Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas
dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
YAYIK NOVITRIAMI
061301120
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBARAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:
Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas
dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan
Adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari
hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi
ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 26 Oktober 2010
Yayik Novitriami
Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan
Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari
ABSTRAK
Di era globalisasi ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk dapat menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mengembangkan sikap profesionalnya. Peran guru sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Maka dari itu, kondisi guru penting untuk diperhatikan, tidak hanya pada kondisi fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan kerja guru.
Kepuasan kerja guru merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaannya. Apabila seseorang puas dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan hasil yang maksimal pada pekerjaannya dan sebaliknya. Iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan guru dalam mengajar. Untuk dapat mengetahui apakah iklim kelas yang dimasuki guru ketika mengajar relatif baik dapat dilihat dari bagaimana persepsi guru dalam menilai kelas yang dimasukinya saat mengajar. Inilah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dalam mengajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan (r = 0,381). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas berhubungan dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.
Relationship between Teacher Perception of Classroom Climate with Teacher Job Satisfaction SMK Pharmacy Medan
Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari
ABSTRACT
In this era of globalization, competition between human resources are very tightly coupled with a variety of industries increasingly complete to obtain optimal result. One of the ways used by governments to be able to prepare human resources in the era of globalization is through education vocational school (SMK), which is expected to enhance students ability to develop themselves in line with the development of science, technology and art, and to enter employment and develop a professional attitude. The role of teachers is very important in creating quality human resources. Therefore, the teacher is important to note, not only on his physical condition but also on psychological conditions such as teacher job satisfaction.
Teacher job satisfaction is an integral component of organizational climate and key elements that affect workers in jobs. If one is satisfied with his work then he will give maximum results in their work and vice versa. Classroom climate is one of the factors that influence teacher satisfaction in teaching. To be able to find out if the class attended the climate is relatively good when teachers teach can be seen from the perception of teachers in assessing how he entered the classroom when teaching. It is one thing that can affect teacher job satisfaction in teaching.
This study aims to determine the relationship between teacher perceptions of classroom climate with teacher job satisfaction SMK pharmacy Medan. The method used in this study was descriptive correlational, by defining the study population was all vocational school teachers pharmacy Medan, as many as 80 teachers. Sampling method used is the total sample (total sampling) that all members of the sample population. Data were collected using a questionnaire with Likert scale. Reliability to measure teacher perceptions of classroom climate is 0.916 and for teachers job satisfaction of 0.939. Data analysis techniques used were correlation test (Pearson Product Moment).
The results showed that there is a relationship between teacher perceptions of classroom climate with job satisfaction of vocational teachers pharmaceutical field (r=0.381). Conclusion this study showed that teacher perceptions of classroom climate related to teacher job satisfaction Pharmacy SMK Medan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan pada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan baik fisik maupun pikiran serta ketabahan kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan skripsi Psikologi Pendidikan ini. Adapun judul
skripsi ini adalah: “Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan
Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan”.
Perlu usaha yang keras, kegigihan, dan kesabaran untuk menyelesaikan
karya ini. Bagi peneliti karya ini merupakan proses pembelajaran yang sangat
bernilai. Peneliti menyadari karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta
di sekeliling peneliti yang telah mendukung dan membantu, terutama yang
tercinta H. Sugianto, S.H “bapak” dan yang tersayang Hj. Salmi “mama” yang
selalu memberikan dukungan moril, semangat, doa, dan kesabaran dalam
menunggu penyelesaian akhir skripsi saya, serta kepada Andri Handoko, Amd
“mas” dan Dinda Amilia “adik” yang selalu memberikan dukungan emosional
selama ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
2. Ibu Rr. Lita Hadiati W, S.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing
skripsi. Terimakasih yang tulus penulis ucapkan atas kebaikan,
keramahan, bimbingan, saran, kritik dan semangat yang begitu
bermanfaat yang telah ibu berikan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Penulis meminta maaf jika banyak
mengecewakan Ibu dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bang Tarmidi, M.Psi., Psi dan Ibu Fasti Rola, M.Psi., psikolog sebagai
dosen penguji seminar yang telah memberikan banyak masukan demi
kemajuan perkembangan skripsi ini. Serta seluruh dosen departemen
pendidikan, Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, Ibu Desvi Yanti, M.Si,
Psikolog, Ibu Sri Supriyantini, M.Si., Psi, dan Kak Dian Ulfa Sari,
M.Psi,Psi.
4. Kak Indri Kemala Nasution, S.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing
akademik penulis. Terimakasih atas bimbingan akademik yang telah
diberikan selama ini.
5. Ibu Etty Rahmawati, M.Si terimakasih atas informasi yang diberikan
mengenai metodologi penelitian yang berhubungan dengan skripsi
saya.
6. Terimakasih terdalam buat sahabat-sahabat penulis, Ayu, Ela, Mela,
Desta, dan Sarah yang dengan penuh keikhlasan membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu menemani hari-hari saya.
7. Untuk Abi Rekso Panggalih “melody of my life” yang selalu
8. Bang Furqon, Bang Hario, Bang Ivan, Bang Toni, Dita, Sondang, yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya dan khusus
buat Bang Furqon terimakasih karena sudah membuat saya “nangis
bombay” demi kelancaran skripsi saya.
9. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Psikologi Sumatera Utara
yang telah banyak membantu penulis dalam membimbing serta
mengurus administrasi sidang.
10.Guru-guru SMK Farmasi YPFSU, SMK Farmasi Apipsu, dan SMK
Pharmaca yang telah memberikan izin serta membantu saya dalam
pengambilan data penelitian.
11.Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah
banyak memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan ilmu yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti
dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini.
Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Medan, serta para pembaca pada umumnya.
