• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Objek Sekitar Terhadap Kesalahan Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan Elektroda Bola-Bola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Objek Sekitar Terhadap Kesalahan Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan Elektroda Bola-Bola"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGARUH OBJEK SEKITAR TERHADAP KESALAHAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN ELEKTRODA BOLA-BOLA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

NIM : 040402028 HERI PUTRA KETAREN

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Untuk mengukur tegangan tinggi diperlukan alat ukur yang memiliki kemampuan

dapat menghindari Masalah-masalah yang akan terjadi jika meningkat besarnya tegangan

listrik, misalanya jika tegangan yang diukur adalah ratusan atau bahkan kilovolts dan

megavolts. Kesulitan terutama terkait dengan struktur besar alat ukur yang diperlukan

untuk mengendalikan medan listrik, untuk menghindari flashover dan kadang-kadang

mengendalikan disipasi panas dalam sirkuit. Jadi perangkat dan instrumen untuk

mengukur tegangan tinggi dan arus berbeda jauh dari tegangan rendah

Salah satu alat ukur yang digunakan adalah elektroda bola bola. Alat ukur ini

mudah di dapat karena dapat dijangkau harganya secara ekonomis. Dalam melakukan

pengukuran tegangan tinggi dangan menggunakan elektroda bola bola yang disusun

secara vertikal maupun horizontal dengan jarak sela yang tetap dan jarak elektroda bola

di dengan objek sekitar yang berbeda di peroleh tegangan tembus yang berbeda, jika hal

ini di bandingkan dengan hasil perhitugan tegangan tembus secara manual maka di dapat

nilai yang berbeda.Perbedaan tersebut menjadi faktor kesalahan pengukuran yang dapat

dinyatakan dalam persen kesalahan .

Diharapkan persen kesalahan tersebut dapat menjadi acuan dalam menentukan

jarak objek sekitar dengan elektroda bola yang diijinkan dengan meminimalkan

kesalahan dalam pengukuran tegangan tinggi.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR GAMBAR ……….. vi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah...1

I.2 Tujuan Dan Manfaat Penulisan...1

I.3 Rumusan Masalah...2

I.4 Batasan Masalah...2

I.5 Metode Penulisan...3

I.6 Sistematika Penulisan...3

BAB II TEGANGAN TINGGI II.1 Umum...5

II.2 Tegangan Tinggi AC...7

II.3 Mekanisme Terjadinya Tegangan Tembus Listrik...8

(5)

BAB III ELEKTRODA BOLA

III.1 Umum...10

III.2 Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan Elektroda Bola Standar...13

III 2.1. Pengukuran Dengan Susunan Elektroda Bola Secara Horizontal...14

III 2.2. Pengukuran Dengan Susunan Elektroda Bola Secara Vertikal...15

III.3 Pengaruh Objek Sekitar Terhadap Pengukuran Elektroda Bola-Bola...16

III.3.1 Distribusi Medan Listrik Dari Elektroda Ke Objek Sekitar...18

III.3.2 Distribusi Tegangan akibat Pengaruh Jarak Objek Sekitar

terhadap Elektroda Bola...21

BAB IV ANALISA PENGARUH JARAK OBJEK SEKITAR DENGAN ELEKTRODA BOLA-BOLA TERHADAP TEGANGAN TEMBUS IV.1 Umum...22

IV.2 Data Percobaan Dan Hasil Perhitungan Tegangan Tembus...23

IV.3 Analisa Hasil Perhitungan...43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan...44 V.2 Saran...44

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Medan Elektrik Dalam Dielektrik………9

3.1. Susunan Elektroda Bola Secara Horisontal………...14

3.2. Susunan Elektroda Bola Secara Vertikal………...16

3.3. Objek di Sekitar Elektroda Bola...17

3.4. Kapasitansi Antara Elektroda Bola Dengan Objek Sekitar...17

3.5. Contoh Untuk Medan Dua Dimensi Dengan Garis Medan dan Garis Ekuipotensial...19

(7)

ABSTRAK

Untuk mengukur tegangan tinggi diperlukan alat ukur yang memiliki kemampuan

dapat menghindari Masalah-masalah yang akan terjadi jika meningkat besarnya tegangan

listrik, misalanya jika tegangan yang diukur adalah ratusan atau bahkan kilovolts dan

megavolts. Kesulitan terutama terkait dengan struktur besar alat ukur yang diperlukan

untuk mengendalikan medan listrik, untuk menghindari flashover dan kadang-kadang

mengendalikan disipasi panas dalam sirkuit. Jadi perangkat dan instrumen untuk

mengukur tegangan tinggi dan arus berbeda jauh dari tegangan rendah

Salah satu alat ukur yang digunakan adalah elektroda bola bola. Alat ukur ini

mudah di dapat karena dapat dijangkau harganya secara ekonomis. Dalam melakukan

pengukuran tegangan tinggi dangan menggunakan elektroda bola bola yang disusun

secara vertikal maupun horizontal dengan jarak sela yang tetap dan jarak elektroda bola

di dengan objek sekitar yang berbeda di peroleh tegangan tembus yang berbeda, jika hal

ini di bandingkan dengan hasil perhitugan tegangan tembus secara manual maka di dapat

nilai yang berbeda.Perbedaan tersebut menjadi faktor kesalahan pengukuran yang dapat

dinyatakan dalam persen kesalahan .

