• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Penderita Asma pada Anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Profil Penderita Asma pada Anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik Tahun 2009"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PENDERITA ASMA PADA ANAK

DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK TAHUN 2009

Oleh :

YASMIN BINTI MD.ALI

070100465

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROFIL PENDERITA ASMA PADA ANAK

DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

YASMIN BINTI MD.ALI

070100465

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Profil Penderita Asma pada Anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik Tahun 2009

Nama: Yasmin binti Md. Ali

NIM: 070100465

Pembimbing Penguji I

………. ….………

(dr. Selvi Nafianti, Sp. A) (dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH)

NIP: NIP: 19740730 2001 12 2 003

Penguji II

……….

( dr. Tridyawati, MSi ) NIP: 19760709 2003 12 2 001

Medan, 24 November 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

...

(4)

ABSTRAK

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang menyerang salur pernafasan. Penyakit ini lebih banyak menyerang anak. Prevalensi kejadian asma pada anak semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil penderita asma di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan dilakukan pengambilan data Rekam Medis mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember 2009. Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang datang berobat ke Poliklinik Rawat Jalan Departemen Anak RSUP H. Adam Malik yang didiagnosa asma dan sampel yang digunakan adalah total sampling.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 26 orang pasien asma yang terdiri dari 13 orang (50%) pasien laki – laki dan 13 orang (50%) pasien perempuan. Asma paling banyak adalah pada usia 6 – 9 tahun dan 10 – 14 tahun yaitu sebanyak 9 orang (34,6 %) manakala onset asma yang paling banyak adalah pada usia 4-6 tahun yaitu sebanyak 13 orang (50%). Terdapat 19 orang (73,1%) pasien mempunyai riwayat keluarga dan riwayat alergi rinitis,10 orang pasien (38,5%) dengan riwayat eksema, 23 orang (88,5%) pasien mempunyai alergen, 25 orang (96,2%) pasien mengalami kekambuhan dan 17 orang (46,2%) pasien mempunyai status gizi baik.

Antara saran bagi penelitian yang selanjutnya adalah mengkaji faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya asma pada anak, mengkaji faktor yang dapat menghalangi anak yang mempunyai riwayat atopi daripada menderita asma dan memberikan panduan dan pedoman kepada pasien asma dalam melakukan aktivitas seharian agar asma tidak mengganggu aktivitas serta dapat hidup normal seperti orang lain.

(5)

ABSTRACT

Asthma is a chronic inflammatory disease that attacks the respiratory airway. The disease is more common in children. Prevalence and incidence of asthma in children has increased from year to year.

The purpose of this study is to determine the profile of children with asthma at Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. This research method is descriptive with data collection conducted from Medical Record from 1 January to 31 December 2009. The study population is all pediatric patients who come to the Poliklinik Rawat Jalan Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan , who was diagnosed with asthma and the sample used is total sampling.

From the results of this study concluded that 26 people with asthma patients consisted of 13 patients (50%) were boys and 13 girls (50%) . Asthma is the most widely at the age of 6-9 years and 10-14 years as many as 9 patients (34.6%) where the onset of asthma is the most at the age of 4-6 years as many as 13 patients (50%). There are 19 (73.1%) patients had a family history and history of allergic rhinitis, 10 patients (38.5%) with a history of eczema, 23 patients (88.5%) experienced an allergen, 25 patients (96.2%) relapsed and 17 patients (46.2%) had good nutritional status

Among the suggestions for further research is to evaluate other risk factors that could trigger asthma in children, examines the factors that may hinder a child who had a history of atopy from having an asthma attack and draw up guidelines and recommendations for asthma patients in their daily activities so that they can live a normal life.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah karena atas izinNya, penelitian ini

bisa diselesaikan dengan judul ’Profil Penderita Asma pada Anak di Rumah Sakit

Haji Adam Malik Medan Tahun 2009’. Terima kasih tidak terhingga dan

penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada dosen pembimbing,

dr.Selvi Nafianti, Sp.A atas bimbingan dan tunjuk ajar yang diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar Departemen

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah turut

membimbing melalui perkuliahan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada staf

Rekam Medis RSHAM yang sudi membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Rasa terima kasih juga kepada kedua orang tua, keluarga serta teman-teman

yang telah memberikan dukungan dan nasehat yang tidak putus-putus kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,

penulis memohon saran dan masukan untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir

kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga penelitian ini memberi manfaat

bagi kita semua.

Kepala Batas, 20 November 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian ...2

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1. Definisi Asma ...4

2.2. Patogenesis Asma ...4

2.3. Etiologi Asma ...5

2.4. Klasifikasi Asma ...6

2.4. Manifestasi Klinis Asma ...9

(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...13

3.2. Definisi Operasional ...13

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ...16

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...16

4.3. Populasi dan Sampel ...16

4.4. Teknik Pengumpulan Data ...17

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ...17

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN...18

5.1 Hasil Penelitian……….18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………18

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden……….18

5.1.3. Hasil Analisa Statistik……….19

5.2 Pembahasan………...22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….25

6.1. Kesimpulan………..25

6.2. Saran………25

DAFTAR PUSTAKA ...26

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi derajat asma pada anak 7

2.2 Klasifikasi asma menurut derajat serangan 8

5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin dan usia 18

5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan onset asma 19

5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat keluarga 19

5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat alergi rinitis 20

5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat eksema 20

5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan alergen 21

5.7 Distribusi frekuensi berdasarkan kekambuhan 21

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Izin

Lampiran 3 Data Induk

(12)

