PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP
PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
TESIS
Oleh
YOCTOLIS ALFIAN
127024034/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR
SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN Nama Mahasiswa : Yoctolis Alfian
Nomor Pokok : 127024034 Program Studi : Studi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Hatta Ridho, S.Sos, MSP
Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
Telah diuji pada
Tanggal 29 Januari 2015
PANITIA PENGUJI
KETUA : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA Anggota : Hatta Ridho, S.Sos, MSP
Dra. Beti Nasution. M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH
WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2015 Penulis
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI
PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN
PERCUT SEI TUAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP)
Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
YOCTOLIS ALFIAN 127024034 / SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH
WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2015
Penulis
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI
PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN
PERCUT SEI TUAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP)
Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
YOCTOLIS ALFIAN 127024034/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
ABSTRAK
Pemilihan umum kepala daerah yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang, di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat membuat partai atau koalisi partai memenangi pemilihan kepala daerah. Pertama, faktor partai dan koalisi partai yang mengusung calon kepala daerah, dengan melihat bahwa komposisi atau koalisi partai pengusung calon memang merupakan partai-partai yang pada pemilu sebelumnya menunjukkan keunggulannya dalam perolehan suara. Partai-partai tersebut biasanya juga merupakan partai besar yang sudah dikenal masyarakat. Kedua,faktor figur calon kepala daerah yang diusung partai,calon kepala daerah yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat mampu mendongkrak kemenangan partai dan pasangan calon dalam pilkada.Ketiga,bergeraknya mesin partai politik, yang mempunyai struktur dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Desa yang dapat bergerak untuk memenangkan calonnya dalam pilkada juga turut menjadi faktor penentu kemenangan. Metode penelitian ini mengunakan format eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi diantara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat adalah partisiasi politik. Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang dan mengunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data mengunakan uji statistik statistik somer’s d mengunakan Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dan besar tingkat signifikasinya data diolah dengan mengunakan
SPSS. Hasil penelitian menunjukkan andanya pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan pada pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013. Bedasarkan uji koefisiensi korelasi menunjukkan bahwa tingkat keeratan pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dalam penelitian ini berada pada interpretasi rendah yaitu 0.333. Uji determinasi menunjukkan 7% tingkat ekonomi mempengaruhi partisipasi pemilih, sedangkan 93% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa partisipasi pemilih responden belum mencapai taraf yang di inginkan. Saran yang disampaikan bagi pemerintahan warga Bandar Setia Kabupaten Deli Serdang ke depannya dengan kandidat yang terpilih diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi sehingga nantinya akan terjadi partisipasi politik dalam pemilihan lansung yang rasional, sehingga untuk ke depannya kandidat yang sudah terpilih benar-benar mendengarkan aspirasi rakyat sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan pembangunan bangsa Indonesia ke depannya bisa berjalan dengan baik.
ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN
ABSTRACT
Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced by several factors that can make the party or coalition won local elections. First, the parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition of the bearer party or coalition candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in the vote. These parties usually also a large party already known to the public. Second, the figure head of the prospective factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village which can move for the winning candidate in the elections also be a determining factor of victory. This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data was collected by means of questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical tests Somer's d statistic using Product Moment to determine whether there is a relationship between the level of economic to political participation and great significance level data is processed by using SPSS. The results showed andanya influence between the economic level of the political participation of citizens of the Village District of Bandar Setia Percut Sei Tuan in Deli Serdang regency elections in 2013. Based on correlation coefficient test showed that the level of closeness influence on the economic level of political participation in this study is on the interpretation of low, 0333 . Determination test showed 7% voter participation rate affects the economy, while 93% are influenced by other factors. Observation and interview the researchers did the obtained data that respondents voter participation has not reached the desired level. Suggestions submitted to the government the citizens Bandar Setia Deli Serdang Regency to the front with the selected candidate is expected to provide solutions to problems that occur so that there will be a direct political participation in the election of a rational, so for future candidates already elected completely listen to the aspirations of the people as a good Indonesian citizens and the future development of the Indonesian nation could run well.
ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN
ABSTRACT
Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced factors that can make the party or coalition won the elections daerah. first, factors parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition or coalition bearer party candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in voice. Party acquisition is usually also a large party already known people.seconds, head of the prospective figure factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village to move to win a candidate in the elections also be a determining factor of victory. Political machine driven campaign organized and solid team taking money politics proven to boost the number of votes to win the election.
This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data using questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical Somer's d for using Product Moment the relationship between the level of political participation and economic with great significance level of data processed by using SPSS.
The results showed the presence of influence a relationship between the level of economic to political participation of villagers Bandar Setia District of Percut Sei Tuan in direct local elections in 2013. Correlation coefficient test showed that the level of closeness influence the economic level of participation in this research politic in located on the interpretation of observations low.determination tet showed 7% of the economy is affected by the leve of voter participation. Results and interview the researchers did the data obtained that the political participation of respondents still closed and not transparent it is still the presence of money politics received from the citizens of a particular political party representatives.
the correct listen to the aspirations of the people as an Indonesian citizen who is good and the future development of the Indonesian nation could run well.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapakan atas rahmat dan karunia Allah
SWT yang memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir
(Tesis) dari perkuliahan Program Pascasarjana Magister Studi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah memberikan seberkas sinar kehidupan melalui
Al-Qur’an dan Sunnahnya sebagai pedoman hidup kita bersama, serta guna
membedakan mana yang hak dan mana yang bathil dalam menjalani hidup ini.
Tesis ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Program Magister Studi
Pembangunan Sekolah Pascassarjana Universitas Sumatera Utara dalam
menyelesaikan studi.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena
pengetahuan penulis yang sangat terbatas. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dari pembaca yang dapat membantu kesilapan yang terdapat di dalam penulisannya
agar Tesis ini lebih bermanfaat bagi kita semua.
Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara
moril dan materil yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, MSc (CTM).Sp.A
(K), sebagai rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku pembimbing I dan ketua
Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan arahannya selama
penulis berada di bangku perkuliahan hingga menyelesaikan tugas ini.
4. Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Sekretaris Program
Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara yang juga memberikan dorongan kepada penulis untuk
cepat menyelesaikan studi ini.
5. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, MSP selaku pembimbing II, atas kesabaran
dan keikhlasannya dalam membimbing penulis menyelesaiakan tugas
ini.
6. Ibuk Dra. Beti Nasution. M.Si selaku penguji I dan Bapak Drs. Tonny
P. Situmorang, MA selaku penguji II yang telah memberikan
masukan-masukan yang konstruktif bagi perbaikan Tesis ini.
