MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
AHMAD SOPYAN
NIM. 106046201719
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
AHMAD SOPYAN
NIM. 1060 4620 1719Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. ZAINUL ARIFIN YUSUF, M.Pd H. M. DAWUD ARIF KHAN, S.E., M.Si., AK., CPA
NIP. 195607121981031003
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002
Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001
Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd (...) NIP. 195607121981031003
Pembimbing I : H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA (...)
Penguji I : Erika Amelia, SE, M.Si (...)
Alhamdulillah... Seiring Rasa Syukur dan Kerendahan Hati, Karya
Sederhana ini Kupersembahkan Dengan Setulus Hati Untuk Orang-
orang yang Paling Kucinta & Kusayang :……
♥
Bapak dan ibu tercinta (Damilih dan Sadiyah) yang telah
membimbingku dari ketidaktauhanku menjadi
tahu,memanduku saat aku tidak kuat berdiri,menuntunku
saat aku tertatih dan selalu mendoakanku sehingga masih
tetap tegar menghadapi cobaan hidup..
♥
Saudara-saudara tersayang (Bang Iyus, Bang Aris, Mpo
Maria, Anti, Novi), yang selalu memberikan perhatian
penuh dalam susah maupun senang..
♥
Sahabat karibku yang tidak kenal lelah memberi motivasi
dan mendengarkan keluh kesahku.. (Vyan Hadi, Zarkasih,
Dimas, Aip, Mukhlasin, Bunyati, Novi Rosini, Eva, Nita,
Lina, Adah, etc.),, Thank you so much..
♥
Ida Rosita, My Beloved one who always give me a smile in
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2010 M
Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta, 2010. Xvii + 113 + Lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM-LK no. PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108; (2) Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108; (3) Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang digunakan dalam bentuk Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebelum penerapan PSAK 108 dan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 dalam format PSAK 108, company profile, serta hasil wawancara pribadi. Data sekunder bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya.
Kesimpulan penelitian ini secara singkat adalah sebagai berikut: (1) Tingkat solvabilitas minimum yang dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 sebelum penerapan PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebesar 734,65%, 609,08%, 464,21%, dan 597,59%, sedangkan RBC yang dicapai sesuai peraturan BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 dan format PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebesar 62,55%, 46,53%, 47,41%, 10,82%, dan 52,84%. (2) Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 tidak mencapai parameter RBC 120% jika menerapkan format PSAK 108. (3) Kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108, yaitu adanya kecenderungan menurunnya nilai RBC yang dikarenakan penghitungan Solvabilitas tersebut berbasiskan Dana Peserta.
Kata kunci : PSAK 108, Tingkat Solvabilitas Minimum, Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.
Pembimbing : 1. Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya, dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak akan mendekati kesempurnaan tanpa bantuannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat. Bapak Ah.
Azharuddin Lathif, M.Ag., MH., Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya,
Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan segala ilmu pengetahuan, arahan, koreksi, saran, dan pengalamannya, baik terkait pembahasan dalam skripsi ini maupun tidak, serta telah bersedia memberikan data-data yang penulis butuhkan, sehingga penelitian ini terselesaikan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga selama masa perkuliahan.
6. Seluruh keluarga besar, khususnya Orang tua (Damilih dan Sadiyah), Kakak, dan Adik yang senantiasa memberikan perhatian penuh kepada penulis baik materil maupun moril.
7. Sahabat-sahabatku se-almamater angkatan 2006 khususnya jurusan Asuransi Syariah (Lina, Moyo, iis, Atul. Ichal, Adhi, Lingga, Kalim, dll.), terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.
8. Sahabat seperjuangan di M2B (Eva Syariefah, M. Hadzami, Anita Aulia, dan Edvan), terus berjuang friends.
9. Tim KKN 24, untuk Feri, Dimas, Eti, Eli, V3, kak Eva, Nana, Adi, Dodi, Robbi, Randi, Kukuh, Agus T, Agus K, Hambali, Aida, dan Wido, semoga silaturrahmi kita tetap terjaga.
memberikan dorongan, semangat dan motivasi dalam kehidupan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Demikianlah, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan memberkahi hidup kita sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan ini.
Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan, akan menjadi investasi kekal di akhirat nanti. Amiin...
Jakarta, 03 September 2010
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRAK... vi
LEMBAR PERNYATAAN... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR ILUSTRASI... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah... 7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian... 8
D. Review Penelitian Terdahulu... 10
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep... 13
F. Metode penelitian... 16
G. Sistematika penulisan... 19
1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah... 22
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah... 26
3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah... 29
B. Akuntansi Asuransi Syariah... 33
C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108... 37
D. Risk Based Capital (RBC)... 44
1. Metode Penghitungan Tingkat Solvabilitas... 46
2. Metode Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)... 49
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967 A. Sejarah Singkat Perusahaan... 60
B. Visi, Misi, Falsafah Dasar, Nilai Dasar, dan Budaya Perusahaan... 62
C. Struktur Organisasi Perusahaan... 64
D. Struktur Kepemilikan/Permodalan... 66
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
A. Identifikasi Kekayaan Yang Diperkenankan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108... 79 B. Identifikasi Kewajiban Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108... 87 C. Identifikasi BTSM Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108... 90 D. Rasio Pencapaian Solvabilitas Minimum Metode Risk Based
Capital (RBC) Unit Syariah PT. Asurasni Umum Bumiputera
Muda 1967... 94 E. Analisis Kendala Dalam Pencapaian Solvabilitas Minimum Dana
Peserta dan Parameter BTSM 120%... 103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 108 B. Saran... 109
Tabel 2.1 : Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah... 26 Tabel 2.2 : Daftar Kekayaan Yang Diperkenankan……….. 47 Tabel 2.3 : Faktor Risiko Untuk Setiap Jenis Kekayaan Yang
Diperkenankan... 50 Tabel 2.4 : Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Schedule B…………... 53 Tabel 2.5 : Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan... 55 Tabel 2.6 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen
Klaim Masa Depan)... 56 Tabel 2.7 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen
Klaim Masa Lalu)... 57 Tabel 2.8 : Faktor Risiko Bagi Komponen Risiko Reasuransi... 58 Tabel 4.1 : Kekayaan Yang Diperkenankan Sebelum Penerapan PSAK
108 (Saldo SAP)... 80 Tabel 4.2 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta Setelah Penerapan
PSAK 108 (Saldo SAP)... 82 Tabel 4.3 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola Setelah
Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP)... 84 Tabel 4.4 : Kewajiban SAP Sebelum Penerapan PSAK 108... 87 Tabel 4.5 : Kewajiban SAP Dana Peserta Setelah Penerapan PSAK 108... 88
PSAK 108... 91 Tabel 4.8 : Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Dana Peserta
Setelah Penerapan PSAK 108... 92 Tabel 4.9 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingkat Solvabilitas
(Sebelum Penerapan PSAK 108) Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan IV Tahun 2009... 95 Tabel 4.10 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingka Solvabilitas
Dana Peserta (Setelah Penerapan PSAK 108) Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan I Tahun 2010... 97 Tabel 4.11 : Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Setelah Ditambahkan
Qard... 103
xvii
Ilustrasi 2.2 : Proses Siklus Akuntansi... 33 Ilustrasi 3.1 : Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967... 65 Ilustrasi 4.1 : Trend Line Perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan
Untuk Dana Peserta dan Dana Pengelola (Setelah Penerapan PSAK 108)... 86 Ilustrasi 4.2 : Perkembangan Rasio RBC Sebelum dan Setelah Penerapan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan perekonomian sebuah negara tidak lepas dari adanya peran
penting sebuah lembaga keuangan. Lembaga keuangan memiliki peranan sebagai
pembangun tatanan perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Secara umum lembaga keuangan terbagi menjadi 2
(dua), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank.
Keberadaan sistem ekonomi Islam di Indonesia ini tampaknya mulai
diakui oleh sebagian besar masyarakat. K.H. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa
sebagai sebuah bangsa muslim terbesar dengan jumlah penduduk kurang lebih
90% beragama Islam, tuntunan atau kiat Islam dalam segala aspek yang berkaitan
dengan ekonomi Islam menjadi sangat relevan.1
Seiring dengan perkembangan perekonomian Islam tersebut, institusi–
institusi syariah, termasuk di dalamnya industri asuransi syariah, mengalami
perkembangan pula. Data terakhir perkembangan industri asuransi syariah yang
penulis dapatkan dalam sebuah Seminar Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan (BEMJ) Asuransi Syariah UIN syarif Hidayatullah Jakarta dengan
narasumber Fahmi Basyah, ST., AAIK., AIIS., QIP. (Head Of Sharia Division
1
Ma’ruf Amin, Kata Pengantar, dalam Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life
PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967) menunjukkan bahwa jumlah
perusahaan perasuransian syariah, dalam hal ini perusahaan Asuransi Jiwa
Syariah, Asuransi Umum Syariah, Unit Asuransi Syariah maupun Unit
Reasuransi Syariah mengalami peningkatan dari 11 perusahaan pada tahun 2003
menjadi 42 perusahaan pada tahun 2009. (Lihat Tabel 1.1)
Tabel 1.1
Asuransi Syariah di Indonesia
No Company 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1. Sharia Life Insurance 2 2 2 2 2 2 2
2. Sharia General Insurance 1 1 1 1 1 1 1
3. Sharia Unit Of Life Insurance 2 3 8 9 13 13 17
4. Sharia Unit Of General Insurance 6 11 13 15 19 19 19
5. Sharia Unit Of Reinsurance - 1 2 3 3 3 3
TOTAL 11 18 26 30 37 38 42
Sumber : Seminar Pengembangan SDM Asuransi Syariah, 2009
Asuransi syariah mendasarkan legalitasnya pada hukum positif UU No. 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan KUHD pasal 246. Tetapi, hal
tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum yang kuat bagi asuransi syariah.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) terpanggil untuk membuatkan sebuah fatwa yang
berkaitan dengan kegiatan asuransi syariah, selaku lembaga keuangan syariah
non-bank. Dalam fatwanya, DSN-MUI menyatakan bahwa Asuransi Syariah
tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.2
Dalam membentuk fondasi yang kokoh agar tidak menyebabkan struktur
industri asuransi syariah menjadi rapuh, perlu adanya sebuah standar akuntansi
asuransi syariah. Bagi asuransi syariah, standar akuntansi merupakan sarana bagi
perusahaan untuk membuat pelaporan dan penyajian laporan keuangan yang
sesuai dengan karakteristik perusahaannya untuk dapat menyajikan informasi
yang cukup, akurat, relevan, tepat waktu, dapat dipercaya dan sebagai alat
transparansi dan akuntabilitas baik bagi nasabah, regulator dan juga manajemen.3
Selama ini standar akuntansi yang menjadi acuan pada industri asuransi
adalah standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yaitu PSAK no. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK no. 36
tentang Akuntansi Asuransi Jiwa. Namun standar tersebut masih belum
memenuhi ketentuan untuk perlakuan-perlakuan bisnis pada lembaga asuransi
syariah, karena itu perlu acuan tambahan.4
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial
Institutions) yang merupakan acuan utama bagi lembaga keuangan syariah di
2
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
3
Sofyan Safri Harahap, Kata Sambutan, dalam Abdul Ghoni dan Erny Arianty.
Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek, (Jakarta: Insco Consulting.2007), h.v
4
dunia, secara khusus belum membuat conceptual frame work asuransi syariah,
padahal di Financial Accounting Standars (FAS) AAOIFI no. 12 secara jelas
menganut sistem 2 entitas, tapi tidak dijelaskan karakteristik asuransi syariah.
Sehingga FAS no. 12 mengacu pada AAOIFI no. 1 dan 2 yang mengatur secara
umum tentang lembaga keuangan syariah dan secara khusus tentang perbankan
syariah.5
Melihat hal tersebut, para pakar syariah dan akuntansi harus mencari dasar
bagi penerapan standar akuntansi untuk asuransi syariah yang berbeda dengan
perbankan syariah dan asuransi konvensional yang menganut sistem 1 entitas,
sedangkan asuransi syariah menganut 2 entitas yaitu dana peserta (tabarru’) dan
dana pengelola.
Upaya para pakar syariah dan akuntansi tersebut akhirnya terwujud
dengan disyahkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (untuk
selanjutnya disingkat dengan PSAK) No. 108 pada bulan April 2009 untuk
Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah yang bertujuan mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. PSAK 108
tersebut oleh DSN-MUI juga telah dinyatakan tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI yaitu pada tanggal 5
Mei 2009 dalam surat pernyataan kesesuaian syariah nomor
U-153/DSN-MUI/V/2009. PSAK 108 mengharuskan adanya pemisahan dana tabarru’ dan
dana pengelola, penghitungan risk based capital (RBC) juga didasari dari jumlah
5
dana tabarru’ atau dana peserta. Hal tersebut membuat asuransi syariah harus
mengantisipasi adanya penguatan modal.
Dalam industri asuransi syariah, tingkat Risk Based Capital (untuk
selanjutnya disingkat dengan RBC), merupakan sebuah indikasi yang
menunjukkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Dalam Keputusan
Menteri Keuangan RI no. 424/KMK.06.2003 pasal 2 dinyatakan bahwa
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi
tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari risiko
kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan
kekayaan dan kewajiban.6
Penghitungan tingkat solvabilitas dengan menggunakan metode RBC
(Risk Based Capital) pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau
“net worth” perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan
akuntasi standar (PSAK 108), dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang dihitung
kembali dengan mengikutsertakan risiko-risiko pemburukan yang mungkin
terjadi.
Dalam mengantisipasi dampak dari kondisi krisis keuangan global dan
untuk merespon perkembangan kondisi industri asuransi saat ini, serta untuk
melindungi masyarakat yang menjadi pemegang polis, yaitu dibayarkannya
manfaat asuransi pada saat terjadinya risiko kerugian atau kematian, pemerintah
sebagai regulator yang melakukan pengawasan dan pembinaan kepada industri
6
asuransi di Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang terkait dengan peraturan
no. 424/KMK.06.2003, yaitu peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan
nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Dalam
peraturan tersebut, dinyatakan bahwa perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum (untuk selanjutnya disingkat dengan BTSM) untuk usaha asuransi dan
reasuransi dengan prinsip konvensional harus dilakukan terpisah dengan usaha
asuransi dan reasuransi yang berprinsip syariah. Bagi perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi yang memiliki Unit Syariah, BTSM total perusahaan
asuransi atau perusahaan reasuransi tersebut merupakan hasil penjumlahan BTSM
untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip konvensional dan
BTSM untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah.7
Yang menjadi permasalahan di sini adalah PSAK 108 mewajibkan
penghitungan RBC didasarkan atas dana rekening tabarru’ atau dana peserta,
karena sistem pencatatan antara dana peserta/tabarru’ dan dana pengelola
dilakukan secara terpisah. Selama ini, industri menggunakan dana peserta dan
dana pengelola sebagai dasar perhitungan. Selain itu, parameter batas tingkat
solvabilitas minimum yang telah ditetapkan untuk entitas asuransi syariah
disamakan dengan usaha asuransi dan reasuransi konvensional, yaitu sebesar
7
120%. Dengan demikian, penyusutan tingkat RBC pada entitas asuransi syariah
sangat mungkin terjadi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis sangat
tertarik untuk membuat skripsi, dengan judul ”DAMPAK PENERAPAN PSAK 108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini penulis batasi pada
tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC (Risk Based
Capital) perusahaan Asuransi Syariah sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009, yang merupakan dampak dari
penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang
Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah, khususnya pada Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I
2010.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah disebutkan, kemudian dijabarkan lebih
1. Seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan mengggunakan
metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan
nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I 2010
sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108?
2. Dapatkah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
sebesar 120 % dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda jika menerapkan PSAK 108?
3. Kendala-kendala apa yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua
BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika
menerapkan PSAK 108?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan
menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 –
b. Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
(BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108.
c. Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan
Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika
menerapkan PSAK 108.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain :
a. Manfaat Akademis
1) Bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai masalah yang diteliti dan sebagai pembanding antara teori
yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktik di lapangan.
2) Dapat menambah khasanah pengetahuan dan referensi sebagai bahan
kajian lebih lanjut, khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat sebagai berikut :
1) Bagi pihak perusahaan, yaitu Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967, diharapkan hasil penelitian ini berfungsi
solvabilitas perusahaan dan hal-hal yang terkait dengan akuntansi
asuransi syariah.
2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi agar lebih berpartisipasi secara aktif dalam memajukan
pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia.
D. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan pada
penelitian ini antara lain :
1. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Asuransi Takaful Umum periode 2005-2007 (RBC)”, oleh Omi Dauna Yanti pada tahun 2008. Dengan hasil Penelitian menunjukkan tingkat
solvabilitas PT. Asuransi Takaful Umum terus mengalami kenaikan dari tahun
2005-2007, masing-masing Rp. 21.560,81 miliar, Rp. 30.387,41 miliar, Rp.
34.942,08 miliar. Begitu juga dengan jumlah BTSM terus mengalami
kenaikan dari tahun 2005-2007, masing-masing Rp. 12.190,62 miliar, Rp.
13.429,31 miliar, Rp. 18.290,66 miliar. Dengan kata lain batas tingkat
sovabilitas PT. Asuransi Takaful Umum sebesar dari tahun 2005-2007
masing-masing yaitu 176,86%, 226,28%, dan 191,04 %. Sehingga PT.
Asuransi Takaful Umum pada tahun 2005-2007 dapat dikategorikan ”sehat”.
Asuransi Takaful Umum”, oleh Dara Dewisinta Anggraeni, mahasiswi pascasarjana Universitas Indonesia (UI), Program Studi Timur Tengah dan
Islam, Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, pada Juli 2009. Dalam
penelelitian tersebut dilakukan pengujian apakah ada perbedaan yang berarti
antara return investasi portofolio yang belum dipisahkan dengan return
portofolio yang sudah dipisahkan menjadi portofolio investasi dana tabarru
dan portofolio investasi dana pengelola, serta apakah ada perbedaan yang
berarti antara return investasi portofolio dana tabarru dan return portofolio
dana pengelola. Data yang digunakan adalah data imbal hasil dari
masing-masing instrumen yang digunakan dari tahun 2007 sampai dengan bulan Mei
2009. Metode penelitian yang digunakan yaitu uji hipotesis dengan metode
statistik uji t berpasangan (Paired Sample t Test) dengan dua uji hipotesis dua
sisi (Two Tailed Test). Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa terdapat
perbedaan yang berarti antara return portofolio investasi yang belum
dipisahkan dengan return portofolio investasi yang sudah dipisahkan dengan
hasil akhir lebih baik dipisahkan dengan strategi optimalisasi return.
Sedangkan return investasi portofolio dana tabarru dan dana pengelola tidak
terdapat perbedaan yang berarti.
namun dari sisi solvabilitas, dari periode 2002-2005 telah dapat memenuhi
syarat kecukupan modal minimum yang telah ditetapkan BI, namun modal
yang ada belum dapat meng-cover kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh
penurunan aktiva, tetapi telah dapat mengatasi 50% akan kewajiban jangka
panjangnya. Dan berdasarkan analisis profitabilitas menunjukkan bahwa
selama periode 2002-2005, BMI telah dapat mendapat profit yang cukup
besar hampir mendekati angka 100%. Kebijakan untuk memperbesar jumlah
pembiayaan yang diberikan telah berdampak positif terhadap tingkat
pendapatan yang sebagian besar berasal dari pendapatan bagi hasil dan
pendapatan jual beli.
Hal yang membedakan penelitian - penelitian tersebut dengan penelitian
yang dilakukan penulis adalah bahwa penulis lebih memfokuskan pada tingkat
RBC Perusahaan Asuransi Umum Syariah atas penerapan PSAK 108. Hal
tersebut berbeda dengan penelitian nomor ke-1 di atas yang menggunakan metode
RBC atas laporan keuangan sebelum adanya penerapan regulasi PSAK 108. Hal
tersebut juga berbeda dengan penelitian nomor ke-2 di atas yaitu, lebih
memfokuskan pada strategi investasi perusahaan Asuransi Syariah sebagai
dampak dari penerapan PSAK 108. Hal tersebut juga berbeda dengan penelitian
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori
Tinjauan teoritis yang terkait pada penelitian ini diantaranya mengenai
ruang lingkup akuntansi syariah dan PSAK 108, asuransi syariah itu sendiri, serta
mengenai Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) perusahaan asuransi
syariah.
Menurut American Accounting Association dalam buku ”A Statement of
Basic Accounting Theory”, pengertian akuntansi adalah proses
mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut.8
Sedangkan pengertian akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi,
klarifikasi, pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait
dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan
ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum,
riba, maisir, gharar, barang yang diharamkan, dan membahayakan.9 Landasan
syar’i terkait akuntansi syariah tersebut yaitu terdapat dalam firman Allah SWT
QS. Al-Baqarah ayat 282.
8
Muhammad, Prinsp – Prinsip Akuntansi Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: UII Press, 2000),
h. 34
9
Landasan syar’i tersebut memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi
dalam sebuah lembaga keuangan syariah menjadi wajib adanya, tak terkecuali
pada industri asuransi syariah. Sistem akuntansi bertujuan menghasilkan laporan
keuangan sebagai informasi bagi para pemakainya. Dalam proses akuntansi
tersebut terdapat sebuah standar akuntansi yang mengaturnya. PSAK 108
merupakan standar akuntansi keuangan yang bertujuan untuk mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah
yaitu yang terkait dengan kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit
underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana tabarru’.10 Dengan
demikian, adanya sebuah pemisahan antara dana tabarru’ dan dana pengelola
adalah keharusan dalam pelaporan keuangan Asuransi Syariah.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003
bahwa tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi salah
satunya diukur dengan rasio solvabilitas (RBC) sebesar 120%. Ada 6 variabel
terkait penghitungan rasio tersebut bagi asuransi umum syariah, antara lain:
a. Tingkat Solvabilitas :
1) Kekayaan yang dimiliki perusahaan.
2) kewajiban perusahaan.
10
b. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) :11
1) kegagalan pengelolaan kekayaan;
2) ketidak-seimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam
setiap jenis mata uang;
3) perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang
diperkirakan;
4) ketidak-mampuan reasuradur untuk memenuhi kewajiban
membayar klaim.
2. Kerangka Konsep
PSAK 108 Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010
Tingkat solvabilitas
Tingkat Solvabilitas Minimum, Metode RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010
BTSM
11
F. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 yang berlokasi di Jl. Wolter Mongonsidi No.
43 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12180, terhitung dari tanggal 22 Maret
2010 – 20 Agustus 2010.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu sebagai
kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan
yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu
penelitian.12 Penelitian dekriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya, sehingga memberikan gambaran
yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan apa adanya.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kuantitatif karena data-data yang
diperoleh dalam bentuk angka-angka pada sebuah laporan keuangan
perusahaan asuransi syariah. Kualitatif karena data-data yang dipeoleh
berdasarkan buku-buku, majalah, koran, kajian pustaka terdahulu, serta artikel
12
yang dikumpulkan penulis dan berhubungan dengan permasalahan dalam
pembahasan skripsi ini.
4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk
laporan keuangan perusahaan asuransi syariah dan data kualitatif berupa
literature-literatur kepustakaan, koran, artikel, dan sebagainya.
b. Sumber Data
1) Data primer, bersumber dari observasi langsung pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, berupa :
a) Company profile Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967.
b) Laporan Keuangan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.
2) Data sekunder, bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penulis mengadakan
skripsi ini, berupa skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, surat kabar,
artikel, buletin, brosur, internet, dan sebagainya
b. Penelitian lapangan (field research), yakni penulis mengumpulkan data
secara langsung ke tempat objek penelitian. Teknik pengumpulan data
dengan melalui dua cara , yaitu :
2) Observasi, yaitu dengan observasi ke Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 untuk mendapatkan data yang valid
bagi penelitian ini.
2) Wawancara (interview), yaitu pengumpulan informasi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak yang terlibat dengan
penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif berupa
kata-kata atau simbol, untuk selanjutnya dilakukan content analysis (riset
dokumen), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan melalui
pengujian arsip dan dokumen.
Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan content analysis, maka
penulis melanjutkan tahap analisis dengan menggunakan metode deskriptif
sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat digunakan
untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Dalam penghitungan tingkat
solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC, data yang
digunakan adalah Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010.
7. Pedoman Penulisan Skripsi
Adapan teknik penulisannya, penulis menggunakan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan skripsi ini menjadi ke dalam 5 (lima) bab dan
terdiri atas beberapa sub bab. Susunan Bab tersebut secara sistematis adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang permasalahan, pembatasan dan
perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan teoritis ini memuat deskripsi mengenai teori – teori yang
teori – teori yang diuraikan antara lain pengertian asuransi syariah,
ruang lingkup akuntansi syariah dan akuntansi asuransi umum syariah,
gambaran umun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108
serta RBC dan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM).
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967
Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. Terdiri dari profil Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, visi dan misi,
struktur organisasi, tujuan, produk – produk asuransi, dan sebagainya.
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan dibahas antara lain analisa Tingkat solvabilitas
minimum metode RBC Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010, manganalisa
parameter tingkat solvabilatas minimum yang cocok bagi entitas
asuransi syariah, serta deskripsi kendala-kendala Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian rasio
Solvabilitas Minimum sesuai peraturan Bapepam-LK no.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan yang
telah dilakukan dan berdasarkan kesimpulan tersebut akan diberikan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah
Secara bahasa, kata asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie,
yang dalam hukum belanda disebut Verzekering, yang artinya pertanggungan.13
Sementara pangertian asuransi (konvensional) secara istilah telah banyak
diungkapkan oleh para tokoh, antara lain :
Mark R. Greene mendefinisikan asuransi sebagai institusi ekonomi yang
mengurangi risiko dengan menggabungkan di bawah satu manajemen dan
kelompok objek dalam suatu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang
diderita oleh suatu kelompok yang tadi dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih
kecil.14
Menurut Drs. H. Abbas Salim, M.A, yang dimaksud dengan asuransi
adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang
sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian besar yang belum
pasti.15
13
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general), (Jakarta: Gema Insani
Pers, 2004) h.26
14
Ibid., h. 26-27
15
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Jadi dalam asuransi konvensional, asuransi adalah sebuah mekanisme
perpindahan risiko yang oleh suatu organisasi dapat diubah dari tidak pasti
menjadi pasti. Ketidakpastian mencakup faktor-faktor antara lain, apakah
kerugian akan muncul, kapan terjadinya, dan seberapa besar dampaknya dan
berapa kali kemungkinan terjadi dalam satu tahun. Asuransi memberikan peluang
untuk menukar kerugian yang tidak pasti ini menjadi suatu kerugian yang pasti
yakni premi asuransi.16
Selain definisi-definisi di atas, pemerintah secara formal dalam
regulasinya, UU no. 2 tahun 1992 mendefinisikan bahwa asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.17
16
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Pers,
2005), h. 4
17
Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) unsur terkait asuransi konvensional,
antara lain18 :
Unsur 1 : Pihak tertanggung berjanji membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus/berangsur-angsur.
Unsur 2 : Pihak penanggung berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung sekaligus atau berangsur-angsur,
apabila terlaksana unsur ke-tiga.
Unsur 3 : Suatu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi.
Asuransi syariah sebagai lembaga keuangan non-bank merupakan bentuk
adanya pengembangan pada praktik mu’amalah. Dalam kajian fiqh mu’amalah,
terdapat sebuah kaidah fiqh : :
Artinya : “Hukum asal transaksi dan muamalah adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya”19
Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam
kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan
kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan
manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal
tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya.20
18
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya ditengah Asuransi
Konvensional, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006),h. 7
19
Jalal al-Din, al-Suyuti, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut : Dar al-Fikr, tth) h. 64
20
Hadypradipta, ”Fiqih Muamalah”, artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari
Dalam bahasa Arab, kata asuransi disebut at-ta’min, takaful, dan
at-tadhamun yang bermakna saling melindungi, saling tolong-menolong, dan saling
menanggung. DSN-MUI dalam fatwanya menyatakan bahwa Asuransi Syariah
(Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.21
Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya risiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya
dalam bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu
peserta yang tertimpa musibah atau risiko. Sehingga letak perbedaan antara
asuransi syariah dan asuransi konvensional adalah pada bagaimana risiko itu
dikelola dan ditanggung dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan
lain terletak pada hubungan antara operator (penanggung) dengan peserta
(tertanggung), dimana asuransi syariah pengaturan pengelolaan risikonya
memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan
peserta dan operator.22 Lebih Jauh Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS
membedakan asuransi konvensional dengan asuransi syariah, yaitu :23
21
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
22
Muhaiman Iqbal, Op., Cit., h. 2
23
Tabel 2.1
Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah 1 Aspek Syar’i Tidak selaras dengan syariah
Islam karena adanya Maisir,
Gharar, dan Riba; hal yang diharamkan dalam mu’amalah
Bersih dari adanya praktik
Gharar, Maisir, dan Riba.
wakalah bil ujrah, dan
sebagainya).
3 Management
of Risk
Transfer of Risk, dimana
terjadi transfer risiko dari
tertanggung kepada penanggung.
Sharing of Risk, dimana
terjadi proses saling
Tidak ada, sehingga dalam
banyak praktiknya bertentangan dengan kaidah
syara’.
Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan
Sumber : Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General). ,h. 326
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Seperti telah diketahui bersama, asuransi syariah belum memiliki fondasi
hukum yang kuat, karena hanya diatur oleh regulasi dalam bentuk Keputusan
asuransi syariah yang masih terpaku dan tunduk pada peraturan (hukum positif).24
Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain :
a) Fatwa DSN-MUI no. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah.
b) Fatwa DSN-MUI no. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah
Musytarakah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah
c) Fatwa DSN-MUI no. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil
Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah
d) Fatwa DSN-MUI no. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad Tabarru Pada
Asuransi dan Reasuransi Syariah
e) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 18/PMK.010/2010 tentang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha
Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
Peraturan-peraturan tersebutlah yang selama ini menjadi acuan perusahaan
asuransi syariah dalam menjalankan operasionalnya. Selain itu, landasan hukum
normatif yang menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan
usahanya secara syariah yaitu :
a) Al-Qur’an
Pada dasarnya al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas praktik asuransi
syariah, terindikasi dari tidak munculnya istilah al-ta’min secara nyata dalam
24
Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan
Qur’an. Walaupun demikian, al-Qur’an masih mengakomodir ayat-ayat yang
memiliki nilai-nilai dasar dalam praktik asuransi syariah, seperti nilai dasar
tolong-menolong, kerja sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap
peristiwa kerugian di masa mendatang.25
Nilai dasar tolong-menolong dan bekerja sama (Q.S. al-Maidah ayat 2)
⌧
Artinya : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Nilai dasar semangat untuk melakukan proteksi terhadap kerugian di masa
mendatang (Q.S. al-Hasyr ayat 18)
☺ ☺
Artniya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
b) Sunnah Nabi
Rasulullah SAW, sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di
masa mendatang. Meninggalkan ahli waris (keluarga) yang berkecukupan materi,
25
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam ; Suatu Tinjauan Analisis
dalam pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka
dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabdanya :
Artinya : ” Diriwayatkan dari Amr bin Sa’ad bin Abi Waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW.: Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya.”
3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah
Perusahaan asuransi kerugian (umum) adalah perusahaan yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.26 Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi
dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tabarru’ dan akad tijarah.27
Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum
Syariah adalah akad tabarru’ dan akad wakalah bil Ujrah. Adapun mengenai
akad mudharabah, mudharabah musytarakah merupakan akad yang
diimplementasikan dalam kegiatan investasi saja. Lain halnya dengan perusahaan
asuransi jiwa yang memang dalam produk asuransinya ada yang mengandung
unsur saving dan ada yang tidak.
26
Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian, Pasal 1 Ayat (5)
27
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, Tentang Dasar
a) Akad Tabarru’ Pada Asuransi Umum Syariah
Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a, yatabarra’u, tabarru’an artinya
sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi sumbangan
disebut mutabarri’ (dermawan). Niat tabarru’ (dana kebajikan/hibah) dalam akad
asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam
melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt. Dalam
konteks akad pada asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana
kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara peserta jika
ada yang mendapat musibah, dan dana tersebut ditempatkan secara terpisah pada
rekening sekaligus pencatatannya dari dana pengelola (perusahaan asuransi
syariah).28
Jadi, dana tabarru’ merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya
boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’
dan reasuransi syariah. Dana tabarru ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan
sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tabarru’ ini
akan dimasukkan ke rekening dana tabarru’ peserta dan pihak pengelola
mendapatkan upah/ bagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati (wakalah bil
ujrah, mudharabah, atau mudaharabah musytarakah).29 Selain itu, jika terdapat
28
Sula, Op., Cit., h. 35-36
29
surplus dari dana tabarru’, penetapan besaran pembagiannya tergantung kepada
peserta kolektif, regulator atau kebijakan manajemen :30
1) seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’,
2) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, dan sebagian lainnya
didistribusikan kepada peserta; atau,
3) sebagian sebagai cadangan tabarru’, sebagian didistribusikan kepada
peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola.
b) Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah
Dalam konteks asuransi syariah akad wakalah bil ujrah adalah pemberian
kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan
atau melakukan kegiatan lain seperti, administrasi, pengelolaan dana, pembayaran
klaim, underwriting pengelolaan portofolio risiko, pemasaran, dan investasi,
dimana perusahaan mendapatkan imbalan dalam bentuk ujrah/fee karena jasanya
tersebut.31
Alur dari akad wakalah bil ujrah ini diawali dari kontribusi peserta yang
diterima oleh perusahaan asuransi syariah, lalu dipisah menjadi 2, yaitu ke dana
peserta (tabarru’) dan dana pengelola sebagai ujrah. Dana tabarru yang
terkumpul selanjutkan digunakan untuk hal-hal seperti yang telah disebutkan pada
pembahasan akad tabarru diatas. Jika terdapat defisit pada dana tabarru, maka
30
Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah.
31
perusahaan memberikan pinjaman dari dana pengelola dengan akad qardh. Dalam
hal ini, akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) sehingga perusahaan
sebagai wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan
mengurangi fee yang telah diterimanya kecuali karena kecerobohannya atau
wanprestasi. ( lihat kembali Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/iii/2006). Untuk
lebih jelasnya mengenai alur/ business process pada asuransi syariah lihatlah
ilustrasi 2.1 dibawah ini.
Ilustrasi 2.1 Syariah Business Process
Sumber : PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Biaya Operasional, Marketing, Gaji Karyawan, dsb
Bagian Pendapatan Operator (Perusahaan)
B. Akuntansi Asuransi Syariah
AICPA (American Institute of Certified Public Accountant)32
mendifinisikan bahwa akuntansi (konvensional) adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
Akuntansi syariah secara umum tidak jauh berbeda dengan konvensional
dalam hal siklus (proses) akuntansinya. Yaitu diawali dari pencatatan transaksi
ke dalam jurnal, kemudian masing-masing akun dalam jurnal diposting ke buku
besar hingga terbentuk saldo dari masing-masing akun tersebut yang kemudian
disesuaikan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Meskipun secara
teknis tidak jauh berbeda namun secara konsep akuntansi syariah berbeda dengan
akuntansi konvensional. (Lihat ilustrasi 2.2)
Ilustrasi 2.2
Dalam bahasa Arab, akuntansi disebut muhasabah34 yang berasal dari
kata hasaba, hasibah, muhasabah yang artinya menimbang, memperhitungkan,
mengkalkulasi, mendata, atau menghisab. Sedangkan secara terminologi
akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan, dan
pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan
sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan
prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum, riba, maisir, gharar,
barang yang diharamkan, dan membahayakan.35
Landasan Syar’i mengenai akuntansi syariah terdapat dalam al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 282 :
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
34
Hasbi Ramli, Op., Cit., h. 12
35
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”(Q.S. al-Baqarah : 282)
Berdasarkan ayat tersebut di atas, terkandung tiga prinsip umum bagi
akuntansi syariah, antara lain :36
1. Prinsip pertanggungjawaban.
Di kalangan masyarakat muslim, pertanggungjawaban selalu berkaitan
dengan konsep amanah. Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang
proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah di muka
bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang
terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban
mengenai apa yang telah diperbuat kepada pihak-pihak terkait. Wujud
pertanggungjawabannya biasanya dalam bentuk laporan akuntansi.
2. Prinsip keadilan
Dalam konteks akuntansi, menegaskan kata adil dalam ayat 282 surat
al-Baqarah secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan dicatat dengan benar.
36
3. Prinsip kebenaran
Prinsip ini tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Kebenaran di
dalam al-Qur’an tidak diperbolehkan untuk dicampuradukkan dengan
kebathilan. Sebab al-Qur’an telah mengggariskan bahwa ukuran, alat atau
instrumen untuk menetapkan kebenaran tidaklah didasarkan pada nafsu.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa proses akuntansi baik
akuntansi syariah maupun konvensional secara umum tidak ada perbedaan,
diawali dengan proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal sampai akhirnya
tercipta sebuah laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)37
yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Laporan keuangan
tersebut menurut SAK yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.38
Dalam entitas asuransi syariah, laporan keuangan yang harus disajikan
cakupannya lebih luas dibandingkan asuransi konvensional, meliputi :
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
37
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; Penyajian Laporan
Keuangan Syariah, (Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2006), Ed. PSAK no. 101, h. 101.2
38
3. Laporan Laba Rugi Dana Pengelola
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Laporan Perubahan Dana Tabarru’
6. Laporan Arus Kas
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10839
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai kekayaan,
kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban,
serta informasi lainnya yang relevan dibutuhkan adanya sebuah standar penyajian
keuangan tersebut. Di Amerika standar tersebut yaitu General Accepted
Accounting Principle (GAAP), sedangkan di Indonesia sendiri yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).40
Standar Akuntansi Keuangan merupakan sebuah acuan yang sangat vital
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, karena pada sebuah industri,
khususnya asuransi syariah, membangun kepercayaan bagi nasabah (peserta)
menjadi kunci sukses dalam pengembangan ke depan. Asuransi syariah harus
39
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK 108.
40
dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan serta
transparansi laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.41
PSAK 108 yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup
periode laporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 2010 adalah Standar
Akuntansi Keuangan yang bertujuan mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. Transaksi asuransi
syariah yang dimaksud adalah transaksi yang terkait dengan kontribusi pesrta,
alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana
tabarru’.
Transaksi asuransi syariah lazimnya dilakukan oleh entitas asuransi
syariah. Entitas Asuransi Syariah yang dimaksud antara lain terdiri dari Asuransi
Umum Syariah, Asuransi Jiwa Syariah, Reasuransi Syariah, dan Unit Usaha
Syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional. Sebagaimana telah
diketahui bahwa asuransi syariah merupakan perusahaan dengan sistem 2 entitas,
yaitu entitas dana peserta dan dana pengelola.
PSAK 108 mendefinisikan asuransi syariah yaitu sistem menyeluruh yang
pesertanya mendonasikan (men-tabarru’-kan) sebagian atau seluruh
kontribusinya untuk membayar klaim atas risiko tertentu akibat musibah pada
jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta yang berhak. Donasi tersebut
41
Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan
merupakan donasi dengan syarat tertentu dan merupakan milik peserta secara
kolektif, bukan merupakan pendapatan entitas pengelola.
Beberapa hal yang diatur PSAK 108 terkait transaksi asuransi syariah,
antara lain :
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN:
2. Pengakuan Awal
a) Kontribusi42 dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam
dana peserta.43
b) Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai :
1) dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau
mudharabah musytarakah; dan atau
2) kewajiban jika menggunakan akad wakalah
c) Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang menggunakan
akad wakalah bil ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan
penyaluran tersebut dalam laporan perubahan dana investasi terikat.
d) Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam
laporan laba rugi dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit
underwriting dana tabarru’.
42
Kontribusi adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan
ujrah.
43
3. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru’
a) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
peserta dan bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan
kepada entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan
perubahan dana tabarru’.
b) Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui
sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting
dana tabarru yang didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban
dalam neraca.
c) Pinjaman qard dalam neraca dan pendapatan dalam laporan surplus defisit
underwriting dana tabarru diakui pada saat entitas asuransi menyalurkan
dana talangan sebesar jumlah yang disalurkan.
Penyisihan Teknis (Technical Provision)
a) Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban
dalam laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’
b) Penyisihan teknis diukur sebagai berikut :
1) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak dihitung menggunakan
2) Klaim yang masih dalam proses44 diukur sebesar jumlah estimasi
klaim yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah
estimasi tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim
yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan,
setelah mengurangkan bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah
dibayarkan.
3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan45 diukur sebesar jumlah
estimasi klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal
neraca berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan
klaim yang paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.
Cadangan Dana Tabarru’46
a) Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang
dianggap mencerminkan kehati-hatian (deemed prudent) agar mencapai
tujuan pembentukannya yang bersumber dari surplus underwriting dana
tabarru’.
44
Klaim yang masih dalam proses (Outstanding claims) adalah jumlah beban penyisihan
untuk klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai akhir periode berjalan yang diperkirakan akan dibayar pada periode mendatang.
45
Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan adalah jumlah penyisihan untuk klaim yang terjadi, tetapi belum dilaporkan sampai akhir periode berjalan.
46