ANALISIS KOMPETENSI KEISLAMAN
MAHASISWA IAIN SALATIGA
ANGKATAN TAHUN 2012
Disusun Oleh :
Hijri Adi Ridwan
NIM: M1-13-024
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
SALATIGA
Disusun Oleh :
Hijri Adi Ridwan
NIM: M1.13.024
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
sebagai pelengkap persyaratanuntuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 17 September 2015
ttd
Dr. Imam Sutomo, M. Ag
PROGAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Hijri Adi Ridwan, S. PdI
NIM : M1-13-024
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian : 30 September 2015
Judul Tesis : Analisis Kompetensi Keislaman Mahasiswa Angkatan
Tahun 2012 IAIN Salatiga
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M. Ag
2. Sekertaris : Dr. Winarno, M. Pd
3. Penguji I : Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag
4. Penguji II : Dr. H. Sa‟adi, M. Ag
“
Jangalah takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai
dengan langkap pertama
”
(Fima Agatha)
Janganlah takut jatuh
Karena yang tak pernah memanjatlah yang tak pernah jatuh
Janganlah takut gagal
Karena yang tak pernah gagal yang tak pernah mencoba
melangkah
Janganlah takut salah
Karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah
pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang
kedua
PERSEMBAHAN
Seperti motto di atas, tesis ini lebih saya persembahkan untuk saya pribadi
sebagai pengetahuan dan perjuangan untuk menambah khasanah ilmu. Semoga
bisa bermanfaat untuk orang banyak dan bisa bermanfaat untuk IAIN Salatiga.
Harapan lebih, semoga tesis ini bisa menjadi wawasan publik untuk mengetahui
realitas keislaman mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam. Kesalahan dalam tesis
ini supaya bisa disempurnakan dalam penelitian selanjutnya, dan kebenaran dalam
tesis ini semoga bisa menjadi kritik bagus untuk memajukan pendidikan Islam di
ABSTRAK
Analisis Kompetensi Keislaman Mahasiswa Angkatan Tahun 2012 IAIN Salatiga
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi keislaman mahasiswa IAIN Salatiga pada tahun 2012 melalui ujian Komdais dan mengetahui perkembangan kompetensi keislamannya setelah mahasiswa mengikuti empat mata kuliah keislaman (mata kuliah yang mengandung materi-materi Komdais).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena menggambarkan keadaan yang sesungguhnya kompetensi keislaman pada mahasiswa IAIN Salatiga yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi yaitu mengambil hasil nilai Komdais dan nilai dari empat mata kuliah keislaman yang dipilih serta mangadakan wawancara langsung terhadap mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan langkah reduksi data, display (penyajian) data dan verifikasi (menarik) kesimpulan. Data yang dihasilkan dalam observasi digunakan untuk interpretasi data. Kemudian kesimpulan ditarik setelah diadakan cross chek terhadap sumber lain melalui wawancara dan pengamatan di lapangan tempat penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profil kompetensi keislaman mahasiswa IAIN dipengaruhi besar pada latar belakang pendidikan dan lingkungan pergaulan sebelumnya. Mahasiswa yang memiliki kualitas kompetensi cumlaude mayoritas memiliki faktor pengaruh latar belakang sekolah yang linear di sekolah Islam seperti MI, MTS dan MA. Kemudian sebagian besar dari mereka didukung ajaran agama yang intens di pondok pesantren, sehingga profil kompetensi keislaman mereka memiliki kulitas cumlaude sebelum menjadi mahasiswa sampai pada saat mereka mendapat empat mata kuliah keislaman di IAIN Salatiga. Bagi mahasiswa yang memiliki kompetensi keislaman sangat memuaskan, mereka memiliki profil tidak jauh berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kompetensi cumlaude. Mahasiswa dengan kualitas nilai memuaskan dan cukup mayoritas memiliki faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kompetensi keislaman mereka. Faktor tersebut seperti minat, pergaulan dan lingkungan.
ABSTRACT
Analysis of the competence of Islamic Student Force in 2012 IAIN Salatiga
This research aims to know the competence of Islamic Student IAIN Salatiga in 2012 through the test Komdais and knowing the development competence of Islamic after the students following four Islamic courses (courses thatcontain Komdais materials).
This research is qualitative research, because it describes the State of the real Islamic Student competency IAIN Salatiga researched. Document collection was done with documentation that is taking the results of the Komdais value and the valueof the four Islamic subjects are chosen as well as the hold live interview against the student. Document analysis was done using qualitative descriptif analysis with data reduction steps, the display (presentation) document and verification (interesting) the conclusion. The resulting document in the observation is used for interpretation of the data. Then the conclusions drawn after held cross chek against other sources through interviews and observations in the field the place of research.
The results of this study indicate that Islamic Student competency profile IAIN influenced on educational background and Environment Association earlier. Students who have the competence of quality majority have cumlaude factors influence the linear school background in Islamic schools like MI, MTS and MA. Then most of them supported the intense religious teachings in boarding schools, so that they have more competencies profile of quality honors before a student until such time as they got four Islamic courses at IAIN Salatiga. For students who have the competence of Islamic deeply satisfying, they have a profile is not much different with students who have the competence of honors. Students with satisfactory grades and qualities of the majority have enough internal and external factors that affect their Islamic competence. Such factors like interest, socialization and environment.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul: “Kompetensi Keislaman Mahasiswa Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (Studi Diskriptif Analisis pada Mahasiswa Angkatan
Tahun 2012 IAIN Salatiga)” yang secara akademis menjadi syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam.
Disamping itu, apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, kepadanya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN
Salatiga yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan tesis.
3. Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk menuntun agar tesis ini terselesaikan.
4. Seluruh dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan
banyak bekal ilmu kepada Penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan tesis ini.
5. Kepada seluruh pihak, yang bersedia memberikan berbagai informasi
untuk terselesaikannya penyusunan tesis ini.
6. Kepada semua keluarga saya yang memberikan dukungan dan doa
sehingga tesis bisa selesai.
Sungguh kami tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali do‟a
semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang besar atas amal kebaikan
yang telah diberikan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa apa yang telah tersaji dalam penulisan
ini masih jauh mencapai kesempurnaan. Masih banyak hal-hal yang perlu
diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut atau ada hal yang kurang sesuai, karena
hanya sebatas inilah yang dapat penulis sampaikan, maka dengan segala bentuk
kritik dan saran kami harapkan, demi menindak lanjuti pada kajian-kajian yang
lebih lanjut.