Medan, 27 Oktober 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II. LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja Guru ... 13
1. Definisi Kepuasan Kerja ... 13
2. Definisi Kepuasan Kerja Guru ... 14
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru .... 16
4. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Guru ... 17
B. Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 21
1. Persepsi ... 21
a. Definisi Persepsi ... 21
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi ... 23
2. Iklim Kelas ... 23
a. Definisi Iklim Kelas ... 23
c.Menciptakan Iklim Kelas yang Positif ... 27
D.Hubungan antara Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru ... 33
E.Hipotesa ... 36
BAB III. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 37
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37
1. Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 38
a.Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 43
b.Skala Kepuasan Kerja Guru ... 46
2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48
a. Uji Validitas ... 48
b. Uji Reliabilitas ... 52
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53
1. Tahap Persiapan ... 53
2. Tahap Pelaksanaan ... 55
3. Tahap Pengolahan Data ... 56
BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data ... 59
1.Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 59
a. Jenis Kelamin ... 59
b. Kelas yang dinilai ... 60
2. Hasil Penelitian ... 60
a. Uji Asumsi ... 60
1) Uji Normalitas ... 61
2) Uji Linieritas ... 61
3. Hasil Analisa Data ... 63
a. Deskripsi Data Penelitian ... 63
1) Gambaran skor Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 63
2) Gambaran Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi ... 66
b. Hasil Perhitungan Korelasi Antarvariabel ... 67
c. Hasil Tambahan ... 69
1) Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja Guru berdasarkan Jenis Kelamin ... 69
B. Pembahasan ... 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 45
Tabel 2 Blueprint Skala Persepsi terhadan Iklim Kelas ... 45
Tabel 3 Distribusi Butir Skala Kepuasan Kerja Guru ... 47
Tabel 4 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Guru ... 47
Tabel 5 Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba ... 49
Tabel 6 Blueprint Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba ... 50
Tabel 7 Distribusi Butir Skala Kepuasan Kerja Guru setelah Uji Coba ... 51
Tabel 8 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Guru setelah Uji Coba ... 51
Tabel 9 Gambaran Subyek berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
Tabel 10 Gambaran Subyek berdasarkan Kelas yang dinilai ... 60
Tabel11 Normalitas sebaran variabel persepsi terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru ... 61
Tabel 12Linearitas hubungan variable persepsi terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru ... 62
Tabel 13 Deskripsi Data Penelitian Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 64
Tabel 14 Kategorisasi Data Empirik Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas ... 66
Tabel 15 Deskripsi Data Penelitian Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi ... 66
Tabel 17 Korelasi Antara Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan
Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan ... 68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Scatter Plot linearitas hubungan variabel persepsi terhadap
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Data mentah Try out dan Relibilitas ... 84
Lampiran B Data mentah penelitian dan Hasil utama penelitian ... 102
Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan
Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari
ABSTRAK
Di era globalisasi ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk dapat menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mengembangkan sikap profesionalnya. Peran guru sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Maka dari itu, kondisi guru penting untuk diperhatikan, tidak hanya pada kondisi fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan kerja guru.
Kepuasan kerja guru merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaannya. Apabila seseorang puas dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan hasil yang maksimal pada pekerjaannya dan sebaliknya. Iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan guru dalam mengajar. Untuk dapat mengetahui apakah iklim kelas yang dimasuki guru ketika mengajar relatif baik dapat dilihat dari bagaimana persepsi guru dalam menilai kelas yang dimasukinya saat mengajar. Inilah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dalam mengajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan (r = 0,381). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas berhubungan dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.
Relationship between Teacher Perception of Classroom Climate with Teacher Job Satisfaction SMK Pharmacy Medan
Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari
ABSTRACT
In this era of globalization, competition between human resources are very tightly coupled with a variety of industries increasingly complete to obtain optimal result. One of the ways used by governments to be able to prepare human resources in the era of globalization is through education vocational school (SMK), which is expected to enhance students ability to develop themselves in line with the development of science, technology and art, and to enter employment and develop a professional attitude. The role of teachers is very important in creating quality human resources. Therefore, the teacher is important to note, not only on his physical condition but also on psychological conditions such as teacher job satisfaction.
Teacher job satisfaction is an integral component of organizational climate and key elements that affect workers in jobs. If one is satisfied with his work then he will give maximum results in their work and vice versa. Classroom climate is one of the factors that influence teacher satisfaction in teaching. To be able to find out if the class attended the climate is relatively good when teachers teach can be seen from the perception of teachers in assessing how he entered the classroom when teaching. It is one thing that can affect teacher job satisfaction in teaching.
This study aims to determine the relationship between teacher perceptions of classroom climate with teacher job satisfaction SMK pharmacy Medan. The method used in this study was descriptive correlational, by defining the study population was all vocational school teachers pharmacy Medan, as many as 80 teachers. Sampling method used is the total sample (total sampling) that all members of the sample population. Data were collected using a questionnaire with Likert scale. Reliability to measure teacher perceptions of classroom climate is 0.916 and for teachers job satisfaction of 0.939. Data analysis techniques used were correlation test (Pearson Product Moment).
The results showed that there is a relationship between teacher perceptions of classroom climate with job satisfaction of vocational teachers pharmaceutical field (r=0.381). Conclusion this study showed that teacher perceptions of classroom climate related to teacher job satisfaction Pharmacy SMK Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara membutuhkan sumber daya yang berkualitas, sebab sumber
daya yang berkualitas akan memberikan dampak positif terhadap pembangunan
suatu bangsa dalam berbagai bidang tidak hanya dalam hal penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diharapkan, tetapi juga sikap mental yang baik
(Mustaqim, 2004). Oleh karena itu setiap negara selalu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang dimilikinya (Mustaqim, 2004). Hal ini dapat dilakukan
dengan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa, karena dengan pendidikan
yang berkualitas akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas pula dan
pada akhirnya dapat mendukung perkembangan pembangunan nasional.
Redden dan Pires (dalam Kumar, 2007) menyatakan bahwa pendidikan
merupakan pembahasan dan pengaruh sistematik oleh kematangan seseorang
lewat instruksi, peraturan dan perkembangan yang seimbang, keseluruhan
kemampuan kehidupan manusia, fisik, sosial, intelektual, seni dan spiritual
berdasarkan tingkatan esensial mereka untuk diri sendiri dan untuk sosial
masyarakat yang mengarah pada pendidikan. Menurut Ahmadi & Uhbiyati (dalam
Nurdin,2004) pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mempunyai akhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, estetis, dan demokratis,
Di era globalisasi saat ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat
ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing
untuk menghasilkan hasil yang memuaskan. Salah satu cara yang dilakukan
pemerintah untuk dapat menyiapkan siswa siap terjun dan bersaing di era
globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (selanjutnya
disebut SMK) agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki manusia untuk
kemajuan bangsa dan Negara (Isjoni, 2003). Pendidikan SMK diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa
untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Isjoni,
2003).
Menurut Depdiknas (2009) pendidikan SMK merupakan bentuk satuan
pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan
pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan
mengembangkan sikap profesionalnya. Sejalan dengan hal tersebut, Isjoni (2003)
menyatakan bahwa pendidikan SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan, keterampilan, dan keahlian, sehingga lulusannya dapat
mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja.
Banyaknya industri di Indonesia yang semakin bersaing untuk
mendapatkan suatu hasil yang optimal, sehingga sangat dibutuhkan sumberdaya
manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang siap bina dan siap
mempersiapkan siswanya untuk dapat memiliki kemampuan dan keterampilan
untuk dapat terjun di berbagai bidang industri, seperti SMK Perhotelan, Farmasi,
Musik, Pariwisata, Tataboga dan lain-lain.
Salah satu perkembangan industri di Indonesia khususnya bidang Farmasi
yang merupakan salah satu bidang yang menjanjikan di Indonesia, ketika
kebanyakan industri kewalahan ditimpa resesi, sedangkan industri Farmasi justru
berkembang tiap tahunnya (tahun 1998 pasar berkembang 25%, tahun 1999
bertambah lagi 20% dan tahun 2000 mencapai 50%, perkembangan
berkesinambungan sampai tahun 2009). Data Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM RI, 2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan industri farmasi Indonesia
rata-rata mencapai 14,10% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan
nasional yang hanya mencapai 5-6% per tahun (Priyambodo, 2007).
