• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Informasi Kisah Sunan Gunung Jati Sebagai Penyembuh Melalui Buku Cerita Bergambar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Informasi Kisah Sunan Gunung Jati Sebagai Penyembuh Melalui Buku Cerita Bergambar"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

92 SURAT KETERANGAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertandatangan dibawah ini, penulis dan pembimbing, menyetujui:

Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan.

Bandung ( / / )

Penulis, Pembimbing,

(2)

i LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN INFORMASI KISAH SUNAN GUNUNG JATI SEBAGAI PENYEMBUH MELALUI BUKU CERITA BERGAMBAR

Rizky Destian NIM. 51912111

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal:

( / / )

Menyetujui, Pembimbing

Ambarsih Ekawardhani, M.Sn. NIP. 4127 32 06 001

Dekan Fakultas Desain

Prof. Dr. Primadi Tabrani

NIP. 4127 32 06 036

Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual

M. Syahril Iskandar, S.Sn., M.Ds.

(3)

ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Rizky Destian NIM : 51912111

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung, / /

Rizky Destian NIM. 51912111

Materai

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Rizky Destian

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 02 Desember 1994 Warga Negara : Indonesia

Tinggi , Berat Badan : 165cm , 53kg

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sersan Surip No.164/169A Rt 04/Rw 04 Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap. Bandung 40143

No. Telp. : (022) 2018643 - 085722679116

Email : rizky.destian@gmail.com

II. Pendidikan

2000 – 2006 : SDN Cidadap I Bandung 2006 – 2009 : SMPN 29 Bandung 2009 – 2012 : SMK Merdeka Bandung

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI KISAH SUNAN GUNUNG JATI SEBAGAI PENYEMBUH MELALUI BUKU CERITA BERGAMBAR

DK 38315 / Tugas Akhir

Semester II 2015-2016

oleh:

Rizky Destian NIM. 51912111

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta karunia-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul “PERANCANGAN INFORMASI KISAH SUNAN GUNUNG JATI SEBAGAI PENYEMBUH MELALUI BUKU CERITA BERGAMBAR”. Laporan Pengantar Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir untuk jenjang pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Dalam kesempatan ini, dengan penuh kerendahan dan keikhlasan hati penulis sampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua tercinta serta adik dan kakak, yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat baik moril maupun materil selama ini, Ibu Ambarsih Ekawardhani, M.Sn., selaku pembimbing tugas akhir ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, mengarahkan, serta dukungan kepada penulis, dan rekan-rekan mahasiswa yaitu rekan-rekan DKV-4, terutama Angga, Dadi, Farrid, Rizki, dan Yusuf yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi. Atas kebaikan dan kemurahan yang telah penulis terima semoga Allah SWT membalasnya dengan limpahan pahala.

Tidak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang sempurna. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Bandung, 17 Agustus 2016 Penulis,

(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan... 4

BAB II. KISAH SUNAN GUNUNG JATI SEBUAH SEJARAH ISLAM DI CIREBON ... 5

II.1 Tinjauan Tentang Sejarah ... 5

II.1.1 Manfaat Mempelajari Sejarah ... 6

II.2 Istilah Tentang Walisongo ... 7

II.2.1 Wali dan Sunan... 8

(8)

vii

II.2.1.2 Walisongo Berdasarkan Angkatan I – VI (1404-1478 M) ... 10

II.2.2 Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, 1448-1568 M) ... 11

II.2.3 Materi Sejarah Islam di Sekolah... 18

II.3 Analisa ... 19

II.4 Kondisi Khalayak ... 20

II.4.1 Pengetahuan Siswa-Siswi Terhadap Sunan Gunung Jati ... 20

II.4.2 Wawancara dengan Siswa-Siswi I... 21

II.4.3 Wawancara dengan Siswa-Siswi II ... 22

II.5 Resume Solusi Perancangan ... 22

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 24

III.1 Strategi Perancangan ... 24

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan... 24

III.1.1.1 Consumer Insight ... 26

III.1.1.2 Consumer Journey ... 26

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 26

III.1.3 Pendekatan Komunikasi ... 27

III.1.3.1 Pendekatan Visual ... 27

III.1.3.2 Pendekatan Verbal ... 27

III.1.4 Materi Pesan ... 28

III.1.5 Gaya Bahasa ... 28

III.1.6 Strategi Kreatif ... 28

III.1.7 Strategi Media ... 29

III.1.7.1 Tahap Informasi ... 30

III.1.7.2 Tahap Pengingat ... 31

(9)

viii

III.2 Konsep Visual ... 35

III.2.1 Format Desain ... 35

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 36

III.2.3 Tipografi ... 38

III.2.3.1 Tipografi Judul ... 38

III.2.3.2 Tipografi Narasi, Dialog, dan Credit ... 40

III.2.4 Ilustrasi ... 41

III.2.4.1 Studi Karakter ... 43

III.2.4.2 Studi Latar ... 46

III.2.4.3 Studi Properti ... 53

III.2.5 Warna ... 59

BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 61

IV.1 Teknis Produksi ... 61

IV.1.1 Hardware (Perangkat Keras) ... 61

IV.1.2 Software (Perangkat Lunak) ... 61

IV.2. Media Utama ... 62

IV.2.1 Sketsa Awal ... 62

IV.2.2 Perancangan Digital ... 63

IV.3. Media Pendukung ... 72

IV.3.1 Poster ... 73

IV.3.2 Label Penjualan ... 74

IV.3.3 X-Banner ... 75

IV.3.4 Mini X-Banner ... 76

(10)

ix

IV.3.6 Kartu Diskon ... 78

IV.3.7 Printcut Sticker ... 79

IV.3.8 Cutting Sticker ... 80

IV.3.9 Note Book (Buku Catatan) ... 81

IV.3.10 Pocket Book (Buku Saku) ... 82

IV.3.11 Gantungan Kunci ... 83

IV.3.12 Pin ... 84

IV.3.13 Pena Bolpoin / Bolpen ... 85

IV.3.14 Pensil Mekanis ... 86

IV.3.15 Isi Pensil Mekanis ... 87

IV.3.16 Penghapus ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(11)

89 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abdullah, Rachmad. (2015). Walisongo (Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa 1404-1482 M). Solo: Al-Wafi Publishing.

Iskandar, Yoseph. (1997). Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa). Bandung: CV. Geger Sunten.

Kertawibawa, Besta Basuki. (2009). Syarif Hidayatullah, Sang Pengembang Kerajaan Cirebon. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Kuntowijoyo. (1997). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Bentang Budaya.

Kusmiati, Artini R dkk. (1999). Teori Dasar Disain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan

Kusrianto, A. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: CV. Andi Yogy.

Turangan, Lily. (2014). Ensiklopedia Seni Budaya & Warisan Indonesia. Jakarta: PT. Aku Bisa.

Sumber Jurnal Internet

Cahyadi, Arif Tri. (2015). Perancangan Informasi Cerita Perang Badar Melalui Multimedia Interaktif. Diambil dari: http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse

&op=read&id=jbptunikompp-gdl-ariftricah-34167 [PDF]. (24 Juli 2016).

Hidayat, Fikri. (2014). Perancangan Buku Cerita Bergambar Pawang Hujan. Diambil dari: http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunik ompp-gdl-fikrihiday-34988 [PDF]. (29 Juli 2016).

(12)

90 Nurholis, Muhammad. (2012). Pengertian Media Informasi. Diambil dari:

(13)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, kebudayaan, serta agama. Indonesia terdiri dari beberapa provinsi, salah satunya adalah provinsi Jawa Barat yang ada di pulau Jawa. Seiring dengan berjalannya waktu, kota-kota di provinsi Jawa Barat mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, salah satunya adalah Cirebon. Cirebon dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam, yang menjadi titik awal menyebarnya agama Islam di wilayah Jawa Barat. Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Budha, dan Islam ke Cirebon, mayoritas masyarakat menganut keyakinan buhun / sunda wiwitan adalah agama atau kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur (animisme dan dinamisme). Segala hal telah diperjuangkan oleh para penyebar dakwah di tanah Jawa yang sering dikenal dengan sebutan Walisongo. Wali berarti wakil yaitu penyebar agama Allah (Islam) sedangkan songo (bahasa jawa) artinya sembilan, karena wali yang menjadi juru dakwah itu ada 9 (sembilan) orang.

(14)

2 menyeluruh, menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah sebagai cerminan siswa-siswi dalam melihat kehidupan di masa lalu. Pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), ada salah satu materi sebagai cerminan siswa-siswi untuk dapat mengetahui sejarah khususnya perkembangan sejarah Islam di Jawa Barat, yaitu penyebaran Islam yang dikisahkan melalui sosok Sunan Gunung Jati, cara-cara yang dilakukan membuktikan perjuangan dalam berdakwah menyebarkan agama Islam. Yakni dengan memahami dan meneladani hikmah dan nilai-nilai yang ada didalam materi sejarah yang dikisahkan melalui sosok Sunan Gunung Jati.