Salatiga, 17 September 2015
Penulis,
Hijri Adi Ridwan, S. PdI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 10
C.Signifikansi Penelitian ... 11
D.Manfaat Penelitian ... 11
E.Kajian Pustaka ... 12
F. Metode Penelitian ... 14
1.Jenis Penelitian ... 14
2.Pendekatan Penelitian ... 15
3.Sumber Data ... 16
4.Subjek Penelitian ... 16
5.Teknik Pengumpulan Data ... 17
6.Teknik Analisis Data ... 20
G.Sistematika Penulisan ... 22
BAB II: TINJAUAN TEORI A.Pengertian Kompetensi Keislaman ... 24
3. Pengertian Keislaman Mahasiswa ... 32
B.Faktor Kompetensi Keislaman Mahasiswa ... . 34
BAB III: HASIL LAPANGAN A.Profil IAIN Salatiga ... 43
B.Upaya Lembaga Membentuk Kompetensi Keislaman Mahasiswa ... 54
C.Realitas Bekal Kompetensi Keislaman Mahasiswa Angkatan Tahun 2012 IAIN Salatiga ... 56
D.Proses Mahasiswa Meraih Kompetensi Keislaman ... 89
BAB IV: ANALISIS DATA A.Hasil Nilai Kompetensi Keislaman Mahasiswa ... 96
B.Realitas Faktor Pengaruh Kompetensi Keislaman Mahasiswa ... 103
A.Harapan Mahasiswa Terhadap IAIN Salatiga tentang Kompetensi Keislaman Mahasiswa ... 148
BAB V: PENUTUP B.Kesimpulan ... 149
C.Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 153
LAMPIRAN ... 157
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Panduan Pengelompokan Tingkat Kualitas Nilai Komdais... 58
4.1 Perkembangan Kompetensi Keislaman Mahasiswa yang Mendapat
Nilai Komdais Cumlaude ... 97
4.2 Perkembangan Kompetensi Keislaman Mahasiswa yang Mendapat
Nilai Komdais Sangat Memuaskan ... 98
4.3 Perkembangan Kompetensi Keislaman Mahasiswa yang Mendapat
Nilai Komdais Memuaskan ... 100
4.4 Perkembangan Kompetensi Keislaman Mahasiswa yang Mendapat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nilai Komdais Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 157
2. Nilai Komdais Pendidikan Bahasa Arab (PBA) ... 162
3. Nilai Komdais Tadris Bahasa Inggris (TBI) ... 164
4. Nilai Komdais Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) ... 167
5. Nilai Komdais Ahwalul Syahsiyah (AS) ... 170
6. Nilai Komdais Hukum Ekonomi Syari‟ah (HES) ... 171
7. Nilai Komdais Perbankan Syari‟ah S1 (PS S1) ... 172
8. Nilai Komdais Perbankan Syari‟ah D3 (PS D3) ... 174
9. Nilai Rata-rata Matakuliah Keislaman Jurusan PAI ... 176
10. Nilai Rata-rata Matakuliah Keislaman Jurusan PBA ... 181
11. Nilai Rata-rata Matakuliah Keislaman Jurusan TBI ... 183
12. Nilai Rata-rata Matakuliah Keislaman Jurusan PGMI ... 186
13. Nilai Rata-rata Matakuliah Keislaman Jurusan AS ... 188
14. Nilai Rata-rata Matakuliah Keislaman Jurusan HES ... 190
15. Nilai Rata-rata Matakuliah Keislaman Jurusan PS S1 ... 191
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kompetensi pendidikan merupakan pilar penting dalam menopang
pencapaian mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini telah digariskan
dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan bahwa pendidikan mutlak memiliki kompetensi yang
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional, dan kompetensi sosial.1
Pendidikan agama juga memiliki standar kompetensi pada dunia
pendidikan yang akan menjadi modal dasar bagi manusia untuk mendapatkan
nilai-nilai keislaman dan ketuhanan, karena dalam pendidikan agama Islam
diberikan ajaran tentang muamalah, ibadah dan syariah yang merupakan
dasar ajaran agama. Hal ini yang menjadikan pendidikan agama sebagai titik
awal perkembangan nilai-nilai agama pada manusia.2
Menyadari nilai strategis tersebut, maka pendidikan agama perlu
memberikan pengayaan nuansa-nuansa keagamaan. Suatu upaya pengayaan
yang menyentuh aspek formal agama maupun dimensi etik, moral, dan
spiritual agama. Dengan demikian, pendidikan agama tidak hanya sebagai
lembaga yang hanya dapat mempertahankan kemapanan dogmatika agama.
1
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
2
Umiarso, Haris FM, Pendidikan Islam Dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern,
Untuk mewujudkan lembaga pendidikan bermutu maka dituntut
adanya pengelolaan lembaga yang efektif dan efisien dalam segala aspeknya,
baik aspek SDM, administrasi, serta sarana pra sarana.3 Dalam konteks
tersebut PTAI seyogyanya dapat merespon perkembangan yang terjadi dan
menjadikan lembaga panutan dan sumber lahirnya SDM yang menjunjung
moral ke depan.4 Secara singkat dapat dikatakan bahwa tugas pokok PTAI
adalah untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama tingkat
lanjut.
PTAI adalah lembaga pendidikan tinggi yang mengkhususkan
kegiatannya pada pendalaman, pengembangan dan penyebaran ilmu-ilmu
agama Islam, dan secara ilmiah memberikan pendidikan, pengajaran,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat dibidang ilmu-ilmu agama
Islam.5 Mempersiapkan kader-kader masa depan yang memiliki bekal
keagamaan yang bisa diaplikasikan pada kehidupan bermasyarakat juga
menjadi tujuan yang harus bisa dicapai oleh PTAI.
IAIN Salatiga sebagai lembaga tinggi pendidikan agama Islam/PTAI
menjadi tempat dalam penyelenggaraan pendidikan agama bagi mahasiswa.
IAIN memiliki kebutuhan dasar kompetensi yang harus dicapai mahasiswa
secara lebih utuh, seperti yang terdapat pada misinya yaitu mengantarkan
mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran
3
Philip V. Lewis, Organizational Communication: The Essence of Management, dalam Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2002), 93.
4
Siswanto., “PTAI sebagai Basis Perkembangan Moral, Pamekasan”: Tadris jurnal Pendidikan Islam, Volume 2, Nomor 1 (2007): 66-67.
5
Zainul Hasan Rifai, Filsafat Ilmu Pendidikan Tinggi Islam, dalam Munir Mulkhan (ed.),
akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.6 Untuk mencapai misi-misi tersebut,
kebutuhan atau capaian yang diharapkan dalam membekali kompetensi
keislaman seharusnya mendapat banyak dukungan yang baik.
Dalam mencetak kader-kader mahasiswa berkompetensi keislaman
baik tersebut, memerlukan kerisauan dan solusi untuk melengkapi setiap
kekurangan yang ditemukan pada program-program pendukung
pencapaiannya. Seperti yang berada pada tujuan lembaga STAIN Salatiga
yaitu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman dan/atau
teknologi serta seni yang bernafaskan Islam dan mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.7
Dari mulai seleksi penerimaan calon mahasiswa baru dengan
memperhatikan kualitas modal/bekal pengetahuan keislaman, karena
sebelumnya calon mahasiswa pastinya memiliki warna pendidikan dari latar
perpaduan lembaga pendidikan umum dan lembaga Islam. Kemudian proses
mentoring bagi mahasiswa baru untuk membimbing mahasiswa memiliki
dasar keislaman, sampai pada metode/langkah dalam pendekatan pada
mahasiswa yang memiliki background keislaman yang kurang.
