TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN
PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN
DI BPRS AL-BAROKAH DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh:
ZURRAHMAH ARIF
NIM: 107046100367
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, termasuk pencabutan gelar akademik.
Jakarta, 07 Agustus 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang maha Pengasih dan Penyayang yang
telah memberikan rahmat hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabat serta para
penerus perjuangan Dinul Islam. Atas nikmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
TINJAUAN FIQIH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI BPRS AL-BAROKAH DEPOK.
Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah menolong
penulis dalam menyelesaikannya. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak berikut:
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
2. Ibu Dr. Euis Amalis, M.Ag, ketua prodi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum,
dan Bapak Mu’min Rouf M.Ag, Sekretaris prodi Muamalat Fakultas Syari’ah dan
Hukum.
3. Dr.H.Abd.Wahab Abd. Muhaimin, Lc.,MA dan M. Nur Rianto Al Arif, SE, M.Si,
Dosen Pembimbing.
4. Para dosen yang telah mendidik penulis dengan baik sehingga penulis dapat
5. Pihak BPRS Al-Barokah Depok khususnya untuk bapak Nur Rohim, terimakasih
untuk waktu dan kesediaannya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini.
6. Kedua orang tua penulis yaitu Buya Muhammad Arif dan Umi Syamsiah, terima
kasih atas kasih sayang, doa dan dorongan semangat nya agar penulis bisa meraih
cita-cita yang diinginkan. Tak lupa pula untuk Mak Adang dan Mintuo, yang
telah menyokong penulis untuk bisa melanjutkan pendidikan. Insyaallah penulis
akan menjadi anak yang dibanggakan keluarga. Amin.
7. Untuk kakak, adik dan familylain yang terus mengingatkan penulis untuk
cepat-cepat menyelesaikan studi strata 1 ini.
8. My best friends Salmi hayati, Hindayanti, Anisa, Tini, dan Anne thanks for
everythink. Duniaku tak akan berwarna tanpa kalian.
9. Untuk seseorang yang tak perlu penulis sebutkan namanya, terimakasih atas
supportnya, hubugan ini terlalucomplicateduntuk dilanjutkan.
Akhirnya penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Jakarta: 07 Agustus 2011M
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………. .i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… .ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN………. .iii
LEMBAR PERNYATAAN………..iv
KATA PENGANTAR………....v
DAFTAR ISI………..vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………4
C. Tujuan dan Manfaat penulisan………..5
D. Review Studi Terdahulu………...5
E. Metode Penelitian……….7
F. Sistematika Penulisan Skripsi………..11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pembiayaan………14
B. Pengertian AkadMudharabah……….16
C. Landasan Hukum PembiayaanMudharabah………...19
D. Aplikasi PembiayaanMudharabahdi Perbankan Syari’ah…….27
A. Sejarah Berdirinya BPRS ………40
B. Struktur Organisasi BPRS………...43
C. Visi dan Misi BPRS ………44
D. Produk-produk BPRS ……….45
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Mudharabah di BPRS Al-Barokah ……….48
B. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah untuk sektor Pertanian di BPRS Al-Barokah……….………52
C. Analisis………..………55
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan……….…..78
B. Saran-saran………..….……….…....81
DAFTAR PUSTAKA………..83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal dengan sebutan sebagai negara agraris. Yang berarti
sebagian besar masyarakatnya hidup dengan cara bertani. Dengan potensi pertanian
yang begitu besar mestinya perbankan Indonesia bisa melihat ini sebagai peluang.
Namun pada kenyataannya masih sedikit bank yang mempunyai jenis pembiayaan
yang dikhususkan untuk membiayai usaha para petani.
Sehingga persoalan terbesar masyarakat pertanian sekarang ini adalah
kesulitan mengakses permodalan. Secara makro alokasi pendanaan bank pada sektor
pertanian ini memang masih minim dibanding alokasi pendanaan pada sektor usaha
besar. Umumnya alokasi kredit lebih diarahkan untuk kepentingan konsumtif
daripada investasi dan modal kerja. Bank umumnya masih melihat risiko pertanian
secara berlebihan sehingga mensyaratkan jaminan yang besar dan prosedur yang
berat dengan standar bank. Ukurannya adalahbankable(dapat dibayar) dan bukannya
feasible(kemungkinan) dari aspek bisnis.1
Begitu juga dengan petani, menurut mereka permodalan melalui bank
umumnya sangat identik dengan pembiayaan yang sangat sulit ditanggulangi,
khususnya dalam mengembangkan usaha tani di pedesaan. Akses petani terhadap
sumber-sumber permodalan resmi masih sangat terbatas, tetapi sebaliknya petani
1
lebih mudah mendapatkan modal dari para pelepas uang (tengkulak) dengan bunga
tinggi.
Bank dalam mengabulkan pembiayaan nasabah tentunya tidak mau
mengambil risiko, bank pasti akan meminta agunan untuk back up jika pembiayaan
tersebut bermasalah. Jika lahan usaha tani yang dijadikan agunan untuk mendapatkan
kredit modal perbankan, maka hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar petani
tidak layak mendapat modal yang bersumber dari lembaga keuangan resmi. Oleh
karena itu modal menjadi faktor penghambat dalam mengelola usaha tani.2
Oleh karena alasan itulah masyarakat pertanian sering menggunakan jasa
rentenir untuk meminjam uang dikarenakan prosedur yang digunakan oleh rentenir
dalam meminjamkan uang kepada masyarakat tidak berbelit-belit dan tidak
membingungkan masyarakat petani yang mana sebagian besar dari petani di
Indonesia merupakan masyarakat awam yang tidak mau dipusingkan dengan prosedur
peminjaman uang. Walaupun sebenarnya konsekuensi dari meminjam uang pada
rentenir besar, dikarenakan bunga yang diambil oleh rentenir dalam peminjaman uang
tersebut tidaklah kecil. Menurut masyarakat petani lebih baik meminjam ke rentenir
daripada mengajukan pinjaman ke Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang
menggunakan beberapa prosedur dalam meloloskan kreditnya kepada nasabah.
Sebagai bahan informasi, secara nasional sampai dengan akhir tahun 2010,
penyaluran kredit kepada sektor pertanian mencapai Rp 91 trilliun atau 5,15 % dari
2
total kredit perbankan, di antara kredit tersebut sebesar Rp 1,76 trilliun merupakan
pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Peran perbankan syariah dalam
pembiayaan sektor pertanian khususnya agribisnis masih relatif kecil.3
Dari sedikitnya bank yang mempunyai jenis pembiayaan yang
dikhususkan pada petani, penulis akhirnya menemukan satu BPRS yang bernama
BPRS Al-Barokah yang berlokasi di daerah Sukmajaya, Depok. Menurut penulis
BPRS ini unik karena memberikan pembiayaan kepada semua nasabah disemua
sektor usaha asalkan jenis usaha tersebut halal.