ABSTRAK

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang menyerang salur pernafasan. Penyakit ini lebih banyak menyerang anak. Prevalensi kejadian asma pada anak semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil penderita asma di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan dilakukan pengambilan data Rekam Medis mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember 2009. Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang datang berobat ke Poliklinik Rawat Jalan Departemen Anak RSUP H. Adam Malik yang didiagnosa asma dan sampel yang digunakan adalah total sampling.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 26 orang pasien asma yang terdiri dari 13 orang (50%) pasien laki – laki dan 13 orang (50%) pasien perempuan. Asma paling banyak adalah pada usia 6 – 9 tahun dan 10 – 14 tahun yaitu sebanyak 9 orang (34,6 %) manakala onset asma yang paling banyak adalah pada usia 4-6 tahun yaitu sebanyak 13 orang (50%). Terdapat 19 orang (73,1%) pasien mempunyai riwayat keluarga dan riwayat alergi rinitis,10 orang pasien (38,5%) dengan riwayat eksema, 23 orang (88,5%) pasien mempunyai alergen, 25 orang (96,2%) pasien mengalami kekambuhan dan 17 orang (46,2%) pasien mempunyai status gizi baik.

Antara saran bagi penelitian yang selanjutnya adalah mengkaji faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya asma pada anak, mengkaji faktor yang dapat menghalangi anak yang mempunyai riwayat atopi daripada menderita asma dan memberikan panduan dan pedoman kepada pasien asma dalam melakukan aktivitas seharian agar asma tidak mengganggu aktivitas serta dapat hidup normal seperti orang lain.

(13)

ABSTRACT

Asthma is a chronic inflammatory disease that attacks the respiratory airway. The disease is more common in children. Prevalence and incidence of asthma in children has increased from year to year.

The purpose of this study is to determine the profile of children with asthma at Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. This research method is descriptive with data collection conducted from Medical Record from 1 January to 31 December 2009. The study population is all pediatric patients who come to the Poliklinik Rawat Jalan Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan , who was diagnosed with asthma and the sample used is total sampling.

From the results of this study concluded that 26 people with asthma patients consisted of 13 patients (50%) were boys and 13 girls (50%) . Asthma is the most widely at the age of 6-9 years and 10-14 years as many as 9 patients (34.6%) where the onset of asthma is the most at the age of 4-6 years as many as 13 patients (50%). There are 19 (73.1%) patients had a family history and history of allergic rhinitis, 10 patients (38.5%) with a history of eczema, 23 patients (88.5%) experienced an allergen, 25 patients (96.2%) relapsed and 17 patients (46.2%) had good nutritional status

Among the suggestions for further research is to evaluate other risk factors that could trigger asthma in children, examines the factors that may hinder a child who had a history of atopy from having an asthma attack and draw up guidelines and recommendations for asthma patients in their daily activities so that they can live a normal life.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada salur pernafasan yang

menyebabkan obstruksi aliran udara episodik (Nelson, 2007). Insidens pasien asma

adalah sebanyak 300 juta orang dan diperkirakan pasien asma menjangkau 400 juta

orang pada tahun 2025 ( GINA, 2004). Menurut National Center for Health Statistics

of the Centers for Disease Control and Prevention (2002), asma lebih banyak

menyerang pada anak dan jumlahnya adalah sebanyak 8,9 milyar orang. Angka

kejadian asma pada anak meningkat 50% per dekade dan survei yang dijalankan oleh

International Study of Asthma and Allergies in Childhood menunjukkan peningkatan

prevalensi asma dari 1,6% kepada 36,8 % (Nelson, 2007). Diperkirakan hampir 80%

onset dari kejadian asma adalah pada usia 6 tahun. Namun hanya sebilangan kecil

sahaja yaitu satu pertiga yang tetap menghidap asma walaupun setelah usia

meningkat dan dua pertiga yang lainnya mengalami perbaikan. (Nelson, 2007).

Walaupun asma mempunyai kadar kematian yang lebih rendah berbanding penyakit

kronis yang lain namun angka kematian pada pasien asma adalah seramai mencecah

255 000 orang (WHO, 2005).

Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasil penelitian

pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC

(Internationl Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 prevalensi asma

masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survei asma

pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta,

Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi

asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7%-6,4%, sedangkan pada

(15)

sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut di atas, terlihat bahwa asma telah

menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian secara serius.

Pengamatan di 5 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang dilaksanakan oleh Subdit Penyakit

Kronik dan Degeneratif Lain pada bulan April tahun 2007, menunjukkan bahwa pada

umumnya upaya pengendalian asma belum terlaksana dengan baik dan masih sangat

minimnya ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk diagnosis dan tatalaksana

pasien asma difasilitas kesehatan ( Departemen Menteri Kesehatan, 2008).