IAIN Salatiga menjadikan kompetensi keislaman sebagai acuan
penting bagi intelektual seluruh mahasiswa. Karena IAIN sebagai Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) merupakan salah satu institusi
pendidikan tinggi yang memiliki ciri khas keislaman, yang membedakannya
6
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan,
dengan perguruan tinggi umum lain.8 Ciri keislamannya tidak hanya
menjadikan Islam sebagai objek kajian ilmiah, melainkan lebih dari itu,
diharapkan suasana kampus PTKIN dan para civitas akademikanya juga
mencerminkan kualitas akhlak dan perilaku Islami.9
Sudah menjadi rahasia umum bahwa mahasiswa IAIN dianggap
memiliki kemampuan lebih dalam urusan agama dibanding dengan
masyarakat umumnya. Serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, bukan hanya menjadi hafalan dalam ingatan teori saja.10
Minat dan kemauan pada masing mahasiswa akan memberikan andil
besar terhadap penerimaan materi hingga tercapainya kompetensi keislaman
yang diharapkan, dan peran program pendukung dari lembaga akan
melengkapi kompetensi keislaman mahasiswa agar lebih matang.
Mahasiswa IAIN untuk masa depannya diproyeksikan bisa menjadi
lulusan yang berkompeten dan menjadi komponen yang penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan keislaman.11 Pastinya menjadi asessmen atau
kebutuhan bagi sekolah-sekolah dan lembaga yang akan menggunakan jasa
lulusan mereka. Bentuk nilai yang diinternalisasikan paling tidak meliputi:
nilai etika (akhlak) dan nilai ilahiyyah.12
8
Siswanto., “PTAI sebagai Basis Perkembangan Moral, Pamekasan”: Tadris jurnal Pendidikan Islam, Volume 2, Nomor 1 (2007): 60.
9
Said Agil Husin Al-Munawwar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2003, 58.
10
Pandangan umum pada masyarakat yang menempatkan mahasiswa pada PTKIN lebih memiliki kompetensi keislaman dibandingkan dengan mahasiswa PTU lain.
11
http://iainsalatiga.ac.id/about/visi-dan-misi.html, [30/07/2015], 15:46.
12
Seperti hasil cuplikan/kutipan wawancara penulis terhadap kerisauan
beberapa kepala sekolah sebagai alumni IAIN Salatiga dari sekolah berlabel
pada asas Islam terhadap assessment capaian yang harus dimiliki para
mahasiswa. Dari kepala sekolah MI Grabag, dia memiliki pendapat untuk
menjadi mahasiswa IAIN Salatiga yang berkompeten keislamannya, mereka
harus memiliki bekal pendidikan keagamaan yang setidaknya lancar dalam
membaca dan menulis Al-Qur‟an dan memiliki pengamalan tertib ibadah
dalam kesehariannya. Sama halnya dengan kepala sekolah MI Al-Falah
Kaliangkrik yang juga berpendapat untuk menjadi mahasiswa IAIN dengan
kompetensi keislaman memuaskan diharapkan memiliki pandangan luas dan
memiliki penguasaan ideal terhadap dasar-dasar ajaran agama Islam.13
Tidak jauh berbeda juga dengan harapan pada lembaga atau
kantor-kantor yang membutuhkan jasa lulusan mahasiswa IAIN, diharapkan lulusan
yang dibutuhkan memiliki kemampuan layak dan bekal keislaman yang
membawa loyalitas, kejujuran dan etos kerja yang baik.
IAIN Salatiga sesuai dalam Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2015 Pasal 11, terdiri dari lima Fakultas yaitu
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Syari‟ah, Dakwah, Ushuluddin, dan
ekonomi Bisnis Islam.14 Mahasiswanya terdiri dari berbagai kualitas bekal
kompetensi keislaman yang bermacam. Karena secara umum realitas
background mahasiswa saat ini hidup dalam kalangan/lingkungan yang masih
kurang perhatian dalam bidang studi keislamannya. Suasana global yang
13
sudah jauh dengan nilai-nilai keislaman menjadi persentase tertinggi iklim
umum yang berlangsung saat ini dalam masyarakat.15 Manusia semakin
membanggakan diri dengan kemampuan teknologi empiris tanpa
memperdulikan aspek mental spiritual dan nilai moral.16 Suasana tersebut
masih menjadi faktor pengaruh terbesar sampai saat ini, namun seharusnya
keadaan ini bisa dijadikan motor besar dalam usaha membangun bekal
kompetensi keislaman mahasiswa yang tinggi, bukan dibiarkan untuk terus
menjadi benang kusut yang tidak pernah dicoba untuk diuraikan.
Keadaan ini banyak memberikan tantangan, tidak terhindar pula
pada komitmen lembaga IAIN Salatiga dalam mencetak
kompetensi-kompetensi keislaman mahasiswa. Kompetisi/perlombaan diantara Perguruan
tinggi untuk menjadikan lembaganya terus maju salah satunya juga dengan
berlomba untuk mencari mahasiswa sebanyak-banyaknya.17 Alhasil, resiko
juga harus dirasakan dalam perlombaan pencarian calon mahasiswa tersebut.
Tingkat selektivitas penyaringan pasti kualitasnya akan berkurang, sehingga
kuantitas mengalahkan kualitas perekutan calon mahasiswa. Jadi dalam
realitasnya, keadaan tersebut banyak ditemukan pada calon mahasiswa yang
15
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak itu, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah kehidupan manusia modern diatur menurut ilmu yang eksak dan kering. Akibatnya kini telah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah. Maryatin, http://atin.staff.iainsalatiga.ac.id,
Problematika Masyarakat Modern dan Perlunya Akhlak Tasawuf, [03/07 /2015, 13:56.
16
Jamali, Kaum Santri dan Tantangan Kontemporer, dalam Pesantren Masa Depan, ed. Marzuki Wahid, et.al, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999, 143.
17
memiliki background keislaman kurang dan tetap diterima menjadi
mahasiswa di IAIN Salatiga.
Memang benar kualitas beberapa mahasiswa IAIN Salatiga ternyata
masih ditemukan ada yang kurang memuaskan. Dalam bidang kompetensi
keislaman, masih ada beberapa mahasiswa yang belum lancar dalam
membaca Al-Qur‟an, masih lupa bacaan shalat atau lebih parahnya ada
beberapa bacaan shalat yang belum hafal, serta kurang dalam pemahaman
ajaran-ajaran syari‟ah Islam. Surat Al-Fatehah yang semestinya dikuasi umat
islam setingkat mahasiswa, ternyata tidak seperti tersebut keadaannya.18
Maka masih dibutuhkan dukungan besar untuk menjawab permasalahan
kompetensi keislaman tersebut.
Bekal kompetensi keislaman yang masih dinilai kurang, ditemukan
pada mahasiswa jurusan selain Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Jurusan yang masih banyak unsur umum
dalam ajaran perkuliahannya memberikan pilihan yang realistis untuk
ditempuh bagi calon mahasiswa. Hasilnya banyak mahasiswa pada jurusan
tersebut memilki kompetensi keislaman yang kurang sebanding dengan
mahasiswa jurusan PAI dan PBA.19
Analisis awal penelitian, ternyata permasalahan di atas sudah
diantisipasi untuk dicarikan jalan penyelesaiannya. Lembaga IAIN Salatiga
sebagai objek lokasi penelitian, mencoba memberikan bekal kompetensi
18
Observasi pada pertemuan ujian diagnostik Keislaman mahasiswa IAIN Salatiga, 03,08,2014
19
keislaman yang cukup baik dengan jalan melalui program-program
akademika. Lembaga melalui unit penjaminan mutu mahasiswa, memberikan
sejenis tes diagnostik, program mentoring perkembangan keislaman
mahasiswa, praktek ibadah. IAIN menerapkan pula pendukung lain untuk
bisa membekali mahasiswa dengan berbagai macam hasanah keilmuan Islam,
misal dari kuliah umum, mata kuliah SIBA-SIBI yang berkosentrasi pada
bahasa, serta beberapa seminar nasional dan lainnya.
