• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN AJAR EVALUASI PENDIDIKAN PERTEMUAN 1 SAMPAI 14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHAN AJAR EVALUASI PENDIDIKAN PERTEMUAN 1 SAMPAI 14"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR EVALUASI PENDIDIKAN PERTEMUAN 1 SAMPAI 14

A. PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris education; dalam bahasa Arab: At-Taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Dengan demikian secara harfiyah dapat evaluasi pendidikan diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.

Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Apabila definisi Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) digunakan untuk memberi definisi tentang evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses (yang berlangsung dalam rangka) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Menurut Ramayulis (2008:332) mengatakan “Evaluasi merupakan suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi guna menetapkan keluasan pencapaian tujuan oleh individu”.

Dan menurut Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir (2010:211) mengatakan “Evaluasi adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Sedangkan Evaluasi Pendidikan Islam adalah suatu taraf untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam”.

(2)

pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan baik untuk pendidik dan peserta didik.

B. RUANG LINGKUP EVALUASI PENDIDIKAN

Secara umum ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah mencakup tiga komponen utama yaitu :

1. Evaluasi program pengajaran

Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal, yaitu:

a. Evaluasi terhadap tujuan pengajaran b. Evaluasi terhdap isi program pengajaran c. Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar. 2. Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran

Evaluasi mengenai proses peaksanaan pengajaran akan mencakup : 1) Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung,

dengan garis-garis besar program pengajaran yang telah ditentukan. 2) Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran.

3) Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 4) Minat atau perhatian siswa didalam mengikuti pelajaran.

5) Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 6) Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya. 7) Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses pembelajaran

C. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok yaitu

1. Mengukur kemajuan

2. Menunjang penyusunan rencana

3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali

Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditillik dari tiga segi, yaitu:

(3)

2. Segi didaktik 3. Segi administratif.

Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu:

1) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya

2) Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.

3) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik.

4) Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.

5) Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah di tentukan telah dapat dicapai.

Adapun secara administrative, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu:

D. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN

Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir (2010, 214) mengatakan bahwa ada 3 (tiga) prinsip-prinsip evaluasi yang harus di perhatikan, yaitu;

1) Prinsip Kesinambungan (Konstinuitas)

2) Dalam ajaran Islam, sangat diperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang dengan prinsip ini, keputusan yang di ambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil, dan menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan, serta untuk mengetahui perkembangan peserta didik sehingga kegiatan dan kerja peserta didik dapat dilihat melalui penilaian. 3) Prinsip Menyeluruh (Konprehensif)

4) Prinsip ini melihat semua aspek, seperti aspek kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab dan sebagainya.

5) Prinsip Objektivitas

(4)

Dan menurut A. Heris (208, 186) mengatakan ada 5 prinsip evaluasi yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Prinsip Valid (kebenaran suatu data)

Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes terpercaya dan shahih. Artinya adanya kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat di pertanggungjawabkan maka data yang akan dihasilkan akan salah dan menghasilkan kesimpulan yang dimilikinya menjadi salah.

2. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)

Evaluasi tak hanya dilakukan setahun sekali, atau per semester, tetapi dilakukan secara terus-menerus, dimulai dari proses belajar mengajar kemudian memperhatikan peserta didiknya, sehingga peserta didik selesai dari lembaga sekolah. Evaluasi dilakukan secara kesinambungan untuk untuk mengetahui perkembangan peserta didik sehingga kegiatan dan kerja peserta didik dapat dilihat melalui penilaian.

3. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)

Prinsip ini melihat semua aspek, seperti aspek kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab dan sebagainya. Bila hal ini diperlukan, masing-masing bidang diberikan penilaian secara khusus, sehingga peserta didik mengetahui kelebihannya disbanding dengan teman-temannya, karena setiap peserta didik diasumsikan tidak semuanya memiliki mpengetahuan dan keterampilan secara utuh.

4. Prinsip Bermakna

Evaluasi diharapkan memiliki makna yang segnifikan bagi semua pihak. Untuk itu evaluasi hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindak lanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Prinsip Objektivitas

Prinsip ini dilakukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah Swt., memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan.

Sedangkan Ramayulis (2008, 332) mengatakan bahwa prinsip evaluasi dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Prinsip Umum

Prinsip umum terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Valid

Evaluasi yang harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes terpercaya atau sahih, artinya adanya kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat di pertanggungjawabkan maka data yang akan dihasilkan akan salah dan menghasilkan kesimpulan yang dimilikinya menjadi salah.

(5)

Evaluasi harus memiliki pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang terreflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan jerarah.

c. Berkelanjutan

Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat di pantau melalui penilaian.

d. Menyeluruh

Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor serta berdasarkan strategi dan prosedur penilaian dengan berbagi bukti hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pihak.

e. Bermakna

Evaluasi diharapkan memiliki makna yang segnifikan bagi semua pihak. Untuk itu evaluasi hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindak lanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

f. Adil dan obyektif

Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektifitas peserta didik, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang etis, budaya. Sebab ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar peserta didik karena merasa dianarkikan.

E. MANFAAT EVALUASI PENDIDIKAN

Dalam Pendidikan, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya meliputi empat hal, yaitu ;

1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya, maksunya Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat, maksudnya Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak yang mulia dan disiplin.

(6)

Menurut Muchtar Buchari mengemukakan, ada dua tujuan evaluasi dalam Pendidikan, yaitu;

1. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkah efisien metode pendidikan yang dipergunakan dalam jangka waktu tertentu..

F. JENIS-JENIS EVALUASI PENDIDIKAN

Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir (2010:217) mengatakan ada empat macam jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam, yaitu: 1. Evaluasi Formatif

Evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah ia menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. Fungsi penilaian pormatif ini untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik dan efesien atau memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran pada suatu catur wulan, satu semester, atau akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya. Fungsi penilaian sumatif untuk mengetahui angka atau nilai murid setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu semester atau akhir tahun.

3. Evaluasi penempatan (placement)

Evaluasi yang dilakukan sebelum anak mengikuti proses belajar mengajar untuk kepentingan penempatan pada jurusan atau fakultas yang di inginkan. Fungsi dari evaluasi ini untuk mengetahui keadaan peserta didik secara bertahap kemudian kepribadian secara menyeluruh.

4. Evaluasi Diagonis

Evaluasi terhadap hasil peneletian tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan - kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar. Fungsi evaluasi dianostik untuk permasalahan yang mengganggu peserta didik, hal ini akan mengakibatkan pesera didik mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan dalam satu bidang studi.

Sedangkan Ramayulis (2008:336) mengatakan ada lima macam jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam, yaitu:

1. Penilaian Formatif

Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta

didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu.

2. Penilaian Sumatif

Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan semester, atau akhir tahun. 3. Penilaian Penempatan (placement)

Yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan didalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut.

(7)

Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik yang merupakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.

5. Penilaian Berbasis Kelas

Yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menetapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, actual dan konsisten, serta mengindentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan pelapornya.

B. HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN (EVALUATION) DENGAN PENGUKURAN (MEASUREMENT)

Pengukuran dalam bahasa Inggris disebut dengan measurement dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran. Pengukuran pada umumnya berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Oleh sebab itu, dalam proses penngukuran diperlukan alat bantu tertentu. denagn demikian, antara evaluasi dan pengukuran tidak bisa disamakan walaupun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Evaluasi akan lebih tepat manakala didahului oleh proses pengukuran, sebaliknya hasil pengukuran tidak akan memiliki arti apa-apa manakala tidak dikaitkan dengan proses evaluasi. Jadi, pengukuran itu hanya bagian dari evaluasi dan tes bagian dari pengukuran. Ini berarti sebelum dilakukan evaluasi, didahului oleh pengukuran. Dan pengukuran adalah hasil dari suatu tes. Dari penjelasan di atas, maka pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam rangka memberikan judgement yakni berupa keputusan terhadap sesuatu.

Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1. Pengukuran yang dlakukan bukan untuk menguji sesuatu. Misalnya pengukuran yang

dilakukan penjahit pakaian.

2. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu. Misalnya pengukuran untuk menguji daya tahan perbaja terhadap tekanan berat. 3. Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji sesuatu. Misalnya pengukuran kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga inilah yang digunakan dalam dunia pendidikan. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik dan buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif.

(8)

nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan

dikenal dengan istilah tes.