Selama tahun 2009/2010 BPRS Al-Barokah mencoba melakukan
pendanaan pada sektor pertanian dan agro industri, dalam tahun itu ada 7 nasabah
yang mengajukan pembiayaan dengan nilai plafond per-nasabah (non-group)Rp 120
juta sehingga total pendanaan mencapai Rp 840 juta.
Namun pada perkembangan selanjutnya, nasabah mulai mengalami
kendala dalam bidang pemasaran seperti hasil panen tidak memenuhi standar, adanya
persaingan antar petani dan masalah teknis lainnya. hingga orientasi BPRS
Al-Barokah pun berubah, dan pada tahun selanjutnya BPRS Al-barokah tidak lagi
3
melakukan pendanaan di sektor pertanian karena dalam tahun tersebut perkembangan
sektor pertanian dirasa kurang menguntungkan bagi BPRS Al-Barokah.4
Dengan melihat pada permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
membahas hal tersebut lebih lanjut melalui skripsi dengan judul TINJAUAN FIQIH
MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBIAYAAN
MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI BPRS AL-BAROKAH DEPOK.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Melihat dari latar belakang permasalahan diatas, penulis akan membahas
mengenai Bagaimana pandangan fiqh muamalat terhadap pelaksanaan pembiayaan
mudharabahuntuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah?
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalahnya
menjadi sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan fiqh muamalat mengenai akadmudharabah?
b. Seperti apa aplikasi akad mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS
Al-Barokah?
c. Apakah sesuai antara mekanisme pengajuan pinjaman mudharabah untuk
sektor pertanian dengan aplikasi menurut analisis penulis?
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis kesesuaian antara praktek pembiayaan mudharabah
untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah dengan yang ada di literatur
fiqh muamalat.
b. Untuk mengetahui langkah-langkah pengajuan proses pembiayaan di
BPRS Al-Barokah.
2.Manfaat Penelitian skripsi ini diharapkan sebagai berikut:
a. Bagi Penulis: mendapat wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
mengenai pandangan fiqh muamalat mengenai akad mudharabah untuk
sektor pertanian dan aplikasi pembiayaan tersebut di BPRS Al-Barokah.
b. Bagi BPRS Al-Barokah: bisa menjadi bahan acuan untuk agar lebih
mempermudah prosedur peminjaman kepada masyarakat petani.
c. Bagi masyarakat luas: untuk lebih mengetahui seperti apa dan bagaimana
cara mengajukan pembiayaan ke BPRS Al-Barokah, dan menambah
pemahaman masyarakat tentang BPRS Al-Barokah.
D. Review Studi Terdahulu
1.Kendala dan tantangan penerapan sistem muzara’ah di bank syariah skripsi
Ahmad Rifa’i(2008).
Dalam menulis skripsi ini Ahmad Rifa’i menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bertempat di Bank Muamalat Indonesia dan PKES. Sedangkan dalam
a. Melakukan analisis terhadap tanggapan penerapan system bagi hasil pertanian di
BMI dan PKES.
b. Menganalisis risiko penerapan bagi hasil pertanian di BMI dan PKES.
Kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah: tentang penerapan sistem
muzara’ah di bank syariah yang masih banyak kendala terutama di sumber daya
finansial. Dan hambatannya pada masyarakat petani yang kurang memiliki
kemampuan dalam baca tulis.
Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi diatas adalah: penulis
mengangkat tema tentang pandangan fiqh muamalat terhadap pembiaayaan
mudharabah untuk sektor pertanian dan prakteknya di BPRS Al-Barokah sedangkan
skripsi di atas membahas mengenai tantangan penerapan akad muzara’ah di bank
syari’ah, yang mana tantangannya ada pada sumber daya finansial dan masyarakat
petani yang kurang memiliki kemampuan baca tulis.
2.Tinjauan ekonomi Islam terhadap pinjaman modal pertanian dengan
pengembalian berdasarkan nilai tukar harga gabah skripsi Rodhiah Damayanti
(2008).
Pendekatan penelitian yang digunakan di skripsi ini adalah pendekatan
sosiologi ekonomi yaitu meneliti kegiatan ekonomi yang terjadi dalam sebuah
masyarakat bagaimana sebuah sistem ekonomi tersebut diterapkan dan apa
pengaruhnya bagi masyarakat itu sendiri.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah: Sistem pinjaman modal pertanian
skripsi ini dapat dikatakan belum sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam,
karena belum memberikan keadilan untuk semua pihak karena dalam hal ini yang
diuntungkan adalah pemilik modal yang sudah dipastikan mendapatkan hasil dari
investasinya dan tidak mungkin rugi. Sedangkan petani belum tentu mendapatkan
untung dari hasil usahanya.
Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi diatas adalah skripsi diatas
mengangkat tema tentang tinjauan ekonomi Islam terhadap pinjaman modal pertanian
dengan pengembalian berdasarkan nilai tukar harga gabah. Jadi skripsi diatas
menganalisis pendapat ekonomi Islam terhadap praktek pinjaman modal pertanian
yang dilakukan di desa Belendung, Karawang, Jawa Barat. Sedangkan skripsi ini
menganalisis antara kesesuaian praktek pembiayaan mudharabah di BPRS
Al-Barokah dengan yag ada di literatur fiqh muamalat.
E. Metode Penelitian
Sugiono5 menyatakan bahwa definisi metode penelitian adalah: cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dibuktikan dan dikembangkan sebagai suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya
dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
1. Lokasi Penelitian
Dalam skripsi ini lokasi penelitiannya adalah BPRS Al-Barokah yang
terletak di Sukmajaya, Depok.
2. Jenis Penelitian
5
Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
menurut Burhan Bungin6 pendekatan kualitatif berpusat pada prinsip umum yang
mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial yang ada didalam
masyarakat. Sasaran kajian pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang berlaku
sebagai prinsisp umum yang hidup dalam masyarakat.
Lexy Moleong7 dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif”
menyebutkan beberapa fungsi dan pemanfaatan penelitian kualitatif ialah untuk
meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian
kuantitatif, digunakan oleh peneliti yang bermaksud meneliti sesuatu secara
mendalam, dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah suatu latar
belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai sikap dan persepsi. Dan
dimanfaatkan oleh peneliti yang yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.
Dengan demikian penulis memutuskan untuk menggunakan metode penelitian
kualitatif dalam penyusunan skripsi ini karena data-data yang penulis perlukan untuk
penelitian tidak diperoleh melalui proses statistika atau bentuk hitungan lainnya.
3. Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan 2 jenis sumber data
yaitu:
a. Data Primer
6
Burhan Bungin,Analisis Data Penelitian Kualitatif,(Jakarta: Rajawali Press), hal: 78.
7
Data primer merupakan data yang digunakan dan tertuang dalam
item-item pertanyaan wawancara yang terangkum. Di skripsi ini penulis akan
mewawancarai pihak dari BPRS Al-Barokah itu sendiri.
b. Data sekunder
Dalam penelitian ini penulis juga melakukan studi kepustakaan yaitu
dengan mempelajari buku pustaka, literatur, bulletin, majalah serta materi kuliah yang
berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan
dengan menggunakan beberapa teknik yaitu:
1. Study Lapangan(Field Study):
a. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab dengan menggunakan panduan
wawancara.8Dalam hal ini penulis akan mewanwancarai pihak dari BPRS
Al-Barokah.
b. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
dokumen yang berkaitan dengan masalah akad pembiayaanmudharabah.