Siklus perkembangan Farmasi yang semakin meningkat tiap tahunnya
tidak menutup kemungkinan pada pelayanan kefarmasian menjadi bagian integral
dari pelayanan kesehatan sehingga perlu segera melakukan proses peningkatan
profesionalisasi pelayanan baik secara kuantitas maupun kualitas (Priyambodo,
2007). Oleh karena itu, SMK bidang keahlian Farmasi harus semakin
meningkatkan kualitas serta tenaga pelaksana di bidang Farmasi, termasuk sektor
pelayanan (apotek, rumah sakit), distribusi obat (PBF, Pedagang Besar Farmasi)
juga sektor industri dan laboraturium (Kustiana, 2007). Tetapi, dari hasil
wawancara dengan salah satu kepala sekolah SMK Farmasi di kota Medan
menyatakan bahwa SMK Farmasi dikota Medan sendiri belum sepenuhnya
dari wawancara, diperoleh juga hasil observasi bahwa kondisi lingkungan
sekolah farmasi di kota Medan juga kurang memadai untuk belajar misalnya saja
kondisi kelas yang ada.
Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pengembangan sumber daya manusia. Menurut Rao (2004) suatu sistem
pendidikan yang sukses didasari pada unsur guru, siswa, kurikulum, dan fasilitas
yang ada. Guru merupakan pusat dari sistem pendidikan. Guru merupakan figur
penting dan berada pada posisi yang penting (Kumar, 2007). Dalam proses
pendidikan disekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan
pendidik (Djamarah, 2002). Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan
sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik
guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila
yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.
Melihat rumitnya tugas guru tersebut dan pentingnya guru sebagai pekerja
utama dalam proses pendidikan, maka sangatlah penting untuk memperhatikan
kondisi guru. Kondisi guru yang perlu diperhatikan tidak hanya pada kondisi
fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan guru dalam
bekerja yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di
sekolah termasuk didalamnya SMK Farmasi. Sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Kumar (2007) dimana kepuasan kerja sangat penting dalam setiap pekerjaan
karena merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru
adalah pengawasan (supervision), kelompok kerja, isi dari suatu pekerjaan (job
content), tingkatan pekerjaan (occupational level), spesialisasi (specialization),
usia, ras, jenis kelamin dan tingkat pendidikan (Kumar, 2007). Munandar (2001)
menambahkan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru,
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat diperoleh dari
aktivitas kelas, sedangan faktor ekstrinsik diperoleh dari gaji, adanya dukungan
administrator, keamanan sekolah dan ketersediaan sumberdaya sekolah.
Menurut Lester dan Bishop (dalam Hughes 2006), kepuasan kerja guru
terbagi menjadi sembilan aspek yaitu pengawasan (supervision), rekan kerja
(collegues), kondisi pekerjaan (working condition), imbalan/gaji (pay),
tanggungjawab (responsibility), pekerjaan itu sendiri (work it self), kenaikan
jabatan (advancement), keamanan (security), dan penghargaan (recognition). Dari
aspek-aspek tersebut, salah satu aspek dari kepuasan kerja guru adalah kondisi
lingkungan kerjanya. Kondisi lingkungan kerja yang baik akan memberikan
kenyamanan pada guru yang berkaitan dengan perannya sebagai tenaga pengajar.
Peran guru sebagai tenaga pengajar yang berhubungan dengan bertatap
muka secara langsung dengan siswa memberikan efek yang kuat terhadap diri
siswa. Maka dari itu, di dalam melakukan kegiatan belajar mengajar guru harus
dapat merasakan kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat berkonsentrasi
penuh dalam memberikan dan menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Tersedianya lingkungan kerja yang baik dapat memberikan kenyamanan bagi
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mark Scheider
(2003) mengenai kepuasan kerja pada guru bahwa kondisi yang menunjukkan
keefektifan dan kepuasan guru mengajar di kelas adalah dengan mengevaluasi
keadaan sekeliling kelas, melihat jumlah kepadatan di dalam kelas, keaktifan
siswa di dalam kelas, kelengkapan dari fasilitas ruang kelas seperti laboraturium
dan ruang bahasa, faktor fisiologikal, suhu, pencahayaan ruang kelas, dan tingkat
kebisingan dalam ruangan kelas.
Adanya kondisi lingkungan kerja yang baik dapat menimbulkan kepuasan
kerja dan kepuasan kerja diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja bagi
guru (Ramatulasamma, 2007). Lingkungan kerja yang baik dapat meliput i
tersedianya fasilitas-fasilitas umum, ruang kerja yang bersih, luas dan tertata
rapih, sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup, serta terciptanya suasana
kerja yang harmonis (Markandan,1984) dapat dilihat dari adanya interaksi aktif
antara guru dan siswa. Dengan kata lain salah satu hal yang dapat menimbulkan
kepuasan kerja pada guru adalah tersedianya lingkungan kerja yang baik atau
dapat dikatakan iklim kelas yang baik.
Menurut Rawnsley & Fisher (1998), iklim kelas merupakan keadaan
psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil
interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya.
Seperti yang diungkapkan Ravik Karsidi (2003) dimana interaksi antara guru
dengan siswa melambangkan bentuk konkrit dari suasana kelas. Iklim kelas yang
baik tentunya tidak serta merta muncul dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh
dalam pembelajaran, kegiatan penyelidikan, arahan tugas dari guru, kerjasama
siswa, dan kesetaraan (Fraser, McRobbie dan Fisher dalam Wahyudi, 2003).
Adanya interaksi antara guru dan siswa dapat menimbulkan suasana kelas
yang positif dan dapat menimbulkan suasana kelas yang negatif pula. Suasana
kelas yang positif akan terjadi bila interaksi dalam kelas terjadi antara guru dan
siswa, dimana dalam interaksi tersebut terjadi komunikasi dalam bentuk
kerjasama, tolong menolong, tenggang rasa antara anak yang pandai dan kurang
pandai, antara yang kaya dan yang kurang mampu, norma-norma pergaulan hidup
dan tata tertib kelas maupun sekolah dipatuhi dengan disiplin yang luwes, serta
terjadi komunikasi yang terbuka (Hyman, 2000).
