• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modernisasi Perikanan dan Mobilitas Sosial Nelayan (Studi Kasus Kelurahan Krapyak Lor Kodya Pekalongan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modernisasi Perikanan dan Mobilitas Sosial Nelayan (Studi Kasus Kelurahan Krapyak Lor Kodya Pekalongan)"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

MODE

SASI

P E N

AN

DAN MOBILITAS

SOSIAL MELAYAN

(Studi Kasus Kelurahan Krapyak Lor

Kodya Pekalongan Jawa Tengah)

ARTF SATRTA

SPD

96137

PROGRAM STUD1 SOSIOLOGT PEDESAAN

PROGRAM PASCASARJANA

INSTTTUT PERTANTAN BOGOR

(2)

Arif Satria. SPD 96137. Modernisasi Perikanan dan Mobilitas Sosial Nelayan (Studi Kasus Kelurahan Krapyak Lor Kodya Pekalongan). Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Sediono M.P. Tjondronegoro (Ketua) dan Dr. Didin S. Damanhuri

(Anggota).

Penelitian ini bertujuan : (a) mempelajari bagaimana proses modernisasi perikanan berlangsung serta formasi sosial yang tercipta, @) menggambarkan stratifikasi dalam komunitas nelayan yang disebabkan modemisasi perikanan, dan (c) menganalisis terjadi tidaknya mobilitas sosial (secara vertikal dan horisontal) nelayan baik antar generasi maupun intra generasi setelah modemisasi perikanan, serta menganalisis faktor-faktor yang tnempenga~hi mobilitas sosial tersebut.

Dalam perkembangannya, modernisasi perikanan di Pekalongan dapat diperiodisasi menjadi tiga gelombang, yakni (a) modernisasi periode pertama (sejak 1954) bempa mulai dikenalnya mesin perahu, @) modemisasi periode kedua (sejak tahun 1972) ketika trawl dan pursein mulai berkembang, dan (c) modernisasi periode ketiga (sejak tahun 1980) pada saat dihapusnya izin operasi trawl sekaligus mempakan momentum bangkitnya pursein serta berkembangnya sopek, motor tempel, dan jenis perahu motor kecil lainnya. Modernisasi tersebut menyebabkan terciptanya formasi sosial bam, dimana cara produksi lama yang tradisional hams bersaing dengan cara produksi baru yang lebih modern, yang ternyata sering diikuti dengan konflik-konflik antar pelaku dari masing-masing cara produksi. Selanjutnya yang terjadi adalah tersingkirkannya cara produksi tradisional (cantrang, payang, &n kliiik) dalam dinamika formasi sosial usaha penangkapan ikan di Pekalongan.

Namun demikian pada perkembangan selanjutnya ternyata kelembagaan kerja yang tercipta dalam cara produksi modern tersebut cendemng mengarah pada proses eksploitasi. Dalam kelembagaan k e j a tersebut, bumh nelayan (ABK) dalam posisi yang lemah dalam hubungan produksi yang tercermin dalam pola bagi hasil yang

(3)

Modernisasi perikanan yang berlangsung di Pekalongan telah memunculkan sejumlah elit pengusaha perikanan. Elit pengusaha perikanan tersebut selanjutnya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yakni (1) kelompok perintis yakni kelompok yang pertama kali menggunakan alat modern dalam kegiatan penangkapan ikan seperti trawl dan pursein, (2) kelompok pengikut, yang muncul mengikuti jejak kelompok perintis,

(3) kelompok penerus, yang merupakan kelompok pengusaha yang meneruskan usaha orang tuanya. Dalam setiap kelompok tersebut kemudian terbagi lagi dalam dua golongan, yakni elit lokal baik pribumi maupun Cina dan elit Bagan yang semuanya Cina.

Proses modernisasi perikanan di Pekalongan ternyata diwarnai gejala kompradorisasi yakni adanya proses pelancaran dan perlindungan terhadap modal dari luar melalui mekanisme ke6asama antara pemodal tersebut dengan elit penguasa dan atau elit lokal yang selanjutnya menyebabkan tejadinya surplus iransfer dari lokal ke luar. Dalam hal ini Primkopal milk Angkatan Laut sebagai golongan kompradornya. Apakah ada fenomena kemunculan elit pengusatla di luar perangkap kompradorisasi ?

