• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Public Relation Pada PT. Indonesia Asahan Alumunium (Studi deskriptif tentang strategi PR pada PT. Inalum untuk menciptakan citra positif perusahaan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Public Relation Pada PT. Indonesia Asahan Alumunium (Studi deskriptif tentang strategi PR pada PT. Inalum untuk menciptakan citra positif perusahaan)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI

PUBLIC RELATIONS

PADA

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

(Studi Deksriptif Tentang Strategi PR pada PT ALUMINIUM Untuk

Menciptakan Citra Positif Perusahaan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Program Strata 1 (S1) Pada Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

AYUNDA DWI KINANTI

NIM : 100922022

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama

: Ayunda Dwi Kinanti

NIM

: 110922001

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul

: STRATEGI PUBLIC RELATION PADA PT. INDONESIA ASAHAN

ALUMUNIUM (Studi deskriptif tentang strategi PR pada PT. Inalum

untuk menciptakan citra positif perusahaan)

Medan, 2015

Dosen Pembimbing

Ketua Departemen

Dra.Dayana,M.Si

NIP.196007281987032002

NIP.195102191987011001

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama

: Ayunda Dwi Kinanti

NIM

: 100922022

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul

: STRATEGI PUBLIC RELATIONS PADA PT. INDONESIA

ASAHAN ALUMINIUM

(Studi deskriptif tentang strategi PR pada PT. Inalum untuk

menciptakan citra positif perusahaan)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu

Komunikasi pada departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

(4)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama

: Ayunda Dwi Kinanti

NIM

: 100922022

Departemen

: Ilmu Komunikasi

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas

: Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya

: Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Sumatera Utara hak bebas royalty non eksklusif ( non –

ekslusive Royalty-Free Right)atas karya ilmiah saya yang berjudul :

STRATEGI PUBLIK RELATION PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

(Studi Deskriptif Tentang Strategi PR Pada PT. INALUM Untuk Menciptakan Citra

Positif Perusahaan).

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non

Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat dan mempublikasikan skripsi saya ini tanpa meminta izin dari saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

: Medan

Pada tanggal : Januari 2015

Yang Menyatakan

(5)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hadil karya sendir. Semua sumber baik yang dikutip maupun

dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya

terbukti melakukan pelanggaran (plagiant) maka saya bersedia diproses sesuai

hukum yang berlaku.

Nama : Ayunda Dwi Kinanti

NIM : 100922022

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai strategi public relation pada PT. Indonesia

Asahan Aluminium. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan public

relation pada PT.

Inalum dalam upayanya untuk menciptakan citra positif dari

perusahaan tersebut, sekaligus mengetahui strategi komunikasi yang dipergunakan

oleh public relation PT.Inalum citra positif dan langkah yang dilakukan untuk tetap

menjaga citra tersebut. Metode penelitian yang dilakukan penulis adalah

menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menggunakan teori penelitian

penjelasan dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi.Penelitian ini

tidak menggunakan sampel tetapi menggunakan subjek penelitian atau

informan.Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara melakukan wawancara

mendalam dan observasi terhadap subjek penelitian tersebut.Analisis data dilakukan

secara kualitatif yaitu dengan mengaitkan komponen komunikasi antar

pribadi.Kesimpulan dari penelitian ini tugas Public Relations yang paling utama

adalah menjaga dan meningkatkan citra perusahaan, dan berdasarkan penelitian ini

Public Relations PT.Inalum telah menjalankan tugasnya dengan baik, hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya pelanggan dari konsumen perusahaan tersebut yang

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh public Relation, serta citra

positif yang tercipta pada perusahaan PT.Inalum .

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas bekat, rahmat,

taufik, dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan

skripsi yang berjudul “Strategi Public Relations pada PT. Indonesia Asahan Alumunium” ini

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam

memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dalam

skripsi ini dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis

bersedia menerima kritik, saran dan masukan-masukan yang bersifat membangun agar pada

kesempatan lain dapat menjadi lebih baik, penulis juga mendapatkan banyak pengalaman

yang merupakan sebuah pelajaran berharga, mulai dari saran, bimbingan, arahan baik secara

moril serta dorogan semangat dari berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis.

Terkhusus penulis ucapkan terima kasih kepada orangtua penulis. Papa Sukirno dan

nama Hasdiana yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan dan nasehat yang

bijaksana bagi penulis, terima kasih juga kepada anak penulis, Pradypta Erlangga,

penyemangat hidup penulis yang selalu member keceriaan, memberikan senyuman yang tiada

henti, dan karenanya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Selain itu dalam penulisan

skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril,

materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2.

Ibu Dra. Fatma Wardly Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

3.

Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi dan juga sekaligus

merupakan dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, nasehat, dan

saran bagi penulis selama mengerjakan skripsi ini.

4.

Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai dari

semester awal hingga penulis menyelesaikan perkuliahan di kampus.

(8)

6.

Abang Harys Pratomo yang selalu memberikan motivasi dan wawasan yang luas bagi

penulis, serta selalu memberikan contoh tauladan yang baik bagi penulis.

7.

Kakak ipar satu-satunya Ratyh Dhana Wulan, yang selalu meluangkan waktu untuk

memberikan motivasi dan hibungan ketika pikiran sedang kacau.

8.

Abang Erwin buat bimbingannya, buat masukan skripsiku yang jauh menjadi lebih baik,

meski terkadang tidak ontime kalau bertemu tapi sukses terus yang bang …

9.

Devi Alvionita dosen muda yang konflik dan sepupuku yang paling dewasa untuk

seumuranmu terima kasih bantuannya untuk semalam, yang kamarnya habis diberantakan

dypta, sukses buatmu.

10. Kepada teman-teman seperjuangan di Departemen Ilmu Komunikasi khususnya ekstensi

2010, yang sama-sama berjuang di bangku perkuliahan dan saling memberikan

pengalaman dan motivasi.

11. Orang yang selalu ada didalam hati penulis, terima kasih buat semangat dan kasih saying

yang tulus kepada penulis, mudah-mudahan kita jodoh …. Nama belum bisa disebutkan

karena masih dirahasiakan … ha…..ha….

12. Kepada seluruh informan yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua doa dan dukungan yang telah diberikan. Semoga

tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Sekian dan terima kasih.

Medan, Januari 2015

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN ...

1

A. ... Latar

Belakang Masalah ...

1

B. ... Perum

usan Masalah ...

5

C. ... Pemb

atasan ...

5

D. ... Tujuan

dan manfaat penelitian ...

6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...

8

A.

... Penge

rtian Komunikasi ...

8

1. ... Masal

ah- masalah dalam koordinasi ...

12

2. ... Tipe-

tipe Koordinasi ...

13

3. ... Sifat-

sifat Koordinasi ...

15

4. ... Syarat

- syarat Koordinasi ...

16

5. ... Ciri-

(10)

6. ... Pende

katan Untuk Mencapai Koordinasi yang Efektif ...

18

7. ... Pengu

rangan Kebutuhan Akan Koordinasi ...

19

B.

... Strate

gi Komunikasi ...

19

C.

... Public

Relations ...

13

D.

... Teori

Citra ...

29

E.

... Citra

Perusahaan ...

37

F.

... Corpor

ateSocial Responsibility (CSR) ...

41

G.

... Keran

gka Konsep ...

51

H.

... Opera

sionalisasi Konsep ...

41

I.

... Definis

i Operasional Operasionalisasi Konsep ...

54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

56

A. ... Deskri

psi Lokasi Penelitian ...

56

B. ... Metod

e Penelitian I ...

60

C. ... Teknik

Pengumpuln Data I ...

60

D. ... Teknik

Analisa Data ...

60

BAB IV ANALISA DATA DAN PENELITIAN ...

63

A. ... Proses

(11)

B. ... Hasil

Wawancara ...

63

C. ... Analis

a Data ...

81

BAB V PENUTUP ...

87

A. ... Kesim

pulan ...

88

B. ... Saran

89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

[image:11.595.67.550.68.270.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Pembentukan Citra ...

37

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Public relations memiliki peran yang penting dalam sebuah pemerintah. Public relations

(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai strategi public relation pada PT. Indonesia

Asahan Aluminium. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan public

relation pada PT.

Inalum dalam upayanya untuk menciptakan citra positif dari

perusahaan tersebut, sekaligus mengetahui strategi komunikasi yang dipergunakan

oleh public relation PT.Inalum citra positif dan langkah yang dilakukan untuk tetap

menjaga citra tersebut. Metode penelitian yang dilakukan penulis adalah

menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menggunakan teori penelitian

penjelasan dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi.Penelitian ini

tidak menggunakan sampel tetapi menggunakan subjek penelitian atau

informan.Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara melakukan wawancara

mendalam dan observasi terhadap subjek penelitian tersebut.Analisis data dilakukan

secara kualitatif yaitu dengan mengaitkan komponen komunikasi antar

pribadi.Kesimpulan dari penelitian ini tugas Public Relations yang paling utama

adalah menjaga dan meningkatkan citra perusahaan, dan berdasarkan penelitian ini

Public Relations PT.Inalum telah menjalankan tugasnya dengan baik, hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya pelanggan dari konsumen perusahaan tersebut yang

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh public Relation, serta citra

positif yang tercipta pada perusahaan PT.Inalum .

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Public relations memiliki peran yang penting dalam sebuah pemerintah. Public relations

(16)

Dalam menciptakan ataupun mempertahankan citra positif pemerintah dapat dilakukan dengan menanamkan kepercayaan kepada para publik, yaitu publik internal maupun eksternalnya.

Diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk membentuk sebuah citra. Citra akan mampu terlihat atau terbentuk melalui strategi komunikasi yang tepat. Proses pembentukan citra dimulai dari penerimaan secara fisik (panca indra) masuk ke saringan perhatian (attention filter) dan dari situ menghasilkan pesan yang dapat dimengerti atau dilihat (perceived message), yang kemudian

berubah menjadi persepsi dan akhirnya citra (M.Wayne de Lozier, 1976:44)

Citra merupakan salah satu aset penting bagi organisasi yang selayaknya harus terus menerus dibangun dan dipelihara. Citra yang baik merupakan salah satu alat yang penting, bukan hanya untuk menarik konsumen dalam memilih produk atau jasa, melainkan juga dapat

memperbaiki sikap kepuasan pelanggan terhadap organisasi. Citra senantiasa berhubungan dengan publik atau khalayak luas. Kesan dan pengetahuan mereka mengenai organisasi akan membentuk citra organisasi tersebut. Menurut Kazt (Soemirat dan Ardiyanto 2005:78), citra adalah cara pihak lain memandang sebuah pemerintah, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas.

Citra juga menunjukkan eksistensi sebuah organisasi di mata publik, yaitu menunjukkan pandangan masyarakat terhadap organisasi yang terbentuk dalam jangka waktu yang panjang. Pencitraan yang terbentuk dengan baik akan memberikan dampak yang baik pula demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan individu ataupun perusahaan. Dalam hal ini mampu memberikan peluang bagi perusahaan untuk meraih keuntungan dari produk yang dijual karena memilliki citra yang baik, selain itu akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap organisasi dalam menjalankan bisnis.

Kepercayaan merupakan aset atau modal yang amat mahal bagi setiap perusahaan. Rumusan ini sudah tidak bisa ditawar lagi. Sebagus apa pun perusahaan, seprofesional apa pun jalannya perusahaan, sumber daya manusia (SDM), dan sekuat apa pun modal yang dimiliki, akan tetapi bila kepercayaan publik itu sudah negatif dapat dipastikan perusahaan akan terus digerogoti krisis yang akhirnya mati. Oleh karena itu setiap perusahaan selalu berusaha membangun citra yang positif di mata konsumen. Citra positif penting untuk selalu dibentuk dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Pada dasarnya semua perusahaan menginginkan citranya bernilai positif atau baik di mata masyarakat atau publik (public), karena ini akan dapat meningkatkan profitabilitas, pertumbuhan dan eksistensinya organisasi itu sendiri. Jika citra (image) organisasi di mata masyarakat atau publik sangat buruk, maka profitabilitas, pertumbuhan organisasi tidak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu citra organisasi perlu dibentuk ke arah positif. Pembentukan citra bertujuan untuk mengevaluasi kebijaksanaan dan memperbaiki kesalahpahaman

Strategi Public relations hanya dengan menanamkan kepercayaan kepada publik saja tidaklah cukup untuk memperoleh citra positif. Citra positif yang sudah dibangun perlu

dipertahankan dan dimaintain, karena erat kaitannnya dengan reputasi perusahaan tersebut. Begitu kepercayaan publik luntur karena reputasi yang negatif, maka akan sulit untuk memulihkan

(17)

Pelaksanaan strategi yang tepat melalaui program media relations suatu institusi atau perusahaan dapat meningkatkan publisitas perusahaan dihadapan publik, dengan menanamkan kepercayaan serta membangun reputasi positif merupakan cara memperoleh citra positif.

Keberhasilan pekerjaan Public relations dalam memperoleh publisitas dapat diperoleh dari hubungan yang harmonis dengan media. Tidak dapat dipungkiri, bahwa peran media sangat vital dalam publisitas dan pencitraan dimata publik. Hubungan yang sifatnya simboiosis mutualisme kepada media perlu dibangun. Media memanfaatkan relasinya dengan Public relations untuk memperoleh informasi sebuah institusi atau perusahaan yang terkini, original, dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan yang saling menguntungkan akan memiliki dampak positif bagi Public relations dan media. Melalui media relations citra positif perusahaan dapat dibangun.

Era Informasi yang bergerak cepat merupakan tantangan tersendiri bagi Public relations. Informasi dan data baru datang silih berganti setiap detiknya. Keputusan untuk menyajikan informasi terbaru seringkali berlandaskan dari orang perorang atau cerita teman, sehingga lahirlah fenomena baru dalam komunikasi dan informasi, yaitu word of mouth atau buzz. Word of mouth

apabila berkembang dapat menjadi opini publik yang menguntungkan apabila dikelola dengan baik, karena itu Public relations strategis harus mampu menciptakan dan memanfaatkan hal ini melalui media relations untuk menciptakan citra positif perusahaan.

PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam yang memanfaatkan kekayaan alam asahan dan memiliki tugas utama untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan teknologi peleburan aluminium, seperti efisiensi penggunaaan bahan baku maupun energi lain.

Agar dapat bersaing di pasar global, INALUM harus mampu melakukan proses kerja, proses produksidan pelayananberdasarkan standar global. Standar kerja seperti ini sebenarnya telah diterapkan oleh INALUM sejak awal dalam memproduksi aluminium ingot, sehingga sanagat membantu dalam proses pencapaian sertifikasi ISO ( International Standard Organization).

INALUM juga menyadari akan pentingnya nama baik sebuah perusahaan. Karena seberapa kuat modal, manajemen dan lengkapnya prasarana dan sarana perusahaan tetapi jika tidak memiliki

image yang baik maka cepat atau lambat perusahaan tersebut akan mengalami kepailitan. Dalam rangka membentuk image atau pencitraan yang baik, diperlukan perwakilan perusahaan untuk menjembatani perusahaan dengan publiknya. Pihak INALUM sendiri juga menempatkan Public Relations sebagai jabatan yang cukup penting untuk membentuk image positif kepada publiknya sehingga akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

Melihat fenomena ini membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian terhadap aktifitas yang dilakukan Public relations PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sehingga penelitian ini diberikan judul “Strategi Public Relations pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)”

B. Perumusan Masalah

(18)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasn masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitin ini terfokus kepada kegiatan PR pada PT. INALUM dalam upayanya untuk

menciptakan citra positif dari perusahaan.

2. Penelitian ini tidak bertujuan untuk menyudutkan ataupun memberikan nilai negatif

terhadap instansi yang menjadi lokasi penelitian

3. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2004 sampai dengan

januari 2005

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Strategi Public relations dalam membangun citra perusahaan yang

baik dari segi manajemen (kegiatan perusahaan), pemberdayaan sumber daya manusia

serta sumber daya alamnya.

b. Untuk mengetahui citra perusahaan PT INALUM di masyarakat dalam pemanfaatan

sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah Asahan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Secara akademis, diharapkan penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP

USU khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah

penelitian dan sumber bacaan.

b.

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian

khususnya di bidang hubungan masyarakat (humas)

c. Secara praktis, penelitian dapat memberikan masukan kepada lembaga-lembaga atau

instansi terkait mengenai pentingnya peran Humas dalam membentuk image atau

(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS

(20)

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “

communication”),

secara etimologis

atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin

communicatus

, dan perkataan ini

bersumber pada kata

communis

Dalam kata

communis

ini memiliki makna ‘berbagi’ atau

‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau

kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam

komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan

Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships,

group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the

environment and one another.

Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan

individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang

merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara

efektif dalam Effendy (2003:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip

paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya,

The Structure and

Function of Communication in Society.

Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Who Says

What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu Effendy (2003:10):

a. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

b. Pesan (mengatakan apa?)

c. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

(21)

e. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

Ada beberapa pengertian tentang komunikasi secara umum:

a.

Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau

ide/gagasan (Oxford Dictionary).

b.

Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain

melalui symbol, tanda, atau tingkah laku

c.

Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan

komunikasi abstrak.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu

proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal

maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda,

atau tingkah laku.

Unsur-unsur komunikasi adalah ; komunikator, pesan, komunikan, media, dan respon

atau umpan balik.

a.

Komunikator, yakni orang yang menyampaikan pesan harus berusaha merumuskan isi

pesan yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus empati, jelas. Kejelasan

kalimat dan kemudahan bahasa akan sangat mempengaruhi penerimaan pesan oleh

komunikan.

b.

Pesan, yakni pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa dinyatakan

baik lisan maupun tulisan. Lambang suara berkaitan dengan intonasi suara. Lambang

gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh, sedangkan lambang warna berkaitan

(22)

yang sudah diketahui secara umum, misalnya merah, kuning, dan hijau pada lampu

lalu lintas.

c.

Komunikan, adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap atau peka

dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan yang diterimanya.

Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah persepsii komunikan terhadap pesan

harus sama dengan persepsi komunikator yang menyampaikan pesan

d.

Media, adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak, audio,

visual dan audio-visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan mempengaruhi

penerimaan pesan dari komunikan.

e.

Respon/umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari

pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik

langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu dengan kalimat yang diucapkan

langsung dan nonverbal melalui ekspresi wajah atau gerakan tubuh. Umpan balik

secara tidak langsung dapat berupa perubahan perilaku setelah proses komunikasi

berlangsung, bisa dalam waktu yang relative singkat atau bahkan memerlukan waktu

cukup lama.

B. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Effendy,2003:301).

Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Harold D. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What Which Channel To Whom With What Effect?”

(23)

Who? (Siapakah komunikatornya), Says what? (pesan apa yang dinyatakannya), In which channel? (media apa yang digunakannya), To whom? (siapa komunikannya), With what effect? (efek apa yang diharapkan)”

Quinn (1992) dalam buku kampanye PR kiat dan strategi edisi revisi (Ruslan,2002:90-91) menyatakan agar suatu strategi dapat efektif dilaksanakan dalam sebauh program, maka ia harus mencakup beberapa hal:

a. Objektif yangg jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai

pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan. Tujuan

tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami dan

menentukan.

b. Memelihara inisiatif.strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya

omitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap

peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa.

c. Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang

menentukan.

d. Fleksibilitas.strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyanggad an dimensi

untuk fleksibilitas dan maneuver.

e. Kepemimpinan yang memilki komitmen dan terkoordinasi. Strategi hendaknya

memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap

pencapaian tujuan pokok.

f. Kejujuran. Strategi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan

kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga.

g. Keamanan. Strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi

penting organisasi.

C. Public Relations

(24)

Definisi yang dihasilkan dari penelitian tersebut adalah public relations merupakan sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi,

pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi/pemerintah, instansi dan lembaga dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen.

Definisi lainnya masih menyebutkan bahwa public relations adalah sebuah fungsi manajemen, seperti yang disebutkan oleh Cutlip, Center, & Brown :

a. Public Relations (Humas) adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung

terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama

antara organisasi dengan publiknya, (Cutlip, Center & Brown, 2000:4)

b. Menurut Ardianto (2004:14), dalam pelaksanaannya public relation menggunakan

komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi, dan mengubah pengetahuan, sikap dan

perilaku publik sasarannya. Hasil yang dicapai dari kegiatan public relation pada intinya

adalah good image (citra baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling

pengertian), mutual confindece (saling mempercayai), mutual appreciation (saling

menghargai), dan tolerance (toleransi).

Beberapa tokoh dalam dunia komunikasi memberikan batasan-batasan atau definisi tersendiri tentang public relation antara lain yaitu:

a. John E. Marston (Modern Public Relation, 1979): “Public relations is planned, persuasive

coomunication designed to influence significant public”

b. Robert T. Relly (The Action of Public Relation, 1981):

Public relations Practice is the art and social science of analyzing trends, predicting their

consequences, counseling organizations leaders, and implementing planned program of

action which serve both the organization’s and the public interest.

c. IPRA, “Public relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh good will,

saling pengertian, citra baik dari masyarakat.”

d. J.C. Seidel, Public relations Director Of Housing, State of New York (dalam Saoemirat dan

Ardianto, II00II : 1II), yang berbunyi : “Public relations adalah proses yang terus menerus dari

usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para

(25)

dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, ke luar dengan mengadakan

pernyataan-pernyataan”.

e. Sukatendel (1990) Ardianto (2004): “Suatu metode komunikasi untuk penciptaan citra positif

dari mitra institusi atas dasar kesadaran untuk menghormati kepentingan bersama.”

Dalam definisi yang diungkapkan tersebut terdapat sejumlah butir penting yaitu:

a.

Public relations (PR) adalah sebuah ilmu yang cabang keilmuannya berasal dari ilmu

komunikasi. Sebagai suatu cabang keilmuan maka public relation bukan sekadar isu semata

tetapi mempunyai dasar berpikir yang dapat dijelaskan dan dipertanggung jawabkan melalui

metode logika tertentu layaknya pengujian terhadap cabang keilmuan lainnya.

b.

Citra adalah obyek dari public relation yang telah menjadi kebutuhan dari institusi layaknya

sumber daya yang telah ada seperti sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber

daya peralatan bahkan sumber daya pengetahuan.

c.

Mitra adalah subyek dari public relation disamping institusi itu sendiri. Mitra adalah bagian

dari operasi sebuah institusi, tanpa mitra sebuah institusi tidak dapat berjalan.

d.

Kepentingan bersama adalah apa yang hendak dicari oleh II (dua) institusi dalam koneksi

satu dengan yang lain. Contoh yang nyata pembeli dan penjual mempunyai tujuan bersama

yaitu tercapai kesepakatan untuk melakukan transaksi jual beli.

e.

Public relations menurut definisi yang dirumuskan oleh IPR (Institute Public relations) adalah

praktek humas yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan

(terus-menerus) dalam rangka menciptakan dan mempertahankan niat baik (goodwill), serta

sikap-sikap yang saling pengertian yang bersifat timbal balik (Mutual Understanding) antara suatu

organisasi atau pemerintah, instansi dan lembaga dengan segenap khalayaknya. (Frank

Jefkins, 1996:8)

f.

Dalam Kongres I Asosiasi public relation Sedunia di Mexico City tahun 1978 diperoleh

kesepakatan tentang definisi public relation Sebagai seni sekaligus ilmu sosial yang

(26)

darinya, memberi masukan dan saran-saran kepada pemimpin organisasi, serta menerapkan

program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi atau

kepentingan khalayak

g.

Frank Jefkins (1995:9): “Public relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan

komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi

dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang

berlandaskan pada saling pengertian”.

Dari beberapa definisi di atas, terdapat beberapa kesamaan konsep yang dapat ditarik sebagai kata kunci untuk definisi public relation tersebut, yaitu :

a.

Deliberate, artinya kegiatan public relation pada dasarnya adalah kegiatan yang disengaja.

b.

Planned, artinya kegiatan public relation adalah kegiatan yang terorganisir rapi atau

terencana.

c.

Performance, artinya public relation yang efektif harus didasarkan pada kebijakan dan

penampilan yang sesungguhnya.

d.

Public Interest, artinya alasan mendasar dari suatu kegiatan public relation adalah untuk

memenuhi kepentingan publik dan tidak semata-mata untuk membantu organisasi

meningkatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

e.

Two ways communications, artinya pada dasarnya dalam kegiatan public relation harus

terjadi pertukaran komunikasi.

f.

Management functions, artinya public relation paling efektif jika ia menjadi bagian dari

proses pengambilan keputusan dalam sebuah manajemen organisasi.

Dari berbagai batasan public relation di atas di atas dapat ditarik konsep bahwa untuk memahami dan mengevaluasi berbagai opini publik atau isu public yang berkembang terhadap suatu organisasi/pemerintah, instansi dan lembaga. Dalam kegiatannya public relation memberikan masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan manajemen yang berhubungan dengan opini dan isu publik yang tengah berkembang.

(27)

persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan (Davis, ,”Everything You Should Know About Public Relation, 2003).

Menurut Rosady Ruslan tujuan public relation adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau

masyarakat dan konsumen.

2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan.

3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation.

4. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.

5. Mendukung bauran pemasaran. (Ruslan,”Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi

Konsepsi dan Aplikasi”,2002,p.246)

Jefkins mendefinisikan dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan public relation sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya

kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.

3. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada

masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.

4. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar

baru.

5. Untuk mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas rencana

perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.

6. Untuk memperbaiki hubungan antar perusahaan itu dengan masyarakatnya, sehubungan

dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau

salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan.

7. Untuk mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan

(28)

8. Untuk meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali

setelah terjadinya suatu krisis.

9. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko

pengambilalihan oleh pihak lain.

10. Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru.

11. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para pimpinan

perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.

12. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara.

13. Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau

produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari

peraturan, undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan.

14. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan, agar

masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai

hal. (Jefkins,”Public Relations”,2003:54)

Jadi, secara keseluruhan tujuan dari public relations adalah untuk menciptakan citra baik perusahaan sehingga dapat menghasilkan kesetiaan publik terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Selain itu public relations bertujuan untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik.

Maria menjelaskan bahwa “public relations merupakan satu bagian dari satu nafas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut”. Hal ini sekedar memberikan gambaran tentang fungsi public relation yaitu:

1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

(29)

organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal.

4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. (Maria,”Dasar-dasar Public Relation”,

2002,p.31)

Komponen dasar humas yang berhubungan dengan fungsi humas seperti yang dikemukakan oleh Dennis Wilcox dalam Public Relation Society of America (PRSA) antara lain:

1. Counseling; menyediakan saran untuk manajemen yang berhubungan dengan kebijakan

hubungan dan komunikasi.

2. Research; melihat tindakan dan perilaku publik dalam rangka merencanakan strategi

humas. Research dapat digunakan untuk membangun saling pengertian atau

mempengaruhi dan meyakinkan publik.

3. Media Relations; bekerjasama dengan media dalam melakukan publisitas.

4. Publicity; menampilkan pesan terencana melalui media tertentu untuk menghasilkan

ketertarikan yang lebih jauh lagi.

5. Employee/Member Relation; memberikan respon terhadap suatu masalah,

menginformasikan dan memotivasi karyawan dan anggota organisasi.

6. Public Affair; membangun keterlibatan efektif dalam kebijakan publik.

7. Issues Management; mengidentifikasi dan mengevaluasi isu yang berkembang pada

publik yang berakibat pada organisasi.

8. Financial Relation; menciptakan dan menjaga kepercayaan penanam modal.

9. Industrial Relations; menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga lain yang

berhubungan dengan aktifitas organisasi. Hal ini bisa diwujudkan dengan tergabung

dalam asosiasi usaha yang berhubungan dengan jalur bisnis organisasi.

10. Development / Fund Raising; menciptakan kebutuhan dan mendorong publik untuk

(30)

11. Multicultural Relations / Workplace Diversity; berhubungan dengan individu-individu

dari berbagai kelompok dan budaya.

12. Marketing communication; memadukan aktifitas pemasaran dengan mengadakan

kegiatan khusus sekaligus membangun citra baik perusahaan. (Dennis Wilcox,Phillip

Ault, Warren Agee, Glen Cameron, ”Public Relation Strategies & Tactics”,2003: 8-9)

Konsep fungsional humas menurut Sirih Agung Wasesa dalam buku ”Strategi Public Relation” memberikan penjelasan sebagai berikut:

Terhadap internal organisasi:

1. Mengkomunikasikan kebijakan direksi dan manajemen karyawan.

2. Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar karyawan memahami dasar pengambilan keputusan yang diambil.

3. Membangun jaringan komunikasi interaktif antar karyawan, manajemen dan direksi.

4. Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi kebijakan hinggan pelatihan untuk mengurangi dampak buruk restrukturisasi.

5. Membangun peningkatan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan.

6. Membantu terciptanya budaya perusahaan yang sesuai dengan visi organisasi.

Terhadap eksternal organisasi:

1. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik.

2. Menjelaskan hasil rapat umum pemegang saham.

3. Menjelaskan hasil dan dasar diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa.

4. Membantu pemasaran untuk menciptakan citra produk.

5. Mensosialisasikan prestasi yang dicapai oleh perusahaan.

6. Mengembangkan program-program pengembangan masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada publik.

7. Menyiapkan sarana bagi publik untuk melihat perusahaan secara langsung.

(31)

Dapat disimpulkan bahwa public relations lebih berorientasi kepada pihak perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena

mendapatkan opini dan kritik dari konsumen. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa fungsi public relations adalah memelihara, mengembangtumbuhkan, mempertahankan adanya komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul, atau meminimalkan munculnya masalah.

Peran public relations menurut Ruslan (2010,p.26) yaitu :

1. Communicator

Artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak/elektronik dan lisan. Di samping itu juga bertindak sebagai persuader.

2. Relationship

Kemampuan peran humas membangun hubungan positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.

3. Back up Management

Melakukan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti manajemen

promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi.

4. Good Image Maker

Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi, dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/organisasi dan produk yang diwakilinya.

Dikutip dari Public Relations Jurnal Vol. 2, No.3, Summer 2008 yang berjudul Public Relation and the Path to Innovation: Are Complex Environments Good for Bussiness? oleh Sandra C.Duhe “Selanjutnya Dougall dan Everett (2001,p.535) menambahkan “The role of public relations is to support and facilitate the organization as it adjusts and adapts to a changing environment”. Kutipan ini menyatakan bahwa public relations adalah untuk mendukung dan memfasilitasi organisasi karena ia akan menyesuaikan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Jadi, public relations memiliki peran sebagai komunikator, membangun hubungan positif

antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal, mendukungan manajemen

atau menunjang kegiatan lain, dan menciptakan citra atau publikasi yang positif.

Tugas adalah sesuatu yang wajib untuk dikerjakan atau dilakukan; pekerjaan yang menjadi tanggung

(32)

Frida Kusumastuti menjabarkan tugas-tugas Public Relation sebagai berikut:

1.

Menginterpretasikan, menganalisa, dan membuat evaluasi kecenderungan perilaku

publik untuk kemudian direkomendasikan kepada pihak manajemen untuk

merumuskan kebijakan organisasi.

2.

Mempertemukan kepentingan organisasi dengan kepentingan publik sehingga tercipta

saling pengertian, menghormati dan menyanggupi untuk melaksanakan kebijakan

yang diambil oleh organisasi.

3.

Mengevaluasi program-program organisasi khususnya yang berkaitan dengan publik.

(Frida Kusumastuti,”

Dasar-dasar humas

”,2004)

Lima pokok tugas Public Relations sehari-hari menurut Maria Assumpta Rumanti dalam buku

Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik adalah :

1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan,

tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik supaya publik mempunyai pengertian yang

benar tentang organisasi atau perusahaan , tujuan, serta kegiatan yang dilakukan.

2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat.

3. Memperbaiki citra organisasi.

4. Tanggung jawab sosial dimana public Relations merupakan instrument untuk bertanggung

jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut.

5. Komunikasi. Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang khusus Yaitu komunikasi

timbal balik dalam fungsinya komunikasi itu sentral. (Maria,”Dasar-dasar Public Relations

Teori dan Praktik”,2002,p.39)

Soemirat dan Ardianto mengklasifikasikan publik dalam Public Relations menjadi beberapa

kategori yaitu:

1. Publik internal dan publik eksternal: Publik internal yaitu publik yang berada di dalam

organisasi/ perusahaan seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham

dan direksi perusahaan. Publik eksternal secara organik tidak berkaitan langsung dengan

perusahaan seperti pers, pemerintah, pendidik/ dosen, pelanggan, komunitas dan pemasok.

2. Publik primer, sekunder, dan marginal. Publik primer bisa sangat membantu atau

merintangi upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu

penting dan publik marginal adalah publik yang tidak begitu penting. Contoh, anggota

Federal Reserve Board of Governor (dewan gubernur cadangan federal) yang ikut mengatur

masalah perbankan, menjadi publik primer untuk sebuah bank yang menunggu rotasi secara

(33)

3. Publik tradisional dan publik masa depan. Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional,

mahasiswa/pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, dan pejabat pemerintah (madya)

adalah publik masa depan.

4. Proponent, opponent, dan uncommitted. Di antara publik terdapat kelompok yang

menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli

(uncommitted). Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat

dengan jernih melihat permasalahan.

5. Silent majority dan vocal minority: Dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan complaint

(keluhan) atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang

silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif

menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca

adalah pasif sehingga tidak kelihatan suara atau pendapatnya. (Ardianto, Elvinaro,dan

Soemirat Soleh,”Dasar-dasar Public Relations”,2004)

Definisi, fungsi, tujuan, peran, tugas Public Relations yang dipakai dalam penelitian kali ini

adalah Public Relations dalam menciptakan, membangun, menjaga dan meningkatkan citra baik

perusahaan.

Jenis kegiatan public relations di PT INALUM:

1. Melakukan program Komuniti Relations, yang berupa sponshorship cabang olahraga dengan

papan skor, hiburan agustus

2. Bantuan komputer untuk universitas

3. Sponshorship kegiatan ramadhan dan natal

4. Kerjasama dalam pembuatan baliho “Hati-hati dengan pencopetan Kota Medan

D. Teori Citra

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan (Soemirat ”Dasar-dasar Public Relations”, 2005, p.114). Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sifatnya terhadap objek tersebut. Menurut Solomon, dalam Soemirat menyatakan bahwa sikap bersumber pada organisasi kognitif informasi dan pengetahuan yang kita miliki.

Katz dalam Soemirat dan Ardianto mengatakan bahwa citra adalah :

Cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.

(34)

Ruslan menjelaskan bahwa :

Citra perusahaan berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal, serta diterima oleh publiknya, seperti sejarahnya, kualitas pelayanan yang prima, keberhasilan dalam bidang ,marketing, tanggung jawab sosial, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, pihak Public Relation berupaya untuk bertanggung jawab penuh terhadap citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi untuk bersaing dipasar bursa saham (Ruslan,”Memahami pemasaran”, 2005,p.75).

Soemirat dan Ardianto menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang :

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang

lingkungan. Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang

diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu.

(Ardianto,Elvinaro,dan Soemirat Soleh,”Dasar-dasarPublic Relations”,2004)

Jadi, citra adalah pandangan seseorang tentang suatu perusahaan/organisasi. Pandangan tersebut muncul dari kesan pertama atau dari pengalaman-pengalaman yang terjadi berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan yang ada.

Citra bagi sebuah organisasi merupakan tujuan utama. Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri muncul karena adanya informasi. Dalam usaha mewujudkan tujuan tersebut, tiap organisasi berlomba-lomba untuk membentuk, memelihara, dan mempertahankan citra positif yang ada demi tujuan keseluruhan organisasi tercapai. Citra yang baik akan menghasilkan dampak positif yang berkesinambungan bagi seluruh produk atau pelayanan jasa yang dihasilkan.

Citra diartikan sebagai kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta dan kenyataan (Soemirat dan Ardianto, 2005 : 114). Citra

seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki (Soemirat dan Ardianto 2005 : 114). Tidak akan ada teori sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada

penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi – informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra terhadap suatu organisasi atau perusahaan.

(35)

Proses-proses yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap konsumen terhadap produk Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari stimulus

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini

menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.

Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap dapat diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini disebut sebagai ’picture in our head’ oleh Walter Lipman (Soemirat dan Ardianto, 2005:115). Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalaman mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.

Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartiakan Walter Lipman dalam Soemirat dan Elvinaro (2005:115) sebagai citra individu terhadap rangsang :

1. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan

dengan suatu proses pemaknaan.

2. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap suatu stimulus.

3. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi

objek, ide situasi atau nilai. Sikap menentukan apakah seseorang harus pro atau contra

terhadap sesuatu.

Ruslan (2007:77) menyebutkan ada beberapa jenis citra (image) menurut Jefkins. Berikut ini enam jenis citra yang dikemukakan, yakni:

a.

Citra cermin (mirror image). Citra yang diyakini oleh perusahaan – terutama para

pemimpinannya – yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang

(36)

b.

Citra kini (current image). Adalah kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang

perusahaan/organisasi atau hal yang lain yang berkaitan dengan produknya.

c.

Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak

manajemen terhadap perusahaan/organisasi.

d.

Citra perusahaan/organisasi (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara

keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Berkaitan dengan

sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, menciptakan citra perusahaan yang positif,

lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, baik tentang sejarahnya, kualitas pelayanan,

keberhasilan dalam bidang marketing dan CSR.

e.

Citra majemuk (multiple image). Pelengkap dari citra perusahaan, pengenalan terhadap

identitas perusahaan, banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari

sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama

dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.

f.

Citra Penampilan (performance image). Citra ini ditujukan kepada subjeknya, kinerja atau

penampilan diri (performance image) para profesional di perusahaan bersangkutan.

Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman suatu kenyataan. Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap akan menghasilkan citra yang tidak sempurna (Kasali, 1994:28). Pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi

wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian yang baik atau buruk (Ruslan, 2007:75). Terciptanya suatu citra yang baik dimata masyarakat akan menguntungkan organisasi, sebab citra yang baik merupakan tujuan pokok organisasi. Citra yang baik juga akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi perusahaan atau organisasi.

Citra yang baik dimaksudkan agar organisasi dapat hidup dan orang-orang didalamnya dapat terus mengembangkan kreativitasnya dan dapat memberi manfaat lebih berarti bagi orang lain (Kasali, 1994 : 30). Organisasi dengan citra positif akan lebih diterima, lebih dinikmati, dan lebih didukung oleh berbagai pihak yang menentukan keberhasilan organisasi dalam meraih berbagai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Pembentukan citra melalui suatu proses waktu dan harus diupayakan melalui usaha bagian atau divisi dari organisasi yang tepat.

Citra bagi seorang praktisi public relations adalah tujuan utama, reputasi dan prestasi yang hendak dicapai . Citra seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang

(37)

dan menguntungkan citra suatu organisasi atau produk barang dan jasa yang diwakili oleh praktisi

public relations. Praktisi public relations harus memiliki tanggung jawab memberikan informasi-informasi yang lengkap kepada publiknya. Karena informasi-informasi yang tidak lengkap sering dipakai oleh pihak -pihak yang tidak sependapat untuk menjatuhkan pihak tertentu, sehingga muncul isu-isu yang menyebabkan konflik. Untuk itu informasi harus diberikan kepada publik secara benar, akurat, tidak memihak, lengkap dan memadai. Agar hal-hal yang menimbulkan ketidak puasaan yang

berhubungan dengan organisasi dapat dikendalikan dan dihindari.

Sustina (2003,p.83) mengemukakan bahwa “Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu”

Definisi persepsi menurut Mowen (2000,p73) mengemukakan :

“Persepsi adalah proses dalam individu yang ditunjukan informasi, memperhatikan informasi dan memahami informasi tersebut. Pada tahap penangkapan informasi konsumen menerima informasi melalui indera mereka, pada tahap perhatian konsumen menetapkan kapasitas pemrosesan bagi suatu stimulu/rangsangan dan pada tahap pemahaman konsumen menerjemahkan informasi untuk memperoleh maknanya.”

Menurut Hawkins, Motherbaugh, dan Best (2007,p.282), persepsi adalah suatu proses bahwa mulai dengan tahapan penangkapan, perhatian, dan berakhir dengan penafsiran informasi oleh pelanggan.

1.

Tahap penangkapan (

Exposure

)

Terjadi saat suatu rangsangan mencapai daerah syaraf penerimaan indera

seseorang (

sensory receptor

). Pada tahap ini sistem sensor manusia memilih

bagian yang perlu diingat sementara bagian yang perlu terus diingat.

2.

Tahap perhatian (

Attention

)

Agar dapat terjadi sesuatu yang khusus dan menjadi perhatian seseorang,

setelah mencapai daerah syaraf penerima indera (

sensory receptor

), maka

rangsangan tersebut harus menggetarkan syaraf penerima indera dan

menimbulkan respon langsung atau sensasi pada otak (

sensations

).

3.

Tahap pemahaman (

Comprehensive

)

Setelah mencapai daerah sistem syaraf indera penerimaan seseorang (

sensory

receptor

) dan menggetarkan syaraf indera tersebut kemudian menimbulkan

respon langsung atau sensasi pada otak (

sensations

), maka kemudian tugas

otak manusia untuk memahami sensasi dan informasi tersebut. Pada tahap

inilah persepsi terbentuk.

Setelah persepsi terbentuk kemudian persepsi tersebut disimpan didalam ingatan berupa

(38)
[image:38.595.109.453.207.380.2]

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Proses pembentukan citra menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro, adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra

Sumber : Soleh Soemirat dan Elvinaro,2002, p.111

Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon.

E. Citra Perusahaan

Definisi Citra Perusahaan menurut para ahli:

Kotler (2007,p.338) :

Citra adalah cara masyarakat mempersepsikan (memikirkan) perusahaan atau produknya.

Frank Jefkin (2004,p.22) :

Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan sekedar citra atas produk ataupun layanannya.

Lawrence L. Steinmetz (dalam Siswanto Sutojo 2004,p.1) :

Citra perusahaan dapat diartikan persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan.

Elvirano (2004,p.120) :

Kognisi

Motivasi

Sikap Persepsi

Respon Perilaku Persepsi

(39)

Citra perusahaan adalah citra yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya. Bagaimana citra perusahaan yang positif lebih dikenal serta diterima publiknya, mungkin tentang sejarah, kualitas, pelayanan prima,

keberhasilan dalam bidang pemasarannya dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosialnya.

Bill Cantor (dalam Siswanto Sutojo 2004,p.1) :

Citra perusahaan secara lebih khusus sebagai kesan, perasaan, dan konsep yang diberikan masyarakat kepada perusahaan, yang dapat pula mereka ciptakan kepada objek lain, seseorang, ataupun suatu organisasi tertentu.

Dapat disimpulan bahwa citra perusahaan adalah persepsi masyarakat terhadap suatu perusahaan secara keseluruhan.

Shirley Harison dalam bukunya MarketersGuide to Public Relations, membagi empat unsur dalam citra perusahaan, diantaranya ;

1.

Personality

, keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami oleh lingkungan

luar perusahaan. Unsur yang pertama dalam citra ini akan memberikan gambaran

umum perusahaan secara keseluruhan, seperti perusahaan yang terpercaya, atau

perusahaan yang bertanggung jawab sosial.

2.

Reputation

, keyakinan publik terhadap perusahaan berdasar pengalaman pribadi atau

orang lain atas

output

yang dihasilkan perusahaan.

3.

Value/Etnics,

nilai-nilai dan filosofi yang dianut perusahaan, termasuk didalamnya

kebijakan internal dan interaksi eksternal dengan pihak luar yang berhubung dengan

perusahaan.

4.

Corporate Identity,

identitas dalam nama, simbol, logo, warna dan ritual untuk

memunculkan perusahaan, merek, dan kepentingan perusahaan. James R. Gregory

dalam buku Siswanto (2004,p.14) menyatakan identitas perusahaan terdiri dari dua

elemen pokok yaitu nama dan logo perusahaan. Suatu identitas perusahaan

diharapkan efektif apabila perusahaan dan

design consultant

yang membantu

merencanakan desain identitas memperhatikan hal- hal berikut :

a)

Identitas singkat tapi jelas, tidak membingungkan, tidak asal, orisinil, dan

tidak mudah dilupakan.

b)

Membawa arti tertentu.

c)

Logo dapat digunakan secara fleksibel.

d)

Tidak cepat membosankan.

Faktor Penunjang Keberhasilan Membangun Citra Perusahaan menurut Siswanto Sutojo (2004,p.39) :

Keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Dari sekian banyak faktor tersebut, lima diantaranya sangat berpengaruh besar dalam pembentukan citra perusahaan.

Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut :

(40)

Perusahaan boleh saja membangun citra tentang produk mereka. Betapapun indahnya

kemasan yang mereka gunakan untuk membangun citra yang diinginkan, namun

apabila sasaran tidak melihat manfaat apa yang mereka peroleh, sulit diharapkan

mereka tertarik pada citra perusahaan.

Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.

2.

Citra yang ditunjukan kepada kelompok sasaran hendaknya realistis sehingga mudah

dipercaya. Kelompok sasaran cenderung bersikap sinis atau negatif terhadap

penonjolan citra perusahaan yang tidak realistis.

3.

Citra yang ditonjolkan tepat.

Manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan segmen-segmen kelompok sasaran dari

perusahaan atau produk umumnya beraneka warna, idealnya perusahaan yang ingin

menarik beberapa segmen sekaligus menonjolkan lebih dari satu jenis citra. Setiap

perusahaan hendaknya memilih citra yang tepat.

4.

Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.

Kelompok sasaran tidak mempunyai banyak waktu untuk memahami berbagai macam

citra yang ditonjolkan oleh banyak perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan

yang ingin menonjolkan citranya wajib berusaha agar citra itu mudah dipahami

kelompok sasaran mereka.

5.

Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.

Faktor penting lain yang wajib disadari para pengusaha adalah citra perusahaan atau

produk yang mereka bangun itu adalah sarana untuk membangun usaha, bukan tujuan

usaha itu sendiri.

Menurut Siswanto (2004,p.3) citra yang baik membawa banyak manfaat yang bernilai bagi perusahaan, di antaranya adalah :

1.

Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.

Citra perusahaan yang baik dan kuat akan tumbuh menjadi kepribadian

perusahaan yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain. Citra baik

perusahaan dapat menjadi tembok pembatas bagi perusahaan saingan yang

ingin memasuki segmen pasar dilayani perusahaan tersebut. Apabila dikelola

secara efektif citra juga dapat melindungi perusahaan dari serangan perusahaan

baru. Citra juga dapat melindungi perusahaan dari pesaing lama yang

memasarkan barang tau jasa baru.

2.

Menjadi perisai selama masa krisis.

(41)

yang baik, sebagian masyarakat akan memaafkan kelalaian atau kesalahan

tersebut karena seperti halnya seorang manusia, tidak selamanya dalam

kegiatan operasionalnya perusahaan berada dalam kondisi yang sempurna.

3.

Menjadi daya tarik eksekutif handal.

Eksekutif handal merupakan salah satu aset berharga bagi perusahaan. Mereka

adalah para pelaku yang membuat perusahaan dapat mencapai tujuan jangka

pendek dan menengah dapat tercapai. Sebuah perusahaan dengan citra yang

buruk tidak akan mudah merekrut dan mempertahankan eksekutif yang handal.

4.

Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran.

Harapan perusahaan dengan citra yang baik untuk berhasil menerjunkan

produk atau merek baru dipasar, jauh lebih besar dibandingkan perusahaan

yang belum banyak dikenal dimasyarakat.

5.

Penghematan biaya operasional.

Salah satu contoh mudah dalam penghematan biaya operasional yaitu ketika

pihak perusahaan mencoba mempromosikan produk mereka ke pasar,

perusahaan dengan citra baik membutuhkan usaha dan biaya yang sedikit

dibandingkan dengan perusahaan baru yang belum dikenal konsumen.

Jadi, citra yang baik membawa banyak manfaat bagi perusahaan yakni menjadi daya

saing jangka menengah dan panjang yang mantap, menjadi perisai selama masa krisis,

menjadi daya tarik eksekutif handal, meningkatkan efektifitas strategi pemasaran, dan

penghematan biaya operasional.

F. Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam News Of PERHUMAS (2004) disebutkan ; bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya. Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1) kemampuan finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4) keunggulan dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung jawab lingkungan, (8) tanggung jawab sosial, dan (9) penegakan Good Corporate Governance (GCG). Program CSR masuk dalam aspek tanggung jawab lingkungan dan tanggung jawab sosial. Berdasarkan sifatnya, pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :

1. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development); dan

(42)

Kotler dan Keller (2007,p.25) memberikan penekanan terhadap konsep pemasaran bertanggung jawab sosial bahwa suatu organisasi adalah menetapkan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran dan menyerahkan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing dengan cara memelihara atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

Kotler dan Keller (2007,p.27) memberikan penjelasan Corporate Social Initiatives sebagai garis besar pelaksanaan pemasaran yang bertanggung jawab sosial. Kotler dan Nancy Lee

(2005,p.22) menjelaskan lebih lanjut mengenai Corporate Social Initiatives sebagai aktifitas utama perusahaan untuk mendukung program sosialnya dan untuk mendukung komitmen Corporate Social Responsibility.

Konsep pemasaran bertanggung jawab sosial dinilai sejalan dengan konsep Corporate Social Responsibility, yang berisikan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan. Bahkan banyak terminologi yang dipertukarkan dengan konsep

Corporate Social Responsibility sebut saja social investing, corporate responsibility, corporate citizenship dan masih banyak lainnya. Tapi semuanya menuju satu muara yaitu untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Untuk mencapai tujuan ini

Corporate Social Responsibility perusahaan haruslah merupakan upaya untuk meminimumkan dampak negatif dan untuk memaksimumkan dampak positif baik bagi masyarakat (sosial) maupun lingkungan.

Berdasar pada Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS), Corporate Social Responsibility diartikan sebagai :

Komitmen usaha untuk be

Gambar

Gambar  1.  Model Pembentukan Citra  ..........................................................................
Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra

Referensi

Dokumen terkait

yang berlaku Republik Indonesia. Undang-undang ini juga tercantum dalam pasal Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945. Semua peraturan yang menambah atau mengubah KUHP

[r]

Kemudian pelat tersebut diletakkan dalam kotak kayu yang telah dipersiapkan dan kotak kayu dimiringkan sebesar 30 derajat pada rangka yang juga telah dipersiapkan sebelumnya

Dan kemudian pihak pengelola toko mengembangkan dengan dibuatnya aplikasi transaksi pembelian dan penjualan baranag yang digunakan untuk membantu atau mempermudah pengelola

Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada mengatasinya

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer, yaitu Fatwa DSN MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang asuransi syariah dan konsep maslahah yang dirumuskan

Dengan diberikan contoh gerakan berlari oleh guru, siswa dapat menjelaskan prosedur gerakan berlari ke berbagai arah sesuai dengan konsep tubuh,

Addendum ( Bila ada ) Selasa 15 Januari 2013 16:00 Didownload Melalui