• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN SPESIES RAYAP PADA

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK

RAKYAT DI JAMBI

TRI UTAMI NINGSIH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Tri Utami Ningsih

(4)
(5)

ABSTRAK

TRI UTAMI NINGSIH. Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP.

Kelapa sawit dan karet merupakan komoditas potensial untuk perdagangan internasional dan sumber devisa bagi Indonesia. Komoditas perkebunan tersebut sering diserang oleh rayap. Keanekaragaman spesies rayap di dua perkebunan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman spesies rayap pada perkebunan kelapa sawit dan karet serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan pada perkebunan kelapa sawit dan karet yang masing-masing terdiri dari 4 plot di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Setiap plot berukuran 50 m x 50 m, transek (50 m x 10 m) dilakukan di bagian tengah plot dengan mengoleksi rayap yang ditemukan. Selain itu, umpan kayu yang terbuat dari kayu karet dipasang pada subplot, kemudian rayap yang ditemukan menyerang umpan kayu tersebut dikoleksi. Hasil yang diperoleh yaitu indeks keanekaragaman rayap lebih tinggi pada kebun karet dibandingkan kebun kelapa sawit. Hal yang mempengaruhi keanekaragaman rayap adalah persentase naungan dan tipe vegetasi penutup tanah. Spesies yang ditemukan pada kelapa sawit berjumlah 9 spesies diantaranya

C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N. proatripennis, P. setiger, S. javanicus, S. medioobscurus dan T. propinquus. Sedangkan spesies yang ditemukan pada karet berjumlah 12 spesies diantaranya B. flavicans, C. mohri, H. hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus, P. aequalis, P. setiger, S. longirostris, S. medioobscurus, S. tarakensis dan T. propinquus.

(6)
(7)

ABSTRACT

TRI UTAMI NINGSIH. Diversity of Termite Species on Oil Palm and Rubber Plantation in Jambi. Supervised by IDHAM SAKTI HARAHAP.

Oil palm and rubber are potential commodities for international trade and source of income for Indonesia. In the field, these commodities frequently attacked by termites. The diversity of termite species in those two plantation can be influenced by many factors. The aim of this research was to asses the diversity of termites species in oil palm and rubber plantations and factor affecting. Research was conducted on 4 plots (50 m x 50 m) on each plantation in Kabupaten Sarolangun, Jambi. Transects (50 m x 10 m) were set in the midlle of the plots and termite found were collected and identified. In addition, wooden stakes made of rubber wood were driven into the ground inside the subplots and termites attacked those wooden stakes were also collected. The result showed that diversity index were higher on rubber plantation than oil palm. Canopy coverage and type of vegetation affect the diversity of termite. Termite species found on oil palm were to 9 species: C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N. proatripennis, P. setiger, S. javanicus, S. medioobscurus and T. propinquus. Meanwhile termite species found on rubber plantation were 12 species: B. flavicans, C. mohri, H. hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus, P. aequalis, P. setiger, S. longirostris, S. medioobscurus, S. tarakensis

and T. propinquus.

(8)
(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

KEANEKARAGAMAN SPESIES RAYAP PADA

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK

RAKYAT DI JAMBI

TRI UTAMI NINGSIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)

Judul Usulan : Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi

Nama Mahasiswa : Tri Utami Ningsih NIM : A34100047

Disetujui oleh

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Spesies Rayap pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Milik Rakyat di Jambi”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi Tanaman.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda Suwarsih, Ayahanda Ubaidillah, A Heri, A Yudi, Mba Mega, Mba Rini dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan serta motivasi kepada penulis. Kepada Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ilmu, pengetahuan, saran, dan motivasi. Kepada Dr. Ir. Supramana, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji tamu yang telah memberikan banyak motivasi dan saran terhadap penulis. Kepada Prof. Dr. Ir. Damayanti Buchori, Msc dan Dr. Ir Akhmad Rizali, Msi yang selalu memberikan banyak motivasi dan saran selama penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada beasiswa BIDIK MISI yang telah membiayai seluruh biaya perkuliahan. Kepada Ka Ria, Azru, Lena, Deri, Ka Bayu, Ka Huda dan Ka Fahmi yang telah membantu selama penelitian di Jambi. Kepada Bu Adha, Bu Aisyah, Ka nadzir, Mba Ratna, Supriyanto, KC dan teman-teman proteksi tanaman angkatan 47 yang telah membantu dan memberikan semangat selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini.

