• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGETAHUAN ILMIAH SISWA KELAS X.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGETAHUAN ILMIAH SISWA KELAS X."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP

PENGETAHUAN ILMIAH SISWA KELAS X

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

ENVILWAN BERKAT HAREFA NIM. 8146175006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Envilwan Berkat Harefa. NIM 8146175006. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Pengetahuan ilmiah

Siswa Kelas X. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) menganalisis pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct Instruction, (2) menganalisis pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata, dan (3) menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa. Penelitian yang dilakukan secara

quasi eksperimen. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 3

Gunungsitoli. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu kelas X3 dan X2 . Instrumen penelitian ini menggunakan tes pengetahuan ilmiah

dalam bentuk uraian dan tes keterampilan berpikir kritis dalam bentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran

inquiry training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct Instruction, (2)

Pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis diatas rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata, dan (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa.

(6)

ii

ABSTRACT

Envilwan Berkat Harefa. NIM 8146175006. The Effect of Inquiry Training Learning and Scientific knowledge on Student’s Skill Process Science in Class X. Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan,

2016.

The aims of research were to analize: (1) Student’s skill proccess science by using inquiry training learning model better than direct intruction learning model; (2) Student’s skill process science who had under average better than above average category in scientific knowledge; and (3) the interaction between learning model and the level of scientific knowledge in fluencing student’s skill process science. The research was quasi-experimental research. The population of this research is all of thenth grade students of SMAN 3 Gunungsitoli. The sample of this researchconsist of grade with was taken by cluster random sampling were X2 and

X3 class.The research instrument consisted of skill process science essay test and

criticalthinking skills test data be analysed by using Two–way ANAVA. Result of theresearch showed that kill of the student science process (1) between inquiry training and direct intruction, where inquiry training better than direct intruction, (2) between group of student in the group of the students scientific knowledgeupon and under of mean, where scientific knowledge upon of mean better then scientific knowledge under of mean, (3) no interaction between inquiry training and scientific knowledge increased skill of student science process.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan Rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis

sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan

Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Pengetahuan ilmiah Siswa Kelas X”,

disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu menyelesaikan Tesis ini, mulai dari pengajuan judul

proposal penelitian sampai penyusunan Tesis, yakni kepada :

1. Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D sebagai pembimbing I

2. Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si sebagai Pembimbing II

3. Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M sebagai ketua Program Studi Pendidikan

Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED),

sekaligus sebagai narasumber dan penguji

4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai narasumber dan penguji

5. Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd sebagai narasumber dan penguji.

6. Prof. Dr. Belfrik Manullang sebagai Direktur Program Pascasarjana

Unimed

7. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai Rektor Universitas Negeri Medan

8. Ibu Kepala SMAN 3 Gunungsitoli, Ibu Joni Amin Gulo, S.Pd yang telah

mengizinkan penulis melakukan penelitian di SMAN 3 Gunungsitoli.

9. Ibu Suka N. Zebua, S.Pd dan semua Guru SMAN 3 Gunungsitoli yang

telah memberikan bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian.

10.Seluruh Civitas Akademika Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana

UNIMED yang telah banyak memberikan dorongan sehingga selesainya

(8)

iv

Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis sampaikan dan

persembahkan Tesis ini kepada keluarga saya tercinta,

Ayah saya Sidizatulo Harefa, A.Ma.Pd dan Ibu saya Ibena Gea, S.Th, dan

adik-adik saya Peterman Harefa, A.Md.Kep dan Pinta Niscaya Harefa serta tante saya

Adinia Harefa yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan, arahan, doa

serta semangat baik berupa materil maupun moril. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada orangtua kami A/I. Rico Harefa dan A/I. Evra yang selalu

mendukung dan membimbing selama berada di kota Medan, dan kepada seluruh

keluarga besar penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman

seperjuangan selama perkuliahan di Universitas Negeri Medan. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada Surya Harapani Zendrato dan teman-teman di

rumah kontrakkan Jln tombak 57A Medan. Kepada teman-teman di Pascasarjana

Universitas Negeri Medan dan terkhusus kepada semua sahabat saya di program

studi Pendidikan Fisika yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini jauh dari

kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Tesis ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga Tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Medan, April 2016

Penulis,

(9)

v

2.1.3. Model Pembelajaran Inquiry Training ... 16

2.1.4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) . 22 2.1.5. Teori Yang Mendukung Model Pembelajaran Inquiry 24 2.1.6. Berpikir Kritis ... 28

2.1.6.1. Cara peningkatan keterampilan berpikir kritis ... 30

2.1.7. Pengetahuan Ilmiah ... 30

2.1.7.1. Pengertian Pengetahuan Ilmiah ... 30

2.1.7.2. Pengetahuan Ilmiah dan dimensi Pengetahuan ... 32

2.1.8. Penelitian Yang Relevan ... 35

2.2. Kerangka Konseptual ... 37

(10)

vi

3.6.1. Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ... 47

3.6.2. Instrumen Pengetahuan ilmiah ... 48

4.2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 68

4.2.1. Hipotesis Pertama ... 73

4.2.2. Hipotesis Kedua ... 74

4.2.3. Hipotesis Ketiga ... 75

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

(11)

vii

4.3.2 pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki

keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata ... 83 4.3.3 Interaksi antara model pembelajaran dengan

keterampilan berpikir kritis siswa dalam

meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 88 5.2. Saran ... 89

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dampak Intruksional dan Pengiring Model

Inquiry Training ... 20

Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 46

Gambar 4.1. Grafik nilai rerata pretes dan postes kelas kontrol

dan kelas eksperimen ... 63

Gambar 4.2. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan

keterampilan berpikir kritis Siswa Terhadap

Pengetahuan Ilmiah ... 76

Gambar 4.3. Hubungan model pembelajaran dengan nilai

rata-rata pengetahuan ilmiah... 81

Gambar 4.4. Hubungan keterampilan berpikir kritis dengan nilai

rata-rata pengetahuan ilmiah... 84

Gambar 4.5. Hubungan Model Pembelajaran dan Keterampilan

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fase-Fase Model Pembelajaran Inquiry Training... 19

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Langsung ... 22

Tabel 2.3. Perbedaaan Teacher Centered dengan Student Centered.. 24

Tabel 2.4. Penelitian yang relevan ... 40

Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian ... 43

Tabel 3.2. Desain Penelitian Anava... 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 47

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Pengetahuan ilmiah ... 48

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Butir Soal ... 51

Tabel 3.6. Ringkasan Anava Dua Jalur... 57

Tabel 4.1. Nilai Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60

Tabel 4.2. Nilai Rerata Pretes Kategori Butir Soal Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 61

Tabel 4.3. Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 61

Tabel 4.4. Nilai Rerata Postes Kategori Butir Soal Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 62

Tabel 4.5. Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen, Kelas Kontrol dan Kedua Kelas ... 63

Tabel 4.6. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64

Tabel 4.7. Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen .. 65

Tabel 4.8. Uji Homogenitas Data Pretes dan Data Postes ... 66

Tabel 4.9. Uji Kesamaan Pretes Pengetahuan ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67

Tabel 4.10. Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 68

Tabel 4.11. Data Faktor antar Subjek ... 69

Tabel 4.12. Uji Homogenitas Antar Kelompok ... 70

Tabel 4.13. Statistik Deskriptif Model Pembelajaran dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 70

Tabel 4.14. Hasil Uji Anava ... 72

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 94

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 106

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 117

Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa 1 ... 129

Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa 2 ... 134

Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa 3 ... 138

Lampiran 7. Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 146

Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Pengetahuan ilmiah ... 154

Lampiran 9. Deskriptor Penilaian Pengetahuan ilmiah ... 161

Lampiran 10. Validitas Tes Pengetahuan ilmiah ... 163

Lampiran 11. Tabel Tingkat Kesukaran Pengetahuan ilmiah ... 165

Lampiran 12. Perhitungan Uji Reliabilitas ... 166

Lampiran 13 . Uji Normalitas Dan Histogram Data Penelitian Dengan Menggunakan Spss 17 ... 168

Lampiran 14. Data Pretes dan Postes Pengetahuan ilmiah Kelas Eksperimen ... 172

Lampiran 15. Data Pretes dan Postes Pengetahuan ilmiah Kelas Kontrol ... 174

Lampiran 16. Tabulasi Tes Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 176

Lampiran 17. Uji Hipotesis Anava Dua Jalur ... 178

Lampiran 18. Uji Scheff ... 179

Lampiran 19. Rubrik Penilaian LKS ... 180

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

kehidupan dan perkembangan manusia. Pendidikan yang ideal hakikatnya selalu

bersifat antisipatif dan prepatoristik, yakni selalu mengacu ke masa depan, dan

selalu mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan masa depan yang jauh

lebih baik, bermutu, dan bermakna (Lasmawan W, 2015). Pengaruh pendidikan

dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan kehidupan

masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Besarnya

pengaruh pendidikan dalam kehidupan ditentukan oleh kualitas pendidikan itu

sendiri (Ataha. 2013:12). Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional,

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakan kreatif mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab (Anggela, 2013).

Fisika sebagai salah bagian dari sains dimasukkan dalam kurikulum

pelajaran di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Tujuan

pembelajaran fisika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang

tercermin melalui kemampuan berfikir logis, sistematis dan mempunyai sifat

objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan (Neizhela, 2015).

(16)

2

agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan

ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta keterampilan berpikir kritis dan

kreatif. Siswa yang memperoleh pembelajaran fisika diharapkan nantinya akan

memiliki sikap ilmiah sebagai komponen afektif, pengetahuan/wawasan sains

sebagai komponen kognitif serta memiliki keterampilan proses sains sebagai

komponen psikomotorik. Gage (dalam Wartono, 2003) mengungkapkan bahwa

dalam mengembangkan keterampilan proses sains anak harus dibuat kreatif, ia

akan mampu mempelajari IPA ditingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang

singkat.

Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru, tetapi guru hanya

berperan sebagai fasilitator dan bukan satu satunya sumber informasi bagi siswa.

Sebaliknya siswa sebagai subyek proses pembelajaran diberi keleluasaan yang

sangat luas untuk menentukan pencapaian kompetensi yang harus ia raih. Siswa

juga yang harus lebih aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang

dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu

dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran fisika siswa harus dimberikan kesempatan untuk

lebih aktif. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif meningkatkan

pemahaman dan penyimpanan informasi, dan bahwa hal itu

efektif untuk mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi (Konopka,

2015). Siswa perlu diberikan kesempatan dalam berperan memecahkan masalah

seperti yang dilakukan para ilmuan, agar mereka mampu memahami

konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri (Winataputra, 1993:62). Bruner (dalam

(17)

3

hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala

sesuatu yang dipelajari. Jika pembelajaran yang berpusat kepada siswa terus

diterapkan dengan baik dan dikembangkan dalam pembelajaran fisika, maka

bukan hanya kognitif siswa yang akan berkembang tetapi juga sikap dan

psikomotorik mereka juga akan mengalami peningkatan.

Mata pelajaran fisika merupakan salah satu yang diujikan dalam ujian

nasional di tingkat sekolah menengah atas. Mata pelajaran fisika yang masuk

dalam ujian nasional membuat sebagian guru menggunakan metode konvensional

atau ceramah tanpa memberikan pengalaman eksperimental (Santoso, 2015). Pada

kenyataannya dalam proses pembelajaran guru mengajarkan konsep melalui

kegiatan yang kurang berpusat pada siswa. Siswa tidak dilibatkan secara aktif

sehingga kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan proses

berpikirnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang menyebabkan isi

pembelajaran fisika dianggap sebagai hapalan, siswa dapat menyatakan konsep di

luar kepala tetapi tidak mampu memaknai maknanya. Siswa yang belajar dengan

hafalan tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah (Dahar, 1991:111).

Model pembelajaran yang digunakan selama ini cenderung model

pembelajaran Direct Instruction dengan metode yang digunakan guru tanya jawab

dan ceramah. Didalam model ini, menghafal hukum atau rumus tertentu

merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana (Trianto, 2005: 120). Selain

itu pemanfaatan Laboratorium yang belum maksimal dikarenakan guru yang

bersangkutan tidak mau direpotkan dengan tugas tugas tambahan, sehingga siswa

(18)

4

proses, dengan demikian siswa menganggap bahwa fisika itu kurang menarik dan

membosankan

Selama proses pembelajaran, guru jarang mengajak siswa melakukan

pengamatan atau praktikum untuk materi yang sedang dipelajari secara nyata.

Sebagai gantinya guru melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi

dilakukan karena guru memiliki pertimbangan bahwa kegiatan demonstrasi tidak

menghabiskan waktu yang banyak dan dapat menyelesaikan materi dengan cepat.

Penerapan pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa kurang mampu

melakukan praktikum, sehingga kemampuan siswa seperti melakukan

pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data,

mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat

mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak

tampak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMAN 3 Gunungsitoli,

Kota Gunungsitoli kepada salah satu guru Fisika, mengungkapkan bahwa hasil

belajar siswa yang dicapai di kelas X tergolong rendah. Selain itu pemahaman

fisika dan pengetahuan ilmiah siswa juga rendah sehingga menyebabkan siswa

kesulitan dalam mengerjakan persoalan fisika yang membutuhkan penyelesaian

secara analisis dan matematis. Oleh karena itu seorang guru harus mampu

membuat variasi model model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

agar dapat menciptakan suasana dan kondisi kelas lebih hidup (aktif) agar proses

belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang

(19)

5

Kemampuan Fisika siswa akan lebih berhasil jika diterapkan model

pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa mencari, menemukan dan

memahami Fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun konsep-konsep

Fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan atau mungkin

diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu usaha yang dilakukan peneliti

untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model Inquiry salah satunya adalah

dengan menggunakan model Inquiry Training.

Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa

secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat

memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.

Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan

mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan

pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya (Joyce,

2009: 201).

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi

Inquiry Training dalam pembelajaran, yakni hasil penelitian Vaishnav (2013)

menyimpulkan bahwa Pengembangan model Inquiry Training pada mata

pelajaran IPA untuk siswa kelas VI telah terbukti efektif dalam hal prestasi siswa

dibandingkan dengan metode konvensional. Model Inquiry Training berpengaruh

signifikan terhadap perkembangan kognitif, afektif siswa & tingkat pembelajaran.

Penelitian Kazempour (2013) menyimpulkan bahwa inquiry has effects on

student’s critical thinking and the social creative's perspective. Ostlund (dalam

Ergul, 2011) menyatakan Science process skills (SPS) are building-blocks of

(20)

6

using inquiry-based learning environment in different disciplines can be provided.

Thompson (2011) menyimpulkan bahwa para siswa lebih mungkin untuk

menghargai dan mengembangkan karakteristik dari pemikir kritis yang

diperlengkapi untuk berfungsi dan berperan dalam pengembangan masyarakat

global yang dinamis. Njoroge, dkk (2014) menyimpulkan bahwa hasil penelitian

menunjukan bahwa dengan pembelajaran inkuiri berbasis pendekatan

mengakibatkan nilai siswa dalam prestasi fisika lebih tinggi. Penelitian ini

merekomendasikan lembaga pelatihan guru di Institut Kenya harus

memberlakukan pendekatan ini agar fisika disukai oleh siswa di sekolah

menengah Kenya

Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif mengajukan

pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta

memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi

intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas

pertanyaan tersebut. Model pembelajaran Inquiry Training dimulai dengan

menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Ishler (dalam

Suparno, 2007) lebih menjelaskan inquiry sebagai model pembelajaran yang

melibatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik untuk menganalisis dan

memecahkan persoalan secara sistematik. Keterampilan berpikir kritis mempunyai

pengaruh pada keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran inkuiri.

Berpikir kritis merupakan keharusan dalam usaha pemecahan masalah,

pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan

penemuan-penemuan keilmuan. Berpikir kritis diterapkan siswa untuk belajar

(21)

7

memecahkan masalah secara inovatif dan mendesain solusi yang mendasar.

Proses berpikir kritis hanya dapat muncul kalau ada keterbukaan pikiran,

kerendahan hati dan kesabaran. Kemampuan ini membantu seseorang memahami

sepenuhnya suatu kejadian. Berpikir kritis tetap menjaga keterbukaan pikiran

selama dia mencari untuk mendapatkan alasan, bukti dan kebenaran logika.

(Sanjaya 2009:4)

Penerapan proses belajar mengajar di Indonesia kurang mendorong pada

pencapaian kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran di dalam kelas

diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi. Padahal

keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal

intelektual yang sangat penting bagi setiapa orang dan merupakan bagian yang

fundamental dari kematangan manusia. Oleh karena itu pengembangan

keterampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa disetiap jenjang

pendidikan. Dua faktor penyebab tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis

selama ini adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang

luas sehingga pengajar lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya

pemahaman mengajar tentang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Permasalahan lainnya yang ditemukan adalah

rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa yang terlihat dari kualitas pertanyaan

dan jawaban siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. (Sanjaya, 2009: 1)

Model pembelajaran inquiry training merupakan rangkaian kegitan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis

untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

(22)

8

dan siswa. Inti sari dari pembelajaran inquiry adalah memberi pembelajaran siswa

untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan

dunia nyata. Pada pembelajaran inquiri guru harus merencanakan situasi

sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja seperti seorang peneliti dengan

menggunakan prosedur mengenali permaslahan, menjawab pertanyaan,

investigasi dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis dan penjelasan yang

kompatibel dengan pengalaman pada dunia nyata. (Sanjaya, 2009:131). Model

pembelajaran Inquiry Training akan meningkatkan pemahaman ilmu

pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan

dalam memperoleh dan menganalisis informasi, tetapi latihan ini seefisien metode

pengulangan dan pengajaran yang dibarengi dengan pengalaman-pengalaman

laboratorium, (Joyce, 2011: 13).

Pengetahuan ilmiah merupakan sebagai alat bagi manusia dalam

memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada

dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Dengan ilmu

manusia memanipulasi dan menguasai alam. Dengan mempelajari alam manusia

dapat mengembangkan pengetahuan. Pengetahuan berkembang melalui

pengalaman dan rasionalisme yang didukung oleh metode mencoba.

(Suriasumantri. 1990 :105-106). Dalam model pembelajaran inquiry training

siswa dilatih agar terampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui

aktivitas berpikir dengan mengikuti prosedur (metode) ilmiah, seperti, terampil

melakukan pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan

(23)

9

keterampilan proses sains yang dimilikinya dalam memproses dan menemukan

sendiri pengetahuan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan

Keterampilan Berfikir Kritis Terhadap Pengetahuan Ilmiah Siswa Kelas X”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan Ilmiah siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari

rendahnya hasil belajar fisika siswa.

2. Siswa kurang tertarik pada pelajaran fisika

3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih banyak yang

menggunakan pembelajaran Direct Instruction.

4. Penggunaan model pembelajaran fisika yang digunakan belum dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan

mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang

menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry

Training dan pembelajaran Direct Instruction.

2. Variebel moderator dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis

(24)

10

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan - pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran inquiry

training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct Instruction?

2. Apakah pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan berpikir

kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan

berpikir kritis dibawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan

berpikir kritis siswa dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Menganalisis pengetahuan ilmiah siswa dengan model pembelajaran

inquiry training lebih baik dari pada model pembelajaran Direct

Instruction.

2. Menganalisis pengetahuan ilmiah siswa yang memiliki keterampilan

berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki

keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata.

3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan

(25)

11

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk

model pembelajaran yang dapat digunakan guru, sehingga siswa dapat

mengembangkan aspek kemampuan dasar yang mencakup aspek kognitif,

afektif dan pengetahuan ilmiah siswa.

2. Model pembelajaran ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru-guru Fisika

dalam upaya perbaikan proses pembelajaran, karena model ini

mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai upaya

meningkatkan pengetahuan ilmiah siswa.

3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran inquiry training ini

dapat memperoleh pengalaman dalam pembelajaran

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan

penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan

definisi operasional:

1. Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa

secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat

memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.

Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan

mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk

mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa

(26)

12

2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang

tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal

permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

3. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dan

dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan

menggunakan cara kerja atau metode ilmiah (Aziz, 2009). Pengetahuan

ilmiah juga merupakan sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan

berbagai persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada dasarnya

adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Dengan ilmu

manusia memanipulasi dan menguasai alam. Dengan mempelajari alam

manusia dapat mengembangkan pengetahuan. Pengetahuan berkembang

melalui pengalaman dan rasionalisme yang didukung oleh metode

(27)

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa menggunakan pembelajaran

inquiry training lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pengetahuan

ilmiah siswa menggunakan model pembelajaran direct intruction. Hasil nilai

rata-rata postes dari penelitian yang menggunakan model pembelajaran direct

intruction adalah 51,66 dan yang menggunakan pembelajaran inquiry

training adalah 75,93.

2. Kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa pada kelompok keterampilan

berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik dibandingkan kemampuan

pengetahuan ilmiah fisika siswa pada kelompok keterampilan berpikir kritis

di bawah rata-rata. Nilai rata-rata pengetahuan ilmiah pada keterampilan

berpikir kritis dibawah rata-rata adalah 53,00 dan nilai rata-rata hasil belajar

pengetahuan ilmiah pada keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata sebesar

73,25.

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan

(28)

89

5.2. Saran

1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk

meningkatkan kemampuan pengetahuan ilmiah fisika siswa

2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu yang lebih lama karena

waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dan dibelajarkan

dengan pembelajaran direct intruction masih sangat kurang, sebab

disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.

3. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan

pembelajaran

4. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry

training lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki keterampilan

berpikir kritis diatas rata-rata karena dapat meningkatkan pengetahuan ilmiah

siswa

5. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan

model pembelajaran inquiry training, maka sebaiknya siswa mulai dilatih

untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika

agar memiliki respon yang cepat akan melakukan model pembelajaran

inquiry trainng

6. untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih banyak

(29)

90

DAFTAR PUSTAKA

Aljaafreh, A. 2013. The effect of using the Directed Inquiry Strategy On The Development Of Critical Thinking Skills And Achievement In Physics Of The Tenth Grade Students In Shouterm Mazar. Journal of Education and

Practice, Vol.4.

Akpullukçu, S. 2011. The Effect Of Inquiry Based Learning Environment in Science and Technology Course on the Students’ Academic Achievements. Western Anatolia Journal Of Education Science, ISSN 1308-8971

Arends, R.I., 2008. Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar Edisi

ketujuh/jilid I, Buku Sat. Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Ataha, C. 2013. An investigation of scientific attitude among students in senior Secondary Schools in Edo South Senatorial District, Journal of education

and Practice,Volume 4.

Aziz, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Dahar, R, W. 1991. Teori Teori Belajar .Jakarta:Erlangga

Dimyati, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Ennis. 1996. Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.

Ergul, R. 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School Students’ Science Process Skills And Science Attitudes.Bulgarian

Journal of Science and Educationn Policy (BJSEP), Volume 5.

Fisher, A. 2001. Critical Thinking An Introduction. New York: Cambridge University Press

Haryani, D. 2012. Membentuk siswa berpikir kritis melalui pembelajaran

matematika. Makalah dipresentasikan dalam seminar nasional matematika

dan pendidikan matematika. Universitas Palangkaraya, ISBN: 978-979-16353-8-7

Hassoubah. 2004. Developing Creative and Critical Thingking Skill, Cara

Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung : Yayasana Nuansa Cendekia

Hifni, M. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media

(30)

91

Joyce, B. 2009.Models of Teaching, Edisi Delapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Kazempour, E. 2013. The Effects Of Inquiry-Based Teaching On Critical Thinking Of Students. Journal of Social Issues & Humanities, Vol 1.

Konopka, C.L. 2015. Active Teaching and Learning Methodologies: Some Considerations. Scientific Research Publishing Inc.

Krathwohl, D. R. 2002. A revision of Bloom's Taxonomy: an overview Theory

Into Practice, College of Education, The Ohio State University Learning Domains or Bloom's Taxonomy: The Three Types of Learning.

Lasmawan, W. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran E-learning Mata Kuliah Wawasan Pendidikan Dasar, Telaah Kurikulum Pendidikan Dasar, Pendidikian IPS Sekolah Dasar, Perspektif Global dan Problematika Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 4

Liliasari,M, T. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya

Dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri

Makassar.

Maufur, Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan, Semarang: Sindur Press, 2009

McGregor, D. 2007, Developing Thinking; Developing learning. A Guide to

Thinking Skills in Education, New York, McGraw Hill Open University

Press.

Neizhela, A. 2015. Meningkatan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Metode Think Pair Share Materi Kalor Pada Siswa SMP. Unnes

Physics Education Journal.

Ngatiqoh, S. 2012. Pengaruh motivasi berprestasi dan kreativitas berpikir

terhadap prestasi belajar IPA (Fisika) kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 201/2012. 1(1) : 24-27.

Njoroge. 2014. Effects of inquiry-based teaching approach on Secondary school student’s achievement and Motivation in physics in nyeri county, Kenya.

International Journal of Academic Research in Education and Review,

Vol. 2 (1)

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pandey A., 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India.

(31)

92

Ramadhani, I. 2015. Efek model pembelajaran berbasis proyek dengan strategi

Think Talk Write dan Kreativitas Ilmiah terhadap kemampuan berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA. Medan : Pascasarjana Unimed

Redhana, I, W. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis SiswaMelalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah.Jurnal

Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.

Remziye, 2011. The Effects of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills And Science Attitudes. Bulgarian

Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol 5.

Rilley, 1971. The Effect Of Science Process Training On Preservice Elementary

Teacher’ Process Skill Abilities, Understanding Of Science, And Attitudes Towardscience And Science Teaching. College of Education The

University of Delaware Newark.

Rustaman, N,Y. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santoso, A. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Alat-Alat Optik Kelas X di SMA Negeri 1 Plaosan, Magetan. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 4.

Siddiqui, M. 2013. Synetics model of teaching: developing creativity skills of individuals and groups of society. Indian Journal of Applied

Researc,Volume 3.

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Suharsismi, A. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Suparno, P. 2007. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

(32)

93

Susanti, A. Pembelajaran Biologi menggunakan Inquiry Training dengan Vee Diagram dan KWL Chart ditinjau dari Keterampilan berpikir kritis dan kemampuan penalaran formal. Jurnal Inquiry. Vol 3.

Sutikno, M.S, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok : Holitica Lombok

Thompson C. 2011. Critical Thinking across the Curriculum: Process over Output. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1

Thoyibi, M. 2000. Psikologi Islami. Surakarta : Muhammadiyah University Press,

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka

Usman, M. 1993. Belajar Mengajar. Bandung: Renga kosda Karya

Vaishnav, R. 2013. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. An International Peer Reviewed, Scholarly Research Journal for

Interdiciplinary Studies.

Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Fisika FPMIPA UNM

Winataputra, U.S. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Strata D-II.

Gambar

Gambar 3.1.  Tahapan Alur Kerja Penelitian ........................................

Referensi

Dokumen terkait

Minyak yang mempunyai komposisi asam lemak tertentu, beta-karoten dan tokoferol serta tidak toksik (LD50 non toksik) memiliki khasiat

Slamet Supriyadi, M.Pd, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

Perlakuan methyl jasrnonate konsentrasi yang rendah meningkatkan produksi senyawa aroma volatile pada buah yang matang penuh dan matang setengah, dan meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kandungan formaldehid pada piring melamine yang diperjualbelikan di masyarakat.Piring melamine merupakan peralatan

[r]

Tesis yang berjudul : “ PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan penelitian .... Manfaat penelitian ... Laporan keuangan dan Kinerja Keuangan ... Definisi laporan keuangan...

Setiap terjemahan Al-qur’an memiliki makna yang berbeda-beda, dalam terjemahan surat Luqman terdapat kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat relasi makna antar klausa, pada