Melalui program mentoring, mahasiswa dengan masa lalu
pendidikan yang berwarna akan terlihat. Pengaruh yang tidak bisa dipungkiri
yaitu warna pendidikan yang pernah ditempuh sebelumnya oleh mahasiswa.
Dari tingkat SD, SMP, SMA atau yang setara, serta kultur lingkungan
keseharian dalam masyarakat seperti yang dijelaskan sebelumnya justru bisa
membawa andil besar pula dalam memberikan bekal kompetensi keislaman
setiap mahasiswanya.
Langkah mentoring diberikan oleh dosen-dosen kepada mahasiswa
setelah ujian diagnostik dilaksanakan atau saat calon mahasiswa sudah
dinyatakan menjadi mahasiswa IAIN Salatiga yaitu pada semester I.
Sebelumnya melalui unit Komdais, program mentoring diharapkan bisa di
berikan kepada mahasiswa selama semester 1 dan 2. Kondisi nyatanya setelah
mahasiswa menempuh semester 2, mahasiswa sudah berhak memilih jam
perkuliahan yang diinginkan. Maka sulit untuk mempertemukan kelompok
Kompetensi keislaman mahasiswa pada konsentrasi penelitian ini
adalah terhadap pengamalan ibadahnya seperti penguasaan Al-Qur‟an,
menghafal bacaan dan gerakan shalat. Karena pengamalan ibadah mahasiswa
bisa menjadi tolak ukur kompetensi keislaman mahasiswa berada dalam
tingkatannya.
Analisis realitas keislaman mahasiswa IAIN Salatiga secara akurat
merupakan titik tolak dilakukannya penelitian ini. Diharapkan, analisis
tersebut bermanfaat dalam merumuskan model kebijakan, regulasi, dan
pendekatan yang relevan dan efektif dalam menanamkan nilai-nilai keislaman
dan meningkatkan kompetensi keislaman pada kalangan mahasiswa.
Permasalahan mengapa masih banyak anggapan negatif yang timbul
dari kalangan umum tentang masih kurang memuaskannya kompetensi
lulusan mahasiswa IAIN Salatiga bisa menjadi salah satu tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini. Untuk lembaga IAIN Salatiga, apakah
permasalahan timbul dari awal seleksi mahasiswa yang kurang selektif
ataukah pembelajaran dalam perkuliahan yang kurang diterima menyeluruh
oleh mahasiswa. Kurang pro-aktifnya mahasiswa dalam mengikuti segala
bentuk proses di dalam maupun di luar pembelajaran, background dari
lingkungan mahasiswa yang baru mengenal pendidikan agama di perguruan
tinggi, ataukah faktor lain.
Penulis menemukan hampir semua pihak yang ada di IAIN Salatiga
punya kerisauan terhadap permasalahan di atas. Salah satu sumber besar
mahasiswa itu sendiri.20 Kultur lingkungan yang kurang mendukung mereka
dari kecil sampai pada status mahasiswa untuk mengenyam serius bangku
pendidikan agama formal maupun nonformal. Bekal pendidikan agama yang
hanya dirasakan diwaktu usia dini dan menjauh dimasa remajanya.
Tidak jarang beberapa program yang ada untuk mendukung kualitas
kompetensi mahasiswa di IAIN Salatiga terasa masih kurang maksimal.
Namun penulis juga tidak menampik, bahwa masih ada dosen yang memakai
metode pembelajaran yang sudah seharusnya ditinggalkan karena dirasa
kurang maksimal digunakan untuk menyampaikan materi kepada mahasiswa.
Kemudian tidak ketinggalan gema kompetisi yang kurang terasa
dikumandangkan oleh sebagian dosen sehingga terkesan tidak ada bedanya
dengan pembelajaran dibangku SMA juga dirasa membawa pengaruh besar.
Keadaan umum tersebut menarik sekali untuk menjadi penelitian agar
ditemukan minimal arah jawaban dalam penelitian ini, dengan judul
penelitian “Analisis Kompetensi Keislaman Mahasiswa IAIN Salatiga
Angkatan Tahun 2012”.
B. Rumusan Masalah
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa penelitian ini berkonsentrasi pada
analisis kompetensi keislaman mahasiswa IAIN Salatiga. Oleh karena itu,
permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
20
1. Bagaimanakah profil kompetensi keislaman mahasiswa IAIN Salatiga
angkatan tahun 2012?
2. Bagaimana hasil analisis kompetensi keislaman mahasiswa IAIN Salatiga
angkatan tahun 2012?
C. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mendeskripsikan realitas kompetensi keislaman mahasiswa IAIN
Salatiga angkatan tahun 2012,
2. Untuk menjelaskan hasil analisis kompetensi keislaman mahasiswa IAIN
Salatiga angkatan tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan turut serta memberikan kontribusi secara teoretis
dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain :
1. Hasil temuan dari penelitian ini bisa dijadikan dasar nyata ilmiah untuk
kemudian menemukan korelasi-korelasi fenomena yang bisa diangkat dan
diteliti secara detail dalam penelitian berikutnya.
2. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoretis dan
metodologis bagi kepentingan akademis IAIN Salatiga dalam bidang
pengkajian dan perkembangan pencapaian kompetensi keislaman
3. Dapat dijadikan acuan dan strategi bagi civitas akademika IAIN Salatiga
dalam meningkatkan segala aspek pendukung perkembangan kompetensi
keislaman mahasiswa.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
dijadikan:
1. Informasi bagi semua pihak yang berkompeten untuk mencetak
mahasiswanya menjadi lulusan yang unggul.
2. Bahan masukan bagi dosen dalam merencanakan, melaksanakan, dan
pengawasan serta mengevaluasi semua konsep kegiatan yang
direncanakan untuk perkembangan kompetensi keislaman mahasiswa.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk
mengetahui tingkat kompetensi keislaman mahasiswa IAIN Salatiga.
E. Kajian Pustaka
Banyak data yang bisa menunjukkan bahwa mahasiswa menjadi objek yang
diteliti. Dan bisa menjadi kajian pustaka untuk penulisan penelitian ini.
Termasuk dari pihak dosen IAIN Salatiga ada yang meneliti tentang
mahasiswanya. Hampir serupa dilakukan oleh Muh. Saerozi pada tahun 2014
dengan penelitian yang berjudul “Pemahaman Mahasiswa terhadap Bacaan
Salat dan Artinya”. Menggunakan analisis data kuantitatif-eksploratif dalam
kesimpulannya menyebutkan:
berjumlah 39,7%. Mahasiswa yang dapat menulis bacaan salat dengan huruf Arab seadanya tanpa syakal berjumlah 26%. Mahasiswa yang mampu menulis sebagian besar bacaan salat berjumlah 31%. Masih ada 2,3% mahasiswa yang hanya mampu menulis sebagian kecil dari bacaan salat (iftitah, al-fatihah, dan tasyahud).21
Penelitian yang akan dilaksanakan ini setidaknya memiliki kesamaan
dengan penelitian yang telah disebutkan di atas. Pertama, lembaga yang
diteliti adalah IAIN Salatiga. Kedua, aspek yang diteliti adalah kemampuan
mahasiswa. Sedangkan aspek pembeda dengan penelitian-penelitian tersebut
adalah fokus konsentrasi, khusus tentang kompetensi keislaman mahasiswa.