Semoga kebaikan dan perhatian yang telah diberikan memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2014

(16)
(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Metode Penelitian 3

Penentuan Plot Penelitian 3 Pengambilan Sampel Rayap 4

Transek Rayap 4

Pemasangan Umpan kayu 4

Identifikasi Rayap 4

Pengamatan Tipe Habitat 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Spesies Rayap di Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet 7 Indeks Keanekaragaman Rayap 8 Keanekaragaman Spesies Rayap yang diperoleh dengan Metode

Pemasangan Umpan Kayu 9

Hubungan Keanekaragaman Rayap dengan Beberapa Tipe Habitat 10

KESIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(18)
(19)

DAFTAR TABEL

1 Nilai indeks keanekaragaman rayap 4 2 Spesies rayap yang menyerang umpan kayu dan persentase

kerusakannya 5

DAFTAR GAMBAR

1 Plot pengamatan, area transek dan pola penempatan subplot untuk

pengamatan rayap 3

2 Transek rayap pada mikrosite-nya, (a) permukaan tanah dan serasah,

(b) pohon yang tumbang dan (c) pohon dengan ketinggian ± 1 m. 4 3 (a) Cara pemasangan umpan kayu, (b) pengumpanan di lapang 4 4 Rayap yang ditemukan dari famili Termitidae (a) C. mohri, (b) P.

setiger, (c) T. propinquus, (d) M. gilvus (minor), (e) M. insperatus, (f)

B. flavicans, (g) H. hospitalis, (h) N. longinasoides, (i) N.

proatripennis, (j) N. javanicus 7

5 Rayap yang ditemukan dari famili Rhinotemitidae (a) P. aequalis, (b)

S. javanicus (minor), (c) S. longirostris (minor), (d) S. medioobscurus

(minor), (e) S. tarakensis (minor) 8 6 Hubungan persentase naungan dengan jumlah prajurit rayap yang

ditemukan 10

7 Diagram venn keanekaragam rayap dan gulma yang ditemukan pada

(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan alam semakin berkurang luas lahannya, salah satunya akibat pembukaan lahan untuk pemukiman dan pertanian. Lahan hutan banyak yang dialihgunakan oleh masyarakat diantaranya yaitu menjadi kebun kelapa sawit dan kebun karet. Kelapa sawit dan karet merupakan komoditi perkebunan potensial yang menjadi sumber devisa negara. Menurut kategori luas areal perkebunan rakyat, komoditi kelapa sawit lebih mendominasi dibandingkan dengan komoditi karet (BPS 2013). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil bahan baku minyak goreng, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Tanaman karet merupakan tanaman penghasil lateks yang digunakan untuk bahan baku industri. Komoditi perkebunan kelapa sawit dan karet yang ditanam secara monokultur tentunya memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda.

Rayap (Blattodea : Termitoidea) (Inward et al 2007) merupakan salah satu serangga yang sering ditemukan menyerang komoditas perkebunan. Rayap merupakan serangga berukuran kecil yang hidup dalam kelompok-kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Kasta rayap terbagi menjadi 3 kasta yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduktif (Borror et al 1996). Setiap kasta rayap memiliki tugas yang berbeda-beda dalam koloninya. Kasta reproduktif pada rayap merupakan individu-individu seksual yang terdiri dari betina (Ratu) yang bertugas bertelur dan jantan (Raja) yang bertugas membuahi betina. Kasta prajurit mempunyai ciri khas tidak kawin, mata tereduksi, dan tugasnya hanya mempertahankan atau melindungi koloni jika terjadi serangan dari musuh. Kasta ini dicirikan dengan berkembangnya mandibel yang maju ke depan yang biasa digunakan untuk menyerang musuh alaminya. Kasta pekerja memiliki persentase jumlah rayap pekerja tidak kurang dari 80% pada suatu koloni (Supriana 1994). Rayap kasta pekerja memiliki tugas mencari makanan untuk ratu rayap, membuat sarang dan memindahkan makanan saat sarang terancam, serta melindungi dan memelihara ratu rayap. Nandika et al (2003) menyatakan bahwa kasta pekerja pula yang memperbaiki sarang bila terjadi kerusakan. Serangga ini memiliki keragaman jenis dan populasi yang tinggi. Telah tercatat lebih dari 2000 jenis rayap yang tersebar di dunia dan hampir 10% dari keseluruhan rayap di dunia ditemukan di Indonesia yaitu 200 jenis yang terdiri dari 3 famili (Kalotermitidae, Rhinotermitidae, Termitidae) (Prasetyo 2005). Secara umum makanan rayap adalah semua bahan yang mengandung selulosa seperti kayu atau tanaman yang mati (Nandika 2003). Lahan perkebunan kelapa sawit dan karet berpotensi menjadi habitat rayap.

Nandika (2014) menyatakan bahwa serangan rayap tanah terhadap tanaman kelapa sawit terutama terjadi di areal kebun sawit baru yang lahannya semula merupakan hutan primer atau hutan sekunder. Spesies rayap yang berpotensi menjadi hama pada kelapa sawit yaitu Coptotermes curvignathus, Macrotermes gilvus, Capritermes mohri, Schedorhinotermes javanicus dan Nasutitermes javanicus. Handru (2012) menyebutkan pada perkebunan kelapa sawit di Solok Selatan terdapat rayap Termes rostratus dan Procapritermes sp. Penelitian pada pertanaman karet di Bukit Batu, Riau menemukan 8 spesies rayap (Saputra et al.