Suasana kelas yang positif akan memberikan suasana yang selalu
menyenangkan, hidup, dimana setiap orang berusaha menghargai dan
menghormati martabat orang lain sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana
nampaknya (Wilson dalam Khine & Chiew, 2001). Tetapi, pada kenyatannya
tidak semua guru dapat memberikan penilaian positif terhadap suatu kelas yang
ada. Salah satu hal yang dapat mempengaruhinya adalah keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran akan
menimbulkan kondisi kelas yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara personal yang dilakukan pada salah satu guru yang ada di SMK
Farmasi Medan :
lagi. Mereka diam ketika saya tegur, tetapi gak lama kemudian yaa mereka bercerita-cerita lagi. Ini sering terjadi di beberapa kelas dan terkadang membuat saya menjadi tidak maksimal dalam menyampaikan materi kepada mereka dan ini sangat membuat saya merasa kesal apalagi materi yang saya ajarkan itu adalah ilmu resep yang memang bener-bener materi yang harus di pahami oleh mereka. Kondisi inilah yang terkadang membuat saya menjadi kurang merasa puas dengan pekerjaan saya. Saya pun jadi kurang semangat dalam mengajar”
(Komunikasi Personal, 5 April 2010)
Selain aspek keterlibatan siswa dalam pembelajaran, aspek yang dapat
mempengaruhi penilaian terhadap suatu kelas adalah kekompakan siswa serta
kerjasama siswa dalam kelas yang dapat dilihat dari sejauh mana siswa dapat
mengenal, membantu dan saling mendukung satu sama lain agar mendapatkan
hasil yang baik dalam pembelajarannya. Tetapi tidak semua kelas siswanya
kompak dan dapat bekerjasama di dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil wawancara personal yang dilakukan pada guru SMK Farmasi Medan :
“…kalau masalah kekompakan siswa, khususnya di kelas satu memang kurang kompak siswa-siswanya. Mereka kebanyakan sendiri-sendiri aja, misalnya saja dalam belajar di kelas. Ketika temannya ada yang kurang mengerti, terkadang mereka tidak mau membantu temannya. Saya sering memperhatikan itu, ya.. mungkin mereka malu untuk bertanya kepada saya.”
(Komunikasi Personal, 7 April 2010).
Dari beberapa hasil wawancara tersebut mengindikasikan bahwa iklim
kelas memiliki hubungan dengan kepuasan kerja guru dalam proses belajar
mengajar di SMK Farmasi karena bila iklim kelas positif maka guru akan
semangat dalam menyampaikan materi pelajarannya yang akhirnya akan
memberikan kepuasan mengajar pada guru.
Meskipun demikian, kepuasan kerja juga tidak terlepas dari adanya
kegiatan belajar-mengajar. Suatu persepsi, baik positif maupun negatif dapat
tertanam di dalam batin bawah sadar melalui proses pengalaman hidup dan reaksi
seseorang atas pengalamannya sendiri (Robbins, 2003). Seseorang yang dapat
mempersepsikan secara positif, akan selalu berusaha mengembangkan segala
kelebihan dan keyakinan yang dimiliki sehingga ia dapat memperoleh kepuasan
dari apa yang telah diyakininya. Sebaliknya, seseorang yang tidak dapat
mengembangkan segala kelebihan dan keyakinan yang dimilikinya memiliki
persepsi yang negatif (Hurlock, 1993).
Dari segi psikologi, kepuasan kerja berkaitan dengan kesehatan mental
seseorang. Apabila seseorang tidak puas terhadap pekerjaannya, dapat
menimbulkan berbagai efek salah satunya keluar masuk pekerjaan (turnover).
Apabila seorang individu melibatkan dirinya kedalam pekerjaannya maka
individu tersebut akan menjadi lebih produktif, menjalin hubungan positif dengan
karyawan lainnya, memiliki perencanaan yang bagus, mengurangi tingkat absensi
dan turnover dan sedikit kemungkinan untuk berhenti bekerja (Rao, 2004).
Meskipun demikian, sikap individu dapat berubah apabila individu merasa tidak
puas dengan tempat kerjanya (Rao, 2004), hal ini berhubungan dengan persepsi
individu sendiri terhadap tempat kerjanya.
Kepuasan guru dalam mengajar di SMK Farmasi tidaklah terlepas dari
adanya persepsi terhadap kondisi iklim kelas yang ada. Proses belajar mengajar
dapat berlangsung dengan baik apabila didukung dengan iklim kelas yang baik
pula (Wilson, 2001). Khususnya di SMK Farmasi, tuntutan dari SMK tersebut
sebagainya yang berhubungan dengan bidang Farmasi. Apabila iklim kelasnya
bagus maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar sehingga guru dapat
menyampaikan materi pelajarannya dengan maksimal dan siswa juga dapat
menguasai materi yang diberikan guru dengan maksimal. Dari paparan di atas,
peneliti menganggap perlu untuk meneliti hubungan antara persepsi guru terhadap
iklim kelas dengan kepuasan kerja pada guru SMK Farmasi Medan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru
SMK Farmasi Medan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK
Farmasi dalam mengajar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain:
1. Dari segi teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi
memberi gambaran mengenai hubungan antara persepsi guru terhadap
iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.
2. Dari segi praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru
SMK Farmasi agar lebih memperhatikan kondisi lingkungan sehingga
siswa dapat memahami semua materi yang disampaikan guru serta ahli
dalam bidangnya.
b. Kepada pihak sekolah, agar dapat meningkatkan dan memperhatikan
kepuasan kerja guru.
E. Sistematika Penelitian
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :
BAB I: Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan
masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan
dengan persepsi terhadap iklim kelas dan kepuasan kerja guru SMK
Farmasi.
BAB III: Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi
instrumen yang digunakan, uji coba alat ukur dan reliabilitas, prosedur
pelaksanaan, dan metode analisa data.
BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini berisikan gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan
pembahasan.
BAB V: Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk pihak
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepuasan Kerja Guru
1. Definisi Kepuasan Kerja
Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja adalah komponen integral dari
iklim organisasi dan merupakan elemen penting dalam mengatur hubungan
karyawan. Kepuasan kerja juga merupakan keadaan emosi positif yang terjadi
ketika pekerjaan seseorang telah memenuhi nilai penting pekerjaan yang sesuai
dengan nilai yang telah ditentukan dengan apa yang diinginkan. Ia juga
menambahkan bahwa kepuasan kerja merupakan reaksi emosi individu terhadap
pekerjaannya yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya.
Menurut Dariyo (2008) kepuasan kerja adalah sikap atau perasaan
seseorang terhadap suatu pekerjaan. Ini berarti kepuasan kerja seseorang
tergantung bagaimana penilaian (persepsi) individu yang bersangkutan terhadap
pekerjaan itu sendiri, apakah membuat dirinya merasa puas atau tidak (Dariyo,
2008).
Dari beberapa pengertian kepuasan kerja di atas, maka pengertian
kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap
suatu pekerjaan yang terjadi ketika seseorang telah memenuhi nilai penting
pekerjaan sesuai dengan apa yang ia inginkan.
2. Definisi Kepuasan Kerja Guru
Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja guru merupakan gejala kompleks
yang memiliki berbagai faktor yang berhubungan yaitu personal, sosial, budaya
dan ekonomi. Kepuasan kerja guru merupakan hasil dari berbagai sikap seseorang
terhadap pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan
pekerjaannya dan terhadap kehidupan kerja pada umumnya (Kumar,2007).