Diharapkan persen kesalahan tersebut dapat menjadi acuan dalam menentukan

jarak objek sekitar dengan elektroda bola yang diijinkan dengan meminimalkan

kesalahan dalam pengukuran tegangan tinggi.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tegangan tinggi dapat dibedakan berdasarkan bentuk gelombangnya, yaitu

tegangan tinggi AC, DC, dan impuls. Tegangan tinggi tersebut dapat dibangkitkan

dengan menggunakan alat pembangkit tegangan tinggi, AC, DC, dan Impuls di

laboratorium tegangan tinggi. Tegangan tinggi tersebut dapat diukur besarnya dengan

menggunakan alat ukur tegangan tinggi yaitu dengan elektroda bola standar, pembagi

tegangan kapasitor, trafo ukur, pembagi tahanan volmeter elektrostatik, voltmeter puncak,

chubb & fortesque.

Sering kali dalam pengukuran tegangan tinggi dengan menggunakan

elektroda bola standar, terjadi kesalahan pengukuran tegangan tembus. Hal ini

dipengaruhi oleh keadaan suhu , kelembaban udara, ketinggian elektroda bola diatas

permukaan tanah serta objek sekitar. Terjadinya tegangan tembus pada sela bola diawali

dengan adanya medan elektrik. Dimana , jika tegangan kekuatan dielektrik udara lebih

kecil dari medan elektrik pada udara tersebut , maka terjadilah tegangan tembus pada

udara tersebut. Oleh karena itu pengaruh objek di sekitar elektroda terhadap tegangan

tembus pada sela bola perlu di teliti lebih dalam pembahasannya.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan utama penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui distribusi tegangan yang terjadi pada kapasitansi antara

(9)

2. Mengetahui jarak objek sekitar dengan elektroda bola dengan

meminimalkan persen kesalahan pengukuran tegangan tinggi.

Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah dengan mengetahui distribusi

tegangan pada kapasitansi antara elektroda bola dengan objek sekitar maka keakuratan

dalam pengukuran tegangan tinggi dapat tercapai.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu :

1. Bagaimana mekanisme terjadinya tembus udara

2. Bagaimana pengukuran tegangan tinggi dengan menggunakan elektroda

bola standar

3. Bagaimana pengaruh keadaan udara pada pengukuran tegangan tinggi

dengan elektroda bola.

4. Bagaimana pengaruh objek sekitar terhadap pengukuran tegangan tinggi

dengan elektroda bola.

5. Bagaimana pegaruh kapasitansi yang terbentuk antara objek sekitar dengan

elektroda bola terhadap tegangan tembus pada sela bola.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis akan membatasi

Tugas Akhir ini dengan hal – hal sebagai berikut :

(10)

2. Elektroda bola standar yang digunakan adalah elektroda bola yang ada di

laboratorium tegangan tinggi jurusan Teknik Elektro Fakultas teknik –

Universitas Sumatera Utara.

3. Jenis tegangan yang digunakan adalah tegangan tinggi AC.

4. Jarak sela bola yang digunakan adalah 2; 2,5; 3; 3,5; 4 cm.

5. Objek sekitar yang digunakan adalah plat seng yang berukuran

35,5 cm X 21 cm.

6. Tinggi objek dari permukaan tanah adalah 29,5 cm.

1.5. Metode Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas Akhir

ini adalah Studi Literatur, yaitu berupa studi kepustakaan dan kajian dari jurnal-jurnal

pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy serta pengambilan data pada

Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar

belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode

penulisan, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.

(11)

Bab ini menjelaskan tegangan tinggi yang diuji yaitu teganagn

tinggi AC, DC dan Impuls, serta mekanisme pengukuran tegangan

tinggi

BAB III ELEKTRODA BOLA STANDAR

Bab ini menjelaskan teori bola standar, medan listik yang terjadi

antara elektroda bola standar dengan objek sekitar, mekanisme

terjadinya breakdown pada sela bola, metode pengukuran elektroda

bola yang disusun secara vertikal,

BAB IV PERHITUNGAN PENGARUH JARAK OBJEK SEKITAR

DENGAN ELEKTRODA BOLA-BOLA TERHADAP

TEGANGAN TEMBUS

Bab ini menjelaskan pengaruh jarak objek sekitar dengan elektroda

bola

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(12)

BAB II

TEGANGAN TINGGI

2.1 Umum

Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah,

sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

tinggi yang akan diukur dalam pengujian tegangan tinggi, yaitu tegangan tinggi

bolak-balik, tegangan tinggi searah, dan tegangan tinggi impuls. Pengujian tegangan

tinggi pada umumnya diperlukan untuk mengetahui apakah peralatan tegangan tinggi

yang diuji masih memenuhi standar kualitas dan kebutuhan yang dispesifikasikan pada

peralatan tersebut.

Lingkup studi teknik tegangan tinggi mencakup semua masalah seperti studi

tentang korona, teknik isolasi, tegangan lebih pada sistem tenaga listrik, proteksi

tegangan lebih, dan lain-lain. Dengan begitu banyaknya masalah yang mencakup

tegangan tinggi, maka dibutuhkanlah pengujian tegangan tinggi dengan maksud sebagai

berikut:

1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam

menemukan bahan isolasi yang lebih murah.

2. Untuk verifikasi hasil rancangan isolasi baru, yaitu hasil rancangan yang telah

(13)

3. Untuk memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang, hal ini dilakukan untuk

menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan.

4. Untuk memeriksa kualitas peralatan setelah beroperasi dalam rangka mengurangi

kerugian semasa pemeliharaan.

Perlunya pengujian tegangan tinggi seperti diuraikan di atas menuntut adanya

cabang studi tegangan tinggi yang membahas khusus pengujian tegangan tinggi. Studi ini

akan mempelajari cara kerja dan karakteristik peralatan-peralatan uji tegangan tinggi dan

prosedur pengujian yang telah distandarisasi.

Adapun peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian tegangan tinggi

adalah:

1. Pembangkit tegangan tinggi yang terdiri atas: pembangkit tegangan tinggi ac,

pembangkit tegangan tinggi dc, dan pembangkit tegangan tinggi impuls.

2. Alat ukur tegangan tinggi yang terdiri atas alat ukur tegangan tinggi dc, alat ukur

tegangan tinggi ac, dan alat ukur tegangan tinggi impuls.

3. Alat pengukur sifat listrik dielektrik, antara lain alat ukur rugi-rugi dielektrik, alat ukur

(14)

2.2 Tegangan Tinggi AC

Dalam laboratorium diperluka n tegangan tinggi bolak-balik untuk percobaan dan

pengujian dengan arus bolak-balik serta untuk membangkitkan tegangan tinggi searah

dan pulsa. Trafo uji yang biasa digunakan untuk keperluan tersebut memiliki daya yang

lebih rendah serta perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya. Arus

primer biasanya disulang dengan ototrafo sedangkan untuk kasus khusus disulang dengan

pembangkit sinkron.

Hampir semua pengujian dan percobaan dengan tegangan tinggi bolak-balik

mensyaratkan nilai tegangan yang teliti. Hal tersebut umumnya hanya akan terpenuhi jika

pengukuran dilakukan pada sisi tegangan tinggi; untuk itu telah disusun berbagai cara

dalam mengukur tegangan tinggi bolak-balik.

Bentuk V(t) untuk tegangan tinggi bolak-balik sering menyimpang dari bentuk sinus.

Dalam teknik tegangan tinggi, nilai puncak Vˆ dan nilai efektif Vef memiliki arti yang

sangat penting :

Untuk pengujian tegangan tinggi besaran

2

V didefinisikan sebagai tegangan uji. Di

sini diandaikan bahwa penyimpangan bentuk tegangan tinggi dari bentuk sinus masih

dalam batas yang diijinkan. Untuk sinusoidal murni V =Vrms

(15)

2.3 Mekanisme Terjadinya Tegangan Tembus Listrik

Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron bebas, melainkan

elektron-elektron yang terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut. Setiap

dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan elektrik. Pada gambar 2.1

ditunjukkan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan di antara dua elektroda piring

sejajar. Bila elektroda diberi tegangan searah V, maka timbul medan elektrik (E) di dalam

dielektrik. Medan elektrik ini memberi gaya kepada electron-elektron agar terlepas dari

ikatannya dan menjadi electron bebas. Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu

beban yang menekan dielektrik agar berubah sifat menjadi konduktor. Jika terpaan

elektrik yang dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung cukup lama,

maka dielektrik akan menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai

isolator. Dalam hal ini dielektrik disebut tembus listrik atau “breakdown”. Terpaan

