• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Bagaimana cara pembagian hasil kerja dari PT. Freeport dan bukankah perjanjian awal itu sangat merugikan negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II PEMBAHASAN 2.1 Bagaimana cara pembagian hasil kerja dari PT. Freeport dan bukankah perjanjian awal itu sangat merugikan negara"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana cara pembagian hasil kerja dari PT. Freeport dan bukankah perjanjian awal itu sangat merugikan negara?

Dalam melakukan kegiatan penambangan di Papua, Indonesia PT. Freeport terikat kontrak karya pertambangan. Kontrak karya merupakan suatu perjanjian di bidang pertambangan yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing, atau bisa dalam bentuk kolektif perusahaan asing dengan Indonesia serta perusahaan swasta nasional, untuk melakukan usaha pertambangan di luar minyak dan gas bumi. Pada awal perjanjian, kontrak karya diatur oleh UU Nomor 11 tahun 1967 tentang pertambangan. Sebelumnya, kontrak karya juga diatur oleh UU Nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing yang menjadi gerbang bagi para investor asing untuk berinvestasi di bisnis pertambangan.

Dalam kenyataannya, kontrak karya sama sekali tidak memberikan keuntungan bagi pihak Indonesia selaku pemilik kekayaan. Awalnya Indonesia hanya mendapat royalti sebesar 1% dari emas yang didapat Freeport di Papua, namun sejak 2003 melalui PP Nomor 45 tahun 2003, royalti bagi Indonesia meningkat menjadi 3,75%. Ironisnya lagi, kontrak yang sangat merugikan tersebut baru berakhir tahun 2021 di mana pada saat itu kandungan emas di Papua diperkirakan sudah habis. Eksploitasi ini sangat bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945. Bunyi Pasal 33 UUD 1945 ayat (1) sampai (5) sebagai berikut:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. Disebutkan dalam penjelasan pasal 33 bahwa kemakmuran masyarakat adalah hal yang utama, bukan kemakmuran perseorangan atau golongan tertentu. Lalu disebutkan juga bawah sumber daya alam yang ada di bumi merupakan sumber kemakmuran rakyat. Pasal 33 sudah melarang secara tegas monopoli sumber daya alam di tangan individu atau golongan tertentu. Dengan kata lain praktik yang dilakukan PT. Freeport bertentangan dengan pasal tersebut. Selain itu, Freeport juga melanggar UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Penguasaan Mineral dan Batubara pada pasal 4 yang berbunyi:

(2)

mineral dan batubara oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah.” Dari pernyataan di atas sangat jelas bahwa penambangan yang dilakukan Freeport berkebalikan dengan isi Pasal 33 dan Pasal 4. Seharusnya kegiatan penambangan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, karena emas dan tembaga merupakan komoditi yang mempunyai harga jual tinggi dan bisa memberi keuntungan sangat besar bagi Indonesia bila dimanfaatkan dengan baik. Namun pada kenyataannya, sumber daya tersebut justru dikuasai oleh Amerika Serikat. Kekayaan alam yang semestinya digunakan untuk kemakmuran rakyat justru dimanfaatkan oleh bangsa lain yang kian hari kian sejahtera, sedangkan kesejahteraan di negeri kita sendiri justruu tak mengalami peningkatan. Peristiwa ini sangat menyimpang dari UUD 1945 yang menghendaki perekonomian dari rakyat untuk rakyat. Hal ini juga bertolak belakang dengan prinsip kemandirian ekonomi yang semestinya diterapkan di negara kita.

2.2 Apa sajakah kerugian-kerugian yang telah ditimbulkan oleh PT. Freeport terhadap Indonesia?

PT. Freeport McMoran Indonesia (Freeport) telah melakukan penambangan di Papua sejak 1967 atau hampir 50 tahun. Keuntungan yang dihasilkan juga sudah menggendutkan rekening Freddy McMoran dengan sangat luar biasa. Tetapi keuntungan tersebut tidak dirasakan oleh rakyat Indonesia terutama rakyat Papua, di mana di sana masih terjadi kelaparan. Hasil tambang Freeport merupakan yang terbesar di dunia. Para petinggi Freeport mendapat fasilitas, tunjangan, serta keuntungan yang besarnya satu juta kali lipat pendapatan penduduk Timika, Papua, yang dalam setahun hanya sekitar $132. Sekali lagi, keuntungan yang diperoleh Freeport ini tidak dirasakan warga sekitarnya dan kerap kali disebut kesenjangan ala kolonial yang menjadi sumber konflik di Papua.

Keberadaan Freeport juga seperti didukung oleh pemerintah sendiri, seperti yang sudah dijelaskan dalam subbab sebelumnya. Penambangan Estberg dimulai Maret 1973 dan habis pada era 80-an dan menyisakan lubang sedalam 360 meter.

a. Penambangan Ertsberg dimulai pada Maret 1973 dan habis pada tahun 1980-an, sisa lubangnya sedalam 360 meter.

b. Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang Grasberg sebuah cadangan raksasa lainnya, hingga detik ini.

