• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak penerapan psak 108 terhadap tingkat solvabilitas minimum perusahaan asuransi syariah : studi pada unit syariah PT. Asuransi umum Bumiputera Muda 1967

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak penerapan psak 108 terhadap tingkat solvabilitas minimum perusahaan asuransi syariah : studi pada unit syariah PT. Asuransi umum Bumiputera Muda 1967"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH

(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

AHMAD SOPYAN

NIM. 106046201719

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH

(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

AHMAD SOPYAN

NIM. 1060 4620 1719

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. ZAINUL ARIFIN YUSUF, M.Pd H. M. DAWUD ARIF KHAN, S.E., M.Si., AK., CPA

NIP. 195607121981031003

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001

Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd (...) NIP. 195607121981031003

Pembimbing I : H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA (...)

Penguji I : Erika Amelia, SE, M.Si (...)

(4)

Alhamdulillah... Seiring Rasa Syukur dan Kerendahan Hati, Karya

Sederhana ini Kupersembahkan Dengan Setulus Hati Untuk Orang-

orang yang Paling Kucinta & Kusayang :……

Bapak dan ibu tercinta (Damilih dan Sadiyah) yang telah

membimbingku dari ketidaktauhanku menjadi

tahu,memanduku saat aku tidak kuat berdiri,menuntunku

saat aku tertatih dan selalu mendoakanku sehingga masih

tetap tegar menghadapi cobaan hidup..

Saudara-saudara tersayang (Bang Iyus, Bang Aris, Mpo

Maria, Anti, Novi), yang selalu memberikan perhatian

penuh dalam susah maupun senang..

Sahabat karibku yang tidak kenal lelah memberi motivasi

dan mendengarkan keluh kesahku.. (Vyan Hadi, Zarkasih,

Dimas, Aip, Mukhlasin, Bunyati, Novi Rosini, Eva, Nita,

Lina, Adah, etc.),, Thank you so much..

Ida Rosita, My Beloved one who always give me a smile in

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2010 M

(6)

Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta, 2010. Xvii + 113 + Lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM-LK no. PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108; (2) Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108; (3) Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang digunakan dalam bentuk Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebelum penerapan PSAK 108 dan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 dalam format PSAK 108, company profile, serta hasil wawancara pribadi. Data sekunder bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya.

Kesimpulan penelitian ini secara singkat adalah sebagai berikut: (1) Tingkat solvabilitas minimum yang dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 sebelum penerapan PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebesar 734,65%, 609,08%, 464,21%, dan 597,59%, sedangkan RBC yang dicapai sesuai peraturan BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 dan format PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebesar 62,55%, 46,53%, 47,41%, 10,82%, dan 52,84%. (2) Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 tidak mencapai parameter RBC 120% jika menerapkan format PSAK 108. (3) Kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108, yaitu adanya kecenderungan menurunnya nilai RBC yang dikarenakan penghitungan Solvabilitas tersebut berbasiskan Dana Peserta.

Kata kunci : PSAK 108, Tingkat Solvabilitas Minimum, Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.

Pembimbing : 1. Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd

(7)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya, dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak akan mendekati kesempurnaan tanpa bantuannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat. Bapak Ah.

Azharuddin Lathif, M.Ag., MH., Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya,

(8)

Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan segala ilmu pengetahuan, arahan, koreksi, saran, dan pengalamannya, baik terkait pembahasan dalam skripsi ini maupun tidak, serta telah bersedia memberikan data-data yang penulis butuhkan, sehingga penelitian ini terselesaikan.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga selama masa perkuliahan.

6. Seluruh keluarga besar, khususnya Orang tua (Damilih dan Sadiyah), Kakak, dan Adik yang senantiasa memberikan perhatian penuh kepada penulis baik materil maupun moril.

7. Sahabat-sahabatku se-almamater angkatan 2006 khususnya jurusan Asuransi Syariah (Lina, Moyo, iis, Atul. Ichal, Adhi, Lingga, Kalim, dll.), terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.

8. Sahabat seperjuangan di M2B (Eva Syariefah, M. Hadzami, Anita Aulia, dan Edvan), terus berjuang friends.

9. Tim KKN 24, untuk Feri, Dimas, Eti, Eli, V3, kak Eva, Nana, Adi, Dodi, Robbi, Randi, Kukuh, Agus T, Agus K, Hambali, Aida, dan Wido, semoga silaturrahmi kita tetap terjaga.

(9)

memberikan dorongan, semangat dan motivasi dalam kehidupan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Demikianlah, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan memberkahi hidup kita sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan ini.

Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan, akan menjadi investasi kekal di akhirat nanti. Amiin...

Jakarta, 03 September 2010

Penulis

(10)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK... vi

LEMBAR PERNYATAAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR ILUSTRASI... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat penelitian... 8

D. Review Penelitian Terdahulu... 10

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep... 13

F. Metode penelitian... 16

G. Sistematika penulisan... 19

(11)

1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah... 22

2. Landasan Hukum Asuransi Syariah... 26

3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah... 29

B. Akuntansi Asuransi Syariah... 33

C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108... 37

D. Risk Based Capital (RBC)... 44

1. Metode Penghitungan Tingkat Solvabilitas... 46

2. Metode Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)... 49

BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967 A. Sejarah Singkat Perusahaan... 60

B. Visi, Misi, Falsafah Dasar, Nilai Dasar, dan Budaya Perusahaan... 62

C. Struktur Organisasi Perusahaan... 64

D. Struktur Kepemilikan/Permodalan... 66

(12)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

A. Identifikasi Kekayaan Yang Diperkenankan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108... 79 B. Identifikasi Kewajiban Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108... 87 C. Identifikasi BTSM Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108... 90 D. Rasio Pencapaian Solvabilitas Minimum Metode Risk Based

Capital (RBC) Unit Syariah PT. Asurasni Umum Bumiputera

Muda 1967... 94 E. Analisis Kendala Dalam Pencapaian Solvabilitas Minimum Dana

Peserta dan Parameter BTSM 120%... 103

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 108 B. Saran... 109

(13)
(14)

Tabel 2.1 : Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah... 26 Tabel 2.2 : Daftar Kekayaan Yang Diperkenankan……….. 47 Tabel 2.3 : Faktor Risiko Untuk Setiap Jenis Kekayaan Yang

Diperkenankan... 50 Tabel 2.4 : Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Schedule B…………... 53 Tabel 2.5 : Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan... 55 Tabel 2.6 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen

Klaim Masa Depan)... 56 Tabel 2.7 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen

Klaim Masa Lalu)... 57 Tabel 2.8 : Faktor Risiko Bagi Komponen Risiko Reasuransi... 58 Tabel 4.1 : Kekayaan Yang Diperkenankan Sebelum Penerapan PSAK

108 (Saldo SAP)... 80 Tabel 4.2 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta Setelah Penerapan

PSAK 108 (Saldo SAP)... 82 Tabel 4.3 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola Setelah

Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP)... 84 Tabel 4.4 : Kewajiban SAP Sebelum Penerapan PSAK 108... 87 Tabel 4.5 : Kewajiban SAP Dana Peserta Setelah Penerapan PSAK 108... 88

(15)

PSAK 108... 91 Tabel 4.8 : Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Dana Peserta

Setelah Penerapan PSAK 108... 92 Tabel 4.9 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingkat Solvabilitas

(Sebelum Penerapan PSAK 108) Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan IV Tahun 2009... 95 Tabel 4.10 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingka Solvabilitas

Dana Peserta (Setelah Penerapan PSAK 108) Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan I Tahun 2010... 97 Tabel 4.11 : Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Setelah Ditambahkan

Qard... 103

(16)

xvii

Ilustrasi 2.2 : Proses Siklus Akuntansi... 33 Ilustrasi 3.1 : Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967... 65 Ilustrasi 4.1 : Trend Line Perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan

Untuk Dana Peserta dan Dana Pengelola (Setelah Penerapan PSAK 108)... 86 Ilustrasi 4.2 : Perkembangan Rasio RBC Sebelum dan Setelah Penerapan

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan perekonomian sebuah negara tidak lepas dari adanya peran

penting sebuah lembaga keuangan. Lembaga keuangan memiliki peranan sebagai

pembangun tatanan perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Secara umum lembaga keuangan terbagi menjadi 2

(dua), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank.

Keberadaan sistem ekonomi Islam di Indonesia ini tampaknya mulai

diakui oleh sebagian besar masyarakat. K.H. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa

sebagai sebuah bangsa muslim terbesar dengan jumlah penduduk kurang lebih

90% beragama Islam, tuntunan atau kiat Islam dalam segala aspek yang berkaitan

dengan ekonomi Islam menjadi sangat relevan.1

Seiring dengan perkembangan perekonomian Islam tersebut, institusi–

institusi syariah, termasuk di dalamnya industri asuransi syariah, mengalami

perkembangan pula. Data terakhir perkembangan industri asuransi syariah yang

penulis dapatkan dalam sebuah Seminar Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa

Jurusan (BEMJ) Asuransi Syariah UIN syarif Hidayatullah Jakarta dengan

narasumber Fahmi Basyah, ST., AAIK., AIIS., QIP. (Head Of Sharia Division

1

Ma’ruf Amin, Kata Pengantar, dalam Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life

(18)

PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967) menunjukkan bahwa jumlah

perusahaan perasuransian syariah, dalam hal ini perusahaan Asuransi Jiwa

Syariah, Asuransi Umum Syariah, Unit Asuransi Syariah maupun Unit

Reasuransi Syariah mengalami peningkatan dari 11 perusahaan pada tahun 2003

menjadi 42 perusahaan pada tahun 2009. (Lihat Tabel 1.1)

Tabel 1.1

Asuransi Syariah di Indonesia

No Company 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Sharia Life Insurance 2 2 2 2 2 2 2

2. Sharia General Insurance 1 1 1 1 1 1 1

3. Sharia Unit Of Life Insurance 2 3 8 9 13 13 17

4. Sharia Unit Of General Insurance 6 11 13 15 19 19 19

5. Sharia Unit Of Reinsurance - 1 2 3 3 3 3

TOTAL 11 18 26 30 37 38 42

Sumber : Seminar Pengembangan SDM Asuransi Syariah, 2009

Asuransi syariah mendasarkan legalitasnya pada hukum positif UU No. 2

Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan KUHD pasal 246. Tetapi, hal

tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum yang kuat bagi asuransi syariah.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) terpanggil untuk membuatkan sebuah fatwa yang

berkaitan dengan kegiatan asuransi syariah, selaku lembaga keuangan syariah

non-bank. Dalam fatwanya, DSN-MUI menyatakan bahwa Asuransi Syariah

(19)

tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset

dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko

tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.2

Dalam membentuk fondasi yang kokoh agar tidak menyebabkan struktur

industri asuransi syariah menjadi rapuh, perlu adanya sebuah standar akuntansi

asuransi syariah. Bagi asuransi syariah, standar akuntansi merupakan sarana bagi

perusahaan untuk membuat pelaporan dan penyajian laporan keuangan yang

sesuai dengan karakteristik perusahaannya untuk dapat menyajikan informasi

yang cukup, akurat, relevan, tepat waktu, dapat dipercaya dan sebagai alat

transparansi dan akuntabilitas baik bagi nasabah, regulator dan juga manajemen.3

Selama ini standar akuntansi yang menjadi acuan pada industri asuransi

adalah standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI), yaitu PSAK no. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK no. 36

tentang Akuntansi Asuransi Jiwa. Namun standar tersebut masih belum

memenuhi ketentuan untuk perlakuan-perlakuan bisnis pada lembaga asuransi

syariah, karena itu perlu acuan tambahan.4

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial

Institutions) yang merupakan acuan utama bagi lembaga keuangan syariah di

2

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

3

Sofyan Safri Harahap, Kata Sambutan, dalam Abdul Ghoni dan Erny Arianty.

Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek, (Jakarta: Insco Consulting.2007), h.v

4

(20)

dunia, secara khusus belum membuat conceptual frame work asuransi syariah,

padahal di Financial Accounting Standars (FAS) AAOIFI no. 12 secara jelas

menganut sistem 2 entitas, tapi tidak dijelaskan karakteristik asuransi syariah.

Sehingga FAS no. 12 mengacu pada AAOIFI no. 1 dan 2 yang mengatur secara

umum tentang lembaga keuangan syariah dan secara khusus tentang perbankan

syariah.5

Melihat hal tersebut, para pakar syariah dan akuntansi harus mencari dasar

bagi penerapan standar akuntansi untuk asuransi syariah yang berbeda dengan

perbankan syariah dan asuransi konvensional yang menganut sistem 1 entitas,

sedangkan asuransi syariah menganut 2 entitas yaitu dana peserta (tabarru’) dan

dana pengelola.

Upaya para pakar syariah dan akuntansi tersebut akhirnya terwujud

dengan disyahkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (untuk

selanjutnya disingkat dengan PSAK) No. 108 pada bulan April 2009 untuk

Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah yang bertujuan mengatur pengakuan,

pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. PSAK 108

tersebut oleh DSN-MUI juga telah dinyatakan tidak bertentangan dengan prinsip

syariah dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI yaitu pada tanggal 5

Mei 2009 dalam surat pernyataan kesesuaian syariah nomor

U-153/DSN-MUI/V/2009. PSAK 108 mengharuskan adanya pemisahan dana tabarru’ dan

dana pengelola, penghitungan risk based capital (RBC) juga didasari dari jumlah

5

(21)

dana tabarru’ atau dana peserta. Hal tersebut membuat asuransi syariah harus

mengantisipasi adanya penguatan modal.

Dalam industri asuransi syariah, tingkat Risk Based Capital (untuk

selanjutnya disingkat dengan RBC), merupakan sebuah indikasi yang

menunjukkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Dalam Keputusan

Menteri Keuangan RI no. 424/KMK.06.2003 pasal 2 dinyatakan bahwa

perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi

tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari risiko

kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan

kekayaan dan kewajiban.6

Penghitungan tingkat solvabilitas dengan menggunakan metode RBC

(Risk Based Capital) pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau

net worth” perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan

akuntasi standar (PSAK 108), dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang dihitung

kembali dengan mengikutsertakan risiko-risiko pemburukan yang mungkin

terjadi.

Dalam mengantisipasi dampak dari kondisi krisis keuangan global dan

untuk merespon perkembangan kondisi industri asuransi saat ini, serta untuk

melindungi masyarakat yang menjadi pemegang polis, yaitu dibayarkannya

manfaat asuransi pada saat terjadinya risiko kerugian atau kematian, pemerintah

sebagai regulator yang melakukan pengawasan dan pembinaan kepada industri

6

(22)

asuransi di Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang terkait dengan peraturan

no. 424/KMK.06.2003, yaitu peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan

nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas

Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Dalam

peraturan tersebut, dinyatakan bahwa perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas

Minimum (untuk selanjutnya disingkat dengan BTSM) untuk usaha asuransi dan

reasuransi dengan prinsip konvensional harus dilakukan terpisah dengan usaha

asuransi dan reasuransi yang berprinsip syariah. Bagi perusahaan asuransi atau

perusahaan reasuransi yang memiliki Unit Syariah, BTSM total perusahaan

asuransi atau perusahaan reasuransi tersebut merupakan hasil penjumlahan BTSM

untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip konvensional dan

BTSM untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah.7

Yang menjadi permasalahan di sini adalah PSAK 108 mewajibkan

penghitungan RBC didasarkan atas dana rekening tabarru’ atau dana peserta,

karena sistem pencatatan antara dana peserta/tabarru’ dan dana pengelola

dilakukan secara terpisah. Selama ini, industri menggunakan dana peserta dan

dana pengelola sebagai dasar perhitungan. Selain itu, parameter batas tingkat

solvabilitas minimum yang telah ditetapkan untuk entitas asuransi syariah

disamakan dengan usaha asuransi dan reasuransi konvensional, yaitu sebesar

7

(23)

120%. Dengan demikian, penyusutan tingkat RBC pada entitas asuransi syariah

sangat mungkin terjadi.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis sangat

tertarik untuk membuat skripsi, dengan judul ”DAMPAK PENERAPAN PSAK 108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini penulis batasi pada

tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC (Risk Based

Capital) perusahaan Asuransi Syariah sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan

Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009, yang merupakan dampak dari

penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang

Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah, khususnya pada Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I

2010.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah disebutkan, kemudian dijabarkan lebih

(24)

1. Seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan mengggunakan

metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan

nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I 2010

sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108?

2. Dapatkah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)

sebesar 120 % dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda jika menerapkan PSAK 108?

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua

BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika

menerapkan PSAK 108?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya,

maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan

menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan

Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 –

(25)

b. Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum

(BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108.

c. Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan

Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika

menerapkan PSAK 108.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain :

a. Manfaat Akademis

1) Bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai masalah yang diteliti dan sebagai pembanding antara teori

yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktik di lapangan.

2) Dapat menambah khasanah pengetahuan dan referensi sebagai bahan

kajian lebih lanjut, khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat sebagai berikut :

1) Bagi pihak perusahaan, yaitu Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967, diharapkan hasil penelitian ini berfungsi

(26)

solvabilitas perusahaan dan hal-hal yang terkait dengan akuntansi

asuransi syariah.

2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi agar lebih berpartisipasi secara aktif dalam memajukan

pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia.

D. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan pada

penelitian ini antara lain :

1. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Asuransi Takaful Umum periode 2005-2007 (RBC)”, oleh Omi Dauna Yanti pada tahun 2008. Dengan hasil Penelitian menunjukkan tingkat

solvabilitas PT. Asuransi Takaful Umum terus mengalami kenaikan dari tahun

2005-2007, masing-masing Rp. 21.560,81 miliar, Rp. 30.387,41 miliar, Rp.

34.942,08 miliar. Begitu juga dengan jumlah BTSM terus mengalami

kenaikan dari tahun 2005-2007, masing-masing Rp. 12.190,62 miliar, Rp.

13.429,31 miliar, Rp. 18.290,66 miliar. Dengan kata lain batas tingkat

sovabilitas PT. Asuransi Takaful Umum sebesar dari tahun 2005-2007

masing-masing yaitu 176,86%, 226,28%, dan 191,04 %. Sehingga PT.

Asuransi Takaful Umum pada tahun 2005-2007 dapat dikategorikan ”sehat”.

(27)

Asuransi Takaful Umum”, oleh Dara Dewisinta Anggraeni, mahasiswi pascasarjana Universitas Indonesia (UI), Program Studi Timur Tengah dan

Islam, Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, pada Juli 2009. Dalam

penelelitian tersebut dilakukan pengujian apakah ada perbedaan yang berarti

antara return investasi portofolio yang belum dipisahkan dengan return

portofolio yang sudah dipisahkan menjadi portofolio investasi dana tabarru

dan portofolio investasi dana pengelola, serta apakah ada perbedaan yang

berarti antara return investasi portofolio dana tabarru dan return portofolio

dana pengelola. Data yang digunakan adalah data imbal hasil dari

masing-masing instrumen yang digunakan dari tahun 2007 sampai dengan bulan Mei

2009. Metode penelitian yang digunakan yaitu uji hipotesis dengan metode

statistik uji t berpasangan (Paired Sample t Test) dengan dua uji hipotesis dua

sisi (Two Tailed Test). Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa terdapat

perbedaan yang berarti antara return portofolio investasi yang belum

dipisahkan dengan return portofolio investasi yang sudah dipisahkan dengan

hasil akhir lebih baik dipisahkan dengan strategi optimalisasi return.

Sedangkan return investasi portofolio dana tabarru dan dana pengelola tidak

terdapat perbedaan yang berarti.

(28)

namun dari sisi solvabilitas, dari periode 2002-2005 telah dapat memenuhi

syarat kecukupan modal minimum yang telah ditetapkan BI, namun modal

yang ada belum dapat meng-cover kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh

penurunan aktiva, tetapi telah dapat mengatasi 50% akan kewajiban jangka

panjangnya. Dan berdasarkan analisis profitabilitas menunjukkan bahwa

selama periode 2002-2005, BMI telah dapat mendapat profit yang cukup

besar hampir mendekati angka 100%. Kebijakan untuk memperbesar jumlah

pembiayaan yang diberikan telah berdampak positif terhadap tingkat

pendapatan yang sebagian besar berasal dari pendapatan bagi hasil dan

pendapatan jual beli.

Hal yang membedakan penelitian - penelitian tersebut dengan penelitian

yang dilakukan penulis adalah bahwa penulis lebih memfokuskan pada tingkat

RBC Perusahaan Asuransi Umum Syariah atas penerapan PSAK 108. Hal

tersebut berbeda dengan penelitian nomor ke-1 di atas yang menggunakan metode

RBC atas laporan keuangan sebelum adanya penerapan regulasi PSAK 108. Hal

tersebut juga berbeda dengan penelitian nomor ke-2 di atas yaitu, lebih

memfokuskan pada strategi investasi perusahaan Asuransi Syariah sebagai

dampak dari penerapan PSAK 108. Hal tersebut juga berbeda dengan penelitian

(29)

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Tinjauan teoritis yang terkait pada penelitian ini diantaranya mengenai

ruang lingkup akuntansi syariah dan PSAK 108, asuransi syariah itu sendiri, serta

mengenai Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) perusahaan asuransi

syariah.

Menurut American Accounting Association dalam buku ”A Statement of

Basic Accounting Theory”, pengertian akuntansi adalah proses

mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka

yang menggunakan informasi tersebut.8

Sedangkan pengertian akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi,

klarifikasi, pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait

dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan

ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum,

riba, maisir, gharar, barang yang diharamkan, dan membahayakan.9 Landasan

syar’i terkait akuntansi syariah tersebut yaitu terdapat dalam firman Allah SWT

QS. Al-Baqarah ayat 282.

8

Muhammad, Prinsp – Prinsip Akuntansi Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: UII Press, 2000),

h. 34

9

(30)

Landasan syar’i tersebut memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi

dalam sebuah lembaga keuangan syariah menjadi wajib adanya, tak terkecuali

pada industri asuransi syariah. Sistem akuntansi bertujuan menghasilkan laporan

keuangan sebagai informasi bagi para pemakainya. Dalam proses akuntansi

tersebut terdapat sebuah standar akuntansi yang mengaturnya. PSAK 108

merupakan standar akuntansi keuangan yang bertujuan untuk mengatur

pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah

yaitu yang terkait dengan kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit

underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana tabarru’.10 Dengan

demikian, adanya sebuah pemisahan antara dana tabarru’ dan dana pengelola

adalah keharusan dalam pelaporan keuangan Asuransi Syariah.

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003

bahwa tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi salah

satunya diukur dengan rasio solvabilitas (RBC) sebesar 120%. Ada 6 variabel

terkait penghitungan rasio tersebut bagi asuransi umum syariah, antara lain:

a. Tingkat Solvabilitas :

1) Kekayaan yang dimiliki perusahaan.

2) kewajiban perusahaan.

10

(31)

b. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) :11

1) kegagalan pengelolaan kekayaan;

2) ketidak-seimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam

setiap jenis mata uang;

3) perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang

diperkirakan;

4) ketidak-mampuan reasuradur untuk memenuhi kewajiban

membayar klaim.

2. Kerangka Konsep

PSAK 108 Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967

Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010

Tingkat solvabilitas

Tingkat Solvabilitas Minimum, Metode RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda

1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010

BTSM

11

(32)

F. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 yang berlokasi di Jl. Wolter Mongonsidi No.

43 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12180, terhitung dari tanggal 22 Maret

2010 – 20 Agustus 2010.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu sebagai

kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan

yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu

penelitian.12 Penelitian dekriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya, sehingga memberikan gambaran

yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan apa adanya.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kuantitatif karena data-data yang

diperoleh dalam bentuk angka-angka pada sebuah laporan keuangan

perusahaan asuransi syariah. Kualitatif karena data-data yang dipeoleh

berdasarkan buku-buku, majalah, koran, kajian pustaka terdahulu, serta artikel

12

(33)

yang dikumpulkan penulis dan berhubungan dengan permasalahan dalam

pembahasan skripsi ini.

4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk

laporan keuangan perusahaan asuransi syariah dan data kualitatif berupa

literature-literatur kepustakaan, koran, artikel, dan sebagainya.

b. Sumber Data

1) Data primer, bersumber dari observasi langsung pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, berupa :

a) Company profile Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967.

b) Laporan Keuangan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.

2) Data sekunder, bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang

mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penulis mengadakan

(34)

skripsi ini, berupa skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, surat kabar,

artikel, buletin, brosur, internet, dan sebagainya

b. Penelitian lapangan (field research), yakni penulis mengumpulkan data

secara langsung ke tempat objek penelitian. Teknik pengumpulan data

dengan melalui dua cara , yaitu :

2) Observasi, yaitu dengan observasi ke Unit Syariah PT. Asuransi

Umum Bumiputera Muda 1967 untuk mendapatkan data yang valid

bagi penelitian ini.

2) Wawancara (interview), yaitu pengumpulan informasi dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak yang terlibat dengan

penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif berupa

kata-kata atau simbol, untuk selanjutnya dilakukan content analysis (riset

dokumen), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan melalui

pengujian arsip dan dokumen.

Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan content analysis, maka

penulis melanjutkan tahap analisis dengan menggunakan metode deskriptif

(35)

sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat digunakan

untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Dalam penghitungan tingkat

solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC, data yang

digunakan adalah Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum

Bumiputera Muda periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010.

7. Pedoman Penulisan Skripsi

Adapan teknik penulisannya, penulis menggunakan buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Penulis membagi penulisan skripsi ini menjadi ke dalam 5 (lima) bab dan

terdiri atas beberapa sub bab. Susunan Bab tersebut secara sistematis adalah

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang permasalahan, pembatasan dan

perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kajian

pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan teoritis ini memuat deskripsi mengenai teori – teori yang

(36)

teori – teori yang diuraikan antara lain pengertian asuransi syariah,

ruang lingkup akuntansi syariah dan akuntansi asuransi umum syariah,

gambaran umun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108

serta RBC dan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM).

BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. Terdiri dari profil Unit

Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, visi dan misi,

struktur organisasi, tujuan, produk – produk asuransi, dan sebagainya.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas antara lain analisa Tingkat solvabilitas

minimum metode RBC Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera

Muda 1967 Periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010, manganalisa

parameter tingkat solvabilatas minimum yang cocok bagi entitas

asuransi syariah, serta deskripsi kendala-kendala Unit Syariah PT.

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian rasio

Solvabilitas Minimum sesuai peraturan Bapepam-LK no.

(37)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan yang

telah dilakukan dan berdasarkan kesimpulan tersebut akan diberikan

(38)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah

Secara bahasa, kata asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie,

yang dalam hukum belanda disebut Verzekering, yang artinya pertanggungan.13

Sementara pangertian asuransi (konvensional) secara istilah telah banyak

diungkapkan oleh para tokoh, antara lain :

Mark R. Greene mendefinisikan asuransi sebagai institusi ekonomi yang

mengurangi risiko dengan menggabungkan di bawah satu manajemen dan

kelompok objek dalam suatu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang

diderita oleh suatu kelompok yang tadi dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih

kecil.14

Menurut Drs. H. Abbas Salim, M.A, yang dimaksud dengan asuransi

adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang

sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian besar yang belum

pasti.15

13

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general), (Jakarta: Gema Insani

Pers, 2004) h.26

14

Ibid., h. 26-27

15

Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(39)

Jadi dalam asuransi konvensional, asuransi adalah sebuah mekanisme

perpindahan risiko yang oleh suatu organisasi dapat diubah dari tidak pasti

menjadi pasti. Ketidakpastian mencakup faktor-faktor antara lain, apakah

kerugian akan muncul, kapan terjadinya, dan seberapa besar dampaknya dan

berapa kali kemungkinan terjadi dalam satu tahun. Asuransi memberikan peluang

untuk menukar kerugian yang tidak pasti ini menjadi suatu kerugian yang pasti

yakni premi asuransi.16

Selain definisi-definisi di atas, pemerintah secara formal dalam

regulasinya, UU no. 2 tahun 1992 mendefinisikan bahwa asuransi atau

pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak

penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan menerima premi

asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.17

16

Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Pers,

2005), h. 4

17

(40)

Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) unsur terkait asuransi konvensional,

antara lain18 :

Unsur 1 : Pihak tertanggung berjanji membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus/berangsur-angsur.

Unsur 2 : Pihak penanggung berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung sekaligus atau berangsur-angsur,

apabila terlaksana unsur ke-tiga.

Unsur 3 : Suatu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi.

Asuransi syariah sebagai lembaga keuangan non-bank merupakan bentuk

adanya pengembangan pada praktik mu’amalah. Dalam kajian fiqh mu’amalah,

terdapat sebuah kaidah fiqh : :

Artinya : “Hukum asal transaksi dan muamalah adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya”19

Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam

kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan

kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan

manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal

tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya.20

18

Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya ditengah Asuransi

Konvensional, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006),h. 7

19

Jalal al-Din, al-Suyuti, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut : Dar al-Fikr, tth) h. 64

20

Hadypradipta, ”Fiqih Muamalah”, artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari

(41)

Dalam bahasa Arab, kata asuransi disebut at-ta’min, takaful, dan

at-tadhamun yang bermakna saling melindungi, saling tolong-menolong, dan saling

menanggung. DSN-MUI dalam fatwanya menyatakan bahwa Asuransi Syariah

(Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan

tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan

/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko

tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.21

Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan

terjadinya risiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya

dalam bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu

peserta yang tertimpa musibah atau risiko. Sehingga letak perbedaan antara

asuransi syariah dan asuransi konvensional adalah pada bagaimana risiko itu

dikelola dan ditanggung dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan

lain terletak pada hubungan antara operator (penanggung) dengan peserta

(tertanggung), dimana asuransi syariah pengaturan pengelolaan risikonya

memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan

peserta dan operator.22 Lebih Jauh Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS

membedakan asuransi konvensional dengan asuransi syariah, yaitu :23

21

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

22

Muhaiman Iqbal, Op., Cit., h. 2

23

(42)

Tabel 2.1

Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah 1 Aspek Syar’i Tidak selaras dengan syariah

Islam karena adanya Maisir,

Gharar, dan Riba; hal yang diharamkan dalam mu’amalah

Bersih dari adanya praktik

Gharar, Maisir, dan Riba.

wakalah bil ujrah, dan

sebagainya).

3 Management

of Risk

Transfer of Risk, dimana

terjadi transfer risiko dari

tertanggung kepada penanggung.

Sharing of Risk, dimana

terjadi proses saling

Tidak ada, sehingga dalam

banyak praktiknya bertentangan dengan kaidah

syara’.

Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan

Sumber : Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General). ,h. 326

2. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Seperti telah diketahui bersama, asuransi syariah belum memiliki fondasi

hukum yang kuat, karena hanya diatur oleh regulasi dalam bentuk Keputusan

(43)

asuransi syariah yang masih terpaku dan tunduk pada peraturan (hukum positif).24

Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain :

a) Fatwa DSN-MUI no. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman

Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah.

b) Fatwa DSN-MUI no. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah

Musytarakah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah

c) Fatwa DSN-MUI no. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil

Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah

d) Fatwa DSN-MUI no. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad Tabarru Pada

Asuransi dan Reasuransi Syariah

e) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 18/PMK.010/2010 tentang

Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha

Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

Peraturan-peraturan tersebutlah yang selama ini menjadi acuan perusahaan

asuransi syariah dalam menjalankan operasionalnya. Selain itu, landasan hukum

normatif yang menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan

usahanya secara syariah yaitu :

a) Al-Qur’an

Pada dasarnya al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas praktik asuransi

syariah, terindikasi dari tidak munculnya istilah al-ta’min secara nyata dalam

24

Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan

(44)

Qur’an. Walaupun demikian, al-Qur’an masih mengakomodir ayat-ayat yang

memiliki nilai-nilai dasar dalam praktik asuransi syariah, seperti nilai dasar

tolong-menolong, kerja sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap

peristiwa kerugian di masa mendatang.25

Nilai dasar tolong-menolong dan bekerja sama (Q.S. al-Maidah ayat 2)

Artinya : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”

Nilai dasar semangat untuk melakukan proteksi terhadap kerugian di masa

mendatang (Q.S. al-Hasyr ayat 18)

☺ ☺

Artniya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

b) Sunnah Nabi

Rasulullah SAW, sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di

masa mendatang. Meninggalkan ahli waris (keluarga) yang berkecukupan materi,

25

AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam ; Suatu Tinjauan Analisis

(45)

dalam pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka

dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabdanya :

Artinya : ” Diriwayatkan dari Amr bin Sa’ad bin Abi Waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW.: Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya.”

3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah

Perusahaan asuransi kerugian (umum) adalah perusahaan yang

memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan

manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari

peristiwa yang tidak pasti.26 Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi

dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tabarru’ dan akad tijarah.27

Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum

Syariah adalah akad tabarru’ dan akad wakalah bil Ujrah. Adapun mengenai

akad mudharabah, mudharabah musytarakah merupakan akad yang

diimplementasikan dalam kegiatan investasi saja. Lain halnya dengan perusahaan

asuransi jiwa yang memang dalam produk asuransinya ada yang mengandung

unsur saving dan ada yang tidak.

26

Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian, Pasal 1 Ayat (5)

27

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, Tentang Dasar

(46)

a) Akad Tabarru’ Pada Asuransi Umum Syariah

Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a, yatabarra’u, tabarru’an artinya

sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi sumbangan

disebut mutabarri’ (dermawan). Niat tabarru’ (dana kebajikan/hibah) dalam akad

asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam

melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt. Dalam

konteks akad pada asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana

kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara peserta jika

ada yang mendapat musibah, dan dana tersebut ditempatkan secara terpisah pada

rekening sekaligus pencatatannya dari dana pengelola (perusahaan asuransi

syariah).28

Jadi, dana tabarru’ merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya

boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’

dan reasuransi syariah. Dana tabarru ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan

sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tabarru’ ini

akan dimasukkan ke rekening dana tabarru’ peserta dan pihak pengelola

mendapatkan upah/ bagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati (wakalah bil

ujrah, mudharabah, atau mudaharabah musytarakah).29 Selain itu, jika terdapat

28

Sula, Op., Cit., h. 35-36

29

(47)

surplus dari dana tabarru’, penetapan besaran pembagiannya tergantung kepada

peserta kolektif, regulator atau kebijakan manajemen :30

1) seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’,

2) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, dan sebagian lainnya

didistribusikan kepada peserta; atau,

3) sebagian sebagai cadangan tabarru’, sebagian didistribusikan kepada

peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola.

b) Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah

Dalam konteks asuransi syariah akad wakalah bil ujrah adalah pemberian

kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan

atau melakukan kegiatan lain seperti, administrasi, pengelolaan dana, pembayaran

klaim, underwriting pengelolaan portofolio risiko, pemasaran, dan investasi,

dimana perusahaan mendapatkan imbalan dalam bentuk ujrah/fee karena jasanya

tersebut.31

Alur dari akad wakalah bil ujrah ini diawali dari kontribusi peserta yang

diterima oleh perusahaan asuransi syariah, lalu dipisah menjadi 2, yaitu ke dana

peserta (tabarru’) dan dana pengelola sebagai ujrah. Dana tabarru yang

terkumpul selanjutkan digunakan untuk hal-hal seperti yang telah disebutkan pada

pembahasan akad tabarru diatas. Jika terdapat defisit pada dana tabarru, maka

30

Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah.

31

(48)

perusahaan memberikan pinjaman dari dana pengelola dengan akad qardh. Dalam

hal ini, akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) sehingga perusahaan

sebagai wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan

mengurangi fee yang telah diterimanya kecuali karena kecerobohannya atau

wanprestasi. ( lihat kembali Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/iii/2006). Untuk

lebih jelasnya mengenai alur/ business process pada asuransi syariah lihatlah

ilustrasi 2.1 dibawah ini.

Ilustrasi 2.1 Syariah Business Process

Sumber : PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967

Biaya Operasional, Marketing, Gaji Karyawan, dsb 

Bagian Pendapatan Operator (Perusahaan) 

(49)

B. Akuntansi Asuransi Syariah

AICPA (American Institute of Certified Public Accountant)32

mendifinisikan bahwa akuntansi (konvensional) adalah seni pencatatan,

penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran

moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan

termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.

Akuntansi syariah secara umum tidak jauh berbeda dengan konvensional

dalam hal siklus (proses) akuntansinya. Yaitu diawali dari pencatatan transaksi

ke dalam jurnal, kemudian masing-masing akun dalam jurnal diposting ke buku

besar hingga terbentuk saldo dari masing-masing akun tersebut yang kemudian

disesuaikan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Meskipun secara

teknis tidak jauh berbeda namun secara konsep akuntansi syariah berbeda dengan

akuntansi konvensional. (Lihat ilustrasi 2.2)

Ilustrasi 2.2

(50)

Dalam bahasa Arab, akuntansi disebut muhasabah34 yang berasal dari

kata hasaba, hasibah, muhasabah yang artinya menimbang, memperhitungkan,

mengkalkulasi, mendata, atau menghisab. Sedangkan secara terminologi

akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan, dan

pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan

sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan

prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum, riba, maisir, gharar,

barang yang diharamkan, dan membahayakan.35

Landasan Syar’i mengenai akuntansi syariah terdapat dalam al-Qur’an

surat al-Baqarah ayat 282 :

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

34

Hasbi Ramli, Op., Cit., h. 12

35

(51)

mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”(Q.S. al-Baqarah : 282)

Berdasarkan ayat tersebut di atas, terkandung tiga prinsip umum bagi

akuntansi syariah, antara lain :36

1. Prinsip pertanggungjawaban.

Di kalangan masyarakat muslim, pertanggungjawaban selalu berkaitan

dengan konsep amanah. Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang

proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah di muka

bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang

terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban

mengenai apa yang telah diperbuat kepada pihak-pihak terkait. Wujud

pertanggungjawabannya biasanya dalam bentuk laporan akuntansi.

2. Prinsip keadilan

Dalam konteks akuntansi, menegaskan kata adil dalam ayat 282 surat

al-Baqarah secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan

oleh perusahaan dicatat dengan benar.

36

(52)

3. Prinsip kebenaran

Prinsip ini tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Kebenaran di

dalam al-Qur’an tidak diperbolehkan untuk dicampuradukkan dengan

kebathilan. Sebab al-Qur’an telah mengggariskan bahwa ukuran, alat atau

instrumen untuk menetapkan kebenaran tidaklah didasarkan pada nafsu.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa proses akuntansi baik

akuntansi syariah maupun konvensional secara umum tidak ada perbedaan,

diawali dengan proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal sampai akhirnya

tercipta sebuah laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)37

yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Laporan keuangan

tersebut menurut SAK yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.38

Dalam entitas asuransi syariah, laporan keuangan yang harus disajikan

cakupannya lebih luas dibandingkan asuransi konvensional, meliputi :

1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

2. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’

37

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; Penyajian Laporan

Keuangan Syariah, (Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2006), Ed. PSAK no. 101, h. 101.2

38

(53)

3. Laporan Laba Rugi Dana Pengelola

4. Laporan Perubahan Ekuitas

5. Laporan Perubahan Dana Tabarru’

6. Laporan Arus Kas

7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10839

Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang bertujuan untuk

memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai kekayaan,

kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban,

serta informasi lainnya yang relevan dibutuhkan adanya sebuah standar penyajian

keuangan tersebut. Di Amerika standar tersebut yaitu General Accepted

Accounting Principle (GAAP), sedangkan di Indonesia sendiri yaitu Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI).40

Standar Akuntansi Keuangan merupakan sebuah acuan yang sangat vital

dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, karena pada sebuah industri,

khususnya asuransi syariah, membangun kepercayaan bagi nasabah (peserta)

menjadi kunci sukses dalam pengembangan ke depan. Asuransi syariah harus

39

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK 108.

40

(54)

dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan serta

transparansi laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.41

PSAK 108 yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup

periode laporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 2010 adalah Standar

Akuntansi Keuangan yang bertujuan mengatur pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. Transaksi asuransi

syariah yang dimaksud adalah transaksi yang terkait dengan kontribusi pesrta,

alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana

tabarru’.

Transaksi asuransi syariah lazimnya dilakukan oleh entitas asuransi

syariah. Entitas Asuransi Syariah yang dimaksud antara lain terdiri dari Asuransi

Umum Syariah, Asuransi Jiwa Syariah, Reasuransi Syariah, dan Unit Usaha

Syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional. Sebagaimana telah

diketahui bahwa asuransi syariah merupakan perusahaan dengan sistem 2 entitas,

yaitu entitas dana peserta dan dana pengelola.

PSAK 108 mendefinisikan asuransi syariah yaitu sistem menyeluruh yang

pesertanya mendonasikan (men-tabarru’-kan) sebagian atau seluruh

kontribusinya untuk membayar klaim atas risiko tertentu akibat musibah pada

jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta yang berhak. Donasi tersebut

41

Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan

(55)

merupakan donasi dengan syarat tertentu dan merupakan milik peserta secara

kolektif, bukan merupakan pendapatan entitas pengelola.

Beberapa hal yang diatur PSAK 108 terkait transaksi asuransi syariah,

antara lain :

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN:

2. Pengakuan Awal

a) Kontribusi42 dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam

dana peserta.43

b) Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai :

1) dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau

mudharabah musytarakah; dan atau

2) kewajiban jika menggunakan akad wakalah

c) Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang menggunakan

akad wakalah bil ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan

penyaluran tersebut dalam laporan perubahan dana investasi terikat.

d) Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam

laporan laba rugi dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit

underwriting dana tabarru’.

42

Kontribusi adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan

ujrah.

43

(56)

3. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru’

a) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada

peserta dan bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan

kepada entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan

perubahan dana tabarru’.

b) Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui

sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting

dana tabarru yang didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban

dalam neraca.

c) Pinjaman qard dalam neraca dan pendapatan dalam laporan surplus defisit

underwriting dana tabarru diakui pada saat entitas asuransi menyalurkan

dana talangan sebesar jumlah yang disalurkan.

Penyisihan Teknis (Technical Provision)

a) Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban

dalam laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’

b) Penyisihan teknis diukur sebagai berikut :

1) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak dihitung menggunakan

(57)

2) Klaim yang masih dalam proses44 diukur sebesar jumlah estimasi

klaim yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah

estimasi tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim

yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan,

setelah mengurangkan bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah

dibayarkan.

3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan45 diukur sebesar jumlah

estimasi klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal

neraca berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan

klaim yang paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.

Cadangan Dana Tabarru’46

a) Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang

dianggap mencerminkan kehati-hatian (deemed prudent) agar mencapai

tujuan pembentukannya yang bersumber dari surplus underwriting dana

tabarru’.

44

Klaim yang masih dalam proses (Outstanding claims) adalah jumlah beban penyisihan

untuk klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai akhir periode berjalan yang diperkirakan akan dibayar pada periode mendatang.

45

Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan adalah jumlah penyisihan untuk klaim yang terjadi, tetapi belum dilaporkan sampai akhir periode berjalan.

46

Gambar

GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM
Tabel 4.7 :  Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Sebelum Penerapan
Tabel 1.1 Asuransi Syariah di Indonesia
gambaran umun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asuransi Bumiputera Muda 1967 Jember terdapat beberapa hak dan kewajiban, dengan dipenuhinya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dalam asuransi kecelakaan diri maka

Dalam penelitian ini, penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu seberapa besar profitable produk asuransi kendaraan bermotor yang dipasarkan oleh Unit Syariah PT Asuransi

Asuransi Umum Bumiputra Muda 1967 (BUMIDA) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian (asuransi kerugian) yang kegiatan bisnisnya masih ada menggunakan

Laporan Praktek Kerja Lapangan pada Divisi Teknik di PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Kantor Pusat, Kebayoran.. Konsentrasi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Program

Asuransi Bumiputera Muda 1967 Bandar Lampung adalah sebagai berikut : Motivasi achievement (kebutuhan akan berprestasi) yaitu: dorongan untuk mengungguli orang

Teknik analisis yang diginakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda untuk mengetahui Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Karyawan PT Asuransi Umum Bumiputera Muda

Beberapa perubahan ketentuan dalam PSAK tersebut sebagian relevan untuk akad asuransi syariah yang diatur dalam PSAK 108 (2009), seperti pengakuan pendapatan kontribusi peserta,

Bumida 1967 adalah perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang jasa asuransi kerugian (umum). Berdasarkan wawancara penulis dengan PT. Perusahaan Asuransi Umum