• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN SOSIALISASI IPM METODE BARU LENGKAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHAN SOSIALISASI IPM METODE BARU LENGKAP"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN SOSIALISASI

(2)

Implementasi IPM Metode Baru di Indonesia

Perubahan Metodologi IPM

Pembangunan Manusia

2

(3)
(4)

Latar Belakang

Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang

sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki

taraf hidup sebagian besar penduduknya.

Pada tahun 1991 Bank Dunia menerbitkan laporannya yang

menegaskan bahwa

ta ta ga uta a pe ba gu a ....adalah

e perbaiki kualitas kehidupa .

(

World Development Report

)

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses

multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar

atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan istitusi-institusi

nasional.

Konsep pembangunan manusia muncul untuk memperbaiki

kelemahan konsep pertumbuhan ekonomi karena selain

(5)

Konsep Pembangunan Manusia

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.

Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai

tujuan akhir dari pembangunan, bukan hanya alat dari

pembangunan.

Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan

lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati

umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang

produktif (

United

Nation

Development

Programme

UNDP).

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai

proses

perluasan pilihan bagi penduduk

(

a process of enlarging

(6)

Apa Itu IPM ?

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat

mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh

pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan

sebagainya.

IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan

dipublikasikan secara berkala dalam laporan

tahunan

Human Development Report

(HDR).

IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar:

Umur panjang dan hidup sehat

(

a long and

healthy life

)

Pengetahuan

(

knowledge

)

(7)

Apa Saja Manfaat IPM ?

IPM merupakan indikator penting untuk

mengukur keberhasilan dalam upaya

membangun kualitas hidup manusia

(masyarakat/penduduk).

IPM dapat menentukan peringkat atau level

pembangunan suatu wilayah/negara.

Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis

karena selain sebagai ukuran kinerja

Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah

satu alokator penentuan

Dana Alokasi Umum

(8)
(9)

Perkembangan Metodologi IPM

Pada tahun 2010, UNDP memperkenalkan penghitungan IPM dengan metode

baru. Tahun 2011 dan 2014 dilakukan penyempurnaan metodologi (IPM Metode

Baru).

1990

Launching

:

Komponen IPM

yang digunakan

AHH, AMH, PDB

per Kapita

1991

Penyempurnaan:

Komponen IPM yang

digunakan AHH, AMH,

RLS, PDB per Kapita

1995

Penyempurnaan:

Komponen IPM yang digunakan

AHH, AMH, Kombinasi APK,

PDB per Kapita

2010

UNDP merubah metodologi

:

1. Komponen IPM yang digunakan AHH,

HLS, RLS, PNB per Kapita

2. Agregasi indeks menggunakan

rata-rata geometrik

2011

Penyempurnaan:

Mengganti tahun dasar

PNB per kapita dari tahun

2008 menjadi 2005

2014

Penyempurnaan:

1. Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari

tahun 2005 menjadi 2011

(10)

Mengapa Metodologi IPM Diubah ?

Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM

yaitu:

PERTAMA:

Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam

penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan

dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat

menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di

sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan

tingkat pendidikan antardaerah dengan baik.

Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan

pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

KEDUA:

Penggunaan rumus

rata-rata aritmatik

dalam penghitungan IPM

(11)

Apa Saja yang Berubah ?

INDIKATOR:

Angka Melek Huruf (AMH)

pada metode lama diganti

dengan angka

Harapan Lama Sekolah (HLS)

.

Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita

diganti dengan

Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita

.

METODE PENGHITUNGAN:

Metode agregasi diubah dari

rata-rata aritmatik

menjadi

(12)

Apa Saja Keunggulan IPM Metode Baru ?

Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat

membedakan dengan baik (diskriminatif ).

Dengan memasukkan

Rata-rata Lama Sekolah

dan angka

Harapan Lama Sekolah

, bisa didapatkan gambaran yang

lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang

terjadi.

PNB

menggantikan

PDB

karena lebih menggambarkan

pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

Dengan menggunakan

rata-rata geometrik

dalam menyusun

IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat

ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk

(13)

Bagaimana IPM

Metode Baru

Diukur ?

(14)

Menghitung Indeks Komponen

Dimensi

Kesehatan

Dimensi

Pendidikan

(15)

Menghitung IPM

(16)
(17)

Data

Ketersediaan data:

Angka Harapan Hidup saat lahir

(Sensus Penduduk tahun

2010-SP2010, Proyeksi Penduduk).

Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah

(Suvei Sosial Ekonomi Nasional

Susenas).

PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan

kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan

pengeluaran

per kapita

disesuaikan menggunakan data Susenas.

