• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiveria zizanioides) sebagai Fitoremediator dalam Pengolahan Limbah Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiveria zizanioides) sebagai Fitoremediator dalam Pengolahan Limbah Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN RUMPUT VETIVER (

Vetiveria zizanioides

)

SEBAGAI FITOREMEDIATOR DALAM PENGOLAHAN

LIMBAH BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (

Clarias gariepinus

)

BANI NUR ARSY

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiveria zizanioides) sebagai Fitoremediator dalam Pengolahan Limbah Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

BANI NUR ARSY. Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiveria zizanioides) sebagai Fitoremediator dalam Pengolahan Limbah Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh HEFNI EFFENDI dan YUSLI WARDIATNO.

Akuaponik merupakan perpaduan budidaya ikan dan tumbuhan yang menggunakan sistem resirkulasi. Lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dan rumput vetiver (Vetiveria zizanioides) dijadikan sebagai bahan percobaan fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah dan memanfaatkan limbah cair organik budidaya lele sangkuriang menggunakan rumput vetiver. Mengukur pertumbuhan lele sangkuriang dan rumput vetiver di dalam sistem resirkulasi. Analisis data yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap in time untuk mengetahui pengaruh perlakuan rumput vetiver terhadap parameter kualitas air seperti suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrat, dan ortofosfat. Parameter biologi yang diukur meliputi SR, SGR, pertumbuhan panjang dan bobot ikan, dan pertumbuhan panjang rumput vetiver. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rumput vetiver dapat menurunkan kadar amonia sampai 88,44%, nitrat 75,34%, dan ortofosfat 96%. Uji Spearman Rank Correlation pada akuarium perlakuan menunjukkan adanya korelasi positif antara pH dengan nitrat dan ortofosfat, dan antara nitrat dan ortofosfat.

Kata kunci: Akuaponik, fitoremediasi, kualitas air, lele sangkuriang, vetiver

ABSTRACT

BANI NUR ARSY. The Use of Vetiver Grass (Vetiveria zizanioides) as Phytoremediator in Wastewater Treatment of Sangkuriang Catfish (Clarias gariepinus) Aquaculture. Supervised by HEFNI EFFENDI and YUSLI WARDIATNO.

Aquaponic is a combination of aquaculture and plant using recirculation system. Sangkuriang catfish (Clarias gariepinus) and vetiver (Vetiveria zizanioides) were used as experimental media of phytoremediation. This research aims to treat and utilize organic wastewater of sangkuriang catfish use vetiver grass. Measure the growth of sangkuriang catfish and vetiver in the recirculation system. Analysis of the data used was In Time Completely Randomized Design to determine the effect of treatment of vetiver grass on water quality parameters temperature, pH, dissolved oxygen, ammonia, nitrate, and orthophosphate. Biological parameters measured include SR, SGR, length and weight of fish growth, and growth of vetiver grass length. The result showed that the use of vetiver could reduce levels of ammonia up to 88,44%, nitrate 75,34%, and orthophosphate 96%. Spearman Rank Correlation test of aquarium treatment shows positive correlation between pH with nitrate and orthophosphate, and between nitrate and orthophospahate.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

PEMANFAATAN RUMPUT VETIVER (

Vetiveria zizanioides

)

SEBAGAI FITOREMEDIATOR DALAM PENGOLAHAN

LIMBAH BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (

Clarias gariepinus

)

BANI NUR ARSY

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah yang diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiveria zizanioides) sebagai Fitoremediator dalam Pengolahan Limbah Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi.

2. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi atas bantuan beasiswa BUMN yang telah diberikan.

3. Penelitian dan pembiayaan bersumber dan dibiayai oleh BOPTN, bekerja sama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) dan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Dr Ir Hefni Effendi, MPhil selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku anggota komisi pembimbing sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini.

5. Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku penguji tamu dan Ali Mashar, SPi MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti. 6. Keluarga penulis bapak Nana Sumarna, mamah Dini Rusbandini(alm),

suamiku Riyan Wahyu Muhamad Ismail, anakku Arami Ijaz Fathul Islam, teteh Fanny Fathurainy, aa Andry Farianto dan seluruh keluarga besar penulis yang telah banyak memberikan motivasi, doa dan dukungan baik moril maupun materil.

7. Teman seperjuangan penelitian: Dwi, Nunuh, dan seluruh staf Pusat Penelitian Lingkungan Hidup yang telah banyak membantu.

8. Teman-teman Vinni, Zaky, Nurul, Kiky yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

9. Teman-teman MSP 47 Serli, Merry, Agus, Hesvi, Rinrin, Yuyun, Rivany dan semuanya. Terima kasih untuk semangat, dukungan dan doa.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Perancangan Pelaksanaan Penelitian 3

Kegiatan Penelitian 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 12

KESIMPULAN DAN SARAN 16

Kesimpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 20

(10)

DAFTAR TABEL

1. Parameter kualitas air yang dianalisis 4

2. Sidik Ragam RAL in time 6

3. Kisaran hasil pengukuran suhu, pH, dan DO 10

DAFTAR GAMBAR

1. Skema perumusan masalah pengolahan limbah budidaya lele sangkuriang menggunakan Vetiveria zizanioides 2

2. Skema akuarium dengan sistem resirkulasi 3

3. Pengukuran panjang lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dan

rumput vetiver (Vetiveria zizanioides) 4

4. Konsentrasi amonia total pada akuarium kontrol dan perlakuan

vetiver 8

5. Konsentrasi amonia pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver 8 6. Konsentrasi amonium akuarium kontrol dan perlakuan vetiver 9 7. Konsentrasi nitrat pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver 9 8. Konsentrasi ortofosfat pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver 10 9. Nilai SR ikan lele sangkuriang pada akuarium kontrol dan

perlakuan vetiver 11

10.Panjang rata-rata lele sangkuriang pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver dengan standard deviasi (І) 11 11.Panjang lele sangkuriang pada (a) awal penelitian dan (b) akhir

penelitian 12

12.Bobot rata-rata lele sangkuriang pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver dengan standard deviasi ( І ) 12 13.Panjang rata-rata rumput vetiver (Vetiveria zizanioides) dengan

standard deviasi (І) 13

14.Panjang rumput vetiver pada awal penelitian (kiri), panjang rumput

vetiver pada akhir penelitian (kanan) 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil uji statistik amonia total (TAN) 20

2. Hasil uji statistik amonia bebas 20

3. Hasil uji statistik amonium 21

4. Hasil uji statistik nitrat 22

5. Hasil uji statistik ortofosfat 23

6. Hasil uji statistik suhu, pH, dan DO 24

7. Hasil uji statistik SR lele sangkuriang 26

8. Hasil uji statistik panjang rata-rata lele sangkuriang 27 9. Hasil uji statistik bobot rata-rata lele sangkuriang 28 10.Nilai amonia bebas (NH3) dan amonium (NH4+) 29

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya perikanan pada saat ini sangat populer di kalangan masyarakat, terutama untuk biota yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pembudidaya sering mengalami masalah dalam pengelolaan bahan organik dari sisa pakan atau feses yang mengendap di dasar perairan. Air yang sudah tercampur dengan limbah organik dalam budidaya perikanan (sisa pakan dan feses) akan mempengaruhi kelangsungan hidup biota budidaya. Keberadaan bahan organik yang tidak diolah akan menghasilkan amonia dan sulfida serta dapat menurunkan kadar oksigen (Isdarmawan 2005; Effendi et al. 2015a).

Lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas yang banyak diminati untuk budidaya karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan kandungan gizi serta rasa daging yang lezat. Budidaya lele sangkuriang banyak dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, tetapi juga untuk produksi ekspor (Khairuman dan Amri 2009). Lele dapat dibudidayakan dengan teknologi budidaya yang relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (Mahyuddin 2010). Keberlangsungan hidup lele sangkuriang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen terlarut dalam air karena kualitas air budidaya yang baik merupakan syarat bagi pertumbuhan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi akuaponik sebagai salah satu teknologi yang dapat menunjang kualitas air bagi kelangsungan hidup lele sangkuriang.

Akuaponik merupakan perpaduan budidaya ikan dan tumbuhan yang menggunakan sistem resirkulasi. Prinsip dari akuaponik adalah memanfaatkan air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan secara terus menerus (Rifa’i and Ika 2012). Teknologi akuaponik merupakan alternatif yang dapat diterapkan dalam rangka mengatasi masalah keterbatasan air. Teknologi akuaponik dapat meningkatkan kapasitas produksi pada sistem budidaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan dari hasil tanaman (Putra et al. 2013; Trang et al. 2010).

Jenis tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput vetiver (Vetiveria zizanioides). Rumput vetiver bukan merupakan tanaman air, namun dapat dijadikan bentuk hidroponik. Rumput vetiver dapat memurnikan air dari kondisi eutrofik, sampah, dan air limbah dari peternakan babi (Kumar et al. 2013). Banyak peneliti menyatakan bahwa rumput vetiver sangat efektif untuk mengurangi kadar nitrogen dan fosfor dalam air dan mampu menjernihkan air dari kondisi eutrofikasi (Chunrong et al. 1997).

(12)

2

Perumusan Masalah

Metode fitoremediasi merupakan cara yang efektif untuk mengurangi konsentrasi bahan organik yang terlarut dalam air budidaya. Pengolahan air limbah dengan metode fitoremediasi adalah proses pengolahan dengan memanfaatkan tanaman sebagai agen pengolah limbah. Limbah yang dihasilkan berupa feses dan sisa pakan yang diproses menjadi amonia, nitrat, dan ortofosfat. Proses budidaya lele sangkuriang ini tidak memerlukan pergantian air. Penelitian ini menggunakan rumput vetiver untuk mengolah air yang menjadi media tumbuh lele sangkuriang. Skema perumusan masalah pengolahan air limbah budidaya lele sangkuriang menggunakan rumput vetiver disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema perumusan masalah pengolahan limbah budidaya lele sangkuriang menggunakan Vetiveria zizanioides

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengolah dan memanfaatkan limbah cair organik budidaya lele sangkuriang menggunakan rumput vetiver. Mengukur pertumbuhan lele sangkuriang dan rumput vetiver di dalam sistem resirkulasi.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah optimasi teknologi sederhana yang digunakan untuk pengolahan limbah cair organik yang berbasis bebas residu.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2014 di Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Institut Pertanian Bogor (IPB).

Kualitas air (pH, DO, N, dan P)

Media air limbah organik budidaya lele sangkuriang Aplikasi Vetiveria

zizanioides

Perubahan kualitas air membaik?

(13)

3 Metode penelitian yang digunakan, yaitu percobaan laboratorium dengan jenis eksperimen. Analisis fisika, kimia, dan biologi dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor.

Perancangan Pelaksanaan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap in time (RAL in time). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi empat akuarium berukuran 80x40x40 cm yang berisi air 96 l, drum yang disekat dua sebagai penadah air, serta serangkaian perlengkapan untuk resirkulasi. Akuarium dilengkapi dengan selang aerasi, batu aerasi, dan aerator yang digunakan untuk menyuplai oksigen. Pembersihan akuarium dari kotoran dilakukan dengan proses penyifonan, sementara itu water heater pada setiap akuarium digunakan untuk menjaga suhu air agar tetap stabil pada 28 °C. Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan, yaitu akuarium tanpa vetiver (1 akuarium) dan akuarium dengan vetiver (3 akuarium). Cara kerja sistem resirkulasi dalam penelitian ini, yaitu air limbah yang berasal dari akuarium dialirkan ke talang yang terdapat rumput vetiver, lalu air limbah tersebut mengalir menuju drum kemudian dipompa kembali menuju akuarium (Gambar 2). Akuarium tersebut ditutup dengan kasa nyamuk agar ikan tidak keluar dari akuarium pengamatan.

Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) yang digunakan berukuran 3-4 cm sebanyak 400 ekor/akuarium (Shafrudin et.al 2006) berasal dari Cibeureum Bogor. Lele sangkuriang diaklimatisasi selama 4 hari sebelum digunakan untuk penelitian. Rumput vetiver (V. zizanioides) yang digunakan sebagai fitoremediator berumur 2-3 minggu. Penanaman rumput vetiver menggunakan pot karena membutuhkan tanah sebagai media hidup. Tinggi rumput vetiver disamakan 20 cm, setiap pot berisi 3-4 rumpun vetiver. Pakan ikan yang digunakan berupa pelet jenis pakan benih ikan apung Pf-1000 dengan jumlah pakan yang diberikan berdasarkan nilai FR lele sangkuriang. Air untuk akuarium berasal dari sumur PPLH yang telah ditampung terlebih dahulu dalam tandon.

(14)

4

Kegiatan Penelitian

Pengambilan contoh

Pengambilan contoh air, lele sangkuriang, dan rumput vetiver dilakukan setiap satu minggu sekali. Air diambil dari akuarium dan talang lalu dimasukkan ke dalam botol contoh untuk dianalisis di laboratorium. Panjang vetiver dan lele sangkuriang setiap satu minggu diukur dengan penggaris (ketelitian 0,1 cm), sementara itu bobot lele sangkuariang diukur dengan timbangan digital (ketelitian 0,0001 g). Panjang lele sangkuriang diukur dari ujung mulut hingga ujung ekor terpanjang. Pertumbuhan rumput vetiver diukur dari pangkal daun hingga ujung daun. Lele yang diamati setiap minggu sebanyak 30 ekor/akuarium dan rumput vetiver yang diamati sebanyak 4 helai daun/talang akuarium. Pengukuran panjang lele sangkuriang dan rumput vetiver disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pengukuran panjang lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dan rumput vetiver (Vetiveria zizanioides)

Analisis kualitas air di laboratorium

Parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, pH, DO (Dissolved Oxygen), amonia, ortofosfat, dan nitrat. Analisis kualitas air dilakukan dengan metode APHA (2012). Parameter kualitas air yang dianalisis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter kualitas air yang dianalisis

Parameter Metode/Alat Satuan

Karakteristik Fisika

Suhu Phobe elektroda/Termometer °C

Karakteristik Kimia

pH Probe elektroda/pH meter

DO Winkler mg L-1

N-NH3 Phenat/Spektrofotometer mg L-1

P-PO4 Stanus Klorida/ Spektrofotometer mg L-1

(15)

5

Analisis Data

Survival rate

Surival rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup merupakan perbandingan populasi ikan pada akhir pemeliharaan dengan populasi ikan pada awal pemeliharaan dalam satuan persen (%). Menurut Goddard (1996), perhitungan tingkat kelangsungan hidup menggunakan rumus berikut:

SR = x 100 Keterangan:

SR : Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt : Populasi ikan pada akhir pemeliharaan N0 : Populasi ikan pada awal pemeliharaan

Laju pertumbuhan panjang rata-rata harian lele sangkuriang dan rumput vetiver

Pertumbuhan panjang lele sangkuriang dan rumput vetiver diamati setiap satu minggu sekali. Menurut Huisman (1987), laju pertumbuhan panjang harian dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan :

: Laju pertumbuhan panjang harian

: Panjang rata-rata pada hari ke-t (cm)

: Panjang rata-rata pada hari ke-0 (cm) t : Waktu pemeliharaan (hari)

Laju pertumbuhan bobot rata-rata harian lele sangkuriang

Laju pertumbuhan harian (Specific Growth Rate atau SGR) adalah persentase laju pertumbuhan bobot ikan per hari. Menurut Huisman (1987), laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

0

Keterangan:

SGR : Laju pertumbuhan bobot harian (%) : Bobot rata-rata akhir (g)

: Bobot rata-rata awal (g) t : Waktu pemeliharaan (hari)

Persentase perubahan

(16)

6

% perubahan = x 100 Keterangan:

a : Nilai awal parameter b : Nilai akhir parameter

Rancangan acak lengkap in time (RAL in time)

Analisis data RAL in time disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam pada Tabel 2 dengan hipotesis yang dapat diuji dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh taraf perlakuan terhadap respon Hipotesis:

H0 : αV = αK = 0 (tidak ada pengaruh taraf perlakuan terhadap respon)

H1 : minimal ada satu αj ≠ 0 (minimal ada satu pengaruh taraf perlakuan terhadap respon)

2. Pengaruh waktu pengamatan Hipotesis:

H0 : β0 = β7 = β …. = β28 = 0 (tidak ada pengaruh waktu pengamatan terhadap respon)

H1 : minimal ada satu βk ≠ 0 (minimal ada satu pengaruh waktu pengamatan terhadap respon)

3. Pengaruh interaksi taraf perlakuan dan waktu pengamatan Hipotesis:

H0 : (αβ)C0 = (αβ)C7 = …. = (αβ)K28 = 0 (tidak ada pengaruh taraf perlakuan dan waktu pengamatan)

H1 : minimal ada satu (αβ)jk ≠ 0 (minimal ada satu pengaruh interaksi taraf perlakuan dan waktu pengamatan)

Tabel 2 Sidik Ragam RAL in time

Sumber Db JK KT Fhitung F tabel Perlakuan (A) a-1 JKA KTA KTA/KTGa Fα(dbA, dbGa) Galat (a) a(n-1) JKGa KTGa

Waktu (B) b-1 JKB KTB KTK/KTGb Fα(dbB,dbGb) Galat (b) a(b-1)(n-1) JKGb KTGb

Interaksi (AB) (a-1)-(b-1) JKAB KTAB KTAB/KTGb Fα(dbAB,dbGb) Total abn-1 JKT

Sumber: Mattjik dan Sumertajaya (2002)

Penarikan kesimpulan yang dapat diambil dari sidik ragam pada Tabel 2 adalah sebagai berikut:

 Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka tolak H0, berarti minimal terdapat satu taraf perlakuan/waktu/interaksi yang memberikan pengaruh.

 Jika nilai Fhitung < Ftabel, maka gagal tolak H0, berarti tidak ada taraf perlakuan/waktu/interaksi yang memberikan pengaruh.

(17)

7 berganda digunakan untuk menentukan perlakuan mana yang menyebabkan H0 ditolak.

Uji Spearman Rank Correlation

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui adanya korelasi dan tingkat keeratan korelasi antara dua variabel yang biasa disebut variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Sumber data dalam korelasi Spearman Rank Correlation untuk kedua variabel yang akan dikonversikan berasal dari sumber yang tidak sama, serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal.

rs

=

1

-

Keterangan:

rs : Koefisien Korelasi Spearman

: Total kuadrat selisih antar ranking n : Jumlah sampel

Nilai korelasi Spearman berada diantara -1 < r < 1. Bila nilai = 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen. Nilai = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel independen dan dependen. Nilai = -1 berarti terdapat hubungan negatif antara variabel independen dan dependen. Tanda + dan – menunjukkan arah hubungan di antara variabel yang sedang dioperasikan (Setyawan 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Amonia total (TAN)

(18)

8

Gambar 4 Konsentrasi amonia total pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver

Amonia bebas (N-NH3)

Selama penelitian, konsentrasi amonia berfluktuasi. Penurunan konsentrasi tertinggi terjadi pada hari ke-14. Persentase penurunan amonia bebas pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver adalah 96,39% dan 88,44%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap penurunan konsentrasi amonia (p<0,05) (Lampiran 2). Gambar 5 menunjukkan konsentrasi amonia selama penelitian.

Gambar 5 Konsentrasi amonia pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver

Amonium (NH4+)

(19)

9

Gambar 6 Konsentrasi amonium akuarium kontrol dan perlakuan vetiver

Nitrat (N-NO3)

Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae (Effendi 2003). Senyawa ini dihasilkan oleh proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Konsentrasi nitrat terendah terdapat pada perlakuan rumput vetiver. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan konsentrasi nitrat (p>0,05), sedangkan waktu pengamatan selama 28 hari berpengaruh nyata (p<0,05) (Lampiran 4). Persentase penurunan nitrat pada perlakuan kontrol dan vetiver adalah 11,76% dan 75,34%. Gambar 7 menunjukkan konsentrasi nitrat selama penelitian.

Gambar 7 Konsentrasi nitrat pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver

Ortofosfat (P-PO4)

Ortofosfat merupakan fosfat anorganik yang mampu dimanfaatkan langsung oleh organisme air maupun tumbuhan air. Penurunan konsentrasi ortofosfat terbesar terdapat pada perlakuan rumput vetiver. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan konsentrasi ortofosfat (p>0,05), sedangkan waktu pengamatan selama 28 hari berpengaruh nyata (p<0,05) (Lampiran 5). Persentase penurunan ortofosfat pada perlakuan kontrol dan vetiver adalah 18,26% dan 96%. Gambar 8 menunjukkan konsentrasi ortofosfat selama penelitian.

(20)

10

Gambar 8 Konsentrasi ortofosfat pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver

Suhu, pH, Dissolved Oxygen (DO)

Menurut Cahyono (2009), suhu air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan. Suhu air relatif konstan selama penelitian yaitu 28-28,4 °C. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan tidak berpengaruh nyata terhadap suhu (p>0,05) (Lampiran 6). Selama penelitian, kondisi pH air relatif berfluktuasi dan rata-rata nilai pH pada perlakuan rumput vetiver lebih tinggi. pH merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme dalam air (Paramita et al. 2012). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan tidak berpengaruh nyata terhadap pH (p>0,05) (Lampiran 6).

Konsentrasi oksigen terlarut pada perlakuan rumput vetiver lebih rendah dibandingkan akuarium kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi DO (p>0,05), sedangkan waktu pengamatan selama 28 hari berpengaruh nyata (p<0,05) (Lampiran 6). Oksigen digunakan sebagai bahan oksidan biogenik untuk mendegradasi limbah (Isdarmawan 2005), selain itu oksigen diperlukan juga untuk dekomposisi bahan organik (Effendi 2003). Kisaran konsentrasi suhu, pH, dan DO selama 28 hari penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kisaran hasil pengukuran suhu, pH, dan DO

Parameter Percobaan

Kontrol V.zizanioides

Suhu(°C) 28 28,4

pH (mg L-1) 4,4-6,97 5,33-7,18

DO (mg L-1) 3,59-5,78 1,39-3,43

Survival Rate (SR)

Gambar 9 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian. SR akuarium perlakuan rumput vetiver memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan (p<0,05) (Lampiran 7).

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00

0 7 14 21 28

Or

to

fo

sf

at

(m

g

L

-1)

Hari ke-

Kontrol

(21)

11

Gambar 9 Nilai SR ikan lele sangkuriang pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver

Panjang rata-rata ikan lele sangkuriang

Makhuk hidup mengalami pertumbuhan setiap waktu, baik pertumbuhan bobot maupun panjang. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh kualitas pakan, umur, dan kualitas air pemeliharaan. Panjang rata-rata lele sangkuriang selama penelitian disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Panjang rata-rata lele sangkuriang pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver dengan standard deviasi (І)

Panjang rata-rata lele pada akhir penelitian diperoleh nilai tertinggi pada akuarium kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan hari ke 0-14 tidak berpengaruh nyata (p>0,05), akan tetapi penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan hari ke 21-28 berpengaruh nyata terhadap panjang lele (p<0,05) (Lampiran 9). Gambar 11 merupakan panjang lele sangkuriang pada awal dan akhir penelitian.

0 20 40 60 80 100 120

0 7 14 21 28

S

u

rviva

l

R

a

te

(%)

Hari ke-

Kontrol Perlakuan

0 2 4 6 8 10 12 14

0 7 14 21 28

P

an

jan

g

(

cm

)

Hari ke-

kontrol

(22)

12

(a) (b)

Gambar 11 Panjang lele sangkuriang pada (a) awal penelitian dan (b) akhir penelitian

Bobot rata-rata lele sangkuriang

Pertumbuhan yang terjadi pada lele sangkuriang tidak hanya pertumbuhan panjang saja, tetapi juga pertumbuhan bobot. Pertumbuhan bobot dapat dilihat dari bobot lele yang terus bertambah. Bobot rata-rata lele sangkuriang selama penelitian disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Bobot rata-rata lele sangkuriang pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver dengan standard deviasi ( І )

Bobot rata-rata lele pada akhir penelitian diperoleh nilai tertinggi pada akuarium kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan hari ke 0-14 tidak berpengaruh nyata (p>0,05), akan tetapi penerapan rumput vetiver dan waktu pengamatan hari ke 21-28 berpengaruh nyata terhadap bobot lele (p<0,05) (Lampiran 9).

Panjang rata-rata rumput vetiver

Laju pertumbuhan panjang harian atau Specific Growth Rate (SGR) merupakan peningkatan panjang tanaman dalam suatu interval waktu. Panjang rata-rata rumput vetiver disajikan pada Gambar 13.

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00

0 7 14 21 28

B

o

b

o

t

(g

)

Hari ke-

Kontrol

(23)

13

Gambar 13 Panjang rata-rata rumput vetiver (Vetiveria zizanioides) dengan standard deviasi (І)

Panjang rumput vetiver mengalami peningkatan setiap hari. Gambar 14 menunjukkan panjang rumput vetiver pada awal dan akhir penelitian.

Gambar 14 Panjang rumput vetiver pada awal penelitian (kiri), panjang rumput vetiver pada akhir penelitian (kanan)

Peningkatan panjang rumput vetiver selama penelitian diduga karena rumput vetiver memiliki kemampuan untuk menyerap nutrien yang berada dalam air. Uji Spearman Rank Correlation pada akuarium kontrol menunjukkan korelasi positif antara pH dan SGR bobot lele sangkuriang, selain itu adanya korelasi positif antara DO dan SR lele (Lampiran 11). Uji Spearman Rank Correlation pada akuarium perlakuan menunjukkan adanya korelasi positif antara pH dengan nitrat dan ortofosfat. Selain itu terdapat korelasi positif antara nitrat dan ortofosfat (Lampiran 11).

Pembahasan

Fitoremediasi didefinisikan sebagai proses penggunaan tanaman dan mikroba yang terkait dalam pembersihan lingkungan (Hazra et al. 2011; Ajibade et al. 2013). Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi air yang terkontaminasi polutan adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi adalah salah satu metode paling

0 20 40 60 80 100

0 7 14 21 28

P

an

jan

g

(

cm

)

(24)

14

sederhana dan ramah lingkungan dengan biaya yang rendah (Razia et al. 2014). Fitoremediasi dapat digunakan dalam mengolah limbah budidaya perikanan. Salah satu budidaya perikanan yang menjadi unggulan budidaya air tawar di Indonesia adalah budidaya ikan lele.

Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) termasuk salah satu jenis ikan ekonomis yang dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi air tawar dengan produksi yang cukup tinggi dan digemari masyarakat. Ikan ini merupakan hasil perbaikan genetik dari ikan lele dumbo yang dikembangkan oleh BBPBAT (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar) Sukabumi. Saat ini budidaya lele sangkuriang berkembang pesat karena dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, terknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat dan pemasarannya relatif mudah (Indonesian Aquaculture 2010).

Amonia yang terukur pada penelitian berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik bagi biota akuatik, sedangkan amonium (NH4+) digunakan oleh tumbuhan air sebagai nutrien. Amonia bebas dipengaruhi oleh suhu dan pH. Amonia pada akuarium perlakuan mengalami peningkatan pada hari ke-7 dengan nilai sebesar 0,026 mg L-1, namun menurun pada hari ke-14. Konsentrasi amonia di perairan untuk budidaya adalah 0,2–3 mg L-1 (Boyd 1990).

Konsentrasi amonia pada penelitian ini masih dapat ditoleransi oleh ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amalia et al. (2013) bahwa kisaran amonia 0,26-0,64 mg L-1 masih layak untuk ikan. Kadar amonia (NH3) akan mudah didifusi melewati jaringan jika konsentrasinya tinggi dan berpotensi menjadi racun bagi tubuh biota perairan (Amansyah et al. 2012). Menurut Sindilariu et al. (2008), peningkatan amonia disebabkan oleh limbah dari aktivitas budidaya ikan seperti sisa pakan, feses, dan urin ikan. Limbah tersebut dapat meningkatkan konsentrasi total nitrogen yaitu nitrit, nitrat, amonium, dan bahan organik terlarut dalam air. Persentase penurunan terbesar konsentrasi amonia akuarium perlakuan vetiver terjadi pada hari ke-7 hingga hari ke-14 sebesar 88,44%. Rumput vetiver dapat mengurangi 71% kadar COD, 67% amonia, dan 80% kadar total nitrogen (Xiao et al. 2009).

Konsentrasi nitrat hari ke-0 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada hari ke-14. Hal ini diduga pada hari ke-14 pH air akuarium optimum bagi perumbuhan bakteri nitrifikasi (Nitrobacter sp.). Menurut Hetty et al. (2005), konsentrasi pH mempengaruhi konsentrasi nitrat karena pH optimum untuk pertumbuhan bakteri Nitrobacter sp. adalah 7,2 dan 7,8. Sehingga hal tersebut mengakibatkan proses nitrifikasi lebih cepat optimum. Sedangkan, penurunan pada hari ke-14 hingga akhir pemeliharaan dengan nilai sebesar 3 mg L-l, diduga nitrat dimanfaatkan langsung dan dibutuhkan lebih banyak oleh V. zizanioides untuk mempertahankan daya adaptasi terhadap lingkungan. Persentase penurunan terbesar konsentrasi nitrat terjadi pada hari ke-21 hingga hari ke-28 dengan perubahan sebesar 75,34%. Kadar N total di dalam air berkurang sebesar 83% dan 99% setelah mengalami pengolahan limbah menggunakan rumput vetiver (Hart et al. 2003).

(25)

15 dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih besar. Ortofosfat mengalami penurunan pada hari ke-28 dengan nilai sebesar 0,07 mg L-1. Hal ini diduga pada saat itu ortofosfat berada pada jumlah yang berlebih, sehingga V. zizanioides membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memanfaatkannya. Menurut Boyd (1990), penyerapan fosfor oleh fitoplankton lebih cepat dibandingkan penyerapan oleh tumbuhan air, namun tumbuhan air dapat menyerap dan menyimpan fosfor dalam jumlah yang lebih banyak. Persentase penurunan tertinggi kadar ortofosfat terjadi pada hari ke-21 hingga hari ke-28 dengan perubahan sebesar 96%.

Hasil pengukuran suhu rata-rata selama penelitian adalah 28-28,4 0C, kisaran suhu tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang berarti karena selama penelitian pada setiap akuarium dipasang water heater. Menurut Madinawati et al. (2011), kisaran suhu yang optimal bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele adalah 26-31 0C. Suhu optimal untuk tumbuh bagi ikan yaitu 25-32 0C (Boyd 1990).

Konsentrasi pH pada akuarium kontrol berada pada kisaran 4,44-5,5 dan pH pada akuarium perlakuan berada pada kisaran 5,33-7,18. Organisme akuatik sangat sensitif terhadap perubahan pH. Konsentrasi pH yang layak untuk ikan lele adalah 6,5 sampai 8,5 (Trisnawati et al. 2014). Hal ini menujukkan bahwa kisaran pH pada akuarium perlakuan berada kisaran pH optimal. Uji Spearman Rank Correlation menunjukkan adanya korelasi positif antara pH dan SGR bobot lele sangkuriang dengan nilai sebesar 0,900. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya konsentrasi pH akan meningkatkan pertumbuhan lele sangkuriang.

Kisaran nilai DO akuarium perlakuan selama penelitian berkisar antara 1,39-5,78 mg L-1. Menurut Boyd (1990), oksigen terlarut yang optimal untuk pertumbuhan ikan harus lebih dari 5 ppm. Kandungan oksigen terlarut untuk pemeliharaan budidaya ikan lele adalah lebih dari 1 ppm (BBPBAT 2005). Konsentrasi DO akuarium perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol, hal ini sesuai dengan pernyataan Lakshmanaperumalsamy et al. (2008) bahwa nilai rata-rata konsentrasi DO menurun pada perlakuan rumput vetiver kecuali kontrol. Hasil konsentrasi DO mengalami penurunan pada akuarium perlakuan dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Nafsu makan ikan yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhannya menyebabkan terjadinya penumpukkan produk metabolit ikan dan limbah organik (Shafrudin et al. 2006).

Nilai kelangsungan hidup lele sangkuriang selama pemeliharaan berkisar antara 67,25% hingga 100%. Nilai SR terendah akuarium perlakuan sebesar 74,75%. Tingkat kematian yang cukup tinggi pada akuarium kontrol terjadi pada hari ke-14. Menurut Shafrudin et al. (2006), tingkat kematian tinggi umumnya terjadi pada hari ke-14 dan ke-21 pemeliharaan. Kematian yang terjadi selama pemeliharaan lebih banyak terjadi karena sifat kanibalisme dari lele sangkuriang. Selain itu, salah satu faktor yang mungkin dapat menyebabkan penurunan tingkat kelangsungan hidup adalah kualitas air yang menurun.

(26)

16

kualitas air menurun dan mempengaruhi fungsi fisiologis ikan, sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan (Wijaya et al. 2014).

Rumput vetiver dapat tumbuh dengan baik selama penelitian dilakukan. Pertumbuhan rumput vetiver relatif cepat dengan nilai SGR sebesar 4,79%. Panjang rata-rata rumput vetiver pada awal penelitian adalah 20 cm, mengalami pertumbuhan mencapai rata-rata 74,1 cm pada akhir penelitian. Panjang daun vetiver berkisar antara 45-100 cm dengan lebar daun 6-12 cm (Paz-Alberto and Sigua 2013). Rumput vetiver merupakan rumput panjang, tipis, kaku, dan dapat tumbuh hingga 1,5 m (Bhushan et al. 2013).

Rumput vetiver tidak termasuk dalam tumbuhan air, namun menyukai habitat yang basah, berawa, dan akan tumbuh meskipun sebagian besar dari tunasnya terendam dalam jangka waktu relatif lama dalam air (Boonsong 2008). Selama penelitian, sebagian akar rumput vetiver terendam air pada proses resirkulasi. Rumput vetiver tidak memiliki geragih atau pun rimpang, akarnya yang terstruktur baik dan massif dapat tumbuh dengan sangat cepat, panjangnya dapat mencapai 3-4 m di tahun pertama. Rumput vetiver sangat efektif untuk konservasi tanah dan air, selain itu rumput vetiver juga memliki kemampuan yang sangat baik dalam aspek mengolah air limbah dan menjaga lingkungan (Truong et al. 2007).

Berdasarkan analisis statistik, pengaruh perlakuan rumput vetiver tidak memberikan pengaruh terhadap parameter kualitas air maupun parameter biologi ikan. Hal ini dapat diduga karena jumlah limbah yang dihasilkan tidak seimbang dengan daya serap yang tersedia dari rumput vetiver, sehingga perlu diperhatikan rasio limbah yang akan dihasilkan dengan jumlah vetiver digunakan. Rasio komponen yaitu penyetaraan volume air di tangki pemeliharaan budidaya ikan dengan volume hidroponik. Pada umumnya dalam sistem akuaponik rasio antara volume air di tangki pemeliharaan dan volume hidroponik yaitu 1:4 (ATTRA 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Rumput vetiver mampu mengolah limbah organik yang telah didekomposisi seperti amonia dengan penurunan sebesar 88,44%, nitrat 75,34% dan ortofosfat 96%. Terjadi peningkatan biomasa ikan lele dan peningkatan panjang rumput vetiver dalam sistem resirkulasi.

Saran

(27)

17

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2012. Standard methods for the examination of water and waste water. Water Pollution Control Federation. Port City (US): APHA.

[ATTRA] National Sustainable Agriculture Information Service, Updated by Lee Rinehart, NCAT Agriculture Specialist. 2010. Aquaponics–Integration of hydroponics with aquaculture. Department of Agriculture’s Rural Business. National Center for Appropriate Technology (NCAT). 1-28 p.

Ajibade FO, Adeniran KA, Egbuna CK. 2013. Phytoremediation efficiencies of water hyacinth in removing heavy metal in domestic sewage (a case study of University of Ilorin, Nigeria). Department of Civil and Environmental Engineering. Federal University of Technology. Akure PMB 704. Ondo State. The International journal of Engineering and Science (IJES). 2(12):16-27. Amalia R, Subandiyono, Endang A. 2013. Pengaruh penggunaan papain terhadap

tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan lele dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 2(1):136-143.

Amansyah M, Daud A, Noor NB. 2012. Studi kemampuan tanaman jerangau (Acorus calamus) dalam menurunkan amoniak (NH3) dalam air limbah rumah sakit. Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanudin. 4(2):28-36. [BBPBAT] Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. 2005.

Budidaya ikan lele sangkuriang. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Boonsong K, Monchai C. 2008. Domestic water treatment using vetiver grass cultivated with floating platform technique. Assumption University: J.Technology 12(2):73-80.

Boyd CE. 1990. Water Quality Management In Pond Fish Culture. International center for aquaculture agricultural experiment station. Alabama (US): Auburn University.

Bhushan B, Sharma SK, Singh T, Singh L, Arya H. 2013. Vetiveria zizanioides (Linn.) nash: a pharmacological overview. International Research Journal of Pharmacy. 4(7):18-20.doi: 10.7897/2230-8407.04704.

Cahyono B. 2009. Budidaya Lele dan Betutu (Ikan Langka Bernilai Tinggi). Jakarta (ID): Pustaka Mina.

Chunrong Z, Cong T, Huairnan C. 1997. Preliminary study on purification of eutrophic water with vetiver. International Vetiver Grass Technology Workshop in Fuxho. China (CN).

Effendi H, Utomo BA, Darmawangsa GM, Hanafiah DA. 2015a. Wastewater treatment of freshwater Crayfish (Cherax quadricarinatus) culture with Lettuce (Lactuca sativa). International Journal of Applied Environmental Sciences 10(1): 409-420.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelola Sumber Daya dan lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Goddard S. 1996. Feed Management In Intensive Aquaculture. New York (US):

(28)

18

Hart B, Cody R, Troung P. 2003. Efficacy of vetiver grass in the hydroponic treatment of post septic tank effluent. Proc. Third international Vetiver Conf. China (CN).

Hazra M, Avishek K, Pathak G. 2011. Developing an artificial wetland system for wastewater treatment: a designing perspective. International Journal of Environmental Protection. 1(1):8-18.

Hetty JP, Deny H, Raimond P, Tjandra S. 2005. Biodegradasi urea dalam reaktor Sharon: Pengaruh waktu tinggal cairan dan pH. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses [Internet]. E51-E56. [Waktu dan temapt tidak diketahui]. Bandung (ID): Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung. Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of

Aquaculture. Netherland (NL): Wageningen University .

Indonesian Aquaculture. 2010. Ternak Ikan Lele sangkuriang. Jakarta (ID): Tequisa Indonesia.

Isdarmawan N. 2005. Kajian tentang pengaturan luas dan waktu bagi degradasi limbah tambak dalam upaya pengembangan tambak berwawasan lingkungan di kecamatan wonokerto kabupaten pekalongan [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponerogo.

Khairuman TS, Amri K. 2009. Budidaya Lele sangkuriang di Kolam Terpal. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.

Kumar M, Abhradip P, Joginder S, Shashank G, Madhu B, Ashish V, Yogender PK, Umesh CP. 2013. Removal of chromium from water effluent by adsorption onto Vetiveria zizanioides and Anabaena spesies. Natural Science. 5(3):341-348.doi:10.4236/ns.2013.53047.

Lakshmanaperumalsamy P, Jayashree S, Rathinamala J. 2008. Application of vetiver for water and soil restoration. Department of Environmental Sciences. Coimbatore (IN): Bharathiar University.

Madinawati, Sersiati N, Yoel. 2011. Pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Media Litbang Sulteng IV. (2):83-87.

Mahyuddin K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB Press.

Moenir M. 2010. Kajian fitoremediasi sebagai alternatif pemulihan tanah tercemar logam berat. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri. 1(2):115-123.

Paramita P, Maya S, Kuswytasari ND. 2012. Biodegradasi limbah organik pasar dengan menggunakan mikroorganisme alami tangki septik. Jurnal Sains dan Seni ITS. 1:23-26.

Paz-Alberto AM, Sigua GC. 2013. Phytoremediation: a green technology to remove environmental pollutans. Coastal Plains Soil, Water & Plant Research Center, Agricultural Research Service. United States Department of Agriculture, Florence. USA. American Journal of Climate Change. 2:71-86. Putra I, Setiyanto DD, Dinamella W. 2011. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup

(29)

19 Putra I, Mulyadi, Niken AP, Rusliadi. 2013. Peningkatan kapasitas produksi akuakultur pada pemeliharaan ikan selais (Ompok sp) sistem aquaponik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 18(1):1-10. ISSN:0853-7606.

Razia M, Karthiga V, Thamaraiselvi C, Banu SHS, Shavisha LPE, Bernala W. 2014. Vetiveria zizanioides and Terminalia chebula as alternative natural adsorbent for drinking water treatment. International Journal of Research and Development in Pharmacy and Life Science. 3(3):978-982.

Rifa’i M, Ika RP. 2012. Pemanfaatan photovolataik pada sistem otomatis akuaponik berbasis mikrokontroler atmega 8535. Jurnal ELTEK. 10(2):22-32. Setyawan W. 2013. Uji korelasi. [diunduh 2015 Febuari 28]. Tersedia pada:

http://statistikapendidikan.com/wp_content/uploads/2013/06/UjiKorelasi.Wahy uSetyawan.pdf

Shafrudin D, Yuniarti, Setiawan M. 2006. Pengaruh kepadatan benih ikan lele dumbo (Clarias sp) terhadap produksi pada sistem budidaya dengan pengendalian nitrogen melalui penambahan tepung terigu. Departemen Budidaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(2):137-147

Sindilariu PD, Walter C, Reiter R. 2008. Constructed wetland as a treatment method for effluent from intensive trout farms. Aquaculture. 277:179-184 Sukirno S. 1985. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia dan Penerbit Bima Grafika.

Trang NTD, Schierup H, Brix H. 2010. Leaf vegetables for use in integrated hydroponics and aquaculture system: Effect of root flooding on growth, mineral composition and nutrient uptake. African Journal of Biotechnology. 9(27):4186-4196.

Trisnawati Y, Suminto, Sudaryono A. 2014. Pengaruh kombinasi pakan buatan dan cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan lele dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2):86-93.

Truong P, Van TT, Pinners E. 2007. Vetiver system applications. Vietnam (VN): The Vetiver Network Vietnam.

Turcios AE, Papenbork J. 2014. Sustainable treatment of aquaculture effluent – what can we learn from the past for future?. Journal Sustainability. 6:836-856. doi:10.3390/su6020836.

Wijaya O, Rahardja BS, Prayogo. 2014. Pengaruh padat tebar ikan lele sangkuriang terhadap laju pertumbuhan dan survival rate pada system akuaponik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6(1): 55-58

(30)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji statistik amonia total (TAN)

a. Konsentrasi rata-rata amonia total 28 hari pengamatan Perlakuan Konsentrasi Rata-rata Amonia total (mg L

-1

) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 2,8648 2,7024 0,2657 1,9180 2,2995

Kontrol 1,7324 2,7126 1,4077 1,0461 1,6486

b. Hasil uji statistik amonia total 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,869717 24,42913 1,934920

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 0,33882129 0,33882129 1,52 0,2463 Waktu 4 12,08743725 3,02185931 13,52 0,0005 Perlakuan*Waktu 4 2,48908196 0,62227049 2,79 0,0861

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 2,0101 V. zizanioides

A

A 1,7095 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 2,7049 7

A

A 2,5817 0

A

B A 2,1368 28

B B

C

1,7001

0,5512

21

28

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

Lampiran 2 Hasil uji statistik amonia bebas

a. Konsentrasi rata-rata amonia bebas 28 hari pengamatan Perlakuan Konsentrasi Rata-rata Amonia (mg L

-1

) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 0,0005 0,0256 0,0030 0,0202 0,0156

(31)

21 Lampiran 2 (Lanjutan)

b. Hasil uji statistik amonia bebas 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,955014 28,4367 0,010705

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 0,00030872 0,00030872 33,31 0,0002 Waktu 4 0,00144976 0,00036244 39,11 <,0001 Perlakuan*Waktu 4 0,00020880 0,00005220 5,63 0,0122

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 0,0129 V. zizanioides

B 0,0039 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 0,0236 7

B 0,0153 21

B

B 0,0117 28

C C C

0,0023

0,0005

14

0

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

Lampiran 3 Hasil uji statistik amonium

a. Konsentrasi rata-rata amonium 28 hari pengamatan Perlakuan Konsentrasi Rata-rata Amonium (mg L

-1

) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 2,8642 2,6768 0,2627 1,8979 2,2839

Kontrol 1,7320 2,6948 1,4071 1,0455 1,6486

b. Hasil uji statistik amonium 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,868827 28,53920 1,924230

Sumber DB JK JKT F hit F tab

(32)

22

Lampiran 3 (Lanjutan) c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 1,9971 V. zizanioides

A

A 1,7056 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 2,6813 7

A

A 2,5812 0

A

B A 2,1251 28 B

B

C

1,6848

0,5488

21

14

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

Lampiran 4 Hasil uji statistik nitrat

a. Konsentrasi rata-rata nitrat 28 hari pengamatan

Perlakuan Konsentrasi Rata-rata Nitrat (mg L

-1

) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 3,83 5,92 15,33 12,17 3,00

Kontrol 3,25 10,25 10 12,75 11.25

b. Hasil uji statistik nitrat 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,810717 36,99567 8,412500

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 7,8843750 7,8843750 0,81 0,3882 Waktu 4 327,8937500 81,9734375 8,46 0,0030 Perlakuan*Waktu 4 79,0895833 19,7723958 2,04 0,1642

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 9,500 V. zizanioides

A

(33)

23 Lampiran 4 (Lanjutan)

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 14,000 14

A

A 12,313 21

B 7,000 7

B B B B

5,063

3,688

28

0

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

Lampiran 5 Hasil uji statistik ortofosfat

a. Konsentrasi rata-rata ortofosfat 28 hari pengamatan Perlakuan Konsentrasi Rata-rata Ortofosfat (mg L

-1

) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 0,1172 0,5197 1,0412 1,7966 0,0719

Kontrol 0,0614 1,3845 0,1955 0,1598 0,1374

b. Hasil uji statistik ortofosfat 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,763521 78,62869 0,628905

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 0,38780136 0,38780136 1,59 0,2365 Waktu 4 4,78299440 1,19574860 4,89 0,0191 Perlakuan*Waktu 4 2,72436109 0,68109027 2,79 0,0861

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 0,7093 V. zizanioides

A

A 0,3877 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 1,3874 21

A

B A 0,8298 14

B A

B A 0,7359 9

B B B B

0,1032

0.0883

0

28

(34)

24

Lampiran 6 Hasil uji statistik suhu, pH, dan DO a. Konsentrasi rata-rata suhu 28 hari pengamatan

Perlakuan Konsentrasi Rata-rata Suhu (°C) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 28 28 28 28 28

Kontrol 28,4 28,4 28,4 28,4 28,4

b. Hasil uji statistik suhu 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,954802 0,203831 28,32500

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 0,70416667 0,70416667 211,25 <,0001 Waktu 4 0,00000000 0,00000000 0,00 1,000 Perlakuan*Waktu 4 0,00000000 0,00000000 0,00 1,000

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 28,43333 V. zizanioides

B 28,00000 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 28,32500 0

A

A 28,32500 7

A

A 28,32500 14

A A A A

28,32500

28,32500

21

28

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

d. Konsentrasi rata-rata konsentrasi pH 28 hari pengamatan

Perlakuan Konsentrasi Rata-rata pH pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 5,33 7,13 7,18 7,18 6,97

Kontrol 5,5 6,97 5,81 5,94 4,44

e. Hasil uji statistik pH 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,980156 2,720895 6,492500

Sumber DB JK JKT F hit F tab

(35)

25 Lampiran 6 (Lanjutan)

f. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 6,75933 V. zizanioides

B 5,69200 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 7,0900 7

A

A 6,8725 21

A

A 6,8350 14

B

C

6,3400

5,3250

28

0

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan

g. Konsentrasi rata-rata konsentrasi DO 28 hari pengamatan Perlakuan Konsentrasi Rata-rata DO (mg L

-1

) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 1,70 2,34 1,39 3,43 2,50

Kontrol 5,78 5,19 3,59 5,1 5,15

h. Hasil uji statistik DO 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,931683 17,76165 2,945000