Terdapat beberapa faktor risiko yang memicu terjadinya asma. Antara lain adalah

orang tua yang mengidap asma, eksczema, alergi rinitis dan sensitisasi alergen

makanan (Nelson, 2007). Beberapa penelitian epidemiologi membuktikan bahwa

terdapat asosiasi dalam perkembangan asma dengan riwayat alergi atau perennial

rinitis. Beberapa studi juga telah mengidentifikasi alergi rinitis sebagai faktor resiko

terjadinya asma dengan prevalensi alergi rinitis pada pasien asma sebanyak 80%

sampai 90% (Bousquet et al, 2000).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui profil

penderita asma pada anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, Indonesia.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat

dikembangkan adalah :

Bagaimanakah profil penderita asma pada anak yang datang berobat ke Rumah

Sakit Haji Adam Malik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil penderita asma pada anak yang datang berobat ke Rumah

(16)

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui pada usia berapa anak sering mengidap asma dan onset anak

mulai terkena serangan asma

2. untuk mengetahui jenis kelamin yang lebih banyak mengidap asma

3. untuk mengetahui proporsi penderita asma yang mempunyai riwayat keluarga asma

4. untuk mengetahui proporsi penderita asma yang mempunyai riwayat alergi rinitis

dan riwayat eksema

5. untuk mengetahui jenis alergen yang bisa mencetuskan asma pada pasien

6. untuk mengetahui proporsi penderita asma yang mengalami kekambuhan

7.untuk mengetahui status gizi penderita asma

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. informasi dan panduan kepada petugas kesehatan dalam upaya menurunkan

angka kejadian asma pada anak di Medan

2. panduan khususnya kepada orang tua dalam menangani faktor risiko yang

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asma

Menurut Nelson (2007) asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis

yang terjadi di salur pernafasan sehingga menyebabkan penyempitan pada salur

pernafasan tersebut. Asma merupakan sindrom yang kompleks dengan karakteristik

obstruksi jalan nafas, hiperresponsif bronkus dan inflamasi pada salur pernafasan

(Busse dan Lemanske, 2001). Asma menyerang kesemua bangsa dan etnik di seluruh

dunia dan pada semua peringkat usia, dengan prevalensi anak laki-laki lebih banyak

berbanding anak perempuan dan setelah pubertas, asma lebih banyak menyerang

wanita berbanding pria (Fanta, 2009).

2.2 Patogenesis Asma

Asma secara konsistennya berhubungan dengan lokus yang pro-alergik dan

proinflamatori. Sel inflamatori bisa menginflitrasi dan menyumbat salur pernafasan

sehingga mengakibatkan kerusakan pada epitel dan deskuamasi pada lumen salur

pernafasan. Inflamasi yang terjadi menyebabkan salur pernafasan menjadi

hiperresponsif yaitu cenderung untuk berkonstriksi apabila terpapar kepada alergen.

Batuk, rasa sesak di dada dan mengi adalah akibat dari obstruksi bronkus yang

didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas bronkus. Penyempitan saluran napas

yang terjadi pada pasien asma merupakan suatu hal yang kompleks. Hal ini terjadi

karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di permukaan mukosa

bronkus, lumen jalan napas dan di bawah membran basal. Bermacam faktor pencetus

dapat mengaktifkan sel mast. Selain sel mast, sel lain yang juga dapat melepaskan

mediator adalah sel makrofag alveolar, eosinofil, sel epitel jalan napas, neutrofil,

platelet, limfosit dan monosit. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast

intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas.

(18)

dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih

permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga

memperbesar reaksi yang terjadi. Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak

langsung menyebabkan serangan asma, melalui sel efektor sekunder seperti eosinofil,

netrofil, platelet dan limfosit. Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang

kuat seperti leukotrien. Tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat

reaksi asma. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan

hipereaktivitas bronkus (Nelson, 2007).

2.3 Etiologi Asma

Menurut Patino dan Martinez (2001) dalam Martinez (2003) faktor

lingkungan dan faktor genetik memainkan peran terhadap kejadian asma. Menurut

Strachan dan Cook (1998) dalam Eder et al (2006) pada kajian meta analisis yang

dijalankan menyimpulkan bahwa orang tua yang merokok merupakan penyebab

utama terjadinya mengi dan asma pada anak. Menurut Corne et al (2002) paparan

terhadap infeksi juga bisa menjadi pencetus kepada asma. Infeksi virus terutamanya

rhinovirus yang menyebabkan simptom infeksi salur pernafasan bagian atas memicu

kepada eksaserbasi asma. Gejala ini merupakan petanda asma bagi semua peringkat

usia (Eder et al, 2006). Terdapat juga teori yang menyatakan bahwa paparan lebih

awal terhadap infeksi virus pada anak lebih memungkinkan untuk anak tersebut

diserang asma (Cockrill et al, 2008).

Selain faktor linkungan, faktor genetik juga turut berpengaruh terhadap

kejadian asma. Kecenderungan seseorang untuk menghasilkan IgE diturunkan dalam

keluarga (Abbas et al, 2007). Pasien yang alergi terhadap alergen sering mempunyai

riwayat keluarga yang turut menderita asma dan ini membuktikan bahwa faktor

genetik sebagai faktor predisposisi asma (Cockrill et al, 2008).

Menurut Tatum dan Shapiro (2005) dalam Eder et al (2006) ada juga bukti

(19)

paru, mencetuskan eksaserbasi asma seterusnya meningkatkan populasi pasien yang

dirawat di rumah sakit.

Mekanisme patogenik yang menyebabkan bronkokonstriksi adalah

disebabkan alergen yang memicu kepada serangan asma. Walaupun telah dikenal

pasti alergen outdoor sebagai penyebab namun alergen indoor turut memainkan peran

seperti house dust mites, hewan peliharaan dan kecoa. Apabila pasien asma terpapar

dengan alergen, alergen tersebut akan menempel di sel mast. Sel mast yang telah

teraktivasi akan melepaskan mediator. Mediator- mediator ini yang akan

menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan permeabilitas epitel jalan nafas

sehingga membolehkan antigen menempel ke IgE-spesifik yang mempunyai sel mast.

Antara mediator yang paling utama dalam implikasi terhadap patogenesis asma alergi

adalah histamin dan leukotrien (Cockrill et al, 2008).

Histamin merupakan mediator yang menyebabkan kontraksi otot polos

bronkus, augmentasi permeabilitas vaskuler dan pembentukan edema salur

pernafasan serta menstimulasi reseptor iritan yang bisa memicu bronkokonstriksi

sekunder (Cockrill et al, 2008).

Menurut Drazen et al (1999) dalam Kay A.B. (2001) sel mast turut

memproduksi sisteinil leukotriene yaitu C4, D4 dan E4. Leukotriene ini akan

menyebabkan kontraksi otot polos, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas vaskuler

dan hipersekresi mukus apabila berikatan dengan reseptor spesifik.

2.4Klasifikasi Asma

2.4.1 Asma saat tanpa serangan

Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) mengklasifikasikan derajat asma menjadi:

(20)

Tabel 2.1 . Klasifikasi derajat asma pada anak

<1 kali/bulan >1 kali/bulan Sering

2 Lama serangan <1minggu >1minggu Hampir sepanjang tahun, tidak ada periode bebas serangan

3 Intensitas serangan

Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat

4 Diantara serangan

Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam

5 Tidur dan aktifitas

Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

6 Pemeriksaan

PEF=Peak expiratory flow (aliran ekspirasi/saat membuang napas puncak), FEV1=Forced expiratory volume in second (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik)

Keterangan :

(Departemen Kesehatan, 2008 )

2.4.2 Asma saat serangan

(21)

Tabel 2.2 Klasifikasi asma menurut derajat serangan

Parameter klinis, fungsi faal paru, laboratorium

Ringan Sedang Berat Ancaman

henti napas

Sesak (breathless) Berjalan Berbicara Istirahat Bayi :

Biasanya ada Ada Gerakan

paradok

Frekuensi napas Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea

Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar : Usia Frekuensi napas normal per menit

(22)

1-5 tahun < 40 6-8 tahun < 30

Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak

Batuk kering yang intermitten dan mengi merupakan gejala kronis yang sering

dikeluhkan pasien. Pada anak yang lebih tua dan dewasa mengeluhkan sukar bernafas

dan terasa sesak di dada. Pada anak yang lebih kecil sering merasakan nyeri yang

nonfokal di bagian dada. Simptom respiratori ini bisa lebih parah pada waktu malam

terutamanya apabila terpapar lebih lama dengan alergen. Orang tua sering

(23)

mereka (Nelson, 2007). Manakala menurut Boguniewicz (2007), mengi merupakan

karakteristik yang utama pada pasien asma. Jika bronkokonstriksi bertambah parah,

suara mengi akan lebih jelas kedengaran dan suara pernafasan menghilang.

Menurutnya lagi, sianosis pada bibir dan nail beds akan terlihat disebabkan oleh

hipoksia. Takikardia dan pulsus paradoxus juga bisa terjadi. Agitasi dan letargi

merupakan tanda-tanda permasalahan pada pernafasan. Menurut Abbas et al (2007),

pada pasien asma terjadi peningkatan produksi mukus. Hal ini dapat menyebabkan

obstruksi bronkus dan pasien mengeluhkan sukar bernafas.

Kebanyakan dari penderita asma juga mengalami alergi rinitis dan eksema

(Sheffer, 2004). Alergi rinitis merupakan inflamasi pada mukosa nasal yang ditandai

dengan nasal kongesti, rinorea, bersin dan iritasi konjuntiva. Rinorea, nasal kongesti,

bersin paroxysmal dan pruritus pada mata, hidung, telinga dan palatum merupakan

tanda yang sering dikeluhkan oleh pasien alergi rinitis. Anak yang alergi rinitis bisa

juga terjadi gangguan tidur, aktivitas yang terbatas, irritabilitas dan gangguan mood

dan kognitif yang bisa menggangu prestasi anak di sekolah. Hidung yang terasa gatal

akan menyebabkan anak sering terlihat menggosok hidung dengan tangan (Nelson,

2007). Beberapa kajian telah menyatakan bahwa alergi rinitis merupakan salah satu

faktor pemicu terjadinya asma. Prevalensi alergi rinitis pada pasien asma diperkirakan

sebanyak 80 % hingga 90% (B Leynaert, 2000).

Menurut Akdis et al (2006) dalam Bieber (2008) dermatitis atopik atau

eksema adalah penyakit kulit yang sering dideritai oleh pasien dengan penyakit atopik

yang lain seperti asma dan alergi rinitis. Lesi kulit dermatitis atopik memperlihatkan

adanya edema dan infiltrasi sel mononuklear dan eosinofil serta penimbunan cairan

dalam kulit(membentuk vesikel yang jelas terlihat secara klinis). Pecahnya vesikel

kecil dalam jumlah yang banyak ini mengakibatkan terbentuknya krusta dan kulit

menjadi bersisik. Perubahan ini dan pruritus berat yang mendahului dan menyertai

(24)

pengeluaran keringat dan retensi keringat seringkali menimbulkan gatal-gatal berat

yang disebabkan oleh panas. Rasa gatal dan rasa sakit yang hebat akibat kulit yang

pecah-pecah adalah keluhan utama pasien eksema ( Solomon, 2003). Eksema jarang

terjadi pada orang dewasa. Eksema dimulai sejak usia 2 bulan sampai 6 bulan, sering

terdapat pada wajah dan iritasi ini menyebabkan anak tidak dapat tidur. Hasil kajian

juga menunjukkan 25% penderita eksema alergi terhadap telur, susu, kacang, tepung,

ikan dan kerang (Pitaloka, 2002).

