• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

POLA SEBARAN SPASIAL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SERTA HARGA LAHAN DI KECAMATAN DRAMAGA

MUHAMMAD SUEFI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Muhammad Suefi

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD SUEFI. Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga. Dibimbing oleh DYAH RETNO PANUJU dan BOEDI TJAHJONO.

Lahan merupakan faktor penting dalam aspek kehidupan sebagai wahana pendukung produksi pangan, menjaga keseimbangan ekologis, pembangunan permukiman, industri, dan fasilitas lainnya. Permintaan lahan yang tinggi mengakibatkan nilai lahan tumbuh mengikuti hukum ekonomi. Disamping itu, pola pemanfaatan lahan juga mempengaruhi nilai suatu lahan, sehingga setiap pemanfaatan memiliki nilai dan harga lahan yang berbeda. Keberadaan Kampus IPB yang berada di Kecamatan Dramaga diduga berdampak pada pembentukan harga lahan di wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran spasial Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Dramaga, mengidentifikasi pola sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga, memetakan dan menganalisis pola sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga, dan mengidentifikasi pengaruh PBB dan keberadaan pusat pendidikan IPB terhadap pembentukan harga lahan di Kecamatan Dramaga. Dalam penelitian ini digunakan Indeks Moran, analisis spasial, analisis hirarki wilayah sederhana dan analisis regresi berganda. Sebaran spasial jumlah obyek PBB dari Indeks Moran menunjukkan bahwa pada awal tahun pengamatan tampak cenderung memusat (2006-2008), namun di akhir pengamatan (2009) cenderung terjadi penyebaran. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi nilai PBB maka jumlah petak cenderung semakin sedikit. Nilai statistik G menunjukkan adanya gejala pemusatan fragmentasi lahan teruji nyata. Pola sebaran spasial penggunaan lahan sawah menunjukkan gejala lebih memusat dengan nilai Indeks Moran sebesar 0,192 dibandingkan dengan penggunaan lahan permukiman dengan Indeks Moran sebesar 0,045 di tahun 2010. Berdasarkan uji statistik G, sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah yang tinggi berada di sebagian besar kampung di Desa Babakan dan Desa Dramaga. Selanjutnya hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor penentu harga lahan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95% adalah variabel luas lahan, besaran PBB, jarak eucledian ke IPB, dan ketinggian tempat.

(5)

ABSTRACTS

MUHAMMAD SUEFI. Spatial Pattern of Land and Building Tax and Land Prices in Dramaga District. Supervised by DYAH RETNO PANUJU and BOEDI TJAHJONO.

Land is an important factor of life to support food production, to balance ecology, and to ensure settlement, industry, and other facilities development. The increasing demand of land lift up its value following economic principle. Alongside land use patterns also influence land value which consequently each land use has a different value and price. The existence of Bogor Agricultural University in Dramaga Subdistrict is estimated influencing land price formation in surrounding the area. This research aims to analyze spatial distribution of land taxation in Dramaga District, to configure spatial distribution of land use in Dramaga District, to map and to analyze the spatial distribution of regional growth in Dramaga District, and to discover the effect of land taxation and the existence of Bogor Agricultural University as an education center to land price formation in Dramaga Subdistrict. In this research, we utilised Moran index, spatial analysis, simple hierarchy analysis, and multivariate regression. Moran index of land taxation shows that spatial distribution in the early observation (2006-2008) tended to cluster, but at the end of year (2009) it was likely to scatter. There was an indication that the higher value of land tax, than the smaller number of plots. The statistic G shows that land fragmentation was significantly clustered at certain location. The spatial pattern of paddy field distribution was more centered with Moran Index at 0,192 compared to residential land use with Moran Index about 0,045 in 2010. From G statistic test, the most developed village was at kampongs of Babakan Village and Dramaga Village. Then the result of multiple regression analysis shows that significant determinants of land price at 95% confidential interval were land area, land and building tax, eucledian distance to Bogor Agricultural University, and elevation.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

POLA SEBARAN SPASIAL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SERTA HARGA LAHAN DI KECAMATAN DRAMAGA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga

Nama : Muhammad Suefi

NIM : A14070053

Disetujui oleh

Dyah Retno Panuju, MSi Pembimbing I

Dr Boedi Tjahyono, DEA Pembimbing II

Diketahui oleh

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 ini ialah berjudul Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dyah Retno Panuju, MSi dan Bapak Dr Boedi Tjahyono, DEA selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bambang H. Trisasongso, MSc selaku dosen penguji, serta Bapak Eman dari Staf Pemerintahan Desa Sukawening dan seluruh kepala desa di Kecamatan Dramaga yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman terutama Wida Nindita, Herdian P, Rhoma Purnanto, Aulia B. Mukti, Setya Wahyu, serta Astria Hernisa atas segala doa dan bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(13)

DAFTAR ISI

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vi

Daftar Lampiran ... vi

Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

Tinjauan Pustaka ... 2

2.1 Lahan ... 2

2.2 Harga Tanah dan Nilai Tanah ... 2

2.3 Indeks Moran ... 2

2.4 Statistik G ... 3

Metodologi ... 4

3.1 Lokasi,WaktuPenelitian, Data Penelitian ... 4

3.2 Metode Penelitian ... 5

3.3.1 Analisis Pola Spasial Pajak Bumi dan Bangunan ... 5

3.3.2 Analisis Pola Sebaran Penggunaan Lahan ... 6

3.3.3 Analisis Pola Sebaran Spasial Tingkat Perkembangan Wilayah ... 7

3.3.4 Identifikasi Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap Pembentukan Harga Lahan ... 8

Hasil dan Pembahasan ... 9

4.1 Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan ... 9

4.2 Sebaran Spasial Penggunaan Lahan ... 14

4.3 Sebaran Spasial Perkembangan Wilayah ... 17

4.4 Keterkaitan antara Nilai PBB dengan Jarak ke Jalan, Penggunaan Lahan, Kepadatan Penduduk, dan Tingkat perkembangan wilayah ... 20

