• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MATA KULIAH FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM EKSTENSI B FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MATA KULIAH FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM EKSTENSI B FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

MATA KULIAH FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM EKSTENSI B

FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

ABUBAKAR NIM : 8126175001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Abubakar (NIM: 8126175001) “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Mata Kuliah Fisika Umum I Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Biologi Program Ekstensi B FMIPA Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015”. Tesis. Program Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran berbasis masalah dan peningkatan ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus dan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester I Program Studi Pendidikan Biologi Program Ekstensi B Universitas Negeri Medan tahun akademik 2014/2015. Berdasarkan analisis data pembelajaran berbasis masalah siklus I dapat disimpulkan bahwa setelah penerapan pembelajaran berbasis masalah ada peningkatan ketrampilan berpikir tingkat tinggi tetapi peningkatan yang terjadi masih dalam kategori rendah. Demikian juga pada pelaksanaan pembelajaran siklus II terdapat peningkatan ketrampilan berpikir tingkat tinggi setelah sesi pembelajaran, namun demikian peningkatan ini juga masih dalam kategori rendah. Ada kecenderungan peningkatan gain dari siklus I ke siklus II sehingga dapat diharapkan apabila dilanjutkan siklus berikutnya dengan melakukan perbaikan proses pembelajaran akan menghasikan gain yang lebih baik.

(5)

ii ABSTRACT

Abubakar (NIM: 8126175001) "Implementation of Problem Based Learning and Higher-Order Thinking Skills Improvement on General Physics of First Semester Extension Program Student of Biology Education Study Program of Faculty of Mathematics and Natural Sciences State University of Medan in Academic Year 2014/2015". Thesis. Physics Education Postgraduate Program, State University of Medan

This classroom action research aims to describe the problem-based learning and improvement of higher-order thinking skills. The study was conducted in two cycles and in each cycle includes planning, implementation, observation, and reflection processes. Subject of this study is the first semester students of Extension Program of Biology Education Study Program State University of Medan in the academic year of 2014/2015. Based on the data analysis in cycle I, we can conclude that implementation of problem-based learning resulted in an increase in higher-order thinking skills, but the increase was in the low category. Likewise, the implementation of the learning model in cycle II resulted in an increase in higher-order thinking skills after learning session, however, this increase was still in the low category. There is a trend of increasing the gain from the first cycle to the second cycle. It can be expected that if we continued to next cycle followed by improving the learning process will result in better gains.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Karunia

dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Penerapan

Pembelajaran Berbasis Masalah dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat

Tinggi Mata Kuliah Fisika Umum I Mahasiswa Semester I Program Studi

Pendidikan Biologi Program Ekstensi B FMIPA Universitas Negeri Medan Tahun

Akademik 2014/2015”. Tesis ini penulis susun dalam rangka memenuhi

persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister

Pendidikan Fisika pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, MS., MM dan Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si

selaku Ketua dan Sekretaris Program Pascasarjana Magister Pendidikan

Fisika pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus

sebagai Penguji atas motivasi, saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini,

beserta Staf yang telah memberikan ijin, kesempatan serta dorongan yang

tidak ternilai kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS selaku Pembimbing I yang telah

membimbing penulis, memberikan masukan, serta arahan hingga

terselesainya Tesis ini.

3. Bapak Dr. H. Ridwan A. Sani, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan

kesabaran telah banyak memberikan motivasi, masukan dan arahan dalam

proses pembimbingan kepada penulis hingga Tesis ini tersusun.

4. Ibu Dr. Hj. Derlina, M.Si selaku Penguji dalam ujian sidang Tesis yang telah

banyak memberikan masukan, arahan hingga selesainya Tesis ini.

5. Bapak Prof. Drs. Motlan M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA yang telah

memberikan izin penelitian di FMIPA Universitas Negeri Medan pada

(7)

iv

6. Seluruh Dosen Magister Pendidikan Fisika atas bimbingannya selama

perkuliahan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Ayahanda Muhamad Shoto, Ibunda Salamah (almarhumah), dan keluarga

besar yang selalu memberi motivasi, dukungan, dan doanya yang tiada henti

pada penulis.