Lebih lanjut dikatakan bahwa istilah penilaian mempunyai arti yang lebih luas di bandingkan dengan istilah pengukuran. Sebab pengukuran itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi. Dikatakan “perlu diambil” karena tidak semua penilaian itu harus senantiasa di dahului oleh tindakan pengukuran secara lebih nyata. Namun demikian tidak dapat disangkal adanya kenyataan bahwa evaluasi dalam bidang pendidikan-(khususnya evaluasi terhadap prestasi belajar peserta didik)- sebagian besar bersumber dari hasil-hasil pengukuran. Evaluasi mengenai proses pembelajaran disekolah tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik apabila evaluasi itu tidak didasarkan atas data yang bersifat kuantitatif. Inilah sebabnya mengapa dalam praktek masalah pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses evaluasi. Baik buruknya evaluasi akan bergantung pada hasil- hasil pengukuran yang mendahuluinya. Hasil pengukuran yang kurang cermat akan memberikan hasil evaluasi yang kurang cermat pula ; sebaliknya teknik pengukuran yang tepat diharapkan dapat memberikan landasan yang kokoh untuk mengadakan evaluasi yang tepat. Dalam rangka mempertegas perbedaan pengukuran dengan penilaian Wandt dan Brown mengatakan bahwa, pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu; ia akan memberikan jawaban atas pertanyaan How much?. Adapun penilaian atau evaluasi adalah tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu, dan akan memberikan jawaban atas pertanyaan, What value?. Perbedaan lainnya antara pengukuran dan penilaian adalah bahwa penilaian lebih banyak melibatkan unsur subyektifitas daripada pengukuran. Dalam hal ini Stanley dan Hopkins berpendapat bahwa: “penilaian selalu melibatkan lebih banyak unsur subyektifitas daripada pengukuran, tapi suatu pengukuran yang paling obyektif sekalipun tidak akan

terlepas dari unsur subyektifitas.”

Dalam proses penilaian hasil belajar, pengukuran mempunyai peranan yang sangat penting. Yakni, untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan

penilaian yang bersangkutan.

C. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga

macam fungsi pokok yaitu

a. Mengukur kemajuan

b. Menunjang penyusunan rencana

(9)

kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah dirumuskan.

Setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan

evaluasi; yaitu:

1) Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat di capai sesuai dengan yang direncanakan

2) Hasil evaluasi ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa adanya penyimpangan-penyimpangan, hambatan dan kendala, sehingga mengharuskan evaluator bersikap waspada. Ia perlu memikirkan dan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah disusun atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar data hasil evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Sudah barang tentu perubahan-perubahan itu membawa dampak atau konsekuensi berupa perencanaan ulang (re-plening). Dengan demikian dapat di katakan bahwa evaluasi itu memiliki

fungsi: menunjang penyusunan rencana.

Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan, apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat di capai pada waktu yang telah di tentukan,ataukah tidak. Apabila berdasar data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat di capai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Bukan tidak mungkin, bahwa atas dasar data hasil evaluasi itu evaluator perlu mengadakan perubahan-perubahan, penyempurnaan-penyempurnaan yang menyangkut organisasi, tata kerja, atau mungkin juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu sendiri. Jadi, kegiatan evaluasi pada dasarnya juga di maksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.

Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditillik dari tiga

segi, yaitu:

a. Segi psokologis

b. Segi didaktik

c. Segi administratif.

(10)

peningkatan daya serap terhadap materi yang telah diberikan kepada para siswa tersebut; karena itu atas dasar hasil evaluasi tersbut penggunaan metode mengajar tadi akan terus

dipertahankan. Begitupun sebaliknya.

Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.

Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima

macam fungsi, yaitu:

1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah di capai oleh

peserta didiknya

2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing

peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.

3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status

peserta didik.

4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik

yang memang memerlukannya.

5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah di

tentukan telah dapat dicapai.

Adapun secara administrative, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam

fungsi, yaitu:

1. Memberikan laporan

2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data)

3. Memberikan gambaran

Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran ada

bberapa fungsi evaluais, yakni :

a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. b. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam

menguasai tujuan yang telah ditentukan.

c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunkan oleh siswa untuk mengambil keputusan secara individual khususnya dalam menentukan masa depan sehubungan dengan

pemilihan bidang pekerjaan.

e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum dalam menentukan kejelasan

tujuan khusus yang ingin dicapai.

f. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan

dengan pendidikan di sekolah.

D. TUJUAN EVALUASI PENDIDIKAN

1. Tujuan umum

(11)

pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan. b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah di pergunakan dalam prses pembelajaran.tujuan kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar

yang dilaksanakan oleh peserta didik.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah : a. Untu merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing. b. Untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

E. KEGUNAAN EVALUASI PENDIDIKAN

Di antara kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan

adalah :

1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan. 2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan dengan ujuan yang hendak dicapai. 3. Terbukanya kemungkinan unuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan progam pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.

F. KLASIFIKASI EVALUASI PENDIDIKAN

Klasifikasi atau penggolongan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat beragam. Sangat beragamnya pengklasifikasian atas evaluasi pendidikan itu disebabkan karena sudut pandang yang saling berbeda dalam melakukan pengklasifikasian tersebut. Salah satu cara pengklasifikasian terhadap evaluasi pendidikan itu adalah dengan jalan membedakan evaluasi pendidikan tersebut atas tiga kategori, yaitu: 1. Klasifikasi evaluasi pendidikan yang didasarkan pada fungsi evaluasi dalam proses pendidikan.

Dilihat dari segi fungsi yang dimiliki maka evaluasi pendidikan dapat dibedakan menjadi

tiga golongan yaitu:

a. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebuthuan psikologis

b. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan didaktik

c. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi

(12)

2. Klasifikasi evaluasi pendidikan yang didasarkan pada pemanfaatan informasi yang bersumber dari kegiatan evaluasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan pendidikan, evaluasi dalam bidang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu: a. Evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri pada banyaknya orang yang terlibat dalam

pengambilan keputusan pendidikan.

Evaluasi jenis ini dapat dibedakan menjadi dua golongan: 1) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan pndidikan yang bersifat individual.

Yang dimaksud dengan keputusan pendidikan yang bersifat individual adalah keputusan-keputusan pendidikan yang dibuat oleh individu-individu yang secara langsung hanya menyangkut individu tertentu. contoh keputusan rektor untuk membebaskan seorang mahasiswa dari kewajiban membayar SPP karena mahasiswa tersebut setelah di evaluasi

ternyata adalah mahasiswa terbaik.

2) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusa pedidikan yang bersifat institusional. Maksudnya adalah keputusan pendidikan yang dibuat oleh lembaga pendidikan tertentu ditujukan untuk orang banyak.

b. Evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri pada jenis atau macamnya keputusan pendidikan.

Berdasarkan klasifikasi ini, maka evaluasi pendidikan dibedakan menjadi empat

golongan, yaitu :

1) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat didaktik. Contoh keputusan mengenai keharusan bagi murid kelas VI yang akan mengikuti UN unuk mengikuti les tambahan. Keputusan ini diambil setelah memperhatikan hasil evaluasi belajar yang rendah. 2) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat bimbingan dan penyuluhan. Contoh keputusan untuk menyelenggarakan ceramah keagamaan secara rutin seperti ceramah mengenai kenakalan remaja. 3) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat administrative. Contoh penentuan siswa yang dapat dinyatakan naik kelas atau tinggal kelas dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai hasil belajar yang tercantum dalam

buku rapor.

4) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian ilmiah atau riset. Contoh sebuah perguruan tinggi mengdakan riset tentang evaluasi dalam rangka mengatahui kualitas tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru, terutama dari segi validitas dan reliabilitasnya. PERBEDAAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI

(13)

membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing

 Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.

 Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.

(14)

sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.

Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Penilaian (Assessment)

Banyak orang mencampur adukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), penilaian (assessment), padahal ketiganya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.

Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

(15)

Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Aplikasi Terhadap Proses Belajar Mengajar

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

(1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika -matematika) ,

(2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan

(3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

(16)

Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.

Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.

Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.

(17)

Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variable. Dalam melakukan analisis statistik, perbedaan jenis data sangat berpengaruh terhadap pemilihan model atau alat uji statistik. Tidak sembarangan jenis data dapat digunakan oleh alat uji tertentu. Macam-macam skala pengukuran dapat berupa skala nominal, ordinal, interval dan ratio.

Skala Nominal .

Pengukuran dengan skala nominal merupakan tingkat mengkategorikan, memberi nama dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti. Dimana angka yang diberikan pada obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak

menunjukkan tingkatan yang

berarti. contoh, kita dapat menempatkan individu untuk kategori seperti laki-laki dan perempuan tergantung pada jenis kelamin mereka, atau kecerdasan dengan kategori tinggi dan rendah berdasarkan nilai intelijen.

Skala Ordina .

