• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stabilitas Fotooksidasi Minyak Goreng Sawit Yang Difortifikasi Dengan Minyak Sawit Merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stabilitas Fotooksidasi Minyak Goreng Sawit Yang Difortifikasi Dengan Minyak Sawit Merah"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

STABILITAS FOTOOKSIDASI MINYAK GORENG SAWIT

YANG DIFORTIFIKASI DENGAN MINYAK SAWIT MERAH

GEMA NOOR MUHAMMAD

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Stabilitas Fotooksidasi Minyak Goreng Sawit yang Difortifikasi dengan Minyak Sawit Merah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GEMA NOOR MUHAMMAD. Stabilitas Fotooksidasi Minyak Goreng Sawit yang Difortifikasi dengan Minyak Sawit Merah. Dibimbing oleh WINIATI P RAHAYU dan NURI ANDARWULAN.

Kerusakan minyak goreng sawit yang difortifikasi vitamin A salah satunya disebabkan oleh adanya oksigen dan paparan cahaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bilangan peroksida awal minyak goreng sawit (1.99, 3.98, dan 9.95 meq O2/kg minyak) serta intensitas cahaya (15000, 10000, dan 5000 lux) terhadap laju kerusakan oksidasi minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan Minyak Sawit Merah (MSM). Parameter kerusakan yang digunakan adalah bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas. Laju pembentukan peroksida dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya. Laju kerusakan parameter bilangan peroksida dari yang paling cepat hingga yang paling lama adalah minyak goreng sawit yang disimpan pada intensitas 15000, 10000, dan 5000 lux. Laju pembentukan asam lemak bebas cenderung lambat dan tidak dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya. Berdasarkan nilai bilangan peroksida sesuai syarat SNI 7709:2012, minyak goreng sawit dengan bilangan peroksida awal 1.99 meq O2/kg minyak memiliki umur simpan 214.02 jam. Sedangkan minyak dengan bilangan peroksida awal 3.98 meq O2/kg minyak memiliki umur simpan 78.72 jam. Terakhir, minyak dengan bilangan peroksida awal 9.95 meq O2/kg minyak hanya memiliki umur simpan 1.32 jam. Laju kerusakan minyak goreng sawit berdasarkan parameter bilangan peroksida dari yang tercepat hingga yang terlama berturut-turut adalah minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan vitamin A dan terpapar cahaya > minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan MSM dan terpapar cahaya > minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan vitamin A dan dipengaruhi oleh suhu > minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan MSM dan dipengaruhi oleh cahaya.

(5)

ABSTRACT

GEMA NOOR MUHAMMAD. Photooxidation Stability of Palm Oil Fortified by Red Palm Oil. Supervised by WINIATI P RAHAYU and NURI ANDARWULAN.

Damage palm oil fortified with vitamin A is caused by the presence of oxygen and light exposure. The purpose of this study was to determine the effect of the initial peroxide value palm oil (1.99, 3.98, and 9.95 meq O2 / kg oil) and light intensity (15000, 10000, and 5000 lux) on the rate of oxidation damage of palm oil fortified with Red Palm Oil (RPO). Parameters used were peroxide value and free fatty acid levels. The rate of peroxide formation was influenced by the amount of light intensity. The rate of formation of peroxide from the fastest to the slowest was palm oil which was stored in the intensity of 15000, 10000, and 5000 lux. The rate of formation of free fatty acids tend to be slow and was not affected by the amount of light intensity. Based on the terms of peroxide value (SNI 7709: 2012), palm oil with initial peroxide value 1.99 meq O2 / kg oil had a shelf life of

214.02 hours. While oil with initial peroxide value 3.98 meq O2 / kg oil had a

shelf life of 78.72 hours. Recently, oil with peroxide value 9.95 meq O2 / kg oil

only had a shelf life of 1.32 hours. The rate of destruction of palm oil based on parameters of peroxide value from the fastest to the slowest respectively was palm oil fortified with vitamin A and exposed to the light > palm oil fortified with RPO and exposed to the light> palm oil fortified with vitamin A and influenced by temperature > palm oil fortified with RPO and influenced by light.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

STABILITAS FOTOOKSIDASI MINYAK GORENG SAWIT

YANG DIFORTIFIKASI DENGAN MINYAK SAWIT MERAH

GEMA NOOR MUHAMMAD

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya serta tak lupa kepada junjungan kita semua nabi Muhammad

shalallahu ‘alaihi wassalam sehingga skripsi yang berjudul “Stabilitas

Fotooksidasi Minyak Goreng Sawit yang Difortifikasi dengan Minyak Sawit Merah” berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Tekonologi Pangan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, semangat, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta, Ibu Neng Asma Fudholi dan Bapak Rauf Yogi Yulyanto, Naufal Muhammad Fadhila, dan Muhammad Mursyid atas doa, dukungan dan kasih sayang yang diberikan sampai sekarang.

2. Ibu Prof Dr Winiati P Rahayu dan Ibu Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.

3. Ir Sutrisno Koswara, M.Si selaku dosen penguji atas arahan dan bimbingannya serta ketersediannya untuk menguji penulis.

4. Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), dan South East Asia Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB yang telah memberikan dukungan material dalam pelaksanaan penelitian.

5. Ibu Desty, Ibu Dewi, Bapak Agus, Ibu Ria, Ibu Ria N, Bapak Arif, Bapak Abah, Ibu Asih dan semua keluarga besar SEAFAST CENTER IPB yang telah banyak membantu selama penelitian.

6. Teman-teman ITP 46, 47, dan 48 yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Analisis 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik Kimia Awal Bahan Baku 5

Model Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Sawit Curah dengan

Fortifikasi MSM Selama Oksidasi 6

Model Perubahan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Goreng Sawit Curah

yang Difortifikasi MSM Selama Oksidasi 10

Laju Pembentukan Bilangan Peroksida karena Pengaruh Termal dan Fotooksidasi pada Minyak Goreng Sawit yang Difortifikasi oleh Vitamin A

dan MSM 13

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 21

RIWAYAT HIDUP 24

20

(12)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik kimia awal bahan baku penelitian 6 2 Karakteristik kimia awal sampel yang telah difortifikasi MSM 6 3 Data linearitas perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit

curah 9

4 Umur simpan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal 1.99, 3.98, 9.95 meq O2/kg minyak pada kondisi penyimpanan 1200 lux 10 5 Data liniearitas perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng

sawit curah 12

6 Nilai konstanta laju reaksi pembentukan bilangan peroksida minyak goreng sawit yang difortifikasi oleh vitamin A selama fotooksidasi 14 7 Nilai konstanta laju reaksi pembentukan bilangan peroksida minyak

goreng sawit yang difortifikasi oleh MSM selama oksidasi termal 15 8 Nilai konstanta laju reaksi pembentukan bilangan peroksida minyak

goreng sawit yang difortifikasi oleh vitamin A selama oksidasi termal 15 9 Pendugaan umur simpan dan nilai k minyak goreng sawit yang

difortifikasi oleh vitamin A dan MSM karena pengaruh oksidasi termal

dan fotooksidasi 16

10 Perbandingan pengaruh fortifikan dan inisiator yang digunakan terhadap umur simpan minyak goreng sawit terfortifikasi 17 11 Pendugaan umur simpan minyak goreng sawit yang difortifikasi oleh

vitamin A dan MSM pada kondisi penyimpanan 500 lux 18

DAFTAR GAMBAR

1 Kotak penyimpanan sampel dengan cahaya 5

2 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah bilangan peroksida awal 1.99 meq O2/kg minyak pada penyimpanan

15000, 10000, 5000, dan 0 lux. 8

3 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah bilangan peroksida awal 3.98 meq O2/kg minyak pada penyimpanan

15000, 10000, 5000, dan 0 lux. 8

4 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah bilangan peroksida awal 9.95 meq O2/kg minyak pada penyimpanan

15000, 10000, 5000, dan 0 lux. 9

5 Perubahan konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah yang difortifikasi MSM (bilangan peroksida awal 1.99, 3.98, 9.95 meq O2/kg minyak) pada penyimpanan intensitas

15000, 10000, dan 5000 lux 10

6 Model perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah (bilangan peroksida awal 1.99, 3.99, dan 9.99 meq O2/kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 15000 lux 12 7 Model perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah

(bilangan peroksida awal 1.99, 3.99, dan 9.99 meq O2/kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 10000 lux 12

(13)

8 Model perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah (bilangan peroksida awal 1.99, 3.99, dan 9.99 meq O2/kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000 lux 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada penyimpanan dengan intensitas cahaya

15000 lux 21

2 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada penyimpanan dengan intensitas cahaya

10000 lux 22

3 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada penyimpanan dengan intensitas cahaya

5000 lux 23

20

21

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan kapasitas produksi Crude Palm Oil (CPO) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 produksi CPO Indonesia mencapai 29.3juta ton (Ditjenbun 2014). Salah satu faktor yang mendorong peningkatan volume produksi tersebut adalah bertambah luasnya areal perkebunan kelapa sawit.

Crude Palm Oil mempunyai karakter belum layak makan, karena masih mengandung air; serat mesokarp; asam lemak bebas; fosfolipid dan senyawa fosfatida lainnya; logam dan juga berbagai macam produk hasil oksidasi; bau dari senyawa volatil; warna yang pekat; dan banyaknya komponen padatan serta senyawa lain yang terlarut. Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan langkah pemurnian. Pemurnian CPO secara konvensional meliputi, pemisahan gum (degumming), pemisahan asam lemak bebas (deasidifikasi), pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorisasi). Setelah itu dilakukan proses fraksinasi yang merupakan proses pemisahan fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin). Kemudian dihasilkan minyak sawit seperti yang banyak terdapat dan dikenal sebagai minyak goreng di pasaran.

Menurut SNI 7709:2012, minyak goreng sawit adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari minyak sawit, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses pemurnian dengan penambahan vitamin A (BSN 2012). Syarat minimal vitamin A yang terkandung dalam minyak goreng sawit menurut SNI 7709:2012 adalah sebesar 45 IU.

Proses pemurnian CPO meliputi penghilangan karotenoid terutama di tahapan pemucatan dan deodorisasi, dengan tujuan untuk mendapatkan minyak yang tidak berwarna atau kuning keemasan sesuai dengan keinginan konsumen di Indonesia. Menurut Helena (2003), sekitar 80% karotenoid hilang selama proses pemucatan. Karena itu, untuk memenuhi syarat minimal kandungan vitamin A dalam minyak goreng dilakukan fortifikasi vitamin A ke dalam minyak goreng. Namun, karena fortifikan yang digunakan ternyata menggunakan vitamin A sintetik yang berasal dari luar negeri maka Indonesia harus mengimpor fortifikan tersebut tiap tahunnya dengan biaya yang cukup tinggi. Solusi untuk menangani masalah tersebut adalah dengan mengganti fortifikan sintetik dengan fortifikan alami yang berasal dari minyak sawit merah (MSM).

(16)

2

sebesar 100 % (Linder 1992). Karakter ini membuat MSM sangat baik dipandang dari segi nutrisi (Jatmika dan Guritno 1997). Kandungan pro-vitamin A yang tinggi membuat MSM cocok untuk menggantikan vitamin A sintetik sebagai fortifikan.

Dilain pihak, kondisi distribusi dan penjualan minyak goreng di Indonesia masih kurang terkontrol terutama di pasar-pasar tradisional. Minyak goreng ditampung dalam drum-drum dengan kondisi terbuka dan dikemas dalam plastik transparan. Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya kerusakan pada minyak akibat oksidasi oleh panas maupun cahaya.

Kajian mengenai stabilitas fotooksidasi minyak goreng sawit dengan penambahan minyak sawit merah perlu dilakukan untuk mengetahui kinetika oksidasi minyak sawit dengan penambahan minyak sawit merah selama penyimpanan. Parameter yang digunakan adalah bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bilangan peroksida awal pada minyak sawit serta pengaruh intensitas cahaya selama penyimpanan terhadap stabilitas oksidasi minyak sawit yang difortifikasi dengan minyak sawit merah. Serta menduga umur simpan minyak goreng sawit yang difortifikasi minyak sawit merah.

METODE

Bahan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit mentah (CPO) yang diperoleh dari PT. Salim Ivomas Pratama, minyak goreng sawit dengan bilangan peroksida 0 meq O2/kg minyak yang diperoleh dari PT Multimas Nabati Asahan, dan minyak goreng sawit dengan bilangan peroksida 2,00 meq O2/kg minyak yang diperoleh dari pasar Cibeureum Bogor yang selanjutnya disebut dengan minyak goreng sawit curah. Selain itu, digunakan juga bahan untuk keperluan analisis kimia seperti larutan NaOH (Merck KgaA) 0,01 N, Na2S2O3 (Merck KgaA) 0,05 N, HCl 37% (Merck KgaA), etanol (Mallinckrodt Chemical) 95%, KI (Merck KgaA) jenuh, K2Cr2O7 (Merck KgaA), indikator larutan pati (Merck KgaA) dan phenolftalein (Merck KgaA), asam asetat glasial 60% (Merck KgaA), kloroform (Merck KgaA), air destilata, n-heksana (Merck KgaA), dan gas nitrogen.

Alat

(17)

3 membrane filter press (SEAFAST Center IPB) yang digunakan dalam produksi MSM, agitator fortifikasi, botol amber, lux meter, dan kotak penyimpanan sampel dengan cahaya, spektrofotometer (SHIMADZU Spectrophotometer UV-VIS 2450), neraca analitik, hot plate, dan alat-alat gelas yang digunakan untuk keperluan analisis.

Metode Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah produksi dan karakterisasi minyak sawit merah (MSM) yang digunakan sebagai fortifikan, tahap kedua adalah persiapan dan karakterisasi sampel minyak goreng sawit, tahap ketiga adalah fortifikasi minyak sawit merah ke dalam minyak goreng sawit dan karakterisasi awal minyak goreng sawit yang telah difortifikasi, dan tahap terakhir adalah perlakuan fotooksidasi, sampling, dan analisis sampel. Penelitian dilakukan dengan dua kali ulangan.

Produksi dan Karakterisasi Minyak Sawit Merah (MSM)

Produksi MSM dilakukan melalui tahap degumming, netralisasi, deodorisasi, dan fraksinasi. Proses degumming dilakukan dengan memanaskan CPO hingga suhu 80 °C, kemudian ditambahkan larutan asam fosfat 85 % sebanyak 0.15 % dari berat CPO sambil diaduk dengan kecepatan 56 rpm selama 15 menit. Netralisasi kemudian dilakukan pada suhu 61 ± 2 °C selama 26 menit dengan penambahan NaOH konsentrasi 16 °Be (Widarta 2008). Dari tahap degumming dan netralisasi, akan diperoleh NRPO (Neutralized Red Palm Oil). NRPO dideodorisasi dengan mengaduknya dalam tangki deodorizer selama 10 menit pada suhu 46 ± 2 °C, dipanaskan dalam kondisi vakum hingga suhu 140 °C selama 1 jam dan laju alir N2 dijaga konstan pada 20 L/jam, dan kemudian didinginkan sampai suhu 60 °C pada kondisi vakum. Setelah deodorisasi, akan didapatkan NDRPO (Neutralized and Deodorized Red Palm Oil) (Riyadi 2009).

Neutralized and Deodorized Red Palm Oil yang dihasilkan kemudian difraksinasi. Kondisi proses fraksinasi yang digunakan yaitu pemanasan hingga 75 °C selama 30 menit dengan kecepatan agitasi 30 rpm, holding pada 75 °C selama 15 menit dengan kecepatan agitasi 30 rpm, pendinginan hingga 35 °C selama 3 jam dengan kecepatan agitasi 8 rpm, holding 35 °C selama 3 jam dengan kecepatan agitasi 8 rpm, pendinginan hingga 15 °C selama 3 jam dengan kecepatan agitasi 8 rpm, holding pada 15 °C selama 6 jam dengan kecepatan agitasi 8 rpm, dan separasi menggunakan membrane fiter press (Asmaranala 2010). Minyak sawit merah yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi sifat-sifat kimianya melalui analisis kadar -karoten, uji kadar asam lemak bebas, dan uji bilangan peroksida.

Persiapan dan Karakterisasi Sampel Minyak Goreng Sawit

(18)

4

minyak diperoleh dengan menyimpan minyak goreng sawit curah pada suhu 30-43 °C selama 120 jam. Ketiga sampel kemudian dikarakterisasi sifat kimianya melalui analisis bilangan peroksida dan -karoten.

Fortifikasi MSM ke dalam Minyak Goreng Sawit dan Karakterisasi Awal Minyak Goreng Sawit yang Telah Difortifikasi

Fortifikasi dilakukan secara langsung dengan menambahkan MSM ke dalam sampel minyak goreng sawit. Kemudian diaduk menggunakan agitator dengan kecepatan 180-210 rpm selama satu jam. Setelah itu sampel minyak goreng sawit yang telah difortifikasi diuji homogenitasnya dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dengan mengambil lima titik sampling pada lima bagian yang berbeda yaitu kanan atas, kiri atas, tengah, kanan bawah, dan kiri bawah. Uji ini dilakukan untuk memastikan apakah campuran fortifikan dan minyak goreng sawit sudah merata dan memenuhi standar yang telah ditetapkan SNI yaitu mengandung vitamin A sebanyak 45 IU/gram minyak. Jumlah MSM yang harus ditambahkan ke dalam minyak goreng sawit tergantung pada hasil pengukuran kadar -karoten minyak goreng sawit sebelum difortifikasi dan MSM yang diproduksi. Minyak goreng sawit yang mengandung vitamin A sebanyak 45 IU/gram minyak setara dengan minyak goreng sawit yang mengandung -karoten sebanyak 0.0β7 mg -karoten/gram minyak. Proses ini dilakukan pada suhu ruang (30 °C) dan dalam wadah yang kedap cahaya dan tertutup rapat. Sampel yang telah difortifikasi lalu dikarakterisasi sifat kimianya melalui analisis bilangan peroksida, kadar asam lemak bebas, dan kadar -karoten.

Perlakuan Fotooksidasi, Sampling dan Analisis Sampel

Ketiga sampel minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi kemudian dikemas ke dalam botol amber 150 mL tanpa tutup sebanyak 80 mL. Sampel disimpan di dalam kotak penyimpanan dengan cahaya (Gambar 1) untuk perlakuan dengan intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux. Sedangkan untuk perlakuan dengan intensitas cahaya 0 lux, sampel disimpan di dalam kotak lemari yang gelap dan tertutup. Suhu penyimpanan diatur pada 30 ± 3 °C. Selama penyimpanan, sampel diambil sebanyak tujuh kali dalam jangka waktu yang berbeda-beda untuk setiap perlakuan. Kemudian sampel yang telah diambil dikarakterisasi sifat kimianya melalui analisis bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas.

(19)

5

Prosedur Analisis

Analisis Bilangan Peroksida Metode Titrimetri Asam Asetat-Kloroform (AOCS Official Method Ca 8b-90 2003)

Sampel minyak ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan 30 mL asam asetat-kloroform (3:2), digoyang hingga larut, kemudian ditambahkan 0.5 mL KI jenuh. Kemudian segera disimpan dalam ruang gelap selama 2 menit, dibiarkan dengan penggoyangan selama 1 menit tepat, kemudian segera ditambahkan 30 mL aquades. Empat tetes indikator pati 1 % ditambahkan dan dititrasi dengan sodium tiosulfat 0.05 N hingga jernih. Dilakukan prosedur yang sama untuk blanko. Titrasi blanko tidak boleh melebihi 0.1 mL dari 0.05 N larutan sodium tiosulfat.

Analisis Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas (AOCS Official Method Ca 5a-40 1997)

Sampel minyak ditimbang 10 g dan dimasukan ke dalam erlemeyer 100 ml, kemudian ditambahkan 50 mL etanol 95 % netral, ditutup segera dengan alumunium foil dan dipanaskan dalam waterbath selama 1 menit. Setelah itu, ditambahkan empat tetes indikator phenoftalein sesaat sebelum titrasi, sampel digoyangkan agar tercampur homogen, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.01 N sambil digoyang. Titrasi dilakukan sampai warna pink permanen selama 30 detik. Analisis Kadar β-karoten, Metode Spektrofotometri (PORIM 1995)

Sampel ditimbang sebanyak 0.1 g lalu dimasukan ke dalam labutakar 25 mL, kemudian ditepatkan hingga tanda tera dengan heksana. Setelah itu sampel dikocok hingga homogen. Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 446 nm. Analisis kadar -karoten ini dilakukan untuk mengetahui kadar -karoten dari minyak sawit merah sebagai fortifikan serta minyak goreng sawit yang akan difortifikasi.

Analisis Data

Model perubahan parameter oksidasi seperti bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas diolah menggunakan software Microsoft Excel 2013. Data-data perubahan parameter oksidasi ditentukan linearitasnya dengan melakukan penyesuaian terhadap pola kerusakan yang terjadi. Linearitas tersebut digunakan untuk menentukan nilai konstanta laju reaksi serta menentukan umur simpan. Sebagai perbandingan untuk nilai konstanta laju kecepatan reaksi dan pendugaan umur simpan, digunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Dharmawan (2014), Fitriani (2014) dan Wulan (2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kimia Awal Bahan Baku

(20)

6

goreng sawit yang diperoleh dari produsen dan retailer. Karakteristik kimia awal bahan baku penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Minyak goreng sawit curah dari produsen, minyak goreng sawit perlakuan oksidasi I, dan minyak goreng sawit perlakuan oksidasi II kemudian digunakan sebagai sampel minyak goreng sawit curah yang akan difortifikasi dengan MSM. Proses fortifikasi menyebabkan perubahan karakteristik kimia awal dari ketiga sampel minyak. Karakteristik kimia awal dari ketiga sampel yang telah difortifikasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 Karakteristik kimia awal bahan baku penelitian

Parameter CPO MSM

PV: Bilangan peroksida, FFA: kadar asam lemak bebas, *Cerificate of Analysis dari produsen

Tabel 2 Karakteristik kimia awal sampel yang telah difortifikasi MSM

Parameter Minyak Goreng PV: bilangan peroksida, FFA: kadar asam lemak bebas

Model Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Sawit dengan Fortifikasi MSM Selama Oksidasi

(21)

7

Berdasarkan Gambar 2-4, dapat dilihat bahwa nilai bilangan peroksida akan meningkat seiring dengan lamanya penyimpanan dan besarnya intensitas cahaya berpengaruh terhadap laju perubahan bilangan peroksida. Semakin besar intensitas cahaya yang diberikan terhadap sampel minyak goreng sawit curah, maka laju perubahan bilangan peroksidanya akan semakin cepat.

Selama penyimpanan nilai bilangan peroksida semakin meningkat seiring dengan lamanya penyimpanan dan besarnya intensitas cahaya yang diberikan. Hal yang sama juga terjadi pada palm oil, soybean oil, groundnut oil, dan palm kernel oil yang terpapar cahaya matahari. Nilai bilangan peroksida masing-masing minyak meningkat menjadi 125.39 meq O2/kg minyak untuk soybean oil, 101.82 meq O2/kg minyak untuk groundnut oil, 59.99 meq O2/kg minyak untuk palm oil dan 48.22 meq O2/kg minyak untuk palm kernel oil (Fekarurhobo 2009). Selain itu, peningkatan bilangan peroksida terjadi juga pada sunflower oil yang terkena paparan cahaya. Sunflower oil dengan bilangan peroksida awal 4.55 meq O2/kg

15000 lux 10000 lux 5000 lux 0 lux

y = 0.2218x + 3.9801

(22)

8

minyak, setelah disimpan selama tujuh minggu dibawah sinar matahari nilai bilangan peroksidanya meningkat menjadi 17.3 meq O2/kg minyak (Raza 2009).

Gambar 4 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit bilangan peroksida awal 9.95 meq O2/kg minyak pada penyimpanan 15000, 10000, 5000, dan 0 lux.

Data linearitas pada Tabel 3 digunakan untuk menentukan konstanta laju reaksi dari masing-masing jenis sampel minyak goreng sawit curah. Nilai konstanta laju reaksi (k) merupakan nilai absolut dari kemiringan kurva antara waktu dan konsentrasi. Minyak goreng sawit berbilangan peroksida awal 1.99 dan 3.98 meq O2/kg minyak memiliki nilai k yang semakin besar seiring dengan meningkatnya intensitas cahaya penyimpanan. Hal tersebut berarti, peningkatan laju reaksi akan terjadi semakin cepat jika intensitas cahaya dinaikan. Akan tetapi pada minyak dengan bilangan peroksida awal 9.95 meq O2/kg minyak, nilai k pada intensitas 10000 lux cenderung sama dengan nilai k pada intensitas 15000 lux. Perubahan konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida dapat dilihat pada Gambar 5.

Setelah diketahui nilai konstanta laju reaksi untuk masing-masing jenis minyak, kemudian ditentukan umur simpan. Penentuan umur simpan diperoleh dengan mengganti nilai y, a, dan b pada persamaan y=ax+b. Nilai y digantikan dengan bilangan peroksida setelah melewati batas SNI 7970:2012 yaitu 10 meq O2/kg minyak (BSN 2012). Nilai a digantikan dengan nilai kemiringan kurva baru untuk masing-masing jenis sampel minyak dan nilai b digantikan dengan nilai bilangan peroksida awal. Nilai kemiringan kurva baru diperoleh dengan mengganti nilai x pada persamaan garis perubahan konstanta laju reaksi masing-masing jenis minyak (Gambar 5) dengan intensitas cahaya yang diinginkan (1200 lux). Penentuan intensitas 1200 lux berdasarkan pengukuran intensitas cahaya pada kondisi penjualan di retailer.

y = 0.0927x + 9.9497

(23)

9

Tabel 3 Data linearitas perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit

Intensitas Cahaya

PVi 1.99 PVi 3.98 PVi 9.95

(24)

10

Tabel 4 Umur simpan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal 1.99, 3.98, 9.95 meq O2/kg minyak pada kondisi penyimpanan 1200 lux Bilangan

Minyak goreng sawit yang memiliki bilangan peroksida awal mendekati batas maksimum tidak akan mampu bertahan lama dalam kondisi penyimpanan. Waktu yang dibutuhkan untuk melewati batas maksimum bilangan peroksida akan semakin cepat. Oleh karena itu, minyak goreng sawit yang baik adalah minyak goreng sawit yang memiliki bilangan peroksida awal serendah mungkin. Pada penelitian ini, minyak goreng sawit dengan bilangan peroksida awal 1.99 meq O2/kg minyak adalah minyak yang terbaik untuk dilakukan fortifikasi karena memiliki umur simpan yang paling lama.

Model Perubahan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Goreng Sawit Curah yang Difortifikasi MSM Selama Oksidasi

Asam lemak bebas terbentuk akibat hidrolisis lemak (Kusnandar 2010). Model perubahan kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 6-8. Kurva yang ditunjukan pada setiap intensitas penyimpanan cenderung landai jika dibandingkan dengan kurva model perubahan bilangan peroksida. Peningkatan kadar asam lemak bebas tidak sebesar dan secepat peningkatan bilangan peroksida. Jika melihat pada kurva yang dihasilkan, pembentukan kadar asam lemak bebas lebih dipengaruhi oleh bilangan peroksida awal minyak goreng sawit dan lamanya waktu penyimpanan.

(25)

11

Gambar 6 Model perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah (bilangan peroksida awal 1.99, 3.99, dan 9.99 meq O2/kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 15000 lux

Gambar 7 Model perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah (bilangan peroksida awal 1.99, 3.99, dan 9.99 meq O2/kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 10000 lux

Gambar 8 Model perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah (bilangan peroksida awal 1.99, 3.99, dan 9.99 meq O2/kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000 lux.

y = 0.0001x + 0.0971

PVi 1.99 PVi 3.98 PVi 9.95

y = 6E-05x + 0.1046

PVi 1.99 PVi 3.98 PVi 9.95

y = 3E-05x + 0.1076

(26)

12

Nilai kadar asam lemak bebas untuk masing-masing bilangan peroksida awal yang berbeda hanya mengalami peningkatan sebesar 0.02-0.05 % setelah disimpan pada intensitas 15000, 10000, dan 5000 lux (Lampiran 1, 2, dan 3). Kadar asam lemak bebas ketiga sampel minyak pada ketiga kondisi penyimpanan tidak mengalami perubahan yang cukup besar. Minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida awal yang tinggi cenderung memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi juga. Data linearitas perubahan kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan data linearitas perubahan kadar asam lemak bebas pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa semakin tinggi bilangan peroksida awal minyak goreng sawit maka nilai k nya pun semakin besar. Selain itu, peningkatan intensitas cahaya juga dapat meningkatkan nilai k, walaupun peningkatannya sangat kecil. Tabel 5 Data liniearitas perubahan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit

(27)

13 Nilai k pembentukan asam lemak bebas memiliki angka yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai k perubahan bilangan peroksida. Hal ini berarti pembentukan asam lemak bebas terjadi lebih lambat dibandingkan dengan pembentukan senyawa peroksida. Oleh karena itu, kadar asam lemak bebas tidak dapat dijadikan parameter mutu dalam penentuan umur simpan. Dalam penentuan umur simpan, parameter mutu yang digunakan adalah parameter yang paling cepat mengalami perubahan selama penyimpanan.

Laju Pembentukan Bilangan Peroksida karena Pengaruh Termal dan Fotooksidasi pada Minyak Goreng Sawit yang Difortifikasi oleh Vitamin A

dan MSM

Pembentukan senyawa peroksida akibat oksidasi dapat dipercepat dengan adanya cahaya ataupun suhu. Pembentukan peroksida pada penelitian ini mengikuti reaksi ordo 0 dimana kinetika laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Dharmawan (2014), Fitriani (2014), dan Wulan (2014). Pada ketiga penelitian tersebut, pembentukan peroksida mengikuti reaksi ordo 0. Setelah diketahui bahwa pembentukan peroksida mengikuti reaksi ordo 0 maka dapat ditentukan nilai konstanta laju reaksi (k) untuk masing-masing jenis fortifikan dan perlakuan yang diberikan. Nilai k adalah nilai absolut dari kemiringan yang memiliki nilai R2 tertinggi. Nilai k untuk masing-masing jenis fortifikan dan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6-8.

Tabel 6 Nilai konstanta laju reaksi pembentukan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah yang difortifikasi oleh vitamin A selama fotooksidasia Bilangan Peroksida Awal

(28)

14

Minyak goreng sawit yang telah difortifikasi minyak sawit merah kemudian disimpan pada suhu 60, 75, dan 90 oC dalam kondisi gelap.

Tabel 7 Nilai konstanta laju reaksi pembentukan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah yang difortifikasi oleh MSM selama oksidasi termala Bilangan Peroksida Awal

Tabel 8 Nilai konstanta laju reaksi pembentukan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah yang difortifikasi oleh vitamin A selama oksidasi termala atau intensitas cahaya penyimpanan akan meningkatkan nilai konstanta laju reaksi. Semakin tinggi nilai konstanta laju reaksi maka laju reaksinya pun akan terjadi semakin cepat. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian ini, laju reaksi pembentukan peroksida akan terjadi lebih cepat pada intensitas cahaya yang lebih tinggi (Tabel 3).

(29)

15

cepat mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal tersebut ditandai dengan nilai k atau nilai koefisien determinasi (R2) paling besar. Berdasarkan hal tersebut, maka parameter mutu bilangan peroksida digunakan sebagai parameter mutu dalam penentuan umur simpan. Pendugaan umur simpan unntuk masing-masing minyak dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pendugaan umur simpan dan nilai k minyak goreng sawit curah yang difortifikasi oleh vitamin A dan MSM karena pengaruh oksidasi termal dan fotooksidasi berdasarkan parameter mutu bilangan peroksida sesuai dengan SNI yang terpapar cahaya selama penyimpanan memiliki laju reaksi oksidasi yang lebih cepat dibandingkan dengan minyak goreng sawit yang dipengaruhi suhu selama penyimpanan. Hal tersebut ditandai dengan lebih besarnya nilai konstanta laju reaksi oksidasi karena pengaruh cahaya dibandingkan dengan pengaruh suhu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Matthaus (2009) yang menyatakan bahwa asam lemak bereaksi 1500 kali lebih cepat dengan singlet oxygen dibandingkan dengan triplet oxygen. Oleh karena itu, kerusakan minyak akibat terkena paparan cahaya terjadi lebih cepat dan memiliki umur simpan yang lebih singkat dibandingkan dengan minyak goreng sawit yang dipengaruhi oleh suhu selama penyimpanan.

(30)

16

contoh perbandingan dari pengaruh fortifikan dan inisiator yang digunakan terhadap laju kerusakan minyak goreng sawit berdasarkan parameter bilangan peroksida (Tabel 10).

Tabel 10 Perbandingan pengaruh fortifikan dan inisiator yang digunakan terhadap umur simpan minyak goreng sawit terfortifikasi

Fortifikan Inisiator minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan vitamin A dan dipengaruhi oleh inisiator cahaya. Sementara nilai k terendah dimiliki oleh minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan MSM dan dipengaruhi oleh inisiator suhu. Jika dilihat dari fortifikan yang sama maka inisiator cahaya memiliki nilai k lebih tinggi dibandingkan dengan inisiator suhu, sehingga umur simpannya menjadi lebih singkat. Namun, jika dilihat dari inisiator yang sama maka nilai k lebih tinggi dimiliki oleh minyak goreng sawit yang difortikasi dengan vitamin A dibandingkan dengan minyak goring sawit yang difortifikasi MSM. Hal tersebut berarti, laju reaksi oksidasi pada minyak yang difortifikasi oleh vitamin A terjadi lebih cepat dibandingkan dengan minyak yang difortifikasi oleh MSM. Laju reaksi oksidasi pada minyak yang difortifikasi MSM terjadi lebih lambat disebabkan karena adanya -karoten (karotenoid) yang berasal dari MSM itu sendiri. Karotenoid dikenal juga sebagai antioksidan yang dapat menghambat reaksi oksidasi. Dalam menghambat oksidasi pada minyak, karotenoid akan mengorbankan dirinya sehingga ia akan teroksidasi terlebih dahulu (Gunstone 2011).

(31)

17 Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa pada kondisi penyimpanan 500 lux, minyak goreng sawit yang difortifikasi oleh vitamin A dan MSM memiliki masa simpan yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan kondisi penyimpanan pada 1200 lux (Tabel 10).

Tabel 11 Pendugaan umur simpan minyak goreng sawit yang difortifikasi oleh vitamin A dan MSM pada kondisi penyimpanan 500 lux

Fortifikan

Pembentukan peroksida selama penyimpanan dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya yang diberikan. Pada ketiga sampel, semakin besar intensitas cahaya yang diberikan (15000>10000>5000 lux) maka laju pembentukan peroksidanya akan semakin cepat. Untuk asam lemak bebas, pembentukannya dipengaruhi oleh bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah dan waktu penyimpanan. Parameter mutu yang digunakan dalam penentuan umur simpan adalah bilangan peroksida. Minyak goreng sawit curah yang memiliki umur simpan paling lama hingga yang paling singkat berturut-turut adalah minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida awal 1.99, 3.98 dan 9.95 meq O2/kg minyak. Sebaiknya minyak goreng sawit terfortifikasi dikemas dengan kemasan gelap atau kedap cahaya.

Saran

(32)

18

DAFTAR PUSTAKA

[AOCS] American Oil Chemist Society. 2003. AOCS Official Method: Peroxide Value Acetic Acid-Chloroform Method. Cd 8-53.

[AOCS] American Oil Chemist Society. 1997. AOCS Official Method: Free Fatty Acids. Ca 5a-40.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional (ID). 2012. Minyak Goreng Sawit [internet].

[dunduh 2013 Maret 14]. Tersedia pada:

http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni_main/sni/detail_sni/14332.

Asmaralana A. 2010. Analisis efisiensi membrane filter press skala pilot plant dalam fraksinasi NDRPO (Neutralized Deodorized Red Palm Oil). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2014. Pertumbuhan areal kelapa sawit meningkat [internet]. [diunduh 2015 Juni 7]. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-362-pertumbuhan-areal-kelapa-sawit-meningkat.html

Dharmawan AANS. 2014. Stabilitas minyak goreng sawit curah yang difortifikasi dengan vitamin A terhadap fotooksidasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fekarurhobo GK. 2009. Effects of short-term exposure to sunlight on the quality of some edible vegetable oils. Research Journal of Applied Sciences 4 (5): 152-156.

Fitriani D. 2014. Kinetika oksidasi termal minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gunstone FD. 2011. Vegetable oils in food technology: composition, properties and uses, Second Edition. UK: Blackwell Publishing Limited. Di dalam: Ogan IM, Marie JD, Michael N. 2015. Palm oil: processing, characterization and utilization in the food industry – A Review. Food Bioscience http://dx.doi.org/10.1016/j.fbio.2015.01.003.

Helena BR. 2003. Pengawasan mutu dalam proses pemurnian minyak sawit kasar di PT. Sinar Meadow Internasional Indonesia Jakarta [laporan magang]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jatmika A, Guritno P. 1997. Sifat fisiko kimia minyak goreng sawit merah dan minyak goreng sawit biasa. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 5(2):127-128. Jung MH. 1989. Efects of caretonoids and tocopherols on the chlorophyll

sensitized photooxidation of soybean oil [disertasi]. Ohio (JP): The Ohio State University.

Kritchevsky D. 2000. Impact of red palm oil on human nutrition and health. Food and Nutrition Bulletin. 21 (2). The United Nation University.

Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta (ID): Dian Rakyat Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme.Diterjemahkan: A.

Tarakassi. Jakarta (ID): UI Press

Matthaus B. 2010. Oxidation of edible oils. Eric AD, Ryan JE and Julian MD, Ed. Cambridge (UK): Woodhead Publishing Limited.

(33)

19 Raza SA. 2009. Analytical investigation of oxidative deterioration of sunflower

oil stored under different conditions. Biharean Biologist 3(2): 93-97. Riyadi AH. 2009. Kendali proses deodorisasi dalam pemurnian minyak sawit

merah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Widarta IWR. 2008. Kendali proses deasidifikasi dalam pemurnian minyak sawit merah skala pilot plan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(34)

20

Lampiran 1 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 15000 lux

Bilangan Peroksida Awal

(meq O2/kg minyak)

Lama Penyimpanan

(jam)

Bilangan Peroksida (meq O2/kg

minyak)

Kadar Asam Lemak Bebas (%)

1.99 0 1.99 ± 0.00 0.09 ± 0.00

24 2.99 ± 0.00 0.10 ± 0.00

96 12.44 ± 0.54 0.11 ± 0.00 144 19.90 ± 0.01 0.12 ± 0.00 212 27.85 ± 0.01 0.12 ± 0.00 260 31.83 ± 0.01 0.14 ± 0.00 288 36.80 ± 0.01 0.13 ± 0.00 360 44.77 ± 0.03 0.13 ± 0.00

3.98 0 3.98 ± 0.00 0.23 ± 0.00

24 11.94 ± 0.00 0.25 ± 0.00 48 17.91 ± 0.01 0.26 ± 0.00 72 23.88 ± 0.01 0.27 ± 0.00 96 28.86 ± 0.01 0.27 ± 0.00 120 30.84 ± 0.01 0.28 ± 0.00 144 33.83 ± 0.02 0.28 ± 0.00 168 37.81 ± 0.02 0.29 ± 0.00

9.95 0 9.95 ± 0.01 0.24 ± 0.00

(35)

21 Lampiran 2 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas

minyak goreng sawit curah pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 10000 lux

Bilangan Peroksida Awal

(meq O2/kg minyak)

Lama Penyimpanan

(jam)

Bilangan Peroksida (meq O2/kg

minyak)

Kadar Asam Lemak Bebas (%)

1.99 0 1.99 ± 0.00 0.09 ± 0.00

72 5.97 ± 0.00 0.12 ± 0.00

168 16.92 ± 0.01 0.12 ± 0.00 240 28.83 ± 0.03 0.12 ± 0.00 336 33.83 ± 0.03 0.13 ± 0.00 504 51.72 ± 0.03 0.14 ± 0.00 648 48.75 ± 0.05 0.14 ± 0.00 744 50.77 ± 0.01 0.14 ± 0.00

3.98 0 3.98 ± 0.00 0.23 ± 0.00

48 10.94 ± 0.01 0.24 ± 0.00 99 18.91 ± 0.01 0.25 ± 0.00 146 30.85 ± 0.02 0.26 ± 0.00 193 36.82 ± 0.02 0.25 ± 0.00 240 42.79 ± 0.03 0.25 ± 0.00 288 48.75 ± 0.03 0.25 ± 0.00 336 56.72 ± 0.03 0.25 ± 0.00

9.95 0 9.95 ± 0.01 0.24 ± 0.00

(36)

22

Lampiran 3 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000 lux

Bilangan Peroksida Awal

(meq O2/kg minyak)

Lama Penyimpanan

(jam)

Bilangan Peroksida (meq O2/kg

minyak)

Kadar Asam Lemak Bebas (%)

1.99 0 1.99 ± 0.00 0.09 ± 0.00

168 10.95 ± 0.00 0.12 ± 0.00 360 23.88 ± 0.01 0.13 ± 0.00 768 33.32 ± 0.56 0.14 ± 0.00 936 42.78 ± 0.02 0.15 ± 0.00 1104 55.73 ± 0.02 0.14 ± 0.00 1296 64.67 ± 1.14 0.14 ± 0.00 1416 72.61 ± 0.02 0.15 ± 0.00

3.98 0 3.98 ± 0.00 0.23 ± 0.00

72 9.95 ± 0.00 0.24 ± 0.00

172 16.91 ± 0.01 0.24 ± 0.00 254 25.37 ± 0.55 0.25 ± 0.00 288 31.85 ± 0.02 0.26 ± 0.00 336 39.81 ± 0.02 0.27 ± 0.00 433 46.76 ± 0.03 0.27 ± 0.00

457 55.72 ± 0.04 0.27 ± 0.00

9.95 0 9.95 ± 0.01 0.24 ± 0.00

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1  Kotak penyimpanan sampel dengan cahaya (Jung 1989)
Tabel 1 Karakteristik kimia awal bahan baku penelitian
Gambar 2  Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit bilangan
Tabel 3 Data linearitas perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
+6

Referensi

Dokumen terkait

This article studies Rudyard Kipling’s four short stories, “Wee Willie Winkie”, “The Recrudescence of Imray”, “The Story of Muhammad Din”, and.. “Without Beneit of

Data 23 : Charlotte tells Carrie that she is pregnant, and she is so happy Data 24 : Charlotte and the family are eating together in happiness Data 25 : Scenes that use medium shot

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Penertiban Dan Konseling Pelajar Tidak

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan dibahas mengenai peredaman harmonisa dan perbaikan faktor daya dengan menggunakan double tuned filter dan Type-C

bila perusahaan menaikkan harga 10%, permintaan barang bertambah lebih sedikit dari 10%.. bila perusahaan menaikkan harga 10%, permintaan barang berkurang lebih besar

Kajian yang telah dilakukan ini adalah berdasarkan tinjauan amalan teknik mengingat di kalangan pelajar-pelajar Tingkatan 5, Sekolah Menengah Teknik Batu Pahat, Johor

Vulnerable children including child victims, offenders and witnesses benefit from enhanced justice for children.. 19 UNICEF Ministry of

Berdasarkan Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor : 03.10.SS/ULP/SS -I/IX/2013 tanggal 23 September 2013, maka dengan ini kami umumkan Calon Rekanan yang masuk Daftar Pendek Terpilih