(22)

2

spesies rayap yang berbeda-beda. Jones et al (2003) menyebutkan bahwa tipe dan intensitas penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman dan biomassa rayap. Sebagian kecil spesies rayap dikenal sebagai hama tanaman yang dapat menyebabkan kerusakan dan merugikan secara ekonomis (Kalsholven 1981). Penelitian mengenai keanekaragaman rayap pada perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi belum banyak dilaporkan, oleh karena itu penelitian ini dilakukan.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman spesies rayap pada perkebunan kelapa sawit dan karet serta mengetahui faktor yang mempengaruhinya.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keanekaragaman spesies rayap yang ada pada perkebunan kelapa sawit dan karet.

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada perkebunan kelapa sawit dan karet milik rakyat yang terletak di Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Plot penelitian yang digunakan merupakan plot penelitian milik CRC 990 (Colaboration Research Program) yaitu lembaga penelitian kerjasama antara IPB, Universitas Jambi, Universitas Tadulako dan Universitas Goettingen- Jerman. Identifikasi spesies rayap dilaksanakan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Februari sampai Juli 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alkohol 70%. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah tabung film, mikroskop stereo, cawan petri, kamera digital dan buku identifikasi.

Metode Penelitian Penentuan Plot Penelitian

Pada masing-masing lahan pengamatan yaitu kelapa sawit (KS) dan Karet (KR) terdapat 4 plot pengamatan yang berada di daerah berbeda. Ukuran setiap plot yaitu 50 m x 50 m. Pada setiap plot terdapat 5 subplot dengan pola yang sama pada setiap plotnya. Subplot diberi nama sesuai abjad (a, b, c, d, e). Pada setiap plot terdapat area transek berukuran 50 m x 10 m (Gambar 1).

Gambar 1 Plot pengamatan, area transek dan pola penempatan subplot untuk pengamatan rayap

Pengambilan Sampel Rayap

(24)

4

dilakukan pengamatan, pencarian rayap secara manual dan pengoleksian terhadap rayap yang ditemukan pada mikrosite-nya. Mikrosite yang dieksplorasi adalah bagian permukaan tanah, serasah, batang kayu, dan pohon (Gambar 2).

Gambar 2 Transek rayap pada mikrosite-nya, (a) permukaan tanah dan serasah, (b) pohon yang tumbang dan (c) pohon dengan ketinggian ± 1 m

Pemasangan umpan kayu. Kayu yang digunakan sebagai umpan dibuat dari kayu karet (Nandika 2014) dengan ukuran 3 cm x 3 cm x 50 cm. Pemasangan umpan kayu dilakukan pada masing-masing subplot sebanyak 2 kayu. Cara pemasangan umpan kayu yaitu dibenamkan secara vertikal kedalam tanah dengan perkiraan 1/2 bagian berada dipermukaan tanah dan 1/2 berada didalam tanah (Gambar 3).

Gambar 3 (a) Cara pemasangan umpan kay, (b) pengumpanan di lapang

Pengamatan terhadap umpan kayu dilakukan setelah 4 minggu kayu ditanam dengan mengoleksi rayap yang menyerang umpan kayu dan menghitung

a b

c

½ bagian

3cm 3cm 50 cm

Kayu umpan

½ bagian Permukaan

tanah

(25)

5

persentase kerusakan umpan kayu. Rayap yang sudah diperoleh dari transek dan pemasangan umpan kayu dimasukkan ke dalam botol film yang berisi alkohol 70%, kemudian dilakukan pemilahan dan diberi label pembeda yaitu tanggal dan lokasi pengambilan.

Identifikasi Rayap

Identifikasi rayap dilakukan pada kasta prajurit. Kasta prajurit mempunyai karakteristik pembeda yaitu bentuk dan ukuran mandibel dan kepala. Rata-rata bentuk mandibel antar spesies berbeda.

Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan identifikasi secara umum untuk mengetahui jenis-jenis rayap yaitu berdasarkan kriteria ukuran tubuh rayap kasta prajurit, kemudian melihat bentuk mandibel pada kasta prajurit. Hasil koleksi rayap dari lapang diidentifikasi dari tingkat famili sampai tingkat spesies menggunakan kunci identifikasi Ahmad (1959), Tho (1992) dan Syaukani (2006).