(18)

Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru

DIMENSI

METODE LAMA

METODE BARU

UNDP

BPS

UNDP

BPS

Kesehatan

Angka Harapan

Hidup saat Lahir

(AHH)

Angka Harapan

Hidup saat Lahir

(AHH)

Angka Harapan

Hidup saat Lahir

(AHH)

Angka Harapan

Hidup saat Lahir

(AHH)

Pengetahuan

1. Angka Melek

Huruf (AMH)

1. Angka Melek

Huruf (AMH)

1. Harapan Lama

Sekolah (HLS)

1. Harapan Lama

Sekolah

(HLS)

2. Kombinasi

Angka

Partisipasi

Kasar (APK)

2. Rata-rata

Lama Sekolah

(RLS)

2. Rata-rata

Lama Sekolah

(RLS)

2. Rata-rata

Lama Sekolah

(RLS)

Standar Hidup

Layak

PDB per kapita

Pengeluaran per

kapita

PNB per kapita

Pengeluaran per

kapita

(19)

Penentuan Nilai Minimum dan Maksimum

Indikator

Satuan

Minimum

Maksimum

UNDP

BPS

UNDP

BPS

Angka Harapan Hidup saat

Lahir (AHH)

Tahun

20

20

85

85

Harapan Lama Sekolah (HLS)

Tahun

0

0

18

18

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun

0

0

15

15

Pengeluaran per Kapita

Disesuaikan

100

(PPP U$)

1.007.436*

(Rp)

107.721

(PPP U$)

26.572.352**

(Rp)

Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli

Keterangan:

* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua

(20)

Variabel dalam IPM Metode Baru

Angka Harapan Hidup saat Lahir

AHH

(

Life

Expectancy

e

0

)

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak

tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak

lahir.

AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu

(21)

Rata-rata Lama Sekolah

RLS

(

Mean

Years

of

Schooling

MYS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

didefinisikan

sebagai jumlah

tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani

pendidikan formal.

Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama

sekolah suatu wilayah tidak akan turun.

Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk

berusia 25 tahun ke atas.

RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi

pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir.

Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga

(22)

Harapan Lama Sekolah

HLS

(

Expected

Years

of

Schooling

EYS)

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai

lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan

oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan

sistem pendidikan di berbagai jenjang.

HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti

kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.

Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam

Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di

pesantren.

Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam.

(23)

Formula Penghitungan Harapan Lama Sekolah (HLS)

Formula

Keterangan:

t

a

HLS

Harapan Lama Sekolah pada umur

a

di tahun

t

t

i

E

Jumlah penduduk usia

i

yang bersekolah pada tahun

t

t

i

P

Jumlah penduduk usia

i

pada tahun

t

i

Usia (a, a + 1, ..., n)

Faktor koreksi pesantren

FK

(24)
(25)

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan

Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari

nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.

Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh

dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga

level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita

dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.

Perhitungan paritas daya beli pada metode baru

menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas

merupakan makanan dan sisanya merupakan

(26)

Paket Komoditas Penghitungan Paritas Daya Beli

Makanan: 66

Komoditas

(39,8 %)

Nonmakanan:

30 Komoditas

(36,9 %)

96 Komoditas

(76,7 %)

p

ik

: harga komoditas

i

di Jakarta Selatan

p

ij

: harga komoditas

i

di kab/kota

j

m

: jumlah komoditas

Rumus Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP)

Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam menghitung

PPP.

Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam penghitungan PPP, dengan

pertimbangan:

Share

27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52 persen pada tahun

1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012

(27)

Mengukur Kecepatan IPM

Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu

kurun waktu digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun.

Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian

yang telah ditempuh dengan capaian sebelumnya.

Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu

wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya.

Keterangan:

IPM

t

: IPM suatu wilayah pada tahun t

(28)

Klasifikasi Pembangunan Manusia

Capaian IPM

Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk

mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi

kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia.

Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu:

Klasifikasi

IPM

0

Sangat Tinggi

70

IPM < 0

Tinggi

60

IPM < 0

Sedang

IPM < 60

(29)

Dampak Perubahan Metodologi

Secara umum level IPM dengan

metode baru lebih rendah

dibanding dengan IPM metode

lama

Level

IPM

Terjadi perubahan peringkat IPM.

Peringkat tidak bisa

diperbandingkan akibat adanya

perbedaan indikator dan

metodologi

Peringkat

IPM

1

(30)

Perubahan Peringkat IPM Metode Baru

di Beberapa Negara

1

1

China

Tahun mulai: 2013 (data 2011)

Variabel: e

0

, EYS, MYS, GNI per

capita

Dampak

: Terdapat perubahan

ranking provinsi. Perubahan

serius terjadi di Guangdong (4

ke 7), Hebei (10 ke 16), dan

Henan (15 ke 20)

2

2

India

Tahun mulai: 2011

Variabel: e

0

, EYS, MYS, GNI per

capita

Dampak

: Terjadi perubahan

nilai IPM dan rank antar

provinsi antara IPM 2007-2008

(metode lama) dengan IPM

2011 (metode baru)

Filipina

Tahun mulai: 2012 (data 2009)

Variabel: e

0

, EYS, MYS,

Familiy

Income and Expenditure

Dampak

: Terdapat perubahan

ranking provinsi. Perubahan serius

th 2006-2009 terjadi di Abra (46 ke

51), Aklan (49 ke 63), Camiguin (28

ke 39), Albay (30 ke 43)

(31)
(32)

IPM Indonesia (UNDP)

68,4

68,2

69,2

69,7

71,1

72,8

72,9

73,4

60,9

64,0

65,4

67,1

67,8

68,1

68,4

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Metode Lama

Metode Baru

Tren IPM Indonesia (UNDP), 2000-2013

(33)

Capaian IPM Indonesia di ASEAN, 2013

90,1

85,2

77,3

72,2

68,4

66,0 63,8

58,4 56,9

52,4

S

in

ga

p

u

ra

(

9

)

B

ru

n

e

i (

3

0

)

M

a

la

ys

ia

(

6

2

)

T

h

a

il

a

n

d

(

8

9

)

In

d

o

n

e

si

a

(

1

0

8

)

F

il

ip

in

a

(

1

1

7

)

V

ie

tn

a

m

(

1

2

1

)

K

a

m

b

o

ja

(

1

3

6

)

La

o

s

(1

3

9

)

M

ya

n

m

a

r

(1

5

0

)

2012

2013

Sumber: HDR 2014

IPM Indonesia 2013 sebesar 68,4; peringkat 108/187, di ASEAN berada pada peringkat 5, dan

masuk dalam kategori menengah

Periode 1970-2010 Indonesia termasuk dalam

World’s Top Movers i HDI i prove e t

Rank

Improvement

in

HDI

Nonincome

HDI

Income

1

Oman

Oman

China

2

China

Nepal

Botswana

3

Nepal

Saudi Arabia

South Korea

4

Indonesia

Libya

Hongkong, China

5

Saudi Arabia

Algeria

Malaysia

6

Lao PDR

Tunisia

Indonesia

7

Tunisia

Iran

Malta

8

South Korea

Ethiopia

Viet Nam

9

Algeria

South Korea

Mauritius

10

Morocco

Indonesia

India

(34)

Perbedaan IPM UNDP dengan IPM BPS

Nilai IPM hasil penghitungan UNDP dan IPM hasil penghitungan BPS

tidak

dapat dibandingkan

karena hal berikut.

1. Tujuannya berbeda

, dimana UNDP menghitung IPM untuk

membandingkan kemajuan pembangunan manusia antarnegara

sedangkan IPM BPS digunakan untuk membandingkan kemajuan

pembangunan manusia antarprovinsi dan antarkabupaten/kota di

Indonesia.

2. Komponen yang digunakan berbeda

. Komponen yang digunakan di

BPS dalam menghitung IPM menyesuaikan dengan ketersediaan data

yang ada di Indonesia.

3. Nilai minimum dan maksimum

yang digunakan dalam menghitung

(35)

Perkembangan IPM Indonesia (BPS)

67,70

64,30

65,80

68,69 69,57 70,08

70,59 71,17 71,76

72,27 72,77 73,29 73,81

65,80 66,53 67,30

68,20

1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Metode Lama

Metode Baru

Sumber: BPS, 1996-2013

Tren IPM Indonesia, 1996-2014

IPM

IPM Metode Baru

Tahun 2014:

Angka Harapan Hidup

saat Lahir:

th

Rata-rata Lama Sekolah:

th

Harapan Lama Sekolah:

th

Pengeluaran per Kapita

yang Disesuaikan:

(36)

Peta IPM Provinsi Tahun 2014

PA P U A KA LB A R

KA LT IM R IA U

KA LT E N G SU M S EL

AC E H

SU M U T

JA M BI

KA LT A R A

PA P U A BA R A T SU L T E N G

SU L S EL KA LS E L

SU M B AR

N T T N T B

LA MP U N G

SU L T R A

JA W A T IMU R JA W A BA R A T

JA W A T EN GA H

MA LU K U SU L B AR

SU L U T

BE N G K U LU

BA LI

MA LU K U U T A R A

BA N T E N KE P . B AB E L

GO R O N T A LO

D I Y KE P . R I AU

Kategori IPM: Rendah Sedang Tinggi

(37)

IPM Provinsi 2010-2014

Kode Provinsi IPM

2010 2011 2012 2013 2014 1100 Aceh 67,09 67,45 67,81 68,30

1200 Sumatera Utara 67,09 67,34 67,74 68,36 1300 Sumatera Barat 67,25 67,81 68,36 68,91 1400 Riau 68,65 68,90 69,15 69,91 1500 Jambi 65,39 66,14 66,94 67,76 1600 Sumatera Selatan 64,44 65,12 65,79 66,16 1700 Bengkulu 65,35 65,96 66,61 67,50 1800 Lampung 63,71 64,20 64,87 65,73 1900 Kep. Bangka Belitung 66,02 66,59 67,21 67,92 2100 Kepulauan Riau 71,13 71,61 72,36 73,02 3100 DKI Jakarta 76,31 76,99 77,54 78,08 3200 Jawa Barat 66,32 66,84 67,48 68,25 3300 Jawa Tengah 66,08 66,64 67,21 68,02 3400 D I Yogyakarta 75,37 75,93 76,15 76,44 3500 Jawa Timur 65,36 66,06 66,74 67,55 3600 Banten 67,54 68,22 68,92 69,47 5100 Bali 70,10 70,87 71,62 72,09 5200 NTB 61,41 62,14 62,78 63,42 5300 NTT 59,37 60,18 60,70 61,58 6100 Kalimantan Barat 61,97 62,52 63,20 64,17 6200 Kalimantan Tengah 65,96 66,38 66,66 67,41 6300 Kalimantan Selatan 65,20 65,89 66,68 67,17 6400 Kalimantan Timur 71,31 72,02 72,62 73,21 6500 Kalimantan Utara 67,99 7100 Sulawesi Utara 67,83 68,31 69,04 69,49 7200 Sulawesi Tengah 63,50 64,27 65,00 65,79 7300 Sulawesi Selatan 66,00 66,65 67,26 67,92 7400 Sulawesi Tenggara 65,99 66,52 67,07 67,55 7500 Gorontalo 62,65 63,48 64,16 64,70 7600 Sulawesi Barat 59,84 60,63 61,01 61,53 8100 Maluku 64,27 64,75 65,43 66,09 8200 Maluku Utara 62,79 63,19 63,93 64,78 9100 Papua Barat 59,60 59,90 60,30 60,91 9400 Papua 54,45 55,01 55,38 56,06

(38)

IPM 2013 dan Komponennya

Provinsi AHH EYS MYS Pengeluaran IPM Kategori

Aceh 69,31 13,36 8,44 8.289 68,30 Sedang Sumatera Utara 67,94 12,41 8,79 9.309 68,36 Sedang Sumatera Barat 68,21 13,16 8,28 9.570 68,91 Sedang Riau 70,67 12,27 8,38 10.180 69,91 Sedang Jambi 70,35 12,17 7,80 9.066 67,76 Sedang Sumatera Selatan 68,84 11,46 7,53 9.231 66,16 Sedang Bengkulu 68,33 12,78 8,09 8.803 67,50 Sedang Lampung 69,55 11,90 7,32 8.415 65,73 Sedang Kep. Bangka Belitung 69,64 10,96 7,32 11.657 67,92 Sedang Kepulauan Riau 69,05 12,26 9,63 12.942 73,02 Tinggi DKI Jakarta 72,19 12,24 10,47 16.828 78,08 Tinggi Jawa Barat 72,09 11,81 7,58 9.421 68,25 Sedang Jawa Tengah 73,28 11,89 6,80 9.618 68,02 Sedang D I Yogyakarta 74,45 14,67 8,72 12.261 76,44 Tinggi Jawa Timur 70,34 12,17 6,90 9.978 67,55 Sedang Banten 69,04 12,05 8,17 11.061 69,47 Sedang Bali 71,11 12,40 8,10 12.738 72,09 Tinggi NTB 64,74 12,46 6,28 8.950 63,42 Sedang NTT 65,82 12,27 6,68 6.899 61,58 Sedang Kalimantan Barat 69,66 11,60 6,60 8.127 64,17 Sedang Kalimantan Tengah 69,29 11,71 7,79 9.641 67,41 Sedang Kalimantan Selatan 67,35 11,67 7,59 10.655 67,17 Sedang Kalimantan Timur 73,52 12,85 8,87 10.981 73,21 Tinggi Kalimantan Utara 72,02 12,30 8,10 8.229 67,99 Sedang Sulawesi Utara 70,86 11,88 8,79 9.583 69,49 Sedang Sulawesi Tengah 67,02 12,36 7,82 8.501 65,79 Sedang Sulawesi Selatan 69,50 12,52 7,45 9.632 67,92 Sedang Sulawesi Tenggara 70,28 12,45 7,93 8.537 67,55 Sedang Gorontalo 66,92 12,13 6,96 8.719 64,70 Sedang Sulawesi Barat 63,32 11,46 6,87 8.148 61,53 Sedang Maluku 64,93 13,35 8,81 7.872 66,09 Sedang Maluku Utara 67,24 12,48 8,27 7.200 64,78 Sedang Papua Barat 65,05 11,67 6,91 6.896 60,91 Sedang Papua 64,76 9,58 5,61 6.394 56,06 Rendah

(39)

Perbandingan Pola Sebaran IPM Metode Lama

dan Metode Baru 2013

PAPU A KAL BAR

KAL TI M RI AU

KAL TE N G SU MSEL

AC EH SU MU T

JAMB I

KAL TA R A

PAPU A BA RA T SU L TEN G

SU L SEL KAL SEL

SU MBAR

NT T NT B

LA MPU N G SU L TR A JAW A T IM U R

JAW A B AR AT

JAW A T EN G AH

MAL U KU SU L BAR

SU L U T

BEN G KU L U

BAL I

MAL U KU UT AR A

BAN T EN KEP. B ABEL

GO R ON T AL O

D I Y KEP. R I AU

Katego ri IPM: 66.25 - 68.77 68.77 - 71.9 71.9 - 73.58 73.58 - 75.68 75.68 - 78.59

IPM 2013 Metode Lama

IPM 2013 Metode Baru

PA P U A KA LB A R

KA LT IM R IA U

KA LT E N G SU M S EL

AC E H SU M U T

JA M BI

KA LT A R A

PA P U A BA R A T SU L T E N G

SU L S EL KA LS E L

SU M B AR

N T T N T B LA MP U N G

SU L T R A

JA W A T IMU R JA W A BA R A T

JA W A T EN GA H

MA LU K U SU L B AR

SU L U T

BE N G K U LU

BA LI

MA LU K U U T A R A

BA N T E N KE P . B AB E L

GO R O N T A LO

D I Y KE P . R I AU

(40)

Disparitas IPM Kab/Kota 2013

Disparitas IPM kab/kota berpengaruh pada capaian IPM provinsi.

Disparitas IPM Kab/kota lima tertinggi terjadi di Papua, Papua Barat, NTT, Jatim, dan Sumut.

(41)

Contoh Kasus : IPM Kalimantan Tengah

AMH pada setiap kelompok umur

di atas nasional, sementara EYS

dibawah nasional

Perubahan besar

disebabkan oleh

penggantian AMH

dengan EYS

Komponen

Rank

Lama

Baru

E0/AHH

7

18

AMH - EYS

6

27

MYS

20

19

Pengeluaran

14

11

IPM

7

21

Kelompok Umur

AMH

EYS

Kalimantan

Tengah

Nasional

Kalimantan

Tengah

Nasional

(42)

Angka Partisipasi Sekolah SMP ke Atas di Bawah

Nasional

Aksesibilitas ke fasilitas

pendidikan kurang baik

untuk semua level

Partisipasi sekolah yang relatif

masih rendah, secara umum

berada peringkat

di atas 20

Indikator

Kalimantan

Tengah

Nasional

Rank

Angka Partisipasi Kasar SD

110,9

107,7

3

Angka Partisipasi Kasar SMP

80,8

90,0

30

Angka Partisipasi Kasar SMA

69,8

68,3

21

Angka Partisipasi Murni SD

97,4

95,5

3

Angka Partisipasi Murni SMP

67,9

73,7

24

Angka Partisipasi Murni SMA

44,7

53,9

32

Angka Partisipasi Sekolah 7-12th

99,0

98,4

12

Angka Partisipasi Sekolah 13-15th

85,9

90,7

30

Angka Partisipasi Sekolah 16-18th

58,4

63,5

31

Angka Partisipasi Sekolah 19-24th

19,5

20,0

19

Indikator

Kalimantan

Tengah

Nasional

Rank

Persentase Desa dgn jarak SD

terdekat > 10 km

17,1

0,0

30

Persentase Desa dgn jarak SMP

terdekat > 10 km

31,4

12,6

29

Persentase Desa dgn jarak SMA

terdekat > 10 km

64,2

27,9

32

Persentase Desa dgn jarak SMK

(43)
(44)
(45)

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

Definisi

: rata-rata perkiraan banyak tahun yang

dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir.

AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu

masyarakat.

Dihitung dengan cara tidak langsung dengan

paket program

Micro

Computer

Program

for

Demographic

Analysis

(MCPDA) atau

Mortpack

.

AHH negara berkembang lebih rendah

(46)

Harapan Lama Sekolah (HLS)

Expected

Years

of

Schooling

(EYS)

Definisi:

Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan

dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

Asumsi:

Kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada

umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang

bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat

ini.

Tujuan:

untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di

berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya

(47)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Mean

Years

of

Schooling

(MYS)

Definisi

Jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk

dalam menjalani pendidikan formal.

Sumber Data

Susenas KOR

Asumsi

(48)

Pengeluaran per Kapita

Rata-rata pengeluaran per kapita setahun

diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari

level provinsi hingga level kab/kota.

Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat

konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100

Rata-rata pengeluaran per kapita konstan

kemudian disesuaikan dengan cara dibagi

dengan paritas daya beli (

Purcashing

Power

Parity-PPP

). Pengeluaran yang telah dibagi

(49)

Penghitungan Paritas Daya Beli

p

ik

: harga komoditas

i

di Jakarta Selatan

p

ij

: harga komoditas

i

di kab/kota

j

m

: jumlah komoditas

(50)

Penentuan Paket Komoditas

Pada metode lama, terdapat

27 komoditas

yang digunakan

dalam menghitung PPP.

Pada metode baru, terpilih

96 komoditas

dalam

penghitungan PPP, dengan pertimbangan:

Share

27 komoditas (metode lama) terus menurun dari

37,52

persen

pada tahun 1996 menjadi

24,66

persen pada tahun 2012

Makanan: 66

Komoditas

(39,8 %)*

Nonmakanan:

30 Komoditas

(36,9 %)*

96 Komoditas

(76,7 %)*

(51)

Komoditas Terpilih pada Metode Baru

Beras Tepung terigu Ketela pohon/singkong Kentang Tongkol/tuna/cakalang Kembung Bandeng Mujair Mas Lele

Ikan segar lainnya Daging sapi Daging ayam ras Daging ayam kampung Telur ayam ras

Susu kental manis Susu bubuk Susu bubuk bayi Bayam Kangkung Kacang panjang Bawang merah Bawang putih Cabe merah Cabe rawit Tahu Tempe Jeruk Mangga Salak Pisang ambon Pisang raja Pisang lainnya Pepaya Minyak kelapa

Minyak goreng lainnya Kelapa Gula pasir Teh Kopi Garam Kecap Penyedap masakan/vetsin Mie instan

Roti manis/roti lainnya Kue kering Kue basah Makanan gorengan Gado-gado/ketoprak Nasi campur/rames Nasi goreng Nasi putih Lontong/ketupat sayur Soto/gule/sop/rawon/cincang Sate/tongseng

Mie bakso/mie rebus/mie goreng Makanan ringan anak

Ikang (goreng/bakar dll) Ayam/daging (goreng dll) Makanan jadi lainnya Air kemasan galon Minuman jadi lainnya Es lainnya

Roko kretek filter Rokok kretek tanpa filter Rokok putih

M

a

k

a

n

a

n

Rumah sendiri/bebas sewa Rumah kontrak Rumah sewa Rumah dinas Listrik Air PAM LPG Minyak tanah Lainnya(batu baterai,aki,korek,obat nyamuk dll) Perlengkapan mandi Barang kecantikan Perawatan kulit,muka,kuku,rambut Sabun cuci

Biaya RS Pemerintah Biaya RS Swasta Puskesmas/pustu Praktek dokter/poliklinik SPP

Bensin

Transportasi/pengangkutan umum Pos dan Telekomunikasi

Pakaian jadi laki-laki dewasa Pakaian jadi perempuan dewasa Pakaian jadi anak-anak

Alas kaki Minyak Pelumas Meubelair

Peralatan Rumah Tangga

(52)

Share

Kelompok Komoditas

Kelompok

Share

kelompok

Terpilih

Share

Jumlah

item

MAKANAN

47,29

39,82

66

Padi-padian

8,02

7,89

2

Umbi-umbian

0,42

0,23

2

Ikan/udang/cumi/kerang

3,95

2,30

7

Daging

2,06

1,69

3

Telur dan susu

2,76

2,37

4

Sayur-sayuran

3,56

2,04

7

Kacang-kacangan

1,26

1,17

2

Buah-buahan

2,21

1,22

7

Minyak dan lemak

1,79

1,75

3

Bahan minuman

1,64

1,47

3

Bumbu-bumbuan

0,95

0,40

3

Konsumsi lainnya

1,00

0,61

1

Makanan dan minuman jadi

11,80

10,94

19

Tembakau dan sirih

5,88

5,72

3

NON MAKANAN

52,71

33,81

30

Perumahan dan fasilitas rumah tangga

20,58

15,74

10

Aneka barang dan jasa

18,79

13,50

12

Pakaian, alas kaki,tutup kepala

3,76

3,35

4

Barang tahan lama

6,15

1,22

4

Pajak, pungutan, asuransi

1,65

0,00

0

Keperluan, pesta, upacara/kenduri

1,78

0,00

0

(53)

Perbandingan Rumus Penghitungan IPM

Metode Lama

(54)

Teknis Penghitungan

(55)

Variabel dalam Susenas yang Digunakan dalam

Penghitungan IPM dan Komponennya

Angka Harapan Hidup

Variabel Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup

Harapan Lama Sekolah

Partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur

Rata-rata Lama Sekolah

Kombinasi variabel pendidikan:

Partisipasi Sekolah,

Jenjang pendidikan yang pernah diduduki,

Kelas yang sedang dijalani,

Jenjang pendidikan yang ditamatkan

Daya Beli

(56)

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

(57)

Tinjauan Penghitungan AHH: versi IPM

(Subdit Demografi)

Teknik Penghitungan

Untuk memperoleh angka Infant Mortality Rate (IMR) dan AHH (sekaligus)

dapat menggunakan paket program

Mortpak

.

Data yang dibutuhkan untuk menghitung IMR dan AHH dengan

Mortpak

adalah:

Estimasi rata-rata jumlah anak lahir hidup pada tahun penghitungan

Estimasi rata-rata jumlah anak masih hidup pada tahun penghitungan

Penentuan AHH untuk IPM

Secara umum berlaku rataan q

2

, q

3

dan q

5

.

Adakalanya memakai median/modus lebih cocok.

Perlu pertimbangan keahlian (

adjustment

), pengalaman,

trend

atau

perbandingan (antarwaktu, antarwilayah, antarurban/rural, dsb).

AHH perempuan diperoleh dari: (106/103) x AHH total.

(58)

Tinjauan Penghitungan AHH: Proyeksi

(Subdit Demografi)

Penentuan Asumsi

Berdasarkan tren tingkat mortalitas di masa lalu mengikuti hasil SDKI: SDKI91,

SDKI94, SDKI97, SDKI2002/3, SDKI2007, SDKI2012.

Menggunakan

6 titik pengamatan

(1991-2012) tanpa target

.

Y

= Perkiraan IMR

L

= Konstanta

asymtot

bawah IMR

U

= Konstanta

asymtot

atas IMR

a,b

= Koefisien kurva logistik

t

= Waktu sebagai variabel bebas

e

= Konstanta eksponensial

Penentuan AHH untuk proyeksi

AHH proyeksi dihitung berdasarkan tren SDKI

(59)

Harapan Lama Sekolah (HLS)

(60)

Teknis Menghitung Harapan Lama Sekolah

Langkah Pertama

Menghitung jumlah penduduk menurut umur (7

th

ke atas).

Langkah Kedua

Menghitung jumlah penduduk yang masih sekolah menurut umur (7

th

ke

atas).

Langkah ketiga

Menghitung rasio penduduk yang masih sekolah terhadap jumlah

penduduk menurut umur (7

th

ke atas). Langkah ini menghasilkan

partisipasi sekolah menurut umur.

Langkah keempat

(61)

Formula Penghitungan Harapan Lama Sekolah (HLS)

Formula

Keterangan:

t

a

HLS

Harapan Lama Sekolah pada umur

a

di tahun

t

t

i

E

Jumlah penduduk usia

i

yang bersekolah pada tahun

t

t

i

P

Jumlah penduduk usia

i

pada tahun

t

(62)

Ilustrasi Penghitungan Harapan Lama Sekolah

Umur

(th)

7

10

9

0,9

8

10

9

0,9

9

10

8

0,8

10

10

8

0,8

11

10

7

0,7

12

10

5

0,5

13

10

5

0,5

(63)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

(64)

Teknis Menghitung Rata-rata Lama Sekolah

Langkah Pertama

, menyeleksi penduduk pada usia 25

th

ke atas.

Langkah Kedua

, menghitung lamanya sekolah.

o

Jika partisipasi sekolah yaitu

tidak/belum pernah bersekolah

, maka

lama sekolah = 0

.

o

Jika partisipasi sekolah yaitu

masih bersekolah

atau tidak bersekolah

lagi, maka lama sekolah mengikuti tabel konversi berikut.

Keterangan

Lama Sekolah

Masih bersekolah

di SD s.d. S1

Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1

Masih bersekolah

S2 atau S3

Konversi ijazah terakhir + 1

Ket: Karena di Susenas kode kelas untuk yang sedang

kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7 yang tidak

menunjukkan kelas

Tidak bersekolah lagi tetapi tidak

tamat di kelas terakhir

Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1

Tidak bersekolah lagi dan tamat

(65)

Ijazah

Konversi Tahun

Lama Sekolah (Th)

Tidak punya ijazah

0

SD/SDLB/MI/Paket A

6

SMP/SMPLB/MTs/Paket B

9

SMA/SMLB/MA/SMK/Paket C

12

D1/D2

14

D3/Sarjana Muda

15

D4/S1

16

S2/S3

18

(66)

Teknis Menghitung Rata-

rata Lama Sekolah….

Langkah Ketiga

, menghitung rata-rata lama sekolah.

Keterangan:

RLS

: Rata-rata Lama Sekolah di suatu wilayah

Lama sekolah penduduk

i

: lama sekolah penduduk ke-

i

di suatu wilayah

(67)

Ilustrasi Penghitungan Rata-rata Lama Sekolah

Penduduk

Penduduk ke-1

25

Tidak bersekolah lagi

S1

Tamat

S1

16

Penduduk ke-2

18

Masih bersekolah

SMA

Kelas 3

SMP

11

Penduduk ke-3

28

Masih bersekolah

S2

Kelas 6

S1

17

Penduduk ke-4

30

Tidak bersekolah lagi

SD

5

-

4

Penduduk ke-5

45

Tidak bersekolah lagi

D3

Tamat

D3

15

Penduduk ke-6

35

Tidak bersekolah lagi

SMP

2

SD

7

Penduduk ke-7

50

Tidak bersekolah lagi

S1

Tamat

S1

16

(68)
(69)

Teknis Penghitungan Pengeluaran per Kapita

Disesuaikan

Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita

Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita dalam

harga konstan (riil)

Menghitung Paritas Daya Beli/

Purchasing

Power

Parity

(PPP)

(70)
(71)

2. Menghitung Rata-rata Pengeluaran per Kapita

dalam Harga Konstan (riil)

(72)

3. Menghitung Paritas Daya Beli/

Purchasing

Power

Parity

(PPP)

Untuk harga yang tidak terdapat pada Susenas Modul

Konsumsi, harga diperoleh dari IHK.

Keterangan:

P

i

= Rata-rata harga komoditi i per satu satuan di suatu wilayah

V

i

= Total value (biaya) yang dikeluarkan untuk komoditi i di suatu wilayah

Q

i

= Total kuantum dari komoditi i yang dikonsumsi di suatu wilayah

(73)

Perlakuan pada Data....

Harga dari IHK:

Perlengkapan mandi

pasta gigi, sabun mandi, shampo, sikat gigi

Barang habis pakai rumah tangga

bola lampu, lampu TL/neon, korek api gas,

obat nyamuk bakar, pembasmi nyamuk cair, pembasmi nyamuk spray,

pembersih laintai

Sabun cuci

sabun cuci piring, sabun

cream

detergent

Barang kecantikan

bedak, deodorant, body lotion, lipstik, minyak rambut,

minyak parfum, pelembap muka, pembersih dan penyegar

Perawatan kulit, kuku, mka, rambut

tarif creambath, potong rambut pria,

potong rambut wanita, potong rambut anak

Biaya kesehatan

biaya dokter umum

SPP

SD

Transportasi

angkutan dalam kota

Alas kaki

sandal kulit pria

Meubelair

meja kursi tamu

Peralatan rumah tangga

lemari es

(74)

3. Menghitung Paritas Daya Beli....

Langkah Kedua

, menghitung paritas daya beli dengan rumus berikut:

p

ij

: harga komoditas

i

di Jakarta Selatan

p

ik

: harga komoditas

i

di kab/kota

j

m

: jumlah komoditas

Langkah Ketiga

, menghitung pengeluaran per kapita disesuaikan dengan

rumus berikut:

Y

t

** : rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan

Y

t

*

: Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas

(75)
(76)

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses deasetilasi kitin dari kulit udang menghasilkan rendemen sebesar 69,25%, sedangkan rendemen kitosan yang diperoleh sebanyak 12,466%.. Dari hasil uji FTIR diketahui

Catatan: penghitungan nilai lihat contoh penilaian halaman lain 3. Tugas peserta didik menemukan dan menuliskan informasi tentang karakteristik bentang alam: pantai, dataran

Perkirakan rata-rata output dengan metode ratio estimator berdasarkan variabel pendukung jumlah input, beserta standar error, dan RSE-nya. Perkirakan rata-rata output dengan

Maka akan didapat benang panjang yang merupakan keliling jari... Ukur panjang

Adapun perbedaaan sistem yang lama dengan yang baru adalah jika sistem yang lama menggunakan cara manual dimana driver perusahaan dengan menggunakan surat jalan berisikan

Komunikasi persuasif merupakan seni yang digunakan komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Proses komunikasi persuasi terjadi pula dalam komunikasi kesehatan, misalnya

Seluruh data dari hasil pengamatan yang dikaitkan dengan Cobit khususnya pada 4 proses DS, maka usulan perbaikan TI dapat diberikan sesuai model standar Cobit.. Hasil

,engingatkan kembali ke&#34;ada ibu tentang &#34;ers/nal $ygiene &#34;ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.