2.6 Penatalaksanaan Asma

Sasaran utama sebagai strategi pertahanan terhadap asma adalah zat – zat

iritan dan alergen. Keduanya bisa merangsang timbulnya reaksi pada salur

pernafasan. Penghindaran terhadap faktor lingkungan adalah saran yang paling

ampuh dalam usaha menghadapi asma. Cara ini sangat alami, tidak perlu

mengkonsumsi obat-obatan, tiada akibat sampingannya serta udara dan lingkungan

yang bersih membawa manfaat bagi seluruh anggota keluarga yang lain (Iwan dan

Syamsir, 2006).

Terdapat dua kategori obat untuk penyembuhan asma yaitu obat pelega yang

bekerja dengan cepat (quick-relief) dan obat kontrol untuk jangka panjang (long-term

control). Obat pelega yang digunakan adalah short-acting ß2 agonist (SABA), anti

kolinergik dan kotikosteroid oral. SABA (seperti albuterol, levalbuterol dan

pirbuterol) merupakan antara bronkodilator yang efektif. SABA bekerja dengan

memberikan efek relaksasi pada otot polos bronkus dan mula bekerja 5 hingga 10

menit setelah administrasi. Ipratropium bromida merupakan antikolinergik

bronkodilator yang mengurangkan hipersekresi mukus dan irritabilitas reseptor batuk

dengan mengikat asetilkolin di reseptor muskarinik yang terdapat pada otot polos

bronkus. Anak asma dengan eksaserbasi akut diberikan kortikosteroid untuk 3 hingga

10 hari. Dosis awal diberikan 1-2 mg/kg/hari dengan Prednison untuk 2 hingga 5 hari

yang berikutnya. Untuk obat kontrol jangka panjang pula digunakan obat long-acting

(25)

(salmeterol, formoterol dan bambuterol) memberikan efek relaksasi otot polso

bronkus dan bekerja selama 12 jam tapi obat ini tidak memberikan efek anti

inflamatori yang signifikan. Leukotriene modifiers dibagi menjadi dua kelompok

yaitu cysteinyl leukotriene reseptor antagonists(zafirlukast dan montelukast) dan

leukotriene synthesis inhibitors (zileuton) (Nelson, 2006).

Leukotriene modifiers bekerja sebagai anti inflamasi dan bronkodilator.

Manakala teofilin bekerja dengan cara menghambat fosfodiesterase seterusnya

menghambat pemecahan cyclic-AMP. Teofilin merupakan terapi tambahan bagi

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 : Kerangka konsep profil penderita asma pada anak

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Asma

Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan brokus

yang berulang namun reversibel. Keluhan yang sering dialami pasien antara lain

sesak nafas, mengi yang terdengar jelas semasa serangan asma dan batuk.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis • onset asma • usia pasien • Jenis kelamin • Riwayat keluarga • Riwayat alergi rinitis • Riwayat eksema • Riwayat alergen • Kekambuhan • Status gizi

Asma

(27)

3.2.2. Riwayat alergi rinitis

Alergi rinitis adalah inflamasi pada nasal yang ditandai dengan sekresi hidung yang

berlebihan (rinore), bersin yang berulang, pruritus pada mukosa hidung, tenggorokan

serta telinga disertai kemerahan pada konjunktiva, pruritus mata dan lakrimasi.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis

3.2.3 Riwayat eksema

Eksema adalah suatu gangguan kulit kronik yang memperlihatkan adanya edema,

infiltrasi sel mononuklear dan eosinofil serta penimbunan cairan dalam kulit

(membentuk vesikel-vesikel yang jelas kelihatan secra klinis)

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis

3.2.4 Riwayat Keluarga

Orang tua pasien yang turut menghidap asma.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis

3.2.5 Usia pasien

Pasien yang berusia di bawah 14 tahun

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis

3.2.6 Onset asma

Pada usia berapa pasien mulai terkena serangan asma

Cara ukur : observasi

(28)

3.2.7 Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien asma laki-laki atau perempuan.

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis

3.2.8 Alergen

Apa saja alergen yang bisa mencetuskan asma pada pasien

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis

3.2.9 Kekambuhan

Serangan asma yang berulang setelah pertama kali terkena serangan asma

Cara ukur : observasi

Alat ukur : Rekam medis

3.2.10 Status gizi

Status gizi diukur dengan menggunakan indeks BB/U (Berat badan mengikut Umur)

menurut carta CDC sama ada status gizi kurang, baik atau lebih.

Cara ukur : observasi

(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui profil penderita

asma pada anak. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain studi

cross-sectional secara retrospektif dengan memperoleh data sekunder dari catatan rekam

medis.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dari bulan Mei 2010 sehingga Juli 2010.

Penelitian ini dimulai dari penelusuran daftar pustaka, penyusunan proposal

penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, seminar proposal dan dilanjutkan

dengan penelitian lapangan mulai dari pengumpulan data hingga ke penulisan hasil

pelaporan.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Pemilihan

lokasi ini adalah karena rumah sakit ini mempunyai jumlah pengunjung atau pasien

yang relatif banyak sehingga sampel dan populasi yang diperlukan untuk penelitian

ini dapat ditentukan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang datang berobat di

(30)

telah didiagnosa mengalami asma. Jumlah populasi tersebut diambil daripada rekam

medis mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember 2009.

Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi

adalah sampel karena perlu diketahui profil keseluruhan pendeita asma.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder yang

diperoleh dari rekam medis.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diambil dan dicatatkan daripada setiap pasien dari Rumah Sakit Haji Adam

Malik, Medan dimasukkan ke dalam komputer dan dianalisa dengan menggunakan

(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan

yang merupakan rumah sakit tipe A. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan

untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian adalah pasien asma yang datang berobat ke

Poliklinik Rawat Jalan Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan

yaitu sebanyak 26 orang. Penelitian bersifat deskriptif ini dilakukan dengan cara

mengambil data rekam medis dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember 2009.

Berikut merupakan distribusi pasien mengikut jenis kelamin dan umur.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin dan Usia Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (%)

Jenis Kelamin

Laki – laki 13 (50)

Perempuan 13 (50)

Usia ( tahun)

2 1(3,8) 3 4(15,4) 4 2(7,7)

(32)

8 3(11,5) 9 3(11,5) 10 3(11,5) 12 4(15,4) 14 2(7,7)

Berdasarkan tabel 5.1 didapati jumlah pasien anak laki-laki dan perempuan

yang didiagnosa asma masing- masing sebanyak 13 orang (50%). Manakala

berdasarkan usia didapati yang paling banyak adalah yang berusia 3 tahun dan 12

tahun yaitu masing – masing sebanyak 4 orang (15,4%) dan yang paling sedikit

adalah yang berusia 2 tahun, 5 tahun dan 6 tahun yaitu sebanyak seorang (3,8%).

5.1.3 Hasil Analisa Data

Onset asma anak yang paling banyak adalah pada usia 5 tahun yaitu sebanyak

6 orang (23,1%) sedangkan yang paling sedikit adalah pada usia setahun, 7 tahun dan

10 tahun yaitu sebanyak seorang (3,8%).

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Onset Asma

Onset asma (tahun) Frekuensi (n) Persen(%)

1 1 3,8

2 3 11,5

3 5 19,2 4 2 7,7 5 6 23,1 6 5 19,2 7 1 3,8 8 2 7,7

10 1 3,8

Jumlah 26 100,0

Sebanyak 19 orang (73,1%) pasien asma mempunyai riwayat keluarga asma

(33)

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keluarga

Frekuensi (n) Persen(%)

Riwayat keluarga

Ada 19 73,1 Tiada 7 26,9 Jumlah 26 100,0

Pasien asma yang mempunyai riwayat alergi rinitis adalah sebanyak 19 orang

(73,1%) sedangkan sebanyak 7 orang (26,9%) tidak mempunyai riwayat alergi rinitis.

Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Alergi Rinitis

Frekuensi (n) Persen(%)

Alergi rinitis

Ada 19 73,1 Tiada 7 26,9 Jumlah 26 100,0

Sebanyak 10 orang (38,5%) pasien asma mempunyai riwayat eksema

sedangkan sebanyak 14 orang (53,8%) tidak mempunyai riwayat eksema. Sebanyak 2

orang (7,7%) pasien tidak ditemukan data menyatakan pasien tersebut mempunyai

riwayat eksema ataupun tidak.

Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Eksema

Frekuensi (n) Persen(%)

Eksema

Ada 10 38,5 Tiada 14 53,8 Tidak dinyatakan 2 7,7 Jumlah 26 100,0

Didapati sebanyak 23 orang (88,5%) pasien asma mempunyai alergen

sedangkan tiada pasien asma yang tidak mempunyai alergen. Sebanyak 3 orang

(11,5%) pasien tidak ditemukan data yang menyatakan pasien tersebut mempunyai

(34)

Tabel 5.6 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alergen

Diketahui bahwa terjadinya kekambuhan kepada 25 orang pasien asma dan

hanya seorang (3,8%) pasien yang tidak didapatkan data samada pasien tersebut

mengalami kekambuhan ataupun tidak

Tabel 5.7 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kekambuhan

Frekuensi (n) Persen(%)

Status gizi yang paling banyak adalah gizi baik yaitu sebanyak 17 orang

(46,2%) sedangkan status gizi yang paling sedikit adalah gizi lebih yaitu sebanyak

seorang (19,2%).

Tabel 5.8 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi

Frekuensi (n) Persen(%)

Penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri rekam medis di Poliklinik

(35)

1 Januari sampai 31 Desember 2009. Setiap pasien anak yang datang berobat dan

didiagnosa asma menjadi sampel penelitian.

Berdasarkan data yang didapatkan sebanyak 26 orang pasien asma datang

berobat di Poliklinik Rawat Jalan Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam Malik.

Dari jumlah pasien tersebut sebanyak 13 orang (50%) merupakan pasien laki – laki

dan bilangan pasien perempuan juga mencatatkan bilangan yang sama yaitu sebanyak

13 orang (50%). Hasil penelitian yang didapatkan tidak sama dengan teori Fanta

(2009) yang mengatakan sebelum usia pubertas prevalensi asma pada anak laki – laki

lebih banyak jika dibandingkan dengan perempuan. Namun setelah usia pubertas,

perempuan lebih ramai yang menghidap asma berbanding laki – laki. Pada penelitian

ini tiada perbedaan didapatkan antara jumlah pasien laki – laki dan perempuan. Data

ini diperoleh sedemikian mungkin disebabkan populasi pasien yang sedikit yaitu

hanya seramai 26 orang sehingga didapatkan perbedaan yang tidak begiru ketara.