8. Istri tercinta Ati Ratnawati, SE, serta Ananda tersayang Raka Fajar Nugraha,

Fikri Fadhila, Annisa Tri Wulandari, yang telah banyak memberikan

inspirasi, semangat, doa, dan pengorbanan hingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini, dengan tulus.

9. Rekan-rekan satu angkatan, atas motivasi, kebersamaan, dan kekeluargaan

selama perkuliahan, semoga selalu terjaga selamanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu pada kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran

yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa-masa mendatang. Mohon maaf

atas segala kekurangan, dan harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat.

Medan, 13 Agustus 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Definisi Operasional ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ... 10

2.2 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16

2.2.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

2.2.2 Fitur-Fitur Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah ... 18

2.3 Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 22

2.4 Mengelola Lingkungan Belajar ... 27

2.5 Asesmen dan Evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ... 29

2.6 Taksonomi Tujuan Pendidikan ... 30

2.7 Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 37

(9)

vi BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode. ... 45

3.2 Langkah-langkah Pemecahan Masalah... 46

3.3 Indikator Kinerja ... 48

3.4 Keberlanjutan ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 51

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 60

4.1.3 Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 67

4.2 Pembahasan ... 69

4.2.1 Pembahasan Siklus I ... 69

4.2.2 Pembahasan Siklus II ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil Tes MIPA Dasar Mata Kuliah Fisika Umum ... 5

Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Tindakan ... 48

Tabel 4.1 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Tes Siklus I ... 52

Tabel 4.2 Kriteria Pemberian Skor... 52

Tabel 4.3 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Siklus I ... 54

Tabel 4.4 Kegiatan dan Hasil Pembelajaran Berbasis Masalah Siklus I... 55

Tabel 4.5 Hasil Pretes dan Postes Siklus I Pembelajaran Berbasis Masalah ... 56

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Pelaksanaan Pretes dan Postes Siklus 1 ... 58

Tabel 4.7 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Tes Siklus II ... 61

Tabel 4.8 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Siklus II ... 61

Tabel 4.10 Kegiatan dan Hasil Pembelajaran Berbasis Masalah Siklus II ... 62

Tabel 4.11 Hasil Pretes dan Postes Siklus II ... 64

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hasil belajar Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

Gambar 4.1 Skor Rata-rata Untuk Setiap Sub Tingkat Proses Berpikir, Jenis

Pengetahuan, dan Indikator ... 58

Gambar 4.2 Skor Rata-rata Untuk Setiap Sub Tingkat Proses Berpikir, Jenis

Pengetahuan, dan Indikator ... 65

Gambar 4.3 Ringkasan Gain Total dan Sub Tingkat Proses Berpikir, Jenis

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Satuan Acara Perkuliahan I

2. Instrumen Tes Berpikir Tingkat Tinggi 1 (HOTS 1)

3. Satuan Acara Perkuliahan II

4. Instrumen Tes Berpikir Tingkat Tinggi 2 (HOTS 2)

5. a. Validasi Instrumen HOTS

b. Validasi Instrumen Kuesioner Mahasiswa

c. Validasi Instrumen Pengamatan Dosen

d. Validasi Instrumen Pengamatan Mahasiswa

6. a. Kuesioner Mahasiswa

b. Lembar Pengamatan Dosen

c. Lembar Pengamatan Mahasiswa

7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen HOTS 1 dan HOTS 2

8. a. Pengolahan Hasil Pretes dan Postes Siklus I

b. Pengolahan Hasil Pretes dan Postes Siklus II

9. a. Pengolahan Hasil Pretes dan Postes I Berdasarkan Tingkatan Proses,

Jenis Pengetahuan, dan Indikator Jawaban

b.`Pengolahan Hasil Pretes dan Postes II Berdasarkan Tingkatan Proses,

Jenis Pengetahuan, dan Indikator Jawaban

10.Ringkasan Hasil Tindakan Berdasarkan Tingkatan Proses, Jenis

Pengetahuan, dan Indikator Jawaban Siklus I dan Siklus II

11.Pengolahan Data Hasil Kuesioner Pembelajaran

12.a. Problem Based Learning Log Sheet

b. Problem Based Learning Questions Sheet

13.Tabel r

14.a. Hasil Pengamatan Kegiatan Dosen Pada Pembelajaran Siklus I

b. Hasil Pengamatan Kegiatan Dosen Pada Pembelajaran Siklus II

15.a. Hasil Pengamatan Kegiatan Mahasiswa Pada Pembelajaran Siklus I

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi terjadi persaingan antar bangsa di dunia. Bangsa yang