Kondisi saat ini berdasarkan data kuesioner dan wawancara yang dilakukan, antusias siswa-siswi untuk memahami dan mempelajari materi sejarah dinilai kurang baik. Dengan metode pembelajaran buku teks yang digunakan dalam pembelajaran siswa-siswi saat ini, berpengaruh terhadap kurangnya daya tarik siswa untuk menanggapi materi tentang kejadian cerita-cerita sejarah. Dengan metode buku teks, menjadi salah satu kendala bagi sebagian siswa yang memiliki kecenderungan tidak suka membaca. Idealnya dengan mempelajari materi sejarah yang dikisahkan melalui sosok Sunan Gunung Jati, siswa-siswi mampu memahami dan meneladani perjuangan yang telah dilakukan oleh Sunan Gunung Jati sebagai kompetensi dasar siswa-siswi. Dengan membuat sebuah buku teks menjadi lebih menarik, sangat memungkinkan sebuah pembelajaran bisa terbantu agar lebih efektif dalam penyampaian materi. Dengan demikian, hasil belajar yang diharapkan adalah siswa mampu memahami dan meneladani kisah-kisah perjuangan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu dalam upaya menyebarkan agama Islam yakni tentang materi sejarah dapat dengan baik tersampaikan kepada siswa-siswi. Selain itu, siswa dapat meneladani nilai-nilai yang dipetik untuk diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Fungsinya akan berdampak positif bagi siswa-siswi untuk mencerminkan kepribadian yang baik.

(15)

3 pendidikan menjadi suatu perancangan yang penting untuk dilakukan. Hal ini yang melatarbelakangi perancangan pembelajaran materi kisah Sunan Gunung Jati sebagai sebuah sejarah perkembangan Islam di Jawa Barat khususnya Cirebon.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang ada antara lain:

 Peran seorang Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon bisa menjadi guna inspirasi yang dapat dipelajari oleh para siswa-siswi di sekolah sebagai bahan pembelajaran sejarah Islam.

 Penyampaian materi sejarah pada jenjang pendidikan formal, materi lebih berfokus pada buku-buku teks.

 Buku teks menjadi salah satu kendala bagi sebagian siswa-siswi yang memiliki kecenderungan tidak suka membaca.

I.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

 Bagaimana menyajikan informasi materi sejarah yang dikisahkan melalui sosok Sunan Gunung Jati kepada siswa-siswi, sebagai media penunjang pembelajaran di sekolah?

I.4 Batasan Masalah

Setelah rumusan masalah diatas, maka batasan masalah yang digunakan adalah:  Mengingformasikan tokoh penyebar agama Islam di Cirebon yaitu Sunan

Gunung Jati.

(16)

4 I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Adapun tujuan perancangan ini adalah:

 Dapat memberikan kemudahan kepada siswa-siswi untuk mempelajari materi sejarah Islam yang dikisahkan melalui perjuangan Sunan Gunung Jati sebagai sebuah sejarah Islam tanpa adanya kesulitan.

 Memberikan sebuah metode pembelajaran yang bisa membantu siswa-siswi agar lebih antusias dalam pembelajaran materi sejarah.

Perancangan yang dilakukan bermanfaat untuk:

 Dapat memberikan pemahaman kepada siswa-siswi tentang pentingnya mempelajari materi sejarah khususnya sejarah Islam yang dikisahkan melalui sosok Sunan Gunung Jati. Sehingga, dengan adanya materi ini siswa dapat merealisasikan hasil belajarnya untuk memahami dan meneladani sikap perjuangan para penyabar agama Islam di masa lalu.

 Siswa-siswi menjadi tahu tentang kisah tokoh Sunan Gunung Jati ini adalah merupakan bagian dari sebuah sejarah Islam yang dimiliki oleh banga Indonesia.

 Pembaca bisa menghargai lebih terhadap sejarah kebudayaan yang dimiliki oleh negeri sendiri. Juga menambah perbendaharaan ilmu tentang salah satu sejarah Islam yang dimiliki oleh bangsa ini.

(17)

5 BAB II. KISAH SUNAN GUNUNG JATI SEBUAH SEJARAH ISLAM DI CIREBON

II.1 Tinjauan Tentang Sejarah

Sejarah berasal dari bahasa Arab syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah; bahasa Inggris history, bahasa Latin dan Yunani historia, dari bahasa Yunani history atau istor berarti orang pandai (Kuntowijoyo, 1997: h. 1).

Adapun beberapa tokoh mencoba mendefinisikan arti dari sejarah (seperti dikutip Mifathul, 2010), antara lain:

1. Ibnu Khaldun (1332-1406).

Sejarah merupakan catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.

2. Taufik Abdullah.

Sejarah adalah cerita tentang kejadian masa lampau. 3. Sartono Kartodirdjo.

Sejarah adalah gambaran pekembangan dan kehidupan kebudayaan manusia. 4. R. Mohammad Ali.

Sejarah adalah ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan kejadian atau peristiwa yang merupakan realita kehidupan manusia.

5. Dr. Roeslan Abdul Gani.

Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki secara sistematis keseluruhan peristiwa masyarakat di masa lampau.

(18)

6 Dari semua penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa sejarah merupakan peristiwa-peristiwa ataupun fenomena masa lampau yang di rekonstruksi oleh sejarawan untuk kepentingan manusia di masa sekarang. Yang berarti bahwa sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu.

II.1.1 Manfaat Mempelajari Sejarah

Menurut Louis Gotschalk (1975) guna mempelajari sejarah dibagi menjadi empat kelompok atau kategori, yaitu guna edukatif, guna instruktif, guna inspiratif, dan guna rekreatif. Masing-masing kategori dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Guna Edukatif (sebagai pelajaran)

 Dengan belajar sejarah dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia. Kejadian yang telah terjadi dan pernah dilakukan di masa lampau akan di jadikan pengalaman bagi suatu bangsa untuk melangkah lebih lanjut. Pengalaman tersebut dapat yang dialami sendiri maupun pengalaman dari generasi sebelumnya.

 Sejarah sebenarnya merupakan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari manusia sehingga dengan belajar dari sejarah manusia dapat mengembangkan potensinya dan menjadi lebih bijaksana dan arif dari peristiwa yang dialami di masa lalu guna menghadapi masa depan dan menjadi petunjuk dalam berperilaku.

2. Guna Inspiratif (sebagai inspirasi)

Sejarah dapat memberikan inspirasi melalui berbagai karya sejarah yang dibaca oleh pembacanya maupun berbagai peristiwa sejarah yang di pelajarinya serta di dengarnya. Karya sejarah memberikan inspirasi kepada para pembacanya atau yang mempelajarinya biasanya berkisar tentang perjuangan para pahlawan menentang penjajahan. Ataupun tindakan kepahlawanan dan peristiwa-peristiwa gemilang masa lampau yang dapat mengilhami perjuangan sekarang.

3. Guna Instruktif (sebagai pengetahuan)

(19)

7 4. Guna Rekreatif (sebagai petualangan menembus dimensi ruang dan waktu)

 Dengan membaca seseorang dapat mengetahui keadaan mengenai suatu peristiwa yang terjadi di suatu wilayah tanpa harus pergi dan melihat ke tempat terjadinya. Cukup membutuhkan imajinasi untuk membayangkan kejadiannya. Sehingga seolah-olah dapat berekreasi ke masa lalu dan berpetualang menembus dimensi ruang dan waktu.

 Seseorang dibawa oleh sejarah untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa yang jauh, yang mungkin saja tidak tahu tempatnya sehingga seolah-olah seseorang sedang berekreasi ke suasana yang lalu.

Pentingnya dalam mempelajari sejarah tidak lepas dari kehidupan setiap manusia untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu yang ada dari masa lalu untuk menghadapi masalah serupa dimasa depan, dan menjadikan manusia yang sebaik-baiknya.

II.2 Istilah Tentang Walisongo

Istilah wali berasal dari bahasa Arab, artinya adalah tercinta, pembantu, penolong, dan pemimpin. Bentuk plural-nya adalah auliya’. Al-Qur’an menyifati para wali Allah sebagai orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tidak ada kekhawatiran pada dirinya dan tidak pula bersedih hati (Abdullah, 2015: h. 65).

(20)

8 perintahkan serta mengerjakan amalan-amalan yang sunnah, sehingga mendapatkan berbagai karunia berupa kejadian luar biasa yang disebut karomah (Abdullah, 2015: h. 67).