Kemudian penelitian dalam jurnal Al-Azhar oleh kelompok
Abdullah Hakam Shah, Nur Hizbullah dan M. Risman dengan judul “Potret
Keislaman Mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif-deskriptif dengan kesimpulan berikut:
Dalam penelitian ini terungkap bahwa ketiga aspek keislaman (akidah, ibadah dan akhlak) dikalangan mahasiswa UAI angkatan 2008, 2009 dan 2010 tidaklah paralel. Aspek akidah mereka relatif baik dengan prosentase kategori tinggi mencapai 23% dan yang rendah “hanya” 14,3%. Namun dalam aspek ibadah perbandingannya terbalik, dan semakin memprihatinkan dalam aspek akhlak. Menariknya, dalam aspek akidah, item-item dengan poin rendah justru yang terkait dengan isu-isu aktual.22
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Pramudi Utomo dengan
judul “Memantapkan Pembinaan Keislaman Mahasiswa Melalui Peran
Sivitas Akademika”.
Tujuan mulia pedampingan Agama Islam adalah membantu proses transfer nilai-nilai keislaman kepada mahasiswa agar nilai-nilai itu dapat
21
Muhammad Saerozi, Pemahaman Mahasiswa terhadap Bacaan Salat dan Artinya,
Salatiga: Penelitian STAIN Salatiga, 2014.
22
diserapkan dan diamalkan untuk kemudian mereka menjadi insan kamil. Karena itulah strategi pembinaan perlu dilakukan.23
Beberapa penelitian di atas dirasa cukup untuk bisa saling
melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi penulis sejauh ini
belum menemukan penelitian tentang kompetensi keislaman fokus pada
mahasiswa. Maka dari itu penulis mencoba meneliti hal tersebut dengan
subjek mahasiswa di IAIN Salatiga.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bisa dimasukkan dalam kategori penelitian lapangan (field
research) yaitu mengadakan penelitian terhadap objek yang dituju untuk
memperoleh data yang benar dan terpercaya tentang analisis kompetensi
keislaman mahasiswa IAIN Salatiga.
Penelitian yang dilaksanakan di lapangan adalah meneliti
masalah yang sifatnya kualitatif, yakni prosedur data penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.24
Mahasiswa dari perwakilan yang dipilih acak oleh peneliti akan
menjadi objek penelitian. Kompetensi keislaman pada masing mahasiswa
yang dipilih akan dianalisis untuk bisa dijadikan data temuan kondisi
realitas kompetensi keislaman mahasiswa IAIN Salatiga.
23
Pramudi Utomo, Memantapkan Pembinaan Keislaman Mahasiswa Melalui Peran Sivitas Akademika, Yogyakarta: disampaikan pada acara Workshop Pengembangan PAI UNY, 30/11/2008.
24
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan eksploratif, yaitu berusaha menemukan
masalah-masalah terhadap tingkat kompetensi keislaman mahasiswa
IAIN Salatiga. Misalnya masih banyak ditemukan lulusan yang masih
lemah terhadap penguasaan ilmu keislaman, padahal masyarakat pada
umumnya mengharapkan lulusan IAIN yang unggul.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
deskriptif analisis yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar.
Ditujukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun
rekayasa manusia.25 Menurut beberapa ahli, metode deskriptif analitis
dapat diartikan sebagai berikut:
a. Whitney menjelaskan metode deskriptif analitis merupakan metode pengumpulan fakta melalui interprestasi yang tepat. Metode ini ditujukan untuk mempelajari permasalahan yang timbul dalam masyarakat pada situasi tertentu, termasuk di dalamnya hubungan masyarakat, kegiatan, sikap, opini, serta proses tengah berlangsung dan pengaruhnya terhadap fenomena tertentu dalam masyarakat.
b. Soegiyono, menjelaskan metode deskriptif analitis merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu objek penelitian yang diteliti melalui sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.26
Dalam studi ini peneliti berusaha untuk tidak melakukan
manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap
subjek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 72.
26
adanya.27 Dengan sumber penelitian dari pengalaman atau cerita secara
terperinci, pengumpulan data melalui wawancara atau cerita fakta yang
dikumpulkan serta data pendukung fakta di lapangan. Sehingga
penelitian deskriptif ini termasuk dalam jenis studi perkembangan
tahapan dan studi tindak lanjut. Dimana penelitian ini menggunakan
periode waktu dalam tahapan meneliti tingkat kecapaian kompetensi
keislaman mahasiswa IAIN Salatiga.
3. Sumber Data
Maksud dari sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh. Maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah
tempat, informan dan pelaku atau subjek penelitian. Sumber data primer
(utama) dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data sekunder (tambahan) seperti dokumen dan foto.28
Berhubungan dengan tempat, peneliti melakukan penelitian
langsung pada IAIN Salatiga. Sedangkan informan adalah orang dalam
pada latar penelitian, dan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.29
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta
untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat.
27
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode…..…., 18.
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007,157.
29
Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto subjek penelitian adalah subjek
yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.30
Penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan
mendalam. Penentuan subjek penelitian atau responden dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara proportionate stratified random sampling,
adalah teknik sampling yang digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional.31
Jadi dari keterangan di atas, subjek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cuplikan/sampel dari populasi dengan
mengambil 2 mahasiswa nilai tertinggi pada setiap kelompok kualitas
nilai keislaman masing-masing jurusan.
5. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpula data pada penelitian kualitatif lebih diintensifkan
dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan
dokumen (dokumentasi) yang lebih intensif.32
Teknik yang pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi lapangan, wawancara serta dokumentasi.
Analisa data dilakukan dengan menjabarkan dan menganalisa segala
fenomena yang ditentukan di lapangan, mencari informasi dengan
wawancara pihak yang terkait sebagai pendukung informasi penelitian
30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, 145.
31
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: ALFABETA, 2012, 93.
32
sehingga menghasilkan kesimpulan objektif. Selanjutnya menelaah data
dan menyusun dalam satu kesatuan yang terimplementasi data.
Karenanya langkah-langkah yang akan ditempuh penulis sebagai berikut:
a. Mencari dan mengumpulkan data dari penulusuran observasi lapangan
melalui wawancara yang dilakukan secara terpimpin. Oleh karena itu,
peneliti menyiapkan pertanyaan sesuai dengan masalah-masalah yang
ditemukan dalam data.33 Wawancara langsung dengan sumber utama
(para dosen, mahasiswa, serta komponen yang mendukung lainnya)
berkenaan apa saja yang berhubungan dengan kompetensi keislaman
mahasiswa IAIN Salatiga.