7. Ns. Yesi Andriani, S.Kep selaku istri tercinta yang telah membantu
dan memberi motivasi kepada pnulis untuk cepat menyelesaikan tugas
akhir ini.
9. Rekan-rekan angkatan XXVI semoga dapat terus membina semangat
untuk tetap belajar. Dan juga kepada sekretariat MSP USU penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuannya.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal
atas bantuan yang telah diberikan selama ini kepada penulis dan berharap
penelitian ini bermanfaat bagi seluruh pembaca serta berguna bagi yang
membutuhkannya.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Medan, Januari 2015
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : YOCTOLIS ALFIAN, S.Sos
2. Tempat/ tanggal lahir : Medan, 30 Oktober 1986
3. Alamat : Jl. Pengabdian Dusun I Desa Bandar Setia No. 67b
4. Jenis Kelamin : Laki - laki
5. Agama : Islam
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Nama istri : Ns. Yesi Andriani, S.Kep
8. Pekerjaan : Wiraswasta
a. SD Negeri Medan Tahun 1998
b. SMP Muhammadiyah 01 Medan Tahun 2001
c. SMA Swasta ERIA Medan Tahun 2005
d. Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMSU Tahun 2011
Demikian Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, Januari 2015
Yang membuat
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.3.1.1Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1.2Manfaat Penelitian ... 7
1.4. Hipotesis ... 8
1.5. Batasan Masalah. ... 8
1.6. Penelitian Terdahulu ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Tingkat Ekonomi ... 10
2.1.1 Pengertian Ekonomi Secara Umum ... 10
2.1.2 Stratifikasi sosial dengan ukuran ekonomi/tingkat ekonomi ... 13
2.2. Partisipasi Politik ... 16
2.2.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ... 20
2.2.3. Pentingya Partisipasi Politik ... 22
2.2.4. Tingkat Ekonomi dan Partisipasi Politik Masyarakat ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1. Bentuk dan Jenis Penelitian ... 29
3.2. Defenisi Konsep ... 29
3.3. Defenisi Operasional ... 30
3.4. Populasi ... 32
3.5. Sampel ... 32
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.7 Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV DESKRIPSI LOKASI ... 37
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 37
4.1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis ... 37
4.2. Penyajian Data Jawaban Responden ... 43
4.2.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ... 43
4.2.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
4.2.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Agama ... 45
4.2.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46
4.2.6 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi ... 48
4.2.7 Responden Berdasarkan Partisipasi Pemilih ... 59
4.3. Analisa Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y ... 75
4.4. Uji Determinasi ... 81
4.5. Analisis Data Wawancara ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
5.1. Kesimpulan ... 83
5.2. Saran ... 85
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1 Luas Wilayah Desa Bandar Setia ...40
4.2 Sarana dan Prasarana Desa Bandar Setia ...40
4.3 Data Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku ...41
4.4 Data Penduduk Berdasarkan Agama ...41
4.5 Data Penduduk Berdasarkan Pencaharian ...42
4.6 Tingkat Partisipasi Pemilih Desa Bandar Setia ...42
4.7 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ...43
4.8 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...44
4.9 Klasifikasi Responden Berdasarkan Agama ...45
4.10 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...46
4.11 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...47
4.12 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi ...48
4.13 Distribusi tentang Penghasilan Setiap Bulan ...49
4.14 Distribusi tentang Pengeluaran Setiap Bulan ...51
4.15Distribusi tentang Pekerjaan Tambahan ...52
4.16 Distribusi tentang Pemenuhan Kebutuhan dengan Pendapatan ...53
4.17 Distribusi tentang Kepemilikan Tabungan ...54
4.18 Distribusi tentang Status RumahTempatTinggal ...55
4.19 Distribusi tentang Kepunyaan Alat Elektronik ...56
4.20 Distribusi tentang Kebutuhan Setiap Bulan ...56
4.21 Distribusi tentang Kepunyaan Kendaraan Bermesin ...57
4.24 Distribusi tentang Aktif Mencari Dukungan ...61
4.25 Distribusi tentang Keterlibatan Dalam Kampanye ...62
4.26 Distribusi tentang Pemberian Dana Kepada Tim Sukses ...63
4.27 Distribusi tentang Keterlibatan dan Aktif Dalam Tim Sukses ...64
4.28 Distribusi tentang Kehadiran di Tempat Pemungutan Suara ...65
4.29 Distribusi tentang Membahas Politik dalam Keluarga ...66
4.30 Distribusi tentang Alasan Mengikuti Pemilihan Bupati ...67
4.31 Distribusi tentang Visi Misi Calon Bupati ...69
4.32 Distribusi tentang Figur dan Kharisma Calon ...70
4.33 Distribusi tentang Potensi Calon Bupati Terpilih ...71
4.34 Distribusi tentang Sistem Pelaksanaan Pemilu ...72
4.35 Distribusi tentang Money Politics ...73
4.36 Distribusi tentang Pendorong Partisipasi Warga ...74
4.37 Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Partisipasi ...77
4.38 Uji Signifikan Tingkat Ekonomi terhadap Partisipasi pemilih ...78
4.49 Uji Hubungan Symmetric Measures ...79
4.40 Interpretasi Koefisien Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Warga Desa Bandar Setia ...80
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
ABSTRAK
Pemilihan umum kepala daerah yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang, di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat membuat partai atau koalisi partai memenangi pemilihan kepala daerah. Pertama, faktor partai dan koalisi partai yang mengusung calon kepala daerah, dengan melihat bahwa komposisi atau koalisi partai pengusung calon memang merupakan partai-partai yang pada pemilu sebelumnya menunjukkan keunggulannya dalam perolehan suara. Partai-partai tersebut biasanya juga merupakan partai besar yang sudah dikenal masyarakat. Kedua,faktor figur calon kepala daerah yang diusung partai,calon kepala daerah yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat mampu mendongkrak kemenangan partai dan pasangan calon dalam pilkada.Ketiga,bergeraknya mesin partai politik, yang mempunyai struktur dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Desa yang dapat bergerak untuk memenangkan calonnya dalam pilkada juga turut menjadi faktor penentu kemenangan. Metode penelitian ini mengunakan format eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi diantara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat adalah partisiasi politik. Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang dan mengunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data mengunakan uji statistik statistik somer’s d mengunakan Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dan besar tingkat signifikasinya data diolah dengan mengunakan
SPSS. Hasil penelitian menunjukkan andanya pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan pada pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013. Bedasarkan uji koefisiensi korelasi menunjukkan bahwa tingkat keeratan pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dalam penelitian ini berada pada interpretasi rendah yaitu 0.333. Uji determinasi menunjukkan 7% tingkat ekonomi mempengaruhi partisipasi pemilih, sedangkan 93% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa partisipasi pemilih responden belum mencapai taraf yang di inginkan. Saran yang disampaikan bagi pemerintahan warga Bandar Setia Kabupaten Deli Serdang ke depannya dengan kandidat yang terpilih diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi sehingga nantinya akan terjadi partisipasi politik dalam pemilihan lansung yang rasional, sehingga untuk ke depannya kandidat yang sudah terpilih benar-benar mendengarkan aspirasi rakyat sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan pembangunan bangsa Indonesia ke depannya bisa berjalan dengan baik.
ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN
ABSTRACT
Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced by several factors that can make the party or coalition won local elections. First, the parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition of the bearer party or coalition candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in the vote. These parties usually also a large party already known to the public. Second, the figure head of the prospective factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village which can move for the winning candidate in the elections also be a determining factor of victory. This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data was collected by means of questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical tests Somer's d statistic using Product Moment to determine whether there is a relationship between the level of economic to political participation and great significance level data is processed by using SPSS. The results showed andanya influence between the economic level of the political participation of citizens of the Village District of Bandar Setia Percut Sei Tuan in Deli Serdang regency elections in 2013. Based on correlation coefficient test showed that the level of closeness influence on the economic level of political participation in this study is on the interpretation of low, 0333 . Determination test showed 7% voter participation rate affects the economy, while 93% are influenced by other factors. Observation and interview the researchers did the obtained data that respondents voter participation has not reached the desired level. Suggestions submitted to the government the citizens Bandar Setia Deli Serdang Regency to the front with the selected candidate is expected to provide solutions to problems that occur so that there will be a direct political participation in the election of a rational, so for future candidates already elected completely listen to the aspirations of the people as a good Indonesian citizens and the future development of the Indonesian nation could run well.
ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN
ABSTRACT
Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced factors that can make the party or coalition won the elections daerah. first, factors parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition or coalition bearer party candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in voice. Party acquisition is usually also a large party already known people.seconds, head of the prospective figure factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village to move to win a candidate in the elections also be a determining factor of victory. Political machine driven campaign organized and solid team taking money politics proven to boost the number of votes to win the election.
This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data using questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical Somer's d for using Product Moment the relationship between the level of political participation and economic with great significance level of data processed by using SPSS.
The results showed the presence of influence a relationship between the level of economic to political participation of villagers Bandar Setia District of Percut Sei Tuan in direct local elections in 2013. Correlation coefficient test showed that the level of closeness influence the economic level of participation in this research politic in located on the interpretation of observations low.determination tet showed 7% of the economy is affected by the leve of voter participation. Results and interview the researchers did the data obtained that the political participation of respondents still closed and not transparent it is still the presence of money politics received from the citizens of a particular political party representatives.
the correct listen to the aspirations of the people as an Indonesian citizen who is good and the future development of the Indonesian nation could run well.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang
baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu
adalah Pemilihan Kepala Daerah Langsung atau disingkat Pilkadasung. Wujud
demokratisasi telah sampai pada tataran pemerintahan daerah di Indonesia yaitu
dengan dilaksanakannya Pilkadasung di daerah dengan dasar hukum PP No. 6
Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pelaksanaan pilkada langsung ini
sebagai akses dari Pemilihan Presiden Langsung di Indonesia, konteks ini
menjadikan proses pencapaian demokratisasi ideal menjadi berdinamika di dalam
Negara Republik Indonesia, momen pilkada langsung ini merupakan momen
penegakan demokrasi lokal di daerah-daerah (PP No. 6 Tahun 2005).
Kebutuhan penegakan demokrasi di Indonesia paska demokrasi
mengalami perkembangan yang sangat pesat sampai pada tatanan pemerintahan
lokal (daerah), maka pilkada langsung sebagai jawaban dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut untuk menegakan demokrasi lansung di dalam pemerintahan
lokal sekaligus sebagai solusi dalam rangka mengembalikan supremasi rakyat
dalam politik dan legitimasi kekuasaan bagi calon akan semakin kuat yang
didasarkan atas kedaulatan rakyat. Ini bisa dilihat dari pelaksanaan dari pemilihan
Tingkat partisipasi politik pemilih dalam Pemilu di Indonesia pada Pemilu
tahun 1955 mencapai 91,4 %, pada Pemilu 1971 tingkat partisipasi politik pemilih
96,6%, Pemilu 1977 dan Pemilu 1982 tingkat partisipasi politik pemilih 96,5%,
pada Pemilu 1987 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 96,4%, pada
Pemilu 1992 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 95,1%, pada Pemilu
1997 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 93,6%, pada Pemilu 1999
tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 92,6%, pada Pemilu Legislatif tahun
2004 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 84,1%, pada Pilpres putaran
pertama tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 78,2%, sedangkan pada
Pilpres putaran kedua tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 76,6%. Pada
Pemilu Legislatif tahun 2009 tingkat partisipasi politik pemilih semakin menurun
yaitu hanya mencapai 70,9% dan pada Pilpres 2009 tingkat partisipasi politik
pemilih mencapai 71,7%. (Merdeka. Com. 2013)
Partisipasi politik rakyat tentu tak lepas dari kondisi atau sistem politik
yang sedang berproses. Sistem kepolitikan bangsa Indonesia hingga dewasa ini
telah berkali-kali mengalami perubahan, mulai dari orde baru sampai pada
reformasi. Disadari bahwa reformasi sering dimaknai sebagai era yang lebih
demokratis. Seiring dengan konstelasi politik di era reformasi penguatan
demokrasi yang legitimate sebagai harapan dari akhir transisi demokrasi, semakin
dapat dirasakan oleh masyarakat melalui pelaksanaan Pemilu sejak tahun 2004
hingga sekarang. Sebagai konsekuensi logis perubahan atmosfer politik tersebut
maka dinamika dan intensitas artikulasi politik pun makin tampak di tengah ranah
politik tidak hanya lima tahun sekali saat Pemilu saja. Tetapi juga, disemarakkan
oleh Pemilu Kepala Daerah baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Sebagai proses dari transformasi politik, makna pilkada selain merupakan
bagian dari penataan struktur kekuasaan makro agar lebih menjamin berfungsinya
mekanisme check and balances di antara lembaga-lembaga politik dari tingkat
pusat sampai daerah, masyarakat mengharapkan pula agar pilkada dapat
menghasilkan kepala daerah yang akuntabel, berkualitas, legitimate, dan peka
terhadap kepentingan masyarakat. Dalam konteks ini Negara memberikan
kesempatan kepada masyarakat daerah untuk menentukan sendiri segala bentuk
kebijaksanaan yang menyangkut harkat dan martabat rakyat daerah.
