• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU

EKTOPARASIT PADA CICAK DI KABUPATEN SUMEDANG

HERAWATI SRI NURHIDAYAT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HERAWATI SRI NURHIDAYAT. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN.

Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar permukaan inangnya. Parasit yang terdapat pada reptil adalah tungau. Cicak diinfestasi oleh tungau Geckobia yang termasuk Famili Pterygosomatidae. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi, mengidentifikasi dan mempelajari intensitas infestasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Sumedang. Sampel cicak diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau diambil dari bagian kepala, mata, ketiak, badan, paha, ekor, jari depan, dan jari belakang cicak. Sediaan utuh dibuat dengan media polivinil alkohol (PVA) dan dikeringkan di oven selama dua minggu pada suhu 40oC. Pada penelitian ini ditemukan delapan kelompok tungau ektoparasit cicak yaitu tungau Geckobia sp1, Geckobia glebosum, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp10, Geckobia sp13 dan Geckobia sp17. Prevalensi total cicak terinfestasi tungau sebesar 97%. Intensitas infestasi tungau rata-rata tertinggi pada cicak C. platyurus adalah tungau G6, pada cicak H. frenatus adalah tungau G. glebosum, pada cicak H. garnotii adalah tungau G1 dan pada cicak G. mutilata adalah tungau G10. Intensitas infestasi total tungau yang paling tinggi terdapat pada cicak H. garnotii.

Kata kunci : ektoparasit, tungau, Geckobia, intensitas, infestasi

ABSTRACT

HERAWATI SRI NURHIDAYAT. Inventarisation and Identification of Ectoparasites Mites on Gecko in Sumedang Regency. Supervised by TARUNI SRI PRAWASTI and RIKA RAFFIUDIN.

Ectoparasite is parasite living outside of its host. One of parasites infects on Reptile body is mite. Pterygosomatidae lizard is infected by Geckobia mites. The aim of this research was to classify, identify, and examine the about infection of ectoparasitic mite on lizard in Sumedang. Lizards were collected and preserved in Alcohol 70%. Mites were taken from head, eyes, armpit, body, thigh, tail, fingers, and toes. Mites were prepared on whole mount method using polyvinyl alcohol (PVA) media and was dried in oven for 2 weeks at temperature 400C. Ectoparasitic mites infecting the lizards were Geckobia sp1, Geckobia glebosum,

Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp10, Geckobia sp13 and

Geckobia sp17. Total prevalence of infected lizards valued was 97%. The highest average of mite infection intensity on lizard C. platyurus was mite G6, H. frenatus

was mite G. glebosum, H. garnotii was mite G1, and G. mutilata was mite G10. The highest infection intensity of mite was on H. garnotii.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU

EKTOPARASIT PADA CICAK DI KABUPATEN SUMEDANG

HERAWATI SRI NURHIDAYAT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang

Nama : Herawati Sri Nurhidayat

NIM : G34090031

Disetujui oleh

Dra Taruni Sri Prawasti, MSi Pembimbing I

Dr Ir Rika Raffiudin, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra Taruni Prawasti, MSi dan Ibu Dr Ir Rika Raffiudin, MSi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Terima kasih juga kepada Dr Ir Ence Darmo Jaya Supena, MSi selaku penguji. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta (Dayat dan Sri Teti Nurhayati), saudara, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa, semangat dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini dan Mbak Ani selaku laboran yang telah banyak memberikan bantuan selama pengamatan di laboratoruim, serta seluruh teman seperjuangan di Biologi 46 dan wisma eky.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Tempat 2

Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit 2

Pembuatan Preparat Tungau Ektoparasit 2

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit 2

Analisis Data 2

HASIL 3

Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak 3

Kunci Determinasi Spesies Geckobia 6

Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak 7

Ketotaksis 8

PEMBAHASAN 10

SIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (∑ individu), dan nilai prevalensi (P) empat spesies cicak di lima wilayah penangkapan. 3 2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus,

H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), jari belakang (h) 4 3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus

(Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm) 5

4 Intensitas infestasi tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm) 7 5 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp 1, Geckobia sp 2, Geckobia sp

4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 10, Geckobia sp 13 dan Geckobia sp 17 dari cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G.

mutilata 9

DAFTAR GAMBAR

1 Fase hidup tungau Geckobia 4

2 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia 5

3 Tungau Geckobia 6

4 Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter tungau

Geckobia. 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta penangkapan cicak di Kabupaten Sumedang 15

2 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia (Zhang 1963) 15

3 Glosarium 16

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cicak (Famili Gekkonidae) merupakan hewan nokturnal yang biasa terlihat di dinding dan langit-langit rumah. Penyebaran cicak di Indonesia sangat luas. Menurut Cook & Richard (1999), cicak mudah menyebar dan membentuk kelompok baru. Tiga spesies cicak yang tersebar secara acak dan cukup luas di Indonesia adalah Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan H. garnotii (Prawasti et al. 2013).

Parasit menyebabkan kerugian berupa penurunan kondisi badan inang, namun tidak mengakibatkan kematian (Kusumamihardja 1982). Walter dan Proctor (1999) menyatakan, bahwa sifat ektoparasit berlangsung paling tidak pada sebagian dari siklus hidup tungau di tubuh inang avertebrata maupun vertebrata. Reptil, dalam hal ini kura-kura, ular, kadal dan cicak, berinteraksi dengan beragam jenis tungau, baik sebagai ektoparasit maupun endoparasit. Tungau ektoparasit pada cicak umumnya ditemukan di sekitar ekor, ketiak dan leher (Rivera et al. 2003). Ektoparasit pada cicak dan kadal Gekkonidae adalah tungau Famili Pterygosomatidae (Bochkov dan Mironov 2000).

Secara umum tungau dewasa berukuran antara 0,3 hingga 0,5 mm dan tubuh tungau terbagi menjadi bagian gnatosoma dan idiosoma. Idiosoma merupakan gabungan dari podosoma (melekatnya tungkai) dan opistosoma (Zhang 1963). Tungau Geckobia (Famili Pterygosomatidae) ektoparasit pada cicak Hemidactylus di Asia Tenggara (Krantz 1978). Tungau G. carcinoides merupakan ektoparasit pada cicak Gehyra oceanica di Polynesia (Bertrand dan Ineich 1989). Cicak C. platyurus dan H. frenatus dapat diinfestasi oleh beberapa spesies Geckobia (Bertrand et al. 1999). Cicak Hemidactylus mabouia merupakan inang dari tungau G. hemidactyli di Puerto Rico (Rivera et al. 2003). Abdussalam (2012) di Cianjur dan Anggraini (2012) di Tanggerang menemukan bahwa ektoparasit pada cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata adalah tungau Geckobia.

Kabupaten Sumedang (Jawa Barat) merupakan daerah berbukit dan gunung dengan ketinggian tempat antara 25 m – 1.667 mdpl. Sebagian besar wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah utara berupa dataran rendah. Belum ada laporan penelitian mengenai inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Sumedang.

Tujuan Penelitian

(13)

2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013. Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Tomo (25-50 mdpl) (6°45'51.09"LS, 108° 7'57.36"BT), Kecamatan Conggeang (50-100 mdpl) (6°44'0.00"LS, 108° 0'0.00"BT), Kecamatan Paseh (100-500 mdpl) (6°47'52.78"LS, 108° 0'44.81"BT), Kecamatan Situraja (500-1000 mdpl) (6°52'0.28"LS, 108° 0'23.44"BT) dan Kecamatan Tanjungsari (>1000 mdpl) (6°57'26.99"LS, 107°48'55.22"BT). Waktu pengambilan sampel dilakukan malam hari yaitu antara pukul 18.00-24.00 WIB. Identifikasi cicak dan tungau, serta pembuatan preparat tungau dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit

Koleksi cicak dilakukan di Kabupaten Sumedang secara bertahap dengan metode road sampling. Cicak yang berhasil ditangkap, diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau yang melekat pada setiap individu cicak yaitu di bagian kepala, telinga, ketiak, badan, paha, ekor, tungkai depan, dan tungkai belakang diambil dengan menggunakan sonde. Tungau pada setiap individu cicak disimpan secara terpisah dalam tabung yang berisi alkohol 70% berdasar tempat pelekatan pada tubuh cicak.

Pembuatan Preparat Tungau Ektoparasit

Sedian utuh tungau dibuat dengan media polivinil alkohol berdasar Zhang (1963). Tungau diletakkan pada gelas objek, ditetesi media polivinil alkohol dan ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya dikeringkan pada oven dengan suhu 40oC selama dua minggu.

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit

Cicak diidentifikasi dengan kunci determinasi Rooij (1915). Identifikasi tungau menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan Lawrence (1936) hingga tingkat genus. Pola sebaran seta pada tungkai (ketotaksis tungkai) dibuat berdasar Jack (1964).

Analisis Data

(14)

3

Keterangan:

P = prevalensi

I = intensitas infestasi tungau It = intensitas total

n = jumlah cicak yang terinfestasi tungau

ni = jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies i N = jumlah cicak yang diperiksa

Ti = jumlah tungau spesies i yang menginfeksi cicak T = jumlah total tungau yang menginfestasi cicak

HASIL

Cicak yang ditangkap dari lima kecamatan di Kabupaten Sumedang berjumlah 150 individu. Ditemukan empat spesies cicak yaitu cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata. Pada wilayah ketinggian 25-50 mdpl ditemukan cicak C. platyurus, H. garnotii dan G. mutilata dengan jumlah terbanyak adalah cicak C. platyurus (17 individu). Pada wilayah ketinggian 50-500 mdpl ditemukan cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata dengan jumlah terbanyak cicak C. platyurus (30 individu). Pada wilayah ketinggian >500 mdpl ditemukan ditemukan cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata dengan jumlah terbanyak cicak H. garnotii (26 individu) (Tabel 1).

Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak Total cicak yang terinfestasi tungau sebesar 146 individu (97%) dari jumlah keseluruhan yang diperiksa (150 individu). Cicak H. frenatus dan H. garnotii yang diperiksa terinfestasi tungau dengan nilai prevalensi 100%. Cicak C. platyurus terinfestasi tungau dengan nilai prevalensi 100% kecuali pada ketinggian 100-500 meter dpl dengan nilai prevalensi 68,8%. Cicak G. mutilata terinfestasi tungau dengan nilai prevalensi 100% dan pada ketinggian 500-1000 mdpl nilai prevalensi 83,3% (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (∑ individu), dan nilai prevalensi (P) empat spesies cicak di lima wilayah penangkapan.

(15)

4

Tungau yang ditemukan pada 146 individu berjumlah 1285 tungau. Pelekatan tungau pemukaan tubuh diamati di delapan lokasi pelekatan yaitu, kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang (h). Lokasi pelekatan tungau pada cicak C. platyuruts, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata tertinggi pada tungkai belakang berturut-turut sebesar 35,32%, 26,34%, 39,27% dan 42,76% (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang (h)

Lokasi pada cicak

Tungau

C. platyurus H. frenatus H. garnotii G. mutilata

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

Pada penelitian ini ditemukan fase larva tungau (Gambar 1a) sebanyak 274 individu. Ciri-ciri fase larva adalah memiliki tiga pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur belum terbentuk dengan sempurna. Fase nimfa (Gambar 1b) sebanyak 230 individu dengan ciri memiliki empat pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur belum terbentuk dengan lengkap. Fase tungau dewasa ditemukan sebanyak 823 individu. Tungau dewasa mempunyai ciri-ciri tubuh terdiri atas tiga tagmata yaitu gnatosoma, podosoma dan opistosoma (Gambar 2a); tidak ada segmentasi pada opistosoma; gnatosoma terdiri dari kelisera, palpi, stigmata dan peritrema; palpi dilengkapi dengan cakar (Gambar 2b); ada spur pada koksa, seta pada tubuh dorsal dan ventral dengan bentuk dan ukuran bervariasi (Gambar2c).

(16)

5

Karakterisasi tungau dilakukan terhadap bentuk tubuh, (panjang dan lebar tubuh), motif kutikula, skutum dorsal (Gambar 2d), seta dorsal (seta anterior, median dan posterior) serta seta ventral, gnatosoma (spur palpal tibia, seta palpal tibia dan panjang kelisera), rasio tungkai satu dan tungkai empat, dan ketotaksis. Terdapat empat pasang tungkai masing-masing terdiri dari koksa, trokhanter, femur, genu dan tibia (Gambar 2e).

Gambar 2 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia a. bagian tubuh (tampak dorsal), b. bagian gnatosoma (tampak ventral) c. seta (tampak dorsal), d. skutum dorsal (tampak dorsal), e. segmen tungkai

Pengelompokan tungau berdasar 12 karakter morfologi yang diamati, ditemukan delapan kelompok tungau Geckobia yaitu Geckobia spesies 1 (G1) (Gambar 3a) sebanyak 211 individu, Geckobia spesies 2 (G2) (Gambar 3b) sebanyak 86 individu, Geckobia spesies 4 (G4) (Gambar 3c) sebanyak 3 individu, Geckobia spesies 5 (G5) (Gambar 3d) sebanyak 24 individu, Geckobia spesies 6 (G6) (Gambar 3e) sebanyak 70 individu, Geckobia spesies 10 (G10) (Gambar 3f) sebanyak 284 individu, Geckobia spesies 13 (G13) (Gambar 3g) sebanyak 71 individu dan Geckobia spesies 17 (G17) (Gambar 3h) sebanyak 9 individu. Tabel 3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus

(Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm) di Kabupaten Sumedang Spesies

Cicak ∑ Cicak

Tungau

Larva Nimfa G1 G2 G4 G5 G6 G10 G13 G17 ∑

Cp 52 32 67 21 11 0 13 39 30 2 2 118

Hf 18 38 26 34 35 0 4 1 53 16 0 160

Hg 44 139 89 149 36 0 7 14 178 16 7 429

Gm 30 8 48 7 4 3 0 16 23 37 0 116

(17)

6

Gambar 3 Tungau Geckobia a. Geckobia sp1(tampak ventral), b. Geckobia sp2 (tampak ventral), c. Geckobia sp4 (tampak ventral), d. Geckobia sp5 (tampak dorsal), e. Geckobia sp6 (tampak dorsal), f. Geckobia sp10 (tampak dorsal), g. Geckobia sp13 (tampak dorsal), h. Geckobia sp17 (tampak ventral)

Berdasar 12 karakter morfologi yang diamati (Tabel 4) dibuat kunci determinasi tungau Geckobia di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Kunci Determinasi Spesies Geckobia

1a. Ada skutum dorsal, bentuk tubuh bulat …...………... 2

b. Ada skutum dorsal, bentuk tubuh tidak bulat ... 3

2a. Tubuh membulat ke posterior...……… 4

b. Tubuh membulat ke lateral ...………. 5 3a. Bentuk tubuh segitiga, seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior

bertipe pilose, ukuran kelisera ± 55 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe simple, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 5 pilose...Geckobia sp 2

b. Bentuk tubuh persegi tepi tidak beraturan, seta dorsal bagian anterior median dan posterior bertipe pilose, ukuran kelisera ± 75 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 4 pilose

(18)

7

4a. Tepi beraturan, seta dorsal anterior dan median serrate, seta dorsal posterior tipe simple ukuran kelisera ± 50 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 4 pilose ... Geckobia sp 6

b. Tepi tidak beraturan, seta dorsal anterior dan median serrate, seta dorsal posterior tipe simple ukuran kelisera ± 87 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 4 pilose ...Geckobia sp 13

5a. Ada spur palpa tibia ... 6 b. Tidak ada spur palpa tibia ... 7 6a. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe serrate, ukuran

kelisera ± 45 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 3-4 pilose ……...…Geckobia sp 4

b. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe pilose, ukuran kelisera ± 75 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 6 pilose ...Geckobia sp 5

7a. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe serrate, ukuran kelisera ± 113 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe serrate, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 3 serrate …...…Geckobia sp 1

b. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe pilose, ukuran kelisera ± 75 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 5 pilose ...Geckobia sp 10

Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak

Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi setiap individu cicak. Intensitas infestasi tungau pada cicak C. platyurus yang paling tinggi adalah tungau G6 dengan nilai 5,57. Intensitas infestasi tungau terhadap cicak H. frenatus tertinggi sebesar 4,38 oleh tungau G2. Cicak G. mutilata intensitas infestasi tertinggi oleh tungau G10 sebesar 3,83 dan cicak H. garnotii intensitas infestasi tertinggi oleh tungau G1 sebesar 8,28. Tungau G4 hanya ditemukanpada G. mutilata dengan intensitas infestasi sebesar 1,5.

Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang ditemukan per individu cicak. Intensitas infestasi total secara keseluruhan paling tinggi terdapat pada cicak H. garnotii sebesar 9,75.

Tabel 4 Intensitas infestasi tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm) di Kabupaten Sumedang

Spesies Intensitas infestasi spesies tungau Intensitas

Cicak G1 G2 G4 G5 G6 G10 G13 G17 Total

Cp 2,63 2,75 * 1,86 5,57 2,31 2,00 2,00 2,27

Hf 3,78 4,38 * 1,33 1,00 3,79 3,20 * 8,89

Hg 8,28 4,00 * 1,40 4,67 5,93 2,67 7,00 9,75

(19)

8

Ketotaksis

Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur dan trochanter dari tungkai satu sampai tungkai empat.

T1 T2 T3 T4 Posterior Ti

Trokh

Gambar 4 Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter tungau Geckobia. seta dorsal, seta ventral, seta antero-lateral, seta postero-lateral.(T1) tungkai 1, (T2) tungkai 2, (T3) tungkai 3,

(T4) tungkai 4, (Ti) tibia,(Ge) genu, (Fe) femur, (Trokh) trokhanter Anterior

(20)

9

Tabel 5 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp 1, Geckobia sp 2, Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 10, Geckobia sp 13 dan Geckobia sp 17 dari cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata di Kabupaten Sumedang

No Pembeda G1 G2 G4 G5 G6 G10 G13 G17

1 Bentuk tubuh Bulat lateral Segitiga Bulat ke lateral Bulat ke lateral Bulat Bulat ke lateral Bulat, tepi beraturan

Persegi tepi tak beraturan

2 Panjang tubuh (µm) ±560 ± 330 ± 240 ± 330 ± 460 ± 500 ± 400 ± 350

Lebar tubuh (µm) ± 550 ± 430 ± 220 ± 380 ± 430 ± 520 ± 430 ± 300

3 Motif kutikula Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate

4 Skutum Dorsal Besar ,14 serrate Sedang, 8 pilose Kecil, 4 serrate Besar, 14 serrate Sedang, 8 serrate Besar, 16 serrate Sedang, 12 serrate Sedang, 8 serrate

5

Seta dorsal

a. Anterior (tipe-ukuranµm) tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

b. Median (tipe-ukuran µm) serrate 42,5 pilose30 serrate42,5 pilose30-37,5 serrate25-32,5 pilose 30-40 serrate 35-37,5 pilose 30

c. Posterior (tipe-ukuran µm) serrate 42,5 pilose 42,5 serrate45 pilose50-57,5 serrate32,5-45 pilose 52,5-60 serrate 50-55 pilose 60

6 Seta ventral serrate 20-25 pilose42,5 serrate42,5-45 pilose40-50 simple60-65 pilose30-60 serrate17,5-45 pilose 30

7

Gnathosoma

a. Spur palpal tibia tidak ada Ada- simple Ada-pilose Ada- serrate Ada-pilose tidak ada tidak ada Ada- serrate

b. Seta palpal tibia (µm) simple 25 serrate -27,5 simple35 pilose-35 simple-20 pilose-25 simple -62,5 simple -37,5

b. Spur spur trochanter tidak ada Ada- pilose Ada- serrate Ada- serrate Ada- serrate Ada- serrate tidak ada Ada- serrate

10

Tungkai 3 dan 4

a. Jumlah spur pada koksa 3- serrate 5- pilose 3-4- pilose 6- pilose 4- pilose 5- pilose 4- pilose 4- pilose

b. Spur pada trochanter tidak ada tungkai 4- pilose tungkai 4- serrate Ada-serrate Ada- serrate Ada- serrate tidak ada Ada- serrate

(21)

10

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini cicak yang ditemukan di wilayah penangkapan menempel pada bangunan yang ditempati oleh manusia, beberapa diantaranya perumahan, pertokoan dan bangunan publik seperti pergudangan dan perkantoran. Cicak dapat mengontrol temperatur tubuh dengan memanfaatkan suhu disekitarnya yang dicapai dengan cara melekatkan bagian ventral tubuh dengan habitatnya, antara lain pohon, dinding (Marcellini 1976).

Ditemukan empat spesies cicak yang tersebar di Kecamatan Tomo, Kecamatan Conggeang, Kecamatan Paseh, Kecamatan Situraja dan Kecamatan Tanjungsari, yaitu cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata. Pada setiap wilayah dengan ketinggian tertentu tidak ditemukan spesies cicak yang spesifik. Cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata di lima wilayah tidak memiliki pola penyebaran yang khusus. Hal ini sesuai dengan Cook dan Richard (1999) yang menyatakan bahwa cicak merupakan hewan yang mudah menyebar dan membentuk kelompok baru. Kelompok-kelompok cicak berpindah antar pulau melalui kegiatan manusia (Jesus et al. 2001).

Cicak C. platyurus, memiliki ciri-ciri moncong panjang, terdapat lamela di sepanjang tubuh bagian samping, permukaan ventral tubuh berwarna putih dan ekor pipih bergerigi. Cicak H. frenatus memiliki ciri sisik kecil diatas kepala,warna tubuh bagian dorsal keabu-abuan dan ekor bulat memanjang. Cicak H. garnotii memiliki ciri-ciri kepala agak bulat, warna bagian dorsal abu-abu kemerahan dan ekor pipih memanjang dengan pinggir bergerigi. Cicak G. mutilata memiliki ciri-ciri moncong lebih panjang daripada lebar kepalanya, warna dorsal abu-abu dengan bintik-bintik kecil dan ekor membulat. Berdasar sebaran cicak dari berbagai ketinggian di Kabupaten Sumedang dan perbandingan sebaran di Indonesia, cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata merupakan cicak yang hampir selalu ada pada setiap wilayah penangkapan di Indonesia namun tidak terlihat adanya pola persebaran yang khusus. Penyebaran cicak C. platyurus dan H. frenatus meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara; sedang H. garnotii tersebar di Sumatra, Jawa dan Kalimantan (Rooij 1915). Cicak Hemidactylus tersebar di Florida, dimana spesies H. frenatus penyebarannya meliputi wilayah Afrika, Asia Australia dan Polinesia, sedangkan H. garnotii penyebarannya di negara India, Asia tenggara, dan Oseania (Welch 1994).

(22)

11

sudah dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa tidak ada hubungan antara prevalensi infestasi dengan spesies cicak yang di infestasi tungau. Cicak terinfestasi oleh tungau karena adanya kontak fisik cicak yaitu berupa perkawinan, perkelahian dan hidup dalam satu habitat yang berdekatan (Rivera et al.2003).

Pelekatan tungau terhadap keempat spesies cicak pada penelitian ini terbanyak pada jari belakang cicak. Hal ini sesuai dengan Bochkov dan Mironov (2000) yang melaporkan bahwa tungau menginfestasi cicak dibawah cakar tungkai belakang. Kemungkinan morfologi cakar dan lamela telapak jari pada tungkai belakang memberi perlindungan bagi tungau.

Pada penelitian ini ditemukan tungau fase larva, fase nimfa dan fase dewasa. Ciri-ciri fase larva adalah memiliki tiga pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur belum terbentuk dengan sempurna. Tungau fase nimfa memiliki empat pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur belum terbentuk dengan lengkap. Hal ini sesuai laporan Gerson et al. (2003) dalam perkembangannya tungau memiliki tiga tahap aktif, yaitu larva, nimfa dan dewasa.

Tungau fase dewasa ditemukan sebanyak 823 individu. Tungau dewasa berukuran antara 0,3 hingga 0,5 mm dan morfologi tubuh terbagi menjadi; gnatosoma, idiosoma merupakan famili Pterygosomatidae (Krantz 1978).

Terdapat skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur), sebaran seta pada tubuh dan pola penyebaran seta (Tabel 4) tungau tersebut adalah genus Geckobia (Lawrence 1936). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh tungau yang menginfestasi cicak di Kabupaten Sumedang adalah genus Geckobia.

Pengelompokan tungau berdasar 12 karakter morfologi yang diamati, ditemukan delapan kelompok tungau Geckobia yaitu Geckobia spesies 1 (G1), Geckobia spesies 2 (G2), Geckobia spesies 4 (G4), Geckobia spesies 5 (G5), Geckobia spesies 6 (G6), Geckobia spesies 10 (G10), Geckobia spesies 13 (G13) dan Geckobia spesies 17 (G17). Penomoran spesies tungau berdasar penelitian sebelumnya Prawasti et al. (2013), Heryanto (2013), Abdusalam (2012) dan Anggraini (2012).

Ketotaksis adalah pola penyebaran seta pada bagian tibia, genu, femur dan trochanter (Gambar 2e) dari tungkai satu sampai tungkai empat (Gambar 4) (Jack 1964). Pola penyebaran dan jumlah seta pada tungkai Geckobia, tidak selalu sama (Jack 1964). Tungau G2, G4, G6 dan G13 memiliki pola penyebaran seta (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1) dapat dimasukan dalam Geckobia Group 1 dan tungau G5 memiliki kesamaan ketotaksis dengan G.indica (5-5-5-5) (1-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1) (Jack 1964). Tungau G2 memiliki ciri-ciri dan ketotaksis yang sama dengan G. glebosum yang pertelakan oleh Bertrand et al. (1999). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tungau G2 adalah G. glebosum. Tungau G10 memiliki kesamaan ketotaksis dengan G. gledoviana (5-5-5-5) (0-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1) namun memiliki ciri-ciri morfologi yang berbeda. Tungau G1 dan G2 telah ditemukan oleh Prawasti et al. (2013), tungau G4, G5, G6, G10 telah ditemukan oleh Abdussalam (2012) dan Anggraini (2012) dan tungau G13 ditemukan oleh Heryanto (2013). Geckobia spesies 17 belum ditemukan pada penelitian sebelumnya.

(23)

12

infestasi tertinggi adalah tungau G10 dan cicak H. garnotii intensitas infestasi tertinggi adalah tungau G1. Tungau G1 lebih banyak menginfestasi H. garnotii dengan intensitas infestasi 6,96 (Prawasti et al. 2013). Delapan spesies tungau ditemukan pada keempat spesies cicak. Tungau G4 hanya ditemukan pada G. mutilata dengan intensitas infestasi sebesar 1,5. Berdasar laporan Abdussalam (2012) di Cianjur tungau G4 menginfestasi C. platyurus dengan intensitas infestasi sebesar 3 dan Anggraini (2012) di Tanggerang tungau G4 menginfestasi C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii dengan intensitas infestasi masing-masing sebesar 7, 2 dan 8. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa spesies tungau tidak spesifik menginfestasi cicak tertentu.

Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang ditemukan per individu cicak. Nilai intensitas infestasi total setiap individu cicak Secara keseluruhan paling tinggi terdapat pada cicak H.garnotii sebesar 9,75. Kemungkinan ekor cicak H. garnotii yang memiliki tekstur dan lipatan-lipatan kasar memberi peluang tungau untuk berlindung. Hal ini sesuai dengan laporan Prawasti et al. (2013) dan Anggraini (2012) yang melaporkan bahwa cicak H. garnotii memiliki intensitas rata-rata paling tinggi.

SIMPULAN

Tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak di Kabupaten Sumedang adalah tungau Geckobia sp1 (G1), Geckobia glebosum, Geckobia sp4 (G4), Geckobia sp5 (G5), Geckobia sp6 (G6), Geckobia sp10 (G10), Geckobia sp13 (G13) dan Geckobia sp17 (G17). Prevalensi total cicak terinfestasi tungau sebesar 97%. Intensitas infestasi tungau rata-rata tertinggi pada cicak C. platyurus adalah tungau G6, pada cicak H. frenatus adalah tungau G. glebosum, pada cicak H. garnotii adalah tungau G1 dan pada cicak G. mutilata adalah tungau G10. Intensitas infestasi total tungau yang paling tinggi terdapat pada cicak H. garnotii.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di perumahan dan pasar kota Tangerang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genima-culata (Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest stream in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol. 26:1381-1385.

(24)

13

Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et observations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella (Acari: Actinedida). Acarologia. 60:277-304.

Bochkov AV, Mironov SV. 2000. Two new species of the genus Geckobia (Acari: Pterygosomatidae) from geckos (Lacertilia: Gekkonomorpha) with a brief review of host-parasit associations of the genus. Russ J Herpetol. 7:61-68.

Cook S, Richard S. 1961. Colonisation and extinction pattern of two lizard Mabuya multifasciata and Hemidactylus frenatus on Sertung Island, Krakatau Archipelago, Indonesia. Trop Biodiversity. 6:209-214.

Deris. 2006. Beberapa Speises Cicak dan Tokek (Famili Gekkonidae) di Wilayah pandeglang Bandung [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Gerson U, Smiley RL, Ochoa R. 2003. Mites (Acari) for Pest Control. UK : Black-well Science Ltd.

Heryanto A. 2013. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi tungau ektoparasit [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

Jack KM. 1964. Leg-chaetotatxy with special reference to the Pterygosomidae (Acarina). J. Ann Natal Mus. 16:152-171.

Jesus J, Brehm A, Pinheiro M, Harris DJ. 2001. Relationships of Hemidactylus (Reptilia: Gekkonidae) from the Cape Verde Islands: What mitochondrial DNA data indicate. J Herpetol. 35:672-675.

Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed. ke-2. Covallis (US): Oregon Univ. Kusumamihardja S. 1982. Parasit dan parasitologi pada Hewan Ternak dan Piaraan di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Marcellini DL. 1976. Some aspects of the thermal ecology of the Gecko Hemidactylus frenatus. Herpetologica. 32: 341-345.

Lawrence RF. 1936.The prostigmatic mites of South African lizard. Parasitology. 28:1-39.

Prawasti et al. 2013. Three species of ectoparasite mites (Acari: Pterygosomatidae) infested geckos in Indonesia. Hayati J Biosci. 20:80-88. Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia

(Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean and South America. Caribbean J Sci. 39:321-326.

Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden (NL): E.J. Brill, Ltd.

Saepudin A. 2004. Beberapa spesies cicak dan tokek (Famili Gekkonidae) di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

(25)

14

Walter DE, Proctor HC. 1999. Mite: Ecology, Evolution and Behaviour. Wallingford (US): UNSW.

Welch KRG. 1994. Lizards of the World: A Checklist 1 Geckos. Bristol (US): KCM Books.

(26)

15

Lampiran 1 Peta penangkapan cicak di Kabupaten Sumedang

Keterangan :

1. Kecamatan Tomo(±25-51 m dpl)

2. Kecamatan Buahdua(±51-101 m dpl)

3. Kecamatan Paseh(±101 m dpl) 4. Kecamatan Situraja(±101-501 m dpl)

5. Kecamatan Tanjungsari(±>501 m dpl)

Lampiran 2 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia (Zhang 1963)

(27)

16

Lampiran 3 Glosarium

Dorsum : Permukaan dorsal dari tubuh atau anggota tubuh.

Femur : Segmen keempat dari tungkai dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya; pada beberapa kelompok tungau, femur terbagi menjadi telofemur distal dan basifemur proksimal.

Genu : Segmen ketiga dari tungkai dan palpi dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya, distal terhadap femur dan proksimal terhadap tibia.

Gnatosoma : Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus dan keliserae yang digunakan sebagai alat penangkap makanan.

Idiosoma : Bagian utama tubuh posterior terhadap gnatosoma. Koksa : Segmen basal dari kaki dan palpus.

Khaetotaksi : Jumlah dan pola penyebaran setae.

Kelisera : Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang digunakan untuk menusuk atau mengunyah mangsa.

Opitosoma : Bagian dari tubuh posterior terhadap podosoma.

Palpi : Pasangan kedua anggota tubuh pada gnatosoma, digunakan untuk peraba dan penanganan bahan makanan. juga sebagai pulpus.

Peritrema : Struktur seperti tabung yang terasosiasi dengan sebuah stigmata.

Podosoma : Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.

Pretarsus : Bagian distal pada tarsus, kurang tersklerotisasi, yang membentuk bagian ambulakrum, dan mengandung suatu endoskeleton (biasanya sepasang sklerit) untuk bergerak bersama apotele.

Prosoma : Bagian tubuh anterior terhadap opistosoma, termasuk gnatosoma dan podosoma.

Rambut tenen : Rambut ramping yang muncul dari cakar atau empodia, diduga memungkinkan tungau mencengkeram permukaan daun; ujung distalnya sering sedikit membesar pada banyak spesies tungau laba-laba.

Spur : Berkas seta kaku.

Stigmata : Bukaan luar dari sistem respirasi.

Tarsus : Segmen subterminal dari kaki dan palpus, distal terhadap tibia dan mengandung apotele.

Tibia : Segmen kedua pada kaki dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya. Ujung distalnya bergabung dengan tarsus dan basalnya dengan genu.

(28)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 28 Oktober 1990 dari pasangan Dayat dan Sri Teti Nurhayati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Sumedang pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Tabel 1  Jumlah individu cicak yang diperiksa (∑ individu), dan nilai prevalensi
Gambar 2  Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia a. bagian tubuh (tampak dorsal),
Gambar 3 Tungau Geckobia a. Geckobia sp1(tampak ventral), b. Geckobia sp2
Gambar 4    Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter tungau
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini penulis mengusulkan strategi kombinasi (dengan menggunakan random point strategy untuk mendapatkan titik awal, kemudian dilanjutkan dengan forward exchange

A (2010) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi akuntansi pada Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya

Sedangkan menurut Definisi Terminologi ( committee of terminology , 1951) dalam Nadisah (1992:27) pendidikan kesehatan adalah proses pemberian pengalaman- pengalaman

[r]

Perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan antara a dan b berbanding terbalik yang artinya jika nilai a naik maka nilai b turun demikian juga sebaliknya. No Banyaknya Mangga

Order Today and SAVE UP TO 80% OFF Sea stars , also know as starfish , are echinoderms belonging to the class Asteroidea , The names “sea star” and “starfish”

Skripsi ini berjudul Peranan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Dalam Upaya Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Suplemen Fitnes Tanpa Ijin Edar di Wilayah BBPOM Di

 Klik Menu Askep, klik link No Registrasi untuk cara data pasien yang akan diisi askepnya.  Klik link Menu, pilih jenis usia, mis; Format