mampu menguasai sejumlah pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan

menjadi muncul sebagai pemenang. Sebaliknya, bangsa yang tidak mampu

menguasai pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan kalah. Oleh karena itu,

sumber daya manusia yang berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan,

teknologi dan sejumlah keterampilan mutlak diperlukan agar dapat memenangkan

persaingan di era global. Selain itu, sumber daya manusia yang berkualitas juga

diperlukan untuk menggerakkan sektor-sektor industri di negara kita.

Penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat dilakukan

melalui pendidikan yang berkualitas. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Salah satu upaya untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran seperti yang dimanatkan oleh Undang-undang No. 20 tahun 2003

pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) No. 41 Tahun 2007 yang menetapkan standar proses pendidikan.

Pada Permendiknas tersebut dinyatakan bahwa proses pembelajaran hendaknya

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Guru hendaknya melakukan

pergeseran dari pengajaran yang menekankan pada keterampilan berpikir tingkat

(14)

2

rendah ke pembelajaran yang menekankan pada keterampilan berpikir tingkat

tinggi atau keterampilan berpikir kritis.

Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah dikembangkan kurikulum

yang menekankan pada penguatan proses pembelajaran dan penilaian. Penguatan

proses pembelajaran dilakukan dengan: 1) menggunakan pendekatan saintifik, 2)

menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua

mata pelajaran, 3) menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu, 4)

menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa

pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif. Penguatan penilaian

dilakukan dengan: 1) mengukur tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai

tinggi, 2) menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam,

bukan sekedar hafalan, 3) mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja

siswa, 4) menggunakan portofolio pembelajaran siswa. Dengan perbaikan proses

pendidikan, maka diharapkan anak-anak Indonesia akan memiliki kompetensi

yang dibutuhkan untuk menghadapi baik tantangan eksternal maupun internal di

masa depan.

Data terakhir mengenai kemampuan anak Indonesia di dunia internasional

masih sangat memprihatinkan, sebagaimana tercermin dari performa murid

Indonesia yang buruk di PISA. Kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun di

bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di

dunia masih rendah. Hasil Programme for International Student Assessment

(PISA) 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang

berpartisipasi dalam tes. Penilaian itu dipublikasikan the Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD). Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Peru yang berada di ranking terbawah. Rata-rata skor matematika

anak-anak Indonesia 375, rata-rata skor membaca 396, dan rata-rata skor untuk sains

382. Padahal rata-rata secara keseluruhan skor OECD secara berurutan adalah

494, 496, dan 501. Programme for International Student Assessment (PISA)

mengukur kecakapan anak-anak usia 15 tahun dalam mengimplementasikan

masalah-masalah di kehidupan nyata. Indonesia mengikuti siklus tes tiga tahunan

(15)

3

Proses pendidikan pada intinya adalah kegiatan belajar mengajar di dalam

kelas. Karena itu peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui

perbaikan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Proses belajar mengajar di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

agar memiliki kompetensi yang penting untuk menghadapi tantangan di masa

depan yang berhubungan dengan globalisasi, masalah lingkungan hidup,

kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis

pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan

ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi

pada sektor pendidikan, hasil TIMSS dan PISA.

Kompetensi masa depan yang penting dimiliki oleh generasi muda adalah

kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan

mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga

negara yang efektif, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap

pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal,

memiliki minat luas mengenai hidup, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki

kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya. Model pembelajaran berbasis masalah

dapat menjadi pilihan metodik bagi para guru maupun dosen untuk meningkatkan

kualitas proses pendidikan.