2. Penelitian Pustaka (Library research): Yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan pembahsan ini,
8
guna dijadikan dasar dalam melakukan penelitian dan perbandingan dengan praktek
yang ada, penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap
buku-buku literatur, teks book, dan catatan kuliah.
3. Metode Analisis Data
Menurut Uma Sekaran tujuan analisis data ada 3 yaitu: untuk
mendapatkan perasaan terhadap data (feel for the data), untuk menguji kualitas data
(goodness of data)dan untuk menguji hipotesis penelitian.9
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis isi (content analysis). Analisis ini digunakan karena data yang tersedia
sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini antara lain :
1.Data Reduction(Mereduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya. Aplikasi reduksi data
yang telah diaplikasikan oleh penulis adalah memilih data yang pokok yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu tentang usaha apa saja yang
telah dilakukan oleh BPRS dalam menarik nasabah untuk mengajukan pembiayaan di
BPRS. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan.10
9
Uma Sekaran,Metodologi penelitian Untuk Bisnis,(Jakarta: Penerbit Salemba 4, 2006) hal 178.
10
2.Data Display(Penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Adapun
tujuan penyajian data adalah memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Dalam
aplikasi penyajian data ini penulis melakukannya dalam bentuk uraian singkat.
3.Conclusion Drawing dan Verifikation
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman adalah
conclusion drawing dan verifikation (penarikan kesimpulan dan verifikasi). Sejak
semula peneliti berusaha mencari makna data atau kesimpulan dari data yang telah
dikumpulkan. Untuk itu perlu dicari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang
sering timbul, dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan dengan verifikasi selama
penelitian berlangsung.
4. Teknik Penulisan
Adapun sistem penulisan skripsi ini mengacu kepada “Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh FSH UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2007”.
F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini, penulis akan memberikan gambaran
penulis menyajikan kerangka skripsi yang terdiri dari 5 bab, dimana keseluruhan bab
tersebut saling berkesinambungan. Yang masing-masing tersusun sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini yang akan dibahas antara lain tentang pengertian
pembiayaan mudharabah, landasan hukum pembiayaan mudharabah, dan aplikasi
pembiayaanmudharabahdi perbankan syari’ah.
BAB III : Gambaran Umum BPRS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan sejarah berdirinya BPRS
Al-Barokah, Struktur Organisasi BPRS Al-Al-Barokah, Visi dan Misi BPRS Al-Al-Barokah,
dan Produk-produk yang dikeluarkan oleh BPRS Al-Barokah.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis membahas mengenai mekanisme dan aplikasi
penyaluran pembiayaan mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah
serta analisis dari perspektif fiqh muamalat dan analisis dari perspektif penulis
terhadap pelaksanaan akadmudharabahtersebut.
Bab ini merupakan penutup dari pembahasan masalah yang diuraikan pada
skripsi ini yang berisikan tentang kesimpulan apa yang penulis sajikan, serta mencoba
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil11.
Fungsi Pembiayaan:
a. Meningkatkan daya guna uang, artinya : para penabung menyimpan uangnya
dibank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase
tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan
produktifitas.
b. Meningkatkan peredaran uang, artinya : pembiayaan yang disalurkan melalui
rekening-rekening Koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang
giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet, giro, wesel, promes dan sebagainya.
c. Stabilitas ekonomi, artinya : dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah
stabilisasi pada arus inflasi diarahkan pada usaha-usaha untuk pengendali inflasi,
peningkatan ekspor, rentabilitas prasarana dan pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat12.
11
Kasmir,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) hal 92.
12
Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu
tindakan. Pegawai pembiayaan bank syari’ah pada saat melakukan analisis
pembayaran. Secara umum, prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5 C
yaitu:
a. Characterartinya sifat atau karakter nasabah pembiayaan.
b. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pembiayaan.
c. Capitalartinya besarnya modal yang diperlukan.
d. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki nasabah yang diberikan nasabah
kepada bank.
e. Conditionartinya keadaan usaha naabah atau prospek usaha nasabah13.
Selain 5 C, bank juga menerapkan 7 P:
a. Personality (kepribadian) yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau
tingkah lakunya sehari-hari dan masa lalunya.
b. Party (para pihak) yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu
berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
c. Purpose(tujuan) yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,
termasuk jenis pembiayaan yang diinginkannya.
13
d. Payment (pembayaran) merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan pembiayaan dan sumber dana dari mana saja untuk pengembalian
pembiayaan.
e. Protection (perlindungan) tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan.
f. Prospect(ramalan kedepan) yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan
datang mempunyai prospek atau sebaliknya14.
Disamping menggunakan prinsip pemberian pembiayaan diatas, bank
syari’ah dalam memberikan pembiayaan juga menggunakan prinsip 3 R yaitu:
a. Returns(hasil yang diperoleh) apakah penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh
perusahaan calon peminjam setelah mendapatkan kredit apakah hasil tersebut
cukup untuk menutupi hasil pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula
usahanya untuk berkembang.
b. Repayment (pembayaran kembali) apakah pembayaran kembali tersebut cocok
dengan jadwal pembayaran kembali dari pembiayaan yang akan diberikan itu.
c. Risk bearing ability (kemampuan menanggung risiko). Hal yang perlu
diperhatikan adalah sejauh mana kemampuan debitur untuk menanggung risiko15.
B. Pengertian AkadMudharabah
Ketika bank syari’ah pertama kali berkembang, baik ditanah air maupun di
mancanegara, seringkali dikatakan bahwa bank syari’ah adalah bank bagi hasil. Hal
14
Kashmir,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) hal 106.
15
ini dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dengan bank konvensional yang
beroperasi dengan sistem bunga. Hal ini betul, tapi tidak sepenuhnya benar, karena
sesungguhnya bagi hasil itu hanya merupakan bagian saja dari system operasi bank
syari’ah.
Penjelasan diatas perlu ditegaskan untuk meluruskan pemahaman dan
persepsi masyarakat, bahwa bank syari’ah hanya terbatas pada sistem bagi hasil.
Sebenarnya tidaklah demikian. Bank syari’ah mempunyai ruang gerak yang lebih luas
dari system bagi hasil. Bank syari’ah juga dapat menerapkan sistem jual beli dan
sewa menyewa, disamping tentunya system bagi hasil16.
Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Secara teknis,mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama(shahibul maal)menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut17.
16
Adiwarman A. Karim,Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,(Jakarta: UIN Press, 2009) hal 204.
17
Serupa dengan pendapat AH. Azharudin Lathif18 yang mengatakan bahwa
mudharabah pada dasarnya adalah berbagi keuntungan (profit sharing). Apabila
terjadi kerugian dari segi permodalan ditanggung sepenuhnya oleh shahibul maal
sedangkan pengusaha (mudharib) menanggung kerugian berupa hilangnya
kesempatan mendapatkan profit. Akadmudharabah dibolehkan dalam Islam, karena
bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli
dalam mengelola dana. Banyak diantara pemilik modal yag tidak ahli dalam
mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak yang ahli dibidang
perdagangan tapi tidak memiliki modal.
Mudharabah19 adalah akad yang telah digunakan oleh umat muslim sejak
zaman nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam.
Ketika nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad
mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam,
maka akadmudharabahdibolehkan, baik menurut Alqur’an, Sunnah, maupunIjma’.
Dalam praktek mudharabah antara Khadijah dan nabi, saat itu Khadijah
mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh nabi Muhammad Saw keluar
negeri. Dalam kasus ini Khadijah berperan sebagai pemilik modal (shahibul maal)
sedangkan nabi Muhammad Saw berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib).
Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal
18
Azharudin Lathif,Fiqh Muamalat,(Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press, 2005) hal: 134.
19
dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua yakni
pelaksana usaha dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akadmudharabah.
Singkatnya akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu
pihak dengan kerja dari pihak lain.
C. Landasan Hukum PembiayaanMudharabah
Secara umum, landasan dasar syari’ah akad mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat dan hadits
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang
bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa
saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling
besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(al-Muzammil:20)
b.Al-Hadits
Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
c.Ijma’
Di antara dalil kuat yang menunjukkan akan disyariatkannya mudharabah
ialah kesepakatan ulama Islam sejak zaman dahulu hingga sekarang akan hal tersebut.
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsentrasi
terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para
sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.
Ibnu Munzir asy-Syafi'i berkata, "Kita tidak mendapatkan dalil tentang
al-Qiradh (mudharabah) dalam Kitab Allah 'Azza wa Jalla, tidak juga dalam sunnah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Akan tetapi, kita dapatkan bahwa para
ulama telah menyepakati akan kehalalanal-Qiraadhdengan modal berupa uang dinar
dan dirham." (Al-Isyarafoleh Ibnul Munzir asy-Syafi'i, 2/38).
Ibnu Hazm berkata, "Al-Qiraadh (al-Mudharabah) telah dikenal sejak
zaman Jahiliyyah, dan dahulu kaum Quraish adalah para pedagang. Mereka tidak
memiliki mata pencaharian selain darinya, padahal di tengah-tengah mereka terdapat
orang tua yang tidak lagi kuasa untuk bepergian, wanita, anak kecil, anak yatim. Oleh
karena itu, orang-orang yang sedang sibuk atau sakit menyerahkan modalnya kepada
orang lain yang mengelolanya dengan imbalan mendapatkan bagian dari hasil
keuntungannya. Dan tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah diutus,
beliaupun membenarkan akad tersebut, dan kaum muslimin kala itu juga
menjalankannya. Kalaupun sekarang ada yang menyelisihi tentang hal ini, maka
praktik nyata seluruh umat dari zaman kita hingga zaman Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam." (Al-Muhallaoleh Ibnu Hazm, 8/247).
Di antara bukti nyata bahwa kesepakatan akan disyariatkannya
mudharabah ialah praktik dari para al-Khulafa' ar-Rasyidiin, tanpa ada seorangpun
dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengingkarinya
(Riwayat-riwayat dari para al-khulafa' ar-Rasyidin dapat dibaca di kitab Irwaa'ul Ghalil oleh
al-Albany, 5/290-294)20.
Hukum yang berkaitan dengan usaha dalam akad mudharabah dalam
mazhab Syafi’I membatasi mudharabah hanya untuk kegiatan perdagangan. Tetapi
ulama yang lain mengizinkan semua jenis aktivitas yang berorientasi keuntungan
seperti perdagangan, industri, pertanian ataupun jasa.21
Sedangkan hukum yang menyangkut keuntungan dalam akad mudharabah
adalah:
a. Pengakuan keuntungan
Harus ditentukan suatu waktu untuk menilai keuntungan yang dicapai
dalam suatu mudharabah. Menurut akademi fiqh Islam OKI, keuntungan dapat
dibayarkan (due) ketika diakui dan dimiliki dengan pernyataan atau revaluasi dan
hanya bisa dibayarkan pada waktu dibagikan.
b. Hak terhadap keuntungan
20
Blog Muhammad Arifin Badri,Mengenal Akad Mudharabah,diakses tanggal 4 Maret 2011
21
Mazhab Hanafi dan sebagian mazhab Syafi’i mengatakan bahwa
keuntungan harus diakui seandainya keuntungan usaha sudah diperoleh (walaupun
belum dibagikan), sedangkan mazhab Maliki dan sebagian mazhab hambali
menyebut bahwa keuntungan hanya dapat diakui ketika dibagikan secara tunai pada
kedua pihak.
c. Distribusi keuntungan
Distribusi atau pembagian keuntungan umumnya dilakukan dengan
mengembalikan lebih dahulu modal yang ditanamkan shahibul maal. Meskipun
demikian, kebanyakan ulama menyetujui bila kedua pihak sepakat membagi
keuntungan tanpa mengembalikan modal. Tentu saja hal tersebut berlaku sepanjang
kerjasama mudharabah masih berlangsung. Para ulama berbeda pendapat tentang
keabsahan menahan untung. Bila keuntungan telah dibagikan setelah itu usaha
mengalami kerugian sebagian ulama berpendapat bahwa pengelola akan diminta
untuk menutupi kerugian tersebut dari keuntungan yang telah dibagikan.22
Hukum yang berkaitan dengan kerugian para ulama sepakat bahwa
kerugian ditanggung hanya oleh penyedia dana. Pengelola tidak menanggung bagian
apapun kecuali jika kerugian itu karena kesalahan yang disengaja atau kelalaian.
Hukum mengenai pelanggaran mudharib yaitu jika mudharib melanggar
syarat atau tujuan kontrak, maka ia dianggap melakukan kesalahan yang disengaja.
Demikian juga bila ia melanggar batasan-batasan yang diberikan padanya oleh
shahibul maal. Dengan adanya kesalahan seperti itu, statusnya sebagai pemegang
22
dana berubah dari dana mudharabahmenjadi sebuah hutang yang wajib dibayar oleh
pengelola. Jika ditengah pelanggaran tersebut pengelola berhasil memperoleh
keuntungan, sebagian ulama mengatakan bahwa keuntungan itu harus dibagi diantara
keduanya.23
Hukum yang berkaitan dengan pembatalan mudharabah, apabila sebuah
kontrak mudharabah dibatalkan karena tidak memenuhi salah satu syarat, dana tersisa
tetap merupakan amanah bagi pengelola. Tindakannya terhadap dana yang batal itu
bisa sah dan efektif jika upaya nya membuahkan keuntungan, sebagian ulama
berpendapat bahwa semua keuntungan harus menjadi milik penyedia dana.
Sedangkan pengelola berhak atas upah pekerjaannya itu. Sebagian ulama lain
berpendapat, pengelola berhak menerima salah satu dari dua kemungkinan, upah
kerja atau bagian keuntungan yang dinyatakan dalam kontrak itu. Hal itu tergantung
mana yang lebih rendah. Tetapi ada ulama lain yang mengatakan bahwa pengelola
menerima persentase keuntungan yang sama dengan yang telah disepakati dalam
kontrak.
Hukum yang berkaitan dengan penghentian mudharabah adalah apabila
suatu kontrak mudharabah berakhir jika ada kesepakatan yang berkenaan dengan
berakhirnya kontrak tersebut sebagai berikut:
a. Mudharibharus mengembalikan modal padashahibul maal
23
Bila mudharibtidak mengembalikannya ia dianggap cedera janji (default)
dan dana itu menjadi jaminannya. Dengan demikian dana mudharabahakan berubah
dari dana mudharabah menjadi hutang yang wajib dibayar pengelola.
b. Bilamudharabahdihentikan sedangkan sebagian atau semua modal dalam bentuk
barang belum terjual, maka kedua belah pihak bersepakat untuk menjual segera
asset-aset itu lalu membagi hasil penjualan tersebut diantara mereka.
Dibolehkan pula bila salah satu dari keduanya mengambil asset tersebut
untuknya dan memberikan pada pihak lainnya bagian yang adil dari nilai barang itu
dalam bentuk tunai. Tapi bila kedua pihak berbeda pendapat mengenai perlunya
menjual segera barang tersebut, atau menunggu sampai saat tertentu maka harus
dinilai adakah harapan keuntungan pada masa depan. Jika ada harapan keuntungan
maka pandangan mudharib diambil dan sebaliknya.24
Faktor-faktor yang harus ada dalam akadmudharabahadalah:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
b. Objekmudharabah( modal dan kerja)
c. Persetujuan antara kedua belah pihak(ijab kabul)
d. Nisbah keuntungan.
24
SkemaMudharabah:
Perjanjian bagi Hasil
Modal 100%
Keahlian
Nisbah X% Nisbah Y%
Pengambilan Modal Pokok
Bank (shahibul maal) Nasabah (mudharib)
Proyek/usaha
keuntungan
Bagi hasil sesuai porsi keuntungan modal(nisbah)
Keterangan:
a. Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul Maal) dan nasabah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib);
b. Nasabah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya termasuk didalamnya
melakukan akadmudharabahdengan pihak lain;
c. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan dalam bentuk piutang ataupun
kredit serta dinyatakan dalam jumlah nominalnya;
d. Nasabah wajib untuk memelihara saldo giro tersebut minimum yang telah
ditetapkan oleh bank dan tidak dapat ditarik kembali oleh nasabahnya kecuali
dalam rangka untuk menutup rekeningnya;
e. Pembagian keuntungan harus dinyatakan kedalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening;
f. Pemberian keuntungan untuk para nasabah didasarkan pada saldo terendah
setiap akhir bulan laporan;
g. Bank menutup biaya operasional giro dengan meggunakan nisbah sesuai
dengan keuntungan yang akan menjadi haknya;
h. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan dari nasabah
tanpa ada persetujuan dari pihak yang bersangkutan.
D. Aplikasi PembiayaanMudharabahdi Perbankan Syari’ah
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan kurban dan sebagainya.
b. Deposito biasa.
c. Deposito spesial dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis
tertentu misalnyamurabahahsaja atauijarahsaja.
Sedangkan pada sisi pembiayaanmudharabahditerapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan olehshahibul maal.
Disamping itu pendanaan dengan prinsip mudharabah menurut Ascarya
terbagi menjadi:
a. TabunganMudharabah
Bank syari’ah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening
tabungan (saving account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaian seperti,
rekening giro, tetapi tidak sefleksibel rekening giro karena nasabah tidak dapat
menarik dananya dengan cek. Prinsip yang digunakan dapat berupa: wadi’ah, qardh,
danmudharabah.
Bank juga dapat mengintegrasikan rekening tabungan dengan rekening
investasi dengan prinsip mudharabah dengan bagi hasil yang disepakati bersama.
Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian ketika nasabah sebagai
diusahakan. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian ditanggung oleh
pemilik dana atau nasabah.25
b. Deposito/ Investasi Umum
Bank syari’ah menerima simpanan deposito berjangka (pada umumnya
untuk satu bulan keatas) kedalam rekening investasi umum (general investment
account) dengan prinsip mudharabah al-muthlaqah. Investasi umum ini sering
disebut juga sebagai investasi tidak terikat. Nasabah rekening investasi lebih
bertujuan untuk mencari keuntungan daripada untuk mengamankan uangnya. Dalam
mudharabah al-muthlaqah bank sebagai mudharib mempunyai kebebasan mutlak
dalam pengelolaan investasinya. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati
bersama. Apabila bank menghasilkan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan
awal. Apabila bank mengalami kerugian, bukan karena kelalaian bank, kerugian
ditanggung oleh nasabah deposan sebagai shahibul maal. Deposan dapat menarik
dananya dengan pemberitahuan terlebih dahulu.26
c. Deposito/ Investasi Khusus
Selain rekening investasi umum, bank syari’ah juga menawarkan rekening
investasi khusus (special investment account) kepada nasabah yang ingin
menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang disukainya yang
dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah al-muqayyadah. Investasi
khusus ini sering disebut juga sebagai investasi terikat. Rekening investasi khusus ini
25
Ascarya,Akad dan Produk Bank Syari’ah,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal 117.
26
biasanya ditujukan kepada para investor besar dan institusi. Dalam mudharabah
al-muqayyadah bank menginvestasikan dana nasabah kedalam proyek tertentu yang
diinginkan nasabah. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati bersama dan
hasilnya langsung berkaitan dengan keberhasilan proyek investasi yang dipilih.27
Ulama kontemporer melakukan inovasi baru atas skema mudharabah
yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini diperankan oleh bank syari’ah
sebagai lembaga perantara yang mempertemukan shahibul maal dengan mudharib.
Sehingga terjadi evolusi dari konsepdirect financingmenjadiindirect financing.
Dalam indirect financing, bank menerima dana dari shahibul maal dalam
bentuk dana pihak ketiga sebagai sumber dananya. Dana-dana ini dapat berbentuk
tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu bervariasi.
Selanjutnya dana yang telah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank kedalam
bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan (earning assets). Keuntungan
dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan
pemilik DPK (dana pihak ketiga).
Proses inilah yang dipotret dalam neraca bank syari’ah, sehingga neraca
suatu bank syari’ah pada dasarnya akan tampak sebagai berikut:
27
Aktiva
Penyaluran Dana (Financing & Investment)
Pada prinsipnya,mudharabahsifatnya mutlak dimanashahibul maaltidak
menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si mudharib. Bentuk
mudharabah ini disebut mudharabah muthlaqah atau dalam bahasa inggrisnya
dikenal sebagaiunrestricted investment account. Namun demikian, apabila dipandang
perlushahibul maalboleh menetapkan batasan-batasan tertentu guna menyelamatkan
modalnya dari risiko kerugian. Syarat-syarat ini harus dipenuhi oleh si mudharib.
Apabila mudharib melanggar batasan ini ia harus bertanggung jawab atas kerugian
yang timbul. Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah muqayyadah
(mudharabah terbatas). Jadi pada dasarnya, terdapat dua bentuk mudharabah yakni
muthlaqahdanmuqayyadah.
Dalam praktik perbankan syari’ah modern, kini dikenal dua bentuk
mudharabah mudharabah muqayyadah, yakni on balance sheet dan off balance
nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas,
misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin
mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk pembiayaan disektor
pertambangan, property dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor
dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang digunakan, misalnya hanya
boleh digunakan berdasarkan akad penjualan cicilan saja, atau penyewaan cicilan
saja, atau kerja sama usaha saja. Skema ini disebut on balance sheet karena dicatat
dalam neraca bank.
Dalam mudharabah off balance sheet, aliran dana berasal dari satu
nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan (yang dalan bank konvensional
disebut debitur). Disini bank syari’ah bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan
transaksinya di bank syari’ah dilakukan secara off balance sheet. Sedangkan bagi
hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana usaha saja. Besar bagi
hasil tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan nasabah pembiayaan. Bank
hanya memperoleh arrange fee.Skema ini disebutoff balance sheet karena transaksi
ini tidak dicatat dalam neraca bank, tetapi hanya dicatat dalam rekening administratif
saja.
Dari sudut pandang nasabah investor, terdapat tiga skema aliran dana dari
nasabah investor yakni:
1. Mudharabah muqayyadah off balance sheet
Dalam skema ini, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada
bank syari’ah bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan transaksinya dibank
syari’ah secara off balance sheet. Bagi hasilnya hanya melibatkan nasabah investor
dan pelaksana usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara nasabah
investor dan nasabah pembiayaan. Bank hanya memperoleh arrange fee. Disebut
mudharabah karena skemanya bagi hasil, muqayyadah karena ada pembatasan yaitu
hanya untuk pelaksana usaha tertentu danoff balance sheetkarena tidak dicatat dalam
neraca bank.
Contoh:
Pak Akbar menanamkan dananya di Bank A dalam bentuk deposito
mudharabah sebesar Rp 500.000.000 dengan akad mudharabah muqayyadah untuk
disalurkan dalam pembiayaan pertanian. Dari pembiayaan tersebut pendapatan yang
dihasilkan adalah sebesar Rp 2.500.000. maka berapakah pendapatan pak Akbar dari
dana yang ditanamkan di bank tersebut? Nisbah bagi hasil untuk nasabah adalah
35:65 dan bobot adalah 0,85.
Jawab:
Dana nasabah : Rp 500.000.000
Dana yang dapat disalurkan : Rp 0,85 x 500.000.000 = Rp 425.000.000
Dana bank = 0
Pendapatan dari pembiayaan = Rp 2.500.000
Maka:
Pendapatan tiap 1000 nasabah:
Rasio Dana Terpakai x Keuntungan x 1 x 1000
Dana Nasabah
475.000.000 x 2.500.000 x 1 x 1000 =4,5
Pendapatan yang akan diterima oleh nasabah: =4,5 x 35% x 500.000.000
1000 =787.500
Jadi pendapatan yang akan diterima oleh Pak Akbar adalah Rp 787.500
2. Mudharabah muqayyadah on balance sheet
Dalam skema ini aliran dana dapat terjadi dari satu nasabah investor ke
sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sector terbatas, misalnya pertanian,
manufaktur dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin mensyaratkan dananya
hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sektor pertambangan, properti dan
pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor dapat saja mensyaratkan
berdasarkan jenis akad yang digunakan, misalnya hanya boleh digunakan berdasarkan
akad penjualan cicilan saja, atau penyewaan cicilan saja, atau kerja sama usaha saja.
Skema ini membuat bank terlibat dalammudharabah muqayyadah on balance sheet.
Disebuton balance sheetkarena dicatat dalam neraca bank.
Contoh:
Pak Zubair menabung dalam bentuk giro di Bank B sejumlah Rp
80.000.000, dengan akad mudharabah muqayyadah on balance sheet. Bank
menyalurkan dana pinjaman kepada nasabah senilai Rp 100.000.000 dan pendapatan
yang dialokasikan untuk giro sebesar 1.500.000. jika nisbah bagi hasil antara nasabah
dan bank adalah 60:40 maka berapakah nilai bagi hasil yang akan diterima oleh Pak
Jawab:
Dana nasabah investor = 80.000.000
Dana yang dapat disalurkan = 76.000.000 (0,95 x 80.000.000) Dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman=100.000.000
Dana bank =100.000.000–76.000.000
Bagi hasil yang akan diterima Pak Zubair adalah: 80.000.000 x 14,25 x 40% = 456.000
1.000
Jadi bagi hasil yang akan diterima Pak Zubair adalah Rp 456.000
3. Mudharabah muthlaqah on balance sheet
Dalam skema ini seluruh nasabah investor kepada bank digunakan tanpa
ada pembatasan tertentu kepada pelaksana usaha yang dibiayai maupun akad yang
digunakan. Nasabah investor memberikan kebebasan secara mutlak kepada bank
syari’ah utnuk mengatur seluruh aliran dana, termasuk memutuskan jenis akad dan
pelaksanaan usaha diseluruh sektor.
Contoh:
Di Bank C jumlah dana tabungan dengan akad mudharabah muthlaqah
adalah sebesar Rp 250.000.000 dan bank menyalurkan pembiayaan sebesar Rp
325.000.000. pendapatan yang dihasilkan dari pembiayaan dan merupakan proporsi
untuk tabungan adalah sebesar Rp 5.000.000. Dengan nisbah bagi hasil sebesar 60:30
bagi bank maka berapakah pendapatan yang akan diperoleh oleh Pak Umar jika ia
Jawab:
Diketahui dana nasabah investor : Rp250.000.000
Dana yang dapat disalurkan = 250.000 x 0,95 = 237.500.000
Pembiayaan yang disalurkan = 325.000.000
Dana bank = 87.500.000
Pendapatan yang dihasilkan = 5.000.000
Maka:
Pendapatan investasi dari setiap 1000 dana nasabah = 237.500.000 x 5.000.000 x 1 x 1000 = 14,62
325.000.000 250.000.000
Pendapatan investasi dari setiap 1000 dana nasabah adalah 14,62 Sehingga bagian pendapatan Pak Umar adalah:
70.000.000 x 14,62 x 60% = 598.000 1000
Berbeda dengan perhitungan bagi hasil dilihat dari sudut pandang nasabah
yang lebih terfokus pada penghitungan berapa bagi hasil yang akan didapatkan oleh
nasabah. Pada sudut pandang pihak bank perhitungan bagi hasil ditujukan juga untuk
menentukan berapa besar nisbah bagi hasil dan alokasi bagi hasil yang akan
dibagikan kepada nasabah.
Penentuan Tingkat Bobot
Yang dimaksud dengan bobot adalah tingkat persentase produk pendanaan
yang dapat dimanfaatkan untuk dana pembiayaan. Dengan demikian tidak semua
dana nasabah dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
tuntutan terlaksananya sistem prudential banking dan terpenuhinya kebutuhan
likuiditas. Beberapa faktor yang menentukan tingkat bobot adalah:
1. Tingkat Giro Wajib Minimum yang ditetapkan oleh bank sentral. Untuk Indonesia
2. Besarnya cadangan dana yang dibutuhkan oleh bank untuk menjamin
terlaksananya operasional perbankan sehingga bank akan menyimpan cadangan
dananya diatas kewajiban yang 5%.
3.Tingkat besarnya dana-dana yang ditarik sector oleh nasabah atau investor
(floating).
Dalam bentuk equation, teknis penghitungan tingkat bobot dapat
dituliskan sebagai berikut:
Tingkat bobot = 1–(GWM+Excess Reserve + floating rate) a. Perhitungan Dengan Saldo Akhir Bulan
Bagi bank, keseluruhan dana yang dikelolanya akan dipilah-pilah sesuai
jenisnya. Katakanlah bank mengelompokkannya menjadi giro, tabungan, deposito 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
Kolom 1 adalah saldo akhir bulan masing-masing jenis dana. Namun tidak
seluruh dana ini dapat disalurkan oleh bank, karena bank harus menyimpan minimum
5% dari dana ini di Bank Indonesia (GWM), dan biasanya bank juga
memperhitungkan kelebihan cadangan yang disimpannya di atas kewajibannya yang
5% tersebut, juga memperhitungkan adanya dana-dana yang ditarik setor oleh
nasabah investor (floating). Ketiga komponen ini menjadi faktor pengurang dalam
perhitungan bobot dikolom 2. Kolom 3 adalah saldo yang benar-benar dapat
diinvestasikan oleh bank. Kolom 4 adalah pendistribusian pendapatan yang diperoleh
oleh bank kedalam masing-masing jenis dana. Kolom 5 adalah nisbah nasabah
nasabah untuk masing-masing jenis dana. Untuk memudahkan bank menghitung bagi
hasil kepada tiap-tiap investor, maka bank menghitung pendapatan nasabah pada
kolom 6 tersebut dalam bentuk presentase yaitu pada kolom 7.
Jenis Saldo
b. Perhitungan Dengan Saldo Rata-rata Harian
Bank dapat pula menghitung berdasarkan saldo rata-rata harian sebagai
berikut:
Kolom 1 adalah saldo akhir bulan masing-masing jenis dana. Namun tidak
seluruh dana ini dapat disalurkan oleh bank, karena bank harus menyimpan minimum
5% dari dana ini di Bank Indonesia (GWM). Karena perhitungannya adalah
menggunakan saldo rata-rata harian, nilai ini telah merefleksikan saldo yang
mengendap di bank yang dapat digunakan oleh bank untuk melakukan investasi. Jadi
hanya komponen GWM saja yang menjadi faktor pengurang dalam perhitungan
bobot di kolom 2. Kolom 3 adalah saldo yang benar-benar dapat diinvestasikan oleh
bank. Kolom 4 adalah pendistribusian pendapatan yang diperoleh oleh bank kedalam
mengalikan kolom 4 dan kolom 5, maka didapat bagian pendapatan nasabah untuk
masing-masing jenis dana. Untuk memudahkan bank menghitung bagi hasil kepada
tiap-tiap investor, maka bank menghitung pendapatan nasabah pada kolom 6 tersebut
dalam bentuk presentase yaitu pada kolom 7.
BAB III
GAMBARAN UMUM BPRS AL-BAROKAH A. Sejarah Berdirinya BPRS Al-Barokah
Sejarah berdirinya BPRS di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
sejarah-sejarah BPR pada umumnya. Bank Perkreditan Rakyat yang status hukumnya
disahkan dalam Paket Kebijaksanaan Keuangan Moneter dan Perbankan melalui
PAKTO tanggal 27 Oktober 1998, pada hakikatnya merupakan penjelmaan model
baru dari lumbung desa dan Bank Desa dengan beraneka ragam namanya yang ada
khususnya di pulau jawa sejak akhir 1890-an hingga tahun 1967 sejak dikeluarkannya
UU Pokok Perbankan, status hukumnya diperjelas dengan izin dari menteri keuangan.
Dengan adanya keharusan izin tersebut, diikuti dengan upaya-upaya pembenahan
terhadap badan-badan kredit desa yang berproses menjadi lembaga keuangan bank.28
Keinginan masyarakat terhadap adanya BPR tanpa bunga tersebut
mendapatkan angin segar dengan adanya deregulasi disektor perbankan sejak 1 juni
1983 yang memberikan kebebasan kepada bank-bank termasuk BPR untuk
menetapkan sendiri tingkat bunganya. Bahkan bank-bank tidak dilarang untuk
menerapkan bunga 0%.
28
Warkum Sumitro,Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,
Peluang beroperasinya BPR tanpa bunga tersebut semakin terbuka setelah
PAKTO 1988 tanggal 27 Oktober 1988 yang memberikan peluang berdirinya
bank-bank baru, termasuk diantaranya bank-bank tanpa bunga.29
Berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah di Indonesia selain didasari
oleh tuntutan berusaha (muamalah) sesuai hukum (syari’ah) Islam yang merupakan
keinginan kuat dari sebagian besar umat Islam di Indonesia, juga sebagai langkah
aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian di Indonesia yang dituangkan
kedalam berbagai kebijakan keuangan dan moneter perbankan secara umum. Secara
khusus adalah mengisi peluang terhadap kebijakan yang membebaskan bank dalam
penetapan tingkat suku bunga, yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga.
PT. BPRS Al-Barokah yang berkedudukan di Jalan Proklamasi Blok A
No. 9 Depok, didirikan dengan Akta Nomor 56 Notaris Harun Kamil SH tanggal 12
Juni 1995 di Jakarta. Akta pendirian disetujui oleh Menteri Keuangan Republik
Indonesia dengan SK: No. KEP-046/KM.17/1996, tertanggal 6 Februari 1996 dan
mulai melaksanakan kegiatan dan beroperasi pada tanggal 11 Maret 1996.
Ide konkrit pendirian PT. BPRS Al-BArokah berawal dari sebuah kegiatan
pengajian yang diikuti oleh para pensiunan karyawan PT. Stanvac Indonesia, yang
masih aktif bekerja di PT. Exspan Sumatera, PT. Exspan Nusantara, dan PT. Exspan
Petrogas Intranusa yang merupakan bagian dari PT. Medco Energi, yakni perusahaan
yang mengelola minyak dan gas bumi.
29
Para pensiunan karyawan PT Stanvac Indonesia akhirnya menghasilkan
ide dan kesepakatan untuk mendirikan sebuah Bank Pembiayaan Rakyat yang
mempunyai sistem operasional berdasarkan syari’ah Islam yatu dengan menggunakan
sistem bagi hasil (mudharabah), usaha berserikat (musyarakah), dan jual beli
(murabahah).
Pada saat penandatanganan Akta Pendirian PT. BPRS Al-barokah terdapat
25 orang sebagai pemegang saham yang mendukung penuh pendirian bank tersebut.
Dengan modal dasar sebesar Rp 200.000.000,- yang disetor tunai kepada Bank
Indonesia sebesar Rp 50.000.000,- sebagai deposito. Kemudian setelah memenuhi
syarat yang ditentukan Undang-undang, maka Bank Indonesia mengizinkan PT.
BPRS Al-Barokah beroperasi dan pada tanggal 11 Maret 1996 secara resmi PT.
BPRS Al-Barokah melaksanakan kegiatannya.
Dengan perkembangan yang terus maju maka PT. BPRS Al-Barokah sejak
tahun 2005 telah merubah modal dasar menjadi Rp 2.000.000.000,- dengan modal
disetor sebesar Rp 1.000.000.000,-.30
30
B. Struktur Organisasi BPRS Al-Barokah
Fatwa-fatwa DSN-MUI
DPS
R.U.P.S
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktur
Personalia Akuntansi Keuangan
Kasir
Litbang & Pemasaran
BPRS Al-Barokah saat ini mempunyai 2 orang Dewan Pengawas
Syari’ah yakni:
a. Drs. H. Murtadho Ghozali sebagai ketua dan
b. Drs. H. Saifuddin L Yasin sebagai Anggota
Dan BPRS Al-Barokah juga mempunyai 2 orang Dewan Komisaris yaitu:
a. Ir. H. Solichin sebagai Komisaris Utama dan
b. H. Muh. Rafiq, SE., MM sebagai Komisaris
Sedangkan Direksinya adalah:
a. Drs. Lukman Hakim sebagai Direktur Utama dan
b. Mieke Widya Rachmawati, SE sebagai Direktur31
C. Visi dan Misi BPRS Al-Barokah
1. Visi dari PT. BPRS Al-Barokah yaitu menjadi salah satu BPRS terbaik di
Indonesia.
2. Misi dari PT. BPRS Al-Barokah adalah:
a. Memberdayakan potensi ekonomi ummat sesuai dengan prinsip syari’ah
Islam.
b. Menggalang dan menyalurkan dana guna meningkatkan kemakmuran
dan rasa keadilan.32
Tujuan operasionalisi BPRS Al-Barokah:
31
Ibid.
32
a.Meningkatkan kesejahteraan ekonomi ummat Islam terutama kelompok masyarakat
ekonomi lemah yang pada umumnya berada didaerah pedesaan.
b.Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
c.Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan
pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPRS Al-Barokah tersebut
diperlukan beberapa strategi operasional sebagai berikut:
a. BPRS tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya permintaan fasilitas,
melainkan bersifat aktif dengan melakukan solisitasi/penelitian kepada
usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki
prospek bisnis yang baik.
b. BPRS memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek
dengan mengutamakan usaha skala kecil dan menengah.
c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingakt kompetitifnya
produk yang akan diberi pembiayaan.
D. Produk-produk BPRS Al-Barokah 1. Produk Penghimpunan Dana
BPRS Al-Barokah menghimpun dan mengelola dana nasabah dari sumber
yang halal dengan konsep Al-Wadiah Yad Adh Dhamanah dengan keuntungan yang
akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang ditetapkan dari mufakat antara Bank
a. Deposito BerjangkaMudharabahdan
b. TabunganMudharabah
c. TabunganWadi’ah
2. Penyaluran Dana
BPRS Al-Barokah menyalurkan dana untuk pemenuhan kebutuhan
permodalan dan investasi melalui pola jual-beli, bagi hasil, dan jasa guna
meningkatkan usaha produktif berskala mikro (kecil menengah)
Untuk kebutuhan permodalan (equity financing)dilakukan dengan konsep
kontrak bagi hasil (profit sharing contract)menggunakan akadAl-Mudharabah yaitu
perjanjian akad kerjasama antara bank yang menyediakan dana (shahibul maal)
dengan mitra usaha yang memiliki keahlian dan keterampilan mengelola usaha
produktif dan halal. Keuntungan dari usaha dibagi berdasar nisbah yang disepakati.
Untuk kebutuhan pembiayaan dilakukan dengan konsep kontrak jual beli
(sale contract) menggunakan akad Ba’i Al-Murabahah yaitu perjanjian jual beli
barang pada harga asal setelah ditambah margin (keuntungan yang disepakati),
barang diserahkan dengan segera, sedangkan pembayaran harga atas barang
dilakukan kemudian hari.
3. Pinjaman Kebajikan(Benevolence Loan)
Produk ini merupakan pinjaman lunak kepada kaum Dhuafa yang
memiliki karakter baik dan usaha yang berpeluang untuk dikembangkan yaitu dengan
dikembalikan sebesar pokok pinjaman saja. Sumber dana berasal dari zakat, infaq,
dan shadaqah.33
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pengajuan PembiayaanMudharabahdi BPRS Al-Barokah
Jenis mudharabah yang diterapkan di BPRS Al-Barokah adalah
mudharabah muthlaqah artinya modal 100% mutlak berasal dari shahibul maal
(penyedia dana) dan mitra diberi kebebasan penuh untuk mengelola dana tersebut
sesuai keahliannya.
Untuk mengajukan pembiayaan mudharabah, nasabah BPRS Al-Barokah
diharapkan memenuhi beberapa kriteria yaitu:
1. Penyedia dana(sahibul maal)dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
a.Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak
(akad).
b.Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c.Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal adalah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana
kepadamudharibuntuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
b.Modal dapat berbentuk uang atau barang yang bernilai. Jika modal diberikan
dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
c.Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib,
baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari
modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
a.Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satu pihak.
b.Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi
(nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus
berdasarkan kesepakatan.
c.Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan(muqabil) modal
yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b.Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
c.Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan denganmudharabah,dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktivitas itu.34
Dan berikut ini adalah prosedur pengajuan pembiayaan mudharabah di
BPRS Al-Barokah:
a. Rencana Pengembangan Usaha
Nasabah yang mengajukan pembiayaan terlebih dahulu harus mengajukan
draft rencana pengembangan usaha. Usaha seperti apa yang akan dikembangkan,
berapa dana yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha tersebut, dan prospek
kedepan dari usaha tersebut. Jika draft pengembangan usaha telah dirancang maka
lanjut ke tahap berikutnya.
b. Mengisi Formulir Permohonan
Formulir permohonan pembiayaan ini harus diisi nasabah untuk
melengkapi data-data nasabah. Dalam mengisi formulir ini juga harus dilengkapi
dengan Pas Photo, Photo Copy KTP, Photo Copy Kartu Keluarga, Photo Copy BPKB
dan Faktur Kendaraan (jika jaminan kendaraan bermotor), dan dokumen lain yang
bisa mendukung permohonan pembiayaan ini.
c. Melengkapi Persyaratan
34