Pengamatan Tipe Habitat

Parameter tipe habitat yang diamati yaitu persentase naungan dan tipe vegetasi penutup tanah. Persentasi naungan diamati dengan cara mengamati tajuk pohon yang menutupi lokasi pengamatan rayap dengan memberikan persen penutupan tajuk dengan persentase rendah (0-25%), sedang (26-50%), tinggi (51-75%), dan sangat tinggi (76-100%) (Mubin 2013). Sedangkan tipe vegetasi penutup tanah diamati pada lokasi transek rayap kemudian diidentifikasi dan dilihat dominansinya.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan perhitungan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 1988) yang menitik beratkan pada kekayaan spesies (richness) dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

H = indeks Shannon Wiener

pi = proporsi spesies rayap ke i dalam komunitas

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Spesies Rayap di Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet

Berdasarkan hasil identifikasi rayap yang ditemukan pada kedua lahan dengan komoditas yang berbeda diperoleh 15 spesies, 10 genus dari 4 subfamili yang diklasifikasikkan kedalam 2 famili rayap yaitu famili Termitidae dan Rhinotermitidae. Spesies rayap yang ditemukan dari famili Termitidae subfamili Termitinae yaitu Capritermes mohri, Procapritermes setiger dan Termes propinquus; subfamili Macrotermitinae terdiri dari Macrotermes gilvus dan

Microtermes insperatus; sedangkan subfamili Nasutitermitinae terdiri dari

Bulbitermes flavicans, Hospitalitermes hospitalis, Nasutitermes longinasoides, N. proatripennis dan N. javanicus (Gambar 4). Famili Termitidae merupakan kelompok rayap tingkat tinggi yang mempunyai jumlah 75% dari jumlah spesies rayap yang dikenal di dunia (Tho 1992).

Gambar 4 Rayap yang ditemukan dari famili Termitidae (a) C. mohri, (b) P. setiger, (c) T. propinquus, (d) M. gilvus (minor), (e) M. insperatus, (f) B. flavicans (g) H. hospitalis, (h) N. longinasoides, (i) N. proatripennis, (j) N. javanicus

Rayap famili Rhinotermitidae yang ditemukan pada penelitian ini yaitu subfamili Rhinotermitinae yang terdiri dari 5 spesies diantaranya Parrhinotermes aequalis, Schedorhinotermes javanicus, S. longirostris, S. medioobscurus dan S.

a 2 mm b 2 mm c 2 mm

f 2 mm

d 2 mm e 2 mm

g 2 mm

h 2 mm i 2 mm

(27)

7

tarakensis (Gambar 5). Famili Rhinotermitidae termasuk rayap tingkat rendah yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan rayap tingkat tinggi.

Gambar 5 Rayap yang ditemukan dari famili Rhinotemitidae (a) P. aequalis, (b)

S. javanicus (minor), (c) S. longirostris (minor), (d) S. medioobscurus

(minor), (e) S. tarakensis (minor)

Spesies rayap yang ditemukan merupakan hasil dari dua metode pengambilan rayap di lapangan yaitu transek survei dan pemasangan umpan kayu. Rayap famili Termitidae lebih mendominasi dibandingkan rayap Rhinotermitidae yaitu 10 spesies berbanding 5 spesies. Berdasarkan lokasi bersarangnya famili Termitidae merupakan jenis rayap yang bersarang di dalam tanah terutama yang berdekatan dengan bahan organik yang mengandung selulosa (Tarumingkeng 1971). Famili Rhinotermitidae merupakan jenis rayap yang umumnya hidup di dalam tanah yang banyak mengandung senyawa organik seperti kayu yang telah mati atau membusuk.

Indeks Keanekaragaman Rayap

Perbedaan tipe lahan pada umumnya mempengaruhi tingkat keanekaragaman spesies rayap. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada kedua tipe lahan pengamatan diperoleh nilai keanekaragaman rayap lebih tinggi pada lahan karet (H=2.18), dibandingkan nilai keanekaragaman rayap di plot lahan kelapa sawit (H=1.81) (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa perbedaan struktur jenis pertanaman dapat mempengaruhi keanekaragaman jenis rayap yang ditemukan.

Tabel 1 Nilai indeks keanekaragaman rayap

Tipe lahan dan plot Amatan Nilai keanekaragaman rayap Subfamili Genus Spesies H

Kelapa Sawit 4 7 9 1.81

Karet 4 9 12 2.18

Pada tabel nilai indeks keanekaragaman rayap (Tabel 1) terlihat bahwa pada plot penelitian karet spesies rayap yang ditemukan lebih banyak, dibandingkan

a 2 mm b 2 mm c 2 mm

(28)

8

dengan spesies rayap yang ditemukan pada lahan kelapa sawit. Pada lahan karet spesies rayap yang ditemukan yaitu sebanyak 12 spesies yang terdiri dari B. flavicans, C. mohri, H. hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus, P. setiger, T. propinquus, P. aequalis, S. longirostris, S. medioobscurus dan S. tarakensis. Hasil identifikasi spesies rayap yang ditemukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan Saputra et al. (2013) pada pertanaman karet di Bukit Batu, Riau yang hanya menemukan 8 spesies. Sedangkan pada perkebunan kelapa sawit ditemukan 9 spesies diantaranya C. Mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N. proatripennis, P. Setiger, T. Propinquus S. Javanicus, dan S. medioobscurus. Berbeda dengan penelitian Purnashari et al. (2013) yang hanya menemukan 3 spesies rayap pada pertanaman kelapa sawit di Bukit Batu, Riau yang terdiri dari P. inaequalis, S. sarawakensis dan C. curvignathus. Spesies rayap yang ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa spesies yang ditemukan pada lahan karet lebih banyak dibandingkan pada lahan kelapa sawit.

Keanekaragaman Spesies Rayap yang diperoleh dengan Metode Pemasangan Umpan Kayu

Spesies rayap yang ditemukan menyerang umpan kayu di lahan karet lebih banyak dibandingkan pada lahan kelapa sawit. Pada lahan kelapa sawit umpan kayu diserang oleh rayap S. medioobscurus, S. longirostris, dan S. tarakensis. Umpan kayu yang dipasang pada lahan karet diserang oleh 4 spesies rayap dimana 3 spesies rayap diantaranya sama dengan rayap yang menyerang umpan kayu di lahan kelapa sawit dan satu spesies dari subfamili Nasutitermitinae yaitu B.

flavicans (Tabel 2). Berbeda dengan penelitian (Kahar 2012) yang memasang umpan kayu di areal perkebunan kelapa sawit di Bogor ditemukan 3 spesies yang menyerang umpan kayu yaitu M. gilvus, C. curvignathus dan N. javanicus. Rayap dari famili Rhinotermitidae mendominasi serangan pada umpan kayu, hal ini terjadi karena famili ini memiliki habitat di dalam tanah atau di dalam kayu mati (Collins 1984). Sedangkan B. flavicans yang berasal dari famili Termitidae ditemukan hanya menyerang umpan kayu yang dipasang pada lahan karet. Persentase kerusakan paling tinggi (22.28 %) pada umpan kayu yang diamati setelah 4 minggu umpan kayu dipasang disebabkan oleh S. medioobscurus. Menurut Nandika (2014) rayap ini merupakan jenis rayap yang luas penyebarannya, sebab bisa hidup sampe ketinggian 1000 m dari permukaan laut.

Tabel 2 Spesies rayap yang menyerang umpan kayu dan persentase kerusakannya Tipe lahan Spesies rayap Persentase kerusakan

umpan kayu (%) Kelapa sawit S. medioobscurus 5

S. longirostris 10

S. tarakensis 5

Karet S. medioobscurus 22.28

S. longirostris 10

S. tarakensis 5

(29)

9

Bulbitermes flavicans Capritermes mohri Hospitalitermes hospitalis Macrotermes gilvus

Microtermes insperatus Nasutitermes longinasoides Nasutitermes proatripennis Nasutitermes javanicus Parrhinotermes aequalis Procapritermes setiger

Schedorhinotermes javanicus Schedorhinotermes longirostris Schedorhinotermes medioobscurus Schedorhinotermes tarakensis Termes propinquus

Hubungan Keanekaragaman Rayap dengan beberapa Tipe Habitat

Setiap spesies rayap mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Aktivitas rayap sangat tergantung pada habitat yang ditempatinya karena perilaku dasar rayap dalam mencari makan untuk koloninya. Keberadaan rayap juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu seperti tipe vegetasi gulma dan persentase tajuk pohon sebagai naungan (Mubin 2013). Pengamatan di lapangan menunjukan bahwa banyaknya cahaya yang masuk pada kebun kelapa sawit lebih banyak, hal ini karena persentase penutupan tajuk di kebun kelapa sawit tidak sangat tinggi. Sedangkan cahaya matahari yang masuk pada kebun karet tidak begitu banyak sehingga keadaan di kebun karet lebih sejuk dibandingkan dengan kebun kelapa sawit. Hasil penelitian menujukan bahwa semakin tinggi persentase naungan maka semakin banyak jenis rayap yang ditemukan.

(30)

10

(Donovan et al. 2007). Jumlah individu prajurit yang ditemukan pada persentase naungan yang sangat tinggi didominansi oleh C. mohri sedangkan pada persentase naungan yang tinggi didominansi oleh T. propinquus. Jumlah individu rayap yang ditemukan tidak stabil pada persentase naungan tinggi maupun pada persentase naungan sangat tinggi. Tempat terbuka dimana sinar matahari langsung menembus permukaan tanah pada tengah hari hingga awal sore hari ketika suhu berada pada puncaknya, rayap sering berada dibawah tanah atau berada di dalam sarang akan tetapi rayap tetap dapat berada di permukaan tanah bila terdapat naungan yang besar yang menciptakan suhu optimum. Naungan dengan dimensi yang besar paling menarik bagi rayap karena dapat menciptakan suhu dan kelembaban yang baik. Rayap pada umumnya menyukai tempat yang lembab untuk dijadikan sarang. Rayap biasanya membuat sarang pada naungan yang luas karena cahaya matahari tidak langsung menyinari lahan atau tanah. Sedikitnya cahaya matahari yang masuk mengakibatkan suhu dalam tanah tetap lembab dan umumnya rayap menyukai tempat tersebut untuk mencari makan atau untuk dijadikan sarang. Semakin besar persentase naungan yang menutupi lahan maka semakin banyak terdapat keanekaragaman rayap yang terdapat didalamnya.

KS KR

Gambar 7 Diagram venn keanekaragaman rayap dan gulma pada pertanaman kelapa sawit dan karet

(31)

11

lebar yaitu paku-pakuan. Gulma jenis paku-pakuan yang terdapat pada salah satu plot kebun karet berjumlah sangat banyak sehingga menutupi hampir seluruh permukaan tanah pada plot tersebut. Kondisi habitat seperti ini dapat berpengaruh terhadap banyaknya jenis rayap yang ditemukan. Selain itu kondisi habitat disekitar plot penelitian juga dapat mempengaruhi seperti jumlah serasah. Plot-plot pada tipe penggunaan lahan kebun karet permukaan tanah lebih banyak ditutupi oleh serasah dibandingkan dengan vegetasi gulma. Serasah yang banyak pada perkebunan karet dapat menjadi sumber makanan bagi rayap.

(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Nilai indeks keanekaragaman rayap yang diperoleh pada perkebunan karet lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit. Hal yang mempenaruhi kenaekragaman rayap yaitu persentase naungan dan tipe vegetasi penutup tanah. Keanekaragaman rayap yang diperoleh dari kebun karet yaitu 12 spesies rayap diantaranya B. flavicans, C. mohri, H. Hospitalis, M. insperatus, N. proatripennis, N. javanicus, P. aequalis, P. setiger, S. longirostris, S. medioobscurus, S. tarakensis dan T. propinquus. Sedangkan pada kebun kelapa sawit diperoleh 9 spesies yang terdiri dari C. mohri, M. gilvus, M. insperatus, N. longinasoides, N. proatripennis, P. setiger, S. javanicus, S. medioobscurus, dan T. propinquus.

SARAN

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M. 1959. Key to the Indomalayan Termites. Lahore (PK): University of the Punjabi.

Borror DJ, Triphelehorn A, Johnson NF. 1996. Pengenalan Serangga. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Ed ke-6. Yogyakarta (ID): UGM Press. Terjemahan dari: An Intoduction to The Study of Insects.

Bignell DE, P Eggleton P. 2000. Termites in Ecosystems dalam Abe, T., M. Higashi & D.E. Bignell (eds.). Termites: Evolution, Sociality, Symbioses, Ecology. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. Hal. 363-387.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi perkebunan rakyat menurut jenis tanaman 2000-2012 [Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik Indonesia: [diunduh 2014 Mei 23]. Tersedia pada:http://bps.go.id/tab_sub/ view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=54&notab=6

Collins NM. 1984. The Termite (Isoptera) of The Gunung Mulu National Park, with a Key to The Genera from Sarawak. Sarawak Museum Journal 30: 65-87.

Donovan SE, Griffiths GJK, Homathevi R, Winder L. 2007. The Spatial Pattern of Soil-dwelling Termites in Primary and Logged Forest in Sabah, Malaysia. Ecological Entomology 32: 1-10.

Handru A, Herwina H, Dahelmi. 2012. Jenis-jenis rayap (Isoptera) di kawasan hutan Bukit Tengah Pulau dan areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok Selatan. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 1 (1): 69-77.

Inward D, Beccaloni G, Eggleton P. 2007. Death of an order: a comprehensive molecular phylogenetic study confirms that termites are eusosial cockroaches. Biol Lett. 3:331-335.

Jones DT, Eggleton P. 2000. Sampling termite assemblages in tropical forest: testing a rapid biodiversity assessment protocol. J Appl Ecol 37: 191-203. Jones DT, Susilo FX, Bignell DE, Hardiwinoto S, Gillison AN, Eggleton P. 2003.

Termites assemblage collapse along a land-use intensification gradient in lowland central Sumatra, Indonesia. J App Ecol. 40: 380-391.

Kahar TP. 2012. Identifikasi dan sebaran jenis rayap tanah di PTPN VIII unit Cikasungka, Cigudeg, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID) : Ichtiar Baruvan Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey (US): Princeton University Press.

Mubin N. 2013. Keanekaragaman spesies rayap dan bakteri simbionnya: studi kasus di kampus IPB Dramaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nandika D. 2014. Rayap Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP.

(34)

14

Purnasari T, Muhammad A, Salbiah D. 2003. Keanekaragaman dan biomassa rayap tanah di kebun kelapa sawit dan kebun pekarangan pada lahan gambut di kawasan Bukit Batu, Riau [Internet]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau: [diunduh 2014 Mei 23]. Tersedia pada http://repository.unri.ac.id/

Saputra A, Muhammad A, Yus Y. 2013. Keanekaragaman dan biomassa rayap tanah di dua sistem budidaya karet pada lahan gambut di kawasan Bukit Batu, Riau [Internet]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau: [diunduh 2014 Mei 23]. Tersedia pada http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/12345 6789/4093/KARYA%20ILMIAH%20ANDI%20SAPUTRA.pdf?sequence1 Supriana E. 1994. Perilaku Rayap. Bogor (ID) : Badan Pengembangan dan

Penelitian Kehutanan.

Syaukani. 2006. A Guide to the Nasus Termites (Nasutitermitinae, Termitidae) of Kerinci Seblat National Park Sumatra. Yogyakarta (ID): Mitra Barokah Abadi.

Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu Indonesia. Bogor (ID): LPPK.

(35)
(36)

16

Lampiran 1 Jenis-jenis rayap dari lapangan dan deskripsinya berdasarkan kunci identifikasi

No Rayap yang ditemukan Deskripsi

1A Kepala berwarna coklat kemerahan,sedikit berambut; fontanel yang berbeda, yang terletak di ujung kepala; antena dengan 17 ruas, ruas antena ketiga dan setengah kali panjang ruas antena kedua; panjang kepala dengan mandibel 4.81-5.48 mm; panjang kepala tanpa mandibel 3.46–3.65 mm; lebar kepala 2.30-2.68 mm.

M. gilvus Hagen (prajurit mayor)

1B Bagian ujung labrum pendek; ruas antena ketiga lebih panjang daripada ruas kedua, sama panjang dengan ruas keempat; panjang kepala dengan mandibel 3.07-3.43 mm; panjang kepala tanpa mandibel 2.08-2.29 mm; lebar kepala 1.52-1.62 mm.

M. gilvus Hagen (prajurit minor)

2 Mandibel dengan denticle; kepala berbentuk membulat; berwarna kekuningan; sedikit berambut (jarang); antena 14 ruas; labrum berbentuk lidah; denticle pada mandibel berada sedikit di depan tengah, posisi denticle pada mandibel kiri sedikit lebih di depan daripada mandibel kanan; panjang kepala dengan mandibel 1.14-1.52 mm; tanpa mandibel 0.80-0.95 mm; lebar kepala 0.78-0.91 mm.

M. insperatus Kemner

3 Panjang kepala dengan mandibel 3.34 mm; tanpa mandibel 1.60-1.69 mm; kepala berwarna kuning; sedikit berbulu; fontanelle

terlihat; antena 14 ruas, panjang ruas kedua sama dengan ruas ketiga, ruas keempat agak lebih pendek; pronotum sedikit menorehkan anterior; lebar kepala 0.88-0.93 mm.

P. setiger Haviland

(37)

17

5 Rasio panjang kapsul kepala dengan lebar kepala 1.75 mm; kepala berbentuk silinder, berwarna kuning muda; ruas ketiga antena sedikit lebih pendek dari ruas kedua, ruas terpendek yaitu ruas keempat; panjang kepala dengan mandibel 2.28 mm; tanpa mandibel 1.33 mm; lebar kepala 0.76 mm.

T. propinquus Holmgren

6 Kepala berwarna coklat kemerahan, rostrum berwarna coklat dengan ujung coklat muda kemerahan; pada bagian belakang antena kepala sedikit mengerut; rostrum pendek, kurang dari setengah panjang kepala; antena berwarna coklat kekuningan, antena dengan 12 ruas; panjang kepala dengan rostrum 1.22-1.40 mm; tanpa rostrum 0.97-1.00 mm; lebar kepala 0.75-0.84 mm. panjang kepala dengan rostrum 1.75-1.80 mm; tanpa rostrum 1.10-1.15 mm; lebar kepala maksimum 1.12-1.15.

H. hospitalis Haviland

(38)

18

9 Kepala berwarna coklat muda kemerahan; rostrum berwarna lebih gelap dari kepala, terutama bagian paling ujung; antena pucat coklat pucat; panjang rostrum lebih dari setengah panjang kepala dan tebal pada bagian dasar; antena dengan 14 ruas, ruas kedua lebih pendek dari ruas keempat, ruas ketiga sedikit lebih pendek dari keempat; panjang kepala dengan rostrum 2.40-2.75 mm; tanpa rostrum 1.02-1.62 mm; lebar kepala 1.40-1.63 mm.

N. proatripennis Ahmad

10 Kepala berwarna kuning, sedikit berbulu; antena dengan 12-13 ruas, ruas antena ketiga lebih panjang dari ruas kedua, ruas keempat jelas lebih pendek dari ketiga; panjang kepala dengan rostrum 1.25 mm; tanpa rostrum 0.65 mm; lebar kepala 0.72 mm.

N. javanicus Holmgren

11 Gigi marjinal kedua di rahang kiri jauh lebih kecil daripada yang pertama marginal, gigi mandibula kanan ditempatkan di tengah; antena 13 ruas; panjang labrum sama dengan lebar, luas melengkung bagian apikal; panjang kepala dengan mandibel 1.71 mm; tanpa mandibel (0.98-1.04)-1.25 mm; lebar kepala 0.95-0.96 mm.

P. aequalis Haviland

12A Kepala berwarna kuning kemerahan; antena 16 ruas, ruas ketiga lebih panjang dari ruas kedua; labrum sedikit bergelombang dan bagian tengahnya beralur-alur; panjang kepala dengan mandibel 2.15-2.30 mm; tanpa mandibel 1.48-1.52 mm; lebar kepala 1.38-1.41 mm.

S. javanicus Kemner (prajuit mayor)

12B Kepala dengan beberapa rambut panjang; antena dengan 15-16 ruas, pada spesimen dengan 15 ruas, ruas ketiga sedikit lebih pendek dari ruas keempat, dalam spesimen dengan 16 ruas, ruas ketiga lebih panjang dari ruas keempat; panjang kepala dengan mandibel 1.41-1.52 mm; tanpa mandibel 0.85-0.90 mm; lebar kepala 0.74-0.82 mm.

S. javanicus Kemner (prajurit minor)

(39)

19

13A Labrum memanjang hingga ke hampir ujung mandibel; antena dengan 16 ruas; panjang kepala dengan mandibel 1.98 mm; tanpa mandibel 1.44-1.54 mm; lebar 1.38-1.44 mm.

S. longirostris Brauer (prajurit mayor)

13B Labrum memanjang melebihi mandibel; antena dengan 14-15 (16) ruas, dalam spesimen

S. longirostris Brauer (prajurit minor)

14A Antena dengan 17 ruas, ruas kedua sedikit lebih panjang daripada ruas ketiga, ruas keempat sedikit lebih pendek dari ruas ketiga; panjang kepala dengan mandibel 2.34-2.38 mm; tanpa mandibel 1.45-1.56 mm; lebar kepala 1.48-1.62 mm.

S. medioobscurus Holmgren (prajurit mayor)

14B Panjang kepala dengan mandibel 1.24-1.35 mm; tanpa mandibel 0.78-0.83 mm; antena dengan 16 ruas, ruas kedua sedikit lebih panjang dari ruas ketiga, terpendek ruas keempat; labrum memanjang hingga ke ujung mandibel bawah; lebar kepala 0.70-0.75 mm.

S. medioobscurus Holmgren (prajurit minor)

15 Panjang kepala dengan mandibel 1.17-1.18 mm; tanpa mandibel 0.65-0.72 mm; antena dengan 15 ruas, ruas kedua dua kali lebih panjang ruas ketiga, ruas terakhir terpendek, labrum memanjang sedikit melebihi mandibel; Panjang kepala sampai ujung labrum 1.22 mm; lebar kepala 0.67-0.70 mm.

S. tarakensis Oshima(prajurit minor)

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Agustus 1992, anak bungsu dari 3 bersaudara dari pasangan Ubaidillah dan Suwarsih. Tahun 2010 penulis menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan pilihan mayor Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 2  Transek rayap pada mikrosite-nya, (a) permukaan tanah dan serasah,
Gambar 4  Rayap yang ditemukan dari famili Termitidae (a) C. mohri, (b) P.
Gambar 5  Rayap yang ditemukan dari famili Rhinotemitidae (a) P. aequalis, (b)
Gambar 6  Hubungan persentase naungan dengan prajurit rayap yang ditemukan
+2

Referensi

Dokumen terkait

(c) Median untuk data genap adalah rata-rata dari dua data yang terletak di tengah... Sedangkan rata-rata gaji bagian marketing adalah 3 juta dengan jumlah personel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima jenis bahan yang diduga sebagai perangsang makan, kecap dan sukrosa secara signifikan meningkatkan konsumsi UGB dan

UPAYA INDONESIA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK LAUT

Penulis telusuri bahwa sejak lahirnya Muhammadiyah memang sudah dapat diketahui asas gerakannya, namun pada tahun 1938-1942 di bawah kepemimpinan Kyai Mas Mansur mulai

Perbandingan dengan senyawa hasil identifikasi dari ekstrak makroalga Ceratodictyon spongiosum yang diambil dari perairan yang sama, menunjukkan adanya kesamaan

berada dalam wilayah terminal yang sering digabung dengan menara pengawas yang berfungsi sebagai tempat memantau pergerakan kenda- raan dan penumpang. d) Tempat tunggu

Analisis perhitungan bahan baku pada proses pertenunan dilakukan dengan melihat model matematis perhitungan bahan baku proses pertenunan, yaitu untuk kebutuhan benang lusi

(Bandung: PT.. Metode wawancara sangat diperlukan dan berpengaruh besar dalam proses pengumpulan data dalam penelitian, peneliti menyiapkan dahulu bahan- bahan yang akan