Sistem Pemilu Kepala Daerah secara langsung lebih menjanjikan
dibandingkan sistem yang telah berlaku sebelumnya. Pilkada langsung diyakini
memiliki kapasitas yang memadai untuk memperluas partisipasi politik
masyarakat, sehingga masyarakat daerah memiliki kesempatan untuk memilih
secara bebas pemimpin daerahnya tanpa suatu tekanan, atau intimidasi, kekerasan
politik, maupun penekanan jalur birokrasi. Dapat dikatakan pilkada merupakan
momentum yang cukup tepat munculnya berbagai varian preferensi pemilih yang
menjadi faktor dominan dalam melakukan tindakan atau perilaku politiknya.
Seseorang yang tiada mempunyai pengetahuan atas informasi mengenai suatu
masalah politik atau situasi politik mungkin merasa kurang kompeten untuk
berpartisipasi dalam sesuatu usaha guna memecahkan masalahnya, atau untuk
mengubah situasinya, maka kompetensi politiknya meningkat dengan
bertambahnya pengetahuan. Kepribadian yang ramah, suka bergaul, dominan dan
Faktor utama yang mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Dalam studi Milbarth ditemukan
bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa tereliminasi
dari kehidupan politik. Orang yang bersangkutan pun akan menjadi apatis, hal ini
tidak terjadi pada orang yang memiliki kemapanan ekonomi. Sejumlah penelitian
menemukan bahwa individu yang mempunyai tingkat pendidikan, pendapatan dan
pekerjaan yang lebih bergengsi umumnya lebih berpartisipasi dibanding individu
yang tidak berpendidikan, berpenghasilan rendah dan pekerja kasar. Ketiga
komponen di atas terangkum dalam variabel status sosial ekonomi.
Kesimpulannya, status sosial ekonomi atau tingkat ekonomi mempengaruhi
partisipasi politik secara positif pada pemilihan kepala daerah.
Dari beberapa pilkada yang telah dilaksanaakan di Sumatera Utara
khususnya pada Kabupaten Deli Serdang, ada beberapa faktor yang dapat
membuat partai atau koalisi partai memenangi pemilihan kepala daerah. Pertama,
faktor partai dan koalisi partai yang mengusung calon kepala daerah (image dan
track record). Dengan melihat bahwa komposisi atau koalisi partai pengusung
calon memang merupakan partai-partai yang pada pemilu sebelumnya
menunjukkan keunggulannya dalam perolehan suara. Partai-partai tersebut
biasanya juga merupakan partai besar yang sudah “dikenal”masyarakat. Kedua,
faktor figur calon kepala daerah yang diusung partai (figuritas calon). Calon
kepala daerah yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat (pemilih) dinilai
mampu mendongkrak kemenangan partai dan pasangan calon dalam pilkada.
Faktor ketokohan calon, track record calon dalam dunia politik, dan popularitas
politik, partai politik yang mempunyai struktur dari tingkat Kabupaten sampai
tingkat Desa yang dapat bergerak untuk memenangkan calonnya dalam pilkada
juga turut menjadi faktor penentu kemenangan. Mesin politik yang digerakkan
secara terorganisir dan tim kampanye yang solid yang memakai money politik
terbukti mampu mendongkrak perolehan suara untuk memenangkan pilkada.
Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara Indonesia, dengan luas wilayah 2.808,91 km². Jumlah penduduk 1.790.431
jiwa, kabupaten ini memiliki jumlah penduduk dari berbagai macam etnis atau
suku,suku asli penghuni Deli Serdang adalah suku Karo, Melayu dan Simalungun.
Serta beberapa suku pendatang yang dominan seperti suku Jawa, Batak, Minang,
Banjar dan suku lainnya. Deli Serdang memiliki 22 Kecamatan dan 389
Kelurahan. (www.deliserdangkab.go.id.2013).
Desa Bandar Setia adalah salah satu Desa di Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Penduduk Desa Bandar Setia berjumlah 17.117 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 8.715 jiwa dan perempuan 8402 dengan jumlah Kepala
Keluarga 3.422 KK, penduduk terdiri dari bermacam agama dan suku etnis.
Dengan mata pencaharian sebagai petani, wiraswasta, PNS dan pedagang. Tingkat
Partisipasi Pemilih Desa Bandar Setia pada pada Pemilukada Bupati Deli Serdang
Tahun 2013 adalah jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih sebesar 41%,
dan tidak menggunakan hak pilih sebesar 59 %. (PPS Bandar Setia, 2013).
Pemilihan Kepala Daerah langsung Kabupaten Deli Serdang yang telah
berlangsung pada tahun 2013, idealnya dijadikan sebagai proses penguatan
demokratisasi. Dalam konteks penguatan demokratisasi, masyarakat yang
yang benar. Di Desa Bandar Setia partisipasi politik cendrung di mobilisasi oleh
money politik, warga setempat mau menggunakan hak pilihnya jika ada yang
memberi uang. Kebanyakan warga yang mau berpartisipasi adalah warga yang
tergolong ekonomi menengah ke bawah yang telah diberi uang oleh sekelompok
tim sukses pasangan calon Bupati.
Melihat asumsi dari penjelasan diatas bahwa partisipasi politik mempunyai
keterkaitan dengan tingkat ekonomi seseorang dimana semakin tinggi tingkat
ekonomi seseorang maka partisipasi politik dari orang tersebut akan cenderung
lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
pembuktian dengan objek yang diteliti adalah warga Desa Bandar Setia yang
memiliki tingkat ekonomi yang berbeda. Penulis akan melakukan analisa
hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik. Bertitik tolak dari
paparan di atas, maka penulis merasa permasalahan di atas adalah sesuatu yang
menarik dan perlu untuk diteliti dengan penelitian yang berjudul : “Pengaruh
Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Pemilih Warga Desa Bandar Setia
Kecamatan Percut Sei Tuan Pada Pemilihan Bupati Deli Serdang Tahun
2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Mengingat penelitian harus dilaksanakan secara visible dan manageable
(Usman, 2004:24), yaitu sesuai dengan kondisi, kemampuan dan kapasitas peneliti
sendiri, juga menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka
dari latar belakang masalah di atas penulis hanya membatasi pada pengaruh
tingkat ekonomi warga Desa Bandar Setia terhadap partisipasi pemilih di dalam
Sehubungan dengan perumusan masalah dari penelitian ini penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Seberapa besar pengaruh tingkat
ekonomi terhadap partisipasi pemilih warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut
Sei Tuan pada pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat ekonomi warga Desa Bandar Setia
Kecamatan Percut Sei Tuan.
2. Untuk mengetahui partisipasi warga Desa Bandar Setia pada Pemilihan
Bupati Deli Serdang tahun 2013.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat ekonomi terhadap
partisipasi pemilih masyarakat warga Desa Bandar Setia pada
pemiihan Bupati Deli Serdang tahun 2013.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis penelitian ini bersifat deduktif yang bermanfaat dalam
melihat eksistensi dan relevansi teori dengan realitas yang ada di
masyarakat.
2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang
dapat digunakan sebagai referensi terhadap partisipasi politik, juga
sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian masa yang akan
datang dan bagi pemerintahan daerah dapat digunakan sebagai bahan
3. Secara metodelogis penelitian ini memberikan kontribusi dalam
memperkaya Khazanah ilmu pengetahuan dibidang ilmu politik.
1.4 Hipotesis
Hipotesis adalah : “kesimpulan sementara atau preposisi tentatif tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih” (Singarimbun, 2006:21). Hipotesis yang
baik harus memenuhi dua kriteria, pertama hipotesis harus menggambarkan
hubungan di antara variabel-variabel, kedua hipotesis harus memberikan petunjuk
bagaimana pengujian hubungan tersebut”.
Untuk keperluan pengujian hipotesis pada penelitian ini dibutuhkan dua
alternatif hipotesis untuk dirumuskan, maka untuk memenuhi syarat pengujian
tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho :µ = 0 (Tidak ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi pemilih
warga Kelurahan Desa Bandar Setia)
Ha : µ ≠ 0 (Ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi pemilih warga
Kelurahan Desa Bandar Setia).
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dilakukan untuk melihat partisipasi pemilih warga
Desa Bandar Setia pada pemilihan kepala daerah langsung di Kabupaten Deli
Serdang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan mengingat kebanyakan penduduk di
kelurahan ini masyarakat yang memiliki pekerjaan tidak tetap sebagai pedagang,
buruh, petani, dan lain-lain, partisipasi pemilih hanya diihat dari aspek ekonomi
saja. Aspek ekonomi ini dipilih karena berangkat dari asumsi bahwa warga Desa
Bandar Setia mempunyai pekerjaan yang berubah-rubah dengan mengelola
pentingnya untuk melihat aktivitas ekonomi yang dimiliki oleh warga Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan itu dalam kaitannya dengan partisipasi
pemilih mereka.
1.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penusuran kepustakaan, penulis menemukan tesis yang berkaitan
dengan tema yang penulis ambil, yaitu tesis karya Abd. Azis Angkat (2007), yang
berjudul “Tingkat Ekonomi dan Partisipasi Politik Etnis Tionghoa”. Tesis tersebut
meneliti tentang adakah hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik
kalangan etnis Tionghoa di Kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota.
Dimana metode penelitian ini mengunakan format eksplanasi menggunakan uji
statistik somer’d, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan
tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik kalangan etnis tionghoa, dengan
tingkat keeratan pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik berada
pada interpretasi kuat yaitu sebesar 0,463. Dan tesis lain yang penulis ambil yaitu
hasil penelitian Saiful Huda Tahun 2012 yang berjudul “Partisipasi politik
masyarakat dalam Pemilukada 2012 Kabupaten Pati Kecamatan Trangkil
Kabupaten Pati. Dimana metode penelitian ini mengunakan pendekatan
kuantitatif dengan empiris analitik dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi politik diantaranya faktor money
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Ekonomi
2.1.1 Pengertian Ekonomi Secara Umum
Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran-ukuran di
dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih
dikenal dengan istilah stratifikasi sosial diantaranya adalah pelapisan yang terjadi
karena kekayaan seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi.
Sebelum beranjak lebih jauh untuk memahami hal tersebut perlu untuk menelaah
kembali pengertian dari ekonomi itu sendiri sebagai arti dasar pembentukan
tingkatan atau pelapisan yang terjadi di dalam struktur sosial kemasyarakatan
tersebut. Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada
individu dan masyarakat, secara etimologis dapat diartikan ekonomi terdiri dari
dua suku kata bahasa Yunani yaitu oikos dan nomos yang berarti tata laksana
rumah tangga (Rosyidi, 2009:5). Dapat dilihat dari namanya maka pada saat
pertama kali diperkenalkan ekonomi sendiri mempunyai ruang lingkup kajian dan
permasalahan yang sangat terbatas yaitu hanya pada tata laksana rumah tangga
dan hanya pada permasalahan mencukupi kebutuhan rumah tangga saja.
Untuk melihat defenisi ekonomi secara utuh Rosyidi (2009:7)
mendefinisikannya sebagai berikut :
“ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdaya upaya
yang timbul karna perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya atau untuk mencapai kemakmuran”
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa ekonomi secara umum
mengkaji mengenai pemenuhan kebutuhan manusia dan kemakmuran manusia,
dua hal pokok dari permasalahan ekonomi tersebut yaitu kebutuhan dan
pencapaian kemakmuran merupakan salah satu dasar di dalam pelapisan sosial di
dalam masyarakat bila dihubungkan dengan permasalahan mikro tingkat ekonomi
masyarakat, dengan kata lain semakin makmur seseorang dan semakin mampu
untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai tingkatannya maka semakin
tinggi pula tingkat ekonomi seseorang di dalam struktur sosial kemasyarakatan,
lebih lanjut kita dapat melihat definisi lain seperti yang diungkap Silk (dalam
Rosyidi, 2009:27)
“ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan (Wealth) dan merupakan
suatu bagian yang penting daripada studi tentang manusia. Hal ini disebabkan
karena sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari, serta
sumber-sumber material yang mereka dapatkan”.
Dari definisi di atas terdapat satu unsur yaitu kekayaan yang menjadi
ukuran di dalam studi tentang ekonomi tersebut dimana unsur kekayaan dan
sumber-sumbernya merupakan kunci sukses di dalam pemenuhan tingkatan
kebutuhan manusia. Dengan kekayaan maka pemenuhan kebutuhan akan tercapai,
dimana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk
memenuhi tingkatan kebutuhannya. Selanjutnya Rosyidi (2009:35) menyatakan:
“begitu banyak tujuan hidup seseorang akan tetapi satu hal yang pasti yaitu bahwa
memungkinkan untuk memilih cara hidup yang dipilih dan yang disukainnya,
semakin besar pendapatannya akan semakin luas kesempatan yang terbuka
baginya untuk memenuhi keinginannya”.
Berdasarkan ungkapan di atas dapat kita lihat manusia selain mempunyai
kebutuhan (needs) juga mempunyai keinginan (wants), yang mana peneliti
membedakannya sebagai berikut bahwa konsep kebutuhan adalah segala sesuatu
yang harus terpenuhi di dalam kehidupan manusia yang bersifat lahiriah seperti
makan, minum, sandang pangan, namun berbeda dengan konsep keinginan yaitu
sesuatu yang tidak harus dipenuhi namun menjadi harapan untuk dimiliki dalam
kehidupan seseorang. Dari uraian di atas pendapatan seseorang juga terkait
dengan ukuran ekonomi seseorang dimana dengan pendapatan yang besar akan
menuju kepada kekayaan dan akses terhadap pemenuhan tingkatan kebutuhan
akan semakin besar.
Dari semua uraian tentang ekonomi di atas dapat dilihat bahwa ekonomi
adalah studi tentang individu dan masyarakat yang mengkaji tentang pemenuhan
kebutuhan individu dan masyarakat yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan
dan keinginan masyarakat, dimana dari konsep di atas menghasikan beberapa
unsur utuk mendukung konsep tersebut namun kesemuanya itu apabila ditelaah
tetap mengacu kepada satu konsep yaitu kemampuam akses terhadap pemenuhan
terhadap pemenuhan tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan manusia yang
bermuara kepada kemakmuran seseorang, kemampuam akses tersebut diwujudkan
melalui pendapatan seseorang dan kekayaannya yang bertujuan untuk pemenuhan
mendukung kearah pemenuhan kebutuhan tersebut teergolong dalam unsur
indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
2.1.2 Stratifikasi sosial dengan ukuran ekonomi / tingkat ekonomi
Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-tingkatan atau
pelapisan status ekonomi seseorang di dalam masyarakat tidak terlepas dari
konsep sosiologis tentang terjdinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat.
Konsep ini diperlukan dalam penelitian ini, dimana konsep ini menjelaskan
tentang dasar terjadinya tingkatan-tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam
kehidupan masyarakat.
Pengertian stratifikasi sosial menurut (Soekanto, 2006:252) sebagai
berikut:
“Socialstratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas rendah yang
terdiri dari berbagai dasar bentuk indikator dalam penentuan kelas tinggi dan
rendah tersebut”
Stratifikasi sosial selalu terdapat di dalam sebuah masyarakat dimanapun
masyarakat itu berada, artinya setiap masyarakat selalu terdiri dari tingkatan atau
pelapisan-pelapisan di dalam struktur masyarakat itu sendiri yang menentukan
posisi atau kedudukan individu di dalam masyarakat tersebut, yang didasarkan
atas adanya sesuatu yang dihargai di masyarakat. Sesuatu yang dihargai di dalam
masyarakat tersebut itulah yang tentunya sebagai sebab timbulnya sistem yang
berlapis-lapis di dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu
mungkin sesuatu barang, mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai
agama atau mungkin juga keturunan dari keluarga terhormat. Uraian ini didukung
oleh beberapa pendapat ahli diantaranya seperti yang diungkapkan Sorokin (dalam
Soekanto, 2006:251) berikut :
“Bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga
dalam jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat yang berkedudukan dalm
lapisan atas begitu juga sebaliknya”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk
dasar di dalam lapisan masyarakat tersebut terlebih dahulu dengan melihat
beberapa pendapat ahli berikut, Surbakti (2004:144) menyatakan, “Yang
dimaksud status ekonomi ialah kedudukan seseorang di dalam pelapisan
masyarakat berdasrkan pemilikan kekayaan”. Dari ungkapan mengenai status
ekonomi masyarakat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemilikan kekayaan
di dalam masyarakat sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status
ekonomi individu di dalam masyarakat. Unsur-unsur yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam
masyarakat, walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan
indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
Ukuran atau kriteria yang ditawarkan para ahli dalm
mengolong-golongkan anggota masyarakat berdasarkan status ekonominya dapat dipaparkan
lebih lanjut sebagai dasar di dalam melihat tinggi rendahnya ukuran kekayaan
sesorang. Seperti yang diungkapkan Soekanto (2006:263) “Yang termasuk di
dalam ukuran kekayaan dapat dilihat dari bentuk rumah yang bersangkutan, mobil
barang-barang mahal”. Kemudian ukuran lain seperti yang diungkapkan Surbakti
(2004:144), “Status ekonomi seseorang dapat diketahui dari pendapatan,
pengeluaran, ataupun pemilikan benda-benda berharga dari orang tersebut”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa seseorang itu
termasuk dalam status ekonomi tinggi, sedang dan rendah dalam lapisan
masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat
kepadanya dilihat dari kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap
pemenuhan tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut di dalam
masyarakat, dengan mengikuti pendapat para ahli di atas dan berdasarkan uraian
sebelumnya, maka ukuran yang dipakai dalam penelitian ini untuk melihat tingkat
ekonomi seseorang adalah penghasilan, pengeluaran, pemilikan terhadap
benda-benda berharga, jabatan pekerjaan/mata pencaharian, pemenuhan tingkatan
kebutuhan. Berdasarkan ini ditetapkan seseorang berada dalam kedudukan status
ekonomi tinggi, sedang, dan rendah.
Artinya semakin tinggi faktor-faktor di atas dimiliki seseorang, maka
semkin tinggi tingkatan status ekonominya dan sebaliknya. Hal ini perlu diketahui
untuk bahan analisa selanjutnya setelah penulis nantinya terjun ke lapangan untuk
mengadakan penelitian, sebab bagaimanapun juga adanya status ekonomi yang
berbeda akan sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam pembentukan sikap
politiknya dan tingkah laku politiknya yang tertuang di dalam partisipasi politik
2.2 Partisipasi Politik
2.2.1 Pengertian Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan sebuah aspek penting di dalam sebuah
Negara demokrasi, juga sebagai sebuah tolak ukur tingkat demokratisasi di dalam
sebuah Negara. Untuk mendefinisikan dan memahami konsep partisipasi politik,
maka terlebih dahulu perlu untuk mendefinisikan apa itu partisipasi. Menurut
Rahman (2002:128) sebagai berikut:
“Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam
situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu
tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil
bagian dalam setiap pertanggung jawaban bersama”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah
menyangkut masalah keterlibatan individu untuk berperan serta dalam organisasi
dan pencapaian tujuannya yang bermua pada kesadaran dan adanya rasa
pertanggun jawaban terhadap organisasi tersebut. Kemudian dari pengertian
tersebut dapat dilanjutkan kepada pengertian partisipasi politik, seperti yang
diungkapkan Huttington dan nelson (2003: 6), “partisipasi politik adalah sebagai
suatu kegiatan warga Negara yang bertujuan mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah”. Pada pengertian ini partisipasi politik dapat
diartikan dalam ruang lingkup yang terbatas dan masih membutuhkan kejelasan
bentuk konsep untuk memahaminya, secara lanjut dapat dilihat pengertian
partisipasi politik menurut ahli lain seperti yang diungkapkan Surbakti (2004:1)
yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah”. Pada
dan masih membutuhkan kejelasan bentuk konsep untuk memahaminya, secara
lanjut dapat dilihat pengertian partisipasi politik menurut ahli lain seperti yang
diungkapkan Surbakti (2004:140), “Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga
negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi
hidupnya”, dari kedua konsep diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
partisipasi politik diartikan sebagai sebuah kegiatan yang berupa keikutsertaan
warga Negara biasa di dalam mempengaruhi proses politik.
Sebagai bahan perbandingan kita dapat melihat definisi lain tentang
partisipasi politik seperti yang diungkapkan Budiardjo (2008:183) “partisipasi
politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara
aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pimpinan negara, dan
secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (publik
policy)”. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok
kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau
anggota parlemen dan sebagainya. Dari definisi ini terdapat cakupan yang lebih
luas di dalam memaknai konsep mengenai partisipasi politik dimana partisipasi
politik dipandang sebagai kegiatan yang bisa dilakukan secara kolektif dan
individual yang berperan serta dalam kehidupan poitik. Dengan bentuk memilih
pimpinan Negara secara lansung maupun tidak lansung ataupun mempengaruhi
kebijakan umum (public policy). Untuk melengkapi pemahaman mengenai
partisipasi politik penulis merasa perlu untuk menguraikan pendapat ahli lain yang
Mc Closcy (dalam Budiardjo,2008:2) berpendapat “partisipasi adalah
kegiatan secara pribadi dan sukarela dari warga masyarakat melalui dimana
mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara lansung
atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum”. Dari pengertian
ini kegiatan atau partisipasi politik seseorang seharusnya dilaksanakna tanpa ada
unsur paksaan dari pihak manapun yang dilakukan secara sukarela.
Inti dari pengertian yang diungkapkan Mc Closcy di atas adalah sama
dengan teori yang telah diuraikan sebelumnya namun ada penambahan yaitu
bahwa keikutsertaan masyarakat biasa tersebut secara individual maupun kolektif
di dalam proses politik dilakukan bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari pihak
manapun dam pemilihan yang dilakukan oleh warga Negara biasa tidak terbatasi
hanya kepada pemilihan kepala Negara seperti uraian teori sebeumnya namun
dikatakan proses pemilihan penguas, yang bisa saja bersifat loka maupun
nasional. Maksud peminpin bukan brarti hanya seorang peminpin Negara namun
di dalam sebuah Negara terdiri dari beberapa wilayah-wilayah yang membentuk
pemerintahan local yang tetep terjalin di dalam suprastruktur Negara tetapi
memiliki pemerintahan lokal di masing-masing daerah dalam kontek Indonesia
lebih dikenal dengan istilah pemerintahan daerah. Pemimpin daerah tersebut
merupakan penguasa didaerah yang dipilih rakyat baik secara langsung maupun
secara tidak langsung
Di Amerika Serikat perkembangan teori partisipasi politik bersamaan
dengan perkembangan sosiologi dan psokologi perkembangan ini berjalan dengan
Dari semua pengertian diatas dapat dipahami bahwa partisipasi politik
secara substansial adalah keterlibatan atau keikutsertaan seseorang atau
sekelompok seorang dalam proses poitik yang termanifestasikan dalam
kegiatan-kegiatan yang bersift sukarela tanpa ada paksan dari pihak manapun. Kegiatan
partisipasi politik ini juga dilakukan oleh warga Negara biasa yang tidak memiliki
kewenangan untuk memerintah, institusi yang menjadi sasaran atau objek politik
dari partisipasi politik tersebut yaitu pemerintah sebagai pemegang
otoritas.partisipasi politik juga memiliki tujuan terhadap segala aktivitas-aktivitas
pemerintahan termasuk pemilihan penguasa (pemimpin) ditingkat pusat maupun
lokal.
Karena terlalu wujud partisipasi di dalam proses dinamika politik disebuah
Negara maka dari itu untuk kebutuhan penelitian ini penulis membatasi dan
memilih teori yang relevan untuk pelaksanaan penelitian ini mengingat momen
dari penelitian ini adalah pemilihan kepala daerah lansung maka partisipasi politik
yang diteliti berorientasi kepada partisipasi politik pada pemilihan kepala daerah
secara lansung saja maka dari itu pengertian yang penulis rumuskan adalah
sebagai berikut yaitu kegiatan, keterlibatan atau keikutsertaan seseorang warga
Negara bisa secara sukarela yang dilakukan secara legal di dalam proses atau
momen politik tertentu yang diantaranya bertujuan untuk melakukan pemilihan
terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah
(lokal) secara lansung maupun tidak lansung dan sekaligus juga bertujuan
2.2.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Menurut Milbrath Goel (dalam Surbakti, 2004:191) ada tujuh bentuk
partisipasi politik individual dalam sebuah Negara yaitu:
1. Aphatetic inactives: tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak pernah
memilih
2. Passive supporters: memilih secara reguler/teratur, menghadiri parade
patriotik membayar seluruh pajak
3. Contact socialist: pejabat penghubung lokal (daerah), provinsi dan
nasional dalam masalah-masalah tertentu
4. Communicators: mengikuti informasi-informasi politik, terlibat dalam
diskusi-diskusi, menulis surat pada editor surat kabar, mengirim
pesan-pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin-pemimpin politik
5. Party and campaign workes: bekerja untuk partai politik atau kandidat,
meyakinkan orang lain temtang bagaimana memilih menghadiri
pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai politik atau
kandidat, bergabung dan mendukung partai politik
6. Community activists: bekerja dengan orang lain berkaitan dengan
masalah-masalah local, membentuk kelompok untuk menangani
problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam organisasi-organisasi
kemasyarakatan, melakukan kontak terhadap pejabat-pejabat berkenaan
dengan isu-isu sosial
7. Protesters: bergabung dengan demonstrasi-demonstrasi publik dijalanan,
melakukan sesuatu yang salah, menghadapi pertemuan-pertemuan protes,
menolak mematuhi aturan-aturan.
Partisipasi menurut Surbakti (2004:142), dibedakan menjadi partisipasi
aktif dan pasif yang termasuk di dalam kategori partisipasi aktif adalah kegiatan
yang berorientasi pada proses input dan output politik, sedangkan partisipasi pasif
merupakan kegiatan yang berorientasi pada proses output saja. Bentuk dari
partisipasi pasif ini adalah berupa kegiatan yang menaati pemerintah, menerima
dan melakukan saja setiap keputusan pemerintah. Jika terdapat anggota
masyarakat yang tidak termasuk dalam kategori keduanya ini dinamakan apatis
atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah golput (golongan putih).
Menurut Almond (dalam Rahman, 2002:131), bentuk-bentuk partisipasi
yang terjadi di berbagai Negara dan waktu dapat dibedakan menjadi kegiatan
politik dalam bentuk konvensional. Partisipasi konvensional yaitu:
1. Pemberian suara
2. Diskusi publik
3. Kegiatan kampanye
4. Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan
5. Komunikasi individual dengan pejabat politik administrative
Partisipasi non konvensional:
1. Berdemonstrasi
2. Konfrontasi
5. Tindakan kekerasan politik terhadap manusia, penculikan pembunuhan
Dari uraian di atas dapa dilihat bahwa partisipasi yang berbentuk
konvensional dilakukan sesuai dengan mekanisme (legal) sedangkan yang non
konvensional penuh kekerasan terkadang tidak sesuai dengan mekanisme (ilegal).
Dari berberbagai aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman aktivitas
dalam partisipasi politik. Dari hal yang paling sederhana hingga yang kompleks,
dari bentuk-bentuk mengutamakan kondisi damai sampai tindakan kekerasan,
namun pada umumnya partisipasi politik hanya mencakup kegiatan yang bersifat
positif, akan tetapi ada juga pendapat ahli seperti Huttington dan Nelson yang
menganggap bahwa kegiatan yang ada unsur destruktifnya atau bersifat non
konvensional yang ilegal, seperti pengerusakan, teror, pembunuhan politik dan
lainnya dapat merupakan suatu bentuk partisipasi. Penulis membatasi bentuk
partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada partisipasi dalam
tindakan-tindakan yang bersifat legal.
2.2.3 Pentingnya Partisipasi Politik
Partisipasi warga Negara (private citizen) bertujuan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau
kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau
dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif (Samuel P.
Huntington dan Joan Nelson, 2003:3). Partisipasi politik merupakan aspek penting
•Keputusan politik yang diambil oleh pemerintah akan menyangkut dan
mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Karena itu masyarakat berhak ikut
serta menentukan isi keputusan politik.
• Untuk tidak dilanggarnya hak-hak sebagai warga negara dalam setiap kebijakan
yang diambil oleh pemerintah.
2.2.4 Tingkat Ekonomi dan Partisipasi Politik Mayarakat
Di dalam kontek nasional (makro) sebuah Negara, tingkat demokratisasi
yang tinggi menjadi sebuah harapan untuk dapat diwujudkan pada Negara tersebut
tentunya hal ini dapat terwujud dengan meningkatkan partisipasi politik warga
Negara tersebut.
Pada kenyataanya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi
pada Negara-negara di dunia, Negara-negara dunia ketiga lebih banyak
mengalami permasalahan penegakan demokrasi dibanding dengan Negara maju
lainnya. Dari berbagai penelitian yang dilaksanakan di Negara dunia ketiga
banyak terdapat permasalahan rendahnya wujud demokratisasi di Negara dunia
ketiga tersebut. Sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa Negara dunia ketiga
adalah sebuah kelompok Negara-negara yana pertumbuhan ekonomi atau tingkat
ekonomi Negaranya cenderung terbelakang dibanding Negara maju, maka dari
fakta ini sebenarnya ada keterkaitan antara tingkat ekonomi atau pertumbuhan
ekonomi sebuah Negara dengan wujud penegakan demokrasi di Negara tersebut,
dengan kata lain perwujudan demokrasi disebuah Negara ditentukan oleh
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemakmuran sebuah Negara
mengindikasikan sebuah korelasi yang positif dengan terwujudnya demokrasi
yang ideal dan didukung oleh pendapat beberapa ahli seperti yang diungkapkan
Liser & lerner (dalam Huntington dan Nelson 2003:27): “adanya hubungan yang
positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara
modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik”. Selain itu ditegaskan juga
oeh Azyumardi (2002:13) sebagai berikut: “setidaknya salah satu prasyarat yang
dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi harapan yaitu peningkatan
kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan, semakin sejahtera ekonomi
sebuah bangsa maka semakin besar peluangnya untuk mengembangkan dan
mempertahankan demokrasi”.
Dengan kata lain dalam kontek makro, sebuah Negara yang makmur
tentunya perwujudan demokrasi dinegara tersebut akan cenderung lebih baik
selain itu demokrasi juga dipahami dan diyakini mempunyai kebutuhan akan
sumber-sumber daya di dalam eksistensi perwujudannya, Surbakti (2004:231)
mengungkapkan, demokrasi menghendaki konstitusi, dan demokrasi menghendaki
sumber-sumber ekonomi yang relatif cukup di distribusikan kepada masyarakat”
dari ungkapan ini dapat diketahui bahwa penegakan demokrasi mempunyai
kebutuhan akan sumber-sumber daya ekonomi masyarakat, di dalam rangka
meningkatkan demokratisasi di dalam sebuah Negara.
Dari ungkapan dan uraian di atas tidak dipungkiri lagi bahwa ekonomi
suatu Negara menjadi faktor atau variabel penentu di dalam mewujudkan sebuah
pemerintahan di sebuah Negara, hal ini mengacu kepada partisipasi politik dari
masyarakat, di mana semakin tinggi partisipasi politik masyarakat maka akan
semakin baik wujud demokratisasi dinegara tersebut.
Dari uraian di atas pengaruh tingkat ekonomi individu di dalam masyarakat
sebagai unsur pembentukan partisipasi politik individu tersebut dalam kontek
mikro tergambar bahwa adanya korelasi diantara keduanya dan didukung kembali
oleh pendapat ahli, seperti yang diungkapkan Surbakti (2004:144):’’ Seseorang
yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak
hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian
pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah”. Artinya tingkat
ekonomi dari seseorang mempunyai korelasi positif terhadap partisipasi orang
tersebut di dalam politik dan pemerintahan, hal ini ditegaskan kembali oleh
Surbakti (2004:232): “Masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi
akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya
yang akan menyebabkan timbulnya frustasi dan keresahan yang pada giliranya
melumpuhkan demokrasi”
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemiskinan sebagai salah satu
faktor penghambat kesadaran individu, yang membentuk masyarakat untuk dapat
terlibat di dalam politik dan pemerintahan, yang mana menimbulkan akses
lumpuhnya demokratisasi di dalam sebuah Negara. Dari uraian tersebut dapa
dikatakan bahwa tingkat ekonomi seseorang (konteks mikro) berkorelasi dan
sebagai salah satu variabel pokok dalam mewujudkan partisipasi politik seseorang