Kepuasan kerja didasari pada berbagai sikap dari karyawan, faktor yang
berhubungan dengan pekerjaannya, supervisi (pengawasan), yakin terhadap
pekerjaan, kondisi pekerjaan, kesempatan untuk naik jabatan, penghargaan,
evaluasi kerja, hubungan sosial dalam kerja, perlakuan dari atasan, lingkungan
kerja dan faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan (Kumar,2007).
Menurut Lester (dalam Hughes, 2006) kepuasan kerja guru didefenisikan
sebagai lingkup dari persepsi karyawan dan nilai dari karakteristik lingkungan
pekerjaan seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, dan produktivitas. Lester juga
menambahkan kepuasan kerja guru sebagai sejauhmana penerimaan dan
nilai-nilai yang dirasakan oleh guru terhadap banyaknya faktor seperti evaluasi,
hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan (dalam Hughes, 2006).
Howell dan Diphoye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil
kepuasan kerja dari hasil keseluruhan derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga
kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya misalnya kondisi fisik
lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam
maka ia akan bekerja dengan baik atau mengajar dengan baik. Sebaliknya, jika
guru kurang puas maka ia akan mengajar sesuai kehendaknya (Suwar, 2008).
Dari beberapa penjelasan diatas, maka pengertian kepuasan kerja guru
dalam penelitian ini adalah hasil dari berbagai sikap seorang guru terhadap
faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang merupakan hasil penilaian yang
bersifat subjektif terhadap aspek-aspek pekerjaan itu sendiri, seperti evaluasi,
rekan kerja, kondisi lingkungan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru
Menurut Afsar Khan dalam Ramatulasamma (2007), faktor dari kepuasan
kerja karyawan terdiri dari empat faktor yaitu sebagai berikut:
a. Karakteristik Kerja (job characteristics)
Herzberg dalam teori dua faktor, mengidentifikasikan faktor kepuasan
kerja yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor ini mencakup: 1). Keinginan dan
tertarik pada pekerjaan, 2). Menilai pekerjaan lebih bermakna, 3). Ikut dalam
memecahkan masalah dalam pekerjaan, 4). Mengontrol atau adanya kebebasan
dalam bekerja.
b. Karakteristik Individu (individual characteristics)
Faktor ini merupakan variable demografi. Hal ini seperti karakteristik
personal yang lebih penting dari kehidupan, yaitu 1). Tingkat pekerjaan, 2). Usia,
c. Karakteristik Organisasi (organizational characteristics)
Karakteristik dari kepuasan kerja dihubungkan dengan variabel struktur
organisasi, diantaranya: 1) Infrastruktur dari organisasi, 2) Pelayanan yang baik,
3) Adanya fasilitas rekreasi, 4) Penempatan dan promosi.
d. Karakteristik situasi kerja ( work situational characteristics)
Karakteristik ini mempengaruhi kepuasan kerja pada karyawan.
Karakteristik penting dari situasi kerja diantaranya : 1) Ukuran keselamatan, 2)
Hubungan interpersonal, 3) Berhubungan dengan manajemen, 4) Lingkungan
kerja, 5) Pekerjaan dasar, 6) Motivasi.
Selain beberapa faktor tersebut, faktor lain yang berhubungan dengan
kepuasan kerja adalah teori dua faktor yang di kemukakan oleh Herzberg. Teori
ini menekankan 2 faktor penting dalam menentukan motivasi seseorang yaitu
faktor intrinsik atau motivator dan faktor ekstrinsik atau hygien (Munandar,
2001), yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik ini disebut juga dengan faktor motivator atau penyebab
kepuasan (satisfiers). Faktor ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
langsung kepuasan kerja karyawan. Karena ketika mereka merasa senang mereka
mengaitkannya dengan diri mereka sendiri. Faktor ini tidak akan membawa
ketidakpuasan kerja bagi karyawan, tetapi akan memberikan motivasi yang kuat
hingga meningkatkan kinerja karyawan. Dimana yang termasuk pada faktor
motivator/intrinsik, yaitu 1) Prestasi yang diraih (achievement), 2) penghargaan
(advancement), 5) pekerjaan itu sendiri (the work it self), 6) kemungkinan
pengembangan karir (the possibility of growth).
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik ini disebut juga dengan faktor hygien atau penyebab
ketidakpuasan (dissatisfiers). Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi
langsung ketidakpuasan karyawan. Karena ketika mereka tidak senang, mereka
cenderung menyalahkan faktor-faktor dari luar seperti lingkungan kerja. Faktor ini
tidak akan membawa kepuasan kerja tetapi ketiadaannya akan menimbulkan
ketidakpuasan kerja. Dimana yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah: 1)
kompensasi, 2) keamanan dan keselamatan kerja, 3) kondisi kerja, 4) status, 5)
Prosedur perubahan, 6) mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal
antar rekan kerja, dengan atasan, dan hubungan dengan bawahan.
Kesimpulan dari teori dua faktor bahwa terdapat faktor pendorong yang
berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaan sehingga membawa
kepuasan kerja yang disebut dengan faktor intrinsik atau faktor motivator dan
yang kedua faktor yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan kerja yang disebut
dengan faktor ekstrinsik atau faktor hygien (Munandar, 2001).
4. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Guru
Menurut Lester dan Bishop (2000) aspek-aspek dari kepuasan kerja guru
a. Pengawasan (supervision)
Merupakan tipe pengawas (supervision), apakah pengawas berorientasi
pada tugas atau berorientasi pada individu. Englhardt dalam Kumar (2007)
menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan langsung dari
pengawasan yang diberikan kepala sekolah kepada staf pengajar.
Ketidakpuasan dapat meningkat jika seseorang bekerja dibawah
kemampuannya, tidak efisien, dan cuek kepada atasan atau bos.
Kepuasan guru dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah untuk
memberikan penghargaan terhadap kualitas guru dalam mengajar (Daly
dalam Kumar, 2007). Faktor penting dalam berubahnya karir guru adalah
ketidakpuasan dengan kepala sekolah yangmana bagian dari peran kepala
sekolah sering tidak teratur, dalam mengurangi atau menghilangkan
kesempatan guru untuk berkreasi di dalam kelas (Bloland & Selby dalam
Rao,2004).
b. Rekan kerja (colleagues)
Merupakan rekan kerja dalam mengajar, kelompok kerja dan aspek-aspek
sosial yang ada di dalam lingkungan sekolah. Neeraja Dwivedi dalam
Ramatulasamma (2007) menyatakan bahwa teman, rekan kerja, anggota
keluarga dan tetangga berpengaruh pada seseorang dan berdampak pada
kepuasan kerja seseorang. Hubungan antara guru dan kepala sekolah dan
hubungan antar anggota profesi memiliki pengaruh yang baik pada
kepuasan kerja guru (Mokry dalam Kumar 2007).
c. Kondisi pekerjaan (working condition)
Merupakan kondisi fisik dari lingkungan kerja. Perlengkapan alat-alat
mengajar dalam situasi ruang kelas yang nyaman berhubungan dengan
kepuasan kerja (National Educational Association dalam Rao, 2004).
Menurut Rao (2004) umumnya guru menilai kondisi fisik yang tidak
berbahaya atau tidak nyaman dengan hal yang tampak seperti suhu,
kelembapan, ventilasi, pencahayaan dan tingkat kebisingan yang cukup
dan apabila kebisingannya berlebihan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan fisik dan mengurangi kemampuan untuk bekerja.
Lingkungan fisik yang tidak sehat dalam bekerja dapat memberikan
perasaan tidak nyaman dan pekerjaan dalam kondisi fisik yang buruk yang
dilakukan dalam waktu yang lama akan memberikan ketidakpuasan pada
pekerjaannya (Rohila dalam Rao, 2004). Rudd dan Wiseman dalam
Kumar (2007) menyatakan kondisi fisik pekerjaan harus nyaman untuk
guru beserta dengan perangkatnya, peralatan dalam mengajar, dan
perlengkapan yang digunakan dalam mengajar. Keefektifan mengajar
didasarkan pada jangkauan kondisi fisik pekerjaan seperti akomodasi yang
bagus, ventilasi yang bagus, ruangkelas yang nyaman, peralatan memadai,
perpustakaan, laboraturium, taman bermain, dll.
d. Imbalan/gaji (pay)
Merupakan pendapatan dalam setahun yang sesuai seperti menunjukkan
penghargaan dan prestasi, ataupun kegagalan dari karyawan. Anand dalam
signifikan dengan kepuasan kerja. Besarnya gaji juga akan mempengaruhi
kepuasan kerja pada guru sekolah (Anjaneyulu dalam Rao, 2004).
e. Tanggungjawab (responsibility)
Merupakan keinginan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan untuk
berpartisipasi dalam membuat keputusan, untuk menolong setiap murid
dalam belajar.
f. Pekerjaan itu sendiri (work itself)
Merupakan pekerjaan mengajar itu sendiri atau tugas yang berhubungan
dengan pekerjaan.
g. Kenaikan Jabatan (advancement)
Merupakan perubahan status atau posisi, yang dapat meningkatkan gaji
guru. Kesempatan untuk naik jabatan sangat penting untuk karyawan,
administrasi dan seseorang yang ahli dibidangnya dan tidak begitu penting
untuk seseorang yang tidak memiliki keahlian (Blum dalam Rao, 2004).
Tingkat yang lebih tinggi dari pekerjaan memberikan perasaan yang lebih
puas, prestis, gaji, dan dapat mengontrol diri (Porter dalam Kumar, 2007).
h. Keamanan (security)
Merupakan kebijakan dari sekolah dalam menghormati dan menghargai
kedudukan/jabatan, senioritas, karyawan yang diberhentikan untuk
sementara waktu, pensiunan/mengundurkan diri, dan pemecatan
karyawan. Rao (2004) menyatakan bahwa keamanan merupakan salah satu
faktor yang penting dalam pendidikan. Blum dan Naylor dalam Rao
kepuasan kerja, tetapi penyebab keamanan yang dimaksud adalah sosial
dan ekonomi. Hal ini diyakini bahwa keamanan sosial dan keamanan
ekonomi merupakan esensi kesenangan dalam banyak pekerjaan.
i. Penghargaan (recognition)
Merupakan pengakuan dalam hal perhatian, pernghargaan, prestise dan
penghargaan dari supervisor, rekan kerja, siswa dan orangtua. Johnson dkk
dalam Kumar (2007) menyatakan bahwa penghargaan berpengaruh dalam
kepuasan. Guru akan lebih antusias pada penghargaan yang diberikan oleh
umum/masyarakat daripada penghargaan dari professional lainnya
(Robinson dalam Kumar, 2004). Kumar (2007) menyatakan penghargaan
merupakan satu dari faktor yang signifikan yang mempengaruhi kepuasan
guru dalam bekerja.
Aspek-aspek kepuasan kerja ini merupakan aspek yang digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan terhadap pekerjaan guru ataupun ketidakpuasan
pekerjaan pada guru (Bishop, 2000).
B. Persersi terhadap Iklim Kelas
1. Persepsi
a. Definisi Persepsi
Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak definisi tentang persepsi
yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain persepsi merupakan proses
diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa)
(1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai suatu penilaian seseorang terhadap
obyek, peristiwa atau stimulus, dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang
berkaitan dengan obyek, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk
konsep tentang obyek tersebut.
Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik
lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian
ditafsirkan. Sama halnya menurut Toha (1983) persepsi merupakan pemahaman
individu terhadap informasi lingkungan yang diperoleh melalui proses kognitif.
Persepsi adalah kemampuan untuk mengenali orang, objek atau kejadian
dengan memberikan arti dari apa yang kita ketahui (Elliot et al, 1996). Lahey
(2007) juga mengartikan persepsi adalah pemberian arti stimulus yang berbeda
dan mempunyai arti yang menimbulkan kesadaran, arti yang diberikan individu
terhadap suatu stimulus berdasarkan cara orang tersebut mempolakannya.
Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses organisasi dan interpretasi
informasi yang diterima dari dunia luar. Rahmat (2000) mengartikan persepsi
sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
proses penerimaan suatu rangsang baik objek, kualitas, hubungan antargejala,
maupun peristiwa dan kemudian memberikan makna dari rangsang tersebut yang
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Walgito (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
diantaranya :
1) Perhatian yang selektif
Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja.
Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke mana
sebagai objek pengamat.
2) Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil;
yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya
paling kuat.
3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman mempunyai pola dan citra rasa yang berbeda dalam
pengamatan dibanding dengan orang yang bukan seniman.
4) Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya.
2. Iklim Kelas
a. Definisi Iklim Kelas
Iklim kelas merupakan segala situasi yang terbentuk di dalam kelas
lainnya (Fraser dalam Brok dkk 2003). Iklim kelas merupakan keadaan psikologis
dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik
atau hubungan diantara peserta didik yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan
mempengaruhi proses belajar-mengajar (Fisher & Rawnsley, 1998).
Fraser (dalam Brok dkk 2003) mengidentifikasikan bahwa dalam iklim
kelas terdapat empat karakter, yaitu personalisasi, partisipasi, ketertiban, dan
kejelasan arah tugas serta tanggung jawab. Tingkat personalisasi, mencerminkan
kemampuan guru dalam memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
berinteraksi dengan guru dan siswa lain, serta menunjukkan kepedulian guru
terhadap kesejahteraan dan perkembangan sosial di dalam kelas. Tingkat
partisipasi melukiskan sejauh mana guru dapat mendorong siswa-siswanya untuk
aktif terlibat secara fisik maupun kognitif (mental) selama proses pembelajaran.
Tingkat ketertiban kelas menggambarkan sejauh mana kemampuan guru untuk
menciptakan suasana kelas yang tertib-efektif yang juga diharapkan oleh
siswanya. Ciri khas keempat, kejelasan arah tugas serta tanggungjawab siswa,
menunjukkan keahlian guru dalam memberikan tugas-tugas yang jelas selama dan
sesudah proses pembelajaran.
Iklim kelas menurut Wilson (dalam Khine & Chiew, 2001) adalah tempat
dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa
sumber informasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar. Menurut
Ormrod (2003) iklim kelas diartikan sebagai tempat dimana tercipta komunitas di
antara siswa; tempat dimana siswa diberikan berbagai kontrol untuk melakukan
menyenangkan dan tidak terancam; tempat untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan mengenai permasalahan yang dihadapi siswa di kelas; serta tempat untuk
mengkomunikasikan penerimaan, penghargaan dan perhatian dari guru kepada
siswanya.
Menurut Bloom (dalam Tarmidi, 2005) iklim kelas dapat diartikan sebagai
kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial,
dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Adelman dan Taylor (dalam
Lee, 2005) menyatakan iklim kelas merupakan kualitas lingkungan yang
dirasakan, yang muncul dari adanya interaksi dari berbagai faktor lingkungan
seperti aspek fisik, materi, organisasi, operasional, dan variabel sosial. Iklim kelas
memegang peranan penting dalam mempengaruhi keberlangsungan kegiatan
belajar dan perilaku di dalam kelas. Wilson (dalam Khine & Chiew,2001)
menyatakan iklim kelas adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu
sama lain dengan menggunakan beberapa sumber informasi sebagai usaha
pencarian ilmu dalam aktifitas belajar.
Dari beberapa teori mengenai iklim kelas tersebut, maka pengertian iklim
kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah keadaan psikologis dan hubungan
sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil dari interaksi antara siswa
dengan guru dan antara siswa dengan siswa lainnya.
b.Aspek-aspek Iklim Kelas
Menurut Fraser (dalam Dorman,2009) terdapat tujuh aspek yang dapat
1). Kekompakan siswa (student cohesiveness)
Kekompakan siswa dilihat dari sejauh mana siswa mengenal, membantu,
dan saling mendukung satu sama lain.
2). Dukungan guru (teacher support)
Dukungan guru merupakan perhatian serta bantuan yang diberikan guru
kepada siswa di dalam kelas. Dukungan guru dapat berupa memberi
kesempatan pada siswanya untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang
diajukan, dan sebagainya.
3). Keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement)
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu sejauh mana siswa tertarik
dan berpartisipasi dalam proses belajar, diskusi kelas, memperhatikan
penjelasan guru mengenai pelajaran yang sedang dipelajari, melakukan
kerja ekstra untuk suskses dalam pembelajaran.
4). Kegiatan penyelidikan (investigation)
Kegiatan penyelidikan merupakan sejauhmana siswa dapat memecahkan
persoalan dalam kelas tanpa diberitahu dulu cara pemecahannya. Siswa
dapat memecahkan persoalan dengan bertanya kepada siswa lainnya,
kepada guru, ataupun memperoleh informasi dari media (menonton
televisi, membaca buku, dan lain-lain).
5). Arahan tugas dari guru (task orientation)
Arahan tugas dari guru merupakan perhatian yang diberikan siswa dalam
Siswa akan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh gurunya, dan
tetap menaruh perhatian pada pelajaran yang disampaikan oleh guru.
6). Kerjasama siswa (cooperation)
Kerjasama siswa merupakan kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas.
Guru ada kalanya memberikan tugas secara berkelompok untuk melihat
kemampuan siswa bekerja dengan orang(siswa) lain. Untuk dapat
mencapai menyelesaikan tugas yang baik, erjasama dengan siswa lainnya
diperlukan.
7). Kesetaraan (equity)
Kesetaraan dilihat melalui setiap siswa mendapat kesempatan yang sama
untuk bicara. Guru tidak membeda-bedakan siswanya, setiap siswa
mendapat perlakuan yang adil.
Aspek-aspek iklim kelas ini merupakan aspek yang digunakan untuk
mengukur iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser, McRobbie, dan Fisher.
c. Menciptakan Iklim Kelas yang Positif
Siswa membutuhkan iklim kelas yang positif untuk dapat belajar. Iklim
kelas yang positif dapat diciptakan dengan mengatur aktivitas di kelas. Menurut
Adelman & Taylor (dalam Lee, 2005) untuk mengembangkan iklim kelas yang
positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat meningkatkan kualitas
kehidupan kelas bagi siswa serta guru. Sekolah juga perlu menciptakan kurikulum
yang tidak hanya mendukung kemampuan akademik siswa tetapi juga
mengembangkan keefektivitasan dalam cara mengajar; serta meningkatkan
motivasi intrinsik bagi siswa maupun guru (Adelman & Taylor dalam Lee, 2005).
C. Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas
Berdasarkan pengertian persepsi dan iklim kelas yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas
merupakan penilaian guru mengenai suasana yang dialaminya di dalam kelas
sebagai proses pengenalan dan pemahaman akan keadaan psikologis dan
hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas yang meilputi hubungan antar
siswa, antara guru dengan siswa yang menampilkan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan tugas sekolah. Persepsi positif dari iklim kelas merupakan
persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang nyaman. Sedangkan persepsi
negatif dari iklim kelas dimana persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang
kurang nyaman.
Penilaian tentang iklim kelas diungkapkan dengan menilai aspek-aspek
iklim kelas. Perspesi tentang iklim kelas dapat diartikan sebagai penilaian
mengenai kekompakan siswa (student cohesiveness), dukungan guru (teacher
support), keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement), kegiatan
penyelidikan (investigation), arahan tugas dari guru (task orientation), kerjasama
D. Guru
1. Definisi Guru
Menurut Rustana (dalam Nurdin,2004) guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Profesi pada
hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena
orang tersebut merasa untuk menjabat kepekerjaan itu (Srikun,1996). Guru
menurut Zakiyah Darajat (dalam Nurdin, 2004) adalah pendidik professional,
karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orangtua. Zahara idris
dan Lisma Jamal (dalam Nurdin,2004) mengartikan guru sebagai orang dewasa
yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal
perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan,
memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk hidup yang mandiri dan
makhluk sosial.
McLeod (dalam Nurdin, 2004) berasumsi bahwa guru adalah seseorang
yang pekerjaannya mengajari orang lain. Kata mengajar dapat kita artikan
misalnya menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (kognitif),
melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik), dan menanamkan
nilai dan keyakinan orang lain (afektif). Sejalan dengan hal tersebut, guru menurut
Poerwadarminta (dalam Nurdin, 2004) adalah orang yang kerjanya mengajar,
dimana mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik
Dalam penelitian ini, pengertian guru yang dimaksud adalah pendidik
yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar, yang bertanggung
jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan
jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya
sebagai individu, sebagai makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial
(Zahara Idris dan Lisma Jamal dalam Nurdin, 2004).
2. Definisi Guru SMK Farmasi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan
dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan
mengembangkan sikap profesional (Depdiknas, 2009).
Guru SMK adalah tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
Dalam penelitian ini pengertian guru SMK Farmasi yang dimaksud adalah
tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan
kurikulum SMK yang berlaku yaitu normatif, adaptif, dan produktif yang sesuai
3. Tugas Guru
Menurut Djamarah (2002) guru dalam mendidik anak didik bertugas
untuk :
a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,
kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan
dasar Negara kita Pancasila.
c. Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang
Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 11 tahun
1983.
d. Sebagai perantara dalam belajar, di dalam proses belajar guru hanya
sebagai perantara, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu
pengertian, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah
laku dan sikap.
e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik kea rah
kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak
menurut sekehendaknya.
f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata
tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dulu.
h. Guru sebagai administrator dan manajer, disamping mendidik, seorang
guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha.
j. Guru sebagai perencana kurikulum, gurulah yang paling tahu
kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar.
k. Guru sebagai pemimpin, mempunyai kesempatan dan tanggungjawab
dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke pemecahan soal.
l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak, harus turut aktif
dalam segala aktivitas anak.
Dari beberapa tugas guru tersebut, pada dasarnya dalam proses pendidikan
guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai
pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak
didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak
didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri
(Djamarah, 2002).
4. Kurikulum Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional Tahun
1992-1993 Bab IX Pasal 21, Kurikulum SMK diorganisasikan ke dalam komponen
yang bersifat :
a. Normatif, berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia yang
wajib memuat bahan kajian dan pelajaran pendidikan Pancasila,
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia,
sejarah nasional dan sejarah umum, dan pendidikan jasmani dan
b. Adaptif, berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan
kemampuan profesi yang memuat bahan kajian dan pelajaran yang
memberikan konsep berfikir analitis, logis, dan kreatif yang
mendukung kemampuan tamatan dalam mengembangkan dan
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian.
c. Produktif, berperan dalam pembekalan keterampilan produktif sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja yang memuat bahan kajian dan
pelajaran yang membekali keterampilan dan sikap kerja professional
sesuai dengan kemampuan yang dituntut oleh dunia kerja.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan SMK
menurut petunjuk pelaksanaan sistem pendidikan nasional tahun 1992-1993 Bab
IX Pasal 21adalah diorganisasikan ke dalam komponen yang bersifat normatif,
adaptif, dan produktif.
E. Hubungan antara Persepsi Guru Terhadap Iklim Kelas dengan
Kepuasan Kerja Pada Guru SMK Farmasi Medan
Guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi sistem pendidikan
(Ramatulasamma, 2007). Guru memegang peranan utama dalam proses
pendidikan secara keseluruhan, dimana mengajar merupakan membimbing
aktivitas belajar murid (Uzer Usman dalam Nurdin, 2004). Agar belajar menjadi
sangat diperlukan dan juga agar mengajar berjalan efektif, guru harus
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya (Nurdin,2004).
Bagi guru sendiri, secara psikologis keberhasilan dalam mengajar akan
meningkatkan kepuasan kerja tersendiri, sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan semangat yang tinggi dalam mengajar (Nurdin,2004).
Termasuk di dalamnya pada guru SMK dengan kurikulum yang berbeda dari
SMA pada umumnya sehingga tanggung jawab guru SMK lebih besar daripada
guru SMA. Kurikulum di SMK memiliki tiga komponen yang bersifat (1).
Normatif yang berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia, (2).
Adaptif yang berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan kemampuan
profesi, dan (3). Produktif yang berperan dalam pembekalan keterampilan
produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Depdiknas, 1993). Hal ini lah
yang membuat tanggungjawab guru SMK lebih besar daripada guru SMA.
Menurut Depdiknas (1993) Bab II Pasal 2 ayat 1, pendidikan di SMK pada
umumnya bertujuan untuk (1).mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau meluaskan pendidikan dasar;
(2).meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam
sekitar; (3).meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; dan
(4).menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap
profesional. Tujuan dari pendidikan SMK ini, harus dipenuhi oleh semua SMK,
diharapkan adalah agar siswanya dapat menguasai ilmu dibidangnya, misalnya
dalam meracik obat-obatan, membaca resep dari dokter, dll. Sehingga, apabila
siswa dapat menguasai ilmunya serta tujuan dari pendidikan SMK terpenuhi maka
secara tidak langsung akan memberikan dampak psikologis bagi guru yaitu dalam
hal kepuasan kerja dalam mengajar.
Kepuasan kerja guru dalam mengajar, dapat dilihat dari adanya persepsi
guru pada kelas dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh
Nurdin (2004), bahwa untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja guru dalam
mengajar tidak dapat terlepas dari kondisi lingkungan kelas yang ada. Adelman &
Taylor (dalam Lee, 2005) juga berpendapat bahwa untuk dapat mengembangkan
iklim kelas yang positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat
meningkatkan kualitas kehidupan kelas bagi siswa serta guru.
Hal ini sesuai dengan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
guru yang dikemukakan oleh Lester (1998) yaitu kondisi lingkungan kerja, dalam
penelitian ini kondisi lingkungan kelas saat berlangsungnya proses belajar
mengajar. Kepuasan kerja guru dapat juga dipengaruhi oleh peraturan dari sekolah
dan hal tersebut menunjukkan komponen dari lingkungan kerja yang dapat
memberikan kepuasan kerja pada guru (Latham, 1998).
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Mark Scheider (2003) mengenai
kepuasan kerja pada guru, menunjukkan bahwa kondisi yang menyatakan
keefektifan dan kepuasan guru mengajar di kelas adalah dengan mengevaluasi
dalam proses belajar mengajar, dan tingkat kebisingan dalam ruang kelas, dengan
kata lain dapat dikatakan sebagai keadaan iklim di dalam kelas.
Sejalan dengan hal tersebut penelitian lain yang dilakukan Wahyudi
(2003) mengenai iklim kelas yang merupakan suasana batin (kejiwaan) dan sosial
yang tercipta di dalam suatu kelas, yang dipandang dari persepsi siswa dan
persepsi guru di kelas tersebut. Dimana, persepsi merupakan proses yang dialami
individu yang mencakup menerima, memilih, menyadari, dan memaknai stimulus
yang terdapat di lingkungan maupun dalam diri individu dengan menggunakan
informasi sebelumnya.
Dari paparan di atas maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara
persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi
Medan.
F. Hipotesa
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah ada hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan