119
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa iklan politik
Partai Golkar dan Partai Nasdem terdapat muatan unsur-unsur kekerasan
simbolik. Dalam iklan Partai Golkar terdapat empat video iklan politik yang
mengandung kekerasan simbolik, dan di dalam iklan Partai Nasdem terdapat
dua video iklan politik yang mengandung kekerasan simbolik.
Adapun video iklan politik Partai Golkar dalam Pemilu DPR 2014
yang mengandung kekerasan simbolik adalah iklan versi “Ayo Pilih Golkar”, “Suara Ibu Rumah Tangga”, “Suara Nelayan”, dan “Suara Petani”.
Video iklan politik Partai Nasdem dalam Pemilu DPR 2014 yang
mengandung kekerasan simbolik adalah iklan versi “Nasdem 1”, dan
“Wanita Indonesia”.
Kekerasan Simbolik yang di tayangkan dalam iklan-iklan politik
tersebut adalah kekerasan simbolik dalam bentuk verbal dan non verbal.
Bentuk verbal terdapat pada kata-kata di dalam iklan yang menyatakan
sindiran terhadap pemerintahan yang terdahulu. Bentuk non verbal terdapat
pada penayangan gambar-gambar kondisi, aktivitas sosial rakyat kecil.
Rakyat dijadikan tameng oleh golongan partai politik dalam
memperburuk citra pemerintahan yang ada, dapat juga dengan berdalih
rakyat membangun citra diri partai yang menimbulkan kesan partai yang
bersangkutan ialah partai yang paling peduli rakyat dibandingkan dengan
partai-partai politik lain.
Hasil analisis semiotika pada iklan-iklan partai politik Golkar dan
Nasdem ditemukan kekerasan simbolik dalam bentuk:
1. Penderitaan rakyat kecil diekspos kepada publik untuk
menunjukan kegagalan dan mengkritik pemerintahan terdahulu.
2. Masyarakat jawa digambarkan sebagai kaum kecil, miskin,
120
3. Profesi tukang becak, pedagang pasar, pedagang mie ayam
bakso, petani, nelayan, satpam adalah profesi yang dimiliki oleh
orang kecil yang hidup dalam kesederhanaan hingga kemiskinan,
dan mereka selalu mengeluhkan kondisi perekonomian serta
menggantungkan harapan pada sebuah partai politik.
4. Orang yang menggunakan pakaian tradisional, atribut yang lekat
dengan kebudayaan daerah merupakan masyarakat kecil yang
membutuhkan dukungan dari partai politik.
Partai politik yang membuat iklan politik dengan bentuk-bentuk
kekerasan simbolik tersebut merupakan fakta berdasarkan kondisi yang
ada di tengah masyarakat Indonesia, hal ini merupakan strategi dalam
iklan. Iklan politik dilakukan dalam rangka kampanye politik, sehingga
iklan tersebut dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik simpati audiens.
Hanya saja kampanye harus dilakukan dengan cara yang beretika.
6.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, dapat dilihat beberapa saran yang berguna bagi
peneliti selanjutnya maupun bagi subjek yang diteliti, yang akan dibagi
menjadi 2 bagian yaitu:
6.2.1 Saran Teroritis:
1. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes
untuk membedah iklan politik sehingga ditemukan bentuk
bentuk kekerasan simbolik dalam iklan politik tersebut. Bagi
peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat lebih menggali
lebih dalam teori teori yang berkaitan dengan analisis. Seperti
teori analisis wacana kritis.
2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat kekerasan
simbolik dalam iklan iklan partai politik dalam bentuk
mengeksploitasi kondisi rakyat kecil sebagai alasan partai
politik untuk mengkritik pemerintahan terdahulu. Peneliti
121
pendukung lain agar dapat menemukan bentuk bentuk
kekerasan simbolik yang belum terungkap sebelumnya.
6.2.2 Saran Praktis
1. Dalam iklan-iklan politik Partai Golkar dan Partai Nasdem
didapati teks-teks, potret-potret yang mengandung kekerasan
simbolik pada suatu subjek. Partai politik mempertontonkan
kondisi kehidupan rakyat kecil untuk membangun citra dirinya
sendiri. Sehingga diharapkan partai politik tidak lagi
menggunakan konsep iklan yang memanfaatkan rakyat kecil
demi kepentingan suatu kelompok. Partai politik hendaknya
dapat mencari objek lain yang tidak mengandung kekerasan
simbolik, dan lebih berfokus pada visi misi sendiri tanpa
membawa alasan alasan lain.
2. Iklan partai politik ini juga tidak lepas dari agen pembuat iklan,
televisi, dan lembaga Komisi Penyiaran Indonesia. Sehingga
diharapkan perusahaan pembuat iklan dapat lebih
memperhatikan konten iklan yang akan dibuat, juga untuk
televisi agar memperhatikan konten yang akan disiarkan, untuk
lembaga KPI juga diharapkan dapat menindak tegas jika
didapati konten konten siaran iklan di televisi yang
mengandung unsur kekerasan simbolik, khususnya dalam iklan
politik. Hal ini perlu dilakukan demi melindungi warga
Indonesia diberbagai lapisan masyarakat agar tidak
terpropaganda.