Untuk itu dapat dilihat bagaimana tipe mobilitas setiap kelompok pengusaha tersebut. Berdasarkan tipe mobilitasnya, elit luar yang berasal dari Bagan Siapi-api sebagian besar tergolong sponsored mobility. yakni mobilitas yang tejadi karena dukungan pihak lain, baik yang bersifat lokal maupun supra-lokal. Bagi kelompok perintis, maka dukungan yang didapatkan berasal dari Angkatan Laut (dalam hal ini Primkopal). Bagi elit luar (Primkopal) upaya mengamankan masuknya trawl oleh kalangan Cina-Bagan diduga merupakan hasil dari hubungan patron-klien yang telah tercipta, dimana elit Cina-Bagan merupakan klien dari Primkopal selaku patron. Ternyata hanya elit-lokal yang mengalami contest mobility, yakni mobilitas yang tejadi karena kemampuannya dalam persaingan. Elit inilah yang lebih mandiri dan tidak terikat sebagai "klien" terhadap penguasa.

(4)

sosial masyarakat Krapyak Lor dalam pandangan nelayan. Ternyata, bagi para nelayan di Krapyak Lor, aspek kepemilikan (propert' alat produksi mempakan faktor penting dalam mengukur status sosial, khususnya okupasi atau pekerjaan. Sementara aspek kekuasaan tidak dianggap sebagai hal yang penting. Dengan demikian, stratifikasi yang ada di Krapyak Lor sejalan dengan model Marxis yang menempatkan faktor kepemilikan alat produksi sebagai faktor yang dominan, yang berbeda dengan Weberian yang multi dimensi (kepemilikan, kekuasaan, prestise sosial).

Dilihat dari keterbukaannya, maka stratifikasi sosial di Krapyak Lor dapat dianggap relatif terbuka mengingat banyaknya nelayan yang mengalami mobilitas ke atas (tipard mohilityl, baik berupa mobilitas intragenerasi maupun antargenerasi. Namun tidak semua nelayan dapat memanfaatkan terbukanya stratifikasi sosial tersebut. Faktor yang mempengaruhinya antara lain (a) pilihan strategi dalam menghadapi modernisasi dan @) status pekerjaan sebelum modemisasi.

D i l i a t dari pilihan strategi nelayan, maka ada tiga strategi dalam menghadapi modernisasi perikanan, yakni (a) strategi adaptasi, @) bertahan, dan ( c ) keluar atau menyingk'u. Dari tiga strategi tersebut, strategi adaptasi lebih berpeluang bagi nelayan untuk melakukan mobilitas vertikal. Kelompok dengan strategi adaptasi tersebut memiliki kesempatan lima kali lebih besar dari strategi bertahan untuk menduduki lapisan atas-bawah. Masalah yang perlu dicatat disini adalah mengapa dari kalangan buruh nelayan tradisional tidak ada yang sampai ke lapisan-atas-atas seperti menjadi pemilik kapal ? Ternyata relatif kecilnya peluang bagi strategi bertahan untuk melakukan mobilitas vertikal merupakan gejala struktural dimana pemerintah belum menempatkan mereka sebagai target group pemberdayaan. Terbukti dengan paket bantuan pada modemisasi ketiga yang hanya dipemntukkan bagi nelayan eks trawl.

(5)

MODERNISASI PERIKANAN DAN MOBILITAS

SOSLAL NELAYAN

(Studi Kasus Kelurahan Krapyak Lor

Kodya Pekalongan Jawa Tengah)

ARTP SATRTA

SPD

96137

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 SOSIOLOGT PEDESAAN

PROGRAM PASCASARJANA

TNSTTTUT PERTANTAN BOGOR

(6)

Judul :Modernisasi Perikanan dan Mobilitas Sosial Nelayan (Studi Kasus Kelurahan Krapyak Lor Kodya Pekalongan)

Nama Mahasiswa : Arif Satria

Nomor Pokok : 96.137

Program Studi : Sosiologi Pedesaan

Menyetujui, A

Dr. Didin S. Damanhnri, SE.,MS., DE.4. Anggota

lietua Program Stucfi

UlL'

Dr.lr. hlarlyn 'l'ua Felix Sitorus ida Manuwoto

(7)

RTWAYAT

W D U P

Penulis, Arif Satria, yang diiahirkan di Pekalongan tanggal 17 September 1971, adalah putra kedua dari tiga bersaudara dengan orang tua Faruq Hasan dan Sri Utami. Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Islam, SD Islam 11, serta SMA Muhammadiyah Pekalongan. Penulis memasuki IPB pada tahun 1990 melalui jalur USMI, dan lulus sarjana dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Faperta IPB pada tahun 1995. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan ke jenjang S2 dan masuk di Program Studi Sosiologi Pedesaan Pascasarjana IPB dengan biaya sendui, yang pada pertengahan studi penulis mendapat bantuan beasiswa dari BPPS Dikti.

Prestasi yang pernah diraih penulis antara lain terpiliiya sebagai Siswa Teladan I Tingkat SLTP (1986) dan Siswa Teladan I tingkat SLTA (1989) se- Pekalongan, serta Mahasiswa Berprestasi I1 Fakultas Pertanian IPB (1993). Sejak SMP penulis aktif di organisasi hingga mahasiswa. Di kampus, penulis pernah menjadi presidium Senat Mahasiswa IPB (1993-1994) serta pernah merintis terbentuknya International Association of Ayicultural Students (IAAS Indonesia) dan sekaligus sebagai National Director IAAS Indonesia yang pertama (1992-1994). Di lux kampus aktif di

HMI

Cabang Bogor.

Penulis juga aktif mengikuti berbagai seminar baik nasional maupun internasional, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain pernah menjadi delegasi pada Seminar dan Kongres IAAS Internasional di Brazil, kunjungan ke Wageningen- Belanda (1993), serta Seminar di Kagoshima Jepang (1998). Aktif menjadi panelis pada seminar dan diskusi baik diadakan oleh mahasiswa, universitas, LSM, maupun dunia usaha. Hingga saat ini masih aktif menulis di media massa seperti Republika, Suara Pembaruan, Bandung Pos, Harian Terbit, dan berbagai jurnal ilmiah. Diterima menjadi staf pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan (SEI) Faperikan IPB tahun 1997. Saat ini menjabat sebagai Sekretaris

II

Jumsan SEI dan

Sekretaris Eksekutif Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB.

(8)

KATA

PENGANTAR

Syukur Alkhamdulilah patut penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala karuniaNya berupa kemudahan jalan sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada . Program Studi Sosiologi Pedesaan Program Pasca Saqana Institut Pertanian Bogor.

Topik tesis ini terilhami oleh pengalaman penulis ketika masih berada di bangku taman kanak dan sekoiah dasar. Pada waktu itu penulis gemar bermain di tepi pantai Pekalongan, dan tentu tersaksikan betapa banyaknya nelayan tradisional dengan perahu layar melaut atau mendarat. Panorama pantai dengan nuansa tradisional tersebut selanjutnya mengilharni penulis dalam menggambar atau melukis. Namun, ketika menginjak bangku kuliah, penulis baru sadar bahwa temyata pemandangan pantai sudah berubah sama sekali. Semakin sulit untuk menemukan kembali perahu-perahu layar yang dulu sering jadi obyek lukisan. Munculah pertanyaan, mengapa mereka tidak terlihat lagi ? Dimana mereka sekarang? Dan seterusnya, sehingga muncul pula hipotesis-hipotesis, tentu setelah penulis bersentuhan dengan teori-teori sosial di IPB.

Alhamdulillah, berkat bimbingan ProEDr. Sediono M.P. Tjondronegoro dan Dr. Didin S. Damanhuri, pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis tersebut dapat

disistematisasi dalam suatu kerangka berfikir dan selanjutnya dapat tejawab melalui penelitian ini. Dalam menjelaskan problematika sosial yang ada dalam kasus penelitian ini, semula memang ada obsesi untuk ~nengabstraksikan gejala lokal ini ke dalam analisis makro supranasional melalui pendekatan Neo-Marxis, namun tampaknya penulis belum mampu mewujudkan obsesi itu. Paling tidak, ha1 ini dapat menjadi bekal dalam studi benkutnya sehingga obsesi tersebut dapat diwujudkan.

Pada kesempatan ini, penulis sangat berterimakasih kepada Bapak Prof.Dr. Sediono M.P. Tjondronegoro selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memperluas wawasan sosiologi penulis dalam proses membimbingan tesis ini. Penulis sangat berterima kasih pula kepada Bapak Dr. Didin S. Damanhuri selaku anggota komisi, yang telah mengajarkan bagaimana cara berfikir strukturalis yang sangat berharga kepada penulis baik dalam konteks tesis maupun dalam diskusi- diskusi informal atas problem aktual di masyarakat, dan sekaligus banyak membimbing dalam pengembangan karier penulis selaku staf di IPB.

