar

Gambar 2.1. Maslow's Need Hierarchy
Gambar 2.2. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi (Gomes, 2003)
Tabel 3.1. Distribusi Populasi dan Sampel
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Cara Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang dicapai oleh suatu daerah dari satu periode

Perubahan tersebut akan berlaku pada tanggal yang ditentukan oleh Para Pihak dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Memorandum Saling Pengertian ini..

Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu ( Aquilaria Malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun pada Batang.. Teori Praktis

[r]

Simpulan Penelitian: Ada hubungan antara gagal ginjal kronik dengan tebal parenkim ginjal (p < 0,05), di mana pasien gagal ginjal kronik rata-rata memiliki tebal

Dasar perencanaan pada Fasilitas Olah raga Rekreasi adalah untuk mewujudkan fasilitas olah raga yang rekreatif dengan tema berdasar ciri Fisiologis Manusia, sehingga bangunan

Hal ini cenderung akan diterima baik ilmu yang guru sampaikan pada Muridnya dan akan dilaksanakan dengan tingkah lakunya Ayat diatas juga mengutarakan bahwa sanya manusia harus

Dengan memperhatikan Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Barang Jasa Pemerintah, serta sesuai Dokumen Kualifikasi perusahaan saudara, setelah dilakukan evaluasi yang berdasarkan