Proses wawacara dalam hal ini dilakukan secara semi struktur,
dilakukan agar proses wawancara dapat berlangsung secara tepat, tidak
kaku dan terarah, untuk menggali informasi yang dibutuhkan berkaitan
dengan materi penelitian sesuai dengan kebutuhan. Melalui wawancara
diharapkan untuk mendapatkan data berupa tulisan/dokumen maupun
informasi yang diinginkan berbentuk percakapan.
b. Metode observasi digunakan untuk menggali informasi melalui
pengamatan secara langsung terhadap kondisi obyek penelitian.
Observasi sebagai metode ilmiah yang biasa diartikan suatu
pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang
venomena-venomena yang diselidiki. Observasi sebagai alat pengumpulan data
banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
33
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.34
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi real tentang
keislaman mahasiswa. Dalam observasi diusahakan untuk mengamati
keadaan yang sebenarnya tanpa usaha mempengaruhi, mengatur dan
memanipulasinya. Observasi juga dilakukan bila belum banyak
keterangan dimiliki tentang masalah yang kita selidiki.
c. Dokumentasi merupakan metode untuk mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.35 Metode dokumentasi
ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data yang ada sebagai
pelengkap dan pendukung penelitian.
d. Melakukan sejumlah langkah metodologis terhadap data yang telah
terkumpul, antara lain analisis, komposisi, klasifikasi dan deskripsi
masalah dalam kerangka pembahasan yang telah ditentukan.
e. Melengkapinya dengan beberapa teori yang bisa menjadi pendukung
atau bersangkutan dengan pokok pembahasan.
f. Mencoba memberikan kesimpulan yang diharap bisa menjadi sedikit
sumbangsih saran dalam permasalahan pokok pembahasan.
34
Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Panduan Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989, 109.
35
6. Teknik Analisis Data
Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif. Seperti menurut Bodgan & Biklen yang dikutip Lexy J.
Moleong bahwa teknik analisis data kualitatif merupakan upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensisnya,
mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.36
Proses pengumpulan data dan analisis data pada praktiknya
tidak mutlak dipisahkan. Kegiatan itu kadang-kadang berjalan secara
serempak, artinya hasil pengumpulan data kemudian ditindak lanjuti
dengan menganalisis data, kemudian hasil analisis data ini ditindak
lanjuti dengan pengumpulan data ulang. Proses analisis data dalam
penelitian ini mengandung tiga komponen utama yaitu:37
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Maka
dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari sumber data utama,
yaitu hasil data perolehan nilai tes diagnostik yang digunakan untuk
36
Lexy J. Moloeng, Metodologi ……….248.
37
menentukan tingkat kompetensi keislaman mahsiswa IAIN Salatiga
disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang sesuai
dengan tujuan penelitian.
Begitupun data yang diperoleh dari hasil wawancara dosen
(yang pernah menjadi kepala unit KOMDAIS) disusun secara
sistematis agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Diperkuat hasil wawancara dari mahsiswa yang sudah
dipilih untuk menjadi objek penelitian.
b. Penyajian Data (Display Data)
Dalam hal ini, Matthew B. Miles dan A. M. Huberman
membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Jadi data yang sudah direduksi dan
diklasifikasi berdasarkan kelompok masalah yang diteliti sehingga
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Data yang sudah disusun secara sistematis pada tahapan
reduksi data, kemudian dikelompokkan berdasarkan pokok
permasalahannya. Hasil tes diagnostik, mentoring yang diberikan
mahasiswa dan hasil wawancara dikumpulkan sehingga peneliti dapat
mengambil kesimpulan terhadap analisis kompetensi keislaman
mahasiswa IAIN Salatiga.
c. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)
berdasarkan tema yang diteliti, untuk menemukan makna dari data
yang dikumpulkan. Beberapa data hasil observasi lapangan akan
memberikan gambaran penuh untuk peneliti bisa memberikan
kesimpulan data. Kemudian kesimpulan diverifikasi selama penelitian
berlangsung hingga mencapai kesimpulan yang lebih mendalam.
Ketiga komponen analisa tersebut terlibat dalam proses
observasi lapangan akan saling berkaitan, sehingga menentukan hasil
akhir dari penelitian data yang disajikan secara sistematis berdasarkan
tema-tema yang dirumuskan. Data yang dihasilkan dalam observasi
digunakan untuk interpretasi data. Kemudian kesimpulan ditarik setelah
diadakan cross chek terhadap sumber lain melalui wawancara dan
pengamatan dilapangan tempat penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami
permasalahan dan pembahasan, maka penulisan penelitian ini menggunakan
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dikemukakan Latar Bekang Masalah, Perumusan
Masalah, Signifikansi Masalah, Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu yang relevan dan
Bab II Tinjauan Teori
Bab ini menguraikan teori-teori tentang kompetesi dasar keislaman
mahasiswa antara lain: pengertian kompetensi; komponen
kompetensi; keislaman mahasiswa, dan pentingnya kompetensi
keislaman bagi mahasiswa IAIN Salatiga.
Bab III Proses yang Dilalui Mahasiswa IAIN Salatiga Angkatan Tahun 2012
dalam Pencapaian Kompetensi Keislaman.
Bab ini memaparkan profil IAIN Salatiga, realitas nilai Komdais
mahasiswa, dan nilai 4 matakuliah keislaman mahasiswa IAIN
Salatiga angkatan Tahun 2012.
Bab IV Hasil Analisis Kompetensi Keislaman Mahasiswa IAIN Salatiga
Angkatan Tahun 2012.
Bab ini menjelaskan data perkembangan mahasiswa tentang kualitas
keislaman dari perolehan hasil uji Komdais mahasiswa dengan 4
matakuliah keislaman; hasil beberapa wawancara pada mahasiswa
IAIN Salatiga.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil
analisis dan pembahasan, serta saran-saran yang diharapkan dapat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian Kompetensi Keislaman
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi memiliki beberapa arti, secara etimologis kompetensi berasal
dari Bahasa Inggris yaitu competence yang artinya well-qualified atau
capabily. Dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan menjadi
berkualifikasi atau mempunyai kualifikasi atau mampu atau mempunyai
kemampuan.38 William D. Powel dalam aplikasi Linguist Version
berpendapat kompetensi berasal dari kata “competency” merupakan kata
benda yang diartikan sebagai kecakapan (kemampuan dan kompetensi)
dan wewenang. Kata sifat dari kompetensi adalah competent yang berarti
cakap, mampu dan tangkas.39 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
kompetensi adalah kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu
hal. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.40
Beberapa ahli berpendapat tentang kompetensi. Seperti halnya
Usman yang dikutip oleh Kusnandar mengatakan bahwa kompetensi
merupakan suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
38
Frederick C. Mish, Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, Springfield, MA: Merriam Webster, Inc. 2003, 257.
39
William D. Powel, Linguist Version 1.0, PT. Atlantis Programma Prima, 1997, 142.