Salah satu model pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagaimana

yang direkomendasikan oleh Kurikulum 2013 adalah Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik

konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang

dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan

dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.

Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan

masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar

yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam

(16)

4

Dewasa ini perkembangan pengetahuan di segala bidang meningkat

dengan sangat cepat. Siswa tidak dapat mempelajari semua bahan, tetapi mereka

dapat belajar bagaimana mempelajari bahan-bahan yang melimpah itu.

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) tidak dirancang untuk membantu guru

menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar seperti pada pembelajaran

langsung dan ceramah. PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan

keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, mempelajari

peran-peran orang dewasa, dan menjadi siswa yang mandiri. Dalam pembelajaran

berbasis masalah siswa belajar untuk menjadi pebelajar yang mandiri, saling

bekerja sama untuk memecahkan masalah, dan belajar untuk mencari tahu, bukan

diberi tahu.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah ialah sebagai desainer

pembelajaran, fasilitator dan mediator pembelajaran. Jadi peran guru bukan

terletak pada berapa banyak isi materi yang disampaikan di kelas tapi yang

penting ialah bagaimana menyertakan motivasi belajar siswa dan belajar mandiri.

Dalam PBL desain skenario masalah dunia nyata sangat penting dan masalah

digunakan sebagai pemicu untuk pembelajaran mandiri dan kolaboratif. Belajar

bagaimana belajar dan belajar seumur hidup adalah tujuan penting. Di masa depan

tuntutan untuk lebih banyak membaca dan menulis dan berkomunikasi dengan

percaya diri adalah penting. Sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran, peran

guru adalah memberikan perancah dan menghubungkan siswa ke lingkungan

pengetahuan yang tersedia dalam teks-teks, dan berbagai sumber lain. Lingkungan

belajar perlu dirancang untuk menyertakan peluang untuk berkembangnya

pembelajaran kolaboratif.

Institusi yang menghasilkan guru (Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan) seharusnya juga menerapkan pembelajaran berbasis masalah

(PBL) agar lulusannya dapat mengerti dan menerapkan model pembelajaran

tersebut di sekolah. Jurusan Fisikan FMIPA UNIMED sebagai Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) juga seharusnya menerapkan PBL

(17)

5

Salah satu mata kuliah pada Jurusan Fisika FMIPA UNIMED adalah

Fisika Umum. Mata kuliah Fisika Umum diberikan dalam dua semester, yaitu

Fisika Umum I pada semester 1 dan Fisika Umum II pada semester 2 yang

masing-masing memiliki bobot 2 SKS. Mata kuliah ini bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang konsep-konsep dan

prinsip-prinsip/hukum-hukum fisika sebagai dasar untuk memahami fisika lanjut. Mata

kuliah Fisika Umum membahas keseluruhan konsep-konsep dalam ilmu fisika

secara umum, karena itu Fisika Umum memiliki posisi yang penting sebagai

landasan untuk mata kuliah selanjutnya. Mahasiswa harus memiliki penguasaan

Fisika Umum yang baik karena menjadi dasar untuk mata kuliah tingkat lanjut.

Hasil uji MIPA Dasar yang dilakukan bersama untuk mata kuliah Fisika

Umum selama 3 semester tertuang dalam table berikut.

Tabel 1.1 Hasil tes MIPA Dasar mata kuliah Fisika Umum

TA Nama Mata Kuliah Smtr Tertinggi Terendah Nilai Rata-rata 2012/2013 Fisika Umum II/Bio Genap 65 33 49,3

2012/2013 Fisika Umum

II/Kim Genap 85 43 64,16

2013/2014 Fisika Umum I/Bio Ganjil 75 35 49

Dari tabel di atas kita ketahui, pada semester genap 2012/2013 skor tertinggi 85

dan terendah 33 dengan skor rata-rata 49,3 untuk Program Studi Pendidikan

Biologi (ekstensi) dan 64,16 untuk Program Studi Pendidikan Kimia. Sedangkan

pada 2013/2014 menunjukkan skor rata-rata 49 dengan skor tertinggi 75 dan

terendah 35. Data ini menunjukkan bahwa hasil belajar Fisika Umum yang

diperoleh mahasiswa selama ini belum sesuai dengan harapan.

Ada beberapa hal yang diduga berhubungan erat dengan hasil belajar

Fisika Umum pada Jurusan Fisika FMIPA UNIMED. Salah satu diantaranya ialah

luasnya cakupan materi dengan bobot 2 SKS menyebabkan pembelajaran Fisika

Umum sering mengejar target penyelesaian materi kuliah sehingga kurang

memperhatikan pemahaman mahasiswa. Hal berikutnya ialah kelas yang besar

(18)

6

semua mahasiswa memiliki kesempatan untuk berlatih menyelesaikan masalah

secara langsung di kelas. Hanya sedikit soal yang bisa dibahas bersama-sama di

dalam kelas. Kedua hal ini dapat menyebabkan pemahaman konsep mahasiswa

menjadi rendah sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah fisika. Mahasiswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang

telah dimiliki dengan masalah yang disajikan. Pada umumnya mereka tidak

menyadari bahwa mereka telah memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk

menganalisis suatu masalah fisika, akan tetapi pengetahuan itu tersimpan sebagai

pengetahuan yang terpisah sehingga siswa tidak melihat hubungan dengan

konteks masalah yang ditanyakan.

Pemahaman konseptual akan berpengaruh pada kemampuan memecahkan

masalah-masalah yang relevan. Gambaran permasalahan pembelajaran Fisika

Umum seperti di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Osborn dan

Wittrock (Lee et al, 1996: 692) yaitu bahwa siswa tak dapat mengkonstruksi

makna dari masalah yang disajikan, atau mereka tak dapat menghubungkan

makna yang terbentuk pada aspek-aspek struktur pengetahuan yang sesuai karena

kurangnya keterkaitan (konsep), atau strukturnya sendiri belum terbentuk pada

proses belajar terdahulu.

Pada umumnya siswa dan mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam

memecahkan masalah otentik fisika. Hasil penelitian Lin Ding (2011)

menunjukkan bahwa tanpa bantuan pembimbing siswa akan mengalami kesulitan

terutama berkaitan dengan soal-soal sintesis, dan dengan menggunakan guided

scaffolding siswa dipandu untuk pemecahan masalah fisika berdasarkan konsep yang menjadi dasar pemecahan soal-soal tersebut.

Berdasarkan teori, Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat digunakan

untuk mengatasi masalah pembelajaran Fisika Umum karena dapat melatih

ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan memecahan masalah, dan memiliki

karakteristik seperti yang direkomendasikan oleh kurikulum 2013. Pembelajaran

Bebasis Masalah (PBL) bertujuan:

a. Melatih keterampilan berpikir dan pemecahan masalah (Thinking and

(19)

7

b. Berpikir melibatkan penggunaan proses intelektual dan kognitif, mulai dari

proses dasar seperti mengenali dan mengingat sampai berpikir pada tingkat

yang lebih tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.

Kemampuan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi ini (menganalisis,

mengkritisi, dan mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi dan judgement)

yang ingin dicapai dalam PBL.

c. Mempelajari peran-peran orang dewasa (Adult Role Modeling)

d. Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan membantu siswa berlatih dalam

situasi nyata dan belajar peran sebagai orang dewasa.

e. Melatih siswa menjadi siswa yang mandiri (Independent Learning)

f. Pembelajaran Berbasis Masalah membantu menjadi siswa independen dan

siswa yang mandiri.

Secara empirik siswa yang belajar menggunakan Pembelajaran Berbasis

Masalah termotivasi tinggi dan menghasilkan pemahaman yang lebih kompleks

dan dalam, dan dapat menggunakan pengetahuan pada situasi baru (Hmelo, 2006;

Gijbels, Dochy, Van den Bossche, dan Seeger ,2005, dalam Arends, 2012). Pada

umumnya penelitian mengenai PBL dilakukan pada pendidikan tinggi, akan tetapi

penerapan PBL di kelas sekolah dasar ternyata juga menunjukkan keberhasilan

yang menarik. Norman dan Schmidt dalam Oon-Seng Tan (2003: 28) menulis

bahwa terdapat bukti yang menunjukkan bahwa PBL meningkatkan: transfer

konsep pada masalah baru, integrasi konsep, minat intrinsik dalam belajar, belajar

secara mandiri, dan keterampilan belajar.

Sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran agar mahasiswa dapat

menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari di kelas dengan masalah otentik

yang berhubungan dengan konsep yang telah dipelajari, penulis telah menerapkan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada jurusan Kimia pada semester genap

Tahun Akademik 2013/2014. Adapan topik yang dipilih yaitu tentang kelistrikan.

Pada pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang dirasakan, diantaranya: 1)

mahasiswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang menuntut

kemandirian yang tinggi, 2) petunjuk dari dosen kurang begitu jelas dalam

(20)

8

Berdasarkan pengalaman menerapkan pembelajaran berbasis masalah

sebelumnya, maka perlu adanya upaya-upaya yang lebih baik untuk melaksanakan

pembelajaran berbasis masalah dengan memperbaiki praktek pelaksanaanya.

Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebingungan mahasiswa

adalah dengan menyediakan pbl questions sheet dan pbl log sheet yang membantu

mengeksplisitkan apa yang telah diketahui, apa yang belum diketahui, apa yang

harus diketahui, bagaimana membagi tugas dalam kelompok, dalam memecahkan

masalah yang disajikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan penelitian ini

ialah:

1. Bagaimana menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada

mata kuliah Fisika Umum I mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

Program Ekstensi B semester I FMIPA UNIMED Tahun Akademik

2014/2015 dalam menyelesaikan masalah otentik?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi setelah

dilaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada mata kuliah Fisika

Umum I mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Program Ekstensi B

semester I FMIPA UNIMED Tahun Akademik 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini ialah:

1. Mendeskripsikan penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

pada mata kuliah Fisika Umum I mahasiswa Program Studi Pendidikan

Biologi Program Ekstensi B semester I FMIPA UNIMED Tahun Akademik

2014/2015 dalam menyelesaikan masalah otentik.

2. Mendeskripsikan peningkatan ketrampilan berpikir tingkat tinggi setelah

dilaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada mata kuliah Fisika

Umum I mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Program Ekstensi B

(21)

9

1.4 Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah model pembelajaran

yang menyajikan situasi masalah bermakna dan otentik yang berfungsi

sebagai langkah awal untuk memulai investigasi dan inquiry. Pembelajaran

Berbasis Masalah memiliki 5 (lima) fase yaitu: orientasi peserta didik pada

masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu

maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis

dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah (Arends, 2012:411).

2. Ketrampilan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan menyelesaikan

soal-soal pada tingkat menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta yang tercantum

pada Taksonomi Bloom revisi.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Bagi pendidik fisika, sebagai salah satu hasil penelitian tentang

pembelajaran untuk memperkaya pengetahuan tentang model-model

pembelajaran yang dapat digunakan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.

2. Bagi siswa, dapat menjadi sarana melatih kemandirian dalam pembelajaran,

memecahkan masalah otentik secara sistematik, bekerja kolaboratif, dan

melatih melatih berpikir pada tingkat analisis, evaluasi, dan mencipta.

(22)

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dan peningkatan ketrampilan berpikir tingkat

tinggi mahasiswa semester I pada mata kuliah Fisika Umum I. Dari hasil

penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada mata kuliah Fisika

Umum I mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Program Ekstensi B

semester I FMIPA UNIMED Tahun Akademik 2014/2015 dalam

menyelesaikan masalah otentik dilaksanakan sebagai berikut.

a. Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan memperhatikan

pengalaman pembelajaran fisika pada tingkat sekolah menengah yang

belum membiasakan pembelajaran mandiri, karena berkaitan dengan

tingkat kebutuhan bimbingan dari fasilitator.

b. Masalah aktual yang disajikan untuk memulai investigasi disusun tingkat

kompleksitasnya dari yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.

c. Bimbingan tahap-tahap penyelesaian masalah dilakukan lebih intensif

karena belum ada pengalaman pembelajaran sebelumnya yang

menekankan kemandirian.

d. Bimbingan tahap-tahap penyelesaian masalah agar lebih sistematis

dilaksanakan dengan menggunakan pbl questions sheet dan pbl log sheet

supaya lebih tampak tahapan penyelesaian masalah yang dihadapi, siapa

yang bertanggung jawab, dan ke mana mencari informasi yang

dibutuhkan.

e. Mendorong sikap yang lebih positif terhadap pembelajaran, diantaranya:

1) dengan meyakinkan bahwa apa yang dilakukan akan sangat berguna di

(23)

74

dengan mengingatkan bahwa cara belajar di sekolah lanjutan berbeda

dengan di perguruan tinggi.

2. Berdasarkan hasil analisis data mengenai peningkatan keterampilan berpikir

tingkat tinggi diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

a. Secara umum keterampilan berpikir tingkat tinggi meningkat setelah

pelaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Peningkatan itu

termasuk dalam klasifikasi rendah.

b. Berdasarkan tingkatan proses berpikir:

1) ada peningkatan gain keterampilan menganalisis dari siklus I ke siklus

II,

2) ada sedikit penurunan gain keterampilan mengevaluasi dari siklus I ke

siklus II, yang artinya peningkatatan keterampilan mengevaluasi pada

siklus II lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada siklus I,

3) ada peningkatan gain keterampilan mencipta dari siklus I ke siklus II.

c. Berdasarkan jenis pengetahuan:

1) ada peningkatan gain keterampilan berpikir tingkat tinggi jenis

pengetahuan faktual mahasiswa pada pembelajaran dari siklus I ke

siklus II,

2) ada peningkatan gain keterampilan berpikir tingkat tinggi jenis

pengetahuan konseptual mahasiswa pada pembelajaran dari siklus I ke

siklus II.

d. Berdasarkan indikator jawaban mahasiswa:

1) ada peningkatan gain dalam hal kemampuan mengidentifikasi konsep

dasar pemecahan masalah,

2) kesesuaian antara konsep dasar pemecahan masalah yang disebutkan

dengan penjelasan jawaban secara umum menunjukkan peningkatan

gain,

3) unsur menganalisis/mengevaluasi/mencipta pada jawaban mahasiswa

(24)

75

5.2 Saran

Model pembelajaran berbasis masalah dalam pelaksanaannya memerlukan

waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran

berbasis masalah sebaiknya memperhatikan beberapa hal:

1. Mempersiapkan semua instrumen yang diperlukan dengan baik sebelum

memulai pembelajaran.

2. Kelompok siswa yang belum pernah mengenal pembelajaran berbasis

masalah cenderung akan merasa kebingungan dari mana harus mulai. Oleh

karena itu untuk tipe kelas seperti ini memerlukan bimbingan lebih pada

awalnya. Selain itu ada baiknya disiapkan lembaran yang mengarahkan

langkah demi langkah penyelesaian masalah.

3. Masalah atau kasus yang disajikan pada awal pembelajaran untuk memicu

terjadinya belajar sebaiknya dirancang secara bertahap mulai dari yang

sederhana menuju yang lebih kompleks.

4. Selalu memberikan motivasi mengenai pentingnya kemandirian dalam belajar

(25)

Daftar Pustaka

Rasional Kurikulum. 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Alibali, M. 2006. Does visual scaffolding facilitate students’ mathematics learning? Evidence from early algebra. Diakses dari

http://ies.ed.gov/funding/grantsearch

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (Eds.). 2001. A taxonomy for learning, teaching, and assessing:A revision of Bloom’s taxonomy of educational bjectives. New York: Longman.

Anderson, W. Lorin & Krathwohl, David R (Eds.). 2001. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Terjemahan Agung Prihantoro. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, RI. 2012. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill

Asmuniv. 2014. Pengklasifikasian Tujuan Instruksional & Kompleksitas Kebutuhan Pengetahuan Jenjang Berfikir Orde Tinggi (Higher Order Thinking-HOT′s) Paradigma Belajar Abad 21 Menurut Aturan Taksonomi

Bloom Hasil Revisi (Revised Bloom’s Taxonomy-RBT)

Diakses dari

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/listrik-electro/1069-jos3

Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R. 1956. Taxonomy of educational objectives: Handbook I: Cognitive domain. New York: David McKay.

Cobb, P. 1994. Constructivism and Learning. In Husen, T. & Postlethwaite, T. N. (Eds.), International Encyclopedia of Education, Oxford: Pergamon Press Ding, L.; et al. 2011. Exploring the Role of Conceptual Scaffolding in Solving

Synthesis Problems. Physical Review Special Topics-Physics Education Research 7, 020109. Diakses dari

http://prst-per.aps.org/

Honebein, P. 1996. Seven Goals for Design Constructivist Learning Environments. New Jersey: Educational Technology Publications

(26)

King, FJ., Ludwika Godson dan Faranak Rohani. 2011. Higher Order Thinking Skills. Center for Advancement of Learning and Assessment. (Online) http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf

Lee, KW., et al. 1996. Cognitive Variable in Problem Solving in Chemistry, A Revisited Study, Science Education, New York: John Wiley & Sons

Munaf, S. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI

Nguyen, DD. 2009. A Study of the Implementation of a Problem-Based Learning Approach in University Classes in Vietnam: A thesis submitted in the total fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy.

OECD. 2013. PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. OECD Publishing. Diunduh dari

http://dx.doi.org/10.1787/9789264190511-en

Pranata, R., et all. 2013. Pengaruh Implementasi Model Rekonstruksi Sosial Vigotsky dengan Teknik Scaffolding terhadap Sikap Sosial dan Prestasi Belajar IPS, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

School of Education College of Design and Social Context RMIT University

Santyasa, IW. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Koperatif, Disajikan dalam Pelatihan tentang Pembelajaran dan Asesmen Inovatif bagi Guru-Guru Sekolah Menengah di Kecamatan Nusa Penida, tanggal 22, 23, dan 24 Agustus 2008 di Nusa Penida

Savinainen, A. & Scott, P. 2002. The Force Concept Inventory: a tool for monitoring student learning. Physics Education, 37(1)

Strobel, J., Barneveld, A. 2009. When is PBL More Effective? A Metasynthesis of Meta-analyses Comparing PBL to Conventional Classrooms, Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning Volume 3 Issue 1, Published in Open Access Format Supported by Teaching Academy at Purdue University, the School of Education at Indiana University, and the Instructional Design and Technology program at the University of Memphis.

http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1046&context=ijpb

(27)

Tan, OS. 2003. Problem-Based Learning Innovation, Using Problems to Power Learning in the 21st Century. Singapore: Cengage Learning

Vygotsky, LS. 1978. Mind in society: the development of higher psychological processes. London: Harvard University Press

Wardana, N. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Ketahanmalangan Siswa terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pemahaman Konsep Fisika, Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha Vol 2 no. 1

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/

Gambar

Gambar 2.1 Hasil belajar Pembelajaran Berbasis Masalah  ................................
Tabel 1.1 Hasil tes MIPA Dasar mata kuliah Fisika Umum

Referensi

Dokumen terkait

Firstly, underground infrastructure often house featureless artificial structures like plain walls; secondly, with insufficient lighting, the field-of-view (FOV) of

tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian. Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Sebagian besar ulama dan pakar tafsir pasca ‘Abduh memang telah banyak mengkaji dan memberikan penilaian terhadap karya- karya ‘Abduh di bidang tafsir Alquran. Terdapatnya

[r]

Peneliti di sini melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung dan ikut serta dalam pembelajaran, dengan pendidik PAUD Kelompok bermain Nurul Huda, peserta

[r]

Beberapa penelitian tersebut menunjukkan hubungan kadar feritin serum terhadap status imunitas penderita HIV masih kontroversial dan hasil penelitian terhadap subyek laki-laki