IV.1 Tabel Hasil Percobaan dan Perhitungan
Tabel IV.1 Hasil Percobaan pada Larutan Standar NH4Fe(SO4)2.6H2O Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0,05 0,1 0,5 1 15 10 50 -0,008 -0,005 -0,004 0,004 0,005 0,013 0,02
Tabel IV.2 Hasil Percobaan pada Sampel Air Limbah PT. Ispat Indo, Sidoarjo dan Air Sungai Kedung Tarik, Sidoarjo
No Sampel Konsentrasi
(ppm) Absorbansi 1 Air PT. Limbah IspatIndo, Sidoarjo 12,4 0,006
2 Air Sungai KedungTarik, Sidoarjo 3 0.003
IV.2 Grafik dan Pembahasan
Tujuan dari percobaan spektrofotometri adalah untuk menentukan absorbansi dan konsentrasi ferro pada larutan standar NH4Fe(SO4)2, sampel limbah PT. Ispat Indo, Sidoarjo dan air sungai Kedung Tarik, Sidoarjo dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Kemudian melakukan hal yang sama untuk larutan sampel air limbah PT. Ispat Indo, Sidoarjo dan air sungai Kedung Tarik, Sidoarjo.
Pada percobaan ini menggunakan pelarut air yang merupakan pelarut yang baik karena tembus cahaya di seluruh daerah tampak dan turun sampai panjang gelombang sekitar 200 nm di daerah ultraviolet. Penambahan reagen bertujuan untuk memfokuskan spektrum warna supaya dapat dianalisa dan untuk menghilangkan zat-zat pengotor (impurities) dalam sampel. Selain itu, percobaan ini menggunakan HCl pekat yang berfungsi untuk menjadikan larutan dalam keadaan asam dan mampu menurunkan pH larutan yang diuji (Underwood, 1993).
Peranan larutan blangko adalah untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh luar agar pembacaan warna pada larutan sampel benar-benar mewakili. Selain itu, larutan blangko juga dapat berupa larutan itu sendiri (bukan air suling) dan mengandung zat kimia yang ditambahkan. Larutan blangko yang berupa sampel itu sendiri digunakan untuk mengimbangi pengaruh kekeruhan sampel.
(Alearis, G, Dr, Ir dan Sandika, S, S, Ir, MSc. 1987)
Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat. Fungsi dari larutan standar adalah untuk mengetahui besarnya absorbansi pada panjang gelombang maksimal pada suatu sampel atau cuplikan dalam analisis yang telah ditentukan.
Analisa metode spektrofotemetri membutuhkan pengenceran pada sampel yang akan dianalisa. Fungsi dari pengenceran larutan standart ialah untuk meminimalisir kesalahan, karena hukum Beer berlaku pada larutan encer agar larutan dapat ditembus cahaya.
Kuvet juga kadang-kadang harus dibersihkan dengan asam yang pekat (teknis), misalnya HCl atau detergen (sabun), kemudian dibilas dengan air (Alaerts, 1984).
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi kedua larutan sampel menggunakan alat spektrofotometer, dapat diketahui kurva kalibrasi larutan standar dan konsentrasi larutan sampel pada lampiran 1. Berikut adalah konsentrasi yang didapatkan dari hasil pengukuran kurva kalibrasi pada milimeter box:
Tabel IV.3 Hasil pengukuran konsentrasi pada kurva kalibrasi larutan standar
No Sampel
Konsentrasi
(ppm) Absorbansi Standar air bersihPermenkes no: 416/MENKES/per/IX/1990
(ppm) 1 Air Limbah PT. IspatIndo, Sidoarjo 12,4 0,006
0,1 2 Air Sungai KedungTarik, Sidoarjo 3 0.003
Menurut literatur standar baku mutu air bersih terhadap kandungan Fe batas maksimal kadar Fe untuk air bersih adalah 1 ppm. Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa air sungai daerah Kedung Tarik, Sidoarjo tidak memenuhi standar air bersih Permenkes no: 416/MENKES/per/IX/1990 karena kandungan Fe melebihi 1 ppm. Sedangkan untuk air limbah PT. Ispat Indo, Sidoarjo juga tidak memenuhi standar Model Baku mutu berdasarkan peruntukan badan air penerima (Stream Standard) karena melebihi dari 10 ppm.
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi kedua larutan sampel, dapat diketahui kurva kalibrasi larutan standar dan konsentrasi larutan sampel dengan menggunakan
Grafik IV.1 Hubungan antara Konsentrasidan Absorbansi Ferro dalam Larutan Standar NH4Fe(SO4)2
Grafik IV.2 Hubungan antara Konsentrasi Fe2+ dan Absorbansi Ferro pada Sampel Air Limbah PT. Ispat Indo, Sidoarjo
Grafik IV.3 Hubungan antara Konsentrasi Fe2+ dan Absorbansi Ferro pada Sampel Air Sungai Kedung Tarik, Sidoarjo
Pada grafik IV.3 hubungan antara konsentrasi dan absorbansi ferro pada sampel air sungai Kedung Tarik, Sidoarjo diperoleh konsentrasi 3 ppm dan absorbansi 0,003. Sedangkan, menurut permenkes no: 416/MENKES/per/IX/1990 kandungan Fe yang diperbolehkan dalam air berish tidak melebihi 1 ppm. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi kandungan ferro tidak sesuai dengan baku mutu air bersih, sehingga air sungai tersebut tergolong dalam air yang tercemar oleh limbah Fe dan tidak layak untuk digunakan.
semakin besar konsentrasinya. Hal ini sesuai dengan literatur dimana absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasinya. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi digunakan untuk menentukan nilai absorbtivitasnya.
Hubungan antara absorbansi dengan absorptivitas dirumuskan sebagai berikut:
A = a.b.C Dimana: A = Absorbansi
b = tebal kuvet a = absorbtivitas C = konsentrasi (C)