Di Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam Malik usia pasien yang dirawat

adalah yang berusia sehari sehingga 14 tahun. Usia pasien asma yang dirawat mulai 1

Januari sampai 31 Desember 2009 juga bervariasi dari umur 2 tahun sehingga 14

tahun. Berdasarkan data yang diperoleh pasien yang paling banyak dirawat adalah

pada usia 3 tahun dan 12 tahun yaitu sebanyak 4 orang (15,4%). Manakala frekuensi

onset asma yang paling tinggi bagi sampel penelitian ini adalah pada usia 5 yaitu

sebanyak 6 orang (23,1%). Hasil penelitian ini menghampiri pernyataan dari Nelson

(2007) yang diperkirakan bahwa hampir 80% onset dari kejadian asma adalah pada

usia 6 tahun. Kebanyakan anak menghidap asma pada usia ini karena pada usia ini

anak – anak sangat aktif. Mereka lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan

cenderung untuk terpapar kepada alergen.

Pada data didapatkan sebanyak 23 orang (88,5 %) mempunyai alergen. Antara

contoh alergen yang dicatatkan adalah debu, makanan laut dan cuaca. Alergen yang

paling banyak dicatatkan adalah debu yaitu sebanyak 11 orang (42,3%). Debu adalah

akibat dari udara yang tercemar. Hal ini bersesuaian dengan pernyataan Tatum dan

(36)

merupakan salah satu penyebab terjadinya asma. Apabila anak tersebut terpapar

kepada alergen, hal ini dapat menyebabkan mereka mengalami kekambuhan.

Berdasarkan data sebanyak 25 orang (96,2%) pasien mengalami kekambuhan dan

hanya 1 data yang tidak menyatakan kekambuhan pasien ada ataupun tidak.

Selain dari faktor alergen, riwayat keluarga juga memainkan peran penting

dalam kejadian asma pada anak. Dari data yang diperoleh, 19 orang (73,1%) pasien

yang mempunyai riwayat dalam keluarga menderita asma yang kebanyakannya ibu

pasien. Hasil penelitian ini didukung dengan jurnal dari Cockrill et al (2008) yaitu

pasien asma yang alergi terhadap alergen sering mempunyai riwayat keluarga yang

turut menderita asma dan ini membuktikan bahwa faktor genetik sebagai faktor

predisposisi asma. Manakala sebanyak 7 orang (26,9%) pasien tidak mempunyai

riwayat dalam keluarga namun mempunyai riwayat alergen yang menyebabkan

kekambuhan asma pada pasien tersebut.

Berdasarkan data diperhatikan bahwa 19 orang (73,1%) pasien asma turut

mempunyai riwayat menderita alergi rinitis. Studi dari Bousquet et al (2000) juga

telah mengidentifikasi alergi rinitis sebagai faktor resiko terjadinya asma dengan

prevalensi alergi rinitis pada pasien asma sebanyak 80% sampai 90%.

Menurut Akdis et al (2006) dalam Bieber (2008) dermatitis atopik atau eksema

adalah penyakit kulit yang sering dideritai oleh pasien dengan penyakit atopik yang

lain seperti asma. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa sebanyak 10 orang

(38,5%) pasien mempunyai riwayat mengalami eksema dan 14 orang (53,8%) tidak

mempunyai riwayat eksema. Walaupun pasien dengan riwayat eksema adalah lebih

sedikit berbanding dengan yang tidak mempunyai riwayat eksema namun nilai ini

cukup signifikan untuk menghubungkan eksema dengan kejadian asma.

Dari penelitian ini juga dinilai status gizi anak. Berat badan dan tinggi badan

adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan, khususnya

yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan

(37)

mengukur indeks BB/U (Berat badan mengikut Umur) menurut carta CDC 2000.

Berat badan digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran dan tidak semua

pasien dicatatkan tinggi badannya. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 17

orang pasien (46,2%) mempunyai status gizi baik dan 8 orang (34,6%) mempunyai

status gizi kurang. Manakala hanya seorang (19,2%) yang mempunyai status gizi

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan di Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam

Malik, Medan mengenai Profil Penderita Asma pada Anak di Poliklinik Rawat Jalan

Departemen Anak Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan tahun 2009 disimpulkan

bahwa pasien laki – laki dan perempuan mempunyai bilangan yang sama yaitu

masing – masing 50%. Paling banyak adalah pasien yang berusia 3 tahun dan 12

tahun yaitu masing – masing sebanyak 15,4%. Dari data yang diperoleh onset asma

yang paling banyak adalah pada usia 5 tahun yaitu sebanyak 23,1%. Diperoleh 96,2%

pasien mengalami kekambuhan. Sebanyak 88,5% pasien mempunyai alergen dengan

42,3 % alergi terhadap debu. Manakala sebanyak 46,2% pasien mencatakan status

gizi baik. Selain itu, didapatkan juga sebanyak 73,1% pasien mempunyai riwayat

keluarga asma dan riwayat alergi rinitis serta sebanyak 38,5% pasien mempunyai

riwayat eksema.

6.2 Saran

Antara saran bagi penelitian yang selanjutnya adalah :

a) mengkaji faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya asma pada anak

b) mengkaji faktor yang dapat menghalangi anak yang mempunyai riwayat atopi

daripada menderita asma

c) memberikan panduan dan pedoman kepada pasien asma dalam melakukan

aktivitas seharian agar asma tidak mengganggu aktivitas serta dapat hidup

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2007. Cellular and Molecular Immunology. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Akdis, C.A., Akdis, M., Bieber, T., et al. Diagnosis and treatment of atopic

dermatitis in children and adults. 2006;118:152-169. Dalam : Bieber, T. Atopic Dermatitis. N Engl J Med. 2008;358:1483. Available from:

Alam, S., Hadibroto, I., 2006. Asma. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Boguniewicz, M., 2007. Allergic Disorders. In: Deterding, R.R., Hay, J.R., Levin, M.J., Sondheimer, J.M., 18th ed. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. USA: McGraw-Hill, 1049-1060.

Boring, J.R., Daniels, S.R., Eley, J.W., Flanders, W.D., Greenberg, R.S., 2005. Medical Epidemiology. Fourth Edition. USA: McGraw-Hill.

Bousquet, J., Demoly, P., Leynaert, B., Neukirch, F. Epidemiologic evidence for asthma and rhinitis comorbidity. J Allergy Clin Immunol. 2000 Nov ;106 (5 Suppl):S201-5 11080732.

Busse, W.W., Lemanske, R.F. Asthma. N Engl J Med. 2001;344:350. Available

from:

2010]

Cockrill, B.A., Mandel, J., Weinberg, S.E., 2008. Principles of Pulmonary Medicine. Fifth Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Cook, D.G., Strachan, D.P. Health effects of passive smoking. 6. Parental smoking and childhood asthma: longitudinal and case-control studies. 1998;53:204-212. Dalam : Eder, W., Ege, M.J. dan Mutius, E.V. The Asthma Epidemic. Engl J Med. 2006;355:2226. Available from:

(40)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Available from:

Drazen, J.M., Israel, E., O'Byrne, P.M. Treatment of asthma with drugs modifying the leukotriene pathway.1999;340:197-206. Dalam : Kay, A.B. Allergy and Allergic Diseases— First of Two Parts. N Engl J Med. 2001;344:30-37.

Available from:

7 April 2010]

Fanta, C.H. Asthma. N Engl J Med. 2009;360:1002. Available from :

Global Initiative for Asthma (GINA), 2004. Global Burden of Asthma Report.

Available from :

[Accessed 3 April 2010]

Gwilt, C., McGowan, P., Patel, H., 2008. Respiratory System. Third Edition. Philadelphia: Mosby Elsevier.

Ismael, S., Sastroasmoro, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto.

Lasley, M.V., 2006. Allergy. In: Behrman, R.E., Jenson, H.B., Kliegman, R.M., Marcdante, K.J., 5th ed. Nelson Essential of Pediatrics. Philadelphia: Saunders Elsevier, 393-412.

Martinez, F.D., Patino, C.M. Interactions between genes and environment in the development of asthma. 2001;56:279-286. Dalam : Martinez, F.D. Toward Asthma Prevention — Does All That Really Matters Happen before We Learn to Read? N Engl J Med. 2003;349:1473. Available from:

Pitaloka, A.D., 2002. Alergi. Jakarta: Dian Rakyat.

Shapiro, G.G., Tatum A.J. The effects of outdoor air pollution and tobacco smoke on asthma. 2005;25:15-30. Dalam : Eder, W., Ege, M.J. dan Mutius, E.V. The Asthma Epidemic. Engl J Med. 2006;355:2226. Available from:

(41)

Sheffer, A.L. Allergen Avoidance to Reduce Asthma-Related Morbidity. N Engl J Med. 2004;351:1134. Available from:

Solomon, W.R., 2003. Dermatitis Atopik dan Urtikaria. Dalam: Price, S.A., Wilson, L.M., Edisi Keenam. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 191-197.

World Health Organization (WHO), 2005. 10 Facts on Asthma. Available from :

(42)

Lampiran 1 : Halaman Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yasmin binti Md.Ali

Tempat / tanggal lahir : Negeri Sembilan, Malaysia / 19 September 1987

Agama : Islam

Alamat : No 208-C9 Seksyen 10 Wangsa Maju 53300 Kuala Lumpur

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Zon R10 Wangsa Maju

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Seksyen 5 Wangsa Maju

3. MRSM Serting

4. Pre Medical ACMS

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU,

Medan

2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2007.

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan PKPMI

(43)

Lampiran 2

Yasmin binti Md. Ali 070100465

(44)

Lampiran 3 : Data Induk

PROFIL PENDERITA ASMA PADA ANAK DI RSHAM TAHUN 2009

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

sta tus gizi

8 30.8 30.8 30.8

17 65.4 65.4 96.2

1 3.8 3.8 100.0

26 100.0 100.0

kurang baik lebih Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

(57)

Gambar

Tabel 2.1 . Klasifikasi derajat asma pada anak
Tabel 2.2 Klasifikasi asma menurut derajat serangan
Gambar 3.1 : Kerangka konsep profil penderita asma pada anak
Tabel 5.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu buddhayah , yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

inferred global lightning r deep cloud index which is positively correlated with global temperature. Thus, there is a consistent picture of warmer temperatures leading to more

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

[r]

Dari hasil pembahasan diatas merupakan hasil penelitian yang diperoleh dari data data yang telah dianalisis kemudian diolah menjadi konsep dalam proses perencanaan

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka dengan hormat kami mengundang saudara untuk menghadiri acara pembuktian kualifikasi yang akan dilaksanakan pada :. Diharapkan