40
seseorang, baik yang kualitatif.41 Susana menyebutkan pengertian
kompetensi adalah pengetahuan ketrampilan dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Suatu kompetensi
dapat berupa pernyataan tentang apa yang dilakukan siswa secara terus
menerus atau menetap dalam suatu rumpun mata pelajaran pada suatu
tingkat tertentu.42
Menurut pendapat Vendien C. Lynn, bahwa “competence my range
from recall and understanding of fact and concepts, to advanced motor
skill, to teaching behaviours and professional values”. Kompetensi dapat
meliputi pengulangan kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai pada
ketrampilan motor lanjut hingga pada perilaku-perilaku pembelajaran dan
nilai-nilai profesional.43
Asmani juga memberikan pengertian kompetensi adalah
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi,
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dinilai terkait dengan profesi
tertentu berkenaan dengan bagian yang dapat diaktualisasikan dan
diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi
tertentu.44 Menurut Hall dan Jones, kompetensi adalah pernyataan yang
menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang
41
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi, 2007, 51.
42
Tjipto Susana, PR dan Pelajaran Sulit Bisa Menyenangkan, Yogyakarta: Kanisius, 2006, 55.
43
C. Lynn Vendien, Physical Education Teacher Education, Newyork: Chichester Brisbone Toronto Singapura, 1985, 33.
44
Asmani, Jamal Ma‟ruf, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional,
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat
diamati dan diukur. Selanjutnya Richards menyebutkan bahwa istilah
kompetensi mengacu kepada perilaku yang dapat diamati, yang diperlukan
untuk menuntaskan kegiatan sehari-hari.45
Spencer dan Spencer dalam Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa
kompetensi merupakan karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan
menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam segala situasi, dan
berlangsung dalam periode waktu yang lama. Dari pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada kinerja seseorang
dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku.46
Menurut E. Mulyasa, kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada sistem pengajaran, kompetensi
digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu
kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan konseptualisasi pada
tingkat yang lebih tinggi. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat kompetensinya.47
Catano menjelaskan pengertian kompetensi dari berbagai sumber.
Beberapa diantaranya adalah:48
45
Masnur Muslich, KTSPPembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual: Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, 15.
46
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, 63.
47
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, 37-38.
48
a. Boyatzis menjelaskan bahwa kompetensi adalah kombinasi dari motif,
sifat, keterampilan, aspek citra diri seseorang atau peran sosial, atau
suatu bagian dari pengetahuan yang relevan. Dengan katalain,
kompetensi adalah setiap karakteristik individu yang mungkin terkait
dengan kesuksesan kinerja.
b. Linkage menjelaskan bahwa pola karakteristik dan terukur pengetahuan,
keterampilan, perilaku, keyakinan, nilai-nilai, sifat dan motif yang
mendasari, dan kemampuan kerja cepat mengaplikasikan pekerjaan.
c. Manisfield menjelaskan bahwa keterampilan dan sifat-sifat yang
dibutuhkan oleh karyawan untuk menjadi efektif dalam pekerjaan.
d. Mirabile menjelaskan bahwa keterampilan, pengetahuan, kemampuan
dan perilaku yang diperlukan untuk terlaksananya tugas pekerjaan.
e. Miyawaki menjelaskan bahwa perilaku yang diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan dasar dan untuk meningkatkan prestasi
kerja lebih tinggi.
f. Spencer & Spencer menjelaskan bahwa kompetensi adalah
karakteristik yang mendasari individu yang kausal berkaitan dengan
kinerja yang efektif dan/atau superior kriteria direferensikan dalam
pekerjaan atau situasi.
Dari beberapa pengertian di atas, kompetensi adalah pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang diperoleh seseorang untuk dapat
melakukan sesuatu dengan baik. Dengan demikian kompetensi merupakan
keterampilan, maupun nilai dan sikap dorongan untuk untuk mempunyai
prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan efektif.
Pada dasarnya kompetensi itu muncul dan berkembang melalui proses
belajar (learning process) dan melibatkan tiga domain yaitu: domain
kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Kompetensi itu sendiri
termasuk dalam domain kognitif.49 Kognitif menurut Nasser dapat diartikan
sebagai proses melalui mana informasi yang berasal dari indera manusia
ditransformasikan, direduksi, dielaborasi, dikembangkan dan digunakan.
Informasi dalam hal ini berarti masukan sensoris (sensory input) yang
berasal dari lingkungan yang menginformasikan tentang hal-hal yang sedang
terjadi pada Individu.50
Bloom mengemukakan juga bahwa kompetensi sebagai hasil
belajar termasuk ke dalam arah kognitif yang aspeknya terdiri dari:
a. Pengertian, dapat diartikan sebagai kegiatan mengingat:
1) Fakta-fakta dan istilah-istilah,
2) Cara atau alat yang digunakan untuk membuat spesifikasi, dan
3) Melakukan abstraksi melalui pembuatan prinsip-prinsip,
generalisasi, teori, dan struktur.
b. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti lebih
dalam mengenai materi yang telah dipelajari melalui kegiatan:
1) Menterjemahkan,
2) Menafsirkan,
49
Benjamin Samuel Bloom, Taxonomy of Educational Objective: Handbook 7, New York: Cognative Domain, 2003, 18
50
3) Mengekstrapolasi informasi.
c. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari dalam situasi tertentu.
d. Analisis, didefinisikan sebagai kemampuan merinci materi yang ada ke
dalam bagian-bagian dan membedakan:
1) Elemen-elemennya,
2) Hubungan-hubungannya, dan
3) Prinsip-prinsip organisasinya.
e. Sintesis, didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggabungkan
beberapa bagian menjadi satu kesatuan yang baru dalam bentuk:
1) Komunikasi yang unik,
2) Rencana operasi, dan
3) Seperangkat hubungan-hubungan yang abstrak.51
Dari definisi-definisi tersebut di atas, terdapat tiga hal pokok yang
tercakup dalam pengertian kompetensi, yaitu:
a. Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan karakteristik dasar lainnya dari individu.
b. Kompetensi selalu berkaitan dengan perilaku.
c. Kompetensi merupakan kriteria yang mampu membedakan mereka
yang memiliki kinerja yang unggul dan yang rata-rata.
Jadi kompetensi adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi
layak yang harus dimiliki oleh mahasiswa sesuai dengan status
51
pendidikannya. Kompetensi dasar mahasiswa merupakan seperangkat
penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang sudah dimiliki,
dihayati, dan dikuasai mahasiswa yang bersumber dari pendidikan,
pelatihan dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan kecakapannya
serta lebih mengembangkannya kembali secara profesional.
2. Komponen Kompetensi
Penetapan makna kompetensi dalam Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 232/U/2002 adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat kemampuan untuk
mengerjakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Dalam Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, Seorang yang kompeten
harus dapat memenuhi persyaratan:
a. Landasan kemampuan pengembangan kepribadian,
b. Kemampuan penguasaan dan ketrampilan (know how and know why),
c. Kemampuan berkarya (know to do),
d. Kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya dapat mandiri,
menilai dan mengambil keputusan secara bertanggungjawab (to be),
e. Dapat hidup bermasyarakat dengan bekerjasama, saling menghormati
dan menghargai nilai-nilai pluralisme, dan kedamaian (to live together).
Seseorang akan dikatakan kompeten pada suatu bidang, jika telah
Skill (Ketrampilan/ Psikomotorik), domain Knowledge (Pengetahuan/
Kognitif) serta domain Attitude (Sikap/Afektif).52
Menurut Spencer dan Palan, kompetensi terdiri dari 5 tipe
karakteristik yaitu:
a. Motif (kemauan konsisten sekaligus menjadi sebab dari tindakan),
b. Faktor bawaan (karakter dan respon yang konsisten),
c. Konsep diri (gambaran diri/Self-concept), semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Pengetahuan (informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu),
e. Keterampilan (kemampuan melaksanakan tugas fisik atau mental).53
Gordon menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung
dalam konsep kompetensi sebagai berikut:54
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif.
c. Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d. Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
52
Sugiyanto, dkk, “Penentuan Kompetensi Mahasiswa Berdasarkan Prestasi Akademik,
Sertifikat Kompetensi, Minat, dan Kegiatan Pendukung”, Jurnal Teknlogi Informasi, Volume 5, Nomor 2, 2009, 768.
53
Ronen Palan, Competence Management-A Practicionser’s Guide (Competency Management, teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi). Terjemahan: Octa Melia Jalal. Jakarta: PPM. 2007.
54
e. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka)
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang dating dari luar.
f. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang melakukan sesuatu.
Kompetensi terkait dengan segala yang diketahui manusia tentang
dirinya maupun lingkungan. Asumantri berpendapat bahwa kompetensi
merupakan khasanah kekayaan mental langsung atau tidak langsung
dapat memperkaya kehidupan manusia. Kompetensi manusia dapat
memecahkan berbagai macam permasalahan yang dihadapinya sehingga
kompetensi memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia.55
Hal ini relevan dengan pendapat pakar di atas yang mengatakan
bahwa kompetensi sangat penting dalam kehidupan manusia karena
kompetensi pada hakikatnya merupakan produk kegiatan berpikir, artinya
kompetensi yang diwujudkan dalam pikiran manusia merupakan hasil
kegiatan berpikir, tentang informasi yang diterima.56
3. Pengertian Keislaman Mahasiswa
Menurut Kamus Arti Kata, keislaman adalah segala sesuatu yang
bertalian dengan Agama Islam.57 John L. Esposito menyatakan, “While we
commonly speak of ‘Islam’, in fact many Islams or interpretations of Islam
exist. The images and realities of Islam and of muslims are multiple and
diverse…” Garis besar pernyataan Esposito menggambarkan bahwa
realitas keislaman umat muslim beragam. Keadaan tersebut juga dapat
55
A Sumantri Suri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, 1990, 104.
56
A Sumantri Suri, Filsafat………105.
57
ditemukan dalam realitas keislaman mahasiswa IAIN Salatiga. Dengan
latar kultur keluarga, lingkungan, serta pendidikan yang mereka alami
sebelum menjadi mahasiswa, keragaman keislaman tersebut sangat wajar.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Muslim dari Umar
bin Khattab RA, Rasulullah SAW bersabda bahwa risalah yang
diembannya terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu: akidah (iman), ibadah
(Islam), dan akhlak (ihsan). Ketiga unsur pokok inilah yang menjadi pilar
keislaman seseorang. Tiga aspek keislaman seseorang (akidah, ibadah dan
akhlak) tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.58
Unsur pokok keislaman mahasiswa dalam penelitian ini lebih
dikonsentrasikan pada profil wawasan ilmu-ilmu Islam yang dimiliki oleh
mahasiswa. Wawasan keislaman tersebut berupa pengalaman ibadah
mahasiswa dalam kesehariannya, seperti penguasaan Al-Qur‟an dan
menghafal bacaannya serta gerakan shalat. Karena keislaman mahasiswa
dalam penelitian ini mengikuti hasil uji Komdais berupa pengamalan
ibadah dilihat dari penguasaan Al-Qur‟an (kemampuan baca, tulis) dan
Fiqh (praktek ibadah dan aplikasi pengetahuannya) yang menjadi tolak
ukur bekal wawasan keislaman mahasiswa dalam penelitian.
Kemudian yang dimaksud kompetensi keislaman mahasiswa dalam
penelitian ini adalah kemampuan dan kecakapan yang dimiliki mahasiswa
IAIN Salatiga dari modal pengetahuan pendidikan dan pengamalan
ibadahnya dalam keseharian mereka. Penelitian dalam kompetensi dasar
58
keislaman ini difokuskan pada pengamalan ibadah keseharian mahasiswa,
seperti: penguasaan Al-Qur‟an, pengetahuan dan pengamalan ilmu Fiqh
dalam keseharian. Dan data bisa penulis dapat dari hasil ujian Komdais
yang diselenggarakan oleh IAIN Salatiga. Kemudian nilai hasil Komdais
tersebut dilihat perkembangannya dari hasil perkuliahan empat mata kuliah
yang mengandung ajaran Al-Qur‟an dan Fiqh.
B.Faktor Kompetensi Keislaman Mahasiswa
Kompetensi keislaman tersebut menjadi perhatian dalam penelitian ini karena
penulis melihat dalam realitanya opini masyarakat menilai bahwa mereka
mahasiswa IAIN Salatiga memiliki kompetensi keislaman memuaskan.
Namun menjadi kerisauan karena dalam faktanya penulis masih banyak
melihat pemandangan yang bisa menjadi nilai bahwa mahasiswa masih
banyak memiliki kompetensi kesilaman kurang.
Michael Zwell mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang adalah59:
1. Keyakinan dan nilai-nilai
Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan
sangat mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka
tidak kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara
baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu. Untuk itu setiap orang harus
59
berpikir positif tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan
menunjukkan ciri orang yang berpikir kedepan.
2. Keterampilan
Dengan memperbaiki ketrampilan, individu akan meningkat
kecakapannya dalam kompetensinya.
3. Pengalaman
Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman,
pengalaman dalam menyelesaikan masalah, dan sebagainya.
4. Karakteristik kepribadian
Kepribadian bukanlah sesuatu yang tidak dapat berubah.
Kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Orang merespon
dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitar. Walupun
berubah, kepribadian cenderung berubah dengan tidak mudah.
5. Motivasi
Memiliki dorongan, apresiasi, memberikan pengakuan dan
perhatian individual dapat memberikan pengaruh baik pada motifasi.
6. Isu Emosional
Hambatan emosional membatasi penguasaan kompetensi. Misal
takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak
7. Kemampuan Intelektual
Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti, pemikiran
analitis, dan pemikiran konseptual.
Kemudian faktor pengaruh kompetensi keislaman mahasiswa IAIN
Salatiga dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.60
1. Faktor Intern
Faktor intern di sini adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor intern ini terdiri dari dua yaitu faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
a. Faktor Fisiologis (Kesehatan)
Faktor intern berupa kesehatan ini terbagi menjadi dua, yaitu
kesehatan jasmani dan rohani.61 Hal ini dapat dilihat ketika seorang
belajar dengan kondisi fisik yang terganggu, seperti sakit dan lainnya,
mengakibatkan tidak bersemangat melaksanakan proses pembelajaran,
sehingga hasil yang hendak dicapai tidak maksimal. Begitu juga dengan
kesehatan rohani (jiwa). Ketika seorang mengalami gangguan jiwanya,
seperti rasa kecewa, sedih, pikirannya terganggu atau lainnya, maka
semangat belajar berkurang sehingga pembelajaran pun terganggu.
b. Faktor Psikologis
Banyak faktor yang termasuk dalam faktor psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar (hasil
60
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997, 144.
61