Skala (ukuran) ordinal adalah skala yang merupakan tingkat ukuran kedua, yang berjenjang sesuatu yang menjadi ‘lebih’ atau ‘kurang’ dari yang lainnya. Ukuran ini digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi dan sebaliknya yang berarti peneliti sudah melakukan pengukuran terhadap variable yang diteliti. Contohnya adalah: A lebih besar atau lebih baik dari pada B, B lebih besar dari atau lebih baik dari daripada C, dan seterusnya. Hubungan tersebut ditunjuk oleh simbol ‘>’ yang berarti ‘Lebih besar dari’ mengacu pada atribut tertentu. Kita bisa melanjutkan dengan latihan sebelumnya untuk membuatnya lebih jelas. Perlu diingat bahwa hubungan antara kedua peringkat adalah tidak bisa di gambarkan secara rinci bahwa nilai A adalah dua kali lipat dari B atau A empat kali lipat dari C

(18)

Merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek yang memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan nilai absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0) absolute (tidak ada nilainya). Contoh Interval adalah timbangan seperti skala Fahrenheit dan IQ

Skala Rasio

Merupakan tingkat pengukuran tertinggi, dimana ukuran ini mencakup semua persyaratan pada ketiga jenis ukuran sebelumnya, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran ini memberikan nilai absolute pada data/objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0) .

Contoh : penghasilan pegawai 0 (berarti pegawai itu tidak menerima uang sedikitpun).

Sebuah bentuk skala akan mengingatkan kita pada alat ukur termometer, penggaris, atau mungkin dipandang sebagai satu item pengukuran, seperti dalam skala Likert. Hal ini menjadikan skala sebagai cara untuk mengukur secara sistematis yang ditetapkan berdasarkan skor atau nilai pada skala yang dipilih.

Meskipun sejumlah skala yang ada dapat dibuat untuk mengukur atribut orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, semua skala memiliki empat tipe dasar yaitu: Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio.

Skala ini sebenarnya merupakan empat hirarki prosedur pengukuran, terendah dalam hirarki adalah skala nominal dan yang tertinggi adalah skala pengukuran ratio. Itulah sebabnya ‘Tingkat pengukuran’ ini telah digunakan oleh beberapa sarjana dalam pembuatan dan penggunaan skala pengukuran

(19)

B. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat contoh berikut :

1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih sebaliknya.

2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli. Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita akan memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian yang manis. Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1 diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang lebih panjang maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan “Yang ini pendek” lalu yang panjanglah yang kita ambil.

Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan dibeli.

(20)

Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi sebagai berikut :

 Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif.

 Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan  Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian

C. Evaluasi dalam Pendidikan

Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).

Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.

(21)

perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).

D. Penilaian Dalam Pendidikan

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

E. Pengukuran dalam pendidikan

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

(22)

sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

F. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.

Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing :

 Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.

 Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.

 Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.

(23)

Measurement atau pengukuran diartikan sebagai proses untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu (Wondt, Edwin and G.W. Brown, 1957:1), dengan pengertian lain pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti adanya yang dapat dikuantitaskan, hal ini dapat doperoleh dengan jalan tes atau cara lain.

Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie, 1986: 14). Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1), esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.[3]

B. Penilaian

Penilaian (assessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Penilaian dalam konteks hasil belajar diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran tentang kecakapan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menurut Djemari Mardapi kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang lebih baik. The Task Group on Asessment and Testing (TGAT) mendeskripsikan asessment sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok.

(24)

sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu.

Menurut Chittenden (Djemari, 2008:6) kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat hal, yaitu :

1. Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak.

2. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran.

3. Pencarian, yaitu untuk mencarai dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian yang diperoleh peserta didik

Teknik penilaian dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Namun, tidak ada satu pun teknik penilaian yang paling tepat untuk semua kompetensi untuk setiap saat. Teknik penilaian yang diguanakan sangat tergantung pada kecakapan yang akan dinilai. Untuk menilai kecakapan akademik akan berbeda dengan kecakapan vokasional maupun kecakapan personal.

Secara umum penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan tes, (tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan), pemberian tugas, penilaian kinerja (performance assessment), penilaian proyek , penilaian hasil kerja peserta didik (product assessment), penilaian sikap, dan penilaian berbasis portofolio (portofolio based assessment). Setiap teknik penilaian penilaian mempunyai keterbatasan. Penilaian yang komprehensif memerlukan lebih dari satu teknik penilaian

C. Evaluasi

(25)

merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Evaluasi juga merupakan penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem-nilai yang ada pada sipembuat keputusan (Sumardi Suryabrata, 1983: 33)

B. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran

Perbedaan antara evaluasi dengan penilaian adalah terletak apada scope (ruang lingkup) dan pelaksanaanya. Ruang lungkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah atau komponen atau asspek saja, seperti prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilaksanakan pada konteks internal , yakni orng-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem pembelajaran yang bersagkutan. Misalnya, guru menilai prestasi belajar peserta didik , supervisisor menilai kenerja guru dan sebagainya. Ruang lingkup evaluasi lebih luas mencakup semua komponen dalam suatu sistem (sistem pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran) dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal ) tetapi juga pihak eksternal (evaluasi eksternal ) , seperti konsultan mengevaluasi suatu program.

