• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan efektivitas kombinasi zink-probiotik dengan zink tunggal dalam mengurangi keparahan diare akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan efektivitas kombinasi zink-probiotik dengan zink tunggal dalam mengurangi keparahan diare akut"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KOMBINASI ZINK-PROBIOTIK

DENGAN ZINK TUNGGAL DALAM MENGURANGI

KEPARAHAN DIARE AKUT

TESIS

MUHAMMAD HATTA 067103009/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KOMBINASI ZINK-PROBIOTIK DENGAN ZINK TUNGGAL DALAM MENGURANGI KEPARAHAN DIARE AKUT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik(Anak)

dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak-Spesialis pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

MUHAMMAD HATTA 067103009/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Perbandingan efektivitas kombinasi zink-probiotik

dengan zink tunggal dalam mengurangi

keparahan diare akut

Nama : Muhammad Hatta

Nomor Induk Mahasiswa : 067103009/IKA

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Supriatmo, SpA(K)

Anggota

Dr. Muhammad Ali, SpA(K)

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) Dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)

(4)

Tanggal: 10 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Supriatmo, SpA(K) ...

Anggota : 1. Dr. Muhammad Ali, SpA(K) ...

2. Prof. Dr. Gontar A. Siregar, SpPD(KGEH) ...

3. Dr. Lily Irsa, SpA(K) ...

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas

akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak di

FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua

pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Dr. Supriatmo, SpA(K), Dr. Muhammad Ali,

SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran

yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian

tesis ini.

2. Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K) yang telah sangat banyak

(6)

3. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan

Dokter Spesialis Anak FK- USU dan Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K),

sebagai sekretaris program yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Ketua Departemen

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik

Medan periode 2003-2006 dan Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K),

selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

USU/RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan bantuan

dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU /

RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan

pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini

6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. Dr. H. Syahril Pasaribu,

DTM&H, MSC(CTM), SpA(K), serta Rektor Universitas Sumatera

Utara periode sebelumnya Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H,

SpA(K), dan Dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan

untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK-

USU

7. Dr. Hj. Sugiani Sinulingga, Sp.A, Dr. Hj. Berlian Hasibuan, Sp.A, dan

Dr. Hj. Feraluna Nasution, Sp.A yang telah memberikan saya izin dan

(7)

8. Ade Saifan Surya, Wagito, Syamsir Alam, Nanda Susanti Milyana,

Juliana, dan Dina Olivia Napitupulu yang selama empat tahun

bersama-sama dalam suka dan duka serta teman sejawat PPDS

Departemen Ilmu Kesehatan Anak dan semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan

tesis ini.

9. Teristimewa untuk istri tercinta Hellena yang telah banyak memberikan

dorongan dan semangat, juga orangtua yang tercinta H. Amran, dan

Hj. Lina Malinda, serta H. Ramli Pakeh, dan Hj. Susi Hartati, serta

adik-adik yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan

moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Terima

kasih atas doa, pengertian, dan dukungan selama penulis

menyelesaikan pendidikan ini, semoga budi baik yang telah diberikan

mendapat imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Diare Akut dan Tatalaksananya 4 2.2. Manfaat Zink pada Diare Akut 7 2.3. Mekanisme Kerja Zink pada Diare Akut 9 2.4. Probiotik sebagai Terapi Diare Akut 10 2.5. Kombinasi Zink dan Probiotik pada Terapi Diare Akut 11 2.6. Kerangka Konseptual 13

Bab 3. Metode Penelitian

3.1. Desain Penelitian 14

3.2. Tempat dan Waktu penelitian 14

3.3. Populasi dan sampel 14

3.4. Perkiraan Besar Sampel 14

3.5. Kriteria Penelitian 15

3.6. Persetujuan/Informed consent 16

3.7. Etika Penelitian 16

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 17

3.9. Identifikasi Variabel 19

3.10. Definisi Operasional 20

3.11. Pengolahan dan Analisis Data 23

Bab 4. Hasil Penelitian 24

(9)

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan 35

6.2 Saran 35

Bab 7. Ringkasan 36

Daftar Pustaka 40

Lampiran

1. Surat Persetujuan Setelah Penjelasan 2. Lembar Penjelasan 3. Lembar Kuesioner 4. Lembar Pemantauan Lama dan frekuensi Diare

5. Lembar Persetujuan Komite Etik 6. Riwayat Hidup

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penentuan derajat dehidrasi pada diare 5

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 25

Tabel 4.2. Frekuensi diare/hari setelah terapi 26 Tabel 4.3. Frekuensi, lama diare, dan masa rawatan setelah

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 13

Gambar 3.1. Alur Penelitian 19

Gambar 4.1. Profil Penelitian 24

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu BAB : Buang Air Besar CFU : Colony Forming Unit

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

dkk : dan kawan-kawan

FAO : Food and Agriculture Organization IK : Interval Kepercayaan

kg : kilogram

mg : milligram

PT : Perseroan Terbatas RSU : Rumah Sakit Umum

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga SPSS : Statistical Package for Social Science SUSENAS : Survey Sosial Ekonomi Nasional

SD : Standar Deviasi

(13)

DAFTAR LAMBANG

 : Kesalahan tipe I

 : Kesalahan tipe II n : Jumlah subjek / sampel P : Proporsi

P1 : Proporsi sembuh untuk kelompok I P2 : Proporsi sembuh untuk kelompok II Q : 1 – P

Q1 : 1 – P1

Q2 : 1 – P2

z : Deviat baku normal untuk  z : Deviat baku normal untuk 

P : Tingkat kemaknaan

® : Nama dagang

> : Lebih besar dari < : Lebih kecil dari

(14)

ABSTRAK

Latar Belakang Insiden diare di Indonesia semakin menurun dalam lima tahun terakhir, namun angka kematian pada balita masih tinggi, diperlukan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif. Studi tentang penanganan diare akut telah banyak dilakukan, terutama zink dan probiotik. Namun belum diketahui apakah kombinasi keduanya lebih baik dibandingkan zink tunggal dalam mengurangi keparahan diare akut.

Tujuan Membandingkan efektivitas kombinasi zink-probiotik dengan zink tunggal dalam mengurangi keparahan diare akut.

Metode Uji klinis acak terbuka, dilakukan pada anak usia 1 bulan sampai 5 tahun di ruang rawat inap RSUP. Haji Adam Malik dan RSU. Dr. Pirngadi, Medan, Sumatera Utara, pada Juli 2009 sampai Januari 2010. Sampel diacak menjadi dua kelompok, kelompok I diberikan zink sulfat 10 mg/hari untuk usia < 6 bulan, dan 20 mg/hari untuk usia ≥ 6 bulan yang dikombinasi dengan probiotik (heat killed Lactobacillus sp) 3x1010 CFU/hari peroral, selama 10 hari. Kelompok II hanya diberikan zink sulfat dengan dosis yang sama. Keparahan diare ditentukan berdasarkan frekuensi diare dan lamanya diare setelah pemberian terapi. Untuk membandingkan perbedaan antara kedua kelompok digunakan uji t independen.

Hasil Delapan puluh anak yang memenuhi kriteria inklusi berpartisipasi pada studi ini, kemudian diacak menjadi dua kelompok, 40 anak menerima terapi kombinasi zink-probiotik dan selebihnya menerima zink tunggal. Didapatkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Frekuensi diare setelah terapi yang lebih rendah (2.1 vs 3.1, P = 0.001), dan lama diare yang lebih singkat pada kelompok kombinasi dibandingkan dengan kelompok zink tunggal (52.1 vs 72.6, P = 0.001).

Kesimpulan Kombinasi zink-probiotik lebih efektif mengurangi keparahan diare akut pada balita.

(15)

ABSTRACT

Bacground The incidence of diarrhea in Indonesia has declined in the last five years, but the mortality rate in under five years old is still high, appropriate and comprehensive management is essential. Many studies described the management of diarrhea, especially zinc and probiotics. It is not yet known whether a combination of both is better than single zinc in reducing the severity of acute diarrhea.

Objective To compare the efficacy of zinc-probiotic combination with zinc in reducing the severity of acute diarrhea.

≥ 6 months

10

CFU/day oral, for 10 days. Group II only recieved zinc sulphate with equal dose. The establishment of severity was based on the frequency of diarrhea (times/day) and the duration of diarrhea (hours) after drug consumption. t-Test was used in this study.

Result Eighty samples were enrolled and randomised into two groups, 40 children received zinc-probiotic combination and the remainder received single zinc. The result revealed significant difference in frequency of diarrhea (2.1 vs 3.1 P = 0.001), and duration of diarrhea (52.1 vs 72.6 p = 0.001) in combination group compared to zinc group.

Conclusion Combination of zinc-probiotic is effective in reducing the severity of acute diarrhea among children under five years old.

Keywords: Acute diarrhea, zinc, probiotic.

(16)

ABSTRAK

Latar Belakang Insiden diare di Indonesia semakin menurun dalam lima tahun terakhir, namun angka kematian pada balita masih tinggi, diperlukan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif. Studi tentang penanganan diare akut telah banyak dilakukan, terutama zink dan probiotik. Namun belum diketahui apakah kombinasi keduanya lebih baik dibandingkan zink tunggal dalam mengurangi keparahan diare akut.

Tujuan Membandingkan efektivitas kombinasi zink-probiotik dengan zink tunggal dalam mengurangi keparahan diare akut.

Metode Uji klinis acak terbuka, dilakukan pada anak usia 1 bulan sampai 5 tahun di ruang rawat inap RSUP. Haji Adam Malik dan RSU. Dr. Pirngadi, Medan, Sumatera Utara, pada Juli 2009 sampai Januari 2010. Sampel diacak menjadi dua kelompok, kelompok I diberikan zink sulfat 10 mg/hari untuk usia < 6 bulan, dan 20 mg/hari untuk usia ≥ 6 bulan yang dikombinasi dengan probiotik (heat killed Lactobacillus sp) 3x1010 CFU/hari peroral, selama 10 hari. Kelompok II hanya diberikan zink sulfat dengan dosis yang sama. Keparahan diare ditentukan berdasarkan frekuensi diare dan lamanya diare setelah pemberian terapi. Untuk membandingkan perbedaan antara kedua kelompok digunakan uji t independen.

Hasil Delapan puluh anak yang memenuhi kriteria inklusi berpartisipasi pada studi ini, kemudian diacak menjadi dua kelompok, 40 anak menerima terapi kombinasi zink-probiotik dan selebihnya menerima zink tunggal. Didapatkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Frekuensi diare setelah terapi yang lebih rendah (2.1 vs 3.1, P = 0.001), dan lama diare yang lebih singkat pada kelompok kombinasi dibandingkan dengan kelompok zink tunggal (52.1 vs 72.6, P = 0.001).

Kesimpulan Kombinasi zink-probiotik lebih efektif mengurangi keparahan diare akut pada balita.

(17)

ABSTRACT

Bacground The incidence of diarrhea in Indonesia has declined in the last five years, but the mortality rate in under five years old is still high, appropriate and comprehensive management is essential. Many studies described the management of diarrhea, especially zinc and probiotics. It is not yet known whether a combination of both is better than single zinc in reducing the severity of acute diarrhea.

Objective To compare the efficacy of zinc-probiotic combination with zinc in reducing the severity of acute diarrhea.

≥ 6 months

10

CFU/day oral, for 10 days. Group II only recieved zinc sulphate with equal dose. The establishment of severity was based on the frequency of diarrhea (times/day) and the duration of diarrhea (hours) after drug consumption. t-Test was used in this study.

Result Eighty samples were enrolled and randomised into two groups, 40 children received zinc-probiotic combination and the remainder received single zinc. The result revealed significant difference in frequency of diarrhea (2.1 vs 3.1 P = 0.001), and duration of diarrhea (52.1 vs 72.6 p = 0.001) in combination group compared to zinc group.

Conclusion Combination of zinc-probiotic is effective in reducing the severity of acute diarrhea among children under five years old.

Keywords: Acute diarrhea, zinc, probiotic.

(18)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu manifestasi gangguan fungsi saluran cerna.

Umumnya episode diare adalah akut, pada keadaan tertentu dapat

berlangsung sampai berminggu – minggu atau disebut juga dengan diare

persisten.1 Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab kematian utama

pada bayi dan anak. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

2001 yang diselenggarakan Depkes RI diare menempati urutan ketiga (10%)

dari 10 penyebab kematian balita setelah gangguan perinatal (26%) dan

penyakit saluran nafas (26%).2

Studi pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia yang merupakan

analisis sekunder dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

2001 pada kelompok balita mendapatkan keluhan terbanyak adalah panas,

batuk dan pilek, serta diare, dimana balita merupakan kelompok ketiga

terbanyak menderita keluhan (35,1%) setelah kelompok usia lanjut (>65

tahun) dan kelompok usia 56-65 tahun.3

Walaupun persentase diare sebagai penyebab kematian pada anak di

Indonesia cenderung menurun 5 tahun terakhir tetapi angka kematian masih

tetap tinggi.2 Maka diperlukan penanganan yang komprehensif dan rasional.

Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh

(19)

Beberapa dekade terakhir ini telah banyak studi mengenai

penanganan diare akut khususnya pemakaian zink dan probiotik. Suatu

meta analisis mendapatkan bahwa suplementasi zink secara bermakna

menurunkan frekuensi, berat serta morbiditas diare akut.4 Pemberian

probiotik Lactobacillus sp juga terbukti efektif dalam penatalaksanaan diare

akut.5 Studi awal pemakaian kombinasi probiotik dan zink, memberikan diet

yang diberi tambahan kombinasi zink dan probiotik untuk terapi diare akut

pada anak di bawah usia 1 tahun, didapatkan penurunan berat dan lamanya

diare.6 Namun belum diketahui apakah kombinasi keduanya lebih baik

dibandingkan dengan pemberian zink tunggal untuk mengurangi keparahan

diare akut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

apakah kombinasi zink-probiotik lebih efektif dibandingkan pemberian zink

tunggal dalam mengurangi keparahan diare akut.

1.3. Hipotesis

Kombinasi zink-probiotik lebih efektif dibandingkan pemberian zink tunggal

(20)

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai terapi yang lebih efektif untuk

mengurangi keparahan diare akut, dengan kombinasi zink-probiotik ataukah

dengan pemberian zink tunggal.

1.5. Manfaat penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan di bidang

gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam tatalaksana diare akut.

2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan terapi yang lebih efektif maka

angka kesakitan dan kematian yang disebabkan diare akut pada anak

dapat berkurang.

3. Di bidang pengembangan penelitian:memberikan masukan terhadap

bidang gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam tatalaksana diare

(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare Akut dan Tatalaksananya

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥

3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau

tanpa darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah.7,8 Diare yang

berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung lebih

dari 14 hari disebut diare persisten. 8

Diare akut di negara berkembang umumnya merupakan diare infeksius

yang disebabkan virus, bakteri dan parasit. Pada diare infeksius terjadi

pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi serta

reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan

keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Selain itu

terjadi invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta

kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan

malabsorpsi. Bila penderita tidak mendapatkan penanganan adekuat pada

akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.7

Tujuan pengobatan diare akut pada anak menurut World Health

Organization (WHO) adalah:8

5. Pencegahan dehidrasi: bila tidak dijumpai tanda-tanda dehidrasi

(22)

7. Mencegah timbulnya kurang kalori protein:dengan cara memberikan

makanan selama diare berlangsung dan setelah diare berhenti

8. Mengurangi lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan

diare pada hari-hari mendatang: dengan memberikan zink dengan

dosis 10–20 mg selama 10–14 hari

Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi pada diare 8

Klasifikasi dehidrasi* Gejala/Tanda

Tanpa dehidrasi Ringan-sedang Berat

Keadaan umum Baik, Sadar Gelisah Letargi/Tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Rasa haus Minum biasa, tidak

haus

Sangat haus Tidak bisa minum

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

(≥ 2 detik)

 Pembacaan tabel dari kanan ke kiri.

 Kesimpulan derajat dehidrasi ditentukan bila dijumpai ≥ 2 gejala/tanda pada kolom

yang sama.

WHO menganjurkan pemberian oralit untuk mengganti cairan yang

hilang melalui diare, pemberian oralit berguna untuk mencegah terjadinya

dehidrasi dan mengobati dehidrasi (treatment) pada diare akut. Bila

pemberian oralit gagal dilakukan pemberian cairan secara intravena dan

penderita harus dirawat di rumah sakit.8 Pemberian cairan dilakukan

(23)

diberikan cairan rehidrasi 75 cc/kg berat badan selama 4 jam, sedangkan

pada dehidrasi berat diberikan 100 cc/kg berat badan dalam waktu 3 sampai

6 jam. 8,9

Antibiotika diberikan hanya pada kolera, disentri basiler, amubiasis

dan giardiasis atau adanya penyakit penyerta (sepsis, pneumonia, dan

lain-lain). Pemberian antidiare dan antimuntah tidak dianjurkan karena tidak

terbukti menguntungkan bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan usus atau

membuat bayi tertidur lama bahkan menimbulkan kematian pada bayi.8,9

Setelah rehidrasi selesai makanan segera diberikan walaupun diare

masih terus berlangsung, pemberian makanan bertujuan untuk mencegah

terjadinya kurang kalori protein karena anak yang menderita diare akan

kehilangan berat badan sebanyak 1% setiap harinya, mempercepat

rehabilitasi mukosa usus yang rusak dan mengurangi pemecahan lemak dan

protein tubuh sehingga mengurangi pembentukan asam-asam organik dan

mencegah terjadinya asidosis metabolik. 9 Selain itu ASI (Air Susu Ibu) pada

anak yang menderita diare harus tetap diberikan.9-11

Keberadaan oralit sebagai terapi pencegahan dehidrasi telah

menurunkan angka kematian yang disebabkan diare akut, dari 5 juta

anak/tahun menjadi 3.2 juta/tahun. Sayangnya oralit tidak dapat mengurangi

(24)

2.2. Manfaat Zink pada Diare Akut

Zink termasuk dalam trace element, yaitu elemen-elemen yang terdapat

dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan.

Sumber zink terbaik pada makanan adalah protein hewani terutama daging,

hati, kerang dan telur.13

Manfaat pemberian zink pada diare telah dibuktikan pada banyak studi

di berbagai negara terutama di negara berkembang. Umumnya studi tersebut

merupakan studi acak tersamar ganda. WHO juga telah merekomendasikan

pemberian zink untuk terapi diare akut,10 mg untuk anak usia < 6 bulan dan

20 mg untuk anak ≥ 6 bulan selama 10 sampai 14 hari.8

Studi di India mendapatkan penurunan keparahan dan lama diare

pada anak 6 sampai 35 bulan setelah pemberian zink glukonas serta

berkurangnya risiko untuk berlanjutnya diare.14 Studi di Nepal juga

mendapatkan berkurangnya lama diare pada anak penderita diare akut yang

diberikan zink.15

Di India dilakukan pemberian zink sulfat 15 mg (usia ≤ 12 bulan) atau

30 mg (usia ≥ 12 bulan) perhari dibagi menjadi 3 dosis selama 14 hari

bersama dengan oralit pada anak berusia 3 sampai 36 bulan dengan diare

akut nonkolera yang mengalami dehidrasi. Setelah terapi didapatkan

berkurangnya frekuensi buang air besar berair, lama, dan risiko berlanjutnya

(25)

Pemberian zink pada anak penderita kolera dilakukan di Bangladesh.

Pada anak berusia 3 sampai 14 tahun dengan diare kolera selain diberikan

antibiotika juga diberikan zink asetat 30 mg perhari dalam 2 dosis sampai

diare mengalami perbaikan atau sampai 7 hari, didapatkan penurunan lama

diare dan frekuensi buang air besar berair pada anak yang diberi zink

dibandingkan yang diberi plasebo.17

Studi pada anak berusia 6 sampai 9 bulan di Guatemala mendapatkan

berkurangnya kejadian diare akut dan kemungkinan untuk berlanjut menjadi

diare persisten pada anak yang mendapat suplementasi zink perhari selama

7 bulan.18 Hasil serupa juga didapatkan pada studi lain di Bangladesh dan

India.19,20 Suatu studi acak tersamar ganda di India menyimpulkan

suplementasi zink glukonas perhari selama 6 bulan menurunkan keparahan

diare akut pada anak yang berusia lebih dari 11 bulan dan anak dengan

kadar zink plasma rendah.21

Studi lain memberikan suplementasi zink asetat 70 mg/minggu selama

12 bulan pada anak berusia 2 sampai 12 bulan, dengan kesimpulan

rendahnya kejadian diare pada kelompok yang diberi suplemen zink

dibandingkan anak yang mendapatkan plasebo.22 Suplementasi zink pada

bayi dengan berat lahir rendah juga bermanfaat, dimana kejadian diare lebih

rendah pada bayi yang mendapat 5 mg zink sulfat sampai usia 1 tahun

(26)

menyimpulkan suplementasi zink mengurangi frekuensi, keparahan, serta

lamanya diare pada anak. 24,25

2.3. Mekanisme Kerja Zink pada Diare Akut

Mekanisme yang menjelaskan pengaruh zink terhadap diare kemungkinan

adalah sebagai berikut. Diare akut pada anak di negara berkembang

umumnya diare infeksius, zink mempunyai efek terhadap enterosit dan sel-sel

imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare. Zink terutama

bekerja pada jaringan dengan kecepatan turnover yang tinggi seperti saluran

cerna dan sistem imun dimana zink dibutuhkan untuk sintesa DNA dan

protein.26

Zink bekerja pada tight junction level untuk mencegah meningkatnya

permeabilitas usus, mencegah pelepasan histamin oleh sel mast dan respon

kontraksi serta sekretori terhadap histamin dan serotonin pada usus dan

mencegah peningkatan permeabilitas endotel yang diprakarsai TNFα yang

juga merangsang kerusakan permeabilitas epitel usus.26,27

Zink menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi

membran dengan cara berinteraksi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur

makromolekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan. Zink melindungi membran

dari efek agen infeksius dan dari peroksidasi lemak.27 Pada usus tikus,

defisiensi zink menurunkan absorpsi air dan natrium dan dapat

(27)

pada tikus didapatkan bahwa zink menginhibisi cAMP yang meningkatkan

sekresi klorida dengan menghambat saluran membran basolateral kalium.29

2.4. Probiotik sebagai Terapi Diare Akut

Probiotik berasal dari bahasa Yunani pro bios yang berarti untuk kehidupan.

Pada pertemuan para ahli yang digagas oleh The Food and Agriculture

Organization of the United Nations (FAO) dan WHO didefinisikan probiotik

sebagai mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah adekuat

dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan pejamu.30

Terdapat tiga genus bakteri asam laktat yang sering dipergunakan

sebagai probiotik: Lactobacillus, Bifidobacterium dan Streptococcus.31

Lactobacillus merupakan probiotik yang paling banyak diteliti manfaatnya

bagi manusia khususnya Lactobacillus rhamnosus strain GG (Lactobacillus

GG). Terdapat 22 studi yang telah dilakukan untuk membuktikan manfaatnya

bagi kesehatan, umumnya sebagai terapi diare akut pada anak dan secara

bermakna mengurangi keparahan diare akut.32,33

Satu studi membandingkan keefektivan 5 jenis probiotik dalam

mengurangi keparahan diare akut pada anak, dimana Lactobacillus GG 6 x

109 CFU (Colony forming units) yang diberikan 2 kali/hari selama 5 hari

sangat bermakna mengurangi lamanya diare dibandingkan dengan probiotik

(28)

Mekanisme Lactobacillus GG dalam mengurangi lama diare akut

diperkirakan karena bakteri tersebut menstabilkan mikroflora usus,

mengurangi lamanya shedding rotavirus dan mengurangi peningkatan

permeabilitas usus yang disebabkan oleh infeksi rotavirus dan secara

bersamaan meningkatkan fungsi IgA sekretori.35

Studi meta analisis pemberian Lactobacillus pada anak penderita

diare akut menyimpulkan pemberian Lactobacillus aman dan efektif sebagai

terapi diare akut, dari 9 studi acak tersamar ganda yang masuk dalam kriteria

inklusi 4 studi memakai Lactobacillus GG sebagai probiotik, 2 studi

Lactobacillus reuteri dan Lactobacillus acidophilus/Lactobacillus bulgaricus

dan 1 studi memakai heat killedLactobacillusacidophilus.5

Walaupun telah terbukti dapat mengurangi keparahan diare akut pada

anak, akan tetapi pemberian probiotik belum direkomendasikan oleh WHO

sebagai terapi baku.8

2.5. Kombinasi Zink dan Probiotik pada Terapi Diare Akut

Zink dan probiotik telah terbukti keefektivannya dalam mengurangi keparahan

diare akut. Satu studi memberikan kombinasi keduanya dalam terapi diare

akut dengan memberikan diet yang mengandung kombinasi probiotik dan

zink pada anak usia 6 sampai 12 bulan, dan secara bermakna menurunkan

keparahan diare akut, akan tetapi studi ini tidak membandingkan terapi

(29)

Zink dan probiotik bekerja pada tempat yang berbeda dalam

mengurangi keparahan diare akut, 26-29,35 maka merupakan hal yang rasional

(30)

2.6. Kerangka Konseptual

:Hal yang diamati dalam penelitian

Asupan parasit) di saluran cerna

Gangguan imunitas saluran cerna (IgA sekretori & limfosit T) Keseimbangan

(31)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis acak terbuka untuk menilai perbandingan

keefektivan kombinasi zink-probiotik (kelompok I) dan zink tunggal (kelompok

II) terhadap keparahan diare akut pada anak.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap anak RSUP H.Adam Malik dan

RSU Dr. Pirngadi Medan Sumatera Utara selama 7 bulan mulai Juli 2009

sampai Januari 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak yang mengalami diare akut tanpa memandang

etiologi. Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia 1 bulan

sampai 5 tahun selama bulan Juli 2009 sampai Januari 2010. Sampel adalah

populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4 Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk

(32)

n1 = n2 = (Z √2PQ + Z√P1Q1 + P2Q2 )2

(P1 – P2)2

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I

n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II

 = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%

Z = nilai baku normal = 1,96

 = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%

Z = 0,84

P1 = Proporsi efek terapi kelompok I = 98% = 0,98 4

Q1 = 1 – P1 = 0,12

P2 = Proporsi efek terapi kelompok II = 78 % = 0,78 6

Q2 = 1 – P2 = 0,22

P = P1+P2 = 0,88

2

Q = 1 – P = 0,12

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk

masing-masing kelompok sebanyak 40 orang.

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi

(33)

2. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dan berat

3. Orang tua bersedia mengisi informed consent

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan penyakit penyerta berat seperti gizi buruk, ensefalitis,

meningitis, sepsis, bronkopneumonia, dan keadaan immunocompromised.

2. Diare persisten

3. Telah mengkonsumsi probiotik atau zink 10 hari sebelumnya

3.6. Persetujuan / Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah

dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemberian kombinasi

zink-probiotik atau zink tunggal pada penderita diare akut. Formulir surat

pernyataan kesediaan terlampir dalam tesis ini.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas

(34)

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian Cara kerja

3.8.1. Dilakukan pemeriksaan fisik pada anak penderita diare akut dan

wawancara dengan orang tua atau pengasuh kemudian dilanjutkan

dengan pengisian kuisioner oleh orang tua atau pengasuh.

3.8.2. Dilakukan prosedur penanganan diare berdasarkan prosedur WHO

2005 seperti rehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi penderita dan

pemberian antibiotika pada diare yang disebabkan kolera dan disentri.

Penilaian derajat dehidrasi anak dengan diare akut berdasarkan

derajat dehidrasi WHO 2005.

3.8.3. Diare yang disebabkan kolera dan disentri dibedakan dengan diare

lain dengan cara menilai secara klinis jenis diare yang terjadi. Pada

kolera didapatkan jenis acute watery diarrhea dan tinja yang berbau

amis dan khas seperti air cucian beras,1,8 sedangkan pada disentri

dijumpai acute bloody diarrhea.8

3.8.4. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat persetujuan

orang tua dimasukkan dalam penelitian dan dibagi menjadi dua

kelompok secara acak dengan menggunakan randomisasi sederhana

memakai tabel random (terlampir).

3.8.5. Pada kelompok I diberikan terapi kombinasi zink-probiotik : zink sulfat

(Zincare®) 10 mg/hari (1/2 tablet) untuk usia < 6 bulan dan 20 mg/hari

(35)

Lactobacillus acidophilus (Dialac®) 3x1010 CFU/hari (1 sachet) peroral

selama 10 hari.

3.8.6. Pada kelompok II hanya diberikan zink sulfat (Zincare®) 10 mg/hari

(1/2 tablet) untuk usia < 6 bulan dan 20 mg/hari untuk usia ≥ 6 bulan

selama 10 hari. Dalam hal ini baik dokter maupun orang tua

mengetahui obat yang diberikan.

3.8.7. Probiotik diberikan dengan cara melarutkannya dalam susu ataupun

air putih matang. Tablet zink sulfat dilarutkan dengan 5 ml air putih

matang.

3.8.8. Dilakukan pemantauan lama dan frekuensi diare serta gejala

keracunan dan efek samping terapi selama pasien dirawat di rumah

sakit maupun setelah pulang ke rumah. Pemantauan di rumah

dilakukan dengan menghubungi orang tua atau pengasuh melalui

telepon. Kepada orangtua ataupun pengasuh ditanyakan beberapa

hal, antara lain: frekuensi BAB setelah kembali dari rumah sakit,

kejadian diare saat di rumah, dan apakah anak mengalami gejala

keracunan dan efek samping dari zink dan probiotik seperti demam,

(36)

Alur penelitian

Randomisasi sederhana

Kelompok kombinasi zink-probiotik

Kelompok zink tunggal Populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria inklusi

Penilaian keparahan diare akut (lama diare dan frekuensi diare) dan gejala

keracunan serta efek samping terapi

Gambar 3.1. Alur penelitian manfaat antara kedua kelompok intervensi

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas Skala

Jenis Obat Nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

Lama Diare Numerik

(37)

3.10. Definisi Operasional

3.10.1. Diare akut adalah pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥ 3

kali/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair)

dengan atau tanpa darah/ lendir dalam tinja, disertai atau tanpa

muntah yang berlangsung kurang dari 14 hari.

3.10.2. Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

3.10.3. Dehidrasi ringan sedang adalah keadaan kekurangan cairan dengan

gejala dan tanda keadaan umum penderita gelisah, mata cekung,

sangat haus dan turgor kulit kembali lambat.

3.10.4. Dehidrasi berat adalah keadaan kekurangan cairan dengan gejala

dan tanda keadaan umum penderita letargi, mata sangat cekung,

tidak bisa minum dan turgor kulit kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik).

3.10.5. Kombinasi zink-probiotik adalah tablet zink sulfat 20 mg produksi

Kalbe Farma dengan nama dagang “Zincare” dengan dosis 10

mg/hari (1/2 tablet) untuk usia < 6 bulan dan 20 mg/hari untuk usia ≥

6 bulan yang diberikan bersama dengan heat killed Lactobacillus

acidophilus produksi Kalbe Farma dengan nama dagang “Dialac”

dengan dosis 3x1010 CFU/hari selama 10 hari.

3.10.6. Zink tunggal adalah tablet zink sulfat 20 mg produksi Kalbe Farma

dengan nama dagang “Zincare” yang diberikan tanpa heat killed

(38)

3.10.7. Keparahan diare akut adalah beratnya diare akut yang dinilai

dari lamanya diare dan frekuensi diare penderita.

3.10.8. Frekuensi diare adalah jumlah kejadian diare dalam 24 jam.

3.10.9. Lama diare adalah waktu (dalam jam) yang dihitung sejak

mulai pengobatan sampai diare sembuh.

3.10.10. Diare dinyatakan sembuh apabila tinja sudah tidak cair atau

sudah berampas dalam delapan jam terakhir dan pasien sudah

diperbolehkan pulang ke rumah.

3.10.11. Diare kolera adalah diare yang ditandai dengan dijumpainya acute

watery diarrhea dengan tinja yang berbau amis khas seperti air

cucian beras.

3.10.12. Diare disentri adalah diare yang ditandai dengan dijumpainya acute

bloody diarrhea atau adanya laporan orangtua adanya darah pada

tinja.

3.10.13. Penyakit penyerta adalah semua penyakit berat yang ada saat diare

akut terjadi seperti gizi buruk, ensefalitis, meningitis, sepsis,

bronkopneumonia, dan keadaan immunocompromised

3.10.14. Ensefalitis adalah suatu peradangan pada otak yang bersifat akut,

ditandai dengan adanya demam, penurunan kesadaran, dan kejang,

tanpa disertai adanya tanda rangsang menigeal.

3.10.15. Gizi buruk adalah keadaan dimana berat badan setelah rehidrasi

(39)

adanya edema disertai dengan hilangnya masa otot dan bila anak

sudah terlihat jelas mengalami marasmus.

3.10.16. Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput otak yang ditandai

dengan adanya penurunan kesadaran, adanya tanda rangsang

meningeal, dan didukung oleh adanya temuan yang khas

(tergantung dari kuman penyebab meningitis) dari pemeriksaan

cairan serebrospinal

3.10.17. Sepsis adalah keadaan ditemukannya gejala klinis terhadap suatu

penyakit infeksi yang berat disertai dengan ditemukannya respon

sistemik yang dapat berupa hipotermia, hipertermia, takikardia,

hiperventilasi, dan letargi.

3.10.18. Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada sistem

pernafasan ditandai dengan gejala klinis batuk, demam tinggi, dan

sesak nafas.

3.10.19. Immunocompromised adalah keadaan dimana sistem imunitas tubuh

tidak bekerja adekuat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal

(seperti infeksi virus HIV dan pemberian kemoterapi kanker),

ditandai dengan adanya demam yang berulang atau terus menerus,

dan dijumpainya manifestasi infeksi oportunistik, ataupun menderita

(40)

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dengan SPSS versi 15. Analisa data untuk menilai hubungan

antara pemberian kombinasi zink-probiotik dan zink tunggal berskala nominal

dengan lama diare dan frekuensi BAB yang berskala numerik digunakan uji t

independen. Tingkat kemaknaan bila P < 0.05 dan tingkat kepercayaan

dengan Interval kepercayaan (IK) 95%. Penelitian ini berbasis intention to

(41)

BAB 4. HASIL

Sebanyak 88 anak penderita diare dirawat di rumah sakit, 8 orang

dieksklusikan dari penelitian oleh karena: 3 anak menderita gizi buruk, 1

menderita diare persisten, 2 menderita ensefalitis, dan 2 tidak disetujui orang

tua ikut dalam penelitian. Kemudian sampel dibagi menjadi dua kelompok

secara randomisasi sederhana, masing-masing terdiri dari 40 penderita yang

mendapat kombinasi zink-probiotik dan zink tunggal (Gambar 4.1)

  88 anak penderita diare yang dirawat di rumah sakit 

(Dilakukan penanganan diare berdasarkan prosedur WHO 2005) 

8 orang dieksklusikan: 3 menderita gizi buruk  1 menderita diare persisten   2 menderita ensefalitis 

2 tidak disetujui orang tua ikut         dalam penelitian

80 anak yang memenuhi kriteria inklusi

Zink tunggal n = 40  Kombinasi zink‐probiotik

n = 40 

Mengikuti penelitian dan pemantauan dilakukan sampai hari ke-10 terapi

n = 40

Mengikuti penelitian dan pemantauan dilakukan sampai hari ke-10 terapi

n = 40

(42)

Rerata frekuensi diare sebelum terapi pada kelompok kombinasi: 8.2

kali/hari dan 9.2 kali/hari pada kelompok zink tunggal dengan lama diare

sebelum terapi: 62.4 jam (2.6 hari) pada kelompok kombinasi dan 56 jam (2.3

hari) pada kelompok zink tunggal (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian

Karakteristik

Dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi berat

Pendidikan ayah, n (%) SD

Penghasilan ayah/bulan, n (%) < Rp. 500.000

Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000

Penghasilan ibu/bulan, n (%) < Rp. 500.000

Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000

Frekuensi diare sebelum terapi (kali/hari), rerata (SD)

(43)

Selama pemberian terapi terlihat adanya perbedaan yang bermakna

frekuensi diare pada hari I, II, III, dan IV pada kedua kelompok. Tetapi tidak

didapatkan perbedaan yang bermakna pada hari V sampai dengan VII (Tabel

4.2 dan Gambar 4.2). Selama 10 hari pemberian terapi walaupun pasien

sudah tidak dirawat tetap dilakukan pemantauan melalui telepon, tidak ada

orang tua ataupun pengasuh melaporkan adanya diare berulang pada kedua

kelompok maupun adanya keluhan keracunan dan efek samping pemakaian

zink dan probiotik.

Tabel 4.2. Frekuensi diare/hari setelah terapi (kali/hari)

(44)

Gambar 4.2. Grafik frekuensi diare/hari setelah pemberian terapi

Pada penelitian ini didapatkan frekuensi diare yang lebih rendah, dan

lama diare, serta masa rawatan yang lebih singkat pada kelompok kombinasi

dibandingkan kelompok zink tunggal (P = 0.001).

Tabel 4.3. Frekuensi, lama diare, dan masa rawatan setelah terapi pada

(45)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi di kota

Medan, di kedua rumah sakit tersebut diare masih merupakan salah satu dari

10 penyebab utama balita berobat ke instalasi rawat jalan atau rawat

inap.38,39

Studi pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia 2001 mendapatkan

balita merupakan kelompok umur ketiga terbanyak menderita keluhan

(35.1%) dengan keluhan terbanyak panas, batuk-pilek dan diare.3 Karenanya

dibutuhkan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif. Studi ini

mencoba untuk mendapatkan penanganan diare akut yang lebih baik pada

balita dengan membandingkan pemberian kombinasi zink-probiotik dengan

zink tunggal.

Umumnya diare pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus.40-44

Studi sebelumnya mendapatkan pemberian live Lactobacillus sp bermanfaat

pada diare yang disebabkan infeksi rotavirus.5

Di Indonesia terdapat kebiasaan melarutkan susu ataupun makanan

dengan air panas, probiotik hidup akan mati bila dilarutkan dengan cara ini.

Berkaitan dengan hal ini suatu studi di Indonesia mendapatkan heat killed

Lactobacillus acidophilus lebih efektif mempersingkat lama diare pada anak

(46)

Pada beberapa studi didapatkan bahwa heat killed Lactobacillus acidophilus

masih dapat menstimulasi imunitas saluran cerna.45,46

Satu studi mendapatkan heat killed Lactobacillus acidophilus lebih

efektif mengurangi gejala diare persisten daripada live Lactobacillus

acidophilus. Diperkirakan bahwa selain meningkatkan imunitas saluran cerna

heat killed Lactobacillus acidopilus juga dapat mencegah adhesi

enteropatogen pada enterosit.47 Mengingat hal tersebut di atas, maka pada

penelitian ini dipakai probiotik heat killed Lactobacillus acidophilus.

Belum ada ketentuan khusus dosis probiotik pada diare akut.

Pemberian probiotik lebih sering berdasarkan ketentuan produsen probiotik

yang dipakai. Pada studi ini probiotik diberikan dengan dosis 3x1010 CFU,

satu kali perhari. Pemberian selama 10 hari untuk menyesuaikan dengan

lama pemberian zink.

Studi sebelumnya menilai keparahan diare berdasarkan tiga hal:

frekuensi diare, lama diare, dan konsistensi tinja.5 Pada penelitian ini

keparahan diare hanya dinilai berdasarkan frekuensi diare (kali/hari) dan

lama diare (jam). Penilaian konsistensi tinja tidak disertakan karena bersifat

subyektif dan sulit menentukan skala penilaian.

Keracunan zink terjadi pada pemberian lebih dari 2 gr perhari dalam

periode lama, mengakibatkan mual, muntah, sakit perut dan demam.48

(47)

dilaporkan pada orang tua, bayi prematur dan keadaan

immunocompromised.49

Pada penelitian ini dosis yang diberikan hanya 10 mg sampai 20 mg

perhari. Kemungkinan untuk menimbulkan keracunan sangat kecil, tetapi sulit

membedakannya dengan gejala (mual, muntah, sakit perut, dan demam)

yang menyertai diare dan tidak didapatkan kejadian sepsis setelah

pemberian probiotik, hal ini juga dimungkinkan karena probiotik yang dipakai

adalah heat killed Lactobacillus acdophilus yang bukan probiotik hidup.

Pemeriksaan tinja tidak dilakukan pada penelitian ini karena dianggap

penyebab diare pada balita adalah rotavirus berdasarkan data epidemiologi

yang ada,40-44 dan juga mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk

pemeriksaan tinja.

Penyebab diare hanya dibedakan berdasarkan jenis diare. Diare

disentri ditandai dengan adanya diare akut yang bercampur darah,

sementara diare kolera dan diare yang disebabkan oleh rotavirus ditandai

dengan diare akut yang berair (acute watery diarrhea). Diare kolera dicurigai

bila tinja berbau amis serta berwarna seperti air cucian beras, dan bila

dijumpai tiga hal sebagai berikut: 1) terjadi bersamaan saat timbul wabah

diare yang melibatkan anak dan orang dewasa; 2) Diare yang timbul sangat

sering dan banyak sehingga sangat cepat menimbulkan dehidrasi berat

(48)

Rerata usia anak penderita diare akut pada kelompok kombinasi zink -

probiotik adalah 27.4 bulan dan kelompok zink tunggal 21.5 bulan, dengan

rerata jenis kelamin terbanyak pada kedua kelompok adalah laki-laki (Tabel

4.1). Studi epidemiologi sebelumnya mendapatkan rerata anak penderita

diare akut yang disebabkan rotavirus berusia 0 sampai 12 bulan.43,44

Mayoritas studi sebelumnya tidak menganalisis adanya perbedaan kejadian

diare antara kedua jenis kelamin. Satu studi diare pada anak usia 0 sampai

36 bulan yang dirawat di rumah sakit mendapatkan bahwa kejadian diare

akut lebih tinggi pada anak laki-laki, tetapi tidak dijelaskan kemungkinan

penyebab hal ini.50

Umumnya anak pada kedua kelompok pada studi kami datang dengan

dehidrasi ringan-sedang, hal ini karena pengambilan sampel dilakukan di

ruang rawat inap anak. Penderita diare akut dengan dehidrasi berat telah

dieksklusikan karena mengalami ensefalitis (Gambar 4.1).

Setelah pemberian terapi hari pertama sampai dengan hari keempat

didapatkan perbedaan penurunan frekuensi diare yang bermakna antara

kedua kelompok, frekuensi diare lebih rendah pada kelompok kombinasi

dibandingkan pada kelompok zink tunggal (Tabel 4.2 dan Gambar 4.2).

Rerata frekuensi diare pada studi kombinasi sebelumnya adalah hari pertama

terapi 5.7 kali/hari, hari kedua 4 kali/hari, hari ketiga 2.6 kali/hari, dan tidak

dijumpai adanya diare pada hari keempat.6 Sementara pada penelitian ini

(49)

hari kedua 4.3 kali/hari, hari ketiga 2.1 kali/hari, hari keempat 0.8 kali/hari,

hari kelima 0.2 kali/hari, dan tidak dijumpai diare pada hari keenam.

Hal ini dimungkinkan karena penelitian sebelumnya memakai probiotik

multistrain hidup (Streptococcus thermophilus, Bifidobacterium lactis, dan

Lactobacillus acidophilus), dengan efektivitas yang lebih baik daripada heat

killed probiotic.6 Satu studi invitro mendapatkan live Lactobacillus acidophilus

lebih bermakna memperbaiki transpor elektrolit pada sel epitel usus daripada

heat killed Lactobacillus acidophilus.51

Walaupun begitu, heat killed probiotic masih tetap efektif dipakai

dalam terapi diare akut pada anak mengingat efek yang diharapkan dari

suatu probiotik hidup masih dapat diperoleh dari probiotik tersebut walaupun

lebih rendah. Heat killed probiotic masih tetap efektif walaupun dicampur

dengan air panas, dan harga yang lebih murah dibanding probiotik

multistrain.45,46,52 Tidak diketahui sebab yang jelas kenapa frekuensi diare

pada hari kelima sampai ketujuh pada kedua kelompok tidak berbeda.

Pada studi ini didapatkan frekuensi diare yang lebih rendah, lama

diare dan masa rawatan yang lebih singkat pada kelompok kombinasi

dibandingkan pada kelompok tunggal. Rerata lama diare pada kelompok

kombinasi 52.1 jam (2.16 hari) dengan masa rawatan 56.7 jam (2.36 hari).

Pada studi kombinasi sebelumnya didapatkan rerata lama diare setelah

(50)

sebelumnya memakai probiotik multistrain hidup (Streptococcus

thermophilus, Bifidobacterium lactis, dan Lactobacillus acidophilus), dengan

efektivitas yang lebih baik daripada heat killed probiotic.6

Lama diare pada kelompok zink tunggal 72.6 jam (3.02 hari) dengan

masa rawatan 98.5 jam (4.10 hari). Pada studi sebelumnya didapatkan rerata

lama diare 3 hari.14 Hasil dari studi ini sesuai dengan studi sebelumnya.

Masa rawatan tidak dapat dijadikan indikator keberhasilan terapi

mengingat banyak hal selain keberhasilan terapi yang mempengaruhi masa

rawatan, seperti penangguhan pasien untuk pulang dari rumah sakit yang

disebabkan terkendalanya pengurusan asuransi kesehatan ataupun

pembiayaan.

Pada penelitian ini hasil pemantauan yang didapatkan hanya sampai 7

hari, sementara terapi diberikan sampai dengan 10 hari. Hal ini dikarenakan

mayoritas diare pada kedua kelompok hanya berlangsung sampai 7 hari.

Kemungkinan hal ini disebabkan karena pada diare akut proses

penyembuhan enterosit dan vili usus berlangsung dalam waktu 7 sampai 10

hari walaupun diare tidak diobati (self limited),53 sehingga pada studi ini

setelah 7 hari tidak dijumpai lagi adanya diare.

Studi ini mendapatkan penyembuhan diare yang lebih cepat 1 hari

pada kelompok kombinasi dibandingkan dengan kelompok zink tunggal (tabel

4.2), hal ini dapat dijadikan landasan bagi rekomendasi pemberian kombinasi

(51)

dengan mekanisme yang berbeda dalam mengurangi keparahan diare akut,

26-29,35

dengan menggabungkan keduanya untuk terapi diare akut maka akan

diperoleh penyembuhan diare yang lebih cepat.

Tablet zink sulfat dan probiotik heat killed Lactobacillus acidophilus

pada studi ini diperoleh dari PT Kalbe Farma secara cuma-cuma, akan tetapi

pada pelaksanaan studi sampai dengan diperoleh hasil PT Kalbe Farma tidak

terlibat sedikitpun.

Adapun keterbatasan studi ini antara lain tidak diketahuinya penyebab

diare, dan tidak digunakannya desain tersamar ganda, walaupun telah

(52)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Telah dilakukan penelitian secara uji klinis acak terbuka yang bertujuan

menilai terapi yang lebih efektif untuk mengurangi keparahan diare akut,

dengan kombinasi zink-probiotik ataukah dengan pemberian zink tunggal

dengan membandingkan frekuensi, dan lama diare sesudah intervensi.

Dapat disimpulkan bahwa kombinasi zink-probiotik lebih efektif mengurangi

keparahan diare akut pada anak dibandingkan dengan zink tunggal.

6.2 Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan studi acak tersamar ganda untuk

mendukung hasil penelitian ini. Studi yang akan datang diharapkan dapat

mempertimbangkan etiologi diare dalam menilai efektivitas kombinasi

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (diare) akut. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, penyunting. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-4. Jakarta: FK-UI;2003.h.51-76

2. Afifah T, Djaja S, Irianto J. Kecenderungan penyakit penyebab kematian bayi dan anak balita di Indonesia: 1992-2001. Bul Penel Kesehatan. 2003;31:48-59

3. Handayani L, Siswanto. Pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia, analisis data SUSENAS 2001. Bul Penel Kesehatan. 2002;30:189 – 200 4. Anggarwal R, Sentz J, Miller MA. Role of zinc administration in prevention

of childhood diarrhea and respiratory illness: a meta-analysis. Pediatrics. 2006;3481:1120-30

5. Van Niel CW, Feudtner C, Garrison MM, Christakis DA. Lactobacillus therapy for acute infectious diarrhea in children: a meta-analysis. Pediatrics. 2002;109:678-84

6. Shamir R, Makhoul IR, Etzioni A, Shehadeh N. Evaluation of a diet containing probiotics and zinc for the treatment of mild diarrheal illness in children younger than one year of age. J Am College Nutr. 2005;24:370-5 7. Sinuhaji AB, Sutanto AH. Mekanisme diare infektisius akut. Cermin Dunia

Kedokteran.1992;80:44-6

8. WHO. The treatment of diarrhoea : a manual for physicians and other senior health workers. 4th rev.Geneva:WHO Press;2005.

9. Sinuhaji AB. Asidosis metabolik salah satu penyulit diare akut pada anak yang seharusnya dapat dicegah. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap Fakultas Kedokteran USU, Medan, Januari, 2007.

10. King FS. Feeding sick people, especially children. Dalam: King FS, Burgess A, penyunting. Nutrition for developing countries. Edisi ke-2. New York: Oxford University Press;1996.h.155-64

11. Krebs NF, Primak LE, Hambridge KM. Normal childhood nutrition and its disorders. Dalam: Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, penyunting. Current pediatric, diagnosis & treatment. Edisi ke-17. New York: McGraw-Hill Companies;2003. h. 291-2

12. Molla AM, Molla AM. Improved oral rehydration therapy. Dalam: Bhutta ZA, penyunting. Contemporary issues in childhood diarrhea and malnutrition. Karachi:Oxford University Press;2000.h.242-55

13. Pudjiadi S. Kekurangan dan keracunan mineral. Dalam: Ilmu gizi klinis pada anak. Edisi ke-4.Jakarta:FK-UI;2005.h.205-6

(54)

15. Strand TA, Chandyo RK, Bahl R, Sharma PR, Adhikari K, Bhandari N, dkk. Effectiveness and efficacy of zinc for the treatment of acute diarrhea in young children. Pediatrics. 2002;109:898-903

16. Bhatnagar S, Bahl R, Sharma PK, Kumar GT, Saxena K, Bahn MK. Zinc with oral rehydration of diarrhea in hospitalized children: a randomized controlled trial. JPGN. 2004;38:34-40

17. Roy SK, Hossain MJ, Khatun W, Chakraborthy B, Chowdhury S, Begum A, dkk. Zinc supplementation in children with cholera in Bangladesh: randomised controlled trial. BMJ. 2007;39416:1-6

18. Ruel MT, Rivera JA, Santizo MC, Lonnerdal B, Brown KH. Impact of zinc supplementation on morbidity from diarrhea and respiratory infections among rural Guateamalan children. Pediatrics.1997;99(6):808-13

19. Baqui AH, Black RE, El Arifeen S, Yunus M, Chakraborty J, Ahmed S, dkk. Effect of zinc supplementation started during diarrhoea on morbidity and mortality in Bangladeshi children: community randomised trial. BMJ. 2002;325:1059

20. Bhandari N, Bahl R, Taneja S, Strand T, Molbak K, Ulvik RJ, dkk. Substantial reduction in severe diarrheal morbidity by daily zinc supplementation in young north Indian children. Pediatrics. 2002;109(6):1-7

21. Sazawal S, Black RE, Bhan MK, Jalla S, Sinha A, Bhandari N. Efficacy of zinc supplementation in reducing the incidence and prevalence of acute diarrhea-a community-based, double-blind, controlled trial. Am J Clin Nutr. 1997;66:413-8

22. Brooks WA, Santosham M, Naheed A, Gaswami D, Wahed MA, West MD, dkk. Effect of weekly zinc supplements on incidence of pneumonia and diarrhoea in children younger than 2 years in an urban, low income population in Bangladesh: randomised controlled trial. Lancet. 2005;366:999-1004

23. Sur D, Gupta DN, Mondal SK, Ghosh S, Manna B, Rajendran K, dkk. Impact of zinc supplementation on diarrheal morbidity and growth paterrn of low birth weight infants in Kolkata, India: a randomized, double-blind, placebo-controlled, community-based study. Pediatrics. 2003;112:1327-32 24. Bhutta ZA, Bird SM, Black RE, Brown KH, Meeks JG, Hidayat A, dkk.

Therapeutic effects of oral zinc in acute and persistent diarrhea in children in developing countries: pooled analysis of randomized controlled trials. Am J Nutr. 2000:72;1516-22

25. Anggarwal R, Sentz J, Miller MA. Role of zinc administration in prevention of childhood diarrhea and respiratory illness: a meta-analysis. Pediatrics. 2006:3481;1120-30

(55)

27. Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract. J Nutr. 2000:130;1388S-92S

28. Altaf W, Perveen S, Rehman KU, Teicberg S, Vancurova I, Harper RG, dkk. Zinc supplementation in oral rehydration solutions: experimental assessment and mechanisms of action. J Am College Nutr. 2002:21(1);26-32

29. Hoque KM, Rajendran VM, Binder HJ. Zinc inhibits cAMP-stimulated Cl secretion via basolateral K-channel blockade in rat ileum. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol. 2005:288;G956-63

30. Reid G, Jass J, Sebulsky MT, Mc Cormick JK. Potential uses of probiotics in clinical practice. Clin Microbiol Reviews. 2003:16;658-72

31. Subijanto MS, Ranuh R. Probiotik pada anak sehat dan sakit. Dipresentasikan pada Pendidikan berkelanjutan ilmu kesehatan anak XXXV, kapita selekta ilmu kesehatan anak IV “Hot topics in pediatrics”, Surabaya, 3-4 September, 2005.

32. De Roos NM, Katan MB. Effect of probiotic bacteria on diarrhea, lipid metabolism, and carcinogenesis: a review of papers published between 1988 and 1998. Am J Clin Nutr. 2000:71;405-11

33. Saavedra, JM. Clinical applications of probiotic agents. Am J Clin Nutr. 2001:73(suppl);1147S-51S

34. Canani RB, Cirillo P, Terrin G, Cesarano L, Spagnuolo MI, De Vincenzo A, dkk. Probiotics for treatment of acute diarrhoea in children: randomised clinical trial of five different preparations. BMJ. 2007:335;340-6

35. Isolauri E, Kirjavainen PV, Salminen S. Probiotics: a role in the treatment of intestinal infection and inflammation?. Gut. 2002:50;54-9

36. Supriatmo. Effectivity of live versus heat killed probiotic in children with acute diarrhoea. Majalah Kedokteran Nusantara. 2006:39;391-5

37. Madiyono B, Moechlisan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam:Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3.Jakarta:Sagung seto; 2008.h.302-30

38. Bidang pengolahan data dan rekam medik RSU Dr. Pirngadi. Volume kegiatan badan pelayanan kesehatan RSU Dr. Pirngadi kota Medan 2009. 39. Bagian data dan informasi RSUP H. Adam Malik. Laporan kegiatan RSUP

H. Adam Malik 2009.

40. Albert MJ, Faruque ASG, Faruque SM, Sack RB, Mahalanis B. Case control study of enteropathogens associated with childhood diarrhea in Dhaka, Bangladesh. J clin microbiol. 1999;37:3458-64

(56)

than 5 years of age: United States, 1997 and 2000. Pediatrics. 2006;117:1887-92

43. Nguyen TV, Le Van P, Le Huy C, Weintraub A. Diarrhea caused by rotavirus in children less than 5 years of age in Hanoi, Vietnam. J Clin Microbiol. 2004;42:5745–50

44. Khan SA, Ahmed A, Khalid SM. Diarrhea due to rotavirus and probability of sewage contamination. J Islamic Acad Sci.1992;5:142-4

45. Rodrigues MAM, Oliveira DA, Taketomi EA, Hernandez-Blazques FJ. IgA production, coliforms analysis and intestinal mucosa morphology of piglets that receiveid probiotics with viable or inactivated cells. Pesq Vet Bras. 2007:27;241-5

46. Zhang L, Li N, Caicedo R, Neu J. Alive and dead lactobacillus rhamnosus

GG decrease tumor necrosis factor-α-induced interleukin-8 production in caco-2 cells. J Nutr. 2005:05;1752-6

47. Shu-Dong X, De Zhong Z, Hong L, Shi HJ, Hou YL, Geng SW, dkk. Multicenter, randomized, cotrolled trial of heat-killed Lactobacillus acidophilus LB in patiens with chronic diarrhea. Adv Ther. 2003:20;253-60 48. Almatsier S. Zink mineral. Dalam: Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama; 2003.h. 247-50

49. Boyle RJ, Robins-Browne RM, Tang MLK. Probiotic use in clinical practice: what are the risks?. Am J Clin Nutr. 2006:83;1256-64

50. Hussein AM, Hassan MK. Rotavirus infection among hospitalized children with acute watery diarrhea in Basrah – Iraq. Bahrain Med Bull. 2000:22;170-73

51. Borthakur A, Gill RK, Tyagi S, Koutsouris A, Alrefai WA, Hecht GA, dkk. The probiotic Lactobacillus acidophilus stimulates chloride/hydroxyl exchange activity in human intestinal epithelial cells. J Nutr. 2008:138;1355-9

52. Le-Moal VL, Sarrazin-Davilla LE, Servin AL. An experimental study and randomized, double blind, placebo-controlled clinical trial to evaluate the antisecretory activity of Lactobacillus acidophilus strain LB against nonrotavirus diarrhea. Pediatrics. 2007:120;795-803

(57)

Lampiran 1

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P

Alamat : ...

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pengobatan diare akut terhadap anak saya :

Nama : ...

Umur : ... tahun ... bulan L / P

Alamat Rumah : ...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pengobatan tersebut di atas, serta risiko yang dapat

ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti

sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ... 2009

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... ...

Saksi-saksi : Tanda tangan

(58)

Lampiran 2

Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua

Yth. Bapak / Ibu ……….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter

……….………….., bertugas di divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen

Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik / RSUD dr.Pirngadi Medan. Saat

ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang efek pengobatan zink dan probiotik

pada anak yang menderita diare akut.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, anak Bapak / Ibu mengalami diare akut. Bila

tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kekurangan cairan yang berat dan akan

menimbulkan komplikasi penyakit yang lain dan kematian. Untuk itu, kami berencana

mengobati anak Bapak / Ibu dengan memberikan zink dan probiotik. Setelah itu kami

akan memeriksa lama diare dan frekuensi buang air besar (BAB) anak Bapak / Ibu untuk

melihat efek obat tersebut mengurangi keparahan diare.

Zink merupakan mikronutrien yang dalam keadaan normal dapat diperoleh dari

makanan sehari-hari, zink memiliki efek mengurangi keparahan diare dengan cara

meningkatkan daya tahan tubuh khususnya saluran cerna dan memperbaiki

permeabilitas mukosa usus. Probiotik adalah bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan

saluran cerna, bakteri tersebut menekan pertumbuhan bakteri merugikan yang dapat

menggangu kesehatan saluran cerna. Efek samping selama pengobatan dengan zink

dan probiotik jarang terjadi, umumnya dapat berupa mual dan muntah.

Sebelum dilakukan pengobatan, kami akan menanyakan beberapa hal yang

berkaitan dengan penyakit anak Bapak / Ibu berupa sudah berapa lama anak mengalami

diare dan frekuensi BAB selama sakit dan membandingkannya setelah mendapat

pengobatan.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diobati dengan obat tersebut, maka kami

mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

(PSP).

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan

(59)

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

No Sampel : ……….

Tanggal Pengisian kuesioner : ………. Rumah Sakit tempat rawat : RSHAM / RSUPM

IDENTITAS PRIBADI

Nama : ………...Jenis Kelamin: L / P Umur/Tanggal Lahir : …....Tahun ….. Bulan/... Anak Ke : ... dari ...bersaudara Derajat dehidrasi saat masuk :

...

DATA ORANG TUA

Umur Orang Tua : Ayah…...Tahun, Ibu……….Tahun Pendidikan Terakhir

Ayah : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Ibu : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Pekerjaan

Ayah : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja

Ibu : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja

Pendapatan / Bulan

Ayah : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta 3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta

Ibu : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta 3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta ANAMNESE PENYAKIT:

1. Sejak kapan anak mengalami diare (sebelum dirawat di rumah sakit)? 1. < 1 hari 2. 1-2 hari 3. 3-4 hari 4. ≥ 5 hari 2. Sebelum dirawat, berapa kali anak buang air besar (BAB) / hari?

1. 3 - 5x/hari 2. 6 -10x/hari 3. >10x/hari

(60)

Lampiran 4

Pemantauan Lama Diare dan Frekuensi Diare

Nomor Sampel : ...

Nama Pasien : ...

Umur : ... L / P

Tanggal Masuk RS : ...

Lama Rawatan : ... Hari

Hari Rawatan Frekuensi Diare(kali/hari)

Diare (jam) Efek samping

(61)
(62)

Lampiran 6

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Muhammad Hatta

Tanggal lahir : 10 Januari 1980

Tempat lahir : Tanjung Balai

NIP : -

Alamat : Villa Gading Mas 2 Blok JJ no.8

Jl. Bajak 2 mariendal, Medan

Nama Orangtua (ayah) : H. Amran

(Ibu) Hj. Lina Malinda

Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negri no.5 Tanjung Balai, tamat tahun 1992

2. Madrasah Tsanawiyah Darul Arafah Medan, tamat tahun

1995

3. Madrasah Aliyah Darul Arafah Medan, tamat tahun 1998

4. Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat tahun 2004

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter jaga UGD RS. Bhayangkari POLDASU Medan, 2004

s/d 2005

2. Dokter pelayanan klinik mobil bagi korban gempa & tsunami

(63)

3. Dokter jaga UGD RS. Malahayati Medan, 2005 s/d 2006

Pendidikan Spesialis

1. Adaptasi di BIKA FK. USU: 01-04-2006 s/d 30-05-2006

2. Pendidikan Tahap I : 01-06-2006 s/d 30-05-2007

3. Pendidikan Tahap II : 01-06-2007 s/d 30-05-2008

4. Pendidikan Tahap III : 01-06-2008 s/d 30-05-2009

5. Pendidikan Tahap IV : 01-06-2009 s/d 30-08-2010

(64)

2

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka konseptual
Gambar 3.1. Alur penelitian manfaat antara kedua kelompok intervensi
Gambar 4.1. Profil Penelitian
Tabel 4.2. Frekuensi diare/hari setelah terapi (kali/hari)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Op.cit. Memberantas Korupsi bersama KPK. 2) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat

Hal ini merupakan suatu adab dalam bicara dan juga harus diterapkan oleh murid jangan sampai mendahului dan memotong pembicaraan guru, karena hal ini bedampak negatif yaitu

Adapun faktor eksternalnya adalah faktor po litis, yaitu masih dirasakan adanya hambatan dari se golongan masyarakat yang berpikiran sekuler atau pe nganut agama lain,

Pengaksesan sistem artinya pada pengaksesan digunakan bersama (shared system); Fungsi pengaksesan harus menyediakan proteksi terhadap sejumlah sumber-daya dan data

• Bila perusahaan tidak memiliki kompetensi untuk bersaing; membeli perusahaan yang sudah berada di dalam industri dan yg memiliki kompetensi yang dibutuhkan.. • Bila

Realitas bagi Hanafi adalah realitas masyarakat, politik dan ekonomi, realitas khasanah klasik Islam, dan realitas tantangan Barat.Kiri Islam yakin bahwa cita-cita revolusi

Hal ini disebabkan karena formula dengan jumlah manitol semakin tinggi menghasilkan granul berukuran kecil, granul yang berukuran kecil akan memiliki kontak antar