II.2.1 Wali dan Sunan

Ketika menyebut istilah walisongo, maka umumnya masyarakat Jawa mengenal sebagai para ulama penyebar Islam yang jumlahnya sembilan wali. Kebanyakan menggunakan panggilan Sunan. Diantaranya adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Mbonang, Sunan Kalijogo, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Tidak ada kepastian tentang siapa orang yang pertama kali menetapkan hanya Sembilan wali tersebut sebagai walisongo, tanpa yang lainnya. Padahal antara satu sunan dengan sunan lainnya berbeda masa dan bahkan ada yang belum pernah bertemu dalam satu masa.

Sunan kependekan dari kata susuhunan atau sinuhun yang biasa dinisbatkan bagi para raja atau penguasa pemerintahan daerah di Jawa. Misalnya Sunan Gunung Jati sebagai penguasa di daerah bernama Gunung Jati, Cirebon. Sunan Ampel di daerah Ampel Dento. Sunan Giri sebagai penguasa di daerah Giri yang pengaruhnya sampai meluas jauh ke timur hingga luar Jawa, seperti Makassar, Hitu (Ambon), dan Ternate (Abdullah, 2015: h. 73).

Menurut Prof. Dr. Buya Hamka (1976), istilah sunan baru digunakan untuk menyebut para wali setelah wafatnya, bahwa gelar-gelar sunan itu baru dipasangkan atas diri para wali setelah meninggal belaka. Karena dipandang keramat dan kubur para wali dimuliakan sebagaimana memuliakan berhala. Sebab itu dibahasakan sunan. Sunan berasal dari kata sesuhunan, artinya adalah yang di-suhun atau dimohon, di mana disusun jari sepuluh untuk menyembahnya. Sebutan ini bersifat kompromis yang digunakan untuk memuliakan ulama agar sesuai dengan kemuliaan para raja (h. 65-66).

(21)

9 terkenal dari daripada nama aslinya, maka penggunaan istilah sunan dalam konteks ini tidaklah terlalu dipermasalahkan.

II.2.1.1 Nama dan Tempat Walisongo

Apabila nama-nama anggota walisongo itu ditelusuri, akan didapati lebih dari sembilan wali. Secara singkat dapat dituliskan sebagai berikut:

Tabel II.1 Nama dan Tempat Walisongo yang dikenal Masyarakat Sumber: Buku “Walisongo” hal.74, penulis Rachmad Abdullah (2016)

No. Nama Dikenal Tempat

1. Maulana Malik Ibrahim Sunan Gresik Gresik

2. Raden Rahmat Sunan Ampel Ampel

3. Raden Paku Sunan Giri Giri

4. Makhdum Ibrahim Sunan Mbonang Tuban

5. Raden Syahid Sunan Kalijogo Kadilangu

6. Ja’far Shodiq Sunan Kudus Kudus

7. Maseh Munat Sunan Drajat Tuban

8. Raden Umar Said Sunan Muria Muria

9. Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Cirebon

(22)

10 Namun ada juga para wali yang masih diperselisihkan, antara lain sebagai berikut:

Tabel II.2 Nama dan Tempat sebagian Wali yang diperselisihkan Sumber: Buku “Walisongo” hal.75, penulis Rachmad Abdullah (2016)

No. Nama Dikenal Tempat

1. Usman Haji Sunan Ngudung Ngudung, Jipang

2. Raden Santri Sunan Gresik Gresik

3. Raden Sayed Muhsin Sunan Wilis Cirebon

4. Haji Usman Sunan Manyuran Mandalika

5. Sultan Fattah Sunan Bintoro Demak

6. Raden Jakandar Sunan Bangkalan Madura

7. Khalif Husain Sunan Kertosono -

8. Raden Pandan Arang Sunan Tembayat Tembayut, Klaten

9. Ki Cakrajaya Sunan Geseng Lowanu, Purworejo

10. - Sunan Giri Prapen -

11. - Sunan Padhusan -

II.2.1.2 Walisongo Berdasarkan Angkatan I – VI (1404-1478 M)

Biografi para wali di tanah Jawa mulai dari angkatan ke-1 hingga ke-6 yang tergabung dalam majlis dakwah walisongo tetap berjumlah Sembilan. Salah seorang akan menggantikan ketika yang lain tutup usia. Berikut ini adalah tabel angkatan walisongo berdasarkan angkatan dan periode waktunya menurut Hasanu Simon (2004), antara lain:

Tabel II.3 Daftar Walisongo Berdasarkan Angkatan Sumber: Buku “Walisongo” hal.121, penulis Rachmad Abdullah (2016)

(23)

11

II.2.2 Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, 1448-1568 M)

(24)

12 Gambar II.1 Lukisan Syarif Hidayatullah / Sunan Gunung Jati

Sumber: Buku “Ensiklopedia Seni Budaya & Warisan Indonesia” hal.128, penulis Lily Turangan (2014)

Adapun rekam jejak tentang kisah Sunan Gunung Jati dalam upaya penyebaran agama Islam khususnya di Cirebon pada saat usia yang lebih muda, dibagi menjadi empat kategori peristiwa penting, antara lain sebagai berikut:

1. Latar Belakang (asal usul dan tempat kelahiran)

Syarif Hidayatullah lahir pada tahun 1448 M di Mekah Al-Mukarramah. Syarif Hidayatullah tinggal di Mesir bersama ayah dan ibunya. Ayahnya bernama Syarif Abdullah (Sultan Mahmud) bin Ali Nurul Alim dan ibunya bernama Nyai Lara Santang yang berasal dari Sunda, yang setelah menikah disebut Syarifah Muda’im dan merupakan adik dari Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana (Atja, 1972: h. 25).

(25)

13 untuk menyebarkan dakwah Islam di Cirebon. Lalu, diangkatlah adiknya yang bernama Syarif Nurullah sebagai Sultan Mesir (Abdullah, 2015: h. 100).

2. Perjalanan ke Jawa Hidayatullah berlayar menuju Banten. Disana sudah ada orang-orang yang masuk Islam. Ini adalah buah hasil dakwah Maulana Hasanuddin, Maulana Aliyuddin, dan Maulana Malik Isra’il maupun Sunan Ampel yang menjadi pemimpin walisongo angkatan ke-2 (Ekadjati, 1991: h. 102-103).

Oleh karenanya, setelah tahun 1470 M Syarif Hidayatullah menuju Ampel Dento dengan menumpang kapal orang-orang Islam dari Jawa Timur (Abdullah, 2015: h. 102). Setelah sampai di Ampel Dento, beberapa waktu kemudian walisongo angkatan ke-2 mengadakan musyawarah untuk menggantikan Muhammad Ali Akbar dan Maulana Malik Isra’il yang wafat, serta menetapkan anggota walisongo angkatan ke-3.

(26)

14 Dengan pembagian tugas ini, maka masing-masing wali mempunyai wilayah dakwah sendiri-sendiri. Para wali bertugas menggelorakan dakwah Islam sesuai keahliannya masing-masing.

3. Penyebaran Islam di Cirebon (kisah perjuangan dakwah)

Pada tahun 1468 M, Syarif Hidayatullah berusia 20 tahun. Dalam perjalanan ke Cirebon, Syarif Hidayatullah terlebih dahulu menetap di Gunung Sembung dan mendirikan pesantren. Di sinilah Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Gunung Jati (Abdullah, 2015: h. 207-208). Syarif Hidayatullah memutuskan untuk tinggal di pesantren Gunung Jati dan menjadi guru agama. Syarif Hidayatullah mengambil tempat di dukuh Sembung, Gunung Jati, Pasambangan, yang agak jauh dari keraton Pakungwati. Sehingga Syarif Hidayatullah secara bertahap bisa menyesuaikan diri dengan sikap hidup dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat Cirebon, karena ia masih dianggap orang asing dari negeri Arab.

Gambar II.2 Pangeran Cakrabuana (Walangsungsang)

Sumber: Film Sunan Gunung Jati [Video] (Diakses pada 09/06/2016)

(27)

15 kegiatan ceramahnya. Syarif Hidayatullah terus mencari solusi agar diperoleh metode dakwah yang efektif, akhirnya pamannya Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana) memanggil Syarif Hidayatullah, dan mendiskusikan rencana dakwah Islam di seluruh wilayah Pajajaran. Disamping itu, dibicarakan pula tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Untuk melancarkan dakwah, Syarif Hidayatullah oleh pamannya diberi gelar Syekh Maulana Jati, atau yang sehari-harinya lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Adanya perubahan metode dakwah tersebut menyebabkan Syarif Hidayatullah mulai berdakwah keliling, yang dimulai dengan lokasi di sekitar Gunung Jati.