(9)

studi S2 maupun pengembangan karier di PB. Tak lupa terima kasih kepada Bapak Dr.1r. Tridoyo Kusumastanto, Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, dan Dr.Ir. Asep Saefuddin yang terus mendukung untuk segera cepat menyelesaikan S2. Juga, kepada Bapak Ir. Abubakar Umbari, MS. beserta seluruh staf jurusan SEI P B , dan juga seluruh staf Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB yang selalu memberikan dukungan moral.

Penulis berterima kasih pula kepada Mas Purwadi, Oni, dan Arief yang banyak membantu penulis di lapangan, dan Pak Ivan yang rela diajak diskusi menjelang ke lapang. Juga, kepada Leni, SPi. yang sabar mengolah data penelitian

clan membantu menyusun tabel-tabel dan gambar serta transparansi seminar. Tak lupa, Mas Pomo tempat konsultasi masalah komputer "kesayangan" penulis yang sering macet, serta kepada Vika yang sempat juga membantu membuat grafik-grafik. Terima kasih juga kepada Pak Muarif, Pak Riyanto, Pak Arfar, dan para informan lainnya, tanpa bantuan mereka

tak

terbayang bagaimana tesis ini dapat diselesaikan.

Sepatutnya pula penulis berterima kasih kepada kedua orang tua, H.Faruk

Hasan dan Hj.Sri Utami atas segala ketulusan doa yang tak pemah henti

dan

terus

memberikan

kasih

sayang yang

tak

terbatas. Juga kepada Mbak Nana clan Mufti yang

senantiasa dengan caranya sendiri memberikan dukungan moral.

Terakhir, kepada isteri tercinta Retna Widayawati yang sangat sabar mendampingi hidup penulis dan terus menyemangati penulis di sat-saat kritis dan melelahkan, serta talc henti-hentinya memberikan cinta yang tulus. Tak lupa kepada Zafran Akhmadery yang lahir di saat penulis menjelang huun lapang, telah menjadi sumber inspirasi tersendiri sehingga penulis terdorong untuk segera menyelesaikan tesis ini.

Bogor, 30 Desember 1999

(10)

DAFTAR

IS1

JUDUL

RINGKAS AN

LEMBAR PENGESAHAN RIWAYAT HIDUF'

KATA PENGANTAR DAFTAR IS1

I

.

PENDAHULUAN

...

1

I

.

1

.

Latar Belakang

...

1

1.2. Permasalahan

...

6

L3 Tujuan

...

7

1.4. Manfaat

...

8

IL

TWJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Modemisasi Dalam Teori-Teori Pembangunan ... 9

2.2. Mcdemisasi dan Formasi Sosial ... 1 5 ... 2.3. Modemisasi dan Mobilitas Sosiai 21 2.3.1. Tipe Mobilitas dan Munculnya Elit Pengusaha

...

22

... 2.3.2. Mobilitas Sosial Antergenerasi 23

. .

... 2.4. Modemsasi perikanan 25 2.4.1. Perkembangan Modemisasi Perikanan

...

25

...

2.4.2. Problematika Modemisasi Perikanan 30

.

.

...

2.5. Kerangka Pemiluran 3 4

...

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian kompensasi pada Divisi JTS PT INTI yang terdiri dari kompensasi finansial langsung dan tidak langsung pada kenyataan

Dalam pasal dua menjelaskan bahwa badan organisasi ini didirikan dan disahkan oleh Musyawarah Agung atau Kongres Nasional Persatuan dan Kesatuan Nasional Kebatinan Sejati

Asiantuntijan erityinen esteellisyysperuste on oikeudenkäymiskaaren 17:47 §:n mukaisesti sellainen suhde asiaan tai jompaankumpaan asianosaiseen, että

Pertambahan Tinggi dan Jumlah Daun Rata-rata pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung yang diinokulasi dengan FMA setelah 2 bulan dengan

Tabel 4 menunjukkan bahwa berat badan kerbau rawa yang ada di Kalimantan Selatan termasuk dalam kisaran berat kerbau lumpur yaitu untuk jantan 500 kg dan betina 400 kg. Ukuran

Mardani (2014) menjelaskan bahwa jual beli murabahah adalah jual beli suatu barang dengan memberita- hukan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan

bilimbi ukuran polen dari filamen panjang umumnya memiliki diameter lebih besar dibandingkan diameter pada polen filamen pendek, namun fetilitas polennya tidak

(9) Dalam hal telaahan uraian pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) disetujui, maka segera memberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atau