(3)

d. Sampai Bulan Juli 2005, lubang yang diakibatkan penambangan Grasberg mencapai

diameter 2,4 kilometer yang meliputi luas 499 Ha, dalamnya 800m, sama dengan ketinggian gedung tertinggi di dunia Burj, Dubai.

e. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa, hingga rencana penutupan tambang pada 2041.

f. Freport hampir tidak berkontribusi terhadap Indonesia, bahkan penduduk mimika sendiri. Kompisisi Penduduk Kabupaten Mimika, tempat Freeport berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Menurut BPS 41% penduduk mimika miskin, 60% penduduk miskin tersebut adalah penduduk asli. Di Provinsi Papua sendiri, kemiskinan mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.

g. Lebih dari 66% penduduk miskin papua adalah penduduk asli yang tinggal di wilayah operasi Freeport di pegunungan tengah, yang notabene para aparat disana antara tahun 1998 dan 2004 telah menerima suap mencapai hampir 20 juta dolar AS (Menurut laporan New York Times pada Desember 2005). Dan malah kantong-kantong kemiskinan justru menggerogoti wilayah yang ada di sekitar Freeport.

2.3 Mengapa PT Freeport melakukan eksploitasi yang tidak sesuai dengan perjanjian awal?

Eksploitasi yang tidak sesuai dengan perjanjian ini bisa jadi dikarenakan PT. Freeport yang telah lama berada di Indonesia lambat laun menyadari bahwa kita sebagai tuan rumah tidak tegas dalam menjalankan perjanjian-perjanjian kita, sehingga lambat laun mereka makin sering melanggar. Tidak ada tindakan tegas dari pemerintahan pun menjadi salah satu faktor makin beraninya PT. Freeport untuk melanggar lebih banyak perjanjian dengan pihak Indonesia. Mereka merasa bahwa Indonesia lah yang membutuhkan mereka. 97% pekerja PT. Freeport di Indonesia merupakan anak bangsa, sehingga bila mereka pergi maka orang-orang ini akan kehilangan pekerjaan mereka, sedangkan negara Indonesia merasa belum mampu untuk mengelola sumber daya alami secara mandiri. Padahal kenyataannya merekalah yang membutuhkan kita, dikarenakan penghasilan PT. Freeport di Indonesia melampaui jauh dari cabang-cabang PT. Freeport lainnya di negara-negara lainnya seperti Amerika Utara.

2.4 Mengapa PT. Freeport kurang peduli dengan keselamatan pekerja dan lingkungan di hampir semua proses pekerjaan PT. Freeport?

(4)

PT. Freeport Indonesia merupakan orang Indonesia, sehingga korban-korban yang berjatuhan akibat dari kecerobohan PT. Freeport pun mayoritasnya merupakan anak bangsa Indonesia sendiri. Pemerintahan Indonesia selaku tuan rumah pun harusnya lebih kencang melakukan pengawasan terhadap PT. Freeport agar kecelakaan-kecelakaan kerja seperti ini bisa dihindari.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, dari penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa:

Eksploitasi mineral yang dilakukan oleh pihak PT. FREEPORT sebenarnya sangatlah berat sebelah dan merugikan pihak Indonesia. Kesadaran masyarakat yang rendah akan aset ini serta kurangnya usaha pemerintah untuk membatasi dan mengatur pengeksploitasian PT. FREEPORT pun kerap menjadi alasan dari terjadinya permasalahan ini di negeri kita. Namun permasalahan ini bisa kita selesaikan bila kita sebagai negara tuan rumah mampu bertindak tegas dan merevisi kesalahan-kesalahan kita di tahun-tahun sebelumnya.

3.2 Kritik dan Saran

(5)

DAFTAR PUSTAKA

https://dwiyustiyanita.wordpress.com/2015/04/01/eksploitasi-freeport-yang-menyalahi-hukum-di-indonesia/

http://siradel.blogspot.com/2011/04/freeport-fakta-dilematis-yang-merugikan.html#ixzz4PjxOEXTF

Referensi

Dokumen terkait

Analisis secara bersamaan dengan keberadaan faktor yang lain dengan uji statistik regresi logistik dengan metode backward mendapatkan tindakan masyarakat memiliki peran

Diantara isolat-isolat yang didapatkan dari tiga inang yang diuji hanya isolat dari kacang panjang 4 yang membentuk nitM dan hanya isolat dari cabai yang membentuk nit3

Berdasarkan penilaian terhadap siswa kelas VII1 dan VII2 SMP IT Aziziyyah Pekanbaru pada aspek latar diketahui bahwa kemampuan memahai unsur intrinsik teks narasi siswa kelas VII

Bahwa pada hari Senin tanggal 19 Desember 2016 di Rutan Kelas II B Balige Saksi MAMPE PANGARIBUAN (berkas terpisah) dengan Terdakwa sedang cerita – cerita dan Saksi

Menurut Ahmad Aulia Jusuf dengan segala ketertutupannya, dengan segala pomeonya, dengan segala prasangka dan kesalah kaprahannya, seks telah membuat banyak orang

menyembuhkan anda) sebagai ganti dari ucapan: “Yarhamukallah “. Hak kelima: Membesuknya jika dia sakit Hal ini merupakan hak orang sakit dan kewajiban saudara-saudaranya

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP TERHADAP KONDISI FINANSIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN.. 2011

Sebelum reformasi, basis pencatatan transaksi yang digunakan pada hampir semua lembaga pemerintahan di Indonesia adalah basis kas ( cash basis ), yang banyak mengandung kelemahan