Daerah yang pertama kali dikunjungi oleh Sunan Gunung Jati adalah dukuh Babadan, yang berjarak sekitar 3 km dari Gunung Jati. Dakwah keliling yang dilakukan Sunan Gunung Jati yaitu dengan metode pendekatan melalui tetua dukuh terlebih dahulu. Pendekatan ini adalah merupakan gagasan dari pamannya Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana), karena mengingat budaya dari masyarakat Pajajaran, yaitu apabila tokoh masyarakat bisa diajak masuk Islam, maka seluruh masyarakat dukuh tersebut akan manut dan mengikuti kepala dukuhnya. Pendekatan Sunan Gunung Jati dalam mengislamkan dukuh Babadan, tidak secara langsung dengan menyarankan masyarakat dukuh masuk Islam. Tetapi, melalui unjuk keahlian Sunan Gunung Jati dalam menolong Ki Gedeng Jumajan Jati yang tanamannya terserang hama penyakit. “…Ki Gedeng Jumajan Jati sangat kesal hatinya melihat tanamannya yang akan mati itu, maka keluarlah ucapannya, ‘Barangsiapa yang bisa menolong tanamanku yang kering ini, dan dia bisa membuatnya menjadi sehat kembali, menjadi segar seperti semula, maka anakku akan kuberikan kepadanya dan tidak kepalang dia pun akan kujunjung, kuangkat menjadi junjunganku” (Kertawibawa, 2007: h. 106).

(28)

16 menikahkan putrinya dengan Sunan Gunung Jati yang terjadi pada tahun 1471 (Kertawibawa, 2007: h. 106-107).

Gambar II.3 Ki Gedeng Jumajan Jati

Sumber: Film Sunan Gunung Jati [Video] (Diakses pada 09/06/2016)

Ketika itu, ada beberapa orang yang datang dari berbagai daerah menemui Sunan Gunung Jati, untuk memintanya memberikan pelajaran tentang agama Islam. Sunan Gunung Jati pun menitipkan pesan kepada umat muslim, khususnya pengikut dan masyarakat Cirebon, Sunan Gunung Jati memberikan pesan yang tak lain berbunyi, “Berjuanglah untuk keadilan, dan berbuatlah kebajikan pada karib kerabat dan siapa saja. Janganlah berbuat keji, munkar, dan dzalim. Laksanakanlah perintah Allah yang fardhu dan jangan lupa sunnah Rasul. Semoga Allah akan melindungi umatnya yang beriman kepada-Nya. Suratan takdir tidak bisa dielakkan. Apabila aku telah tiada, ku harap kalian melaksanakan pesanku. Aku titipkan fakir miskin dan masjid” (Kertawibawa, 2007: h. 111).

4. Akhir Hayat

(29)

17 masjid dan fakir miskin,"tegas juru kunci makam Gunung Jati, Jeneng HM Imron kepada merdeka.com, Cirebon, Rabu (13/5).

Gambar II.4 Pesan Sunan Gunung Jati di Masjid Cirebon

Sumber: http://www.merdeka.com/ramadan/meninggal-di-usia-120-tahun-ini-wasiat-sunan-gunung-jati.html

(Diakses pada 13/04/2016)

Ada makna yang dalam terkait pesan ini, baik secara sosial maupun secara spiritual. Menurut Jeneng HM Imron (2015), “Sunan Gunung Jati ingin agar masyarakat Cirebon terus menghidupkan masjid sebagai tempat aktivitas dakwah, beribadah sekaligus tempat berdiskusi”.

Amanah ini tertulis dan dipampang jelas di masjid Sunan Gunung Jati, Cirebon. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya di Keraton Kasepuhan dan terus menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat di Cirebon dalam usia 120 tahun karena sakit. Sunan Gunung Jati dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati (Ekadjati, 1975: h. 105).

(30)

18 II.2.3 Materi Sejarah Islam di Sekolah

Berdasarkan narasumber yaitu Guru di Sekolah yang berbasis Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang telah diwawancarai pada tanggal 11 Maret 2016, yaitu Bapak Ust. Gugun Gunawan menjelaskan bahwa:

Materi yang diajarkan dalam materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di PPI 1-2 Pajagalan mengikuti kurikulum yang telah ditentukan oleh para dewan guru di PPI 1-2 Pajagalan itu sendiri, dimana materi yang disampaikan berupa penjelasan secara jelas namun ringkas bagaimana asal-usulnya Islam masuk ke Nusantara, serta para siswa-siswi di perintahkan untuk mengetahui nama-nama kesembilan Walisongo, seperti Sunan Kalijaga, Sunan, Bonang, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, dan seterusnya. Para siswa-siswi belum mengetahui cara atau metode dari para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa tersebut.

Gambar II.5 Guru PPI 1-2 Pajagalan Bandung Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Adapun materi yang diberikan pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

yang diberikan kepada siswa-siswi yaitu dijelaskan rangkuman materi yang ada dibuat hanya secara keseluruhan saja bagaimana Islam bisa sampai ke Nusantara,

dengan isi yang terkandung dalam materi sejarah Walisongo menjelaskan bahwa

(31)

19 kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Suatu peristiwa yang diceritakan berdasarkan urutan batas waktu tertentu.

II.3 Analisa

Setelah dilakukan penelitian lapangan baik secara studi literatur maupun kuesioner dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa:

 Materi pelajaran terkait Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di sekolah, bahwa pemahaman siswa-siswi belum mengetahui tentang cara atau metode yang dilakukan oleh Walisongo khususnya di Cirebon-Jawa Barat yaitu Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan agama Islam.

 Sejarah yang dijelaskan di sekolah selalu linear berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus. Sejarah yang diajarkan berupa materi sejarah yang bersifat diakronik yang membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah berupaya dilihat segala sesuatunya dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronik seperti ini memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana sesuatu perubahan itu terjadi yang terpaku pada soal waktu. Seperti misalnya, Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920; Perang Diponegaro, 1925-1930; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

(32)

20 II.4 Kondisi Khalayak

II.4.1 Pengetahuan Siswa-Siswi Terhadap Sunan Gunung Jati

Mengetahui pengetahuan siswa-siswi tentang materi sejarah Islam khususnya terhadap materi sejarah yang dikisahkan melalui sosok Sunan Gunung Jati merupakan aspek penting dalam perancangan ini. Berdasarkan pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan pada tanggal 9 Maret 2016, sebanyak 155 responden yang terdiri dari siswa kelas VII-XII (tujuh sampai dua belas) SMP dan SMA dari dua sekolah, yaitu sebanyak 75 responden siswa-siswi SMP PPI 1-2 Pajagalan Bandung dan 80 responden SMA Negeri 15 Bandung. Didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel II.4 Pengetahuan Siswa-Siswi Terhadap Sunan Gunung Jati Sumber: Data Kuesioner (2016)

Dari dua sekolah yang telah dilakukan penyebaran kuesioner, sebanyak 60% siswa siswi dari kedua sekolah yaitu SMP PPI 1-2 Pajagalan Bandung dan SMA Negeri 15 Bandung menjawab bahwa terkait Walisongo atau tokoh penyebar Islam di wilayah Jawa Barat baik itu tempat, lokasi bersejarah, tokoh yang menyebarkan dan perjuangan apa saja yang dilakukan belum mengetahui secara

40%

60%

PENGETAHUAN SISWA-SISWI TERHADAP SUNAN GUNUNG JATI

(33)

21 pasti, sedangkan 40% sisanya menjawab mengetahuinya, namun hanya berdasarkan pada nama-nama 9 (sembilan) Walisongo.

Tabel II.5 Minat Siswa-Siswi Dalam Mempelajari Materi Sejarah Sumber: Data Kuesioner (2016)

Adapun kuesioner yang telah disebar dari dua sekolah yang telah dilakukan, sebanyak 64% siswa siswi dari kedua sekolah yaitu SMP PPI 1-2 Pajagalan Bandung dan SMA Negeri 15 Bandung menjawab “YA” bahwa siswa-siswi ingin kembali mempelajari materi sejarah khususnya sejarah Islam tentang kisah Walisongo, sedangkan 36% sisanya menjawab “TIDAK”.

Dari hasil kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa-siswi berminat dalam mempelajari materi sejarah, khususnya terkait sejarah Islam melalui kisah Walisongo khususnya Sunan Gunung Jati.

II.4.2 Wawancara dengan Siswa-Siswi I

Wawancara dilakukan dengan salah seorang siswa di SMA Negeri 15 Bandung yang bernama Ilham Suherman usia 17 tahun kelas XII SMA. Ilham menjelaskan bahwa materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang banyak diajarkan untuk siswa-siswi kelas X-XII SMA di sekolah, hanya berupa penjelasan mengenai

64 % 36 %

MINAT SISWA-SISWI DALAM MEMPELAJARI MATERI SEJARAH

(34)

22 perkembangan Islam pada periode modern dan peradaban Islam yang tinggi dan maju. Secara khusus tidak menjelaskan bagaimana Islam masuk ke Jawa Barat melalui kisah Walisongo, hanya saja memang dikenalkan bahwa Islam itu masuk ke Nusantara lewat para saudagar yang melakukan perdagangan. Sebagai orang yang menetap tinggal di Jawa Barat yaitu Bandung. Ilham mempunyai harapan bahwa adanya keinginan untuk mengetahui bagaimana asal-usul sejarah masuknya Islam di Jawa Barat. Siapa sosok yang berperan dalam tersebarnya agama Islam di Jawa Barat ini.

II.4.3 Wawancara dengan Siswa-Siswi II

Wawancara juga dilakukan dengan salah seorang siswi di SMP PPI 1-2 Pajagalan Bandung yang bernama Hasifa Ilmi Amimah usia 14 tahun kelas IX SMP. Hasil wawancara dengan Hasifa, menjelaskan bahwa materi yang disampaikan oleh Guru di sekolah terkait Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) cenderung monoton dan membosankan karena setiap para siswa-siswi belajar sejarah disuguhkan dengan buku teks yang hanya memiliki muatan teks saja tidak disertai gambar atau ilustrasi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi yang diceritakan dalam buku teks sejarah tersebut, sehingga menjadi kendala bagi sebagian siswa-siswi yang memiliki kecenderungan tidak suka membaca.

II.5 Resume Solusi Perancangan

Sejarah merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, sejarah adalah bagian dari masa lalu yang telah merubah kehidupan manusia secara turun temurun. Banyak bagian-bagian yang membentuk sejarah, diantaranya pelaku sejarah, wilayah-wilayah pelaku sejarah, dan kejadian yang dialami pelaku sejarah. Salah satunya adalah Sunan Gunung Jati, seorang tokoh penyebar dakwah Islam di Cirebon, seorang pemimpin agama Islam di wilayah Cirebon yang menjadi titik awal menyebarnya agama Islam di wilayah Jawa Barat.

(35)

23 muda. Hal ini dikarenakan media pendukung dalam penyampaian sejarah yang bermasalah dari buku teks yang panjang. Dalam materi pelajaran di sekolah, sejarah juga masih berupa catatan kronologis diakronik yang kejadiannya diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya atau perubahan sesuatu dari waktu kewaktu, dengan kata lain berupaya melihat segala sesuatu hanya dari sudut rentang waktu. Pendekatan sejarah tidak dilakukan secara keduanya yakni diakronik dan sinkronik yang mana berupa kejadian dari waktu kewaktu beserta analisa dari suatu kejadian pada saat tertentu.

(36)

24 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi adalah taktik atau rencana yang disusun dalam sebuah gagasan agar berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Strategi ini adalah untuk membuat solusi media yang menarik tentang perancangan informasi kisah Sunan Gunung Jati di Cirebon sebagai bahan media penunjang pembelajaran siswa-siswi. Untuk membentuk perancangan yang sesuai dengan yang diinginkan target audiens terkait solusi yang digunakan, maka dilakukan strategi dengan pendekatan komunikasi, materi pesan, gaya bahasa, khalayak sasaran perancangan, strategi kreatif, strategi media, dan strategi distribusi dan waktu penyebaran media.

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan

Khalayak pada umur 12-18 merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa (remaja), masih termasuk dalam tahap pencarian jati diri, berpola-pikir untuk bersenang-senang belum mendeskripsikan masa depannya secara detail namun mereka memiliki mimpi atau impian yang ingin diraih dimasa depan. Menyukai banyak hal, memiliki ambisi, semangat, dan rasa penasaran yang tinggi akan segala hal.

A. Target Audiens dari media informasi buku cerita bergambar tentang kisah Sunan Gunung Jati ini adalah sebagai berikut:

a. Demografis

 Usia : Remaja 12-18 tahun

Usia 12-18 tahun adalah usia rata-rata anak kelas VII – XII (tujuh sampai dua belas). Dimana materi ini diberikan.

 Status Ekonomi : Menengah dan menengah atas

(37)

25  Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

 Pekerjaan : Pelajar

 Pendidikan : Sekolah Menengah

Tingkat Menengah ini (SMP-SMA-MI/SMK), dipilih sebagai target audiens karena objek penelitian berkaitan dengan kurikulum pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ditempuh oleh siswa – siswi.

b. Psikografis

Media yang akan dibuat ditujukan kepada remaja yang menyukai cerita bergambar dan ilustrasi. Pada usia 12 – 18 tahun ini adalah usia rata-rata anak sekolah tingkat Sekolah Menengah. Dalam fase ini remaja sudah dapat berfikir abstrak dan memecahkan masalah. Pada masa ini juga remaja sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai. Pada anak laki-laki sering aktif dalam meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan berimajinasi. Pada keduanya memiliki rasa keingintahuan pada sesuatu, tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya (Yusuf, 2014).

c. Geografis

 Kawasan : Pendidikan

Segmentasi geografis perancangan media informasi ini, ditujukan untuk pelajar di Indonesia khususnya pemilihan tempat di kawasan perkotaan. Pemilihan ini dilihat dari tingkat sosial yang dimiliki target audiens yang cenderung memiliki tingkat sosial menengah dan menengah atas.

 Wilayah : Kota

(38)

26 (lebih spesifik lagi adalah di Kota Bandung)  Warga Negara : Indonesia

 Studi kasus : SMP PPI 1-2 Pajagalan Bandung dan SMA Negeri 15 Bandung.

d. Target Sekunder

Target sekunder dari buku Sang Penyembuh (Kisah Perjalanan Sunan Gunung Jati) ini adalah para orang tua dari remaja yang suka mengunjungi toko buku dan mall.

III.1.1.1 Consumer Insight

Insight dari perancangan ini adalah agar khalayak pembaca ‘merasakan atau membayangkan pengalaman yang pernah dialami oleh seorang tokoh dalam perancangan melalui visual lalu memberikan kesan setelah membaca, dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan’.

III.1.1.2 Consumer Journey

Khalayak pada umur 12-18 umumnya adalah siswa – siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat, secara umum dari hari senin sampai jumat yang sudah memulai aktivitasnya dari jam 7 pagi untuk bersekolah sampai siang (12.00 - 15.00), dan sepulang sekolah cenderung langsung pulang kerumah masing-masing atau berkumpul dengan teman-temannya untuk bermain di luar atau di rumah salah satu temannya, atau mengerjakan tugas sekolah bersama sampai sore hari (15.00 - 18.00). Di jam sore ke malam (18.00 - 22.00) pada umumnya seluruh siswa – siswi sudah ada di rumahnya masing-masing, berkumpul bersama dengan orang tua untuk makan malam atau mengerjakan pekerjaan rumah.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

(39)

27 padat, dan jelas ditambah elemen visual atau ilustrasi yang mendukung peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh Sunan Gunung Jati tersebut, sehingga target audiens lebih antusias saat membacanya. Adapun dari perancangan ini bertujuan untuk memunculkan empati siswa-siswi kepada sejarah.

III.1.3 Pendekatan Komunikasi

Dalam suatu penyampaian informasi dibutuhkan strategi untuk pendekatan komunikasi agar mudah dimengerti oleh terget audiens. Penyampaian komunikasi bisa berupa komunikasi secara verbal maupun visual, bisa juga dengan keduanya. Secara visual hal yang paling ditonjolkan dalam desain adalah layout, warna perancangan, lalu ilustrasi dengan deskripsinya. Dan secara verbal yang dimaksudkan berbentuk teks melalui tata bahasa majas yang tersirat dan yang tersurat. Pendekatan tersebut diharapkan memberikan efek ketertarikan kepada target audiens dengan komunikasi yang disajikan dalam media.

III.1.3.1 Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang akan digunakan adalah menggunakan gambar ilustrasi dari peristiwa-peristiwa penting yang dialami oleh tokoh utama Sunan Gunung Jati di Cirebon disertai narasi pada gambar ilustrasi tersebut. Pemilihan warna dari teks sampai hasil akhir layout. Gaya ilustrasi yang digunakan adalah semirealis. Gambar ilustrasi disesuaikan dengan gaya gambar pribadi dan juga tentunya disesuaikan untuk target audiens. Sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh target audiens. Adapun karakter tokoh utama yaitu Sunan Gunung Jati berdasarkan ciri-ciri fisik yang telah dijelaskan di dalam buku-buku sejarah.

III.1.3.2 Pendekatan Verbal

(40)

28 III.1.4 Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan yaitu berupa informasi yang menjelaskan tentang sejarah awal mula Sunan Gunung Jati datang ke pulau Jawa khususnya Cirebon. Menceritakan apa saja yang dilakukan oleh tokoh, metode serta cara berdakwah melalui unjuk keahlian pengobatan yakni dapat menyembuhkan penyakit. Dengan informasi tersebut pesan utama akan mulai terbuka dan tersampaikan pada target sasaran yaitu menjelajah waktu menuju masa lampau dengan berimajinasi melihat peristiwa-peristiwa yang telah dialami oleh tokoh Sunan Gunung Jati.

III.1.5 Gaya Bahasa

Gaya bahasa berfungsi sebagai alat penghubung komunikasi antara pesan yang akan disampaikan dengan pesan yang akan diterima, memiliki satu kesatuan agar tidak menimbulkan pesan yang berbeda. Secara umum gaya bahasa yang digunakan dalam perancangan ini menggunakan gaya bahasa yang bersifat informatif (bersifat menyampaikan/memberitahukan, memberi laporan/keterangan tentang sesuatu), dan beberapa bagian tulisan membantu mendeskripsikan peristiwa yang ada dalam ilustrasi ataupun sebaliknya ilustrasi menggambarkan peristiwa-peristiwa tertentu dalam tulisan. Salah satu gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa sinekdoke yaitu gaya bahasa yang mengungkapkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan ataupun sebaliknya.

III.1.6 Strategi Kreatif

(41)

29 III.1.7 Strategi Media

Strategi media dilakukan untuk melengkapi sarana yang akan digunakan sebagai alat komunikasi terhadap target audiens, dengan pemilihan buku sebagai media utama, disertai beberapa media pendukung, dan tentang strategi pendistribusian agar mendapatkan target pasar seluas-luasnya bagi media utama.

Dengan Adanya strategi media ini bertujuan supaya media yang akan diproduksi dapat terkofuskan. Buku cerita bergambar atau ilustrasi dipilih sebagai media utama karena buku cerita bergambar banyak digemari oleh target audiens. Buku cerita bergambar berisi tentang kisah Sunan Gunung Jati sebagai seorang penyebar agama Islam di Cirebon melalui unjuk keahlian lewat pengobatan penyakit. Materi disampaikan sesederhana mungkin sehingga informasi mudah dicerna dan dipahami oleh pembaca. Buku cerita bergambar ini berjudul “Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati)”.

Adapun sinopsis dari buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini sebagai berikut:

Sebuah perjalanan seorang pemuda bernama Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Perjalanannya ke Nusantara - Cirebon adalah sebagai upaya dalam menyebarkan agama Islam.

Namun, perjuangan tersebut tidak serta merta berjalan dengan mulus. Perjuangan yang dilakukan dalam menyebarkan Islam mendapat tantangan, salah satunya dari tetua di dukuh Babadan.

(42)

30 III.1.7.1 Tahap Informasi

Tahap informasi ini merupakan tahap untuk membangun perhatian calon konsumen dan membuat rasa penasaran konsumen agar konsumen tertarik dan terlibat dalam informasi yang disampaikan.

1. Poster

Gambar yang dicetak dengan ukuran besar, dalam bentuk pemberitahuan yang biasanya di tempel di dinding atau papan, biasanya untuk hiasan atau untuk mengiklankan sesuatu. Media poster ini sebagai media pendukung dalam mempromosikan dan menginformasikan tentang buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) kepada calon konsumen. Poster akan dibuat dengan ukuran 29,7 x 42 cm (A3) dan dicetak di atas art paper 150 gsm. Poster ini akan ditempatkan di toko-toko buku sebagai bentuk perhatian untuk mempromosikan produk penjualan, dan ditempelkan di sekolah-sekolah sebagai informasi singkat tentang buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati).

2. Label Penjualan

Label penjualan (promosi) ini dibuat sebagai media pendukung untuk menarik perhatian calon konsumen yang berisikan informasi tentang promosi media utama buku. Label ini dibuat dalam bentuk lingkaran dengan diameter 25 cm.

3. X-Banner

(43)

31 4. Mini X-Banner

Mini x-banner ini digunakan untuk menyampaikan informasi dengan pondasi berbentuk “x”. Media mini x-banner dalam perancangan ini akan berisi informasi dan promosi produk hasil dari perancangan yang dibuat. Hal ini yang akan membantu dalam menyampaikan informasi dan promosi, yang akan diletakan di toko-toko penjualan dan diletakan meja-meja display untuk memberikan informasi buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati). Mini x-banner ini dicetak dengan ukuran 25 x 40 cm.

5. Flyer

Flyer atau biasa disebut dengan surat edaran yang disebarluaskan kepada masyarakat dengan cara dibagikan langsung kepada konsumen atau bisa didapatkan di toko-toko penjualan. Flyer ini digunakan sebagai media pendukung yang berisikan informasi bersifat personal kepada calon konsumen. Informasi yang diberikan lebih detail untuk memudahkan konsumen dalam mencari informasi tentang produk buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati). Flyer ini dicetak dengan ukuran 21 x 14,8 cm (A5).

6. Kartu Diskon

Kartu diskon ini digunakan sebagai media pendukung bersifat informasi untuk menarik calon konsumen sehingga calon konsumen tertarik untuk membeli produk yang dipromosikan. Dalam perancangan ini kartu diskon dibuat dalam ukuran 9 x 5,5 cm yang disebarluaskan melalui kegiatan-kegiatan sekolah.

III.1.7.2 Tahap Pengingat

(44)

32 1. Printcut Sticker dan Cutting Sticker

Stiker dipergunakan sebagai media pendukung untuk membentuk perhatian kepada calon konsumen dari media utama. Stiker merupakan media yang bisa diaplikasikan dimana saja, maka dari itu stiker adalah salah satu media pendukung yang tepat untuk dijadikan media pengingat. Stiker ini akan dicetak dengan teknis printcut dengan ukuran variatif dan cutting dengan ukuran 12 x 2,5 cm, untuk ditempel di berbagai media yang dimiliki target audiens. Dapat di tempelkan di kendaraan, kaca rumah, buku catatan, meja belajar, dan lainnya.

2. Gantungan Kunci

Gantungan kunci adalah benda yang sangat sering dipakai dan dibawa kemana-mana dan media ini bisa dijadikan sebagai hadiah dari media utama. Gantungan kunci ini dibuat dalam bentuk lingkaran dengan diameter 5 x 8 cm.

3. Pin

Pin dipergunakan sebagai media gimmick untuk mengingatkan target audiens dari media utama, untuk memberikan rasa memiliki terhadap media utama. Pin ini dibuat dalam bentuk lingkaran dengan diameter 5 x 8 cm, dapat dipasang diberbagai media yang dimiliki oleh target audiens seperti di tas, baju, dan lainnya.

4. Pena Bolpoin / Bolpen

Pena Bolpoin ini dipergunakan sebagai media pendukung untuk mengingatkan target audiens dari media utama. Pena Bolpoin ini juga sebagai alat tulis bagi konsumen untuk membangun rasa memiliki terhadap media utama.

5. Pensil Mekanis

(45)

33 6. Isi Pensil Mekanis

Isi pensil mekanis ini merupakan satu kesatuan dari media pensil mekanis. Media ini diperlukan ketika target audiens membutuhkan isi pensil yang telah habis. Adapun isi pensil mekanis ini dipergunakan sebagai media pendukung untuk mengingatkan target audiens dari media utama. Isi pensil mekanis ini juga sebagai alat tulis bagi konsumen untuk membangun rasa memiliki terhadap media utama.

7. Penghapus

Penghapus ini dipergunakan sebagai media pendukung untuk mengingatkan target audiens dari media utama. Penghapus ini juga sebagai alat tulis bagi konsumen untuk membangun rasa memiliki terhadap media utama.

8. Note Book (Buku Catatan)

Buku catatan ini dibuat sebagai media pengingat dalam perancangan ini. Media ini sebagai alat bantu konsumen untuk mencatat hal-hal penting atau lainnya yang berkaitan dengan keseharian konsumen. Buku catatan ini dibuat dalam ukuran 10,6 x 15,5 cm.

9. Pocket Book (Buku Saku)

Buku saku ini dibuat sebagai media pengingat dalam perancangan ini. Media ini sebagai alat bantu konsumen untuk mencatat hal-hal penting atau lainnya yang berkaitan dengan keseharian konsumen. Buku catatan ini dibuat dalam ukuran 5,3 x 7,75 cm.

III.1.8 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

(46)

34 dimiliki. Wilayah penyebaran tersebut sebagian besar adalah tempat dimana target biasa mencari atau membeli buku dan sebagian sebagai daerah pergaulan target audiens.

Tabel III.1 Distribusi Media Tahun 2016 Sumber: Pribadi (2016)

Dalam penjualan media utama yaitu buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini dibagi menjadi dua macam paket penjualan, yaitu:

No Media Bulan

Agustus September Oktober

Media Utama

(47)

35  Paket Ekonomis

Pembeli dapat membeli hanya buku cerita bergambarnya saja seperti membeli buku pada umumnya. Dalam pembelian paket ekonomis nantinya akan mendapatkan pocket book, pin, gantungan, printcut sticker dan cutting sticker yang terdapat di dalam buku tersebut.

 Paket Istimewa

Jika pembeli membeli buku dengan paket ini, maka pembeli akan mendapatkan Buku dengan hard cover, beberapa media pendukung sebagai souvenir seperti, note book (buku catatan), pocket book (buku saku), pena bolpoin / bolpen, pensil mekanis, isi pensil mekanis, penghapus, pin, gantungan, printcut sticker dan cutting sticker. Tentunya dengan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga paket ekonomis.

III.2 Konsep Visual

(48)

36 III.2.1 Format Desain

Format desain buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini terdiri atas media yang dibuat berbentuk buku berukuran custom 21 x 21 cm, format persegi dengan bentuk buku yang lebih berbentuk kotak membuat lebih nyaman dalam membaca dan melihat visual, juga agar layout antara gambar ilustrasi dan teks dapat ruang yang sama sehingga tidak melelahkan mata. Buku cerita bergambar ini dibuat dengan jumlah halaman tidak lebih dari 40 halaman isi, karena menyesuaikan dengan isi cerita per-chapter dan juga konten-konten pembuka.

Gambar III.1 Desain Cover Buku Ilustrasi Sumber: Pribadi (2016)

III.2.2 Tata Letak (Layout)

(49)

37 Adapun tata letak buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini, sebagai berikut:

Gambar III.2 Tata Letak Buku Ilustrasi Sumber: Pribadi (2016)

Gambar III.3 Cara Membaca Buku Ilustrasi (dari kiri ke kanan) Sumber: Pribadi (2016)

(50)

38 III.2.3 Tipografi

Tipografi sebagai huruf merupakan salah satu elemen penting yaitu tanda baca sebagai alat cara berkomunikasi, terutama dalam sebuah buku. Untuk pemilihan jenis huruf, dipilih dengan seksama karena sangat mempengaruhi kenyamanan pembaca dalam membaca pesan yang disampaikan. Adapun huruf yang akan digunakan dalam perancangan buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini, ada berbagai macam pilihan font untuk bagian-bagian didalamnya.

III.2.3.1 Tipografi Judul

Tipografi yang digunakan dalam judul buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini adalah font Ringbearer untuk tulisan “Sang Penyembuh”. Tipografi sub judul “kisah perjalanan Sunan Gunung Jati” menggunakan font FairydustB.

(51)

39 Gambar III.5 Font FairydustB (Untuk Sub Judul Buku Ilustrasi)

Sumber: Pribadi (2016)

(52)

40 Berikut judul dan sub judul pada buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati):

Gambar III.6 Judul Buku Ilustrasi Sumber: Pribadi (2016)

III.2.3.2 Tipografi Narasi, Dialog, dan Credit

Untuk Narasi dan Dialog menggunakan font Vijaya. Huruf ini digunakan sebagai kalimat yang disajikan dalam setiap halaman pada buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini. Dengan landasan huruf ini memiliki keterbacaan yang cukup jelas untuk itu.

(53)

41 Sementara untuk media-media pendukung seperti page number dan credit huruf yang digunakan yaitu font Swis721 WGL4 BT.

Gambar III.8 Font Swis721 WGL4 BT Sumber: Pribadi (2016)

III.2.4 Ilustrasi

(54)

42 Adaun gaya ilustrasi yang dipakai pada perancangan ini menitik beratkan pada penggambaran keadaan pada masa itu secara imajinatif. Karakter menggunakan gaya vector semirealis, dibuat dengan teknik sketsa manual (gambar tangan) dan pewarnaan digital, dengan menggunakan sedikit editan yang akan membantu memperkuat kesan unik dan menarik, sesuai dengan cerita yang diubah menjadi cerita faksi, yaitu cerita yang berdasarkan kisah nyata namun ditambah dengan “bumbu-bumbu penyedap” agar cerita semakin enak dibaca.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar III.9 Referensi gambar karya Bill Wray, Krall dan Scott Willis. Referensi karakter (a), (b), dan (c). Referensi Latar (d) dan (e).

(55)

43 III.2.4.1 Studi Karakter

Tokoh utama dalam buku cerita bergambar ini adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Diceritakan Sunan Gunung Jati adalah seseorang yang datang dari negeri jauh yaitu Mesir dan tinggal di Nusantara tepatnya Cirebon. Adapun studi karakter pada tokoh utama yakni Sunan Gunung Jati ini berdasarkan ciri-ciri fisik yang telah dijelaskan di dalam buku-buku sejarah. Karakter tokoh utama dibuat pada saat masih muda yakni 20 thn. Untuk tokoh pendukung yakni Ki Gedeng Jumajan Jati dan Pangeran Cakrabuana (Walangsungsang) studi karakter berdasarkan wajah masyarakat Cirebon, namun disesuaikan dengan karakter tokoh utama yang berasal dari luar pulau Jawa, agar memiliki keselarasan dalam karakter visual.

 Tokoh Utama

Nama : Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Umur : 20 thn

Karakter : Protagonis

(bersifat terpuji, penolong, dan tidak sombong) Ciri Fisik :

1. Berperawakan tinggi

2. Kulitnya tidak terlalu putih dan tidak pula sawo matang (tidak seputih warna kapur dan tidak terlalu coklat)

3. Wajahnya putih kemerahan 4. Alis tebal

5. Matanya hitam 6. Mulut lebar 7. Hidung mancung

8. Tidak berkumis dan tidak berjenggot

9. Rambut hitam (tidak keriting dan tidak lurus). Panjangnya sampai pundak

10.Berpakaian gamis jubah dan pangsi/pakaian adat (menyesuaikan dengan masyarakat setempat)

(56)

44  Tokoh Pendukung

Nama : Ki Gedeng Jumajan Jati

Umur : 56 thn

Karakter : Antagonis

(bersifat sombong dan angkuh)

Nama : Pangeran Cakrabuana (Walangsungsang)

Umur : 45 thn

Karakter : Protagonis

(bersifat terpuji dan penyayang)

Berikut adalah gaya gambar penulis:

Gambar III.10 Referensi Foto Sunan Gunung Jati Sumber:

(57)

45 Gambar III.11 Hasil Akhir Ilustrasi Sunan Gunung Jati

Sumber: Pribadi (2016)

Gambar III.12 Referensi Foto Ki Gedeng Jumajan Jati

Sumber: Film Sunan Gunung Jati [Video] (Diakses pada 09/06/2016)

(58)

46 Gambar III.14 Referensi Foto Pangeran Cakrabuana (Walangsungsang)

Sumber: Film Sunan Gunung Jati [Video] (Diakses pada 09/06/2016)

Gambar III.15 Hasil Akhir Ilustrasi Pangeran Cakrabuana (Walangsungsang) Sumber: Pribadi (2016)

III.2.4.2 Studi Latar

(59)

47 Gambar III.16 Referensi Pantai

Sumber: http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2012/12/06/18038-0_663_382.jpg (Diakses pada 15/06/2016)

(60)

48 Gambar III.18 Referensi Keraton Kasepuhan Cirebon

Sumber: http://www.klikhotel.com/blog/wp-content/uploads/2015/04/keraton-kasepuhan-1.jpg (Diakses pada 15/06/2016)

(61)

49 Gambar III.20 Referensi Keraton Pakungwati

Sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2014/01/02/1704093DSC-04401780x390.JPG (Diakses pada 15/06/2016)

(62)

50 Gambar III.22 Referensi Desa

Sumber:

http://bpkad.banjarkab.go.id/wp-content/uploads/2016/06/692058_07021515022016_desa_660-600x300.jpg (Diakses pada 16/06/2016)

(63)

51 Gambar III.24 Referensi Bukit

Sumber:

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/1d/ee/8b/1dee8b4e1e220ff449bf0b5389d87b1e.jpg (Diakses pada 16/06/2016)

Gambar III.25 Referensi Menara Batu

(64)

52 Gambar III.26 Hasil Akhir Ilustrasi Bukit dan Menara Batu

Sumber: Pribadi (2016)

Gambar III.27 Referensi Sawah

(65)

53 Gambar III.28 Hasil Akhir Ilustrasi Sawah

Sumber: Pribadi (2016)

III.2.4.3 Studi Properti

Studi properti dirancang sebagai alat pelengkap dalam perancangan buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini. Tambahan elemen visual yang ada pada halaman buku menjadi elemen visual yang dapat membantu didalam perancangan buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini menjadi lebih menarik. Beberapa tampilan visual dengan menggunakan baju pangsi/pakaian adat yakni menyesuaikan dengan masyarakat setempat yang masih pada tradisi budaya.

Berikut studi properti dalam perancangan ini:  Baju Pangsi/Pakaian Adat

(66)

54 Gambar III.29 Referensi Baju Pangsi/Pakaian Adat

Sumber:

http://4.bp.blogspot.com/-e3Ik9ecDXzE/U6WfCy2nMGI/AAAAAAAAADI/miDVVEnJUlA/s1600/020620 144552pangsi_06.jpg (Diakses pada 19/06/2016)

(67)

55  Iket Kepala

Iket kepala ini digunakan oleh tokoh utama dan tokoh pendukung. Properti dari iket kepala menyesuaikan dengan masyarakat setempat yang masih pada tradisi budaya.

Gambar III.31 Referensi Iket Kepala

Sumber: http://trifanews.com/wp-content/uploads/2013/04/Iket-Sunda4.jpg (Diakses pada 19/06/2016)

(68)

56  Tasbih

Tasbih ini digunakan oleh tokoh utama yaitu Sunan Gunung Jati sebagai sumber dari kekuatan atau kesaktiannya yang bertumpu pada Sang Pencipta (Allah SWT).

Gambar III.33 Referensi Tasbih

Sumber: http://rumahtasbih.com/wp-content/uploads/2015/09/tasbih2.jpg (Diakses pada 19/06/2016)

(69)

57

 Tombak

Tombak ini digunakan dalam kejadian adu kesaktian antara tokoh utama dan tokoh pendukung. Tombak ini diceritakan memiliki kesaktian, dengan diberi nama Ki Tutur.

Gambar III.35 Referensi Tombak

Sumber: http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Mata-Tombak2.jpg (Diakses pada 20/06/2016)

(70)

58  Keris

Keris ini digunakan dalam kejadian adu kesaktian antara tokoh utama dan tokoh pendukung. Keris ini diceritakan memiliki kesaktian, dengan diberi nama Ki Sema.

Gambar III.37 Referensi Keris Sumber:

http://3.bp.blogspot.com/-Qzq41zOMcN8/UNu3KVM_UmI/AAAAAAAAFoM/0RCMKjSwrPY/s1600/ker is+damar+murub.jpg (Diakses pada 20/06/2016)

(71)

59 III.2.5 Warna

Warna merupakan unsur penting dalam suatu objek desain. Karena dengan warna seseorang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk bentuk visual secara jelas. Menggunakan warna yang tepat dalam pembuatan suatu karya dibidang desain grafis merupakan suatu yang cukup rumit, hal ini disebabkan karena warna mempengaruhi psikologi target. Seperti yang dijelaskan oleh Adi Kusrianto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Desain Komunikasi Visual (2007: 46) yakni “Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, semangat dan lainnya”.

Untuk pewarnaan di buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini, menggunakan tema warna “intermediate” yakni warna -warna tersier atau menengah. Warna tersier adalah -warna yang dihasilkan dari campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder dalam sebuah ruang warna. Istilah warna tersier pada awalnya merujuk pada warna-warna "netral", yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer. Ini akan menghasilkan warna putih atau kelabu, dalam sitem warna cahaya additif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu atau hitam. Warna tersebut dipilih untuk dapat memunculkan kesan yang dinamis, dramatis serta misterius. Selain itu layout yang digunakan pada buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini dibuat dengan bernuansa perjalanan, petualangan, perjuangan serta pengorbanan, dengan menggunakan komposisi warna tersier. Warna yang digunakan juga diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya supaya memberikan kekuatan dan mendukung elemen grafis lainnya untuk membantu pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

(72)

60 adalah kependekan dari cyan-biru, magenta-merah, yellow-kuning, dan warna utamanya black-hitam, dan seringkali dijadikan referensi sebagai suatu proses pewarnaan dengan mempergunakan empat warna, yang merupakan bagian dari model pewarnaan yang sering dipergunakan dalam pencetakan berwarna.

Adapun warna-warna yang digunakan dalam perancangan ini sebagai berikut:

(73)

61 BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Teknis Produksi

Dalam memasuki teknis produksi sebuah media, terlebih dahulu harus menyiapkan beberapa rencana yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama yang harus dilakukan pada pembuatan buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini adalah mempersiapkan segala peralatan, data dan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah buku ini, yaitu Hadware dan Software. Tahap ini sangat penting dalam proses pembuatan sebuah teknis produksi, agar pada pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tahap berikutnya adalah tahap perencanaan, tahap ini terdiri dari penentuan gagasan, storyline, tata letak (layout) serta desain dan produksinya.

IV.1.1 Hardware (Perangkat Keras)

Teknologi komputer yang saat ini semakin canggih, para user dapat membuat pekerjaannya semakin mudah dan cepat, serta bisa menghasilkan suatu karya digital yang lebih baik dan bagus. Adapun hardware yang digunakan dalam proses perancangan informasi buku cerita bergambar Sang Penyembuh (kisah perjalanan Sunan Gunung Jati) ini antara lain sebagai berikut:

- Laptop Acer

- Processor Intel Core i5 - Memory 4096 MB RAM - Mouse Intopic

- CanoScan LIDE 100

IV.1.2 Software (Perangkat Lunak)

(74)

62  Adobe Photoshop CC

Software Adobe Photoshop CC ini digunakan untuk proses coloring pada sketsa yang telah dibuat yang sebelumnya telah melalui proses scan.  Adobe InDesign CS6

Software Adobe InDesign CS6 ini digunakan untuk proses pemberian teks pada hasil yang terlah di coloring pada sketsa di Adobe Photoshop CC.

IV.2 Media Utama

Media utama yang dipilih adalah buku cerita ilustrasi dengan isi cerita kisah Sunan Gunung Jati, dimana isi cerita adalah cerita nonfiksi yang intisari cerita diambil dari buku-buku sejarah yang mengisahkan agama Islam masuk ke Jawa Barat melalui pintu Cirebon. Kemudian dilanjutkan oleh pembuatan konsep cerita, storyboard dan study visual mengenai tema. Storyboard mempermudah pengerjaan dan pengaturan skema tata letak cerita sehingga dari awal sudah bisa diperkirakan akan jadi berapa halaman nantinya buku cerita bergambar ini dicetak. Sketsa dibuat dengan gambar tangan atau manual, adapun pewarnaan menggunakan teknis digital. Setelah gambar dibuat, kemudian gambar tersebut di scan untuk kemudian proses coloring serta di atur tata letak dan dimasukan teks untuk cerita narasi dengan menggunakan Adobe InDesign CS6.

IV.2.1 Sketsa Awal

Sketsa awal dibuat untuk mempermudah pada tahap coloring, berikut beberapa sketsa awal dalam perancangan ini:

Gambar

Tabel II.4 Pengetahuan Siswa-Siswi Terhadap Sunan Gunung Jati
Tabel II.5 Minat Siswa-Siswi Dalam Mempelajari Materi Sejarah
Tabel III.1 Distribusi Media Tahun 2016
Gambar III.9 Sumber: https://id.pinterest.com/lexjonesesq/bill-wray-dan-krall-and-scott-willis/ Referensi gambar karya Bill Wray, Krall dan Scott Willis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah, hasil penelitian ini menemukan 74 bentuk tindak tutur ekspresif dengan 16 jenis tindak tutur ekspesif yang terdiri dari 15 tuturan ekspresif

Sikap siswa kepada guru merupakan suatu bentuk reaksi atau respon yang berupa rasa senang atau suka (sikap positif), rasa tidak senang atau tidak suka (sikap

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

mengandung kekerasan simbolik, dan di dalam iklan Partai Nasdem terdapat1. dua video iklan politik yang mengandung

Perihal : Undangan Verifikasi dan Konfirmasi Penyedia Barang/Jasa untuk Paket Pekerjaan Pengadaan Kendaraan Dinas Roda Dua (Sepeda Motor Trail) pada Badan

sebagai wadah sekunder dan diberi t anda pada bagian l uar i nner car t on sesuai dengan j enis dan ukuran udang, i nner car t on yang t erbuat dari kart on berl apis l

Jika kubus panjang rusuknya 13 cm, dibuat kerangka kubus dari kawat, maka panjang kawat yang dibutuhkan…... Banyak diagonal ruang kubus ABCD.EFGH

Turunan fungsi yang ada pada metode iterasi tersebut diaproksimasi menggunakan beda terbagi dan interpolasi Hermite orde dua dan tiga, sehingga diperoleh metode iterasi baru