elektrik tertinggi yang dapat dipikul suatu dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik

tembus listrik disebut kekuatan dielektrik. Jika suatu dielektrik mempunyai kekuatan

dielektrik E , maka terpaan elektrik yang dapat dipikulnya adalah kE . k

Jika terpaan elektrik yang dipikul dielektrik melebihi E , maka di dalam k

dielektrik akan terjadi proses ionisasi berantai yang akhirnya dapat membuat dielektrik

mengalami tembus listrik. Proses ini membutuhkan waktu dan lamanya tidak tentu tetapi

bersifat statistik. Waktu yang dibutuhkan sejak mulai terjadi ionisasi sampai terjadi

tembus listrik disebut waktu tunda tembus (time lag). Jadi tidak selamanya terpaan

elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi ada dua syarat yang harus dipenuhi,

(16)

V

E

Elektroda

Elektroda Dielektrik +

-Gambar 2.1. Medan elektrik dalam Dielektrik

kekuatan dielektriknya dan (2) lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama

dengan waktu tunda tembus.

Tegangan yang menyebabkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut tegangan

tembus atau breakdown voltage. Tegangan tembus adalah besar tegangan yang

menimbulkan terpaan elektrik pada dielektrik sama dengan atau lebih besar daripada

(17)

BAB III

ELEKTRODA BOLA

3.1 Umum

Pengukuran tegangan tinggi dengan elektroda bola pada kenyataannya

dipengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah keadaan udara. Dalam prakteknya,

keadaan udara saat pengujian tidak selalu sama dengan keadaan standar. Oleh karena itu

hasil pengukuran pada keadaan udara sembarang adalah sebagai berikut :

S

V V

^ ^

δ

=

dimana :

^

V = Tegangan sela bola pada saat pengujian (keadaan udara

sembarang)

^

Vs = Tegangan tembus sela bola standar

δ = faktor koreksi udara

Faktor koreksi udara tergantung kepada suhu dan tekanan udara, besarnya adalah sebagai

(18)

θ

Sebenarnya kelembapan udara juga mempengaruhi tegangan tembus sela bola.

Jika hal ini diperhitungkan maka tegangan tembus elektroda bola menjadi sebagai berikut

:

Dimana k adalah faktor koreksi yang tergantung pada kelembapan udara. h

Elektroda bola standar dibuat dengan dua bola logam yang memiliki diameter D

yang identik dan memiliki kaki penopang, alat pengoperasian, dan isolator pendukung.

Elektroda tersebut biasanya terbuat dari tembaga, kuningan, atau aluminium yang

belakangan ini banyak digunakan karena biayanya lebih murah. Diameter standar untuk

elektroda bola-bola tersebut yang adalah 2,5,10,12,15,25,50,75,100,150, dan 200cm.

Jarak-jarak itu dirancang dan dipilih seperti itu agar flashover terjadi di dekat titik percik.

Elektroda-elektroda itu dirancang dan diproduksi dengan hati-hati sehingga

permukaannya lembut dan memiliki kelengkungan yang seragam/sama. Jari-jari

(19)

yang ditutup oleh sebuah lingkaran 0,3D mengelilingi titik percik tidak boleh berbeda

lebih ±2% dari nilai nominal. Permukaan bola harus bersih dari debu, minyak, atau

pelapis lainnya. Permukaan elektroda harus dipertahankan tetap bersih tetapi tidak perlu

dipoles. Jika ada lubang yang terjadi akibat tembus listrik yang berulang-ulang maka

elektroda harus dibersihkan.

Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi, hal-hal ini diperhatikan :

1. Jarak sela s< D

2. Jarak sela > 5 % jari-jari elektroda

3. Permukaan elektroda tidak boleh berdebu

4. Elektroda harus licin ( jangan dibersihkan dengan

pembersih yang kasar)

5. Jarak benda disekitar elektroda >(0,25+ V/300)m.

6. Untuk mencegah osilasi saat percikan , sebuah resistor

yang tahanannya > 500 ohm diserikan degan elektroda bola.

Konduktor tegangan tinggi juga dirancang sehingga tidak mempengaruhi konfigurasi

medan listrik. Sebuah tahanan seri biasanya dihubungkan di antara sumber listrik dan

elektroda bola untuk membatasi arus yang terjadi akibat tegangan tembus dan juga

memperkecil osilasi yang tidak diinginkan pada sumber tegangan listrik ketika terjadi

tegangan tembus (pada kasus tegangan impuls). Nilai resistansi seri bervariasi mulai dari

100 sampai 1000 kΩ untuk ac dan tidak lebih dari 500 Ω pada kasus tegangan impuls.

Pada kasus pengukuran tegangan puncak ac dan tegangan dc, tegangan yang diberikan

(20)

3.2 Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan Elektroda Bola Standar

Elektroda bola standar digunakan untuk mengukur tegangan tinggi bolak-balik,

tegangan tinggi searah, dan tegangan tinggi impuls. Diameter elektroda bola terdiri atas

beberapa ukuran standar, antara lain: 2 cm, 10 cm, 50 cm, bahkan ada yang berukuran

sampai 200 cm. Pada keadaan udara standar, yaitu temperatur udara 200C tekanan ,

udara 760 mmHg, dan kelembapan mutlak 11 gr m3, tegangan tembus sela bola standar

untuk berbagai jarak sela bola adalah tetap. Pada umumnya sela bola lebih sering

digunakan untuk pengukuran tegangan tinggi daripada sela dengan medan yang homogen

maupun sela batang. Pada beberapa kasus tertentu sela dengan medan yang homogen dan

sela batang juga digunakan, namun ketelitiannya kurang. Tegangan tembus sela bola

khususnya, tidak tergantung pada bentuk gelombang tegangan tinggi dan oleh sebab itu

sangat cocok untuk semua jenis bentuk gelombang dari tegangan dc sampai impuls untuk

kenaikan waktu yang singkat ( kenaikan waktu ≥0,5µs). Sela bola juga dapat

digunakan untuk pengukuran tegangan puncak ac pada frekuensi radio (di atas 1 MHz).

Sela bola dibuat dari dua buah bola logam yang identik dengan diameter D dan

memiliki alat untuk mengoperasikan dan isolator pendukung. Sela bola dapat disusun

(1) secara horizontal dengan kedua sela bola dihubungkan pada sumber tegangan atau

salah satunya dibumikan atau (2) secara vertical dengan sela bola yang lebih rendah atau

(21)

3.2.1 Pengukuran Dengan Susunan Elektroda Bola Secara Horizontal

Pada pengukuran dengan susunan elektroda bola secara horizontal, biasanya

disusun dengan kedua bola simetris pada tegangan tinggi di atas permukaan tanah. Kedua

bola yang digunakan harus memiliki bentuk dan ukuran yang identik. Bentuk susunan

elektroda bola secara horizontal dapat ditunjukkan pada gambar 3.1. Susunan horisontal

digunakan untuk diameter D < 50 cm dengan rentang tegangan yang lebih rendah

sedangkan untuk diameter yang lebih besar digunakan susunan vertikal yang mengukur

besar tegangan terhadap bumi. Tegangan yang akan diukur dilewatkan antara kedua sela

bola dan jarak atau sela S diantara kedua bola tersebut memberikan suatu ukuran dari

besarnya tegangan tembus.

Pada kasus nilai tegangan puncak ac dan pengukuran tegangan dc, tegangan yang

dipakai secara keseluruhan dinaikkan sampai terjadi tembus listrik pada sela bola.

S

D

(22)

3.2.2 Pengukuran Dengan Susunan Elektroda Bola Secara Vertikal

Susunan elektroda bola secara vertikal lebih sering digunakan pada pengukuran

tegangan tinggi. Berbeda dengan elektroda yang disusun secara horizontal yang lebih

sering digunakan pada pengukuran tegangan yang relative lebih rendah. Bentuk susunan

elektroda bola secara vertikal dapat dilihat pada gambar 3.2. Isolasi yang menopang bola

di bagian atas harus berjarak kurang dari 0,5 D dengan D adalah diameter. Elektroda bola

itu disokong oleh sebuah kaki logam yang bersifat konduktif yang tidak lebih dari 0,2 D

dan paling sedikit sebesar D( sehingga titik percik sekurang-kurangnya berjarak 2 D dari

ujung yang lebih rendah isolator bagian atas).

Tegangan tinggi harus tidak boleh lewat dekat dengan elektroda yang ada di atas.

Idealnya tegangan tersebut harus dialirkan dari kaki elektroda menjauh melalui sebuah

bidang datar yang tegak lurus dengan kaki paling tidak 1 D dari elektroda. Elektroda yang

terletak di bawah harus berjarak paling sedikit 1,5 D di atas permukaan tanah.

S

D

(23)

3.3. Pengaruh Objek Sekitar Terhadap Pengukuran Elektroda Bola-Bola

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan tembus pada pengukuran

dengan elektroda bola diantaranya adalah:

(1) objek di sekitar elektroda bola,

(2) kondisi dan kelembapan udara,

(3) penyinaran dengan ultra-violet atau sinar x,

(4) polaritas dan kenaikan waktu gelombang tegangan.

Tugas Akhir ini membahas bagaimana pengaruh keberadaan objek-objek di sekitar

elektroda bola terhadap pengukuran tegangan tinggi dengan menggunakan elektroda

bola-bola. Pengaruh jarak objek sekitar terhadap elektroda bola diperlihatkan pada

gambar 3.3.

Gambar 3.3. Objek disekitar elektroda bola Elektroda

Bola

(24)

Jika objek sekitar diletakkan pada jarak tertentu dengan elektroda bola maka akan

terbentuk kapasitansi antara elektroda bola dengan objek yang ada di sekitar seperti pada

plat sejajar seperti pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Kapasitansi antara elektroda bola dengan objek sekitar

Besar kapasitansi yang terbentuk adalah:

C= d A

ε

Dimana : A = luas permukaan bola

ε = permitivitas hampa udara 8.825 x 10.12

d = jarak bola dengan objek sekitar.

C= kapasitansi

(25)

Kapasitansi yang terbentuk antara objek sekitar dengan elektroda bola mempengaruhi

tegangan tembus pada selabola. Yang disebabkan oleh medan .listrik dari elektroda bola

ke objek sekitar. Jika jarak elektroda bola dengan objek sekitar semakin besar maka

kapasitansi yang terbentuk antara elektroda dengan objek semakin kecil, maka arus bocor

yang terbentuk antara elektroda bola ke objek juga semakin kecil.

3.3.1. Distribusi Medan Listrik dari Elektroda Bola ke Objek Sekitar

Ukuran terpaan elektrik pada suatu dielektrik ialah kuat medan elektrik yang

sangat penting untuk ditentukan dalam teknologi tegangan tinggi. Yang dimaksudkan

dengan ketahanan elektrik dari suatu bahan isolasi ialah nilai kuat medan yang masih

diijinkan pada kondisi-kondisi tertentu seperti misalnya jenis tegangan, tempo penerpaan,

suhu atau kelengkungan elektroda. Batas ketahanan elektrik medium isolasi akan tercapai

jika nilai kuat medan tembus bahan tersebut telah terlampaui pada sembarang titik.

Karena itu maka penentuan kuat medan maksimum memiliki arti yang sangat penting.

Lintasan garis-garis medan elektrik ditentukan oleh arah kuat medan elektrik E.

Garis-garis medan tersebut ortogonal terhadap garis-garis ekipotensial pada setiap titik

dan tegak lurus pula terhadap permukaan elektroda. Jika pada bidang batas antara dua

dielektrik tidak terdapat muatan-muatan permukaan maka komponen normal kuat medan

berbanding terbalik dengan konstanta dielektrik bahan isolasi. Di sisi lain komponen

(26)

Gambar 3.5 Contoh untuk medan dua dimensi dengan garis medan dan garis ekuipotensial

Daerah yang dicakup oleh garis-garis medan yang berdekatan (lihat gambar 3.5)

memiliki fluksi elektrik yang sama sebesar ∆Q = blεrεoE dengan ladalah panjang

konfigurasi yang tegak lurus terhadap bidang dan εrεo =ε adalah konstanta dielektrik

dari medium dielektrik. Jika perbedaan potensial (yang konstan) antara dua garis

ekipotensial yang berdekatan diganti dengan E ( ingat ∆ϕ= Ea) maka diperoleh kondisi

(27)

Konstanta dapat dipilih sembarang. Dalam contoh yang diberikan, diandaikan b/a = 1.

Dengan menyatakan jarak antara dua garis ekipotensial yang berdekatan pada sembarang

titik adalah a, maka kuat medan elektrik pada titik tersebut adalah:

. 1 1

a E = ∆ϕ

Jika m adalah jumlah garis ekipotensial yang digambarkan(tidak termasuk permukaan

elektroda), maka tegangan total yang diterapkan adalah:

.

Jika garis medan yang digambarkan antara elektroda-elektroda ialah n, maka fluksi

elektrik total dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

.

Dengan substitusi yang sesuai maka diperoleh kapasitansi konfigurasi sebagai berikut:

.

3.3.2. Distribusi Tegangan akibat Pengaruh Jarak Objek Sekitar terhadap Elektroda Bola

Pengaruh objek di sekitar elektroda bola dapat diumpamakan dengan

memasukkan elektroda bola ke dalam silinder yang mempunyai diameter B. Diamati

bahwa terjadi penurunan tegangan tembus . Penurunan itu sebesar

∆V = m log (B/D) + C (7.21)

(28)

∆V = penurunan persentase,

B = diameter silinder ,

D = diameter bola,

S = jarak sela bola, m dan C adalah konstanta

Penurunan ini kurang dari 2% untuk S/D ≤ 0,5 danB/D ≥ 0.8. Bahkan untuk S/D ≈ 1,0

dan B/D ≥ 1.0 pengurangan itu hanya 3%. Oleh karena itulah, jika spesifikasi tentang

(29)

BAB IV

ANALISA PENGARUH JARAK OBJEK SEKITAR DENGAN ELEKTRODA BOLA-BOLA TERHADAP TEGANGAN TEMBUS

4.1. Umum

Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi dalam pengukuran dengan sela bola

maka elektroda bola dijaga sebersih mungkin, badan penyangga dan juga diameter batang

penyangga elektroda juga harus dispesifikasi, karena hal tersebut juga mempengaruhi

ketelitian. Bahkan ada juga spesifikasi toleransi untuk jari-jari kelengkungan elektroda

bola. Panjang diameter tidak boleh berbeda lebih dari 1% nilai sebenarnya dari elektroda

untuk diameter di atas 100 cm atau lebih dari 2% untuk elektroda yang lebih besar lagi.

Nilai tegangan puncak dapat diukur dari 2 kV sampai sekitar 2500 kV dengan

menggunakan sela bola. Salah satu elektroda boleh ditanahkan sedangkan elektroda yang

lain menjadi elektroda tegangan tinggi, atau boleh juga kedua-duanya diberikan tegangan

positif dan negatif yang sama (sela yang simetris).

Adanya jarak antara kedua elektroda maupun antara elektroda dengan objek

sekitar menimbulkan kapasitansi, yang dapat membentuk rangkaian resonansi seri. Proses

pelepasan muatan yang cukup berat pada sebuah percobaan akan menyebabkan osilasi

sehingga tegangan tembus pada sela bola menjadi tidak menentu. Untuk menghindari hal

tersebut maka dipasanglah tahanan seri di antara elektroda bola dengan objek percobaan,

(30)
(31)
(32)

Jarak 30cm

No P t V

1 755,9 27,9 48,1

2 755,9 27,9 48

3 756 27,9 48,6

4 755,9 27,9 48,2

5 755,9 28 48,2

6 755,9 28 48,6

7 755,9 28 48,1

8 755,9 28 48,2

9 755,9 28 48,2

(33)
(34)
(35)

Jarak 30cm

No P t V

1 755,9 27,9 48,1

2 755,9 27,9 48

3 756 27,9 48,6

4 755,9 27,9 48,2

5 755,9 28 48,2

6 755,9 28 48,6

7 755,9 28 48,1

8 755,9 28 48,2

9 755,9 28 48,2

(36)
(37)

Jarak 18cm Jarak 20cm

10 755,5 28,1 56,8 10 755,3 28,1 58,3

(38)

Jarak 30cm

No P t V

1 755 28,2 58,4

2 755 28,2 58,4

3 755 28,2 58,2

4 755 28,1 58,3

5 755 28,1 58,4

6 755 28,1 58,3

7 755 28,1 58,2

8 755 28,2 58,3

9 755 28,2 58,4

(39)

Jarak Sela 3,5cm

10 754,8 28,5 65,1 10 754,7 28,6 65,8

Jarak 14cm Jarak 16cm

(40)

Jarak 18cm Jarak 20cm

10 754,6 28,8 66,9 10 754,4 28,8 67,1

Jarak 22cm Jarak 24 cm

No P t V No P t V

10 754,3 28,7 67,6 10 754,3 28,8 67,8

Jarak 26cm Jarak 28cm

(41)

Jarak 30cm

No P t V

1 754,1 28,8 67,4

2 754,1 28,9 66,9

3 754,1 28,9 67,7

4 753,9 28,9 67,7

5 753,9 28,8 68

6 755 28,8 68

7 753,9 28,9 67,9

8 754,1 28,9 67,7

9 755 28,9 67,6

(42)

Jarak Sela 4cm

10 753,8 29,8 71,8 10 753,7 29,6 72,1

Jarak 14cm Jarak 16cm

(43)

Jarak 18cm Jarak 20cm

10 753,2 29,5 73,7 10 753,1 29,5 73,7

Jarak 22cm Jarak 24cm

(44)

Jarak 30cm

No P t V

1 752,9 29,4 73,8

2 753 29,3 74

3 752,9 29,3 73,7

4 752,9 29,3 73,4

5 752,9 29,3 73,9

6 752,9 29,2 73,5

7 753 29,3 74,1

8 752,9 29,2 73,8

9 752,9 29,2 73,6

10 752,9 29,3 73,2

Dimana:

t = temperatur udara (0C)

p = tekanan udara (mmHg)

(45)
(46)
(47)
(48)

Tanpa Objek

Jarak Sela Tegangan Rata-rata s (cm) V (kV)

2 38.45

2.5 45.35

3 56.04

3.5 63.54

4 71.46

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 1 2 3 4 5

Tegangan Rata-rata V (kV)

(49)
(50)
(51)

4.3 Analisa Hasil Perhitungan

Dari data dan grafik yang diperoleh melalui percobaan Pengaruh Objek Sekitar

Terhadap Kesalahan Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan Elektroda Bola-Bola, dapat

diketahui bahwa terjadi perubahan tegangan tembus ketika diletakkan objek di sekitar

elektroda bola. Sebagai contoh, tegangan tembus sela bola pada jarak sela 2 cm ketika

tidak ada objek di sekitar elektroda bola adalah 38,45 kV. Namun ketika diletakkan objek

di sekitar elektroda bola dengan jarak 10 cm dari elektroda, tegangan tembusnya berubah

menjadi 39,62 kV (dilakukan 10 kali percobaan kemudian diambil rata-ratanya). Dari

data dan grafik tersebut juga dapat kita lihat pada umumnya tegangan tembus mengalami

kenaikan pada jarak objek 12, 14,16 cm dari elektroda bola. Namun ketika objek

semakin jauh dari elektroda bola (misalnya pada jarak 18 cm), perubahan tegangan

tembus tidak bisa lagi kita perhatikan apakah makin besar atau makin kecil bahkan

hampir tidak mengalami perubahan (mengalami perubahan yang sangat kecil). Hal ini

terjadi dikarenakan perubahan suhu dan tekanan udara yang tidak terlalu besar bahkan

cenderung konstan. Namun dapat dipastikan bahwa objek yang diletakkan di sekitar

elektroda bola mempengaruhi tegangan tembus elektroda bola terlihat dari adanya

perubahan tegangan ketika tidak ada objek dengan ketika ada objek di sekitar elektroda

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan

a. Tegangan tembus mengalami perubahan yang cukup berarti pada jarak objek

10, 12,14,16 cm dari elektroda bola.

b. Pada jarak 18 cm atau pada jarak objek yang semakin jauh dengan elektroda

bola, tegangan tembus elektroda mengalami perubahan yang sangat kecil atau

hampir tidak mengalami perubahan yang berarti.

c. Perubahan suhu dan tekanan udara paling mempengaruhi tegangan tembus

elektroda bola.

V.2. Saran

a. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih tinggi maka permukaan elektroda bola

harus diusahakan sebersih mungkin.

b. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih tinggi maka percobaan yang

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tobing, Bonggas L., Pengujian Tegangan Tinggi, Penerbit PT Gramedia

Pustaka, Jakarta 2002

2. Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta 1984

3. Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi Suplemen, Ghalia Indonesia,

Jakarta 1983

4. Kind, D., Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi, 1993

5. Naidu, M. S., High Voltage Engineering, Tata Mc Graw Hill Publishing,

1983

6. Kuffel, E.& W.S. Zaengl, High-Voltage Engineering, Pergamon Press,

Oxford,1984

7. Schneider, K.H, the measurement of site pollution severity and its

application to insulator dimension for AC System, Electra CIGRE

8. Schawab, A.J., High Voltage Measurement Technique, MIT press,

Cambridge, Massachusetts, 1973

9. Dieter, K. & K. Herman, High- Voltage Insulation Technology,

Friedr.vieweg, &shon, braunschweig, 1989

10.Kreuger, F.H., Industrial High Voltage, Deft university press, 1992

11.Razevig, D.V.,High Voltage Engineering, Khana Publishers, Delhi 1972

12.Hayt, William H., Elektromagnetika Teknologi, Penerbit Erlangga, Jakarta

Gambar

Gambar 2.1. Medan elektrik dalam Dielektrik
Gambar 3.2. Susunan Elektroda Bola Secara Vertikal
gambar 3.3.
Gambar 3.4.  Kapasitansi antara elektroda bola dengan objek sekitar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saya akan memberikan contoh sederhana dari javascript ini, tambahkan script berikut pada latihan sebelumnya atau anda dapat membuat file HTML baru dengan nama

The term surface topography denotes a sufficient distribution of spatial information within the overlapping area of two or more point clouds in all cardinal directions, that

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran pasang surut di Desa Pangempang Kecamatan Muara Badak dapat di simpulkan bahwa Pasang tertinggi selama penelitian yang dilakukan di

[r]

Yang masih sangat kurang dimengerti oleh para pelajar masa kini, dengan adanya web tentang sekolah mereka dapat secara tidak langsung aktif dalam menggunakan internet.

[r]

Berdasarkan gagasan di atas, penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan suatu web sebagai media promosi dan informasi yang diharapkan dapat membantu peningkatan perusahaan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu, dimana responden dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok GI dan GI modifikasi. Adapun