4.4.1 Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap Pembentukan Harga Lahan ... 22

Simpulan dan Saran ... 22

Daftar Pustaka ... 24

Lampiran ... 25

(14)

DAFTAR TABEL

1. Jenis data penelitian ... 4

2. Keragaan PBB dan jumlah petak di Kecamatan Dramaga Tahun 2006-2009 ... 10

3. Sebaran jumlah petak lahan setiap Desa di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009 ... 10

4. Matriks transisi penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ... 14

5. Luas penggunaan lahan setiap Desa di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ... 16

6. Koefisien korelasi variabel-variabel bebas terkait harga lahan ... 22

7. Nilai parameter hasil analisis regresi berganda... 22

DAFTAR GAMBAR

1. Ilustrasi pola pencaran dan kluster dari otokorelasi spasial ... 3

2. Bagan alir proses analisis sebaran spasial PBB ... 6

3. Bagan alir analisis pola sebaran spasial penggunaan lahan ... 7

4. Bagan alir proses analisis sebaran spasial hirarki wilayah ... 8

5. Bagan alir proses analisis korelasi dan regresi identifikasi faktor penentu harga lahan ... 9

6. Boxplot sebaran jumlah petak pada beberapa kategori nilai PBB di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009 ... 11

7. Sebaran spasial jumlah petak di wilayah studi tahun 2006-2009. ... 12

8. Kecenderungan nilai indeks Moran pada kelompok PBB (a) 0-25rb (b) 25-50rb (c) 50-75rb (d) 75-100rb (e)100-1jt (f) Agregat ... 13

9. Sebaran spasial jumlah petak lahan tahun 2006-2009 berdasarkan Statistik G ... 14

10. Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ... 15

11. Bangunan bisnis di sepanjang jalan Babakan Raya ... 16

12. Nilai indeks Moran penggunaan lahan sawah dan permukiman di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ... 17

13.Tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga Tahun 2008 dan 2012 ... 18

14.Nilai indeks Moran jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas sosial, ekonomi, serta fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012 ... 19

15.Sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah berdasarkan statistik G ... 20

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Batas administratif desa di Kecamatan Dramaga ... 25

2. Batas administratif kampung di Kecamatan Dramaga ... 25

3. Jaringan jalan di Kecamatan Dramaga ... 26

4. Hasil analisis hirarki wilayah ... 26

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan mempunyai arti penting baik untuk mendukung produksi pangan, menjaga keseimbangan ekologis hingga pembangunan permukiman, industri dan fasilitas lainnya. Peningkatan permintaan lahan salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk, baik secara alamiah maupun yang disebabkan oleh urbanisasi (Nurmandi, 1999). Tingginya permintaan lahan menyebabkan nilai lahan tumbuh mengikuti hukum ekonomi. Disamping tingginya permintaan, pola pemanfaatan lahan juga terkait erat dengan besaran nilai sebidang lahan. Menurut Wita (2007) nilai lahan dapat direpresentasikan oleh besaran pajaknya. Di Indonesia, pajak lahan ini dinyatakan dalam besaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pusat pendidikan seperti perguruan tinggi, merupakan salah satu pusat daya tarik bagi berkembangnya berbagai aktivitas di sekitarnya. Hasil kajian literatur oleh Lee dan Kim (2009) terkait daya tarik pusat bisnis menunjukkan bahwa harga dan nilai lahan di sekitar pusat bisnis tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di lokasi lain. Namun demikian, kajian terkait pusat aktivitas pendidikan secara khusus kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kajian terkait daya tarik pusat pendidikan bagi perkembangan pusat aktivitas di sekitarnya merupakan kajian yang perlu dilakukan.

Sebagai salah satu bentuk pusat aktivitas, perguruan tinggi memiliki daya tarik kuat bagi masyarakat untuk memperoleh manfaat keterkaitan baik ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage) (Rustiadi et al., 2011). Kecamatan Dramaga merupakan salah satu lokasi yang berkembang karena berdirinya pusat perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB). Ada kecenderungan lokasi di sekitar kampus IPB Dramaga berkembang lebih cepat dan harga tanah cenderung tinggi, namun pola spasial harga lahan tersebut belum dikaji lebih lanjut. Penelitian sebelumnya tentang analisis perubahan land rent

pertanian dan non pertanian di Kecamatan Dramaga oleh Rumiris (2008) menunjukkan bahwa Desa Babakan yang mempunyai jarak paling dekat dengan IPB memiliki hirarki I. Sementara itu desa-desa lain seperti Desa Purwasari, Desa Sukawening, Desa Dramaga memiliki hirarki lebih rendah. Namun demikian, penelitian tersebut tidak secara khusus membahas tentang pengaruh keberadaan pusat pendidikan IPB terhadap pola nilai lahan yang direpresentasikan dengan nilai PBB di sekitar wilayah Kampus Dramaga. Oleh karena itu, penelitian tentang pola spasial PBB di sekitar kampus IPB Dramaga dan keterkaitannya dengan aspek fisik yang dalam hal ini diwakili oleh penggunaan lahan dan perkembangan wilayah di Dramaga secara umum perlu dilakukan.

Tujuan

(17)

2

pengaruh PBB dan keberadaan pusat pendidikan IPB terhadap pembentukan harga lahan di Kecamatan Dramaga.

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan

Lahan merupakan matriks dasar kehidupan manusia dan pembangunan karena hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan, baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan. Penggunaan lahan dapat diartikan sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumberdaya lahan, baik yang bersifat tetap maupun daur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya (Saefulhakim dan Nasution, 1995). Pemanfaatan penggunaan lahan mempertimbangkan 3 aspek penting sebagaimana disampaikan oleh Barlowe (1986) antara lain: kesesuaian atau daya dukung biofisik, kelayakan teknologi dan ekonomi.

Harga Tanah dan Nilai Tanah

Teori yang berhubungan dengan harga tanah baik secara langsung ataupun tidak langsung selalu berdasarkan pada “ruang”. Teori lokasi yang dikemukakan oleh model Von Thunen maupun model Christaller, keduanya melandasinya pada substansi “ruang”.

Menurut Eldred (1987), faktor-faktor yang menentukan nilai ekonomi dari suatu tanah adalah: (1) Permintaan yang menunjukkan keinginan dan kemampuan seseorang untuk membeli atau menyewa suatu properti. (2) Kegunaan yang menunjukkan manfaat dari properti subyek yang dapat memberikan kepuasan pada konsumen. (3) Kelangkaan yang menunjukkan kuantitas dan kualitas dari properti lain yang bersaingan dengan properti subyek yang bersangkutan. (4)

Transferability yaitu, menunjukkan proses pengalihan hak-hak properti dari satu pihak ke pihak lain melalui jual beli, sewa, dan kontrak.

(18)

3 pasar dalam memperoleh suatu komoditi, ditukar dengan sejumlah uang tertentu atau barang lain yang setara dengannya.

Indeks Moran

Autokorelasi spasial adalah proses yang menunjukkan nilai variabel pada satu lokasi saling terkait dengan nilai variabel pada lokasi lain yang posisinya berdekatan dan dapat ditunjukkan dengan nilai Indeks Moran (Rogerson 2001). Nilai Indeks Moran berkisar 0 sampai 1, Nilai yang mendekati 0 menunjukkan semakin kecilnya autokorelasi spasial dimana lokasi-lokasi yang teridentifikasi menyebar sedangkan nilai yang mendekati 1 menunjukkan semakin tingginya autokorelasi spasial yang artinya lokasi-lokasi yang diamati adalah bertetangga dan membentuk cluster (mengelompok).

Pengujian autokorelasi spasial umumnya didasarkan pada hipotesis nol yang mewakili tidak terdapat kluster spasial dari nilai atribut suatu kumpulan lokasi geografis. Ketika nilai-p bernilai kecil dan nilai mutlak dari nilai Z cukup besar dan berada di luar batas tingkat kepercayaan yang diharapkan, maka hipotesis nol tersebut ditolak. Jika nilai indeksnya lebih besar dari 0, maka nilai atribut di wilayah geografis tersebut menunjukkan suatu pola mengelompok. Jika nilainya kurang dari 0, maka menunjukkan adanya pola menyebar.

Menyebar Mengelompok

Gambar 1. Ilustrasi polapencaran dan kluster dari autokorelasi spasial Statistik G

Statistik G merupakan uji signifikansi parameter dari variabel prediktor untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap model atau tidak, dan seberapa besar pengaruh masing-masing parameter tersebut terhadap model. Menurut Ord dan Getis (1992), statistik G diformulasikan sebagai berikut.

��

(

) =

j wij d xj

j xj ...(1)

(19)

4

METODOLOGI

Lokasi, Waktu Penelitian, dan Data yang digunakan

Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga dan analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung mulai dari bulan Februari 2011 sampai Januari 2012.

Data-data yang digunakan antara lain peta administrasi Kabupaten Bogor, data PBB seluruh desa (sepuluh desa) di Kecamatan Dramaga, peta administrasi Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Dramaga yang sudah didetilkan menjadi batas kampung, citra Geoeye tahun 2010 dan citra IKONOS yang diakses dari Google Earth tahun 2006. Disamping berbagai data yang diakses dari berbagai instansi dan sumber data tersebut, juga dilakukan wawancara terstruktur untuk menggali harga lahan dan karakteristik detil lokasi lahannya. Secara lebih rinci keterkaitan antara tujuan penelitian dengan data yang dibutuhkan dan teknik analisis data untuk menjawab tujuan penelitian terkait disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis data penelitian

No Tujuan Data Metode

1 Menganalisis sebaran spasial PBB di Kecamatan Dramaga

Peta administrasi Kabupaten Bogor,Data PBB, Data harga jual lahan di Kecamatan Dramaga.

- Analisis deskriptif PBB

- Identifikasi Indeks Moran dan statistik G

2 Mengidentifikasi pola sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga.

3 Memetakan dan menganalisis

pola sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah di

4 Menentukan pengaruh PBB dan

(20)

5 Metode Penelitian

Sesuai tujuan yang dilakukan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab empat tujuan penelitian. Teknik analisis untuk menjawab setiap tujuan tersebut diuraikan lebih detil berikut ini.

Analisis Pola Spasial Pajak Bumi dan Bangunan

Analisis ini dilakukan untuk menyajikan pola sebaran PBB di wilayah Kecamatan Dramaga, dimulai dari mendigitasi batas kampung di setiap desa, menggabungkan data PBB dengan data batas kampung, dan selanjutnya memetakan sebaran spasial PBB. Jumlah seluruh kampung yang ada di Kecamatan Dramaga adalah 74 kampung.

Data PBB dikategorikan menjadi lima kelas, yaitu: 0-25.000, 25.000-50.000, 50.000-75.000, 75.000-100.000, dan 100.000-1.000.000. Berikutnya dilakukan analisis sebaran spasial PBB dengan metode identifikasi otokorelasi spasial melalui besaran nilai Indeks Moran-nya. Indeks Moran mempunyai selang nilai 0-1. Angka yang mendekati 0 menggambarkan sebaran pajak bumi dan bangunan dalam wilayah tersebut cenderung menyebar. Sedangkan angka yang mendekati 1 artinya sebaran pajak bumi dan bangunan dalam wilayah tersebut cenderung memusat. Selain itu, kajian ini juga dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan boxplot dan histogram untuk melihat sebaran jumlah petak serta kecenderungan nilai indeks moran pada beberapa kategori kelas PBB di atas. Adapun persamaan perhitungan Indeks Moran menurut Ord dan Getis (2001) adalah:

...(2)

dimana I = indeks moran; n = banyaknya pengamatan (74 kampung); yi=

nilai pengamatan pada lokasi ke-i; yj= nilai pengamatan pada lokasi ke-j; = nilai rata-rata dari yi dari 74 lokasi; Wij= elemen matriks jarak antara lokasi ke-i

(21)

6

Peta batas wilayah kampung

Basis data PBB per kampung 2006-2009

Penggabungan data

(joint)

Analisis sebaran spasial PBB (Moran & Statistik G)

2006-2009 Basis data spasial

PBB

Gambar 2. Bagan alir proses analisis sebaran spasial PBB

Analisis Pola Sebaran Penggunaan Lahan di Kecamatan Dramaga

(22)

7

Citra IKONOS 2006 Peta dasar RBI

1:25000 Citra Geoeye 2010

Koreksi geometri

Dijitasi

Pengumpulanpartisipatif informasi batas kampung per

desa

Peta penggunaan lahan 2006, 2010 dan batas kampung di

Kec. Dramaga

Analisis sebaran spasial penggunaan lahan 2006,

2010

Gambar 3. Bagan alir analisis pola sebaran spasial penggunaan lahan Analisis Pola Sebaran Spasial Tingkat Perkembangan Wilayah di

Kecamatan Dramaga.

Analisis ini ditujukan untuk mengetahui sebaran spasial perkembangan wilayah dengan indikator keragaman fasilitas yang dibangun di setiap wilayah. Tahap-tahap yang dilakukan adalah menggabungkan peta batas kampung dengan data potensi desa, memetakan sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah fasilitas sosial dan ekonomi. Fasilitas sosial terdiri dari fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA) dan fasilitas kesehatan (posyandu, puskesmas, rumah sakit), dan tempat ibadah (masjid, gereja). Fasilitas ekonomi terdiri dari lembaga keuangan, restoran, mini market, hotel, industri, pasar, warung, toko, dan Koperasi Unit Desa.

(23)

8

Peta batas wilayah desa

Data unit fasilitas per desa tahun 2008,

2012

Gambar 4. Bagan alir proses analisis sebaran spasial hirarki wilayah Identifikasi Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap

Pembentukan Harga Lahan di Kecamatan Dramaga

Identifikasi pengaruh nilai PBB dan keberadaan IPB terhadap harga lahan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi bertatar. Variabel yang digunakan adalah harga lahan (Y) dan beberapa variabel penjelas antara lain: luas lahan, jarak ke jalan provinsi, jarak ke jalan lokal, jarak ke pusat aktivitas (IPB), hirarki, topografi yang diwakili oleh ketinggian tempat, besaran PBB yang harus dibayarkan, jumlah penduduk. Data-data yang digunakan diperoleh dari survey terstruktur dengan responden sebanyak 142 orang yang tersebar di 9 desa.

Persamaan umum regresi adalah sebagai berikut:

k

dimana α=intersep; βk=koefisien regresi untuk variabel ke-k, k=1,2,..., p.

(24)

9

Dimana r = koefisien korelasi; n = ukuran sampel x = nilai variabel bebas; y = nilai variabel terikat (harga lahan).

Secara lebih rinci proses analisis korelasi dan regresi identifikasi penentu harga lahan disajikan pada Gambar 5

Sebaran spasial PBB Sebaran spasial

penggunaan lahan

Basis data atribut karakteristik PBB, penggunaan lahan, hirarki,

harga lahan dan jarak ke jalan

Analisis korelasi dan regresi berganda penentu

harga lain

Gambar 5. Bagan alir proses analisis korelasi dan regresi identifikasi faktor penentu harga lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan

Hasil pengamatan PBB dan jumlah petak di wilayah studi disajikan pada Tabel 2. Beberapa data di lapang tidak lengkap, antara lain data PBB Desa Sukadamai tahun 2007-2009 dan hanya tersedia tahun 2006. Ketidaklengkapan data tersebut menyebabkan jumlah agregat petak di Desa tersebut menurun. Agar tidak menimbulkan bias dalam penarikan kesimpulan, data Desa Sukadamai tidak disertakan dalam identifikasi dan deskripsi sebaran antar waktu.

(25)

10

Tabel 2. Keragaan PBB dan jumlah petak di Kecamatan Dramaga tahun 2006- 2009

Tahun Total PBB

(Rp)

Total Jumlah Petak

Jumlah Petak setiap Kelas PBB

0-25rb 25rb-Keterangan: Data Desa Sukadamai tidak diikutsertakan dalam perhitungan karena tidak lengkap

Disisi lain ada kecenderungan lulusan IPB yang berasal dari luar Bogor yang masih tetap tinggal di wilayah kampus beberapa saat setelah lulus. Penyebab lain adalah kecenderungan peningkatan jumlah mahasiswa pascasarjana di IPB. Selanjutnya untuk melihat sebaran jumlah petak yang lebih rinci, berikut disajikan data sebaran PBB pada masing-masing desa di Kecamatan Dramaga.

Tabel 3. Sebaran jumlah petak lahan setiap desa di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009

Desa Jumlah

Kampung Total PBB

(26)

11 menjadi salah satu desa dengan sebaran jumlah petak lahan yang tinggi pada masing-masing kelas PBB.

Untuk mengidentifikasi sebaran banyaknya petak dilakukan klasifikasi kelompok besaran PBB. Grafik boxplot yang disajikan pada Gambar 6 menunjukkan pola sebaran jumlah petak pada empat kelompok besaran nilai PBB di seluruh wilayah Kecamatan Dramaga.

0-25rb 25rb-50rb 50rb-75rb 75rb-100rb 100rb-1jt KATEGORI

Gambar 6. Boxplot sebaran jumlah petak pada beberapa kategori nilai PBB di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009

Dari Gambar 6 tersebut diketahui bahwa pada periode 2006-2009 terjadi penambahan jumlah petak pemilik lahan yang diindikasikan dari jumlah surat tagihan PBB untuk seluruh kategori besaran tagihan PBB. Gejala penambahan jumlah petak pada kategori PBB terendah lebih besar dibandingkan dengan kategori tagihan PBB tertinggi. Gambar 6 juga menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah nilai PBB maka jumlah petak cenderung semakin sedikit. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah pemilikan lahan skala besar atau jumlah penguasa lahan cenderung sedikit.

(27)

12

Gambar 7. Sebaran spasial jumlah petak di wilayah studi tahun 2006-2009.

Gambar 7 menunjukkan bahwa dari tahun 2006-2009 telah terjadi pergeseran konfigurasi spasial jumlah petak di beberapa wilayah kajian. Bertambahnya jumlah petak menunjukkan gejala fragmentasi lahan. Peningkatan jumlah mahasiswa yang bermukim di wilayah Dramaga serta adanya proses pewarisan pemilikan lahan dari orang tua kepada anaknya yang rata-rata di Dramaga berjumlah 4 anak per keluarga menyebabkan terjadinya gejala fragmentasi lahan yang terjadi pada 4 tahun pengamatan terakhir.

Kampus IPB yang berlokasi di Dramaga terlihat memberi dampak bagi fragmentasi lahan di sekitarnya. Beberapa kampung menunjukkan gejala fragmentasi lahan cukup besar terjadi di beberapa kampung seperti Kampung Sengked dan Babakan Doneng di Desa Babakan, Kampung Tanjakan Kidul, Tanjakan Kaler, dan Cibeureum 4 di Desa Dramaga, Kampung Cibeureum 3, Rawakalong, dan Randusari di Desa Sinar Sari, Kampung Komplek IPB, Cimoboran Hilir, Hegarasa, Ciherang Tengah, Hegarmanah, Rawakalong 2, Ciherang Stamplas, Ciherang Inpres, Ciherang Kramat di Desa Ciherang, Kampung Ciparingga di Desa Neglasari, Kampung Pasir Andong, Malingping, Lebak Nangka di Desa Petir, serta Kampung Sukabakti, Mangga Dua, Cimoboran, Cibeureum Kalapa, dan Cibeureum Kalong di Desa Sukawening. Selanjutnya hasil analisis sebaran spasial dengan menggunakan Indeks Moran disajikan pada Gambar 8.

&

\ &\ &\ &\

LEGENDA 0 - 10 11 - 20 21 - 30 31 - 40 41 - 50

N

2006 2007 2008 2009

2 0 2 4 Kilom eters

(28)

13

Gambar 8. Kecenderungan nilai indeks moran pada kelompok PBB (a) 0-25rb (b) 25-50rb (c) 50-75rb (d) 75-100rb (e)100-1jt (f) agregat di Kecamatan Dramaga

tahun 2006-2009

Dari grafik di atas diketahui nilai indeks Moran untuk semua kategori besaran PBB dari tahun 2006 – 2009 cenderung semakin memusat. Hal ini dibuktikan dengan nilai indeks Moran untuk semua kategori kelas besaran PBB yang semakin besar dari semula sebesar kurang dari 0,05 di tahun 2006 menjadi antara 0,05 sampai dengan 0,20.

Gambar di atas juga menunjukkan bahwa pada akhir tahun pengamatan (2009) terdapat beberapa lokasi kampung yang mengalami pemerataan jumlah petak lahan di beberapa lokasi yang berdekatan. Hal ini diindikasikan oleh nilai indeks Moran di tahun 2009 menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa wilayah seperti Desa Ciherang, Desa Sinarsari, dan Desa Dramaga mendapatkan imbas perkembangan tersebut. Desa Sinarsari merupakan lokasi perumahan dosen IPB, sedangkan Desa Dramaga berbatasan langsung dengan kampus IPB.

(29)

14

2006 2007

2008 2009

Gambar 9. Sebaran spasial jumlah petak lahan tahun 2006-2009 berdasarkan statistik G

Sebaran Spasial Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga

Kajian yang dilakukan oleh Lee dan Kim (2009) menunjukkan bahwa penggunaan lahan berperan dalam mempengaruhi sebaran spasial harga lahan. Oleh karena itu, perubahan penggunaan lahan menjadi faktor penting dalam penelitian ini. Tabel 4 menunjukkan secara detil matriks transformasi penggunaan lahan sedangkan Gambar 10 menunjukkan sebaran spasial penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010.

Tabel 4. Matriks transisi penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010

Penggunaan Lahan 2010 Penggunaan

Lahan 2006

Kebun

Campuran Ladang

Lahan

Terbuka Permukiman Sawah

Tubuh air

(30)

15

Gambar 10 dan Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa semua jenis penggunaan lahan mengalami perubahan luasan. Jenis perubahan luas terbesar adalah dari jenis penggunaan lain menjadi lahan permukiman (wilayah yang dilingkari). Luas perubahan terbesar terjadi di wilayah Desa Babakan yang berlokasi paling dekat dengan IPB. Para pendatang dari luar daerah yang umumnya adalah pelajar maupun wiraswasta memilih lokasi ini menjadi lahan usaha. Dalam kurun waktu 2006-2010 total luas perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Dramaga sebesar 20,5 hektar.

Gambar 10. Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010

Tabel 5 merupakan rincian dari luas penggunaan lahan setiap desa yang ada di Kecamatan Dramaga. Berdasarkan informasi tabel tersebut, dalam kurun waktu 2006-2010 tiga desa yang mengalami perubahan terbesar pada penggunaan lahan permukiman adalah Desa Babakan, Desa Cikarawang, dan Desa Purwasari. Adapun pada penggunaan lahan sawah adalah Desa Babakan, Desa Cikarawang, dan Desa Sinarsari. Ini menunjukkan bahwa desa-desa tersebut khususnya Desa Babakan menjadi pusat perhatian masyarakat terutama di bidang perdagangan, sehingga mengakibatkan perubahan lahan cenderung semakin bertambah.

Keterangan

Ladang Lahan Terbuka Pemukiman Sawah Tubuh Air Kebun Campuran 2 0 2 4 Kilometers

S N

E W

(31)

16

Tabel 5. Luas penggunaan lahan setiap desa di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 (hektar)

Desa Sawah

Kebun

Campuran Ladang

Lahan

Terbuka Tubuh air Permukiman

2006

Babakan 203 139 32 2 64

Ciherang 61 11 19 54

Cikarawang 395 175 28 18 4 92

Dramaga 60 14 31 23

Neglasari 48 90 18 1 35

Petir 112 137 18 45

Purwasari 226 211 22 1 25

Sinarsari 27 29 36

Sukawening 44 32 19

2010

Babakan 149 133 37 2 119

Ciherang 55 11 18 61

Cikarawang 309 135 76 18 4 170

Dramaga 59 13 30 26

Neglasari 47 88 19 1 37

Petir 110 122 15 65

Purwasari 208 201 33 1 42

Sinarsari 23 24 5 40

Sukawening 43 13 9 30

Gambar 11. Bangunan bisnis di sepanjang jalan Babakan Raya

(32)

17

Gambar 12. Nilai indeks Moran penggunaan lahan sawah dan permukiman di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010

Secara umum kondisi ini mengindikasikan terjadinya penyebaran permukiman dan gejala pemusatan lahan sawah. Indikasi nilai Moran ini berimplikasi pada pilihan kebijakan terkait kedua jenis penggunaan lahan. Implikasi untuk penggunaan lahan sawah adalah bahwa kebijakan untuk mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan menjadi lebih mudah karena lokasi sawah mengumpul di lokasi tertentu. Sebaliknya, pembangunan permukiman yang semakin menyebar ke wilayah di Kecamatan Dramaga merupakan keniscayaan dari pertumbuhan penduduk dan berimplikasi pada upaya penyediaan infrastruktur jalan dan fasilitas umum. Untuk memberikan akses sama ke seluruh penduduk, pemerintah harus membangun infrastruktur jalan dan sarana-prasarana lainnya di beberapa wilayah desa di Kecamatan Dramaga.

Sebaran Spasial Perkembangan Wilayah di Kecamatan Dramaga Tingkat Perkembangan Wilayah

Perkembangan wilayah merupakan faktor penting dalam kajian penelitian ini. Wilayah yang berkembang cenderung menunjukkan pembangunan fasilitas publik yang lebih merata. Von Thunen dalam teorinya menyatakan bahwa semakin homogen suatu wilayah maka akan semakin konsentris (terpusat) pola yang terbentuk. Sebaliknya semakin heterogen suatu wilayah maka pola yang akan terbentuk akan lebih mengikuti batas-batas alam yang sudah ada. Hasil pengamatan tingkat perkembangan wilayah di wilayah Kecamatan Dramaga disajikan pada gambar berikut.

(33)

18

Gambar 13. Tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012

Secara umum Kecamatan Dramaga memiliki tingkat perkembangan wilayah yang relatif lambat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari analisis tingkat perkembangan wilayah yang dihasilkan yaitu sebagian besar kampung yang ada di Kecamatan Dramaga mempunyai Hirarki III. Hal ini dapat disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu tinggi pada sebagian besar kampung di Kecamatan Dramaga, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut.

Namun demikian, gambar di atas juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa wilayah yang memiliki Hirarki I, seperti Desa Babakan dan Desa Dramaga. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah keberadaan Kampus Institut Pertanian Bogor. Pembangunan Kampus IPB memberikan dampak positif bagi perekonomian wilayah terdekat. Wilayah seperti Desa Babakan dan Desa Dramaga merupakan wilayah yang paling berpotensi mengalami perkembangan wilayah yang cepat. Jika dilihat dari kondisi lapangan, perkembangan di kedua wilayah tersebut selain dipengaruhi oleh masyarakat lokal yang mengembangkan usaha bisnis, juga ditunjang oleh para pebisnis dari luar daerah yang juga membangun usaha di wilayah tersebut. Selain itu, terdapat juga perubahan hirarki III menjadi hirarki II pada Desa Sukawening. Hal ini dapat terjadi karena selain jumlah fasilitas sosial dan ekonomi yang bertambah, tahun 2012 Kampung Cibeureum Inpres di Desa tersebut menjadi wilayah binaan IPB dalam beternak kelinci, sehingga menjadi salah satu faktor pemicu bagi perkembangan Desa Sukawening.

Hirarki I Hirarki II Hirarki III

LEGENDA

&

\ Institut Pertanian Bogor

&

\ &\

(34)

19 Hasil pengamatan Indeks Moran untuk fasilitas sosial, ekonomi, serta fasilitas sosial dan ekonomi dalam wilayah kajian disajikan pada gambar berikut.

(a)

(b)

Gambar 14. Nilai indeks Moran (a) jumlah jenis fasilitas sosial, ekonomi, serta fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012 (b) jumlah unit fasilitas sosial, ekonomi,

serta fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012

Berdasarkan gambar di atas, dapat dikatakan bahwa wilayah Kecamatan Dramaga relatif berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Indeks Moran untuk jumlah jenis fasilitas sosial dan ekonomi yang cenderung mendekati 0. Nilai ini mengindikasikan bahwa fasilitas sosial dan ekonomi yang ada di wilayah tersebut cenderung menyebar. Kondisi seperti ini memberikan manfaat bagi masyarakat di wilayah tersebut untuk lebih mudah mengakses kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Selain itu, ketersediaan fasilitas publik yang lebih merata akan berdampak positif terhadap aksesibilitas ke wilayah sekitar, sehingga wilayah tersebut akan lebih cepat tumbuh dan berkembang dibandingkan dengan wilayah yang tidak memiliki sarana/ fasilitas publik yang merata.

Namun demikian, gambar di atas juga menunjukkan bahwa perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga cenderung memusat. Hal ini dilihat dari nilai Indeks Moran jumlah unit fasilitas sosial dan ekonomi yang cenderung mendekati 1. Kondisi ini bisa terjadi karena keberadaan Kampus IPB, sehingga memicu pertumbuhan ekonomi wilayah terdekat yang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lainnya yang jauh dari Kampus IPB.

(35)

20

Selanjutnya hasil uji statistik G menunjukkan wilayah dengan tingkat perkembangan wilayah yang signifikan pada dua tahun pengamatan. Uji tersebut membuktikan bahwa Desa Babakan dan Dramaga memiliki tingkat perkembangan wilayah paling tinggi dibandingkan desa-desa lainnya. Namun demikian, hasil uji statistic G tersebut juga memunculkan pola baru perkembangan wilayah di Desa Cikarawang. Terdapat dua kampung (wilayah yang dilingkari) dengan tingkat perkembangan wilayah yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena Desa Cikarawang merupakan Desa percontohan pertanian di Kecamatan Dramaga sehingga berpengaruh pada perkembangan di beberapa wilayah desa tersebut.

2008 2012

Gambar 15. Sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah berdasarkan statistik G

Keterkaitan antara Nilai PBB dengan Jarak ke Jalan, Penggunaan Lahan, Kepadatan Penduduk, dan Tingkat PerkembanganWilayah

(36)

21 harga jual lahan. Hal ini juga mengakibatkan adanya nilai pencilan (outlier) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 16 c dan 16 d.

0-5m

Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes

(a)

0-5m 5-10m 10-15m 15-20m 20-25m 25-30m 30-35m 35-40m >40m Jarak jalan lokal

Gambar 16. Boxplot (a) sebaran PBB dengan jarak jalan lokal (b) sebaran PBB dengan jarak jalan provinsi (c) sebaran harga jual lahan dengan jarak jalan lokal (d) sebaran harga jual lahan

dengan jarak jalan provinsi di Kecamatan Dramaga tahun 2012

(37)

22

Tabel 6. Koefisien korelasi variabel-variabel bebas terkait harga lahan Variabel Koefisien Korelasi

Luas (ha) 0,26

Jarak ke jalan lokal (m) -0,26

Jarak ke jalan provinsi (m) -0,49

Ketinggian tempat (m) -0,31

Jarak eucledian ke IPB -0,01

Hirarki 0,14

Jumlah penduduk 0,01

Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap Pembentukan Harga Lahan

Dari hasil analisis regresi untuk mengidentifikasi faktor penentu harga lahan, diperoleh R2 sebesar 60,6%. Terdapat 39,4% ragam yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang dipilih, yaitu PBB, luas, jarak ke jalan lokal, jarak ke jalan provinsi, jarak eucledian ke IPB, hirarki, jumlah penduduk, dan ketinggian tempat. Hal ini dapat disebabkan adanya kendala model pada populasi yang diamati dan spesifikasi model (Montgomery dan Peck, 1992). Adapun variabel penting yang mempengaruhi pembentukan harga lahan diringkas dalam Tabel 7.

Tabel 7. Nilai parameter hasil analisis regresi berganda

Model Koefisien tidak

terbakukan Std. Error Koefisien baku t Nilai p Ketinggian tempat 64.4304,4 295.619,6 ,474 2,180 ,031 Jarak ke IPB -28.905,7 10.675,7 -,653 -2,708 ,008 Jumlah penduduk 2.316,7 3.311,4 ,054 ,700 ,485 Hirarki -1,3 1,1 -,104 -1,240 ,217

Dari tabel tersebut diketahui bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi pembentukan harga lahan adalah PBB, luas lahan, jarak eucledian ke IPB, dan ketinggian. Semakin besar luas lahan, semakin rendah suatu lokasi, serta semakin besar PBB yang harus dibayarkan, maka semakin besar harga lahan. Selanjutnya semakin dekat dari IPB serta semakin tinggi hirarki (Hirarki-1>Hirarki-2) maka semakin tinggi harga lahan. Variabel jarak ke jalan lokal, jarak ke jalan provinsi, jumlah penduduk, dan hirarki tidak berpengaruh signifikan secara statistik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(38)

23 Pola spasial lahan sawah dalam periode tersebut cenderung semakin memusat, sedangkan pola spasial permukiman semakin menyebar dengan nilai indeks Moran di tahun 2010 pada kedua jenis penggunaan masing-masing sebesar 0,192 dan 0,045. Pola sebaran spasial yang berbeda ini akan berimplikasi pada perbedaan kebijakan pemerintah daerah setempat yaitu terkait upaya mempertahankan lahan pertanian dan penyediaan infrastruktur serta fasilitas umum.

Pola sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah menunjukkan bahwa perkembangan wilayah yang tinggi terpusat di sebagian besar kampung di Desa Babakan dan Desa Dramaga. Sebagian besar wilayah di dua desa tersebut berada pada hirarki I dan hasil uji statistik G membuktikan bahwa terjadi pemusatan perkembangan wilayah di kedua desa tersebut.

Hasil identifikasi faktor penentu harga lahan dikelompokkan atas faktor yang meningkatkan harga lahan, antara lain luas lahan, nilai PBB dan ketinggian tempat dan faktor yang berkorelasi negatif dengan harga lahan yaitu jarak ke IPB dan ke jalan. Pengujian membuktikan keberadaan IPB berpengaruh terhadap pembentukan pola spasial harga lahan di Kecamatan Dramaga.

Saran

(39)

24

DAFTAR PUSTAKA

Barlowe R. 1986. Land Resources Economics. New Jersey (USA): Prentice Hall Inc.

Draper NR, Smith H. 1998. Applied Regression Analysis. New York (USA): John Wiley and Sons Inc.

Eldred G. 1987. Real Estate Analysis and Strategy. New York (USA): Harper & Row Publisher.

Lee IH, Kim YO. 2009. The Effect of Spatial Configuration and Land Use Pattern on Land Price Formation: Proceedings of the 7th International Space Syntax Symposium: 1-12.

Lillesand MT, Kiefer RW. 1994. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. (Terjemahan). Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

McPherson MF. 1982. Land Fragmentation: a selected literature review. Development Discussion Papers, Harvard Institute for International Development. Cambridge (USA): Harvard University.

Montgomery DC, Peck EA. 1992. Introduction to Linier Regression Analysis, Second Edition. New York (USA): Wiley and Sons Inc.

Nurmandi A. 1999. Manajemen Perkotaan (Aktor, Organisasi dan Pengelolaan Daerah Perkotaan di Indonesia). Yogyakarta (ID): Pustaka Lingkaran Bangsa. Ord J, Getis A. 1992. The Analysis of Spatial Association by Use of Distance

Statistics. Geographical Analysi. 24(3):190-206.

Ord J, Getis A. 2001. Testing for Local Spatial Autocorrelation in the Presence of Global Autocorrelation. 41(3):441-432.

Rogerson PA. 2001. Statistical Methods for Geography. London (GB): Sage Publications Ltd.

Rumiris. 2008. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Land Rent antara Pertanian dengan Non Pertanian di Kecamatan Dramaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Saefulhakim RS, Nasution. 1995. Kebijakan Pengendalian Konservasi Sawah Beririgasi Teknis. Makalah Seminar Nasional Komunikasi Penelitian Tanah. Ciawi, 26-27 September 1995.

Wolcott C. 1987. The Appraisal of Real Estate American Institute of Real Estate Appraiser. North Michigan (USA): SAGE Publication Inc.

(40)

25 Lampiran 1. Batas administratif desa di Kecamatan Dramaga

(41)

26

Lampiran 3. Jaringan jalan di Kecamatan Dramaga

Lampiran 4. Hasil analisis hirarki wilayah Petir

Desa Jumlah Penduduk Jumlah Jenis Fasilitas Hirarki

(42)

27 Lampiran 5. Tabel contoh hasil survei terstruktur

No Desa Dusun

1 Purwasari Cihideung Bangunan 689493 9268602

Kalong Bangunan 691526 9270296

276 400 11 a 3 6.400 c 65.000 52.000 46.800 450.000

10 Sukawening Kalapa 7 Bangunan 691576 9269383

291 450 10 a 3 6.600 c 68.000 54.400 48.900 450.000

11 Sukawening Mangga Dua Bangunan 691387 9268930

311 480 13 a 3 6.100 c 75.000 60.000 54.000 400.000

12 Ciherang Ciherang Kramat Bangunan 692438 9271137

253 500 13 a 3 2.100 c 79.000 63.000 56.800 500.000

13 Ciherang Cimoboran Hilir Bangunan 692815 9271616

237 370 15 a 4 2.000 c 68.000 54.000 48.900 600.000

14 Ciherang Ciherang Bong Bangunan 693024 9271831

(43)

28

22 Sinarsari Randusari Bangunan 691405 9273028

214 460 26 a 3 2.700 c 50.000 40.000 36.000 250.000

23 Sinarsari Alam Sinarsari Bangunan 691526 9272145

(44)

29

Keterangan: a = Jalan Lokal; b =Jalan Kabupaten; c =Jalan Provinsi; d =Jalan Negara

(45)

30

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1. Jenis data penelitian
Gambar 2. Bagan alir proses analisis sebaran spasial PBB
Gambar 5. Bagan alir proses analisis korelasi dan regresi identifikasi faktor
Tabel 2. Keragaan PBB dan jumlah petak di Kecamatan Dramaga tahun 2006-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan akar pada tanaman tidak lebih besar dari tajuk, dengan perbandingan akar yang cenderung lebih kecil daripada tajuk dapat memberikan pengaruh yang baik

Penyusutan dan Penurunan Nisbah C/N pada Vermicomposting Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi menggunakan Eisenia

Berdasarkan penelitian yang relevan oleh Sigit Setiawan, (2014) dengan judul Skripsi Pengembangan LKS Berorientasi Guided Discovery pada Materi Termokimia di SMAN 5 Banda

The main problem is the effectiveness of using guessing game technique on student‟s vocabulary mastery at the seventh grade of Mts Nusantara Indramayu. This

element to control”, pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa manusia dianggap sebagai agen nomor satu dari kerusakan di perpustakaan, karena mereka adalah elemen yang

Model Pembelajaran kooperatif tipe Student teams Achieverment Division (STAD) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada materi pokok memahami

Dengan demikian dalam penulisan ini dibahas tentang desain lembar kerja mahasiswa (LKM) dengan menggunakan metode penemuan terbimbing yang dapat digunakan untuk

RPL atau Software Engineering (SE) Disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal spesifikasi sistem sampai pemeliharaan sistem