EVA LUASI

PENI LAIAN

PENGU KURAN

(26)

Pengukuran lebih memebatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progres) , sedangkan evalusi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Di samping itu, evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value judgemen ) tidak hanya didasarkan kepada hasil pengukuran (quantitativ description) , tetapi dapat pula didasarkan kepada hasil pengamatan dan wawancara (quqlitatif description ). Untuk lebih jelasnya anda dapat memeperhatikan gambar berikut:

TES & NON TES

C. Hubungan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran

(27)

SYARAT-SYARAT EVALUASI YANG BAIK

A. Pergertian Evaluasi

Ada beberapa pengertian evaluasi. Wand dan Brown (1957) mendevenisikan evaluasi sebagai ”... refer to act or process to determining the value of something” evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. (Sanjaya, Wina: 2008: 335)

Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendevenisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan (evaluand). Pendapat Hamih Hasan (dalam Sanjaya, Wina: 2008: 335) Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.

Dari konsep tersebut di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Artinya daam suatu pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari macam tindakan yang harus dilakukan. Dengan demiakian evaluasi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi rangkaian kegiatan. Kegiatan dilakukan untuk memberikan makna atau nilai sesuatu yang di evaluasi. Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi adapat menunjukkan kualitas yang dinilai.

B. Fungsi Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Ada beberapa fungsi evaluasi, yakni:

a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpang balik bagi siswa. Melalui evaluasi, siswa akan mendapatkan informasi tentang aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukan.

(28)

c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan progran kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program selanjutnya.

d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.

e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya apakah tujuan itu mesti dikurangi atau ditambah.

f. Evaluasi berfungsi sebagai umpang balik untuk semua pihak yang tua, untuk guru dan pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah. (Sanjaya, Wina: 2008: 339)

C. Syarat- syarat Evaluasi yang Baik

Sebuah instrumen evaluasi hasil belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya.

Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:

(29)

* Taraf Kesukaran * Daya Pembeda Validitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian, Retno mengemukakan tiga pokok pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut :

(30)

kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid.

b. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah.

c. Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang.

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut.

1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.

2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang.

3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.

Macam-macam Validitas

Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang (face validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal validity), Validitas isi (conten validity), dan validitas empiris (empirical validity). Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian validitas tes secara empirik.

Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat dilihat dari:

(31)

Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal atau validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian bahwa validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran, kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan benar apabila tes yang dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada, sehingga suatu tes itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut telah selesai dibuat.

2. Pengujian Validitas Tes secara Empiris

Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman” sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas

Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai berikut :

1. Faktor di dalam tes itu sendiri

2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam menjawab tes,

(32)

Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga Aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi Rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.

Reliabilitas

Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapta menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

Objectivitas

Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.

Praktikabilitas

(33)

dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.

Ekonomis

Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

Taraf Kesukaran

Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “Proporsi”.

Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Index Diskriminasi. (Ulianta, Artikel Pendidikan).

Sependapat dengan syarat-syarat di atas, maka Sukardi (2008 : 8) mengemukakan bahwa, suatu evaluasi memenuhi syarat-syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut: 1) valid, 2) andal, 3) objektif , 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.

Sedangkan Wina Sanjaya (2008: 352-354), mengatakan bahwa syarat-syarat alat evaluasi yang baik harus:

(34)

Memberikan penilaian evaluasi diarahkan untuk meninkatkan motivasi belajar bagi siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki baik oleh guru maupun siswa. Siswa perlu memahami makna dari hasil penilaian. b. Validitas

Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administrasi saja, akan tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian kompetensi seperti yang terumuskanan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian tidak menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian harus menjamin validitas.

c. Adil

Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran tanpa memandang perbedaan sosial-ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan. Dalam penilaian, siswa disejajarkan untuk mendapatkan perlakuan yang sama. d. Terbuka

Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau prosedur penilaian yang akan dilakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini bukan hanya akan mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga motovasi belajara mereka akan bertambah juga, akan tetapi sekaligus mereka akan memahami posisi mereka sendiri dalam pencapaian kompetensi.

e. Berkesinambungan

Penilaian tidak pernah mengenal waktu kapan penilaian seharusnya dilakukan. Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

f. Bermakna

Penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak khususnya siswa untuk mengetahui posisi mereka dalam memperoleh kompetensi dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam mencapai kompetensi. Dengan demikian, hasil penilaian itu juga bermakna bagi guru juga termasuk bagi orang tua dalam memberika bimbingan kepada siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan target kurikulu.

(35)

Kurikulum diarahkan untuk perkembangan siswa secara utuh, baik perkembangan afektif, kognitif maupun psikomotorik. Oleh sebab itu, guru dalam melaksanakan penilaian harus menggunakan ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, skala sikap, penampilan, dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sebab hasil penilaian harus memberikan informasi secara utuk tentang perkembangan setiap aspek.

h. Edukatif

Penilaian kelas tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, akan tetapi hasil penilaian harus memeberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar lebih optimal. Dengan demikian, proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab guru akan tetapi juga merupakan tanggung jawab siswa. Artinya siswa harus ikut terlibat dalam proses penilaian, sehingga mereka meyadari, bahwa penilaian adalah bagian dari proses pembelajara.

Sedangkan Daryanto (1997: 19-28) membagi syarat-syarat evaluasi menjadi 5 (lima) bagian, diantaranya:

1. Keterpaduan

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping tujuan serta metode. Tujuan inttruksional, materi dan metode, serta evaluasi merupakan tiga keterpaduan yang tidak boleh dipisahkan.

2. Koherensi

Dengan prinsip koherensi diharapkan evaluasi harus berkualitas dengan materi pengajran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.

3. Pedagogis

Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.

(36)

Sejau mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability).

Pengertian Perencanaan

Menurut C. Arnold Anderson dan Mary Yean Bowman, perencanaan adalah proses menyiapkan seperangkat keputusan untuk tindakan dikemudian hari. (Planning is a process of preparing a set of decisions for action in the future).Sedangkan menurut Kaufman , perencanaan diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan “ke mana harus pergi” dan mengidentifikasikan prasyarat untuk sampai ke “tempat” itu dengan cara yang paling efektif dan efisien.

Sedangkan penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Dalam dunia pendidikan, semua unsur yang ada dalam proses belajar-mengajar merupakan hal yang penting untuk menjadi acuan sukses atau tidaknya hasil dari pembelajaran tersebut. Maka demi terwujudnya hasil belajar yang sesuai dengan standar kelulusan minimal perlu juga adanya rancangan penilaian hasil belajar.

Rancangan penilaian hasil belajar disusun sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan pendidik untuk merancang penilaian yang berkualitas guna mendukung penjaminan dan pengendalian mutu lulusan. Di sisi lain, dengan menggunakan rancangan penilaian hasil belajar ini diharapkan pendidik dapat mengarahkan peserta didik menunjukkan penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan.

C. Langkah-langkah Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar

Secara umum, perencanaan evaluasi hasil belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi

(37)

pembela

Referensi

Dokumen terkait

Organizing adalah suatu aktivitas penagturan dalam sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk bisa melaksanakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis Tricho-kompos TKKS 9 ton/ha menunjukkan hasil yang lebih baik pada parameter tinggi tanaman, berat segar

H261 Kontak dengan air akan membebaskan gas yang sangat mudah terbakar H304 Dikenal dapat menyebabkan bahaya toksisitas aspirasi pada manusia H312 Berbahaya jika kontak dengan

Untuk dapat menjadi apoteker pengelola apotek, maka seorang apoteker harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

Variabel Iklan media elektronik (televisi) “Cari Jodoh” mempengaruhi terhadap variabel Brand Image Telkomsel (Kartu As) yaitu sebesar 82,7%, sedangkan 17,3%

Strategi pembela- jaran yang digunakan oleh guru akan memuat nilai karakter secara simultan, namun untuk mendapatkan strategi yang memiliki kriteria berkarakter dengan

Provisi yang dapat diakui sebagai Tier 2 sesuai dengan eksposur berdasarkan. pendekatan IRB (sebelum dikenakan cap )

1) Setiap alat pemadam api ringan sudah ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan dapat diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda