• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT

PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ANASTASIA BANGUN, S.Farm.

1106046654

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT

PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

ANASTASIA BANGUN, S.Farm.

1106046654

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

(3)

Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh: Nama : Anastasia Bangun, S.Farm. NPM : 1106046654

Program Studi : Apoteker – Departemen Farmasi FMIPA UI

Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Periode 12 Maret – 5 April 2012

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker – Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : drg. Fatmiaty

Pembimbing II: Dr. Harmita, Apt.

Penguji I : Prof. Dr. Yahdiana H., MS., Apt.

Penguji II : Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt.

Penguji III : Dr. Iskandarsyah, MS., Apt.

Ditetapkan di : Depok Tanggal : 25 Juni 2012

(4)

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Laporan ini merupakan hasil PKPA periode 12 Maret-5 April 2012, sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI).

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu drg. Fatmiaty, selaku pembimbing dan Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan pengetahuan pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini.

2. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI dan pembimbing di Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

3. Ibu dr. A.A. Sagung Mas Parwathi, selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI.

5. Bapak Widi Nugroho, S.Farm., Apt. yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

6. Seluruh staf di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat, khususnya staf Seksi Sumber Daya Kesehatan.

(5)

v FMIPA UI.

8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan serta semangat dalam menjalani PKPA.

9. Teman-teman seperjuangan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat atas kerjasama selama pelaksanaan PKPA.

10. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan LXXIV yang telah berjuang bersama dalam menempuh pendidikan di Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak memberikan bantuan hingga laporan PKPA ini dapat diselesaikan.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa akan membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

(6)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ... 3

2.1 Suku Dinas Kesehatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat ... 3

2.2 Visi dan Misi... 4

2.3 Sasaran Mutu dan Kebijakan Mutu ... 5

2.4 Struktur Organisasi ... 5

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 15

3.1 Struktur Organisasi ... 15

3.2 Perizinan Sarana Farmasi Makanan Minuman ... 19

3.3 Perubahan Perizinan ... 28

BAB 4. PEMBAHASAN ... 30

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

(7)

vii Universitas Indonesia

Halaman

Lampiran 1. Sruktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan ... 40

Lampiran 2. Struktur Organisasi Seksi Sumber Daya Kesehatan ... 41

Lampiran 3. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional... 42

Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional ... 44

Lampiran 5. Surat Izin Apotek ... 46

Lampiran 6. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek ... 47

Lampiran 7. Formulir Permohonan Surat Izin Depo Farmasi... 49

Lampiran 8. Surat Izin Apotek Rakyat ... 51

Lampiran 9. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Rakyat ... 52

Lampiran 10. Berita Acara Pemeriksaan Untuk Memperoleh Izin Apotek ... 54

Lampiran 11. Berita Acara Pemeriksaan Untuk Memperoleh Izin Apotek Rakyat ... 57

Lampiran 12. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek ... 59

Lampiran 13. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek Rakyat ... 61

Lampiran 14. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Depo Farmasi ... 63

Lampiran 15. Formulir Permohonan Perubahan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional... 65

(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu tanggung jawab Pemerintah. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia (Kementerian Hukum dan HAM, 2009). Visi rencana strategis dari Departemen Kesehatan RI yang ditetapkan pada tahun 2010 yaitu “Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan” merupakan gambaran masyarakat Indonesia pada tahun 2014 yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Kementerian Hukum dan HAM, 2009). Penyelengaraan upaya kesehatan diharapkan terlaksana secara merata, terjangkau oleh masyarakat dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta produktivitas ekonomi nasional.

Dalam upaya pemerintah melindungi masyarakat dari pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi syarat dan merugikan maka pemerintah membuat kebijakan dan pedoman serta persyaratan-persyaratan dalam pelaksanaan dimulai dari pelayanan perizinan, pembinaan pengawasan serta pengendalian dari penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan. Adanya otonomi daerah, sebagian

(9)

kewenangan dan tugas pemerintah pusat itu dilimpahkan ke pemerintah daerah. Oleh karena itu, Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur No.10 Tahun 2008 yang menggabungkan Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat menjadi Suku Dinas Kesehatan (Sudin Kesehatan) di setiap kota administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi dimana secara teknis administratif bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional bertanggung jawab kepada Walikotamadya yang bersangkutan. Sebagai salah satu sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan, apoteker membutuhkan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari pelayanan kesehatan pada sarana dan tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).

1.2. Tujuan

Melalui pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat diharapkan mahasiswa dan mahasiswi calon apoteker :

a. Mengetahui serta memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

b. Mengetahui serta memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan.

c. Mengetahui dan memahami tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman serta pelaksanaannya di lapangan.

(10)

2.1. Suku Dinas Kesehatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat

Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan tercantum bahwa Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan Kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugasnya, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian;

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB);

e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak menular;

f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian; g. Pelaksanaan surveilans kesehatan;

h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan; i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan

(11)

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas;

k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan/rekomendasi/sertifikasi di bidang kesehatan;

l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi;

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat;

n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi; o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;

p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang;

q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan; r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas;

s. Penyiapan bahan laporan Dinas Kesehatan dan Kota Administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas;

t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

2.2. Visi dan Misi

Visi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah Jakarta Barat sehat untuk semua. Adapun misi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah:

a. Meningkatkan fungsi binwasdal program kesehatan masyarakat dan sumber daya kesehatan;

b. Mengendalikan penyakit dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB);

(12)

d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam rangka mewujudkan upaya kemandirian di bidang kesehatan;

e. Meningkatkan sarana dan prasarana yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

2.3. Sasaran Mutu dan Kebijakan Mutu

Sasaran mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah: a. Kepuasan pelanggan eksternal 85%;

b. Kepuasan pegawai 85%;

c. Waktu penyelesaian perizinan 15 hari kerja 85%; d. Komplain yang ditindaklanjuti 100%.

Kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat mengutamakan kepuasan pelanggan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat, mandiri dengan sumber daya kesehatan yang bermutu, senantiasa melakukan perbaikan berkesinambungan sesuai dengan aturan yang berlaku dengan sasaran mutu yang terukur dan mengacu kepada standar mutu internasional.

2.4. Struktur Organisasi

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Lampiran 1) terdiri dari: a. Kepala Suku Dinas;

b. Subbagian Tata Usaha; c. Seksi Kesehatan Masyarakat; d. Seksi Pelayanan Kesehatan; e. Seksi Sumber Daya Kesehatan;

f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; dan g. Subkelompok Jabatan Fungsional.

2.4.1. Kepala Suku Dinas Tugas Kepala Suku Dinas yaitu:

(13)

b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional;

c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas;

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

2.4.2. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya;

c. Mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

d. Melaksanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas; f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas;

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;

h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor; i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan Suku Dinas;

j. Melaksanakan publikasi kegiatan upacara dan pengaturan acara Suku Dinas; k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan penerimaan

(14)

l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha;

m. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas;

n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.

Bagian koordinator umum mengatur urusan kerumahtanggaan dan perlengkapan, meliputi arsip-arsip dan mengatur jadwal penyelenggaraan rapat. Koordinator umum juga mengatur segala hal yang berhubungan dengan pengadaan perlengkapan di Suku Dinas Kesehatan. Kepegawaian mengatur semua hak dan kewajiban pegawai, menyusun data kepegawaian, menyusun daftar usulan kenaikan pangkat (DUK), menyiapkan daftar hadir atau absensi pegawai, mengatur penempatan kerja, cuti pegawai, dan kesejahteraan pegawai.

Program dan rencana kegiatan masing-masing seksi di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat harus diserahkan terlebih dahulu kepada bagian rencana dan anggaran. Bagian rencana dan anggaran kemudian mengirimkan usulan anggaran masing-masing seksi ke badan perencanaan Kota Administrasi. Penetapan besar anggaran yang diusulkan nantinya akan disesuaikan dengan anggaran yang ditetapkan olah Bapeda DKI Jakarta. Bagian Keuangan mendistribusikan keuangan pada masing-masing seksi dan membuat laporan keuangan.

2.4.3. Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

(15)

c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan;

d. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat;

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi;

f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat;

g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi;

h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi;

i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM; j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG);

k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat;

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Kesehatan Masyarakat memiliki 8 (delapan) koordinator program yaitu program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, program kesehatan anak usia sekolah dan remaja, program kesehatan ibu, program perawatan kesehatan masyarakat, program lansia, program gizi masyarakat, program promosi kesehatan, dan program peran serta masyarakat.

Dalam program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dilakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap kekerasan yang terjadi pada rumah tangga, anak dan remaja. Seksi Kesehatan Masyrakat ini bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

Program kesehatan anak usia sekolah dan remaja dilakukan melalui institusi sekolah dan institusi non sekolah. Institusi sekolah berupa Sekolah Dasar,

(16)

Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Institusi non sekolah meliputi panti asuhan, rumah singgah dan karang taruna.

Program kesehatan ibu dimulai dari ibu hamil, bersalin, neonatus, bayi dan pra sekolah. Program yang dilakukan antara lain Program Perencana Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Gerakan Sayang Ibu, Rukun Warga (RW) Siaga, Suami Siaga, Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif serta Deteksi Dini Bayi Baru Lahir.

Program perawatan kesehatan masyarakat meliputi pengadaan asuhan keperawatan paru, asuhan keperawatan diare, asuhan keperawatan hipertensi, asuhan keperawatan diabetes mellitus, asuhan keperawatan Bawah Garis Merah (BGM) atau gizi buruk, dan asuhan keperawatan tetanus.

Program Lansia meliputi program pra Lansia (45-59 tahun), program Lansia (>60 tahun), dan program Lansia resti (>70 tahun). Program Lansia dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung. Program Lansia di dalam gedung berupa pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan laboratorium. Program Lansia di luar gedung meliputi Posyandu Lansia, Kelompok Lansia dan Panti Lansia.

Program gizi masyarakat berintegrasi melalui lintas program maupun lintas sektoral. Kegiatan lintas program yang dilakukan yaitu program vitamin A untuk balita. Kegiatan lintas sektoral yang dilakukan yaitu mengadakan pelatihan bagi petugas Puskesmas atau kader Posyandu.

Program promosi kesehatan meliputi penyebarluasan informasi, Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP), antisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) serta kemitraan dan kelompok (jejaring kemitraan). Promosi kesehatan dilakukan berdasarkan indikator nasional yaitu pemeriksaan ibu hamil, ASI eksklusif, menimbang balita, tersedia air bersih, selalu melakukan cuci tangan dengan sabun, memiliki jamban, pemeriksaan jentik, makan buah dan sayuran, aktivitas fisik, serta tidak merokok di dalam rumah.

Program peran serta masyarakat melakukan tugasnya melalui kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat seperti Posyandu dimana dilakukan penilaian kinerja Posyandu, pembinaan Posyandu, peningkatan wawasan manajemen Posyandu.

(17)

2.4.4. Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Sinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan.

f. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan.

g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.

i. Melaksanakan siaga 2 jam atau Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes).

j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.

k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas l. Seksi Pelayanan Keseharan.

m. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Pelayanan Kesehatan memiliki 4 (empat) koordinator yaitu koordinator Kesehatan dan Keahlian Tradisional, koordinator Gawat Darurat (Gadar), koordinator Keluarga Miskin (Gakin) dan koordinator Dasar Komunitas.

(18)

Koordinator Kesehatan dan Keahlian Tradisional memiliki wewenang untuk memberikan perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional. Sarana kesehatan tradisional meliputi salon kecantikan, panti pengurut tradisional dan panti pengobat tradisional. Tenaga kesehatan tradisional meliputi sin-she, akupuntur, urut pijat tradisional, dan ahli kecantikan. Untuk tenaga kesehatan tradisional harus memiliki izin rekomendasi dari lembaga yang sudah diakui oleh Suku Dinas Kesehatan yaitu Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI) dan Asosiasi Praktisi Pijat Pengobatan Indonesia (AP3I). Sedangkan untuk tenaga kesehatan ahli kecantikan tidak membutuhkan rekomendasi namun hanya membutuhkan ijazah ahli kecantikan.

Koordinator Gawat Darurat (Gadar) memiliki fungsi siaga 24 jam untuk memantau kondisi wilayah Jakarta Barat dari kejadian yang memerlukan proses tindak lanjut secara cepat, seperti kebakaran dan kebanjiran. Selain itu, Gadar juga melakukan kegiatan pembinaan kegawatdaruratan bagi tenaga kesehatan yang lebih diarahkan ke penanganan bantuan hidup. Untuk fungsi koordinasi, Gadar bekerjasama dengan Instansi lain seperti Polisi, Pemadam Kebakaran, Puskesmas dan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB).

Koordinator Keluarga Miskin (Gakin) melakukan dan mengendalikan pendataan tentang keluarga miskin untuk menjamin keakuratan data yang tersedia sehingga bantuan dari pemerintah untuk keluarga miskin (Gakin) dapat disalurkan dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengendalikan pemberian kartu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin (JPK Gakin). Kartu JPK Gakin diberikan kepada Gakin untuk menjamin kesehatan gratis.

Koordinator Dasar Komunitas memiliki tugas melaksanakan kegiatan Binwasdal sarana kesehatan dasar, memberikan pelayanan perizinan sarana kesehatan dasar, serta melaksanakan dan menetapkan manajemen mutu seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes). Sarana Kesehatan Dasar yang ditangani oleh Koordinator Dasar komunitas ini adalah Praktek Bersama Dokter Umum (PBDU), Praktek Bersama Dokter Spesialis (PBDS), Rumah Bersalin (RB), Balai Pengobatan Umum (BPU), Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).

(19)

2.4.5. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seseorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Sinas sesuai

dengan lingkup tugasnya;

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman;

d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktik tenaga kesehatan; e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan;

f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan;

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan;

h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu;

i. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan;

j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu pada Puskesmas;

k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator; l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktor,

assesor dan auditor mutu pelayanan kesehatan;

m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga;

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial;

(20)

o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi;

p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan;

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan;

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan.

2.4.6. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Sinas sesuai

dengan lingkup tugasnya;

c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan;

d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji;

e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat;

f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat;

g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerjasama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/instansi pemerintah/swasta/masyarakat;

(21)

h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi;

i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi;

j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan;

k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans;

l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian;

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans;

n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat – tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analiasis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan atau upaya pemantauan lingkungan;

o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan;

p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkugan dan kesehatan kerja;

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan;

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

(22)

3.1. Struktur Organisasi

Bagan struktur organisasi Seksi Sumber Daya Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.1.1. Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan

Tugas Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yaitu:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman.

d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.

f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.

i. Melaksanakan survei kepuasan pelangggan kesehatan.

j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas.

k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

assesor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga.

(23)

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial.

o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi.

p. Melaksanakan monitor dan pemetaan sumber daya kesehatan.

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.

3.1.2. Koordinator Tenaga Kesehatan (Nakes)

Koordinator Tenaga Kesehatan memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan perizinan, pembinaan dan pengembangan tenaga kesehatan. Dalam koordinator tenaga kesehatan ini, dibentuk penanggung jawab dari tiap-tiap profesi tenaga kesehatan yang terdiri dari:

a. Penanggung jawab dokter. b. Penanggung jawab dokter gigi. c. Penanggung jawab dokter spesialis. d. Penanggung jawab bidan.

e. Penanggung jawab perawat. f. Penanggung jawab apoteker.

g. Penanggung jawab asisten apoteker. h. Penanggung jawab refraksi optisien. i. Penanggung jawab radiografer. j. Penanggung jawab terapi wicara. k. Penanggung jawab okupasi terapi. l. Penanggung jawab fisioterapi.

3.1.3. Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman

Koordinator Farmakmin memberikan layanan perizinan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana apotek, toko obat, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) serta

(24)

menyelenggarakan Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPPIRT).

Banyaknya jumlah sarana membuat koordinator farmakmin membentuk penanggung jawab dari tiap-tiap sarana. Oleh karena itu pada koordinator farmakmin ini terdiri dari:

a. Penanggung jawab apotik. b. Penanggung jawab toko obat. c. Penanggung jawab IKOT. d. Penanggung jawab PIRT.

3.1.4. Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan

Koordinator ini bertanggung jawab kepada kepala seksi Sumber Daya Kesehatan mengenai pengembangan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan di sarana kesehatan.

3.1.4.1.Penanggung jawab GKM (Gugus Kendali Mutu)

Penerapan GKM diberlakukan terhadap internal organisasi dalam pemerintahan dan sarana kesehatan. Tujuan pembentukan GKM ini adalah untuk mendayagunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas.

GKM merupakan konsep baru untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kerja industri/jasa baik digunakan di dunia usaha maupun birokrasi yang berfungsi dalam pencapaian tujuan secara optimal. Penerapan GKM pada perusahaan/instansi biasanya dititikberatkan pada hal:

a. Peningkatan mutu dan peningkatan nilai tambah. b. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya.

c. Peningkatan kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai target. d. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku.

e. Peningkatan hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan. f. Peningkatan keterampilan dan keselamatan kerja.

g. Peningkatan kepuasan kerja.

(25)

3.1.4.2.Penanggung jawab ISO (Internal Standard of Organization)

ISO atau Internal Standars of Organization suatu badan atau organisasi nonpemerintah penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standarisasi nasional setiap negera. ISO 9000 merupakan suatu kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini:

ISO 9000 - Quality Management Systems - Fundamentals and Vocabulary: mencakup dasar-dasar sistem manajemen kualitas dan spesifikasi terminologi dari Sistem Manajemen Mutu (SMM).

ISO 9001 - Quality Management Systems - Requirements: ditujukan untuk digunakan di organisasi manapun yang merancang, membangun, memproduksi, memasang dan/atau melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun. Standar ini memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah organisasi apabila mereka hendak memperoleh kepuasan pelanggan sebagai hasil dari barang dan jasa yang secara konsisten memenuhi permintaan pelanggan tersebut. Implementasi standar ini adalah satu-satunya yang bisa diberikan sertifikasi oleh pihak ketiga.

ISO 9004 - Quality Management Systems - Guidelines for Performance Improvements: mencakup perihal perbaikan sistem yang terus-menerus. Bagian ini memberikan masukan tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan sistem yang telah terbentuk lama. Standar ini tidaklah ditujukan sebagai panduan untuk implementasi, hanya memberikan masukan saja.

Masih banyak lagi standar yang termasuk dalam kumpulan ISO 9000, dalam hal ini Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat telah menerapkan ISO 9001. Penerapan ISO di suatu perusahaan atau instansi berguna untuk:

a. Meningkatkan citra perusahaan.

b. Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan. c. Meningkatkan efisiensi kegiatan.

d. Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act).

(26)

e. Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan.

f. Mengurangi risiko usaha. g. Meningkatkan daya saing.

h. Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan.

i. Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal.

3.1.4.3.Penanggung Jawab 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

Lima R adalah suatu teknik yang digunakan untuk menjaga mutu lingkungan sebuah perusahaan/institusi dengan cara mengembangkan keterorganisirannya. Lima R biasanya diterapkan pada personal dalam suatu perusahaan melalui program pelatihan yang diharapkan peserta mampu memahami konsep 5R dan juga mampu menerapkan dan mengambil manfaat serta menjadikan pedoman dalam pelaksanaan proses kerja dan dalam perilaku sehari-hari.

3.2. Perizinan Sarana Farmasi Makanan Minuman

3.2.1. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)

Industri Kecil Obat Tradisional adalah industri yang memproduksi obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Industri Kecil Obat Tradisional ini biasanya dilakukan di lingkungan perumahan (Permenkes RI No. 246 Tahun 1990).

Untuk memperoleh izin Industri Kecil Obat Tradisional diperlukan tahap Persetujuan Prinsip. Persetujuan Prinsip diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. Contoh formulir permohonan persetujuan prinsip Industri Kecil Obat Tradisional dapat dilihat pada Lampiran 3. Izin prinsip memiliki masa berlaku 3 tahun. Persyaratan izin prinsip Industri Kecil Obat Tradisional meliputi:

(27)

a. Surat permohonan dari direktur atau pimpinan perusahaan atau perorangan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat rangkap 2 (dua) dan 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6.000,00.

b. Rencana denah bangunan Industri Kecil Obat Tradisional.

c. Jadwal rencana pendirian bangunan dan pemasangan mesin produksi. d. Undang-Undang Gangguan.

e. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).

Izin usaha Industri Kecil Obat Tradisional diberikan bila pihak penyelenggara sudah dapat beroperasi penuh karena seluruh persyaratan sarana/prasarana sudah lengkap. Contoh formulir permohonan izin usaha Industri Kecil Obat Tradisional dapat dilihat pada Lampiran 4. Persyaratan Izin Industri Kecil Obat Tradisional meliputi:

a. Permohonan izin prinsip/izin tetap dari direktur/pimpinan/perorangan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat rangkap 3 (tiga) beserta lampirannya dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00.

b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk Perseroan Terbatas disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

c. Ijazah apoteker.

d. Kartu Tanda Penduduk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dari apoteker penanggung jawab teknis.

e. Surat perjanjian kerja sama antara apoteker dengan pihak perusahaan diatas materai Rp 6.000,00.

f. Undang-Undang Gangguan. g. Peta lokasi.

h. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku dan gudang produk jadi. i. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi.

j. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan. k. Peralatan laboratorium.

l. Sumber daya atau energi yang dipakai. m. Jumlah tenaga kerja.

n. Nilai investasi. o. Rencana pemasaran.

(28)

p. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi.

q. Status gedung (sewa/milik sendiri). Lampirkan fotokopi sertifikat bila milik sendiri, lampirkan surat sewa minimal 5 tahun beserta fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemilik.

r. Analisis dampak lingkungan.

s. Peralatan pengendalian pencemaran.

Setelah persyaratan perizinan lengkap Seksi Sumber Daya Kesehatan melakukan peninjauan lapangan untuk pemeriksaan terhadap kelengkapan produksi obat tradisional dan dilaporkan dalam bentuk berita acara.

3.2.2. Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)

Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan P-IRT, harus mempunyai Sertifikasi Produksi Pangan untuk Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT (BPOM RI No. HK.00.05.5.1640 Tahun 2003).

Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan sertifikat kelayakan pangan industri rumah tangga adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan dari direktur atau pimpinan perusahaan atau perorangan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan rangkap 2 (dua) dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6.000,00.

b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaris. c. Peta lokasi.

d. Denah ruangan produksi. e. Rancangan etiket.

f. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemilik. g. Pas foto pemilik 3x4 sebanyak 2 lembar.

h. Surat Izin Perindustrian dari Dinas atau Suku Dinas Perindustrian. i. Data produk makanan yang akan diproduksi.

j. Khusus untuk pengemasan kembali (repack) harus ada surat keterangan dari asal produk.

(29)

k. Status gedung (sewa atau milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik.

Setelah persyaratan perizinan lengkap Seksi Sumber Daya Kesehatan melakukan peninjauan lapangan untuk pemeriksaan terhadap kelengkapan produksi pangan industri rumah tangga dan dilaporkan dalam bentuk berita acara. 3.2.3 Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (Permenkes No. 889 Tahun 2011).

Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu (Lampiran 5). Untuk mendapatkan SIA, Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) mengajukan surat permohonan SIA (Lampiran 6) kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat. Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan Surat Izin Apotek adalah sebagai berikut:

3.2.2.1. Apotek

a. Surat permohonan apoteker pengelola apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6.000,00.

(30)

b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk Perseroan Terbatas yang disahkan atau terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM.

c. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk DKI Jakarta dari Apoteker Pengelola Apotek.

d. Fotokopi Surat Izin Kerja atau Surat Penugasan apoteker (SIK/SP).

e. Fotokopi perjanjian kontrak bangunan dan Kartu Tanda Penduduk pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 tahun.

f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.

i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,00.

j. Peta lokasi dan denah ruangan.

k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan dibidang farmasi atau obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat diatas materai Rp 6.000,00. l. Surat pernyataan apoteker pengelola apotek bahwa yang bersangkutan tidak

bekerja pada bidang farmasi lain diatas materai Rp 6.000,00.

m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika dan obat keras tanpa resep diatas materai Rp 6.000,00.

n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana. o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.

p. Surat Izin Kerja asisten apoteker atau D3 Farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek.

r. Daftar peralatan peracikan obat.

s. Buku wajib peraturan perundang-undangan dibidang farmasi. t. Formulir laporan narkotika dan psikotropika.

3.2.2.2. Depo farmasi

Apotek yang berada di klinik dan hanya boleh menerima resep dari lingkungan klinik serta pengelolanya adalah apoteker disebut dengan depo

(31)

farmasi. Contoh formulir permohonan surat izin Depo Farmasi dapat dilihat pada Lampiran 7. Persyaratan perizinan depo farmasi meliputi:

a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6.000,00.

b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku.

c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum. d. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk DKI Jakarta apoteker pengelola apotek. e. Ijazah atau Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Penugasan (SP) apoteker.

f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan atau penanggung jawab depo obat atau farmasi.

g. Proposal untuk mendirikan depo obat atau farmasi. h. Ijazah atau Surat Izin Kerja (SIK) asisten apoteker.

i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap atau sepekarangan dengan klinik. j. Denah bangunan (tertutup).

k. NPWP Perusahaan.

l. Undang-Undang Gangguan (UUG).

m. Status gedung atau sertifikat gedung sewa minimal 2 (dua) tahun.

n. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan resep dari umum) kecuali atas nama pasien perusahaan.

3.2.2.3. Apotek Rakyat

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/Menkes/Per/III/2007 yang dimaksud apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasiaan dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Dalam hal ini, perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pendirian sebuah apotek termasuk apotek rakyat membutuhkan surat izin, dalam hal ini apoteker penanggungjawab apotek rakyat berhak memperoleh surat

(32)

izin apotek rakyat (Lampiran 8). Adapun pengaturan apotek rakyat ini bertujuan untuk dapat dijadikan pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat, pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat, untuk melindungi masyarakat dan agar masyarakat memperoleh pelayanan kefarmasiaan yang baik dan benar. Contoh formulir permohonan surat izin Apotek Rakyat dapat dilihat pada Lampiran 9. Persyaratan perizinan Apotek Rakyat meliputi:

a. Data apoteker yang meliputi: Fotokopi KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA), Fotokopi NPWP APA, Pasfoto berwarna uk. 4x6 cm 1 lembar, Fotokopi Surat Izin Kerja/Surat Penugasan, Fotokopi Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/ Surat Berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI, dan Surat izin atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI.

b. Data Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang meliputi Fotokopi KTP Pemilik Sarana Apotek (PSA), Fotokopi NPWP, dan Pasfoto berwarna uk. 4x6 cm (1 lembar).

c. Fotokopi Akte Notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari DepKeh dan HAM RI dalam bentuk PT dan pengesahan dari Pengadilan bila dalam bentuk CV.

d. Fotokopi Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA / SK pengangkatan bagi perusahaan BUMN (Kimia Farma).

e. Bukti kepemilikan gedung / bila sewa lampirkan fotokopi surat perjanjian sewa menyewa.

f. Fotokopi IMB (bila diluar sentra pasar).

g. Fotokopi undang-undang gangguan (UUG) bila diluar sentra pasar. h. Fotokopi Surat Keterangan Domisili dari kelurahan setempat.

i. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain diatas materai Rp 6.000,-

j. Surat pernyataan APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada perlakuan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-

k. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat Keras Tertentu di atas materai Rp 6.000,-

(33)

l. Surat pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi / obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-

m. Peta lokasi Apotek

n. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. o. Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana. p. Rencana jadwal buka Apotek.

q. Daftar Ketenagaan berdasarkan pendidikan.

r. Kelengkapan Asisten Apoteker/ D3 Farmasi yang meliputi Fotokopi Surat Izin Kerja/Surat Izin Asisten Apoteker, Fotokopi KTP, dan Surat Pernyataan Bersedia Bekerja diatas Materai Rp 6.000,-

s. Daftar buku pustaka, minimal Peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan Farmakope Indonesia edisi terbaru.

t. Daftar Perlengkapan Administrasi

Apabila semua persyaratan telah dilengkapi, Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan beserta staf turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan setempat. Peninjauan ke lokasi ini bertujuan untuk menilai apakah di lokasi tersebut layak didirikan atau diadakan pelayanan kesehatan apotek tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi persyaratan fisik dan bangunan, kelengkapan ketenagaan, kelengkapan peralatan lain baik yang khusus maupun umum yang diperlukan untuk peracikan dan lainnya kemudian dilaporkan dalam bentuk Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Contoh BAP untuk memperoleh izin Apotek dan Apotek Rakyat dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Dalam jangka waktu 15 hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan, Suku Dinas Kesehatan Kota setempat akan mengeluarkan SIA yang berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan masih memenuhi persyaratan.

SIA dapat dicabut apabila terjadi pelanggaran dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya SIK APA dicabut atau apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ada. Jika apotek melakukan pelanggaran, maka pertama-tama akan diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut maka diberikan

(34)

peringatan tertulis kepada APA. Pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan tertulis kepada APA sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi pembekuan izin dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.2.4. Toko Obat

Toko obat adalah orang atau badan hukum di Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (Daftar W) serta untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sesuai yang tercantum dalam surat izin. Toko obat (pedagang eceran obat) menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (Daftar W) dalam bungkusan pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, atau perorangan. Penanggung jawab teknis farmasi di toko obat adalah seorang Asisten Apoteker.

Izin mendirikan suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha Toko Obat kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya setempat. Surat izin untuk toko obat hanya berlaku selama 2 tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan. Persyaratan perizinan toko obat meliputi:

a. Surat permohonan izin toko obat dari pemilik toko obat ditujukan kepada b. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap,

1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6000,00. b. Fotokopi KTP DKI Jakarta dari pemilik toko obat.

c. Fotokopi akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang sah/terdaftar pada Menkeh HAM.

d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan.

e. Fotokopi ijazah Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIK AA) dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar.

(35)

f. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker penanggung jawab teknis kepada toko obat diatas materai Rp 6000,00.

g. Surat yang menyatakan status bangunan tempat usaha berupa sertifikat hak kepemilikan atau surat sewa minimal 2 (dua) tahun dengan melampirkan fotokopi KTP pemilik.

h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Setelah persyaratan perizinan toko obat lengkap, dilakukan pemeriksaan/peninjauan lapangan yang dilaporkan dalam suatu berita acara pemeriksaan.

Toko obat harus mengikuti ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku dalam menjalankan usahanya. Jika toko obat melakukan pelanggaran maka akan dikenakan sanksi administratif berupa surat peringatan, penghentian sementara toko obat dan pencabutan surat izin ataupun sanksi pidana berupa pengajuan ke pengadilan.

3.3. Perubahan Perizinan

Perubahan baik fisik maupun non fisik dari Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman dapat terjadi setiap saat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dari sarana kesehatan tersebut. Perubahan dapat terjadi karena berakhirnya masa sewa bangunan, berakhirnya kerjasama antara pemilik dengan penanggung jawab teknis dan lain sebagainya. Agar pelayanan ataupun produksi tidak terganggu maka perlu dibuat aturan perubahan perizinan.

Setiap perubahan fisik maupun non fisik harus mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan. Contoh formulir permohonan perubahan surat izin Apotek, Apotek Rakyat, Depo Farmasi dan Industri Kecil Obat Tradisional dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 12 hingga Lampiran 15. Untuk permohonan perizinan perubahan fisik maka proses perizinan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman tersebut harus dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ke lokasi oleh petugas yang berwenang, sedangkan perubahan non fisik tidak perlu dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ulang ke lokasi akan tetapi

(36)

cukup melengkapi persyaratan administrasinya saja. Secara umum perubahan fisik terjadi karena:

a. Perubahan alamat atau pindah alamat Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.

b. Perubahan letak lokasi atau denah ruangan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.

c. Penambahan jenis atau bentuk produksi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.

d. Perpanjangan izin Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman (Toko Obat).

Secara umum perubahan non fisik terjadi karena :

a. Perubahan alamat tanpa pindah lokasi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.

b. Perubahan atau pergantian kepemilikan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.

c. Perubahan atau pergantian tenaga ahli Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.

d. Perubahan atau pergantian nama Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.

(37)

30 Universitas Indonesia

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi (otonomi daerah) berdampak pada terbaginya kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. Seiring dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga UU Nomor 22 Tahun 1999 digantikan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan. Perubahan sistem pemerintahan ini mempengaruhi urusan wajib yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah termasuk di antaranya pelayanan kesehatan provinsi DKI Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

Stuktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dikepalai oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi satu Subbagian Tata Usaha dan empat seksi yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes), Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan (PM Kes). Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Keempat seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Tugas dan fungsi pokok Suku Dinas Kesehatan tidak hanya melaksanakan pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan tetapi juga melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, serta gizi

(38)

dan pembinaan peran serta masyarakat di Kota Administrasi yang bersangkutan. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dilaksanakan pada Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Seksi SDK terbagi menjadi tiga koordinator yaitu Mutu, Tenaga Kesehatan (Nakes), dan Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Koordinator mutu mengurus antara lain prosedur mutu perubahan dokumen, standarisasi ISO, pelatihan dan kompetisi tenaga kesehatan. Nakes memberikan perizinan untuk seluruh tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, radiologi dan lain-lain. Farmakmin memberikan perizinan untuk Apotek, Toko Obat, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), dan Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PPIRT).

Perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Barat merupakan salah satu tugas pokok Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Kebijakan dan pedoman serta persyaratan dalam pelaksanaan perizinan, pengawasan, pembinaan, serta pengendalian sarana kesehatan dan tenaga kesehatan diregulasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Agar proses perizinan berlangsung tertib dan lancar, dibuatlah suatu sistem tata cara perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.

Proses pelaksanaan perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan dilakukan dengan sistem satu pintu dimana seluruh proses perizinan dilakukan di unit pelayanan terpadu. Pada Pusat Pelayanan Terpadu pemohon dapat memperoleh informasi mengenai persyaratan-persyaratan administrasi yang harus disertakan untuk mengajukan perizinan sarana atau tenaga kesehatan. Seluruh berkas untuk perizinan diserahkan serta diperiksa dan jika memenuhi syarat maka akan dibawa ke bagian Tata Usaha untuk mendapatkan nomor surat dan nomor registrasi perizinan. Seluruh berkas tersebut diserahkan ke seksi yang berwenang untuk diproses lebih lanjut.

Sebelum izin dikeluarkan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan lapangan. Tujuan dari pemeriksaan lapangan ini untuk menilai apakah dilokasi tersebut layak didirikan atau dilaksanakan pelayanan kesehatan, memeriksa

(39)

Universitas Indonesia

persyaratan fisik dan bangunan, memeriksa kelengkapan ketenagaan serta memeriksa kelengkapan peralatan baik yang diperlukan untuk peracikan/produksi dan lainnya. Jika pemeriksaan memenuhi syarat maka izin dapat dikeluarkan. Setelah disetujui dan disahkan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, surat izin dapat diambil oleh pemohon di Pusat Pelayanan Terpadu. Jika sarana kesehatan masih belum memenuhi persyaratan, maka sarana kesehatan tersebut diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan dalam jangka waktu satu minggu sampai satu bulan.

Waktu penyelesaian proses perizinan sarana kesehatan atau tenaga kesehatan di Suku Dinas Kesehatan adalah dua belas hari kerja. Namun, waktu penyelesaian proses perizinan diubah menjadi lima belas hari kerja terhitung sejak berkas permohonan yang lengkap dan memenuhi persyaratan administrasi masuk ke Suku Dinas Kesehatan. Lima belas hari kerja menjadi salah satu sasaran mutu yang harus dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Untuk mencapai sasaran mutu tersebut maka waktu penyelesaian proses perizinan yang dilayani oleh seluruh seksi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberlakukan suatu sistem monitoring dimana dalam tiap berkas permohonan yang masuk disertai sebuah formulir yang berisi tahapan-tahapan proses perizinan, dari mulai masuknya berkas sampai pengambilan surat izin. Dalam formulir tersebut, di tiap tahapan proses perizinannya akan diiisikan tanggal mulai berkas permohonan izin masuk ke Pusat Pelayanan Terpadu, Tata Usaha, Kepala Suku Dinas, Seksi terkait (SDK) hingga pengambilan surat izin sehingga akan lebih memudahkan proses pengerjaannya maupun pemantauannya. Sistem pemantauan ini merupakan salah satu sistem manajemen mutu yang dijalankan dan merupakan langkah yang sangat baik dalam membantu proses perizinan sarana kesehatan agar selesai tepat pada waktunya. Selain itu, sistem pemantauan ini juga membantu mempermudah pengawasan jika terjadi keterlambatan dalam proses perizinan serta dapat mengukur kinerja Suku Dinas Kesehatan.

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan lebih mendalam pada seksi SDK dengan pelaksanaan dan pengamatan pada bagian Farmasi,

(40)

Makanan dan Minuman (Farmakmin). Selain memberikan perizinan, bagian Farmakmin juga memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) kepada sarana apotek, toko obat, IKOT, dan PP-IRT. Binwasdal dilakukan enam bulan setelah sarana farmakmin mendapatkan izin. Idealnya semua sarana farmakmin harus dilakukan binwasdal namun karena kekurangan waktu dan sumber daya manusia maka ditargetkan 20% dari semua jumlah sarana dilakukan binwasdal. Indikator mutu binwasdal adalah 85% dari jumlah target memenuhi persyaratan. Binwasdal bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjamin, dan terjangkau bagi masyarakat dengan sarana kesehatan yang menunjang pelayanan kesehatan prima.

Kegiatan Binwasdal ini dilakukan dengan meninjau langsung ke lokasi sarana kesehatan. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan, pengawasan dilakukan dengan melaksanakan kunjungan ke lokasi sarana kesehatan melalui kegiatan supervisi, pengendalian dilakukan dengan memberikan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan seperti surat peringatan ataupun sanksi. Dari kegiatan binwasdal tersebut akan dibuat berita acara sebagai hasil supervisi yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan yang kemudian akan didokumentasikan oleh seksi Sumber Daya Kesehatan. Kegiatan binwasdal ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kegiatan binwasdal dilakukan di apotek dan toko obat baik yang telah memiliki izin maupun yang belum berizin. Penyuluhan terhadap toko obat berisi tentang obat apa saja yang boleh dijual di toko obat, dan juga yang bertanggung jawab terhadap toko obat tersebut. Perbedaan yang mendasar dari toko obat dan apotek yaitu penanggung jawab toko obat adalah minimal seorang tenaga teknis kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009) sedangkan penanggung jawab untuk apotek adalah seorang apoteker yang memiliki surat izin kerja dalam hal ini Surat Izin Praktek Apoteker (Permenkes No.889 Tahun 2011).

Perbedaan lain antara toko obat dengan Apotek adalah toko obat hanya boleh menjual obat bebas dan bebas terbatas, sedangkan apotek diperbolehkan

Gambar

Tabel 4.1. Persyaratan Izin Apotek Rakyat yang Diusulkan Untuk Direvisi ............   27
Tabel 4.1 Persyaratan izin Apotek Rakyat yang diusulkan untuk direvisi  No.  Persyaratan yang harus di

Referensi

Dokumen terkait

Pada Arduino Mega2560, Sensor tcs230 terhubung pada pin2 = s0 , pin3= s1 , pin4 = s2 , pin5 = s3, pin6 = out, Sinar led yang dipantulkan objek berwarna berfungsi untuk

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan bahwa dengan ditambahkannya data LiDAR hasil ekstraksi objek bangunan yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan ketika hanya

Setiap bagian/unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (KPC, KNC, KTD dan kejadian Sentinel) kepada KKPRS-Ciremai

Hal ini kami lakukan karena pada zaman sekarang teknologi yang kian canggih dan dapat diakses siapapun,kapanpun dan dimanapun merupakan alternative bagi kami untuk

Apakah upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala dalam proses pewarisan nilai kearifan lokal dari masyarakat Dayak Bumi Segandu dalam meningkatkan

Secara umum terungkap bahwa paket program coaching yang telah dikembangkan bisa memenuhi kondisi sebagaimana tercantum pada poin 1-3 (Tabel 3). Satu-satunya aspek yang dirasa

Penelitian ini menghadapi kendala pada pengukuran kinerja pemasaran, dimana pada berdasarkan hasil pengamatan pada gambar pada grafik analisis full model (Gambar 4.3)

Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner Pengalaman Bullying pada Pelajar/Mahasiswa (PBP/M) yang diadaptasi dari Astuti (2008).