• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metode Capm Dan Apt Dalam Menghitung Return Saham Jii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Metode Capm Dan Apt Dalam Menghitung Return Saham Jii"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN METODE CAPM DAN APT DALAM MENGHITUNG

RETURN SAHAM JII

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

Hielmiyani Maftuhah

NIM 109046100219

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

▸ Baca selengkapnya: menghitung nama dalam islam

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Hielmiyani Maftuhah. NIM 109046100219. PERBANDINGAN METODE

CAPM DAN APT DALAM MENGHITUNG RETURN SAHAM JII. Program Studi

Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Investor memerlukan suatu model perhitungan penilaian

return

untuk

mengetahui saham yang

undervalued

atau yang sudah

overvalued.

Untuk itu

diperlukan model penilaian dalam menghitung

return

saham. Penelitian ini

menggunakan metode

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) dan

Arbitrage Pricing

Theory

(APT) dalam menghitung

return

saham. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui metode mana yang lebih tepat dalam memprediksi

return

saham

Jakarta

Islamic Index

(JII). Ketepatan metode CAPM dan metode APT diukur dengan

Mean

Absolute Deviation

(MAD), sementara itu uji t

student

digunakan untuk

membandingkan ketepatan antara metode CAPM dan metode APT.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

return

saham-saham

perusahaan yang secara konsisten terdaftar pada

Jakarta Islamic Index

(JII) periode

2009-2012. Penelitian ini menggunakan data harga saham penutupan bulanan, data

indeks JII, data Surat Berharga Syariah Negara, dan data variabel makro yang terdiri

dari inflasi, kurs Rp/USD, suku bunga SBI, dan IHSG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode CAPM lebih tepat dibandingkan

metode APT dalam memprediksi return saham JII karena nilai MAD

CAPM

(0.0649)

lebih kecil dari nilai MAD

APT

(0.1329), dan berdasarkan pengolahan data dengan

Independent Sample Test

menunjukkan bahwa H

0

ditolak, yaitu terdapat perbedaan

akurasi yang signifikan antara

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) dengan

Arbitrage Pricing Theory

(APT) dalam memprediksi

return

saham JII. H

0

ditolak

karena nilai Sig = 0,015

< α = 0,05, dan nilai t hitung > t tabel dengan nilai α = 5%

dan

degree of freedom

(df) = 9.419, yaitu 2.986 >

2.262.

Kata Kunci

:

Return

Saham, JII,

Capital Asset Pricing Model

(CAPM),

Arbitrage

Pricing Theory

(APT)

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan hanya kepada pemilik seluruh

jiwa ini. Kasih sayang yang selalu dilimpahkan kepada penulis dalam menjalani

setiap langkah sehingga terselesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

PERBANDINGAN METODE CAPM DAN APT DALAM MENGHITUNG

RETURN SAHAM JII

dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat

menyelesaikan program Strata-1 program Perbankan Syariah di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang turut

membantu terutama dukungan imateriil yang tidak akan dapat penulis dapatkan

ditempat lain. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada

seluruh pihak khususnya kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. H. Amin Suma, MA., MM selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak

Mu’min

Rauf,

M.A selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.

3.

Ibu Rr. Tini Anggraeni, M.Si selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas

segala waktu, masukan, kesabaran, dan bimbingan yang senantiasa diberikan

(7)

vii

4.

Ibu Masyrofah, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih

untuk nasehat yang diberikan selama penulis dalam masa studi.

5.

Bapak dan ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

masa studi.

6.

Bapak dan Mamahku tercinta yang tak henti-hentinya memberikan perhatian

serta dukungan untuk putrinya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7.

Kakak dan Adikku tersayang, A Fajar, dan De Irma. Terimakasih atas semua

yang kalian berikan. Dan juga Teh Paton yang telah memberikan pinjaman

laptop, sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

8.

My beloved friends, Nabela Hapsari, Siti

Ma’rifah, Sri Rahayu, Devina

Martina, dan juga Anissa Chintya Riana. Terimakasih atas semua dukungan

yang kalian berikan. I hope our friendship will be everlasting.

9.

Teman-teman Perbankan Syariah 2009 Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kelas PSF 2009.

10.

Dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Jakarta, Januari 2014

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

LEMBAR PENGESAHAN ...

ii

LEMBAR PERNYATAAN ...

iv

ABSTRAK ...

v

KATA PENGANTAR ...

vi

DAFTAR ISI ...

vii

DAFTAR TABEL ...

xiii

DAFTAR GAMBAR ...

xv

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Identifikasi Masalah ...

4

C.

Pembatasan Masalah ...

5

D.

Rumusan Masalah ...

5

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

6

(9)

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Investasi...

9

B.

Saham ... 10

C.

Return

... 11

D.

Risiko ... 13

E.

Beta ... 15

F.

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) ... 16

G.

Arbitrage

Pricing Theory

(APT) ... 19

1.

Inflasi ... 22

2.

Kurs Valuta Asing ... 23

3.

Suku Bunga SBI ... 25

4.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 25

H.

Metode

Exponential Smoothing

... 26

1.

Single Exponential Smoothing

... 26

2.

Double Exponential Smoothing Brown

... 24

3.

Double Exponential Smoothing Holt

... 24

4.

Damped Trend Exponential Smoothing

... 25

I.

Review Studi Terdahulu ... 28

(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 36

B.

Objek Penelitian ... 36

C.

Jenis dan Sumber Data ... 36

D.

Teknik Pengumpulan Data ... 37

E.

Populasi dan Sampel ... 37

F.

Teknik Pengolahan Data ... 38

G.

Metode Analisis ... 38

1.

Menghitung

Expected Return

Saham JII dengan Metode CAPM ... 35

a.

Actual Return

Saham JII Terpilih ... 39

b.

Return Market

(Rm) ... 40

c.

Return

Aset Bebas Risiko (R

f

)... 40

d.

Beta (

β)

... 40

2.

Menghitung

Expected Return

Saham JII dengan Metode APT ... 41

a.

Actual Return

Saham JII Terpilih ... 42

b.

Return

Aset Bebas Risiko (R

f

)... 42

c.

Beta (

β)

... 43

d.

Surprise

Faktor Makro (

F

) ... 43

(1)

Single Exponential Smoothing

... 44

(2)

Double Exponential Smoothing Brown

... 44

(11)

xi

(4)

Damped Trend Exponential Smoothing

... 45

3.

Pemilihan Metode yang Akurat ... 46

4.

Uji Normalitas ... 47

5.

Uji Levene untuk Kesamaan Ragam ... 47

6.

Uji Beda t dua sampel independen (

independent sample t-test

) ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Gambaran Umum ... 51

B.

Deskripsi Statistik ... 52

1.

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) ... 52

a.

Return

Saham Perusahaan JII ... 52

b.

Return Market ... 52

c.

Risiko Sistematis CAPM ... 55

d.

Expected Return

dengan metode CAPM ... 57

2.

Arbitrage Pricing Theory

(APT) ... 58

a.

Expected Value

dan

Surprise

Faktor Makro Ekonomi ... 58

(1)

Inflasi ... 59

(2)

Kurs Rp/USD ... 61

(3)

Suku Bunga SBI ... 62

(4)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 63

b.

Risiko Sistematis APT ... 65

(12)

xii

C.

Perbandingan Akurasi Metode CAPM dan APT ... 69

D.

Uji Hipotesis ... 70

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 73

B.

Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu... 28

[image:13.612.111.528.208.571.2]

Tabel 3.1 Daftar Saham-Saham yang Konsisten Masuk dalam Saham JII Periode

2009-2012 ... 38

Tabel 4.1 Rata-Rata

Return

Saham Per Bulan Perusahaan JII Tahun 2009-2012 .. 53

Tabel 4.2

Return Market

(Rm) Tahun 2009-2012 ... 54

Tabel 4.3 Risiko Sistematis (Beta) CAPM ... 55

Tabel 4.4

Expected Return

CAPM ... 57

Tabel 4.5 Nilai MAPE dan MAD

Expected Value

Faktor makro ... 59

Tabel 4.6 Inflasi Aktual, Inflasi yang Diharapkan, dan

Surprise

Inflasi Periode

Januari 2009-Desember 2012 ... 60

Tabel 4.7 Kurs Aktual, Kurs yang Diharapkan, dan

Surprise

Kurs Periode Januari

2009-Desember 2012 ... 61

Tabel 4.8 SBI Aktual, SBI yang Diharapkan, dan

Surpsrie

SBI Periode Januari

2009-Desember 2012 ... 62

(14)

xiv

Tabel 4.10 Risiko Sistematis (Beta) Inflasi... 65

Tabel 4.11 Risiko Sistematis (Beta) Kurs ... 66

[image:14.612.114.522.209.599.2]

Tabel 4.12 Risiko Sistematis (Beta) SBI... 67

Tabel 4.13 Risiko Sistematis (Beta) IHSG ... 67

Tabel 4.14

Expected Return

APT... 68

Tabel 4.15 MAD CAPM dan APT ... 70

Tabel 4.16

One Sample Kolmogrov-Smirnov

... 71

Tabel 4.17

Group Statistic

... 71

(15)

xv

[image:15.612.119.522.199.601.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Risiko Sistematis dan Risiko Nonsistematis ... 14

Gambar 2.2

Security Market Line

(SML) ... 18

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 35

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Investasi merupakan sebuah cara alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan nilai asset di masa depan. Dengan melakukan investasi, menurunnya

purchasing power

akibat inflasi dapat di

ofsett

oleh

return

yang didapatkan dari

investasi.

1

Saham merupakan instrumen yang menarik untuk dijadikan sarana investasi.

Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya pada saham adalah memperoleh

tingkat pendapatan (

return

) saham sebesar-besarnya dengan risiko tertentu.

Return

tersebut dapat berupa

capital gain

ataupun dividen untuk investasi pada saham.

Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan

wealth

pemegang saham. Investor

akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari

waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor dan investor potensial memiliki

kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Investor

selalu mencari alternatif investasi yang memberikan

return

tertinggi dengan tingkat

risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi saham lebih tinggi dari

pada investasi pada perbankan, return yang diharapkan juga lebih tinggi.

2

Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan

meningkatkan perolehan. Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional

1 Eduardus Tandelilin , Analisis Investasi Manajemen Portofolio, Cet. I, (Yogyakarta: BPFE, 2001).

(17)

adalah seorang yang tidak menyukai risiko, sehingga investasi yang berisiko harus

dapat menawarkan tingkat perolehan tinggi (

higher rates of return

), oleh karena itu

investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang

diinginkan.

Investor memerlukan suatu model perhitungan penilaian

return

untuk

memilih saham yang akan dibeli atau dijual untuk mengetahui saham yang

undervalued

atau yang sudah

overvalued.

Suatu saham dikatakan

undervalued

apabila

return

nya berada di atas

expected return,

dan dikatakan

overvalued

apabila

return

nya berada di bawah

expected return.

Model penilaian (

pricing model

) merupakan sebuah model untuk

menentukan tingkat pengembalian aset yang diperlukan atau diharapkan. Sharpe

(1964) mempublikasikan tulisannya dengan menurunkan model penilaian aset yang

dikenal dengan

Capital Asset Pricing Model

(CAPM). Model yang sama juga

dikembangkan hampir berurutan oleh Lintner (1965) dan Mossin (1966). Model

CAPM merupakan suatu revolusi baru dalam ekonomi keuangan yang dapat

menjelaskan dan menentukan apa itu „risiko’ dalam suatu pasar modal dan

menetapkan suatu risiko dihargai (dinilai), atau

return

ekstra apa yang akan diterima

oleh seorang investor berkenaan dengan tingkat risiko yang dihadapinya.

3

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) mengasumsikan bahwa para investor

adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama

(18)

mengenai keadaan pasar dan mencari

mean variance

dari portofolio yang optimal.

Capital Asset Pricing Model

juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal

adalah pasar saham yang besar dan para investor adalah para

price-takers

, tidak ada

pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan

para investor dapat meminjam pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku

bunga tetap yang tidak berisiko (

fixed risk free rate

). Dengan asumsi ini, semua

investor memiliki portofolio yang risikonya identik.

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah

tangensial dari rata-rata varians portofolio. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio

adalah hasil kali dari risiko premium pada portofolio pasar dan koefisien beta.

4

Pendapat lain muncul setelah CAPM diperkenalkan. Ada banyak studi

empiris yang menguji apakah model tersebut cukup menggambarkan perilaku harga

saham pasar dalam praktik.

Teori awal yang mendapatkan dukungan sebagai alternatif atas CAPM

adalah

Arbitrage Pricing Theory

(APT) yang dikembangkan di pertengahan tahun

1970-an oleh Stephen Ross (1976,1977). APT diyakini secara matematis dan intuisi

lebih menantang daripada CAPM dimana APT mengawali pembahasannya dengan

memposisikan situasi pasar modal dimana sekuritas yang diperdagangkan terpecah

kecil-kecil (

frictionless).

Tidak seperti CAPM yang menggunakan konsep model

faktor tunggal, APT menyatakan bahwa aset ditentukan oleh sejumlah faktor yang

4

(19)

berbeda. Faktor-faktor risiko tersebut mencerminkan risiko sistematik yang tidak

dapat didiversifikasi.

5

Guna mempermudah dan memperjelas ruang lingkup pembahasan maka

penelitian ini akan dikhususkan pada saham-saham yang membentuk indeks JII, yaitu

saham-saham terpilih yang telah terdaftar dalam Daftar Efek Syariah yang memiliki

kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. Dengan demikian, apabila investor

menanamkan dananya ke dalam saham yang termasuk saham JII, maka kemungkinan

besar

return

yang akan diterima akan lebih besar, dan risiko yang muncul juga dapat

diperkecil karena saham-saham yang terdaftar dalam JII merupakan saham terpilih

dan berkinerja baik dan tentu saja halal.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil judul skripsi ini:

Perbandingan Metode CAPM dan APT Dalam Menghitung Return Saham JII

”.

B.

Identifikasi Masalah

Alternatif-alternatif masalah yang dapat diidentifikasi oleh peneliti yang pada

nantinya akan diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti adalah sebagai

berikut:

1.

Apa saja metode yang digunakan untuk menghitung

return

saham?

2.

Apa saja faktor makro yang digunakan dalam perhitungan metode APT?

3.

Apa saja metode

forecasting

yang digunakan dalam perhitungan metode

APT?

4.

Alat statistik apa yang digunakan untuk menghitung

return

saham?

(20)

5.

Indikator apa yang dapat mengukur keakuratan metode perhitungan

return

saham?

C.

Pembatasan Masalah

Agar lingkup penelitian ini tidak terlalu luas maka perlu ditentukan beberapa

batasan masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian akan digunakan metode CAPM

dan APT dalam menghitung

return

saham. Variabel independen yang digunakan

adalah

coupon rate

SBSN seri IFR0004 untuk mencari

return

aset bebas risiko (R

f

),

JII untuk mencari

return market

(R

m

), inflasi, kurs USD/Rp, suku bunga SBI dan

IHSG. Selain itu dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah

return

saham JII yang konsisten terdaftar di BEI dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.

Semua data yang diambil adalah data bulanan dari bulan Januari 2009

Desember

2012. Metode

forecasting

yang digunakan untuk menghitung

expected return

dalam

perhitungan metode APT adalah metode

exponential smoothing

. Alat statistik yang

digunakan dalam perhitungan metode CAPM dan APT adalah SPSS 21 dan

Microsoft Excel. Indikator yang digunakan untuk mengetahui metode yang lebih

akurat adalah dengan melihat nilai

Mean Absolute Deviation

(MAD).

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah ditulis di

atas, maka saya akan merumuskan masalahnya yaitu:

(21)

2.

Berapakah nilai

return

saham JII yang dihitung dengan metode APT?

3.

Model manakah yang lebih tepat dalam memprediksi return saham JII?

4.

Apakah terdapat perbedaan akurasi yang signifikan antara model APT dengan

model CAPM dalam memprediksi

return

saham JII?

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui nilai

return

saham JII yang dihasilkan oleh CAPM.

2.

Untuk mengetahui nilai

return

saham JII yang dihasilkan APT.

3.

Untuk mengetahui model yang lebih tepat dalam memprediksi return saham JII

4.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan akurasi yang signifikan antara

model APT dengan CAPM dalam memprediksi

return

saham JII.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Bagi investor maupun calon investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

pengambilan keputusan investasi yang optimal khususnya di

perusahaan-perusahaan yang masuk dalam

Jakarta Islamic Index

.

2.

Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, khususnya ilmu

mengenai manajemen keuangan, manajemen investasi dan risiko juga pasar

modal.

(22)

Dapat memberikan sedikit masukan dan informasi yang diharapkan mampu

memberikan manfaat baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang

praktisi.

4.

Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya sebagai informasi pelengkap

dalam penyusunan penelitian yang sejenis.

F.

Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan

kedalam lima bab, yang masing-masing bab mempunyai spesifikasi pembahasan

mengenai topik-topik dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis membuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka pemikiran,

metodologi penelitian, serta di akhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis membuat penjelasan secara teori mengenai investasi,

return

saham dan

return market

serta pengukurannya, risiko, model keseimbangan dan

factor-faktor makro ekonomi,

review study

terdahulu, serta kerangka pemikiran.

(23)

Pada bab ini penulis membuat mengenai gambaran dari penelitian yang meliputi jenis

penelitian, objek penelitian, sampel saham yang digunakan, teknik pengumpulan data,

dan metode analisis data.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menjabarkan tahapan dalam membandingkan keakuratan antara

metode CAPM dan APT dalam menghitung return saham JII. Pembahasan diawali

dari penentuan saham konsisten dari saham-saham yang terdaftar dalam JII sampai

dengan pengujian hipotesis.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini penulis membuat kesimpulan atas temuan penelitian dan memberikan

(24)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Investasi

Menurut Eduardus Tandelilin investasi adalah komitmen atas sejumlah dana

atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

keuntungan di masa datang.

1

Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu, investasi pada

real asset

dan

financial asset. Real asset

merupakan aset berwujud seperti gedung-gedung,

kendaraan dan sebagainya. Sedangkan

financial asset

merupakan dokumen

(surat-surat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap

real asset

pihak yang menerbitkan

sekuritas tersebut, seperti saham, sukuk, reksadana dan sebagainya.

2

Menurut Kamarudin Ahmad (2004) ada beberapa alasan mengapa seseorang

melakukan investasi, antara lain adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih

layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi, dan dorongan untuk

menghemat pajak.

3

Dalam penelitian ini akan membahas investasi pada aset keuangan (

financial

asset

), khususnya saham yang merupakan salah satu produk pasar modal.

1

Eduardus Tandelilin,

Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi

(Yogyakarta: Kanisius, 2010, ed.1)

h. 2.

2

A. Kamarudin,

Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio,

(Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2004)

h

.

2.

3

(25)

B.

Saham

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK 013/1990

saham merupakan hak kepemilikan atas suatu perusahaan atau bisa juga disebut

sebagai penyertaan modal dalam pemilikan Perseroan Terbatas.

Secara umum, saham dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu saham biasa

dan saham preferen.

Saham biasa dikenal sebagai sekuritas penyertaan atau sekuritas ekuitas yang

menunjukkan bagian kepemilikan di suatu perusahaan. Masing-masing lembar saham

biasa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan dan

menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian

keuntungan.

4

Saham preferen adalah jenis saham memiliki sifat gabungan antara saham

biasa dan obligasi. Saham preferen ini membayar dividen yang tetap kepada

pemegangnya.

C.

Return

Dalam tulisannya pada jurnal akuntansi dan keuangan, Michell Suharli (2005)

mengemukakan berbagai macam definisi

return:

5

4

Bodie, dkk,

Investments,

ed.VI, Penerjemah Zuliani Dalimunthe dan Budi Wibowo. (Jakarta:

Salemba Empat, 2005), h. 59.

5

Michell Suharli, “Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi

(26)

a.

Menurut Brigham et al. (1999) pengertian dari

return

adalah

“measure the

financial performance of an investment”.

b.

Horne dan Wachoviz (1998:26) mendefinisikan

return

sebagai:

“Return as

benefit which related with owner that includes cash dividend last year which

is paid,together with market cost appreciation or capital gain which is

realization in the end of the year”.

c.

Menurut Jones (2000)

“return is yield

dan

capital gain (loss)”.

(1)

Yield

,

yaitu

cash flow

yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham

(dalam bentuk dividen), (2)

Capital gain (loss)

, yaitu selisih antara harga

saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Hal

tersebut diperkuat oleh Corrado dan Jordan (2000) yang menyatakan bahwa

Return from

investment security is cash flow and capital gain/loss”.

Menurut Jogiyanto (2013)

return

merupakan hasil yang didapatkan dari

investasi.

Return

dapat berupa

actual return

yang sudah terjadi atau berupa

expected

return

yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.

6

Pengukuran

actual return

yang banyak digunakan adalah

return

total yang

terdiri dari

capital gain

(

loss

) dan

yield

.

7

Return Total = Capital gain (loss) + yield

Capital gain

(

loss

) =

(Rumus 2.1)

6

Jogiyanto Hartono,

Teori Portofolio dan Analisis Investasi

, Ed. VII, Cet. III (Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta, 2013)

7

(27)

Yield

=

(Rumus 2.2)

Sehingga

return

total dapat dirumuskan sebagai berikut:

Return Total =

=

(Rumus 2.3)

Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas

secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka

return

saham dapat dihitung

capital gain

(

loss

) saja.

Expected return

merupakan

return

yang digunakan untuk pengambilan

keputusan investasi.

Expected return

dapat dihitung berdasarkan beberapa cara,

diantaranya berdasarkan model

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) dan

Arbitrage

Pricing Theory

(APT).

Untuk mengukur

expected return

dengan menggunakan model CAPM

maupun APT, diperlukan perhitungan

return market.

Menurut Jogiyanto (2010)

return market

adalah tingkat return dari indeks pasar, pemilihan dari indeks pasar

tidak tergantung dari suatu teori tetapi lebih bergantung dari hasil empirisnya.

8

Karena penelitian ini menggunakan saham-saham yang masuk dalam indeks JII,

maka indeks JII akan digunakan sebagai

return market

dengan formula sebagai

berikut:

R

m

=

(

Rumus 2.4)

Selain itu, investor juga perlu memperhatikan

return asset

bebas risiko (R

f

),

agar

return

yang sudah diperoleh sudah melebihi

return

minimum yang disyaratkan.

8
(28)

Secara teoritis,

return asset

bebas risiko (R

f

) adalah

return

minimum yang diharapkan

investor untuk investasinya. Menurut Suad Husnan (1993) dalam Gancar Candra

Premananto dan Muhammad Madyan (2004)

return asset

bebas risiko (R

f

) pada

model CAPM harus konstan selama periode penaksiran, karena apabila tingkat

pengembalian bebas risiko ternyata dengan berjalannya waktu berkorelasi dengan

market return

(R

m

)

akan terjadi bias dalam penaksiran.

9

Oleh karena itu dalam

penelitian ini akan digunakan tingkat imbal hasil Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN) sebagai R

f

, dengan pengukuran sebagai berikut:

Rf

=

(Rumus 2.5)

D.

Risiko

Menurut Tatang Ary Gumanti (2011) risiko adalah kemungkinan mengalami

kerugian, yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan bahwa beberapa hasil

akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik (misalnya asetnya berlipat

ganda) ke sangat buruk (misalnya asetnya tidak bernilai sama sekali). Risiko juga

dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kerugian yang akan dialami investor

atau ketidakpastian atas

return

yang akan diterima di masa mendatang.

10

9

Gancar Candra Premananto dan Muhammad Madyan, “Perbandingan Keakuratan

Capital Asset

Pricing Model

dan

Arbitrage Pricing Theory

dalam Memprediksi Tingkat Pendapatan Saham Industri

Manufaktur Sebelum dan Semasa Krisis Ekonomi”,

Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol 5 No. 2

,

Agustus, 2004, h. 137.

10

(29)

Menurut Michell Suharli (2005) risiko adalah penyimpangan yang terjadi

antara

actual return

dan imbal hasil yang diharapkan (

expected return

).

11

Dalam melakukan investasi, secara umum investor bersifat

risk averse

(menghindari risiko). Investor akan berusaha menghilangkan risiko dengan berbagai

macam cara. Namun risiko tidak dapat dihilangkan melainkan hanya dikurangi. Cara

mengurangi risiko tersebut adalah dengan melakukan diversifikasi investasi. Terkait

dengan hal tersebut, risiko dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

12

a.

Non Diversifiable Risk

(risiko yang tidak dapat didiversifikasikan) yang

disebut juga dengan risiko sistematis atau risiko pasar yang antara lain

disebabkan oleh faktor-faktor makro.

b.

Diversifiable Risk

(risiko yang dapat didiversifikasi) yang disebut juga

risiko tidak sistematis atau disebut juga risiko khusus yang terdapat pada

[image:29.612.116.528.218.653.2]

masing-masing perusahaan, seperti risiko kebangkrutan/risiko usaha.

Gambar 2.1. Risiko Sistematis dan Risiko Nonsistematis

11

Michell Suharli, “Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi

Return

Saham pada

Industri

Food and Beverages

di Bursa Efek Jakarta”, h.103.

12

Suad Husnan,

Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,

Ed. IV, Cet.II, (Yogyakarta:

UPP STIM YKPN, 2009), h.161-162.

Risiko Total Deviasi Standar

Risiko sistematis

(30)

Karena ada sebagian risiko yang dapat dihilangkan dengan adanya

diversifikasi dalam portofolio, maka ukuran risiko yang digunakan bukanlah risiko

total yang diukur dengan rumus

variance/

standar deviasi, tetapi hanya risiko

sistematis yang biasanya disebut risiko pasar dengan parameter beta

(β)

.

E.

Beta

Menurut Ang (1997) dan Horne (1989) dalam Yustiantomo Budi Suseno

(2009) koefisien beta dapat menunjukkan karakteristik suatu sekuritas. Apabila βi > 1

berarti kenaikan

return

sekuritas lebih tinggi dari kenaikan

return

pasar, biasanya

sekuritas tersebut digolongkan dalam

aggresive stock

. Jika βi

< 1 berarti kenaikan

return

sekuritas tersebut lebih rendah dibanding dengan kenaikan

return

pasar,

biasanya sekuritas tersebut digolongkan dalam

defensive stock

.

13

Menurut Jogiyanto (2013) beta merupakan suatu pengukur volatilitas

return

suatu sekuritas atau

return

portofolio terhadap

return

pasar. Beta sekuritas ke-i

mengukur volatilitas

return

sekuritas ke-i dengan

return

pasar. Dengan demikian beta

adalah pengukur sistematik dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar.

14

Jika

volatilitas ini diukur dengan kovarian, maka kovarian return antara sekuritas ke-i

dengan return pasar adalah sebesar

σ

iM

. Jika kovarian ini dihubungkan relatif

terhadap risiko pasar (yaitu dibagi dengan varian return pasar atau

σ

2M

), maka hasil

13

Yustiantomo Budi Suseno, “

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beta Saham (Studi Kasus

Perbandingan Perusahaan Finance dan Manufaktur yang Listing di BEI pada Tahun 2005-2007),

(Tesis Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro, 2009), h.12.

14

(31)

ini akan mengukur risiko sekuritas ke-i relatif terhadap risiko pasar atau beta. Dengan

demikian beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

15

(

Rumus 2.6)

F.

Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Kemampuan untuk mengestimasi

return

suatu sekuritas individu merupakan

hal yang penting bagi investor, oleh karena itu kehadiran

Capital Asset Pricing Model

(CAPM) yang dapat digunakan untuk mengestimasi

return

suatu sekuritas dianggap

sangat penting di bidang keuangan. Bentuk standar CAPM pertama kali

dikembangkan secara terpisah oleh Sharpe (1964), dan Lintner (1965).

Definisi CAPM menurut Jack Clark Francis adalah teori penilaian risiko dan

keuntungan aset yang didasarkan koefisien beta (indeks risiko yang tidak dapat

didiversifikasi).

16

Untuk melihat bagaimana harga asset ditentukan, harus disusun suatu model

(suatu teori). Hal ini menuntut penyederhanaan agar pembangun model dapat hanya

memfokuskan pada elemen yang paling penting dengan cara meringkas dari situasi

yang kompleks. Cara ini dilakukan dengan membuat asumsi tertentu mengenai

lingkuangan.

17

Secara ringkas, asumsi-asumsi CAPM adalah sebagai berikut:

a.

Tidak ada biaya transaksi

15

Ibid., h. 383.

16

Kamarudin,

Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio,

h. 134.

17

(32)

b.

Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (

fully divisible

)

c.

Tidak ada pajak penghasilan bagi para pemodal

d.

Pemodal tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan membeli

atau menjual saham

e.

Para pemodal akan bertindak semata-mata atas pertimbangan

expected

value

dengan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio

f.

Pemodal bisa melakukan

short sales

g.

Terdapat

riskless lending and borrowing rate

h.

Pemodal mempunyai pengharapan yang homogeny

i.

Semua aktiva bisa diperjualbelikan

Menurut Kamarudin (2004) konsep CAPM ini pada umumnya berguna untuk

menguantifikasikan hubungan antara risiko dan

return

. Risiko yang dapat

didiversifikasi dapat dieliminasi dengan diversifikasi sederhana.

18

Keadaan ekuilibrium pasar mengenai

expected return

dan risiko dapat

digambarkan oleh

Security Market Line

(SML) untuk sekuritas individual. Sementara

Capital Market Line

(CML) digunakan untuk menggambarkan

tradeoff

antara risiko

dan

expected return

portofolio.

Security Market Line

(SML) merupakan

penggambaran secara grafis dari model CAPM.

19

Untuk sekuritas individual, tambahan

expected return

diakibatkan oleh

tambahan risiko sekuritas individual yang diukur dengan beta. Beta menentukan

18

Kamarudin,

Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio,

h. 134.

19

(33)

besarnya tambahan

expected return

untuk sekuritas individual dengan argumentasi

bahwa untuk portofolio yang di-diversivikasikan dengan sempurna, risiko tidak

sistematik cenderung menjadi hilang dan risiko yang relevan hanya risiko sistematik

[image:33.612.116.525.214.551.2]

yang diukur oleh beta.

20

Hubungan

expected return

dan beta dapat digambarkan di

Security Market Line

(SML) sebagai berikut:

Gambar 2.2

Security Market Line (SML)

Dari gambar 2.2 terlihat bahwa titik M menunjukkan portofolio pasar dengan

beta

senilai 1 dengan

expected return

sebesar E(R

m

). Untuk

beta bernilai

0 atau untuk

aktiva bebas risiko, aktiva ini mempunyai

expected return

sebesar R

f

yang merupakan

intercept

dari

SML

. Dengan asumsi

SML

adalah garis linear, maka persamaan dari

garis nlinear ini dapat dibentuk dengan

intercept

sebesar R

f

dan slope sebesar [E(R

m

)-R

f

] / β

m

. Karena β

m

adalah bernilai 1, maka slope dari

SML

adalah sebesar [E(R

m

)-R

f

]. Selanjutnya persamaan

SML

untuk sekuritas ke-I dapat ditulis:

20
(34)

E(Ri) = Rf

+ β

i [E(Rm)-Rf]

(Rumus 2.7)

Dari sinilah model CAPM terbentuk dan banyak dipakai oleh para akademisi dan

praktisi.

21

Dimana:

E(R

i

) =

Return

harapan aset ke-i

E(R

m

) =

Return

harapan portofolio pasar

R

f

= Tingkat bunga bebas risiko

β

i

= Risiko aset ke-i

G.

Arbitrage Pricing Theory (APT)

Ross (1975) dalam Suad Husnan (2009) mengungkapkan bahwa

Arbitrage

Pricing Theory

(APT) didasarkan pada pemikiran yang menyatakan bahwa 2

kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang sama tidaklah bisa dijual

dengan harga yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hukum satu harga (

the

law of one price

). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama terjual dengan harga

yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan

arbitrage

dengan

membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan

harga yang tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko. Lebih lanjut teori ini

mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor dalam perekonomian dan dalam industry. Korelasi diantara tingkat keuntungan

21
(35)

2 sekuritas terjadi karena sekuritas

sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor

faktor

yang sama.

22

Sedangkan Copeland (1997) menyatakan bahwa paling sedikit ada 3 atau 4

faktor yang mempengaruhi perkembangan harga dari surat

surat berharga. Hal ini

menunjukkan bahwa teori APT mendorong adanya pengembangan penelitian

berdasarkan variabel atau faktor

faktor yang diduga mempengaruhi perubahan sebuah

sekuritas. Faktor

faktor itu dapat dilihat dari kinerja fundamental perusahaan, kinerja

saham di pasar, ataupun keadaan pasar dan perekonomian.

Menurut Ahmad Rodoni dan Othman Young (2002) APT sebenarnya adalah

berasaskan CAPM, tetapi ia telah mempertimbangkan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi keuntungan sekuritas. Faktor-faktor ini akan memberi kesan yang

berlainan. Jadi, bagi sekuritas i dalam jangka waktu t, keuntungannya dapat diwakili

oleh kombinasi antar pengharapan keuntungan seimbang dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Pengharapan keuntungan seimbang ini adalah ditentukan oleh

permintaan dan penawaran sekuritas perusahaan.

23

Untuk sekuritas i,

return

sebenarnya secara formal dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

R

i

= E(R

i

)

+ β1,i

F

1 + β2,i

F

2 + …. + βn,i

F

n

+ ε

i

(Rumus 2.8)

Dimana:

E(R

i

)

:

Return

harapan pada sekuritas i

R

i

: tingkat pengembalian sebenarnya pada sekuritas i

β1,2,..n

: Sensitivitas

return

saham terhadap suatu faktor.

22

Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, h. 197-198

23

(36)

F

1,2,..n

:

Surprise

untuk suatu faktor (

actual value- expected value

)

ε

i

:

unsystematic risk /

risiko spesifik perusahaan, diasumsikan semua

kovarian antara

return

pada sekuritas terkait dengan efek dari

faktor-faktor, sehingga risiko tersebut tidak berkorelasi.

Suatu model faktor tidak menyatakan sama sekali tentang keseimbangan. Jika

mentransformasi persamaan 2.8 ke dalam model keseimbangan, maka hal ini

menyatakan sesuatu tentang

expected return

untuk semua sekuritas. APT merupakan

adalah teori keseimbangan tentang

expected return

yang memerlukan model faktor

seperti persamaan 2.8. Persamaan mengenai

expected return

terhadap suatu sekuritas

ditunjukkan oleh persamaan berikut:

24

E(R

i

) = R

f+ β1 λ 1+ β1λ 1

+

+ …. + βn,i λ n

(Rumus 2.9)

Dimana:

E(R

i

)

:

Return

harapan pada sekuritas i

R

f

:

Return

harapan pada sekuritas yang risiko sistematiknya nol

β1,2,..n : Sensitivitas

return

saham terhadap suatu faktor.

λ 1,2,..n: Premi risiko

suatu faktor [E(F1,2,..n ) -

a

0]

Dalam penelitian ini digunakan model APT empat faktor dan variabel yang

digunakan sama yang digunakan oleh Pepi Mariana Chasanah (2008) yaitu inflasi

IHK (Indeks Harga Konsumen), kurs rupiah terhadap dollar (Rp/USD), suku bunga

SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dan

untuk menghitung

expected value

variabel makro akan digunakan metode

exponential

smoothing.

24
(37)

1.

Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2004) inflasi dapat didefinisikan sebagai

salah satu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu

perekonomian. Tingkat inflasi (presentasi pertambahan kenaikan harga)

berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu

negara ke negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah, yaitu 2 atau 3

persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai di antara 4-10 persen. Inflasi

yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh atau beberapa ratus

persen dalam setahun.

25

Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang memiliki dampak

besar terhadap kegiatan perekonomian, baik terhadap sektor riil terlebih

terhadap sektor keuangan. Tingkat inflasi diukur dengan menggunakan

perubahan tingkatan harga secara umum, biasanya tingkatan harga yang

digunakan adalah indeks harga konsumen (

consumer price index

), indeks

harga produsen (

produsen price index

), atau

implicit gross domestic product

deflator

(GDP deflator) yang mengukur rata-rata harga seluruh barang

tertimbang dengan kuantitas barang-barang yang betul-betul dibeli.

26

Rafiq al-Masri dalam Karim (2008) menyatakan bahwa menurut para

ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena

mengakibatkan gangguan pada fungsi uang sebagai penyimpan nilai,

25

Sadono Sukirno,

Makroekonomi Teori Pengantar,

ed.III, (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h.14

26

(38)

menimbulkan sifat konsumtif dan mengarahkan investasi pada hal-hal yang

non-produktif seperti tanah, bangunan, logam mulia, dan lainnya.

27

Sedangkan menurut Slifer dan Carnes dalam Muhammad Syafii

Antonio et.al (2013), secara toritis terdapat hubungan negatif antara inflasi

dan kinerja harga saham. Inflasi dinilai akan menurunkan nilai riil dari

perusahaan termasuk juga dividen, sehingga ketika terjadi kenaikan tingkat

inflasi maka akan mengakibatkan melemahnya harga saham, sebaliknya jika

inflasi menurun maka harga saham akan mengalami penguatan.

28

2.

Kurs Valuta Asing

Menurut Sadono Sukirno (2004) kurs valuta asing atau kurs mata uang

asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan

dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan

sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

29

Dalam perkembangannya sistem nilai tukar memiliki berbagai macam

bentuk, namun sistem nilai tukar mengambang (

floating exchange rate

system

) merupakan system nilai tukar yang paling banyak digunakan di

27

Ibid., h.139.

28

Muhammad Syafii Antonio, et.al, “

The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study

Between Indonesia and Malaysia

”,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,

April 2013, h. 396.

29

(39)

berbagai Negara. Dalam system ini, nilai tukar ditetapkan berdasarkan pada

permintaan dan penawaran uang.

30

Menurut Octavia (2009) dalam Muhammad Syafii Antonio et.al

(2013) kestabilan kurs akan diperoleh jika tidak terjadi

destabilizing

speculation

atau spekulasi yang melabilkan. Kondisi ini cenderung akan

menyebabkan penurunan ekspor dan berakibat buruk pada neraca

pembayaran. Memburuknya neraca pembayaran tentunya akan berpengaruh

pada cadangan devisa. Berukurangnya cadangan devisa ini pada gilirannya

akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian domestic dan

pada akhirnya menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja saham di pasar

modal.

31

Berdasarkan teori interest

rate parity

dan

teori portofolio adjustmen

menyatakan bahwa perubahan kurs akan mempengaruhi keputusan investor

dalam berinvestasi. Ekspektasi meningkatnya (apresiasi) nilai tukar mata uang

domestik terhadap mata uang asing akan mendorong peningkatan harga

saham, ini terjadi karena investor merasa lebih menguntungkan berinvestasi di

dalam negeri dibandingkan dengan berinvestasi di luar negeri.

32

30

R. Hendra Halwani,

Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi,

(Bogor: Penerbit Ghalia

Indonesia, 2005), h. 157-161.

31

Muhammad Syafii Antonio, et.al, “The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study

Between Indonesia and M

alaysia”, h.396.

32

(40)

3.

Suku Bunga SBI

Menurut Iskandar Putong variabel suku bunga merupakan variabel

makro yang berpengaruh langsung terhadap perekonomian, terutama pada

investasi. Dalam teorinya Keynes menyatakan bahwa fungsi investasi

memiliki

slope

negatif artinya semakin rendah tingkat suku bunga maka akan

semakin besar investasinya, tetapi sekecil apapun tingkat suku bunga bila

investasi yang dilakukan akan mendatangkan keuntungan yang lebih kecil dari

suku bunga tersebut, maka tingkat investasi akan tetap saja rendah atau

terbatas.

33

Walaupun secara normatif,

interest rate

bukanlah instrumen yang

digunakan dalam transaksi ekonomi syariah namun dalam aplikasinya

pengaruh

interest rate

dirasa masih cukup besar. Beberapa penelitian telah

dilakukan diantaranya oleh Mudjiah Utami dan Mudjilah Rahayu (2003),

Chairul Nazwar (2008), dan Abdul Wahid al-Faizin (2010) dari penelitian

tersebut didapatkan hasil bahwa

interest rate

signifikan berpengaruh negatif

terhadap kinerja saham syariah.

4.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga saham gabungan (IHSG) atau dalam bahasa Inggrisnya disebut

Jakarta Composite Index (JCI)

atau

JSX Composite

diperkenalkan pada tanggal 1

33
(41)

April 1983, sebagai indikator pergerakan harga

saham di

BEJ, Indeks ini mencakup

pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Andam Dewi (2008)

menunjukkan

bahwa

IHSG merupakan variabel yang paling signifikan

berpengaruh terhadap

return

saham kelompok JII.

H.

Metode Exponential Smoothing

Teknik pemulusan eksponensial adalah prosedur yang dapat merevisi secara

terus-menerus hasil peramalan dengan informasi terbaru. Metode ini berdasarkan

pemulusan yang menurun secara eksponenasial. Prediksi dilakukan dengan

memberikan bobot yang lebih tinggi untuk informasi yang lebih baru. Misalnya bobot

sebesar

α

diberikan untuk data terbaru, untuk data kurun sebelumnya dibobot dengan

α

(1

α

), untuk data sebelumnya lagi dibobot dengan

α

(1

α

) (1

α

) =

α

(1

α

)

2

dst.

34

Dalam SPSS terdapat 4 macam metode

exponential smoothing

yaitu:

1.

Single Exponential Smoothing

Metode ini banyak mengurangi masalah penyimpangan data, karena

biasanya hanya menyimpan data terakhir, yaitu ramalan terakhir dan pembobotan

smoothing

(

α

). Model ini cocok untuk data dengan pola horizontal atau stasioner

dan hanya mampu memberikan ramalan untuk satu periode ke depan. Metode ini

tidak cukup baik diterapkan jika datanya bersifat tidak stasioner, karena

persamaan yang digunakan dalam metode eksponensial tunggal tidak terdapat

34

M Firdaus. “

Analisis Deret Waktu Satu Ragam.”

(42)

prosedur pemulusan

trend

yang mengakibatkan data tidak stasioner menjadi tetap

tidak stasioner, tetapi metode ini merupakan dasar bagi metode-metode

pemulusan eksponensial lainnya. Pembobotan

smoothing

yang diberikan pada

data akan semakin kecil dengan semakin lamanya data.

35

2.

Double Exponential Smoothing Brown

Metode ini memberikan bobot yang semakin menurun pada observasi

masa lalu. Model ini cocok untuk data yang berpola

trend

linier. Pada metode ini

dilakukan dua kali pemulusan, yaitu pemulusan tahap 1 untuk

update intercept,

tujuannya untuk menghilangkan komponen error. Pemulusan tahap 2 untuk

update slope

, tujuannya untuk menghilangkan komponen

trend.

3.

Double Exponential Smoothing Holt

Pada prinsipnya metode ini sama dengan metode Brown, kecuali metode

ini menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung. Sebagai gantinya,

Holt memuluskan nilai

trend

dengan parameter yang berbeda dari parameter

yang digunakan pada data asli. Pemulusan eksponensial Holt menggunakan dua

konstanta pemulusan (

α dan β)

yang bernilai antara 0 dan 1 serta memiliki tiga

persamaan. Pola data yang sesuai adalah stasioner, dan pola

trend

konsisten.

35

Bowerman, dkk, “

Forecasting and Time

Series an Applied Approach.”

Dalam Hapto Stato,

(43)

4.

Damped Trend Exponential Smoothing

Metode ini menambahkan paramater

damping trend

(

),

damping trend

ini bernilai antara 0 dan 1. Parameter yang digunakan dalam metode ini terdiri

atas tiga indikator, yaitu level (α), trend (β), dan

damping trend

(

).

[image:43.612.79.575.204.688.2]

I.

Review Studi Terdahulu

Tabel 2.1

Review Studi Terdahulu

No

Judul Penelitian

Metode

Hasil Penelitian

Perbedaan

1

Risk dan Return

Saham Perusahaan

Industri

Barang

Konsumsi

Bursa

Efek Jakarta oleh

Anwar

Ramli.

Jurnal

Aplikasi

Manajemen Vol.5

No.4

Nopember

2010.

Untuk menghitung risk dan

return

saham

Perusahaan

Industri

Barang

Konsumsi

digunakan

metode

CAPM

Variabel yang digunakan;

R

i

: Sampel Saham Industri

Barang Konsumsi

R

f

: SBI,

R

m

:

return

indeks IHSG

Dari 15 saham yang

diteliti,

memiliki

tingkat risiko β

˂

1,

yang berarti saham

yang

tergolong

Industri

Barang

Konsumsi umumnya

bergerak lebih lambat

dari pasar.

Selain

itu,

hasil

analisis

juga

menunjukkan bahwa

return

yang

diharapkan dari setiap

jenis

saham

mengikuti

besarnya

risiko

.

Penulis

menghitung

return

saham

yang berbeda,

yaitu

kelompok

saham

JII.

Selain metode

CAPM,

penulis

juga

menggunakan

metode

APT

dalam

memprediksi

return

saham.

2

Analysis

on

the

Implementation of

Capital

Asset

Pricing Model in

Predicting

Stock

Untuk

menghitung

return

kelompok

saham

LQ45

digunakan metode CAPM, dan

untuk membandingkan antara

actual return

dan

expected

Pada saham SMGR,

TLKM,

ANTM,

RALS, INDF, AALI,

INTP, HMSP, ISAT,

dan GGRM tidak ada

Penulis

tidak

membandingka

n antara

actual

return

dan

(44)

oleh Agustiono dan

Ratna

Mariaty

Goni.

Jurnal

Eksekutif

Vol.2

No.1, April 2005.

return

digunakan uji

wilcoxon

signed rank test.

Variabel yang digunakan;

R

i

: Sampel kelompok saham

LQ45

R

f

: SBI

R

m

:

return

indeks LQ45

perbedaan

yang

signifikan

antara

actual

return

dan

expected

return

,

hanya pada saham

ASII

terdapat

perbedaan

yang

signifikan

antara

actual

return

dan

expected return

.

return

saham

,

tetapi

membandingka

n

antara

metode CAPM

dan

APT

dalam

memprediksi

return

saham.

3

Penggunaan

Metode

CAPM

dalam

Menilai

Risiko dan

Return

Saham

untuk

Menentukan

Pilihan

Berinvestasi pada

Saham JII Periode

Januari

2004-Desember

2008

oleh

Yesica

Yohantin. Skripsi,

Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi,

Universitas

Gunadarma, 2009.

Untuk menghitung risk dan

return

kelompok saham JII

digunakan metode CAPM

Variabel yang digunakan;

R

i

: Sampel kelompok saham

JII

R

f

: SBI,

R

m

:

return

indeks JII

Hasil penelitian adalah

ada 5 saham agresif

yaitu INCO, TBBA,

UNTR,

ANTM,

BUMI, dan INTP ; 6

saham

ber

excess

return

positif yaitu

ANTM, BUMI, INTP,

INCO, TBBA, dan

UNTR ; dan ada 6

saham

(hampir

keseluruhan)

yang

berkorelasi

linear

positif dan β yang

signifikan

yaitu

ANTM, BUMI, INCO,

TBBA,

TLKM,

UNTR.

Pilihan

investasi

terbaik

dilakukan pada saham

INCO, TBBA, UNTR,

ANTAM,

BUMI,

INTP, KLBF, TLKM,

UNVR.

Selain metode

CAPM,

penulis

juga

menggunakan

metode

APT

dalam

memprediksi

return

saham.

4

Pengujian Empiris

Konsistensi CAPM

di

Pasar

Modal

Indonesia Periode

Tolak ukur untuk menentukan

apakah CAPM konsisten di

Pasar Modal Indonesia atau

tidak apabila E(R

i

) dan R

i

Korelasi antara E (R

i

)

dan R

i

adalah 0, 195

dengan signifikan

0.01. Dari hasil

Penulis

tidak

menguji

(45)

Tahun 1991-2001

oleh Ima Suryani.

Tesis

Program

Manajemen Pasca

Sarjana UNIKOM,

2003

berkorelasi

positif

maka

CAPM konsisten dan apabila

berkorelasi

negatif

maka

CAPM tidak konsisten.

perhitungan tersebut

maka dapat

disimpulkan bahwa

CAPM konsisten di

pasar modal

Indonesia

return

saham,

melainkan

menghitung

return

saham

dengan

menggunakan

metode CAPM

dan juga APT.

5

Analisis

Return

dan

Risiko Kelompok

Saham

LQ45

dengan

Menggunakan

Model

APT

(

Arbitrage Pricing

Theory

) oleh Pepi

Mariana Chasanah.

Tesis

Program

Studi Manajemen

Agribisnis Sekolah

Pasca

Sarjana

Institut

Pertanian

Bogor 2008

Untuk menghitung risiko dan

return

kelompok saham LQ45

digunakan metode APT dan

untuk mengetahui seberapa

besar

pengaruh

variabel

ekonomi terhadap

return

dan

risiko

digunakan analisis linier

berganda.

Variabel yang digunakan;

Ri : Sampel Saham LQ45

Rf : SBI,

F:

surprise

suku bunga SBI,

surprise

inflasi dan

surprise

kurs Rp/USD dan

surprise

IHSG

Hasil

penelitian

dengan menggunakan

regresi

linier

berganda

menunjukkan bahwa

ternyata

return

dan

risiko pada saham

sampel

kelompok

LQ45

dipengaruhi

oleh

variabel

ekonomi.

Selain

itu

saham

ASII,

ISAT,

dan

UNVR

merupakan

saham

agresif,

sedangkan saham

AALI, ANTM, GJTL,

TKIM, BBCA, dan

PTBA

merupakan

saham

yang

defensive.

Penulis

tidak

menguji APT

dalam

memprediksi

return

saham,

melainkan

menghitung

return

saham

dengan

menggunakan

metode CAPM

dan juga APT

kemudian

membandingka

nnya.

6

Perbandingan

Keakuratan

Capital

Asset

Pricing

Metode

dan

Arbitrage Pricing

Theory

Dalam

Memprediksi

Tingkat Pendapatan

Saham

Industri

Manufaktur

Sebelum

dan

Keakuratan metode CAPM

dan APT diukur dengan Mean

Absolute Deviation (MAD),

dan untuk membandingkan

keakuratan antara metode

CAPM dan APT digunakan uji

t student.

Variabel Model CAPM;

Ri : Sampel Saham Industri

Manufaktur

Rf : SBI,

Terdapat

perbedaan

yang signifikan antara

keakuratan

CAPM

dengan APT dalam

memprediksi

return

saham

industri

manufaktur sebelum

dan

semasa

krisis

ekonomi, dan metode

CAPM maupun APT

masih kurang akurat

Penulis

menggunakan

metode CAPM

dan APT untuk

menghitung

return

saham

yang berbeda,

yaitu

(46)

Semasa

Krisis

Ekonomi

oleh

Gancar

Candra

Premananto

dan

Muhammad

Madyan.

Jurnal

Penelitian

Dinamika

Sosial

Vol.5 No.2 Agustus

2004: 125-139.

Rm:

return

IHSG,

Variabel Model APT;

Ri : Sampel Saham Industri

Manufaktur

Rf : SBI,

F:

surprise

suku

bunga,

surprise

inflasi dan

surprise

kurs Rp/USD.

dalam

memprediksi

pendapatan

saham

industri manufaktur.

7

Mean

Absolute

Deviation Capital

Asset

Pricing

Model

Dan

Arbitrage Pricing

Theory

Terhadap

Return

Saham

Industri

Manufaktur

oleh

Musdalifah

Azis.

Jurnal

Ilmiah

Masagena Kopertis

Wilayah

IX

Sulawesi, Vol. V

Ed. 1 Januari 2010.

Keakuratan metode CAPM

dan APT diukur dengan Mean

Absolute Deviation (MAD),

dan untuk membandingkan

keakuratan antara metode

CAPM dan APT digunakan uji

t student.

Variabel Model CAPM;

Ri : Sampel Saham Industri

Manufaktur

Rf : SBI,

Rm:

return

IHSG,

Variabel Model APT;

Ri : Sampel Saham Industri

Manufaktur

Rf : SBI,

F: perubahan BI Rate,

perubahan

inflasi dan

perubahan

kurs Rp/USD.

Terdapat

perbedaan

yang signifikan antara

keakuratan

CAPM

dengan APT dalam

memprediksi

return

saham

industri

manufaktur,

dan

metode

CAPM

maupun APT masih

kurang akurat dalam

memprediksi

pendapatan

saham

industri manufaktur.

Penulis

menggunakan

metode CAPM

dan APT untuk

menghitung

return

saham

yang berbeda,

yaitu

kelompok

saham JII.

8

Analisis

Penggunaan

Capital

Asset

Pricing Metode

dan

Arbitrage Pricing

Theory

dalam

Memprediksi

Return

Saham

Untuk menentukan metode

yang tepat dalam memprediksi

return saham JII digunakan

parameter Theil’s Inequality

Coeffisient (U), Adjusted

R-Square

dan

Estimated

Standard Error.

Variabel Model CAPM;

Metode CAPM lebih

tepat

dibandingkan

metode APT dalam

memprediksi

return

saham Kelompok JII.

Penulis

menggunakan

tahun

(47)

Kelompok

Jakarta

Islamic Index

oleh

Andam Dewi. Tesis

Program

Studi

Manajemen

Agribisnis Sekolah

Pasca

Sarjana

Institut

Pertanian

Bogor 2006.

Ri : Sampel kelompok saham

JII

Rf : bonus SWBI

Rm:

return

indeks JII,

Variabel Model APT;

Ri : Sampel kelompok saham

JII

Rf : bonus SWBI

F : perubahan Inflasi IHKG

(I

Gambar

Tabel 4.1 Rata-Rata Return Saham Per Bulan Perusahaan JII Tahun 2009-2012 ..  53
Tabel 4.13 Risiko Sistematis (Beta) IHSG ............................................................
Gambar 2.1 Risiko Sistematis dan Risiko Nonsistematis ....................................
Gambar 2.1. Risiko Sistematis dan Risiko Nonsistematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pada Independent Sample Test menunjukkan bahwa H0 ditolak, yaitu terdapat perbedaan akurasi antara Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan

Perbandingan Return Saham Lq45 Di Bursa Efek Indonesia Dengan Menggunakan Capital Asset Pricing Model (Capm) Dan Arbitrage Pricing Theory (Apt).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan perbandingan keakuratan model Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam memprediksi

Perbandingan Return Saham Lq45 Di Bursa Efek Indonesia Dengan Menggunakan Capital Asset Pricing Model (Capm) Dan Arbitrage Pricing Theory (Apt).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memprediksi Return Saham LQ45 di Bursa Efek

Hasil komparasi kinerja portofolio optimal berdasarkan model analisis Single Index Model (SIM), Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) membuktikan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai return saham sektor perbankan yang dihitung dengan Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage

HIPOTESIS PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akurasi dari metode CAPM dan APT dalam perhitungan expected return pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek