Oleh
HERMIN RUSLIANA
NIM: 1984515013
JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI'AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari 'ah untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
GelarSarjana Syari 'ah
Oleh
HERMIN RUSLIANA NIM: 1984515013
Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari'ah
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah
Jakarta
SAUDI ARABIA (Studi Analisis Kasus Peleeehan Seksual TKW Indonesia)".
Telah di Ujikan Dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Juli 2002 Ml 27 Rabiul Akhir 1423 H . •
Skripsi Ini Telah Di Terima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar
Sarjana Program Strata l (SI) Pada Jurusan Jinayah Siayasah.
Jakarta, 23 Juli 2002 M
Mengesahkan
ャセ。MoZィL@
Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA NIP. 150 050 917
Panitia Sidang Munaqasyah
Anggota: PembimbZ
Dr. H. Muhammad Abdul! Malik NIP. 150 094 301
mad Amin Suma SH MA
Penguji II
.Jl.
ncl 'To
.JI.[[
<Peop[e Wlio <;ave rrheir Support 'To .'.Me
'"Waliai pecinta /(s6enaran! Sougsong aan [J'imggamfali §s6e11ara11 .... 'VfJafau untul(,itu .. Se{urufi §sfiormatan, 。イッァ。ョウセ@ status quo,
'/Vpentingan, tfan fssom6011gan ligfian align 6inasa .. Namu11 6agi pecinta /(s6enaran, me11gam6i{ /(s6eiulfan 611/ignfafi se6uafi ai6, 'l(pugia11, ataupun fslii11aan! !Bagi pecinta /(s6e11ara11, ai6 aan /(sfii11aa11 aaafali
'fatligfa tetap 6ersili..,ufiJtfi aafam iJsesatan aan fssafafian .. !
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufiq, dan hidayahnya-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidaklah begitu saja dapat diselesaikan, melainkan dengan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan mendalam kepada:
1. Dekan Fakultas Syari'ah, Bapak Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA.
2. Ketua Jurusan Jinayah Siyasah, Bapak Dr. Yunasril Ali, MA, dan Sekretaris Jurusan, Bapak Asmawi M. Ag.
3. Pembimbing penulis, Bapak Dr. H. Muhammad Abduh Malik, yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap dosen Fakultas Syari'ah yang telah memberikan bekal Ilmu Pengetahuan kepada penulis.
Atase Agama Kedutaan Arab Saudi di Jaka11a.
7. Segenap pengurus dan staff LSM LABMI-SP (khususnya Mbak Heni
Khusnayaeni) yang telah banyak memberikan infomasi dah masukan atas
penulisan skripsi ini, Mas Heru di LBH APIK yang tidak bosan-bosan menerima
telpon penulis, Mas Wahyu di Konorsium Buruh Migran Indonesia, Sahabati Hj.
Habibah Nur Dina Direktur PT. Sabika Arabindo, dan Bapak Drs. Tukiman, MM
Staff Perlindungan Tenaga Ke1ja Indonesia di Depnakertrans.
8. Penghargaan dan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada Ibunda Hj.
Herlina Lajmi yang telah banyak memberikan dorongan moril dan bantuan
materil yang tiada terhitung banyaknya ( semoga hara pan dan doa-doa ibunda
yang bersama-sama penulis panjatkan di multazam dan raudhoh di ijabahi Allah
SWT), Bapak Widarto yang telah mendampingi ibunda dan menyayangi penulis
setulus hati (semoga allah SWT tetap memberikan kekuatan untuk tetap
menyayangi penulis), kakanda tercinta Achmad Zakaria Fitriah dan Nur Najmiah
(se1ia bidadari kecil Fiore!), Mas Budi dan Mba Reni, yang telah memberikan
banyak bantuan dan spirit kepada penulis. Adik-adikku yang tersayang, Erlin Tri
Wahyuni (yang dengan setianya selalu membantu dan mengantar penulis), Putra
(si hitam manis yang selalu menyayangi penulis dan menemani disaat pengetikan
dan semoga Allah SWT mengekalkan persahabatan kita). Sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan ide-ide yang segar pada penulis, !nay dan Ke!. Bapak Sutoyo, Nunung, Syarifah, Selly, Biyan, Wafa, Eva, wong ele' (I must reafize rig/it?), Muklis, dan Iwan
Akhimya dengan menyadari segala kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri penulis sudah barang tentu hasil penelitian dan penuhsan skripsi ini disana-sini banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun metodologi. Oleh karena itu berbagai saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Kepada Allah SWT penulis memanjatkan do'a semoga Allah memberikan ganjaran pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil tersebut serta memohon taufiq dan hidayah-Nya semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis, keluarga penulis, umat Islam, bangsa dan negara tercinta. Amin.
Jakarta, 17 Rabiul Akhir 1423 H 28 Juni 2002 M
KATA PENGANTAR
DAFTARISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II. HUKUM PIDANA ISLAM DAN PELECEHAN SEKSUAL
A. Pengertian, Macam, dan Tujuan Hukum Pidana Islam
I. Pengertian Hukum Pidana Islam
2.
Jenis-Jenis Hukuman Pidana Islam 3. Tujuan Hukum Pidana IslamB. PELECEHAN SEKSUAL
I. Pengertian Pelecehan Seksual
2.
Pelecehan Seksual Menmut Hukum Positif 3. Pelecehan Seksual Dal am Pandangan Islamiii
VI 1 1 5 78
910
10
10
1114
18
18
20
22
BAB III. TENAGA KERJA WANITA DI ARAB SAUDI DAN UPAYA
PERLlNDUNGANNY A 33
A. Sekilas Tentang Arab Saudi 33
I. Letak Geografis 33
2. Keadaan Demografis 34
3. Faktor Penarik
46
4.
Pelecehan Seksual Terhadap TKW46
c.
Upaya-Upaya Perlindungan49
I. Perlindungan Hukum Bagi TKW
49
2. Posisi Tawar Buruh Migran Indonesia 53
BABIV. ANALISA KASUS PELECEHAN SEKSUAL TENAGA KERJA WANITA
A. Analisa Sosiologis B. Analisa Yuridis
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran-Saran
DAFT AR PUST AKA
LAMP IRAN-LAMP IRAN
58
58
64
69
69
71
A. Latar Belakang Masalah
Saudi Arabia merupakan salah satu negara tujuan bekerja bagi Buruh
Migran Indonesia. Ribuan Buruh Migran Indonesia (terutama Tenaga Kerja Wanita)
mencari nafkah di salah satu negeri di kawasan Timur Tengah ini. Kontribusi Buruh
Migran Indonesia di Arab Saudi jelas sangat membantu kcmakmuran ncgara itu,
karena hampir seluruh pekerjaan domestik -pekerjaan rumah tangga- di seluruh
keluarga Arab Saudi dikerjakan oleh Buruh Migran yang mayoritas berasal dari
Indonesia.
Kekayaan Sumber Daya Alam (migas) dan non 1mgas yang dimilikinya
menjadikan negara Arab Saudi sebagai negara maju yang berkembang pesat.
Perkembangan ini kemudian berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan tenaga
kerja. Peluang ini dimanfaatkan oleh para calon tenaga kerja asal Indonesia untuk
mengisi formasi disegala sektor tersebut.
Dari sisi kepentingan Buruh Migran Indonesia, beke1ja di Arab Saudi tidak
serta merta memenuhi keinginan dan meningkatkan kesejahteraan buruh tersebut.
Telah banyak laporan dan kesaksian yang memperlihatkan realitas penderitaan yang
dialami oleh Buruh Migran Indonesia di Saudi Arabia. Kasus-kasus kekerasan fisik
dan seksual, pemerkosaan, dan bahkan pembunuhan sering dialami Buruh Migran
Istilah populer yang biasa digunakan untuk Buruh Migran Perempuan atau
Tenaga Kerja Perempuan adalah Tenaga Kerja Wanita, yang selanjutnya disebut
TKW.
Ironisnya Saudi Arabia yang merupakan sentra munculnya agama Islam
terutama karena adanya dua kota suci (Makkah dan Madinah), dan juga merupakan
negara yangjelas-jelas menerapkan syari'at Islam secara murni dan utuh dapat terjadi
beberapa kasus amoral baik yang berbentuk kekerasan fisik, seperti: pelecehan
seksual, pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan, dan lain-lain, maupun kekerasan
non fisik, seperti: mencaci-maki dengan kata-kata kotor dan kasar, merendahkan
harkat dan martabat dirinya sebagai manusia, juga gaji yang tidak dibayar sampai
beberapa bulan, bahkan adanya Pemutusan Hubungan k・セェ。@ (PHK) secara sepihak
tanpa alasan yang jelas. Tennasuk juga kekerasan non fisik adalah kontrak kerja yang
tidak sesuai dengan pekerjaannya, juga jam kerja yang melampaui batas. 1
Selain itu ada persepsi dikalangan bangsa Arab bahwa yang namanya
Pembantu Rumah Tangga itu sama halnya dengan budak atau
amah
yang bisadiperlakukan semau mereka. Hal ini pernah diungkapkan oleh KH. Abdurrahman
Wahid, yang ketika itu masih menjabat sebagai Presiden, beliau mengatakan pada
sebuah acara dialog ketika berkunjung ke pangkalan Brimob Depok. Menurutnya,
"Mereka bangsa Arab masih terikat dengan hukum Islam kuno yang percaya adanya
1
YLKI dan The Ford Fondation, Kekerasan J'erhadap Perempuan, Program Seri Lokaka1ya
perbudakan, sehingga mereka masih menganggap bahwa yang namanya Pembantu
Rumah Tangga itu sama halnya dengan amah atau budak.2
Jadi, kasus kekerasan yang terjadi (pemerkosaan, pelecehan seksual,
penyiksaan, dll) yang dialami TKW-PRT di Saudi Arabia tidak terkait langsung
dengan keterampilan mereka. Kekerasan tersebut lebih karena perempuan memang
sangat rentan terhadap kekerasan. Dan TKW itu sendiri sering kali dianggap sebagai
budak.3
Sebagai perempuan dalam konstruksi masyarakat patriarkis, mereka
-TKW-rentan terhadap tindak kekerasan yang berbasis pada diskriminasi jender. Kasus
pelecehan seksual, kekerasan fisik, pemerkosaan yang mengakibatkan kematian
masih sering dialami TKW kita. Pelecehan seksual itu sendiri termasuk tindak
kekerasan terhadap perempuan yang perlu digugat karena merupakan manifestasi
ketidakadilan sehubungan dengan peran dan perbedaan jender. 4
Menurut Selma Safitri dari Biro Advokasi Solidaritas Perempuan, pengiriman
TKW ke luar negeri sama saja dengan praktek perdagangan perempuan, karena yang
mengambil keuntungan dari para TKW sangat banyak, antara lain : Calo di desa,
Camat pembuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), Calo-calo Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia (PJTKI), Pegawai Imigrasi yang membuat Paspor, Agensi (PJTKA),
majikan di luar negeri, dan sebagainya. Tetapi yang paling menyedihkan, banyak
2
Gus Dur: Ada Yang Salah Persepsi Terhadap Bangsa Arab, Republika, (Jakarta), 3 Maret 2000, h. 3
3 TKW Masih Dianggap Sebagai Budak, Repub/ika, (Jakarta), 9 September 2000, h. 11
4
para calon TKW .5 Dalam penyelesaian kasus pun para TKW 1i1dak memiliki akses
hukum yang kuat sebagaimana halnya Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Saudi
yang non pembantu ramal1 tangga.
Diam-diam sengaja atau tidak kita telal1 membiairkan ketidakadilan
berlangsung pada sekelompok perempuan yang bekerja sebagai Pembantu RurnalJ
Tangga di luar negeri (TKW-PRT). TKW bukan sekedar sebuah singkatan Tenaga
Kerja Wanita, pada sebutan ini tersandang ciri salalJ satu lapisan atau kelompok
masyarakat Indonesia moderen saat ini dengan tiga unsur penting yaitu, jender,
buruh, dan orang asing (foreigner). Sejauh ini di banyak tempat pada ketiga unsur itu
terdapat relasi kekuasaan yang menindas. Pemerintal1 memang memahkotai mereka
dengan sebutan "Paltlawan Devisa". ApalalJ arti mahkota itu jika kenyataannya
mereka tercabik-cabik, terkapar dan terhina. Perempuan dan Pembantu RumalJ
Tangga letaknya dibelakang, balikan paling belakang disebualJ ruangan yang bemama
dapur, dibutuhkan namun dilewatkan dalam perhitungan ekonomi, politik.
Kerentanan TKW bersifut struktural menyangkut ketinJpangan relasi kekuasaan
buruh-majikan, perempuan-laki-laki, warga negara-non warga negara.
Secara individual memang tidak semna TKW berada dalam situasi yang
inenghempaskan nilai-nilai kemanusiaan mereka, nanrnn secara sosial mereka
cenderung berada dalam posisi tawar yang sangat lemalJ.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berangkat dari luas dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh
Tenaga Kerja Wanita, khususnya yang bekerja di Saudi Arabia seperti yang diuraikan
diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini pada masalah
pelecehan seksual yang mereka alami di tempat kerja, dan Arab Saudi sebagai negara
yang dipilih penulis berdasarkan pertimbangan :
1. Mengacu pada data yang direkapitulasi LSM Solidaritas Perempuan tentang
pengaduan kasus pelecehan seksual yang paling banyak dialami oleh para
TKW, ternyata Saudi Arabia-lah yang paling banyak kasusnya dibanding
negara Timur Tengah lainnya (lihat tabel 2, BAB III Pembahasan skripsi
ini). Dan penempatan TKW ke Arab Saudi jumlahnya yang terus meningkat
dari tahun ke tahun (lihat tabel 4, BAB III).
2. Saudi Arabia merupakan negara Islam yang hukumnya berdasarkan syari'at
Islam, yang mana Undang Undang Dasamya adalah Qur'an dan
Al-Hadist, didukung pula dengan adanya dua kota suci al-Haramain (Mekkah
dan Madinah) yang merupakan sentra umat Islam dan tempat turunnya
Al-Qur'an.
Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, Penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Hukum Pidana Islam diimplementasikan di Saudi Arabia dalam
2. Apa yang melatar belakangi terjadinya berbagai peristiwa pelecehan seksual
yang dialami TKW Indonesia?
3. Sudah memadaikah perangkat hukum dari kedua negara (Saudi Arabia dan
Indonesia) dalam rangka proteksi TKW?
Selanjutnya yang dimaksud dengan :
Hukum Pidana Islam
Saudi Arabia
Pelecehan Seksual
Kumpulan aturan yang mengatur cara melindungi
dan menjaga keselamatan hak-hak dan kepentingan
masyarakat ( negara) dan anggota-anggotanya dari
perbuatan yang tidak dibenarkan, yang
berlandaskan asas atau pokok agama.6
: Sebuah negara berbentuk kerajaan berpenduduk ±
8.000.000 jiwa dan merupakan negara dengan
wilayah terbesar di Timur Tengah. 7
Semua tindakan seksual atau kecenderungan
bertindak seksual yang bersifat intimidasi non fisik
(kata-kata, bahasa, gambar) atau fisik (gerakan
kasat mata dengan memegang, menyentuh, meraba,
mencium bagian tubuh tertentu) yang dilakukan
seorang laki-laki atau kelompoknya terhadap
6
Ahmad Hanafi, Penganlar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995),
Cet. ke-7, h. 47
7
Cyrill Glasse, terj. Gufron Mas'adi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Tenaga Kerja Wanita
perempuan atau kelompoknya yang keseluruhan perbuatan itu mengarah pada keinginan melakukan hubungan seksual. 8
: Tenaga Kerja Perempuan yang merupakan warga negara Indonesia yang melakukan pekerjaan di bidang domestik (Pembantu Rumah Tangga) yang bekerja di Saudi Arabia.
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini, pertama adalah untuk memenuhi salah satu syarat yang wajib ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Selain itu, tujuan penulisan skripsi ini dimaksudkan agar pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini pemerintah yang diwakili oleh Depnakertrans, Deplu, Kantor Imigrasi, DPR sebagai wakil rakyat, Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI) mewakili agensi, serta LSM untuk bersama-sama memikirkan nasib para perempuan pekerja yang nasib serta hak-hak mereka berada di keknasan pihak-pihak ini. Setelah melihat realitas permasalahan yang ada seputar TKW ini, diharapkan agar instansi terkait terselJut mengambil langkah-langkah positif untuk menangani ha! ini.
8
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini Penulis mengumpulkan data melalui :
1. Riset Kepustakaan (Library Research) yaitu, penulis membaca dan menelaah
buk:u-buku, ensiklopedi, majalah, surat kabar, dan berbagai rujukan lainnya yang
berkaitan dengan pokok pembahasan.
2. Wawancara (Interview) yaitu, pengumpulan sejumlal1 data dengan cara
mengadal'an tan ya jaw ab langsung pada sumber data. Wawancara ini dilakukan dengan berbagai pihak dari instansi pemerintal1 maupun non pemerintah (NGO),
yang dalam hal ini Penulis mewawancarai sekaligus memohon data pada
Lembaga Advokasi Buruli Migran Indonesia-Solidaritas Perempuan
(LABMI-SP), 9 PT. Sabika Arabindo, 10 dan beberapa mantan TKW eks Saudi.
Metode pembal1asan skripsi ini dengan metode deskiiptif analitis, yait:u
memaparkan sejumlah data yang berkaitan dengan pokok bahasan kemudian di
analisa penyebabnya.
Adapun teklmik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku "Pedoman
Penuliasan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta", serta
buku-buku lain yang ada kaitannya dengan tekllnik penulisan skripsi, dengan
beberapa pengecualian sebagai berikut:
9
Sebuah LSM yang menangani soal advokasi TKW, terutama mengenai penyelesaian permasalahan Tenaga KerjaWanita fudonesia {TKW) di Arab Saudi, berdiri tm1ggal I 0 Desember
1990
10
Sebual1 Perusahaan Penyelenggara Pengiriman TKI khususnya ke Timur Tengah, berdiri
1. Dalam daftar kepustakaan Al-Qur'an ditulis pada urutan pertama lalu disusul
oleh yang Jain menurut abjad.
2. Terjemahan dari ayat-ayat Al-Qur'an berpedoman pada "Al-Qur'an dan
Terjemahnya", terbitan Departemen Agama RI Tahun 1998.
E. Sistematika Penyusunan
Untuk memudahkan dalam mengarahkan skripsi m1, penulis membuat
sistematika sebagai berikut :
Bab Pertama, berisi Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penulisan, Metode
Penulisan, dan Sistematika Penyusunan.
Bab Kedua, membahas Pengertian, Macam, dan Tujuan Hukum Pidana Islam,
dan Pengertian, Macam dari Pelecehan Seksual serta Pelecehan Seksual menurut
Hukum Positif dan Dalam Pandangan Islam.
Bab Ketiga, dipaparkan tentang Letak Geografis dan Keadaan Demografis
Saudi Arabia, Peraturan Ketenagakerjaannya, dan membahas tentang Tenaga Kerja
Wanita yang meliputi: Pengertian Tenaga Kerja Wanita, Motivasi menjadi TKW,
Faktor Penarik, dan Pelecehan Seksual TKW, serta Upaya-upaya Perlindungan
Hukumnya.
Bab Keempat, tentang Analisa terhadap terjadinya berbagai kasus pelecehan
seksual TKW Indonesia di Saudi Arabia, yaitu analisa secara sosiologis dan yuridis.
A. Pengertian, Macam, dan Tujuan Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Huknm Pidaua Islam
Huktun Pidana Islam adalah ktunpulan aturan yang mengatur cara melindungi dan menjaga keselamatan hak-hak dan kepentingan masyarakat (negara) dan anggota-anggotanya daii perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan.1
Huktun Islam adalah huktun yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para pemeluknya dimanapun mereka berada, baik menyangkut huktun muamalah dan lain-lain sebagai huktun piivat, maupun jincyat atau pidana sebagai huktun publik. Untuk lebih memberi wawasan yang luas bagi kita tentang apa itu Hukt1m Pidana Islam, ada baiknya kita melihat berbagai definisi Huktun Pidana Islam itu sendiri.
Hukum Pidana Islam menurut Ibrahim Hosen adalah seperangkat aturan baik yang berupa peiintah atau larangan untuk menjamin kemaslahatan manusia yang mana dalam hal-hal tertenh1 aturan itu disertai huktunan dnniawi (disamping huktunan ukhrowi ten tun ya ) ketika ha! tersebut dilanggar . 2
Sementara ih1 Prof. Ali Mansur dalam Asas al-Tasyrie' a/-Jina'iy al- Islami
mengatakan bahwa Huktun Pidana Islam adalah bagian daii syaiiat Islam yang 1
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hu/mm Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang), Cet.
ke- 7, It 47
2 Ibrahim Hasen, Jenis-.!enis Hukuman Da/am Hu/mm Pidana Islam Dan Perbedaan Jjtihad
Ulama Dalam Penerapannya, Mimbar Hukuni, (Jakarta: Ditbinbapera Islam, 1995) No. 20 Tun. VI, h.
berlandaskan asas atau pokok agama. Agama yang memiliki kesucian dan
kehonnatan memberikan jaminan bagi Hukum Pidana Islam akan kekuatan dan
keberlakuannya dan dengan akidah seorang muslim dan kesadaran agamanya dari
satu segi dan juga karena pengaruhnya terhadap aturan-aturan sosial dalam Islam dari
segi lain.3
Sedangkan al Mawardi dalam al-Ahkam al- Sulthoniyyah memberi definisi
tentang Hukum Pidana Islam yaitu larangan-larangan Allah yang atas pelanggarannya
diancam dengan hukuman had atau ta'zir. 4
Jadi, Hukum Pidana Islam itu bagi seorang muslim memiliki bobot tersendiri
karena berhubungan dengan keyakinan keagamaan, disamping eksistensinya sendiri
sebagai aturan sosial kemasyarakatan dalam Islam. Karena itu tingkat kepatuhan
seorang muslim terhadap pelaksanaan Hukum Pidana Islam mempunyai korelasi
yang erat dengan keimanannya, bukan semata-mata karena pengawasan penegak
hukurnnya.
2. Jenis-Jenis Hukuman Pidana Islam
Pembagian Hukuman jika dilihat dari jenis perbuatannya ada empat macam
yaitu : hudud (jama' dari had), qishas dan diyat, serta ta 'zir. Tc:tapi menurut sebagian
ulama ada satu lagi jenis hukuman yang ditetapkan oleh hukum Islam yaitu ktfarat. 5
3 Ali Mansur, Asas al-Ta;yrie 'al-Jina 'iy al-Islami, (Abu Dhabi : Wizarah Adli wa
al-Syu'un al- Islamiyah wa al-Auqof, 1980), h. 5
4
Dibawah ini akan dipaparkan sekilas tentang jenis-jenis hukuman yang
disebutkan diatas.
a. Had
, '
· ' ', I I
._,,_...,.,..
Had menurut Abdul Qodir Audah adalah hukuman-hukuman pasti yang
merupakan hak Allah. Makna hukuman pasti adalah terbatas clan tertentu yang tidak
memiliki batasan minimal dan batasan maksimal. Sedangkan makna hak Allah adalah
tidak menerima pengguguran (hukuman) baik dari individu-individu maupun
golongan. 6
Hukuman had ada dua macam. Pertama, hukuman yang merupakan hak Allah
SWT. Kedua, hukuman yang merupakan hak manusia. Hukuman had yang berkaitan
dengan hak Allah ada dua macam, pertama, hukum atas meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang wajib. Kedua, hukum atas mengerjakan larangan. Adapun ketentuan
hukum bagi orang yang melakukan larangan-larangan ada dua ha!, pertama hukum
'Ahmad Fathi Bahansyi, al-Uqubahfi al-Fiqh al-Is/amy, (Beirut :Daar al-Syuruq, t.t), ke-5, h. 13
6
Abdul Qadir Audah, Al-Tasyrie 'Al-Jinaiy A/-Js/amiy, Muqoronm.1 bi Al-Qo11111111 Al-Wadh 'i
atas pelanggaran terhadap larangan-larangan yang berhubungan dengan hak Allah
SWT, yaitu:
l) Perzinaan
2) Peminum minuman keras
3) Orang yang mencuri
4) Orang yang memerangi agama Allah
Kedua, hukuman atas pelanggaran teerhadap larangan-larangan yang berhubungan
dengan hak-hak manusia, yaitu ada dua macam :
I) Orang yang menuduh zina
2) Hukuman atas orang yang menuduh melakukan tindakan kriminal
b. Qishos clan Diyat
Qishos yaitu hukuman-hukuman pasti yang merupakan hak manusia. Makna
pasti karena hanya mempunyai satu jenis hukuman yang tidak ada batasan minimal
dan maksimal yang lebar seperti halnya hudud. Sedangkan makna hak manusia
bahwa jika si korban bisa memaafkannya maim, maaf itu menggugurkan hukuman
orang yang dimaafkan. Hal ini yang membedakan dari Jrnkuman had, dan yang
1) Membunuh dengan sengaja.
2) Membunuh semi sengaja.
3) Membunuh karena kesalahan.
4) Pelukaan atas selain diri dengan sengaja.
5) Pelukaan yang karena salah.
c. Ta'zir.
Tindak pidana ta 'zir adalal1 tindak pidana yang perbuatm1 tersebut dibukuni
dengan satu hukunian atau lebih dari hukunian-hukunian ta 'zir. Dan adapun yang
dimaksud dengan ta 'zir adalal1 mendidik. Dan agama tidak memberikan batasan atas
hukunian dari tiap-tiap tindak pidana ta' zir.
Dan tindak pidana ini tidak ditentukan syara' sebagainJana hudud dan qishos.
Yang jelas semua tindak pidana dilua!" hudud dan qishos adalal1 tennasuk tindak
pidana ta 'zir. Misalnya: riba, menghianati amanal1, strap, dll.7
3. Tujuau Hokum Pidana Islam
. Syariat Islam yang dibuat dan disustm bukan tanpa h\iuan, melainkan disana
ada tujuan-tujuan tertentu yang luas,yaitu mewujudkan kemaslahatan hidup manusia
7
secara inidividual dau sosial. Allah menyampaikan risalal1 wahyu-Nya kepada manusia lmtuk menjadi ral1mat bagi seluru11 mnmat manusia. Allah berfirman dalam surat (Al-Anbiya': 107)
0 ,,.,, 0 ti :0 ,, 0 ,, ,,
( \ . v
:ol,,;':11) ::r.,.JWJ ,:G,;.:J
':ii AャャZlセi@ t..j, ,
Artinya: "Dan tidak !ah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainka11 lUltuk menjadi ralunat bagi semesta alam."
Menurut Imam Abu Zahroh, penetapan aturan hukum Islam itu memplUlyai aral1 dan tt\juan tertentu Ada tiga hal yang menjadi arah dan tujuan penetapan hukum Islam, 8 yaitu:
a. Mendidk individu agar mampu menjadi smnber kebajikan ibagi masyarakatnya dan tidak menjadi stunber malapetaka bagi yang lain. Allah SWT berfrrman:
Artinya: "Sesimggulmya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mmlkar. Dan seslUlguhnya mengingat Allah (:;halat) adalah lebih
besar (keutamaannya dati ibadah-ibadal1 lain)." (QS. Al-Ankabut: 45) b. Menegakkan keadilan di dalam masyarakat secara internal diantara sesama
Artinya: "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada taqwa." (QS. AJ-Maidah: 8)
Ag1l!lla Isl1llll tidak membedakan manusia dari segi ketunman, suku bangsa,
warna kulit, dan sebagainya kecuali perbedaan kualitas taqwanya. Allah SWT
berfinnan:
Artinya: "Hai rnanusia, sesunggulmya Kami menciptakan k1llllu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan me1tjadilcan k1llllu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesunggnhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi A1lal1 ialah
orang yang paling bertaqwa diantara k1llllu." (QS. Al-Hujurat: 13)
c. Mewujudkan kemaslaliatan hakiki bagi manusia dan masyarakat.
Menurut imam Abu Zal1roh kemaslaliatan hakiki iht meliputi linia hal yang
disebut dengan istilal1 al-maqosid al .syari 'ah al khomsah (tl\jnan-tujnan syari'ah
yang linia) yaitu :
1) Hift al-Di in (memelihara agama)
2) Hift al-Najs (memelihara jiwa)
8
3) Hift al-Aqli (memelihara akal fikiran)
4) Hift al-Nasli (memelihara keturunan)
5) Hift al-Maal (memelihara harta)
Kelima hal diatas merupakan pokok kehidupan manusia di dunia dan manusia
tidak akan bisa mencapai kesempurnaan hidnpnya di duniua kecuali dengan kelima
hal tersebut. Karena itu kemuliaan manusia akan dapat dijaga dengan memelihara
kelima hal itu.
Dan masla11at itu mempunyai tiga tingkatan yaitu, ada yang bersifat dhornri,
hajjiy, dan tahsiniy. Yang bersifat dhornri adalali sesuatu ケ。ョZセ@ tidak boleh tidak
harus ada untuk te1wujuduya suatu maslaliat seperti kewajiban melaksanakan
hukunian had zina atas pelaku perbuatan zina, karena tanpa melaksanakan hukunian
had zina tersebut tidak akan bisa dipelihara anak keturunan manusia. Maslahat yang
be rs if at hajj iy adalali sesuatu yang dibutulikan untuk menolak timbulnya
kemudharatan dan kesusa11an dalam kehidupan manusia, seperti diharamkan melihat
aurat wanita karena dengan melihat aurat wanita akan mendorong seseorang untuk
berbuat zina. Maslaliat yang bersifat tahsiniy adalali sesuatu yang diperlukan untlik
mewujudkan kesempumaan hidup manusia, seperti keharaman seorang wanita keluar
ketempat-tempat umum dengan memperagakan perhiasan dan kecantikan dirinya.
Tegasnya tujuan Hukum Pidana Islam adalali imtuk mewujudkan
kemudhoratan dan mendatangkan kemaslahatan demi mew4judkan keadilan yang
mutlak.9
B. PELECEHAN SEKSUAL
1. Pengertian Pelecehan Seksual
Istilah tentang pelecehan seksual tidak dikenal dan diatur dalam
pemndang-undangan kita. Istilah ini sendiri hadir dalam perbendaharaan barn pada tahun 1988,
yakni sewaktu diadakan seminar tentang pelecehan terhadap perempuan yang
diselenggarakan oleh FISIP UI.10 Namun jika dimasukkan ke clalam KUHP dapat
digolongkan sebagai kejahatan terhadap kesusilaan yang dikenakan pasal 294 KUHP
yaitu pelecehan seksual yang khusus terjadi di tempat kerja, 281 KUHP yaitu tentang kejahatan kesusilaan, pasal 297 KUHP tentang larangan memperdagangkan
perempuan, dan pasal 315 KUHP memsak kesopanan didepan umum. Dibawal1 ini
akan dijelaskan tentang definisi pelecehan seksual.
Pelecehan Seksual itu adalal1 setiap perbuatan yang memaksa seseorang
terlibat dalam suah1 hubungan seksual atau menempatkan seseorang sebagai objek
perhatian seksual yang tidak di inginkannya. Pada dasarnya perbuatan itu dirasakan
atau difal13111i sebagai merendal1kan dan menghinakan pihak yang dilecehkan sebagai
9 Hasby as- Siddieqy,
Fa/safah Hu/mm Islam, ( Jakarta:PT. Bulan Bintang, 1983), h. 123
10
manusiau Bentuk-bentuk pelecehan seksual itu sendiri adalah berupa siulan,
kata-kata, komentar, bisikan, gambar, memegang, menyentuh, meraba, mencimn
bagian-bagian tubuh tertentu yang keseluruhannya mengarah pada keinginan untuk
melakukan hubungan seksual.
Martin Eskenzi dan David Gallen mendefinisikan Pelecehan Seksual -Sexsual
Harrassment- sebagai berikut: 12
"The exact definition is imprecise. It varies from case to case. It depends on the nature and seriousness of the conduct and whether it is repetitive or not,
but in all instances it must be sexual conduct of on unwelcome nature."
"Sebenarnya definisi pelecehan seksual itu tidak pasti. Hal itu berbeda-beda dari satu kasus ke kasus. Tergantung dari sifat dan keseriusan dari tingkah laku dan apakah ha! itu terjadi berulang atau tidak tetapi pada setiap seluruh kejadian perbuatan itu merupakan periiak"U seksuaJ sikap yang tidak diinginkan atau disukai".
Pengertian lainnya dikemukakan oleh Sanistuti (dalam Doi Djoeni, 1994 :4 ),
pelecehan seksual adalah semua tindakan seksual atau kecenderungan bertindak
seksual yang bersifat intimidasi non fisik (kata-kata, bahasa, gambar) atau fisik
(gerakan kasat mata dengan memegang, menyentuh, meraba, mencilllll) yang
dilakukan seorang laki-laki atau kelompoknya terhadap perempuan atau
kelompoknya.
11 Ibid.,
h. 16
12
2. Peleceban Seksnal Menurnt Hukum Positif
Pengaturan hukmn pidana mengenai pelecehan seksual dapat dilihat dalam
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukurn Pidana (KUHP), yang clalam ha! ini berarti
bahwa pelecehan seksual dinyatal<an sebagai tiudak pidana, dinyatalrnn sebagai
tiudakan atau perbuatan yang dilarang dan pelakunya diancam sangsi pidana. Dalam
KUHP ada ketentuan mengenai kejahatan kesusilaan (BAB XN Buku Kedua) clan
pelanggaran kesusilaan (BAB VI Buku Ketiga), seperti pemaksaan yang tidak
menyenangkan, perbuatan cabul, perzinaan, perkosaan, clan penghiuaan.
Istilah pelecehan seksual tidak dapat ditemukan dalam ketentuan KUHP,
tetapi bukan berarti bahwa tidak ada aturannya. Masih terdapat beberapa pasal dalam
KUHP yang dapat diterapkan terhadap perilaku pelecehan seksual. Oleh karena itu,
lebih baik jika dikatakan bal1wa menyangkut perilaku pelecehan seksual dalam
KUHP merupakan tindak pidana yang bersangkutan dengan kejahatan terhadap
kesusilaan atau pelanggaran kesusilaan.
Untuk kejelasaunya, dibawah nn dikutip pasal-pasal KUHP yang
bersangkutan dengan pelecehan seksual.
Pasal 294 : (I) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak
tirinya, anak angkatnya, anak dibawah pengawasaimya, yang belum cukup mnur, atau
dengan orang yang belmn cukup mnur yang pemeliharaaimya, pendidikan atau
penjagaaimya diserahkan kepadai1ya ataupw dengan bujangnya atau bawahannya
yang belmn cukup mnur, diancam dengan pidaiia penjara paling lama tujul1 tahw.
1. Pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah bawahannya, atan dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya,
2. Seorang pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas, atau pesuruh dalain penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumal1 salcit sosial, atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yai1g dimasukkan ke dalanmya.13
Pasal 281. Diancain dengan pidana penjara paling laina dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak lima ratus rupiah :
1. Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan,
2. Barang siapa dengan sengaja dan di muka orang lain yang ada di situ bertentangan kehendaknya, melanggar kesusilaan.
Pasal 297. Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cuk.up umur, diai1cain dengan pidana penjara paling laina enain tahun.
Pasal 315. Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang
tidak
bersifat pe.ncemaran atau pencemaran tertulis, yang dilakukai1 terhadap sesseorang, baik di muka mmun dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirirukan atau diterimakan kepadanya, diancain kai·ena penghinaan ringan, dengan pidana penjara paling laina empat bulan dua minggu, atau denda paling banyak tigaratus rupiah.13
3. Pelecehan Seksual Menurut Pandangan Islam
Pelecehan Seksual merupalcan perbuatan menyimpang yimg mengaral1 pada
perbuatan seksual yang dilalrukan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
dalam ha! ini melecehkan martabat kamn wanita sebagai objek seksual lawan jenisnya, serta agama. Islam secara tegas melarang adanya suatu hubungan seksual
antara laki-laki dan perempuan atau perbuatan yang mengarall pada seks itu sendiri
sebelllll1 mereka melangsungkan akad pernikalian. Hubungan seksual tanpa nikali
dalam Islam disebut zina.
Berbicara tentang perzmaan dalam kehidupan masyaralcat dapat dibedalcan
menjadi dua, yaitu:
Pertama, menurut saijana hukum dan apai·at penegalc hukmn ba11wa hubungai1
kelamin yang termasuk perzinaan adalali apabila dilalrukan oleh :
1. Seorang laki-laki beristri dengan perempuan yang btdmn istrinya.
2. Seorang perempuan bersuarni dengan laki-laki yang bukan suaminya.
3. Seorang pe1jalca atau duda dengan islli orang lain.
4. Seorang gadis ataujanda dengan suarni orang lain.
Adapun perzinaan yang dilalcukan oleh lalci-laki dan perempuan yang
masing-masing dan mereka belllll1 menikali, menurut KUHP tidalc disebut scbagai perzinaan.
Kedua, menurut Sarjana Muslinl atau para idama baliwa segala bentuk
hubungan kelarnin yang dilalrukan dilnar tali pernikahan termasuk kategori zina. 14
'14 Asyhami Abd Ghofar, Islam dan Problema Sosial Sekitar Pergaukm Muda-Mudi, (Jakarta:
Dalam perspektif moral Islam, seks didudukkan sebagai hal yang perlu
diwaspadai dengan zina sebagai rambu-rambunya, Allal1 SWT berJfrman:
,.. ,.. fl! ,, ,, セ@ ,.. " ,,. (f'I'
olr
GゥゥIセ@
,G)
:G..l.i
NZゥセsM
:S)
0Ji
ly';§
'1)
,.. ,.. ... セ@
Artinya "Dan janganlal1 kamu mendekati zina, sesm1gguhnya zina itu adalali suatu
perbuatan yang keji dan suatujalan yang buruk." ( Q.S. Al-Isra' : 32)
Pelarangan dalam soal seks bukan sekedar hub1mgan badan (koitus) yang
tidak sali. Segala hal yang mengarali atau mendekati zina juga dilarang,
rambu-rambu zina pada ayat diatas dipertegas Al-Qur'an dengan aturan menutup aurat,
mengendalikan pandangan, dan menjaga kemaluan . 15
Makua zina semakin luas dengan adanya hadist Rasulullah SAW yang
menterjemalikan zina tidak hanya koitus seperti disebutkan dalam hadist yang
diriwayatkan dari Abu Hurairoh :
"Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidal1 zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkal1 (berjalan) dan hatii yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisir) oleh kelamin atan digagall(armya."
(H.R. Bukhari ). 16
Menyangkut Pelecehan Seksual ini Islam tela11 memberi batasan yang jelas
dalam pola pergaulan pria dan wanita, tertatanya pola pakaian wanita kearali lebih
"Marzuki Umar Sa'bah, Seks dan Kita, (Jakarta: GIP, 1998), Cet ke-1, h. 17
16
tertutup, diperbaikinya rnentalitas seks pria clan wanita, dan hadirnya satu pola kehidupan yang rnerntmgkinkan manusia menemukan jati dirinya. 17
Hal ini bukan berarti Islam rnenolak keberadaan wanita dan melarang pembauran pria dan wanita, yang dikhawatirkan hanyalah penyalahgm1aan seks yang
tidak pada tempatnya.
Dan menyangkut hukmnan bagi pezma, Islam telah me:mberi aturan-aturan
yang jelah mengenai had zina ini. Bagi pezina muhson (mereka laki-laki clan
perernpuan yang sudal1 mnikal1) berzina maka, hukurnannya adalah dicarnbuk seratus
kali clan dirajam. Seclangkan bagi pezina yang ghairu muhson (Jaki-laki clan
perempuan yang belumn pemal1 menikal1) maka, hukumannya adalah dicambuk
seratus kali, dan diasingkan selarna satu tahlUl.18
Allali SWT berfinnan dalam surat An-Nur ayat 2 clan 3:
Artinya: " Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, clan jangmllali belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu lllliuk (me1tjalankan) agama Allal1, jika
17
kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan per.empuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik yang demikian itu diharamkan atas-atas orang-orang yang mukmin." (QS. An-Nur: 2 dan 3)
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya "Dengarkanlah aim, Allah telah menetapkan hukum bagi mereka itu, perjaka dan perawan yang berzina maka dikenakan hukuman cambuk sebanyak seratus kali dan diasingkan selama satu tahun, sedangkan pria yang sudah tidak perjaka dan perempuan yang tidak perawan (yang keduanya pernah bersetubuh dalam status perkawinan) maka dijatuhi hukuman cambuk dan dirajam." (HR. Muslim).
18
Menurut Imam Syafi'i dalam masalah perzinaan ini, hukum had bagi orang
kafir dan orang muslim adalah sama bentuknya, yakni dicambuk sebanyak seratus
kali dan diasingkan. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullahh SAW
telah menghukum rajam dua orang yahudi yang telah berzina (HR. Bukhori dan
Muslim).19
Pada dasarnya penetapan perbuatan zina itu ada tiga ha! pertama, pengakuan,
kedua, penyaksian dan sumpah dari saksi-saksi, dan ketiga qorinah (indikasi-indikasi
tertentu).
Adapun pengakuan, jika orang yang berzina itu orang yang berakal dan
mencapai usia baligh mengaku tanpa paksaan bahwa suatu kali ia telah berzina,
0
baginya dijatuhi hukuman had. Pengakuan itu menurut Imam Abu Hanifah dan Imam
Ahmad harus empat kali, karena dikiaskan kepada empat orang saksi ( QS. An-Nisa':
15). Juga di dasari hadist riwayat Abu Hurairah:
"' ' ,. ,, ,, ,, / ,, <> ,, ,,,, "' ' ... ,, ,, ,, ,,
セェ@
J'.
.Ji1J_,.'.,,j Jw
+)
\セ@ セ@ZP
;f'.?u
セェ@J'.
.;Ji1J_,.'.,,j
t;:
:Jw
セQZ^lゥ^@19
Artinya: "Dari Abu Hurairah ra berkata: telah datang seorang laki-laki muslim kepada
Rasulullah SAW dan pada waktu itu Nabi Muhammad sedang berada di
masjid maka beliau memanggilnya, maka berkatalah ia," Wahai Rasulullah
aku telah berzina." Nabi lalu berpaling dari orang i!11 (seolal1 tidak percaya)
dan mengalihkan pandangannya dari melihat laki-laki itu. Maka berkata
lagi laki-laki il11, "Wahai Rasulullal1 aku telah berzina." Maka Nabi
memalingkan lagi mukanya dari laki-laki itu dan mmgulanginya sampai
empat kali. Maka tatkala laki-laki itu mengucapkan :iyahadat empat kali
Rasulullah lalu memanggih1ya dan berkata, "Apakah engkau gila?"
Laki-laki itu meujawab,"Tidak." Lalu Nabi berkata,"Apakah engkau telah
menikah?" Laki-laki il11 menjawab,"Ya." Maka Rasulullah berkata,"
Pergilal1 kamu dengan dia dan rajamlah dia oleh kamu." (Hadist disepakati
oleh Bukhari dan Muslim) 20
Menurut Imam Malik dan Syafi'i, pengakuan i!11 cukup sekali, karena
merupakan berita dan berita tidak memerlukan pengulangan.
Hal kedua mengenai adanya penetapan perbuatan zina ini yaitu persaksian dan
sumpah dari saksi-saksi. Untuk membuktikan seseorang telah berzina dapat juga
dilakukan dengan pernyataan telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri
terjadinya perbuatan zina antara seorang pria dan wanita. Penyaksian dengan mata
20 A.
Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta: PT.
kepala sendiri ini dilakukan oleh empat orang saksi yang disyaratkan telah melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Demi menghindari adanya tuduhan sewenang-wenang terhadap seseorang karena dendam atau untuk mempennalukan orang atau untuk menjatuhkan martabat seseorang, maka bukti kesaksian atas terjadinya perbuatan zina mempunyai syarat-syarat yang ketat.
Sayyid Sabiq mengemukakan ada sepuluh syarat yang harus ada dalam
pemyataanjarimah zina,21 yaitu:
1) Saksi harus berjumlah em pat orang, jika kurang dari empat orang, maka persaksiannya tidak dapat diterima, berdasarkan firman Allah SWT :
Artinya: "Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh) itu delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya." (QS. An-Nur: 4)
21
"Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuaan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya)." (QS. An-Nisaa': 15)
"Mengapa mereka (yang menuduh zina) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-oang yang dusta." (QS. An-Nur: 13)
Dari ayat diatas jelas bahwa saksi zina harus empat orang, dan jumhur ulama mensyaratkan bahwa yang empat itu harus orang laki-laki. 22
Selain harus empat orang laki-laki para saksi itu harus melihat langsung kejadian zina tersebut, karena -menurut pendapat dari kalangan madzhab Imam Syafi'i tindak pidana hudud merupakan hak Allah yang tidak dapat ditetapkan kecuali dengan sesuatu yang meyakinkan betul, sedangkan persaksian yang tidak didasarkan kepada yang jelas -melihat dengan mata kepala sendiri- ha! itu akan menimbulkan syubhat. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : "Hindarilah hukuman hudud bilamana ada syubhat" (HR. Baihaqi)
22
A tho', Hammad, dan lb nu Hazm membolehkan tiga orang saksi laki-laki dan dua orang saksi perempuan, atau dua orang saksi laki-laki dan empat orang saksi perempuan. (lihat al-Mughni,
2) Saksi itu sudah baligh
Tanda-tanda baligh itu apabila telah berusia lima belas tahun atau telah telah
pernah mengalami mimpi jima' dengan lawan jenisnya atau datangnya haidh bagi
wanita.
3) Semua saksi adalah orang yang berakal sehat
Karena itu tidak diterima persaksian orang gila atau persaksian orang yang
kurang warns akalnya.
4) Keadilan
Saksi itu harus terdiri dari orang-orang yang adil. Allah SWT berfinnan dalam
QS. At-Thalaq: 2, dan QS. Al-Hujurat: 6
' , ,
(': J)\kll)
;,s:.:..
jセ@0)-'
1J¥1::,
, ' ,
5) Saksi itu beragama Islam
Persyaratan saksi itu hendaklah oang Islam, hal ini diberlakukan baik terhadap
orang Islam yang berperkara atau bukan, persyaratan ini disepakati oleh Imam-Imam
Madzhab.
6) Saksi itu benar menyaksikan
Saksi-saksi itu menyaksikan dzakar pria berada didalam faraj wanita seperti
Seperti Nabi berkata kepada Ma'iz:
.li...il.l4.
.Y,, .,.'Jc.,, J11
vl_,l.pJw
11
J_,...
)4. 'JJw
vp
JI o _r.P JI d,; .;.U..J_;,llJ •\,;. )J セij@ > J)I セ@ W'
Jt>
I"'"Jt;
セ@ 'J ('.'.:'_,..a.JI7) Ucapan saksi harus jelas menyebutkan masuknya bukan secara kinayah
8) Saksi berada pada satu tempat di tempat terjadinya perbuatan zina
Jadi tidak ada perbedaan waktu dan tempat penyaksian dengan waktu dan
tempat terjadinya perbuatan zina. Jika saksi-saksi itu datang menyaksikan secara
terpisah-pisah maka tidak diterima kesaksian mereka.
9) Saksi-saksi itu adalah laki-laki
Saksi-saksi untuk perbuatan zma disyaratkan semuanya laki-laki dan tidak diterima untuk perbuatan zina saksi perempuan.
I 0) Kesaksian itu tidak kadaluarsa
Apabila kesaksian orang orang yang menyaksikan terjadinya perbuatan zina
tidak diberikan pada waktu perkara di gelar, tetapi setelah lewat waktu maka
kesaksian itu tidak diterima karena menurut Umar bin Khattab ra kesaksian itu sudah
tidak objektif lagi tetapi sudah disertai unsur subjektif, seperti rasa dengki, dendam,
atau kasihan.
Batasan daluarsanya memang tidak pasti, artinya masing-masing ulama
mempunyai argumen yang beragam dalam penetapan masa daluarsanya. hnam Ahn
Hanifal1 menetapkan satu tahun sebagai batasnya, jika melewati masa satu tal1un
mempersoalkan hal ini, persaksian telah lewat satu tahun atau lebih, persaksian
mereka tetap berlaku.
Terakhir hal yang bisa dijadikan pembuktian perbuatan zina adalah Qarinah
atau indikasi-indikasi tertentu.
Menurnt A. Djazuli dalam Fiqh Jinayah, qarinal1 yang dapat dianggap
sebagai barang bukti perzinaan adalah jelasnya kehamilan pada wanita yang tidak
bersuami, qarinah yang seperti ini pemah diungkapkan saliabat Nabi, Umar bin
Khattab ra berkata, "Bahwa sangsi zina wajib dikenakan atas setiap pelaku zina bila
ada pembuktian atau hamil, atau mengaku."
JI セ@ c,.;\5' QR^Qセ@ i.J\5' 12>1 ,WIJ
Jb,.
)I CY' i.J:J CY'JS'
J.<'
,_,...,,IJ!""')I :
r"'Jj
.01_;v'l'I JI j.J-1
Diriwayatkan, bal1wa Ali bin Abi Thalib ra berkata," Zina itu ada dua ma cam
zina raliasia dan zina jelas. Zina ral1asia harus disaksikan oleh empat orang saksi,
sedangkan zina yang jelas itu adalal1 dengan harnihiya perempuan yang tidak
bersuami atau dengan pengakuan."
Selain itu ada pembuktian lain yang bisa 、ゥーQセイエ。ョァァオョァェ。キ。「ォ。ョ@
keakuratannya yaitu, melaui ilmu pengetalman dan tekhnologi ik:edokteran forensik
terntama apabila ditemukannya sperma dan DNA di dalam rahim si wanita yang
bukan 1nilik suami wanita itu atau ditemukannya sperma dan DNA pria di dalam
A. SEKILAS TENTANG SAUDI ARABIA
1. Letak Geografis
Kerajaan Saudi Arabia adalah negara terbesar di Timur Tengah, menduduki
4/5 luasnya dari keseluruhan Jazirah Arab. Adapun batas-batas negaranya adalah
disebelah utara berbatasan dengan J ordania, Iraq dan Kuwait, disebelah barat
berbatasan dengan Laut Merah, disebelah Timur berbatasan dengan Uni Emirat
Arab, Bahrain, Qatar, Oman, dan Teluk Persia. 1
Luasnya 2.149.690 km, ibu kotanya berkedudukan di Riyadh, penduduknya
(pada tahun 1989) 73% urban, 27% penduduk asli kota. Bahasa resminya adalah
bahasa Arab. Bentuk pemerintahannya adalah monarki (kerajaan) dan tidak ada
badan atau kekuasaan pembuat Undang- Undang .
Iklimnya kebanyakan tempat mendapat curah hujan kurang dari I 00 mm air
pertahun. Digurun Rub al-Khalli sepuluh tahun terlewati tanpa hujan. Di pesisir
pantai barat angin taufan memberikan banyak curah hujan. Pada musim panas
cuacanya sangat panas sampai 40 derajat celcius (120 F). Bila musim dingin
temperatumya rata-rata 23 C (74 F) di Jeddah, dan 14 C (58 F) di Riyadh
1
2. Keadaan Demografis
Mayoritas penduduk Saudi Arabia adalah orang Arab, yang merupakan keturunan suku penduduk asli. Jumlah pekerja asingnya menurun, walaupun ekonominya tergantung pada buruh asing. Adapun aktivitas perekonomiannya dimulai pada tahun 1936 pada saat penemuan minyak. Selain itu perekonomiannya tergantung pada haji yang mengunjungi Mekkah dan Madinah serta pada ekspor kurma.
Tetapi saat ini perminyakan mendominasi ekonominya, untuk membentuk infrastruktur negara Saudi Arabia menjadi negara industri oleh karena jumlah penduduk aslinya sedikit, maka kebanyakan industrinya dengan padat modal bukan padat karya. Selain perminyakan, pemerintah Saudi Arabia juga mengembangkan usaha pertanian untuk mengurangi ketergantungan terhadap makanan import sekalipun kurangnya air, begitu pula dikembangkannya industri perikanan. 2
Pemerintahannya, karena ia merupakan negara muslim maka hukumnya bersumber pada syariah Islam (Al-Qur'an dan Al-Hadist), yang merupakan Undang Undang Dasar negara yang dilaksanakan oleh mahkamah-mahkamah syari'ah dengan ulama sebagai hakim-hakim dan penasehat-penasehat hukumnya. Negaranya berbentuk monarki -pure monarchy- karena itu raja !ah yang memegang kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif. Sekalipun dewan kementrian yang dipilih untuk menyelenggarakan fungsi legislatif dan eksekutif tetapi keputusan tetap hak veto kerajaan yang dalam ha! ini adalah raja. Disana tidak ada dewan perwakilan yang
2
anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat, juga tidak ada partai politik atau dewan
pembuat undang-undang, tapi setiap warga masyarakat bisa mengajukan ketidak
puasannya atau permintaan akan sesuatu, bisa langsung disampaikan pada raja pada
pertemuan rutin yang disebut majlis. Kendati demikian bukan berarti kekuasaan raja
di Saudi itu mutlak tanpa batas, seperti halnya warga negara yang lain raja juga hams
tunduk pada syari'ah (Undang-Undang). Pelanggaran terhadap hukum Ilahi dapat
merupakan alasan atau dasar untuk menurunkan raja dari tahta, seperti yang terjadi
pada Raja Saud bin Abdul Aziz yang memerintah dari tahun 1953 sampai tahun 1964.
Karena dianggap tidak layak lagi untuk memerintah maka, pada tahun 1964 satu
majelis yang terdiri dari sejumlah pangeran senior Saudi, ulama, dan pejabat tinggi
kerajaan, atas dasar alasan demi kepentingan umum, meminta Raja untuk turun tahta
dan menggantikannya dengan salah seorang saudaranya yang laki-laki -Faisal- untuk
memerintah sampai tahun 1975.3 Hampir seluruh jabatan penting pemerintahan di
pegang oleh keluarga raja (Saud family). Negaranya dibagi menjadi 14 daerah
(emirat) dengan tujuan membedakan batas-batas wilayah administratif. Para pejabat
daerah melaporkan langsung ke Riyadh dan bertanggungjawab untuk keuangan,
kesehatan, pendidikan dan pertanian di setiap provinsi mereka.
3. Peraturan Ketenagakerjaan di Saudi Arabia
Ada beberapa peraturan yang berlaku berkaitan dengan ketenagakerjaan.
Ketentuan umum yang berlaku untuk The Basic Law of Government yang
menyatakan bahwa warga negara dan penduduk asing keduanya mempunyai hak
yang sama dalam hukum (proses. peradilan). Khusus bagi pekerja asing diatur
tersendiri dalam Undang-Undang Keimigrasian dan Perburuhan yang terdapat pada
Royal Decree Nomor M/21 tanggal 6 Rhamadhon 1389 Hijriah atau 15 Nopember
1969.
Yang patut disayangkan bahwa yang mengatur tentang Tenaga Kerja Wanita
Pembantu Rumah Tangga (TKW-PRT) tidak sama dengan ketentuan yang mengatur
tentang buruh di Saudi Arabia pada umumnya, sebab TKW-PRT tidak dikategorikan
sebagai buruh. TKW-PRT merujuk pada urusan sosial dan kementrian dalam negeri.
Artinya, ketentuan umum yang ada tidak berlaku pada TKW-PRT. Hal ini diatur
dalam BAB I tentang Ketentuan Umum Sebuah Profesi pasal 3, yaitu :
By way of exception, the provision of this law shall net apply to :
A Workmen in family enterprises which only members of the employers
family.
B. Persons working in pastures or agriculture, with the exception of:
I. Person working in agricultural establishments which process their
own produce.
2. Person who are permanently engaged in operation or repair of
mechanical equiment required for agriculture.
C. Domestic servent and persons regarded as such.4
4 Labor and Workmen Law, Royal Degree No. M/21, 6 Rhamadhon 1389 Hijriah!l 5
Berkecualian dari pokok-pokok yang tidak tennasuk cakupan UU ini adalah:
A. Buruh yang bekerja disebuah perusahaan keluarga berarti buruh tersebut
tennasuk anggota keluarga majikan.
B. Buruh yang bekerja di peternakan atau pertanian dengan pengecualian
sebagai berikut :
1. Orang yang bekerja di sebuah usaha pertanian yang hanya membuat
produk mereka.
2. Orang yang sementara disewa untuk mengoperasikan atau
memperbaiki alat-alat yang dibutuhkan dalam pertanian.
C. Pembantu rumah tangga dan orang-orang yang sejenisnya.
Dari UU diatas jelas bahwa bagi TKW-PRT yang bekerja di Saudi Arabia
mereka tidak mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dengan TKW non PRT,
karena tidak ada undang-undang yang melindungi mereka disana sebagai pekerja
asing (foreign worker.;) yang notabene sebagai pembantu rumah tangga.
Sementara perangkat hukum yang tersedia di Saudi Arabia, sejauh ini hampir
dapat dikatakan tidak ada hukum yang dapat menjerat pelaku kejahatan -baik fisik
maupun seksual- terhadap Buruh Migran Indonesia yang bekerja di Saudi Arabia
meskipun negara ini telah meratifikasi dua International Convention yang dapat
memiliki Undang-Undang Perburuhan. Hal ini sangat berkaitan dengan pos1s1
perempuan di masyarakat dan dihadapan um um. 5
lv{enurut undang-undang perburuhan Saudi Arabia p<ekerjaan adalah hak
warga negara Saudi Arabia sehingga dilarang ュ・ュー・ォセイェ。I\。ョ@ tenaga asing セ・」オ。ャゥ@
orang terse but memenuhi persyaratan yang ditetapkap. 6 BAB III bagian dua dari
undang-undang ini memuat masalah keberadaan bµruh asing. Penggunaan tenaga
asing hanya diperkenankan bila memenuhi syarat sebagai berikut :
I. Orang tersebut telah masuk negara Saudi secilra legal dan memenuhi syarat
untuk dapat izin menetap.
2. Orang tersebut memiliki ketrampilan, kejujuran, dan kualifikasi pendidikan
tertentu yang dibutuhkan negara, sementara warga negara yang memiliki
kualifikasi itu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan.
3. Orang tersebut harus berada dalam kontrak dan jaminan seorang pengusaha
Saudi atau non Saudi yang disyahkan di bawah Undang-Undang Penanaman
Modal Asing atau orang tersebut anggota profesi bebas yang dijamin oleh
warga negara Saudi atau di bawah kontrak dan jaminan sebuah perusahaan
legal. Undang-Undang Perburuhan tersebut juga menetapkan agar setiap
pengusaha mempersiapkan pekerja asli Saudi untuk rnenggantikan pekerja
non Saudi.
5
Harn Dalarn Praktek, Panduan Me/awan Perdagangan Perempuan dan Anak (GAA TW), (Jakarta: Solidaritas Perernpuan,200 I) h. 150
Jika kita lihat dari perspektif hak asasi manusia, nampak ada dua hal penting
yang melemahkan posisi buruh migran. Pertama mengenai hak bekerja, terdapat
dualisme antara pekerja asing dan pekerja asli. Undang-undang ini menegaskan
bahwa bekerja adalah hak warga negara dan tidak bisa diberikan pada orang asing
tanpa memenuhi persyaratan. Ditegaskan pula tenaga kerja Saudi Arabia mempunyai
hak yang sama tanpa diskriminasi untuk bekerja diseluruh kawasan kerajaan
Saudi-Arabia, setiap pengusaha atau majikan harus menyiapkan tenaga kerja Saudi yang
akan menggantikan buruh asing saat mereka selesai masa tugasnya. Bab ini sama
sekali tidak menyinggung hak-hak buruh migran sehubungan dengan posisnya yang
khusus. Kech1a mengenai pekerjaan pembantu rumah tangga, dalam BAB I pasal 3 C
menyebutkan bahwa undang-undang tersebut tidak berlaku bagi pembantu rumah
tangga dan orang-orang sejenisnya, tetapi dalam BAB lII bagian 2 pasal 49 nomor 3
disebutkan bahwa jasa pembantu rumah tangga tennasuk dalam kategori pekerjaan
yang diliputi oleh undang- undang tersebut. 7 Ketidak jelasan ini tel ah berimplikasi
banyak pada Buruh Migaran Indonesia di Saudi Arabia yang mayoritas (80 %)
adalah pembantu rumah tangga. Kasus-kasus seperti gaji ditahan majikan, jam kerja
panjang, kekerasan-tem1asuk perkosaan (yang dilarang oleh undang-undang ini)
banyak dialami oleh pembantu rumah tangga asal Indonesia yang bekerja di Saudi
7 That he shall under contract with a graduated by a Saudi employer, or non Saudi employer
authorized under The Regulation for the Investment of Foreign Capital, or shall be a member of a Liberal Profession, graduated by a Saudi National, or under contract with and graduated by a concessionaire company. The term "work" as used in this article shall mean any industrial,
mereka (bisa dikatakan) tidak punya akses terhadap undang-undang un untuk
melindungi diri.
Jika kita dapat berpegang pada BAB I pasal 3 mengenai pengecualian atau
exception yang tidak memuat kategori pembantu rumah tangga. dm1 sejenisnya maka,
kita bisa beraswnsi bahwa hak-hak buruh yang tercantum dalmn undang- undang ini
tidak dapat dinikmati oleh pembantu rumah tangga dan sejenisnya. Hak-hak yang
terpentiug adalah kontrak kerja, gaji dan jmninm1 sosial, masing-masing pada bab IV,
VI, dan VII. Soal Kontrak Kerja termasuk dalmn BAB IV pasal 70 hingga 98 yang
dalmn bab ini pembantu nunah tangga dapat menikmati hak untuk mendapatkan
biaya pulang se1ta pertimbm1gan yang adil alas kondisi mereka yang dipecat unnJlc
mendapatkan biaya pemulangan (pasal 85). 8
Soal gaji terdapat dalmn Bab VI yang sedemikian rupa mengatur sistem
pengupahan sehingga bnruh tidak dirugikan. Bab VII tentang jmninan sosial memuat
perlindungan resiko dari penyakit akibat pekerjaan, pengusalia dilarm1g menal1an gaji
buruh berapapun (pasal 128),9 jmninan atas kondisi kerja yang baik sepe1ti
kebersihan, ruangan yang bebas polusi, saran penerangan, sanitasi, air minwn (pasal
129), juga buruh mempm1yai hak untuk mendapatkan infmmasi yang akurat tentang
resiko pekerjaan jika itu berpotensi melukai atau menimbulkan ーQセQQケ。ォゥエ@ (pasal 130).
8
The employer shall bear the costs of returning the workmen to the place where the contract was concluded or to the place from which the workman was brought.
9
Eveiy employer shall take the necessary precautions for the protection of workmen from hazard and diseases resulting from the work and the machineiy nsed, and for the protection and safety of the work. The employer may not charge the workman or withhold from their wages any amount of
Waktu kerja ditegaskan tidak boleh lebih dari 8 jam perhari atau 48 jam per minggu
dengan pengecualian bulan Ramadhan tidak boleh lebih dari 6 jam per hari atau 36
jam per minggu (BAB XI pasal 147). Undang-undang terscbut juga memuat
perlindungan tmtuk bunil1 perempuan (pada Bab X pasal 161-167) yang meliputi
larangan bekerja pada sektor-sektor pekerjaan berbaliaya,. bekerja rnalam, cuti hamil 6
minggu, istirahat rnenyusui, biaya pemeriksaan medis, perawatan, clan biaya
melahirkan ditanggung majikau, jaminan tidak di PHK karena sakit yang
berhubungan dengan pekerjaan clan melahirkan. Disamping itu majikan hams
menyediakan tempat duduk untuk menjaniin kenyamanan buruh perempuan. Bagi
perempuan bunil1 migran yang bekerja sebagai pembantu n.IDlall tangga perlindungan
ini juga tidak terakses. Termasuk juga aspek-aspek yang lain tidak dapat dinikmati clan diakses oleh buruh asing terutama pembantu ruma11 tangga.
B. Tenaga Kerja Wanita
1. Tentang Tenaga Kerja Wanita.
Secara histmis, pengerahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri
suda11 berlangstmg sejak zaman pra Indonesia. Sedangkan pengerahan buruh dalam
konteks keterlibatan atau inteivensi negara dan bagian dar kapitalisme atau
pembagim1 kerja tata ekonomi intemasional, berlangsung ウセェ。ャH@ masa kolonial
khususnya akhir abad XIX, bersamaan dengan politik etik diterapkan di Hindia
perangkat regulasi serta administrasi. Buruh Indonesia bekerja di perkebunan
Vietnam, Suriname, dan laimiya. 10
Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik
didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang tmtnk
kebutuhan masyarakat. 11 Lebih lanjut ketetapan menteri tenaga ke1ja tentang Antar
Kerja Antar Negara (AKAN) menyebutkan dalam BAB I Ketentuan umum pasal 1
(c): Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah warga Negara
Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan ekonomi atan
sosial di luar negri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja.12
Sedang dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan yang tertuang dalam UU RI
Nomor 25 !alum 1997 menyebutkan "Tenaga Ke1ja adalah setiap orang laki-laki atau
perempuan yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik didalam
mauptm diluar hubtmgan kerja gima menghasilkan barang atau jasa untnk memenuhi
kebutuhan masyarakat."13
Indonesia sebagai Negara berkembang menempatkan wani1ta pada posisi yang
setara dengan pria, terutama dalam masalah ketenagakerjaan, karena disadari atau
10
Rusdi Tagaroa clan Encop Sofia, Bunih Migran Indonesia Mencari Keadilan, (Jakarta:
SP-LABMI,t.t), Cet. ke-1, h. 1
11
Iman Soepomo, Hu/mm Perbunihan, (Jakarta: Djarnbatan, 1996), Cet ke-16, h. I
12
Ignas Bethan, 7KW di Timur Tengah, (Jakarta: GrafikatarnaJaya, 1993), Cet ke- I, h. 135.
13
tidak wanita mempunyai peran ekonomi yang ainat penting dalain pembangunan
nasional disainping perai1 Jainnya.
Potensi wanita sebagai salah satu 1msm· dalam menunjang pembani,'llllan
nasional tidak dapat diragukan Jagi, karena hainpir selmuh negai·a di dnnia setengall
pendudnknya adalah wanita, bahkai1 di Indonesia Jebih dari separuh. Maka jika
potensi besar ini tidak dimanfaatkan secara optimal dalain pembangunan nasional, maka kondisi bangsa akan mengalaini stagnasi.14
Selain itu tenaga kerja wanita yang dikirim ke luar negeri telall mainpu
mendongkrak perekonomian kita dengan devisa yang didapat dari mereka, dai1 ha!
tersebut juga dalain rangka meminimalisir juntlall pengangguran dalain negeri.15
Disainping dua alasan diatas ada lagi alasan mengapa dewasa ini lebih banyak
lnigrasi tenaga kerja perempuan dibanding laki-laki, Jebih 60% tenaga kerja migran
Indonesia adalal1 perempuan. Hal ini terjadi sehubtmgan dengan massalisasi
pendidikan di pedesaan yang menghasilkan tenaga berpendidika11 rendall. Disainping
itu, modemisasi sektor agrai·is telal1 merainpas sebagian ke:rja perempuai1 di
pedesaan. Dalain usia produktif, menganggur akan menjadikan beba11 keluarganya,
disainping kenyataai1 kesulita11 ekonomi yang dihadapi masyarakat pedesaai1. Baik
mereka ya11g masih Jaja11g atau mereka ya11g dalain kategori keluarga muda seperti
terdorong tmtuk mengadu 1mt1mg di negeri orang. Sementara bagi rekan laki-lakinya,
14
M. Hajar Dewantoro dan Asmawi (ed), Rekonstn1ksi Fiqh Perempuan, (Yogyakarta: Ababil, 1996 ), Cet. ke-1, h. 87
15
meski terbatas dan dengan upah rendah pekerjaan di desa masih tersedia bagi
mereka.16
2. Motivasi Menjadi TKW
Mengapa ada sebagian wanita Indonesia yang bersedia bekerja di negeri orang
jauh dan jauh dari