PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR SISWA SMP DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
SYAFRIDA
107018031/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR SISWA SMP DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SYAFRIDA
107018031/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP DI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Syafrida Nomor Pokok : 107018031
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc)
Ketua Anggota
(Dr. Parapat Gultom)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 15 Februari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec
Anggota : 1. Dr. Parapat Gultom
2. Prof. Dr. Lic. Reg.Sirojuzilam
2. Dr.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si
PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP
DI KOTA MEDAN
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan keefektifitasan dana BOS dalam peningkatan prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005 bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dengan memberikan bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Meskipun pemerintah telah menyalurkan dana BOS, masih banyak anak-anak Indonesia yang miskin putus sekolah dan masih ada sekolah yang melakukan kutipan-kutipan lain dengan berbagai dalih.
Jenispenelitian yang digunakanbersifatkausal, untukmelihathubungan
variable independen yaitu alokasi dana BOS terhadap variabel dependen yaitu mutu guru dan mutu siswa. Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 17 SMP Negeri dan 14 SMP Swasta di kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling.
Dari penelitian yang dilakukan, jenis anggaran dana BOS yang berpengaruh positif terhadap mutu siswa adalah anggaran pembelian buku teks yang rusak, anggaran kegiatan ekstrakurikuler dan anggaran pengembangan profesi guru. Mutu guru dari segi profesionalisme mengajar juga mempengaruhi mutu siswa. Anggaran pembelian komputer dan printer, pembayaran honor guru honorer dan biaya pengembangan profesi guru mempengaruhi mutu siswa melalui variabel intervening mutu guru dengan besar pengaruhnya 41,17%. Sedangkan dana BOS untuk anggaran biaya transportasi, seragam, sepatu dan alat tulis, anggaran biaya ulangan dan ujian, serta dana penerimaan siswa baru tidak mempengaruhi mutu siswa.
THE INFLUENCE OF BUDGET FOR BOS (SCHOOL OPERATIONAL ASSISTATYCE) ON THE IMPROVEMENT OF SMP STIIDENTS'
LEARNING ACHIEVEMENT IN MEDAN
Abstract
The objective of the research was to find out the correlation and the effectiveness of BOS (School Operation Assistance) fund with the improvement of SMP students' learning achievement in Medan. BOS program has started since July, 2005 which is aimed to ease people's burden in education cost by giving financial aid for supporting qualified nine-year learning compulsory. Although the government has distributed BOS fund to schools, there are still many poor children who drop out of school, and there are still many schools which collect money under certain conditions.
The research was a causal type which was aimed to find out the correlation between independent variable (the allocation of BOS fund) and dependent variable (the quality of teachers and students). The population was 17 SMP Negeri and 14 SMP Swasta in Medan. The samples were taken by using purposive sampling technique.
The result of the research showed that the types of budget for BOS fund which had positive influence on the quality of students were the purchase of books for changing the discarded ones, budget for extracurricular activities, and budget for developing teachers' profession which could influence the quality of students. Budget for purchasing computers and printers, fees for temporary teachers, and budget for developing teachers' profession also influenced the quality of students through the quality of teachers as an intervening variable at 4l.I7ok, while BOS fund for transportation, uniforms, shoes and stationery, budget for examinations, and budget for recruiting new students did not have any influence on the quality of students.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul :“Pengaruh Anggaran
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa SMP Di Kota Medan”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulisan tesis ini dapat
terselesaikan, terutama kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mendidik
dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang, dan yang
tersayang ananda Muhammad Rasyid Ridho dan Muthi’ah Syafitri, serta seluruh
keluarga tercinta. Dengan dukungan dan kasih sayang mereka penelitian ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA (K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. DR. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S
selaku Wakil Direktur I dan II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E., M. Ec, selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Ramli M.S, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E., M. Ec, selaku Ketua Pembimbing
dan Bapak Dr. Parapat Gultom, selaku Anggota Pembimbing yang telah
banyak memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis.
7. Bapak Prof. Dr. Lic. Reg.Sirojuzilam, Bapak Dr.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si,
dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Pembanding atas masukan dan arahan
yang diberikan.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Teman-teman seperjuangan Angkatan XX (Yulia Nurjanah, Shanty Khalista,
Muhammad Muhajir, M.Si, Jonathan Sitompul, Sherly Chairita, M. Aldi
Budianto, Salomo Barus, Gunter Winteniro dan Andrew Moses).
10. Seluruh rekan kerja Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Kepala
Sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama tempat penulis melakukan
pengambilan data, dan BPS Provinsi Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna menyempurnakan
penelitian ini.
Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak, dan tesis
ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 2013
Hormat Saya,
RIWAYAT HIDUP
Nama : SYAFRIDA
Agama : Islam
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 7 September 1967
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jl. Amal Luhur No. 81-C, Kelurahan Dwikora
Medan
Nama Orang Tua Laki-laki : H. Trimo Power
Nama Orang Tua Perempuan : Nurhayati (Alm.)
Sekolah Dasar : SD Negeri 11 Tanjung Balai
Riwayat Pendidikan Formal
Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Tanjung Balai
Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 4 Medan
Sarjana (S1) : Ekonomi Studi Pembangunan
Universitas Darma Agung
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 15
1.3. Tujuan Penelitian ... 16
1.4. Manfaat Penelitian ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 19
2.1.1. Pengertian BOS ... 22
2.1.2. Gerakan Nasional Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun ... 24
2.1.3. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Yang Bermutu ... 31
2.1.4. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ... 40
2.1.5. Profesionalisme dan Kompetensi Guru ... 40
2.2. Landasan Penelitian Terdahulu ... 42
2.3. Kerangka Konseptual ... 43
2.4. Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 50
3.2. Jenis Penelitian ... 50
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 51
3.2.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51
3.3. Defenisi Operasional ... 51
3.4. Model Analisis ... 52
3.5. Metode Analisis ... 53
3.5.1. Uji Normalitas ... 53
3.5.2. Multikolinearitas ... 53
3.5.3. Heterokedastisitas ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis ... 55
4.2 Uji Normalitas ... 59
4.3. Uji Multikoliniaritas ... 61
4.4. Uji Heterokedasitas ... 62
4.5. Pembahasan Hasil Hipotesis ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 93
5.2. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
di Indonesia Tahun 2007-2010 ... 5
1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2010 ... 7
4.1. Data Nilai Penggunaan Dana BOS yang diterima Sekolah Penerima ... 56
4.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorof Smirnov Test ... 60
4.3. Uji Multikolinearitas untuk Dependent Variabel Mutu Guru (Y1) ... 61
4.4. Uji Multikolinearitas untuk Dependent Variabel Peningkatan Mutu Siswa (Y2) ... 62
4.5. Uji Heterokedasitas Mutu Guru ... 63
4.6. Uji Heterokedasitas Mutu Siswa ... 65
4.7. Pengujian Goodness of Fit ... 65
4.8. Hasil Perhitungan Uji t ... 66
4.9. Pengujian Goodness of Fit ... 67
4.10. Hasil Perhitungan Uji t ... 68
4.11. Pengujian Goodness of Fit ... 69
4.12. Hasil Perhitungan Uji t ... 70
4.13. Pengujian Goodness of Fit ... 71
4.14. Hasil Perhitungan Uji t ... 72
4.15. Pengujian Goodness of Fit ... 73
4.16. Hasil Perhitungan Uji t ... 74
4.17. Pengujian Goodness of Fit (X6) ... 75
4.19. Pengujian Goodness of Fit (X7) ... 77
4.20. Hasil Perhitungan Uji t (Y1) ... 78
4.21. Pengujian Goodness of Fit (X8) ... 79
4.22. Hasil Perhitungan Uji t (Y1) ... 80
4.23. Hasil Pengujian Goodness of Fit (X8,X7,X6) ... 82
4.24. Hubungan Linier Antara Variabel X8, X7, X6 Terhadap Mutu Guru ... 83
4.25. Hubungan Linier Antara Variabel Biaya Pembelian Komputer dan Printer Terhadap Mutu Guru ... 84
4.26. Hasil Pengujian Goodness of Fit ... 87
4.27. Hasil Pengujian Hubungan Kelinieran Antar Variabel ... 88
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 47
4.1. Grafik Uji Normalitas Mutu Guru ... 59
4.2. Grafik Uji Normalitas Mutu Siswa ... 59
4.3 Grafik Uji Heterokedastisitas Mutu Guru ... 63
4.4 Grafik Uji Heterokedastisitas Mutu Siswa ... 64
4.5 Diagram Analisis Jalur dan Persamaan Struktural ... 81
4.6 Diagram Analisis Jalur Persamaan Struktural Pertama ... 86
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP
DI KOTA MEDAN
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan keefektifitasan dana BOS dalam peningkatan prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005 bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dengan memberikan bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Meskipun pemerintah telah menyalurkan dana BOS, masih banyak anak-anak Indonesia yang miskin putus sekolah dan masih ada sekolah yang melakukan kutipan-kutipan lain dengan berbagai dalih.
Jenispenelitian yang digunakanbersifatkausal, untukmelihathubungan
variable independen yaitu alokasi dana BOS terhadap variabel dependen yaitu mutu guru dan mutu siswa. Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 17 SMP Negeri dan 14 SMP Swasta di kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling.
Dari penelitian yang dilakukan, jenis anggaran dana BOS yang berpengaruh positif terhadap mutu siswa adalah anggaran pembelian buku teks yang rusak, anggaran kegiatan ekstrakurikuler dan anggaran pengembangan profesi guru. Mutu guru dari segi profesionalisme mengajar juga mempengaruhi mutu siswa. Anggaran pembelian komputer dan printer, pembayaran honor guru honorer dan biaya pengembangan profesi guru mempengaruhi mutu siswa melalui variabel intervening mutu guru dengan besar pengaruhnya 41,17%. Sedangkan dana BOS untuk anggaran biaya transportasi, seragam, sepatu dan alat tulis, anggaran biaya ulangan dan ujian, serta dana penerimaan siswa baru tidak mempengaruhi mutu siswa.
THE INFLUENCE OF BUDGET FOR BOS (SCHOOL OPERATIONAL ASSISTATYCE) ON THE IMPROVEMENT OF SMP STIIDENTS'
LEARNING ACHIEVEMENT IN MEDAN
Abstract
The objective of the research was to find out the correlation and the effectiveness of BOS (School Operation Assistance) fund with the improvement of SMP students' learning achievement in Medan. BOS program has started since July, 2005 which is aimed to ease people's burden in education cost by giving financial aid for supporting qualified nine-year learning compulsory. Although the government has distributed BOS fund to schools, there are still many poor children who drop out of school, and there are still many schools which collect money under certain conditions.
The research was a causal type which was aimed to find out the correlation between independent variable (the allocation of BOS fund) and dependent variable (the quality of teachers and students). The population was 17 SMP Negeri and 14 SMP Swasta in Medan. The samples were taken by using purposive sampling technique.
The result of the research showed that the types of budget for BOS fund which had positive influence on the quality of students were the purchase of books for changing the discarded ones, budget for extracurricular activities, and budget for developing teachers' profession which could influence the quality of students. Budget for purchasing computers and printers, fees for temporary teachers, and budget for developing teachers' profession also influenced the quality of students through the quality of teachers as an intervening variable at 4l.I7ok, while BOS fund for transportation, uniforms, shoes and stationery, budget for examinations, and budget for recruiting new students did not have any influence on the quality of students.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan
kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan bangsa secara
keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah
strategis. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia berkualitas.
Pendidikanmerupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia
sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan
upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diujudkan. Pendidikan
mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara (daerah).
Pendidikan juga merupakan satu modal dasar yang diharapkan dapat
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia.
Pendidikan merupakan sarana pewarisan budaya ke generasi berikutnya.
Bagaimanapun tingkat kemajuan yang telah dapat dicapai, pendidikan tidak dapat
dilupakan, sebab pendidikan bukan suatu alternatif melainkan suatu keharusan
yang merealisasikan potensi kemanusiaan dengan segala prestasinya.
Pendidikan untuk semua merupakan upaya pemenuhan akan kebutuhan
Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang bermutu
merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan
sekaligus menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk
mendukung pembangunan bangsa.
Pembangunan merupakan realisasi dari aspirasi dan tujuan suatu bangsa
untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya yang sistematis.
Pembangunan Nasional Indonesia sesungguhnya menurut GBHN adalah
pembangunan yang menganut konsep pembangunan manusia seutuhnya. Konsep
ini menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental,
maupun spiritual.
Pendidikan merupakan modal sumber daya manusia (human capital), dan
untuk mendapat sumber daya manusia yang berkualitas peran pendidikan sangat
berpengaruh.
Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam
proses pertumbuhan ekonomi (teori Cobb-Douglas). Dengan modal manusia yang
berkualitas kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Kualitas modal manusia ini
dapat diamati dari aspek tingkat pendidikan, kesehatan, dan tingkat kemiskinan.
Demi memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan
manusia. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong kualitas Sumber
Daya Manusia, karena SDM dapat menciptakan tenaga kerja yang merupakan
faktor produksi dalam perekonomian.
Nilai Modal Manusia (Human Capital) suatu bangsa tidak hanya ditentukan
sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (Brain Intensif). Tenaga kerja
intelektual tersebut terlahir dengan adanya pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang dikembangkan oleh The United Nations Development
Programme (UNDP). Dalam komposisi IPM aspek pendidikan diukur dengan
menggunakan dua indikator yaitu : angka melek huruf (AMH) penduduk usia 15
tahun keatas, rata-rata lama sekolah (RLS). Melek huruf diukur dari kemampuan
membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung dengan
menggunakan tiga variabel, yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang pernah
dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)
adalah pengukuran perbandingan dari Harapan Hidup (Life Expectacy), Indeks
Pendidikan yang dihitung dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy rate) dan
rata-rata Lama Sekolah (Years of Scooling), dan Indeks daya Beli ( Adjusted Real
percapita). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ini merupakan suatu parameter
untuk dapat melihat capaian kinerja pembangunan suatu negara/daerah.
Menurut pandangan The United Nations Development Programme (UNDP)
pada tahun 1990 secara jelas menekankan bahwa pembangunan manusia (human
capital) yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan
manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan bukan sebagai alat pembangunan.
Konsep pembangunan manusia UNDP mengandung empat unsur yaitu :
produktifitas (productivity), pemerataan (equity), kesinambungan (sustainability)
Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat
memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya
beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang
terjadi sejak pertengahan tahun 1997.Krisis ekonomi dan moneter tersebut
berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurunnya
kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama
tahun 1997-1998. Menurunnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks
pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan
antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar
penduduk.
Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan
menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya
peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan
beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang
dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.
Dalam salah satu publikasi Bank Dunia, yakni World Development Report,
yang terbit pada tahun 1991, Bank Dunia melontarkan pernyataan tegas
bahwasanya : Tantangan utama pembangunan... adalah memperbaiki kualitas
kehidupan. Terutama dinegara-negara paling miskin, kualitas hidup yang lebih
baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang lebih tinggi,-namun yang
dibutuhkan bukan hanya itu. Pendapatan yang lebih tinggi hanya merupakan salah
satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Banyak hal lain yang juga
harus diperjuangkan yakni pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar
hidup, pemerataan kesempatan, peningkatan kebebasan individual dan pelestarian
ragam kehidupan budaya (Mudrajad Kuncoro, 2010).
Salah satu tujuan inti pembangunan di semua masyarakat adalah
peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan,
tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas
pendidikan, serta peningkatan atas nilai-nilai kultural, dan kemanusiaan yang
kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materil, namun
juga membutuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
Pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik.
No. Provinsi
2007 2008 2009 2010
IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barat
19 Nusa Tenggara
Timur 65.36 31 66.15 31 66.60 31 67.26 31
20 Kalimantan Barat 67.53 29 68.17 29 68.79 28 69.15 28 21 Kalimantan Tengah 73.49 7 73.88 7 74.36 7 74.64 7
22 Kalimantan Selatan 68.01 26 68.72 26 69.30 26 69.92 26 23 Kalimantan Timur 73.77 5 74.52 5 75.11 5 75.56 5 24 Sulawesi Utara 74.68 2 75.16 2 75.68 2 76.09 2 25 Sulawesi Tengah 69.34 22 70.09 22 70.70 22 71.14 22
26 Sulawesi Selatan 69.62 21 70.22 21 70.94 20 71.62 19 27 Sulawesi Tenggara 68.32 25 69.00 25 69.52 25 70.00 25 28 Gorontalo 68.83 24 69.29 24 69.79 24 70.28 24 29 Sulawesi Barat 67.72 28 68.55 27 69.18 27 69.64 27
30 Maluku 69.96 18 70.38 19 70.96 19 71.42 20 31 Maluku Utara 67.82 27 68.18 28 68.63 29 69.03 30 32 Irian Jaya Barat 67.28 30 67.95 30 68.58 30 69.15 29
33 Papua 63.41 33 64.00 33 64.53 33 64.94 33
Indonesia (BPS) 70.59 71.17 71.76 72.27
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
untuk Sumatera Utara meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2010 dan tetap
pada posisi ranking kedelapan. Hal ini menunjukkan bahwa komponen yang
mendukung Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index
(HDI) yaitu Harapan Hidup (Life Expectacy), Indeks Pendidikan yang dihitung
dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy rate) dan rata-rata Lama Sekolah (Years
of Scooling), dan Indeks daya Beli ( Adjusted Real percapita) di Sumatera Utara
dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2010 semakin membaik.
Sementara itu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Kabupaten/Kota
Tabel 1.2 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 - 2010
Sumber : Badan Pusat Statistik NO KABUPATEN
/KOTA
IPM PERINGKAT IPM
Dari tabel diatas terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk
Kota Medan dari tahun 2007 sampai dengan 2010 mengalami kenaikan dan
berada pada peringkat kedua dari tiga puluh tiga Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa komponen yang
mendukung Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index
(HDI) yaitu Harapan Hidup (Life Expectacy), Indeks Pendidikan yang dihitung
dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy rate) dan Rata-rata Lama Sekolah (Years
of Scooling), dan Indeks Daya Beli ( Adjusted Real Percapita) di Kota Medan
dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2010 semakin membaik.
Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, baik
aspek ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.
Pendidikan bukan hanya akan berpengaruh pada tingkat produktivitas, tetapi
juga akan berpengaruh pada fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadi
sumber daya manusia yang lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi
perubahan dan pembangunan suatu negara.
Pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang
memuaskan dan berharga. Pendidikan juga memainkan peranan utama dalam
membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap tekhnologi
modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam butir kedua dari delapan butir Millenium Development Goals
(MDGs) dinyatakan bahwa untuk mencapai pendidikan dasar secara universal,
perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Pengukuran pencapaian target
ini di Indonesia dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12
tahun).
2. Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah (13-15 tahun).
3. Angka melek huruf usia 15-24 tahun.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Pada Pasal 34 ayat 1 menyebutkan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang Pendidikan Dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam
ayat 2 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun diukur
dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP. Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan
besar dalam percepatan pencapaian program Wajar 9 tahun tersebut.
Perbedaan geografis bangsa Indonesia yang begitu majemuk,
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat atau daerah tidak dapat
berkembang secara pesat dan merata. Faktor perbedaan sosial ekonomi sebagai
salah satu kendala utama selain faktor-faktor lain dalam penuntasan wajib belajar
9 tahun. Sebagai upaya menjembatani perbedaan itu dan ditambah dengan jumlah
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan program BOS guna pemenuhan
kebutuhan belajar mengajar siswa yang diterimakan langsung ke semua sekolah
tingkat dasar (SD/SMP) untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan
yang harus ditanggung oleh orangtua siswa. Ini berarti bahwa program BOS
mendorong agar semua warga negara Indonesia mengenyam pendidikan
sekurang-kurangnya tingkat dasar.
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah salah satu program
pemerintah dalam bidang pendidikan yang direalokasikan dalam rangka
mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Secara umum
program BOS ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.
Sesuai yang tercantum pada pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa negara
memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
(20%) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan adanya program BOS diharapkan
siswa dapat memperoleh layanan pendidikan dasar yang bermutu dalam rangka
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.Sementara itu sasaran
pemberian BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk Sekolah Menengah
Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang
diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh
Seiring dengan adanya BOS ini maka seluruh siswa miskin dapat mendapatkan
layanan pendidikan dasar secara gratis, dengan demikian angka buta aksara dapat
diperkecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal47, Pasal
48, dan Pasal 49, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem
Pendidikan Nasional disusun berdasarkan semangat desentralisasi danotonomi
satuan pendidikan dalam perimbangan pendanaan pendidikan antara pusat dan
daerah. Dengan demikian pendanaan pendidikan menjaditanggung jawab bersama
antara pemerintah, pemerintah daerah, danmasyarakat.
Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah untukmenyediakan
anggaran pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,dan keberlanjutan.
Dalam rangka memenuhi tanggung jawab pendanaan tersebut, pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang dikelola berdasarkan prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut di atas perlu
ditetapkanPeraturan Pemerintah tentang Pendanaan Pendidikan.Pendanaan
pendidikan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pengaturan lebih lanjut
mengenai tanggung jawab pendanaan, sumber pendanaan, pengelolaan dana, dan
pengalokasian dana.
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli
2005, telah berperan dalam percepatan pencapaian Wajib Belajar 9 tahun.Oleh
pendekatan, dan orientasi BOS. Program BOS ke depannya bukan hanya berperan
untuk mempertahankan APK, namun juga harus berkonstribusi penting untuk
peningkatan mutu pendidikan dasar. Selain itu, dengan biaya satuan BOS yang
telah dinaikkan secara signifikan, program ini akan menjadi pilar utama untuk
mewujudkan pendidikan gratis di pendidikan dasar.
Bantuan Operasional (BOS) adalah merupakan program pemerintah dalam
bidang pendidikan. Program tersebut diaplikasikan secara riil dengan memberikan
bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar sembilan tahun.
Tantangan utama pembangunan pendidikan di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat pendidikan penduduk Indonesia relatif masih rendah;
b. Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya dapat diatasi
dalampembangunan pendidikan;
c. Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antar
kelompok masyarakat, seperti antara penduduk kaya dan penduduk
miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara
penduduk di perkotaan dan penduduk di pedesaan,dan antar daerah;
d. Fasilitas pelayanan pendidikan belum tersedia secara merata, terutama
di daerah pedesaan, terpencil, dan kepulauan, sehingga menyebabkan
sulitnya anak-anak mengakses layanan pendidikan;
e. Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi
kebutuhan kompetensi peserta didik;
f. Manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan efisien,
dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditandai oleh, antara lain, belum
mantapnya pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing
tingkat pemerintahan, termasuk kontribusinya dalam penyediaan
anggaran pendidikan.
Berdasarkan kondisi dan masalah yang dihadapi, ditempuh langkah-langkah
kebijakan pendidikan dasar sebagai berikut:
a. Meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia
pendidikandasar, dengan target utama daerah dan masyarakat miskin,
terpencil, dan terisolasi. Mulaitahun ajaran 2005/2006 pemerintah
menyediakan biaya operasional sekolah (BOS) dalamjumlah yang cukup
besar sebagai langkah awal pelaksanaan pendidikan dasar gratis.
b. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dengan menerapkan standar
nasional pendidikan sebagai acuan dan rambu-rambu hukum untuk
meningkatkan mutu berbagai aspek pendidikan nasional termasuk mutu
pendidik dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan,
kompetensi lulusan, pembiayaan pendidikan dan penilaian pendidikan,
c. Meningkatkan anggaran pendidikan untuk dapat mencapai 20 persen dari
APBN danAPBD sesuai amanat UUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk mencapai angka 20 persen itu,
pemerintah telah member komitmen meningkatkan anggaran pendidikan
secara bertahap. Bahkan selama lima tahun terakhir, alokasi anggaran
pendidikan yang disediakan melalui APBN paling tinggi di antara
d. Mendorong pelaksanaan otonomi dan desentralisasi pengelolaan pendidikan
sampaidengan satuan pendidikan dalam menyelenggaraan pendidikan.
e. Memperkuat manajemen pelayanan pendidikan dalam rangka membangun
pelayanan pendidikan yang amanah, efisien, produktif dan akuntabel melalui
upaya peningkatan tatakelola yang baik (good govermance) kelembagaan
pendidikan.
f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan
termasuk meningkatkan peran dan fungsi komite sekolah dan dewan
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis sekolah dan
masyarakat yang mencakup proses perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
pelaksanaan pembangunan pendidikan.
Sedangkan program yang dilaksanakan adalah menyelenggarakan layanan
pendidikan dasar yang berkualitas dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Program layanan pendidikan dasar ini difokuskan pada (i)
peningkatan partisipasi anak yang belum mendapat layanan pendidikan dasar, (ii)
mempertahankan kinerja pendidikan yang telah dicapai terutama dengan
menurunkan angka putus sekolah dan angka mengulang kelas, dan (iii)
penyediaan tambahan layanan pendidikan bagi anak-anak yang tidak dapat
melanjutkan kejenjang pendidikan menengah.
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli
2005, telah berperan dalam percepatan pencapaian Wajib Belajar 9 tahun. Selain
itu dengan biaya satuan BOS yang telah dinaikkan secara signifikan. Program ini
akan menjadi pilar utama untuk mewujudkan pendidikan gratis di pendidikan
Bantuan Operasional (BOS) adalah merupakan program pemerintah dalam
bidang pendidikan. Program tersebut diaplikasikan secara riil dengan memberikan
bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar sembilan tahun.
Meskipun pemerintah telah menyalurkan dana BOS dalam rangka
penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, namun masih banyak
anak-anak Indonesia yang miskin putus sekolah dan masih ada sekolah yang melakukan
kutipan-kutipan lain dengan berbagai dalih.
Untuk mengetahui keterkaitan dan keefektifitasan dana BOS dalam
peningkatan prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan, peneliti mengambil judul
“Pengaruh Anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SMP di Kota Medan”
1.2 Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang dan uraian diatas, maka
permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah anggaran untuk pembelian buku teks pelajaran yang rusak
berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu siswa;
2. Apakah anggaran untuk penerimaan siswa baru berpengaruh postif
terhadap peningkatan mutu siswa;
3. Apakah anggaran untuk kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh positif
terhadap peningkatan mutu siswa;
4. Apakah anggaran untuk biaya ulangan dan ujian berpengaruh positif
terhadap peningkatan mutu siswa;
5. Apakah anggaran untuk bantuan biayatransportasi,seragam,sepatu dan alat
6. Apakah anggaran untuk pembelian komputer dan printer berpengaruh
positif terhadap peningkatan mutu guru;
7. Apakah anggaran untuk pembayaran honor guru honorer berpengaruh
positif terhadap peningkatan mutu guru;
8. Apakah anggaran untuk pengembangan profesi guru berpengaruh positif
terhadap peningkatan mutu guru.
9. Apakah anggaran untuk biaya pembelian komputer dan printer, biaya
pembayaran honor guru dan biaya pengembangan profesi guru
berpengaruh terhadap mutu siswa melalui variabel intervening mutu guru.
1.3. Tujuan Penelitian :
Secara umum adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan oleh
pemerintah digunakan sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan, sedangkan secara
khusus tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk
pembelian buku teks pelajaran yang rusak terhadap peningkatan mutu siswa;
b. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk
penerimaan siswa baru peningkatan mutu siswa;
c. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk
kegiatan ekstrakurikulerterhadap peningkatan mutu siswa;
d. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk
e. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk
bantuan biaya transportasi, seragam, sepatu dan alat tulis siswa miskin
terhadap peningkatan mutu siswa;
f. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh untuk pembelian
komputer dan printer berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu guru;
g. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran
pembayaran honor guru honorer terhadap peningkatan mutu guru;
h. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk
pengembangan profesi guru terhadap peningkatan mutu guru.
i. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa anggaran untuk biaya pembelian
komputer dan printer, biaya pembayaran honor guru dan biaya
pengembangan profesi guru berpengaruh terhadap mutu siswa.
1.4 Manfaat Penelitian :
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
Manfaat Praktis :
Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi kepada PemerintahKota
Medan maupun pihak-pihak terkait dalam melakukan perbaikan pelaksanaan
program BOS tahun berikutnya. Dan dengan mengetahui pengaruh pemberian
dana BOS terhadap prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan, maka diharapkan
penentu kebijakan (Stakeholder) khususnya di bidang pendidikan dapat
melakukan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan mutu pendidikan di Sumatera
Manfaat Teoritis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam merumuskan Kebijakan Publik pada organisasi
public, untuk menambah wawasan, baik penulis sendiri, maupun pemerhati
pendidikan lainnya terutama di dalam menganalisa variabel-variabel yang
mempengaruhinya, baik variabel bebas (Independent variable) maupun variabel
antara (Intervening variable) serta sebagai bahan referensi bagi penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa setiap warga Indonesia
berhak mendapatkan pendidikan tanpa harus memandang status sosial, suku, ras,
dan agama. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan
yang bermutu pemerintah meningkatkan mutu pendidikan melalui regulasi yang
memberikan jaminan tentang pembiayaan pendidikan.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa Pemerintah Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut mencerdaskan
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, wajib belajar merupakan
tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang tertuang dalam pasal 49 ayat 1 menyatakan bahwa : “Dana
Bantuan Operasional Sekolah adalah bantuan yang diberikan pemerintah
untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar. Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang dilaksanakan sekarang ini merupakan program
tersendiri yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Program BOS meskipun ditujukan terutama dalam rangka perluasan
akses dan pemerataan pendidikan, diharapkan dapat mendukung peningkatan
mutu, relevansi, dan daya saing, serta peningkatan tata kelola dan pencitraan
pendidikan yang positif di hadapan publik dalam rangka wajib belajar pendidikan
dasar sembilan tahun dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi dan
wilayah geografis Indonesia yang sangat luas, dengan latar belakang sosial,
budaya, dan ekonomi penduduk yang heterogen. Kebijakan dan
program-program dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
mengacu pada tiga pilar pembangunan pendidikan nasional yang meliputi
perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing
pendidikan, peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Pilar pertama perluasan dan pemerataan akses pendidikan adalah upaya
perluasan dan pemerataan akses pendidikan yang ditujukan sebagai upaya
perluasan daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang
sama kepada seluruh peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang
beraneka ragam baik secara sosial, ekonomi, gender, geografis, maupun tingkat
kemampuan intelektual dan kondisi fisik. Perluasan dan pemerataan akses
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapa saja untuk dapat belajar
sepanjang hayat dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa di era global,
Pilar kedua peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing adalah arah
kebijakan peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan diarahkan pada
peningkatan mutu pendidikan sehingga memenuhi Standar Nasional Pendidikan
(SNP). SNP meliputi berbagai komponen terkait dengan mutu pendidikan yaitu
mencakup standar isi, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, satndar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Pilar ketiga peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik
yaitu kebijakan pembangunan pendidikan memberikan arah terhadap reformasi
pendidikan secara efektif, efisien dan akuntabel.
Kebijakan tata kelola diarahkan pada pembenahan perencanaan jangka
menengah dengan menetapkan kebijakan strategis serta program-program yang
didasarkan pada skala prioritas. Disamping itu, kebijakan tata kelola mencakup
pula pengembangan sistem penganggaran bagi keseluruhan program berdasarkan
prioritas, baik dari sumber pemerintah, pihak swasta, stakeholders lainnya disetiap
tingkat pemerintah. Pengelolaan pendidikan menggunakan pendekatan
menyeluruh yang bercirikan ; a) program kerja disusun secara kolaboratif dan
sinergi untuk menguatkan implementasi kebijakan mulai dari level birokrasi
pendidikan pusat dan daerah hingga level satuan pendidikan, b) pelaksanaan
reformasi institusi secara berkelanjutan, c) perbaikan program dilakukan secara
berkelanjutan dan didasarkan pada evaluasi kinerja tahunan yang dilaksanakan
2.1.1.Pengertian BOS
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar.
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah (Dedi
Supriyadi, 2004). Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan
peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan di
sekolah tidak akan berjalan. Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan
yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga
(yang dapat dihargakan dengan uang). Bagaimana biaya-biaya itu direncanakan,
diperoleh, dialokasikan, dan dikelola merupakan persoalan pembiayaan atau
pendanaan pendidikan (educational finance).
Dana pendidikan adalah sumberdaya keuangan yang disediakan untuk
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Pendanaan pendidikan adalah
penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan (PP Nomor 48 Tahun 2008; pasal 1).
Menurut PP No. 48 Tahun 2008 ada 3 jenis biaya pendidikan, yaitu:
1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan
2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya
Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, atau penyelenggara/satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat
3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur
dan berkelanjutan.
Biaya Satuan Pendidikan menurut PP No. 48 Tahun 2008 terdiri dari :
1. Biaya investasi, adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap
2. Biaya operasi terdiri dari biaya personalia dan biaya non personalia
3. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai
pendidikannya
4. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta
didik berprestasi.
Biaya Personalia dan non personalia menurut PP No. 48 Tahun 2008 yaitu:
1. Biaya Personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta
tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.
2. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan
habis pakai. Dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi, dan lain-lain.
Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan invsestasi dan personalia
2.1.2.Gerakan Nasional Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun
Pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan
pemerataan kesempatan pendidikan, mutu, serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan. Sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap
pembangunan pendidikan, pada tahun 1994 pemerintah telah mencanangkan
program wajib belajar 9 tahun (compulsory basic education).
Menurut PP No. 47 Tahun 2008 pasal 1 dan pasal 2 disebutkan bahwa :
Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.
Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia.Wajib
belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia
untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam
masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kebijakan pelaksanaan program wajib belajar minimal untuk tingkat
pendidikan dasar, selain untuk memenuhi tuntutan konstitusi juga untuk
memenuhi komitmen global, Millennium Development Goals (MDGs) yang
menargetkan pada tahun 2015 semua negara telah mencapai APK pendidikan
dasar 100%. Wajar dikdas 9 tahun adalah prasyarat yang harus dipenuhi agar
semua manusia Indonesia bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Berdasarkan target dari MDGs dalam hal pendidikan, yaitu menjamin pada
2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat
menyelesaikan pendidikan dasar. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Wajir Dikdas adalah pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP secara
nasional mencapai 95% pada tahun 2008/2009. Dari sisi jumlah siswa, pemerintah
bersama masyarakat harus mampu menyediakan layanan pendidikan terhadap
sekitar1,9 juta anak usia 13-15 tahun yang selama ini belum memperoleh
kesempatan belajar di SMP/MTs/sederajat.
Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun harus merupakan program bersama
antara pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat.
Upaya-upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui gerakan nasional
dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal formal perlu dilakukan
untuk menyadarkan mereka yang belum memahami arti pentingnya pendidikan
dan menggalang partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program nasional
tersebut.
Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan
merata bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosial budaya
(yaitu penduduk miskin, memiliki hambatan geografis, daerah perbatasan, dan
daerah terpencil), maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta
intelektual peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif antara
lain dengan membantu dan mempermudah mereka yang belum sekolah, putus
sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke
SMP/MTs/SMPLB yang masih besar jumlahnya, untuk memperoleh layanan
pendidikan.
Disamping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan
aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang
Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun akan menambah jumlah lulusan
SMP/MTs/SMPLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan
pendidikan menengah.
Tujuan utama dilaksanakannya gerakan nasional penuntasan Wajar Dikdas 9
Tahun ini adalah :
Mendorong anak-anak usia 13-15 tahun agar masuk sekolah baik di
SMP/MTs maupun pendidikan lainnya yang sederajat.
Meningkatkan angka partisipasi anak untuk masuk sekolah SMP/MTs
terutama di daerah yang jumlah anak tidak bersekolah SMP/MTs masih
tinggi.
Menurunkan angka putus sekolah SMP/MTs atau sederajat.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mensukseskan penuntasan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
Meningkatkan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam mensukseskan
gerakan nasional penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.
Meningkatkan peran, fungsi, dan kapasitas pemerintah pusat, pemerintah
propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan dalam penuntasan wajib belajar di
daerah masing-masing.
Adapun sasaran gerakan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah untuk :
Anak usia SMP/MTs atau yang sederajat (13-15 tahun) yang belum belajar
di SMP/MTs atau sederajat.
Anak kelas VI SD yang karena alasan ekonomi dikhawatirkan tidak dapat
melanjutkan ke SMP/MTs atau yang sederajat.
Untuk belajar di SMP/MTs atau yang sederajat, anak-anak usia SMP dapat
memilih sekolah yang sesuai dengan pilihan dan kesempatan yang dimiliki,
seperti :
SMP Negeri atau SMP Swasta biasa.
SD-SMP Satu Atap.
SMP Terbuka.
MTs Negeri atau MTs Swasta atau sekolah lainnya yang sederajat.
Pondok Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan program Wajib
Belajar.
Anak usia 13-15 tahun yang sekolah dapat memperoleh bantuan keuangan untuk
mengikuti pendidikan sebagai berikut:
Semua anak SMP/MTs atau sederajat dapat memperoleh Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dengan prioritas kepada siswa yang tidak
mampu sebesar Rp. 324.500,-/siswa/tahun. BOS diserahkan pengelolaannya
kepada sekolah.
Beasiswa retrieval, sebesar Rp. 1.000.000,-/siswa/tahun untuk tahun
pertama dan Rp. 500.000,-/siswa/tahun bagi anak putus sekolah SMP/MTs.
Beasiswa transisi bagi siswa kelas VI SD/Mi atau sederajat karena alasan
ekonomi terancam tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Besar
beasiswa transisi adalah Rp. 1.000.000,-/siswa/tahun.
Beasiswa untuk siswa SMP Terbuka sebesar Rp. 240.000,-/siswa/tahun.
Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu
untuk mensukseskan program ini perlu kerjasama yang menyeluruh antara :
Dinas Pendidikan Propinsi
Dinas Pendidikan Kabupaten/kota
Dinas Pendidikan Kecamatan
Kelurahan
Disamping itu masyarakat dan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan,
seperti Dharma Wanita, PKK, Bhayangkari, Dharma Pertiwi, dan lainnya
diharapkan tetap meningkatkan partisipasinya dalam penuntasan Wajar Dikdas 9
tahun.
Sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
tahun 2010 – 2014, program wajib belajar 9 tahun bertujuan untuk meningkatkan
pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan
terjangkau baik melalui jalur formal maupun non formal yang mencakup Sekolah
Dasar dan Madrasyah Ibtidaiyah serta PNF kesetaraan Sekolah Dasar, SMP, dan
Pendidikan Non Formal kesetaraan SMP sehingga anak usia 7 -15 tahun dapat
memperoleh pendidikan setidak-tidaknya sampai sekolah menengah pertama atau
sederajat. Sementara sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun ini adalah terlaksananya pemerataan, perluasan dan wajib belajar 9
tahun dan dengan program tersebut diharapkan dapat meningkatkan Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) setiap jenjang
pendidikan, berkurangnya angka putus sekolah, meningkatnya angka melanjut ke
jenjang yang lebih tinggi serta tuntasnya wajib belajar 9 tahun.
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu
mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan Dasar,
mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU No. 2/1989 yaitu
kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup
dalam masyarakat serta untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan
menengah).
Dalam melaksanakan wajib belajar sembilan tahun, ada beberapa
pendekatan yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaannya, antara lain:
(a) Pendekatan Budaya
Sosialisasi wajib belajar dilakukan dengan memanfaatkan budaya yang
berkembang di daerah tersebut; misalnya daerah yang masyarakatnya senang
dengan seni, maka pesan-pesan wajib belajar dapat disisipkan pada gelar seni.
Masyarakat yang sangat menghormati adat, maka tokoh adat dilibatkan dalam
pemikiran dan pelaksanaan sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang
bermutu. Sanksi adat biasanya lebih disegani dari pada sanksi hukum.
(b) Pendekatan Sosial
Sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu perlu memperhatikan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Bila dalam masyarakat ada tokoh yang
disegani dan bisa menjadi panutan, maka tokoh ini perlu dilibatkan dalam
sosialisasi. Tokoh masyarakat ini bisa berasal dari tokoh formal, maupun
tokoh non formal. Pada masyarakat ekonomi lemah, sosialisasi dilakukan
dengan memberikan informasi tentang pelayanan pemerintah untuk
pendidikan, misalnya BOS ataupun beasiswa. Bila anak sibuk membantu
kerja orangtua, anak tidak harus berhenti bekerja, tetapi disampaikan jenis
pendidikan alternatif yang bisa diikuti oleh anak yang bersangkutan, misalnya
(c) Pendekatan Agama
Pada daerah tertentu ada yang masyarakatnya sangat agamis dan sangat
mentaati ayat-ayat suci. Untuk daerah seperti ini peran para tokoh agama
sangat sesuai. Dengan mengutip ayat-ayat suci, maka konsep wajib belajar
lebih mudah diikuti. Untuk ini motto “belajar adalah ibadah” yang didasarkan
atas kajian yang sangat mendalam oleh para tokoh agama dapat diangkat
menjadi motto dalam sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu.
(d) Pendekatan Birokrasi
Pendekatan birokrasi ialah upaya memanfaatkan sistem pemerintahan, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Pembentukan tim koordinasi di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan merupakan salah satu bentuk
pendekatan birokrasi. Birokrasi ditempuh karena dengan pendekatan ini lebih
mudah diperoleh berbagai faktor penunjang baik tenaga, sarana, maupun
dana. Namun demikian pendekatan ini akan lebih berhasil bila digabung
dengan pendekatan yang lain.
(e) Pendekatan Hukum
Pendekatan hukum ialah pendekatan yang hanya digunakan untuk daerah
yang masyarakatnya memiliki kesadaran terhadap pendidikan sangat rendah
dan tingkat resistensinya tinggi. Program Wajib Belajar Sembilan Tahun
sampai saat ini masih memberlakukan konsep “universal basic education”
dan belum menerapkan konsep “compulsary education”. Artinya, program
wajib belajar baru sebatas himbauan tanpa diikuti sanksi hukum. Namun jika
diperlukan, UU Nomor 20 tahun 2003, memberi kemungkinan kepada
berkonsekuensi adanya sanksi hukum bagi yang tidak mau melaksanakan
tanggung jawabnya terhadap program wajib belajar, baik pemerintah,
pemerintah daerah, orangtua, maupun peserta didik.
Untuk mempercepat akselerasi penuntasan wajib belajar, pada tahun 2006
pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara
2.1.3.Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Yang Bermutu
. Inpres ini
menginstruksikan kepada para Menteri terkait, Kepala BPS, Gubernur, Bupati
dan Walikota untuk memberikan dukungan dan mensukseskan program
pemerintah dimaksud.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 – 15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan pada ayat 3 menyebutkan
bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Konsekuensi dari amanat Undang-undang tersebut adalah pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta
didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain
Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal47, Pasal
48, dan Pasal 49, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disusun berdasarkan semangat desentralisasi dan otonomi
satuan pendidikan dalam perimbangan pendanaan pendidikan antara pusat dan
daerah. Dengan demikian pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,dan keberlanjutan. Dalam rangka
memenuhi tanggung jawab pendanaan tersebut, pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat mengerahkan sumberdaya yang ada sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang dikelola berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik.
Sejak Juli 2005 yang lalu, pemerintah memunculkan kebijakan strategis,
sebagai langkah serius, nyata dan urgen untuk mewujudkan wajib belajar (wajar)
9 tahun, yaitu Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Kebijakan stretegis
itu dimaksudkan untuk pemerataan sekaligus penyegaran kembali akan
pentingnya kesadaran pendidikan yang terjangkau (murah) dan bermutu bagi
semua anak negeri di tanah air.
Cita-cita dan amanat UUD 1945 yang menjadi payung hukum tertinggi di
negeri ini serta UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagai pijakan
pemerintah, melalui Kemendiknas agar semua warga negara berusia 7-15 tahun
atau setingkat SD hingga SMP wajib memperoleh hak untuk mendapat
semua (education for all) yang menembus batas benua, negara, pulau, etnis, ras,
suku, dan agama.
Perbedaan geografis bangsa Indonesia yang begitu majemuk,
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat atau daerah tidak dapat
berkembang secara pesat dan merata. Faktor perbedaan sosial-ekonomi itulah
sebagai salah satu kendala utama, selain faktor-faktor lain, dalam rangka
menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Sebagai upaya menjembatani perbedaan itu
dan ditambah dengan jumlah masyarakat kurang mampu (miskin) yang tidak
sedikit, pemerintah melalui Kemendiknas memberikan program BOS guna
pemenuhan kebutuhan belajar mengajar siswa yang diterimakan langsung ke
semua sekolah tingkat dasar (SD/SMP). Artinya, program BOS mendorong agar
semua warga negara Indonesia mengenyam pendidikan sekurang-kurangnya
tingkat dasar.
Salah satu indikator penuntasan program Wajar Dikdas 9 tahun di ukur
dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP. Pada tahun 2009 APK SMP
telah mencapai 98,11%, sehingga dapat dikatakan bahwa program wajar 9 tahun
telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan
besar dalam percepatan pencapaian program Wajar 9 Tahun tersebut.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah merupakan program pemerintah
yang diberikan dalam bidang pendidikan untuk menjamin terlaksananya program
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Ukuran penuntasan wajib belajar
pendidikan dasr 9 tahun adalah apabila Angka Partisipasi Kasar (APK) sudah
dikdas 9 tahun ini pada tahun 2008/2009, namun karena terjadinya krisis pada
tahun 1997 banyak peserta didik dari keluarga kurang mampu tidak dapat
mengikuti sekolah lagi.
Bantuan Operasional Sekolah adalah bantuan yang diberikan pemerintah
untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar. Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang dilaksanakan sekarang ini merupakan program
tersendiri yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Program BOS meskipun ditujukan terutama dalam rangka perluasan
akses dan pemerataan pendidikan, diharapkan dapat mendukung peningkatan
mutu, relevansi, dan daya saing, serta peningkatan tata kelola dan pencitraan
pendidikan yang positif di hadapan publik dalam rangka wajib belajar pendidikan
dasar sembilan tahun dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi dan
wilayah geografis Indonesia yang sangat luas, dengan latar belakang sosial,
budaya, dan ekonomi penduduk yang heterogen.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun
yang bermutu. Sedangkan sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan
SMP, termasuk Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT), dan Tempat
Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat baik
negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia.
Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS
Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan pertahunnya sebagai
berikut :
b. SD/SDLB di kabupaten : Rp. 397.000,-/siswa
c. SMP/SMPLB di kota : Rp. 575.000,-/siswa
d. SMP/SMPLB di kabupaten : Rp. 570.000,-/siswa
Dari rentang waktu lima tahun terakhir, besaran program BOS dari tahun
2005 hingga tahun 2009 telah mengalami peningkatan secara signifikan. Program
BOS merupakan program yang sebanding lurus dengan kebijakan pemerintah
yang mengalokasikan anggaran pendidikan 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), sebagai amanat Undang-Undang Dasar 1945.
Manfaatnya, lebih dari 30 juta murid SD/MI dan 12,5 juta SMP/MTs telah
merasakan program BOS yang hasilnya sangat positif untuk pengentasan wajib
belajar 9 tahun.
Bahkan, menurut laporan Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, penuntasan program wajar 9 tahun mengalami peningkatan secara
signifikan, yaitu mencapai 98,11% Angka Partisipasi Kasar (APK). Prestasi ini
melebihi target dari yang dirancang sebelumnya, yakni untuk menuntaskan wajar
9 tahun paling lambat tahun 2015. Program BOS dinilai menghasilkan kemajuan
yang pesat. Secara riil, indikator keberhasilan program BOS adalah mampu
mengurangi beban orangtua untuk biaya pendidikan anaknya, sehingga
menurunkan angka putus sekolah (drop out), mengurangi angka mengulang kelas,
meminimalisir tingkat ketidak hadiran, dan meningkatkan angka melanjutkan dari