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 27,12192667 27,12192667 99,13 <,0001 Waktu 4 7,76765000 1,94191250 7,10 0,0056 Perlakuan*Waktu 4 2,42459000 0,60614750 2,22 0,1403

i. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 4,9620 V. zizanioides

(36)

26

Lampiran 6 (Lanjutan)

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 3,8500 21

A

B A 3,1600 28 B A

B A 3,0550 7 B

B C C C

2,7225

1,9375

0

14

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

Lampiran 7 Hasil uji statistik SR lele sangkuriang a. SR selama 28 hari pengamatan

Perlakuan SR (%) pada Hari ke-

0 7 14 21 28

V. zizanioides 100 97,25 90,17 78,08 74,75

Kontrol 100 69 67,25 67,25 67,25

b. Hasil uji statistik SR 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,739491 12,32933 84,57500

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 724,537500 724,537500 6,66 0,0274 Waktu 4 1963,918750 490,979688 4,52 0,0242 Perlakuan*Waktu 4 398,097917 99,524479 0,92 0,4918

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 88,050 V. zizanioides

B 74,150 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 100 0

A

A 90,188 7

B A

B A 84,438 14

B B B B

75,375

72,875

21

28

(37)

27 Lampiran 8 Hasil uji statistik panjang rata-rata lele sangkuriang

a. Panjang rata-rata lele sangkuriang hari ke 0-14

Perlakuan Panjang rata-rata (cm) pada Hari ke-

0 7 14

V. zizanioides 5,5 6,5 7,5

Kontrol 4,7 5,8 7

b. Hasil uji statistik

R2 KK Rata-rata Respon

0,025420 57,85992 1,054163

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 0,02987087 0,02987087 0,08 0,7910 Waktu 1 0,00506521 0,00506521 0,01 0,9127 Perlakuan*Waktu 1 0,00387858 0,00387858 0,01 0,9236

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 1,0189 V. zizanioides

A

A 1,1600 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 1,0793 14

A

A 1,0290 7

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

d. Panjang rata-rata lele sangkuriang hari ke 21-28

Perlakuan Panjang rata-rata (cm) pada Hari ke-

21 28

V. zizanioides 9,1 11,1

Kontrol 9,4 11,3

e. Hasil uji statistik 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,512568 18,96624 1,865000

Sumber DB JK JKT F hit F tab

(38)

28

Lampiran 8 (Lanjutan) f. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 1,7761 V. zizanioides

A

A 2,1317 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 1,9742 28

A

A 1,7558 21

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

Lampiran 9 Hasil uji statistik bobot rata-rata lele sangkuriang a. Bobot rata-rata lele sangkuriang hari ke 0-14

Perlakuan Bobot rata-rata (g) pada Hari ke-

0 7 14

V. zizanioides 1,1998 2,1864 3,3221

Kontrol 0,7858 1,5601 3,0326

b. Hasil uji statistik 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,190537 50,91527 1,076700

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 0,00580326 0,00580326 0,02 0,8962 Waktu 1 0,16404992 0,16404992 0,55 0,5010 Perlakuan*Waktu 1 0,11310774 0,11310774 0,38 0,5727

c. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 1,1234 V. zizanioides

A

A 1,0612 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 1,2199 14

A

A 0,9335 7

(39)

29 Lampiran 9 (Lanjutan)

d. Bobot rata-rata lele sangkuriang hari ke 21-28

Perlakuan Bobot rata-rata (g) pada Hari ke-

21 28

V. zizanioides 6,6269 9,6653

Kontrol 5,9693 11,3898

e. Hasil uji statistik 28 hari pengamatan

R2 KK Rata-rata Respon

0,762616 24,60077 3,423350

Sumber DB JK JKT F hit F tab

Perlakuan 1 1,52107350 1,52107350 2,14 0,2169 Waktu 1 7,38201888 7,38201888 10,41 0,0321 Perlakuan*Waktu 1 0,21101251 0,21101251 0,30 0,6144

f. Uji lanjut Duncan

Kesimpulan pengaruh perlakuan rumput vetiver

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 3,1716 V. zizanioides

A

A 4,1786 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 4,3840 28

B 2,4628 21

*Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (Uji perbandingan berganda Duncan)

Lampiran 10 Nilai amonia bebas (NH3) dan amonium (NH4+) Amonia bebas (NH3) =

Amonium (NH4+) = TAN – Amonia bebas (NH3) dengan:

(40)

30

Lampiran 11 Uji Spearman Rank Correlation a. Akuarium kontrol

(41)

31 Lampiran 11 (Lanjutan)

b. akuarium perlakuan rumput vetiver

pH NH3 NO3 PO4 Lbar Wbar SR SGR L Vetiver

(42)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Bani Nur Arsy, lahir di Ciamis 03 Januari 1991, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari ayah Nana Sumarna dan ibu Dini Rusbandini (alm). Penulis mulai mengikuti pendidikan TK Persatuan Islam Cianjur dan lulus tahun 1997 dilanjutkan sekolah dasar SD Negeri Perumnas Karang Tengah 2 sampai tahun 2000, kemudian pindah ke SD Negeri Kebon Baru 7 Cirebon dan lulus tahun 2003. Melanjutkan di SMP Negeri 1 Cianjur lulus pada tahun 2006 dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Cianjur lulus pada tahun 2009. Penulis lulus menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Kegiatan diluar akademik, penulis aktif mengikuti kepanitian di beberapa kegiatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan. Penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiveria zizanioides) sebagai Fitoremediator dalam Pengolahan Limbah Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)” untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Gambar 1  Skema perumusan masalah pengolahan limbah budidaya lele
Gambar 2  Skema akuarium dengan sistem resirkulasi
Gambar 3  Pengukuran panjang lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dan rumput
Gambar 5  Konsentrasi amonia pada akuarium kontrol dan perlakuan vetiver
+5

Referensi

Dokumen terkait

Melalui studi in silico dengan metode molecular docking dapat dilihat beberapa bahan aktif ekstrak etanol daun Annona muricata memiliki tingkat afinitas lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi REACT terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar pada siswa kelas V SD di Gugus 3

Begitu juga bobot basah akar (g) yang relatif besar pada pemberian media tanam kompos kulit buah kakao dengan subsoil Ultisol pada M2 yang berbeda tidak nyata

Berdasarkan pengujian bioautografi ekstrak n- heksan yang telah dilakukan dapat diamati pada Gambar 3, (A) dan (B) hasil kromatogram tidak memberikan zona bening

MPD DS menyarankan adanya penguatan dasar hukum terhadap kewenangan dalam memberikan sanksi yang tegas terhadap notaris yang melakukan pelanggaran, setiap bank

Dari hasil wawancara dengan ibu Sri Utami, petugas Bimpas diperoleh keterangan bahwa mereka yang belum bisa baca dan tulis diajari membaca dan menulis sampai mereka bisa dan

Secara khusus, dalam setiap area klaster, node secara acak didistribusikan, dan ada satu cluster head (yang kadang-kadang disebut sebagai &#34;gerbang&#34;)

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas, yaitu bagaimana melakukan pengukuran risiko pasar dengan pendekatan Value at