• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas

dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

YAYIK NOVITRIAMI

061301120

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBARAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas

dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

Adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 26 Oktober 2010

Yayik Novitriami

(3)

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari

ABSTRAK

Di era globalisasi ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk dapat menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mengembangkan sikap profesionalnya. Peran guru sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Maka dari itu, kondisi guru penting untuk diperhatikan, tidak hanya pada kondisi fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan kerja guru.

Kepuasan kerja guru merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaannya. Apabila seseorang puas dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan hasil yang maksimal pada pekerjaannya dan sebaliknya. Iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan guru dalam mengajar. Untuk dapat mengetahui apakah iklim kelas yang dimasuki guru ketika mengajar relatif baik dapat dilihat dari bagaimana persepsi guru dalam menilai kelas yang dimasukinya saat mengajar. Inilah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dalam mengajar.

(4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan (r = 0,381). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas berhubungan dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

(5)

Relationship between Teacher Perception of Classroom Climate with Teacher Job Satisfaction SMK Pharmacy Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari

ABSTRACT

In this era of globalization, competition between human resources are very tightly coupled with a variety of industries increasingly complete to obtain optimal result. One of the ways used by governments to be able to prepare human resources in the era of globalization is through education vocational school (SMK), which is expected to enhance students ability to develop themselves in line with the development of science, technology and art, and to enter employment and develop a professional attitude. The role of teachers is very important in creating quality human resources. Therefore, the teacher is important to note, not only on his physical condition but also on psychological conditions such as teacher job satisfaction.

Teacher job satisfaction is an integral component of organizational climate and key elements that affect workers in jobs. If one is satisfied with his work then he will give maximum results in their work and vice versa. Classroom climate is one of the factors that influence teacher satisfaction in teaching. To be able to find out if the class attended the climate is relatively good when teachers teach can be seen from the perception of teachers in assessing how he entered the classroom when teaching. It is one thing that can affect teacher job satisfaction in teaching.

This study aims to determine the relationship between teacher perceptions of classroom climate with teacher job satisfaction SMK pharmacy Medan. The method used in this study was descriptive correlational, by defining the study population was all vocational school teachers pharmacy Medan, as many as 80 teachers. Sampling method used is the total sample (total sampling) that all members of the sample population. Data were collected using a questionnaire with Likert scale. Reliability to measure teacher perceptions of classroom climate is 0.916 and for teachers job satisfaction of 0.939. Data analysis techniques used were correlation test (Pearson Product Moment).

The results showed that there is a relationship between teacher perceptions of classroom climate with job satisfaction of vocational teachers pharmaceutical field (r=0.381). Conclusion this study showed that teacher perceptions of classroom climate related to teacher job satisfaction Pharmacy SMK Medan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan pada Allah Yang Maha Esa yang telah

memberikan kekuatan baik fisik maupun pikiran serta ketabahan kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan skripsi Psikologi Pendidikan ini. Adapun judul

skripsi ini adalah: “Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan

Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan”.

Perlu usaha yang keras, kegigihan, dan kesabaran untuk menyelesaikan

karya ini. Bagi peneliti karya ini merupakan proses pembelajaran yang sangat

bernilai. Peneliti menyadari karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta

di sekeliling peneliti yang telah mendukung dan membantu, terutama yang

tercinta H. Sugianto, S.H “bapak” dan yang tersayang Hj. Salmi “mama” yang

selalu memberikan dukungan moril, semangat, doa, dan kesabaran dalam

menunggu penyelesaian akhir skripsi saya, serta kepada Andri Handoko, Amd

“mas” dan Dinda Amilia “adik” yang selalu memberikan dukungan emosional

selama ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah

sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi

(7)

2. Ibu Rr. Lita Hadiati W, S.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing

skripsi. Terimakasih yang tulus penulis ucapkan atas kebaikan,

keramahan, bimbingan, saran, kritik dan semangat yang begitu

bermanfaat yang telah ibu berikan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Penulis meminta maaf jika banyak

mengecewakan Ibu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bang Tarmidi, M.Psi., Psi dan Ibu Fasti Rola, M.Psi., psikolog sebagai

dosen penguji seminar yang telah memberikan banyak masukan demi

kemajuan perkembangan skripsi ini. Serta seluruh dosen departemen

pendidikan, Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, Ibu Desvi Yanti, M.Si,

Psikolog, Ibu Sri Supriyantini, M.Si., Psi, dan Kak Dian Ulfa Sari,

M.Psi,Psi.

4. Kak Indri Kemala Nasution, S.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing

akademik penulis. Terimakasih atas bimbingan akademik yang telah

diberikan selama ini.

5. Ibu Etty Rahmawati, M.Si terimakasih atas informasi yang diberikan

mengenai metodologi penelitian yang berhubungan dengan skripsi

saya.

6. Terimakasih terdalam buat sahabat-sahabat penulis, Ayu, Ela, Mela,

Desta, dan Sarah yang dengan penuh keikhlasan membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu menemani hari-hari saya.

7. Untuk Abi Rekso Panggalih “melody of my life” yang selalu

(8)

8. Bang Furqon, Bang Hario, Bang Ivan, Bang Toni, Dita, Sondang, yang

telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya dan khusus

buat Bang Furqon terimakasih karena sudah membuat saya “nangis

bombay” demi kelancaran skripsi saya.

9. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Psikologi Sumatera Utara

yang telah banyak membantu penulis dalam membimbing serta

mengurus administrasi sidang.

10.Guru-guru SMK Farmasi YPFSU, SMK Farmasi Apipsu, dan SMK

Pharmaca yang telah memberikan izin serta membantu saya dalam

pengambilan data penelitian.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah

banyak memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan

penelitian ini.

Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, karena keterbatasan ilmu yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti

dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini.

Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Medan, serta para pembaca pada umumnya.

Medan, 27 Oktober 2010

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja Guru ... 13

1. Definisi Kepuasan Kerja ... 13

2. Definisi Kepuasan Kerja Guru ... 14

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru .... 16

4. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Guru ... 17

B. Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 21

1. Persepsi ... 21

a. Definisi Persepsi ... 21

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi ... 23

2. Iklim Kelas ... 23

a. Definisi Iklim Kelas ... 23

(10)

c.Menciptakan Iklim Kelas yang Positif ... 27

D.Hubungan antara Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru ... 33

E.Hipotesa ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 37

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

1. Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 38

a.Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 43

b.Skala Kepuasan Kerja Guru ... 46

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

a. Uji Validitas ... 48

b. Uji Reliabilitas ... 52

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53

1. Tahap Persiapan ... 53

2. Tahap Pelaksanaan ... 55

3. Tahap Pengolahan Data ... 56

(11)

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data ... 59

1.Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 59

a. Jenis Kelamin ... 59

b. Kelas yang dinilai ... 60

2. Hasil Penelitian ... 60

a. Uji Asumsi ... 60

1) Uji Normalitas ... 61

2) Uji Linieritas ... 61

3. Hasil Analisa Data ... 63

a. Deskripsi Data Penelitian ... 63

1) Gambaran skor Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 63

2) Gambaran Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi ... 66

b. Hasil Perhitungan Korelasi Antarvariabel ... 67

c. Hasil Tambahan ... 69

1) Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja Guru berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

B. Pembahasan ... 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 45

Tabel 2 Blueprint Skala Persepsi terhadan Iklim Kelas ... 45

Tabel 3 Distribusi Butir Skala Kepuasan Kerja Guru ... 47

Tabel 4 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Guru ... 47

Tabel 5 Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba ... 49

Tabel 6 Blueprint Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba ... 50

Tabel 7 Distribusi Butir Skala Kepuasan Kerja Guru setelah Uji Coba ... 51

Tabel 8 Blueprint Skala Kepuasan Kerja Guru setelah Uji Coba ... 51

Tabel 9 Gambaran Subyek berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 10 Gambaran Subyek berdasarkan Kelas yang dinilai ... 60

Tabel11 Normalitas sebaran variabel persepsi terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru ... 61

Tabel 12Linearitas hubungan variable persepsi terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru ... 62

Tabel 13 Deskripsi Data Penelitian Persepsi terhadap Iklim Kelas ... 64

Tabel 14 Kategorisasi Data Empirik Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas ... 66

Tabel 15 Deskripsi Data Penelitian Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi ... 66

(13)

Tabel 17 Korelasi Antara Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan

Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan ... 68

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Scatter Plot linearitas hubungan variabel persepsi terhadap

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Data mentah Try out dan Relibilitas ... 84

Lampiran B Data mentah penelitian dan Hasil utama penelitian ... 102

(16)

Hubungan Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas dengan Kepuasan Kerja Guru SMK Farmasi Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari

ABSTRAK

Di era globalisasi ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk dapat menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mengembangkan sikap profesionalnya. Peran guru sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Maka dari itu, kondisi guru penting untuk diperhatikan, tidak hanya pada kondisi fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan kerja guru.

Kepuasan kerja guru merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaannya. Apabila seseorang puas dalam pekerjaannya maka ia akan memberikan hasil yang maksimal pada pekerjaannya dan sebaliknya. Iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan guru dalam mengajar. Untuk dapat mengetahui apakah iklim kelas yang dimasuki guru ketika mengajar relatif baik dapat dilihat dari bagaimana persepsi guru dalam menilai kelas yang dimasukinya saat mengajar. Inilah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dalam mengajar.

(17)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan (r = 0,381). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas berhubungan dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

(18)

Relationship between Teacher Perception of Classroom Climate with Teacher Job Satisfaction SMK Pharmacy Medan

Yayik Novitriami dan Rr. Lita Hadiati Wulandari

ABSTRACT

In this era of globalization, competition between human resources are very tightly coupled with a variety of industries increasingly complete to obtain optimal result. One of the ways used by governments to be able to prepare human resources in the era of globalization is through education vocational school (SMK), which is expected to enhance students ability to develop themselves in line with the development of science, technology and art, and to enter employment and develop a professional attitude. The role of teachers is very important in creating quality human resources. Therefore, the teacher is important to note, not only on his physical condition but also on psychological conditions such as teacher job satisfaction.

Teacher job satisfaction is an integral component of organizational climate and key elements that affect workers in jobs. If one is satisfied with his work then he will give maximum results in their work and vice versa. Classroom climate is one of the factors that influence teacher satisfaction in teaching. To be able to find out if the class attended the climate is relatively good when teachers teach can be seen from the perception of teachers in assessing how he entered the classroom when teaching. It is one thing that can affect teacher job satisfaction in teaching.

This study aims to determine the relationship between teacher perceptions of classroom climate with teacher job satisfaction SMK pharmacy Medan. The method used in this study was descriptive correlational, by defining the study population was all vocational school teachers pharmacy Medan, as many as 80 teachers. Sampling method used is the total sample (total sampling) that all members of the sample population. Data were collected using a questionnaire with Likert scale. Reliability to measure teacher perceptions of classroom climate is 0.916 and for teachers job satisfaction of 0.939. Data analysis techniques used were correlation test (Pearson Product Moment).

The results showed that there is a relationship between teacher perceptions of classroom climate with job satisfaction of vocational teachers pharmaceutical field (r=0.381). Conclusion this study showed that teacher perceptions of classroom climate related to teacher job satisfaction Pharmacy SMK Medan.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara membutuhkan sumber daya yang berkualitas, sebab sumber

daya yang berkualitas akan memberikan dampak positif terhadap pembangunan

suatu bangsa dalam berbagai bidang tidak hanya dalam hal penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang diharapkan, tetapi juga sikap mental yang baik

(Mustaqim, 2004). Oleh karena itu setiap negara selalu meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang dimilikinya (Mustaqim, 2004). Hal ini dapat dilakukan

dengan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa, karena dengan pendidikan

yang berkualitas akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas pula dan

pada akhirnya dapat mendukung perkembangan pembangunan nasional.

Redden dan Pires (dalam Kumar, 2007) menyatakan bahwa pendidikan

merupakan pembahasan dan pengaruh sistematik oleh kematangan seseorang

lewat instruksi, peraturan dan perkembangan yang seimbang, keseluruhan

kemampuan kehidupan manusia, fisik, sosial, intelektual, seni dan spiritual

berdasarkan tingkatan esensial mereka untuk diri sendiri dan untuk sosial

masyarakat yang mengarah pada pendidikan. Menurut Ahmadi & Uhbiyati (dalam

Nurdin,2004) pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

mempunyai akhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, estetis, dan demokratis,

(20)

Di era globalisasi saat ini persaingan antar sumberdaya manusia sangat

ketat ditambah lagi dengan berbagai industri yang semakin lama semakin bersaing

untuk menghasilkan hasil yang memuaskan. Salah satu cara yang dilakukan

pemerintah untuk dapat menyiapkan siswa siap terjun dan bersaing di era

globalisasi adalah melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (selanjutnya

disebut SMK) agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki manusia untuk

kemajuan bangsa dan Negara (Isjoni, 2003). Pendidikan SMK diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan dirinya sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa

untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Isjoni,

2003).

Menurut Depdiknas (2009) pendidikan SMK merupakan bentuk satuan

pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan

pendidikan dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan

mengembangkan sikap profesionalnya. Sejalan dengan hal tersebut, Isjoni (2003)

menyatakan bahwa pendidikan SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan

yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan, keterampilan, dan keahlian, sehingga lulusannya dapat

mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja.

Banyaknya industri di Indonesia yang semakin bersaing untuk

mendapatkan suatu hasil yang optimal, sehingga sangat dibutuhkan sumberdaya

manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang siap bina dan siap

(21)

mempersiapkan siswanya untuk dapat memiliki kemampuan dan keterampilan

untuk dapat terjun di berbagai bidang industri, seperti SMK Perhotelan, Farmasi,

Musik, Pariwisata, Tataboga dan lain-lain.

Salah satu perkembangan industri di Indonesia khususnya bidang Farmasi

yang merupakan salah satu bidang yang menjanjikan di Indonesia, ketika

kebanyakan industri kewalahan ditimpa resesi, sedangkan industri Farmasi justru

berkembang tiap tahunnya (tahun 1998 pasar berkembang 25%, tahun 1999

bertambah lagi 20% dan tahun 2000 mencapai 50%, perkembangan

berkesinambungan sampai tahun 2009). Data Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM RI, 2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan industri farmasi Indonesia

rata-rata mencapai 14,10% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan

nasional yang hanya mencapai 5-6% per tahun (Priyambodo, 2007).

Siklus perkembangan Farmasi yang semakin meningkat tiap tahunnya

tidak menutup kemungkinan pada pelayanan kefarmasian menjadi bagian integral

dari pelayanan kesehatan sehingga perlu segera melakukan proses peningkatan

profesionalisasi pelayanan baik secara kuantitas maupun kualitas (Priyambodo,

2007). Oleh karena itu, SMK bidang keahlian Farmasi harus semakin

meningkatkan kualitas serta tenaga pelaksana di bidang Farmasi, termasuk sektor

pelayanan (apotek, rumah sakit), distribusi obat (PBF, Pedagang Besar Farmasi)

juga sektor industri dan laboraturium (Kustiana, 2007). Tetapi, dari hasil

wawancara dengan salah satu kepala sekolah SMK Farmasi di kota Medan

menyatakan bahwa SMK Farmasi dikota Medan sendiri belum sepenuhnya

(22)

dari wawancara, diperoleh juga hasil observasi bahwa kondisi lingkungan

sekolah farmasi di kota Medan juga kurang memadai untuk belajar misalnya saja

kondisi kelas yang ada.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting

dalam pengembangan sumber daya manusia. Menurut Rao (2004) suatu sistem

pendidikan yang sukses didasari pada unsur guru, siswa, kurikulum, dan fasilitas

yang ada. Guru merupakan pusat dari sistem pendidikan. Guru merupakan figur

penting dan berada pada posisi yang penting (Kumar, 2007). Dalam proses

pendidikan disekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan

pendidik (Djamarah, 2002). Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan

sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik

guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila

yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.

Melihat rumitnya tugas guru tersebut dan pentingnya guru sebagai pekerja

utama dalam proses pendidikan, maka sangatlah penting untuk memperhatikan

kondisi guru. Kondisi guru yang perlu diperhatikan tidak hanya pada kondisi

fisiknya saja tetapi juga pada kondisi psikologisnya seperti kepuasan guru dalam

bekerja yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di

sekolah termasuk didalamnya SMK Farmasi. Sejalan dengan yang dikemukakan

oleh Kumar (2007) dimana kepuasan kerja sangat penting dalam setiap pekerjaan

karena merupakan komponen integral dari iklim organisasi serta elemen penting

(23)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru

adalah pengawasan (supervision), kelompok kerja, isi dari suatu pekerjaan (job

content), tingkatan pekerjaan (occupational level), spesialisasi (specialization),

usia, ras, jenis kelamin dan tingkat pendidikan (Kumar, 2007). Munandar (2001)

menambahkan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru,

yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat diperoleh dari

aktivitas kelas, sedangan faktor ekstrinsik diperoleh dari gaji, adanya dukungan

administrator, keamanan sekolah dan ketersediaan sumberdaya sekolah.

Menurut Lester dan Bishop (dalam Hughes 2006), kepuasan kerja guru

terbagi menjadi sembilan aspek yaitu pengawasan (supervision), rekan kerja

(collegues), kondisi pekerjaan (working condition), imbalan/gaji (pay),

tanggungjawab (responsibility), pekerjaan itu sendiri (work it self), kenaikan

jabatan (advancement), keamanan (security), dan penghargaan (recognition). Dari

aspek-aspek tersebut, salah satu aspek dari kepuasan kerja guru adalah kondisi

lingkungan kerjanya. Kondisi lingkungan kerja yang baik akan memberikan

kenyamanan pada guru yang berkaitan dengan perannya sebagai tenaga pengajar.

Peran guru sebagai tenaga pengajar yang berhubungan dengan bertatap

muka secara langsung dengan siswa memberikan efek yang kuat terhadap diri

siswa. Maka dari itu, di dalam melakukan kegiatan belajar mengajar guru harus

dapat merasakan kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat berkonsentrasi

penuh dalam memberikan dan menyampaikan pengetahuan kepada siswa.

Tersedianya lingkungan kerja yang baik dapat memberikan kenyamanan bagi

(24)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mark Scheider

(2003) mengenai kepuasan kerja pada guru bahwa kondisi yang menunjukkan

keefektifan dan kepuasan guru mengajar di kelas adalah dengan mengevaluasi

keadaan sekeliling kelas, melihat jumlah kepadatan di dalam kelas, keaktifan

siswa di dalam kelas, kelengkapan dari fasilitas ruang kelas seperti laboraturium

dan ruang bahasa, faktor fisiologikal, suhu, pencahayaan ruang kelas, dan tingkat

kebisingan dalam ruangan kelas.

Adanya kondisi lingkungan kerja yang baik dapat menimbulkan kepuasan

kerja dan kepuasan kerja diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja bagi

guru (Ramatulasamma, 2007). Lingkungan kerja yang baik dapat meliput i

tersedianya fasilitas-fasilitas umum, ruang kerja yang bersih, luas dan tertata

rapih, sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup, serta terciptanya suasana

kerja yang harmonis (Markandan,1984) dapat dilihat dari adanya interaksi aktif

antara guru dan siswa. Dengan kata lain salah satu hal yang dapat menimbulkan

kepuasan kerja pada guru adalah tersedianya lingkungan kerja yang baik atau

dapat dikatakan iklim kelas yang baik.

Menurut Rawnsley & Fisher (1998), iklim kelas merupakan keadaan

psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil

interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya.

Seperti yang diungkapkan Ravik Karsidi (2003) dimana interaksi antara guru

dengan siswa melambangkan bentuk konkrit dari suasana kelas. Iklim kelas yang

baik tentunya tidak serta merta muncul dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh

(25)

dalam pembelajaran, kegiatan penyelidikan, arahan tugas dari guru, kerjasama

siswa, dan kesetaraan (Fraser, McRobbie dan Fisher dalam Wahyudi, 2003).

Adanya interaksi antara guru dan siswa dapat menimbulkan suasana kelas

yang positif dan dapat menimbulkan suasana kelas yang negatif pula. Suasana

kelas yang positif akan terjadi bila interaksi dalam kelas terjadi antara guru dan

siswa, dimana dalam interaksi tersebut terjadi komunikasi dalam bentuk

kerjasama, tolong menolong, tenggang rasa antara anak yang pandai dan kurang

pandai, antara yang kaya dan yang kurang mampu, norma-norma pergaulan hidup

dan tata tertib kelas maupun sekolah dipatuhi dengan disiplin yang luwes, serta

terjadi komunikasi yang terbuka (Hyman, 2000).

Suasana kelas yang positif akan memberikan suasana yang selalu

menyenangkan, hidup, dimana setiap orang berusaha menghargai dan

menghormati martabat orang lain sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana

nampaknya (Wilson dalam Khine & Chiew, 2001). Tetapi, pada kenyatannya

tidak semua guru dapat memberikan penilaian positif terhadap suatu kelas yang

ada. Salah satu hal yang dapat mempengaruhinya adalah keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran. Siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran akan

menimbulkan kondisi kelas yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari

hasil wawancara personal yang dilakukan pada salah satu guru yang ada di SMK

Farmasi Medan :

(26)

lagi. Mereka diam ketika saya tegur, tetapi gak lama kemudian yaa mereka bercerita-cerita lagi. Ini sering terjadi di beberapa kelas dan terkadang membuat saya menjadi tidak maksimal dalam menyampaikan materi kepada mereka dan ini sangat membuat saya merasa kesal apalagi materi yang saya ajarkan itu adalah ilmu resep yang memang bener-bener materi yang harus di pahami oleh mereka. Kondisi inilah yang terkadang membuat saya menjadi kurang merasa puas dengan pekerjaan saya. Saya pun jadi kurang semangat dalam mengajar”

(Komunikasi Personal, 5 April 2010)

Selain aspek keterlibatan siswa dalam pembelajaran, aspek yang dapat

mempengaruhi penilaian terhadap suatu kelas adalah kekompakan siswa serta

kerjasama siswa dalam kelas yang dapat dilihat dari sejauh mana siswa dapat

mengenal, membantu dan saling mendukung satu sama lain agar mendapatkan

hasil yang baik dalam pembelajarannya. Tetapi tidak semua kelas siswanya

kompak dan dapat bekerjasama di dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil wawancara personal yang dilakukan pada guru SMK Farmasi Medan :

“…kalau masalah kekompakan siswa, khususnya di kelas satu memang kurang kompak siswa-siswanya. Mereka kebanyakan sendiri-sendiri aja, misalnya saja dalam belajar di kelas. Ketika temannya ada yang kurang mengerti, terkadang mereka tidak mau membantu temannya. Saya sering memperhatikan itu, ya.. mungkin mereka malu untuk bertanya kepada saya.”

(Komunikasi Personal, 7 April 2010).

Dari beberapa hasil wawancara tersebut mengindikasikan bahwa iklim

kelas memiliki hubungan dengan kepuasan kerja guru dalam proses belajar

mengajar di SMK Farmasi karena bila iklim kelas positif maka guru akan

semangat dalam menyampaikan materi pelajarannya yang akhirnya akan

memberikan kepuasan mengajar pada guru.

Meskipun demikian, kepuasan kerja juga tidak terlepas dari adanya

(27)

kegiatan belajar-mengajar. Suatu persepsi, baik positif maupun negatif dapat

tertanam di dalam batin bawah sadar melalui proses pengalaman hidup dan reaksi

seseorang atas pengalamannya sendiri (Robbins, 2003). Seseorang yang dapat

mempersepsikan secara positif, akan selalu berusaha mengembangkan segala

kelebihan dan keyakinan yang dimiliki sehingga ia dapat memperoleh kepuasan

dari apa yang telah diyakininya. Sebaliknya, seseorang yang tidak dapat

mengembangkan segala kelebihan dan keyakinan yang dimilikinya memiliki

persepsi yang negatif (Hurlock, 1993).

Dari segi psikologi, kepuasan kerja berkaitan dengan kesehatan mental

seseorang. Apabila seseorang tidak puas terhadap pekerjaannya, dapat

menimbulkan berbagai efek salah satunya keluar masuk pekerjaan (turnover).

Apabila seorang individu melibatkan dirinya kedalam pekerjaannya maka

individu tersebut akan menjadi lebih produktif, menjalin hubungan positif dengan

karyawan lainnya, memiliki perencanaan yang bagus, mengurangi tingkat absensi

dan turnover dan sedikit kemungkinan untuk berhenti bekerja (Rao, 2004).

Meskipun demikian, sikap individu dapat berubah apabila individu merasa tidak

puas dengan tempat kerjanya (Rao, 2004), hal ini berhubungan dengan persepsi

individu sendiri terhadap tempat kerjanya.

Kepuasan guru dalam mengajar di SMK Farmasi tidaklah terlepas dari

adanya persepsi terhadap kondisi iklim kelas yang ada. Proses belajar mengajar

dapat berlangsung dengan baik apabila didukung dengan iklim kelas yang baik

pula (Wilson, 2001). Khususnya di SMK Farmasi, tuntutan dari SMK tersebut

(28)

sebagainya yang berhubungan dengan bidang Farmasi. Apabila iklim kelasnya

bagus maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar sehingga guru dapat

menyampaikan materi pelajarannya dengan maksimal dan siswa juga dapat

menguasai materi yang diberikan guru dengan maksimal. Dari paparan di atas,

peneliti menganggap perlu untuk meneliti hubungan antara persepsi guru terhadap

iklim kelas dengan kepuasan kerja pada guru SMK Farmasi Medan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada

hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru

SMK Farmasi Medan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK

Farmasi dalam mengajar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain:

1. Dari segi teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi

(29)

memberi gambaran mengenai hubungan antara persepsi guru terhadap

iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi Medan.

2. Dari segi praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru

SMK Farmasi agar lebih memperhatikan kondisi lingkungan sehingga

siswa dapat memahami semua materi yang disampaikan guru serta ahli

dalam bidangnya.

b. Kepada pihak sekolah, agar dapat meningkatkan dan memperhatikan

kepuasan kerja guru.

E. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :

BAB I: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan

masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan

dengan persepsi terhadap iklim kelas dan kepuasan kerja guru SMK

Farmasi.

BAB III: Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi

(30)

instrumen yang digunakan, uji coba alat ukur dan reliabilitas, prosedur

pelaksanaan, dan metode analisa data.

BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisikan gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan

pembahasan.

BAB V: Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk pihak

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan Kerja Guru

1. Definisi Kepuasan Kerja

Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja adalah komponen integral dari

iklim organisasi dan merupakan elemen penting dalam mengatur hubungan

karyawan. Kepuasan kerja juga merupakan keadaan emosi positif yang terjadi

ketika pekerjaan seseorang telah memenuhi nilai penting pekerjaan yang sesuai

dengan nilai yang telah ditentukan dengan apa yang diinginkan. Ia juga

menambahkan bahwa kepuasan kerja merupakan reaksi emosi individu terhadap

pekerjaannya yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya.

Menurut Dariyo (2008) kepuasan kerja adalah sikap atau perasaan

seseorang terhadap suatu pekerjaan. Ini berarti kepuasan kerja seseorang

tergantung bagaimana penilaian (persepsi) individu yang bersangkutan terhadap

pekerjaan itu sendiri, apakah membuat dirinya merasa puas atau tidak (Dariyo,

2008).

Dari beberapa pengertian kepuasan kerja di atas, maka pengertian

kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap

suatu pekerjaan yang terjadi ketika seseorang telah memenuhi nilai penting

pekerjaan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

(32)

2. Definisi Kepuasan Kerja Guru

Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja guru merupakan gejala kompleks

yang memiliki berbagai faktor yang berhubungan yaitu personal, sosial, budaya

dan ekonomi. Kepuasan kerja guru merupakan hasil dari berbagai sikap seseorang

terhadap pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan

pekerjaannya dan terhadap kehidupan kerja pada umumnya (Kumar,2007).

Kepuasan kerja didasari pada berbagai sikap dari karyawan, faktor yang

berhubungan dengan pekerjaannya, supervisi (pengawasan), yakin terhadap

pekerjaan, kondisi pekerjaan, kesempatan untuk naik jabatan, penghargaan,

evaluasi kerja, hubungan sosial dalam kerja, perlakuan dari atasan, lingkungan

kerja dan faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan (Kumar,2007).

Menurut Lester (dalam Hughes, 2006) kepuasan kerja guru didefenisikan

sebagai lingkup dari persepsi karyawan dan nilai dari karakteristik lingkungan

pekerjaan seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, dan produktivitas. Lester juga

menambahkan kepuasan kerja guru sebagai sejauhmana penerimaan dan

nilai-nilai yang dirasakan oleh guru terhadap banyaknya faktor seperti evaluasi,

hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan (dalam Hughes, 2006).

Howell dan Diphoye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil

kepuasan kerja dari hasil keseluruhan derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga

kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya misalnya kondisi fisik

lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam

(33)

maka ia akan bekerja dengan baik atau mengajar dengan baik. Sebaliknya, jika

guru kurang puas maka ia akan mengajar sesuai kehendaknya (Suwar, 2008).

Dari beberapa penjelasan diatas, maka pengertian kepuasan kerja guru

dalam penelitian ini adalah hasil dari berbagai sikap seorang guru terhadap

faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang merupakan hasil penilaian yang

bersifat subjektif terhadap aspek-aspek pekerjaan itu sendiri, seperti evaluasi,

rekan kerja, kondisi lingkungan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

Menurut Afsar Khan dalam Ramatulasamma (2007), faktor dari kepuasan

kerja karyawan terdiri dari empat faktor yaitu sebagai berikut:

a. Karakteristik Kerja (job characteristics)

Herzberg dalam teori dua faktor, mengidentifikasikan faktor kepuasan

kerja yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor ini mencakup: 1). Keinginan dan

tertarik pada pekerjaan, 2). Menilai pekerjaan lebih bermakna, 3). Ikut dalam

memecahkan masalah dalam pekerjaan, 4). Mengontrol atau adanya kebebasan

dalam bekerja.

b. Karakteristik Individu (individual characteristics)

Faktor ini merupakan variable demografi. Hal ini seperti karakteristik

personal yang lebih penting dari kehidupan, yaitu 1). Tingkat pekerjaan, 2). Usia,

(34)

c. Karakteristik Organisasi (organizational characteristics)

Karakteristik dari kepuasan kerja dihubungkan dengan variabel struktur

organisasi, diantaranya: 1) Infrastruktur dari organisasi, 2) Pelayanan yang baik,

3) Adanya fasilitas rekreasi, 4) Penempatan dan promosi.

d. Karakteristik situasi kerja ( work situational characteristics)

Karakteristik ini mempengaruhi kepuasan kerja pada karyawan.

Karakteristik penting dari situasi kerja diantaranya : 1) Ukuran keselamatan, 2)

Hubungan interpersonal, 3) Berhubungan dengan manajemen, 4) Lingkungan

kerja, 5) Pekerjaan dasar, 6) Motivasi.

Selain beberapa faktor tersebut, faktor lain yang berhubungan dengan

kepuasan kerja adalah teori dua faktor yang di kemukakan oleh Herzberg. Teori

ini menekankan 2 faktor penting dalam menentukan motivasi seseorang yaitu

faktor intrinsik atau motivator dan faktor ekstrinsik atau hygien (Munandar,

2001), yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik ini disebut juga dengan faktor motivator atau penyebab

kepuasan (satisfiers). Faktor ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

langsung kepuasan kerja karyawan. Karena ketika mereka merasa senang mereka

mengaitkannya dengan diri mereka sendiri. Faktor ini tidak akan membawa

ketidakpuasan kerja bagi karyawan, tetapi akan memberikan motivasi yang kuat

hingga meningkatkan kinerja karyawan. Dimana yang termasuk pada faktor

motivator/intrinsik, yaitu 1) Prestasi yang diraih (achievement), 2) penghargaan

(35)

(advancement), 5) pekerjaan itu sendiri (the work it self), 6) kemungkinan

pengembangan karir (the possibility of growth).

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik ini disebut juga dengan faktor hygien atau penyebab

ketidakpuasan (dissatisfiers). Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi

langsung ketidakpuasan karyawan. Karena ketika mereka tidak senang, mereka

cenderung menyalahkan faktor-faktor dari luar seperti lingkungan kerja. Faktor ini

tidak akan membawa kepuasan kerja tetapi ketiadaannya akan menimbulkan

ketidakpuasan kerja. Dimana yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah: 1)

kompensasi, 2) keamanan dan keselamatan kerja, 3) kondisi kerja, 4) status, 5)

Prosedur perubahan, 6) mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal

antar rekan kerja, dengan atasan, dan hubungan dengan bawahan.

Kesimpulan dari teori dua faktor bahwa terdapat faktor pendorong yang

berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaan sehingga membawa

kepuasan kerja yang disebut dengan faktor intrinsik atau faktor motivator dan

yang kedua faktor yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan kerja yang disebut

dengan faktor ekstrinsik atau faktor hygien (Munandar, 2001).

4. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Guru

Menurut Lester dan Bishop (2000) aspek-aspek dari kepuasan kerja guru

(36)

a. Pengawasan (supervision)

Merupakan tipe pengawas (supervision), apakah pengawas berorientasi

pada tugas atau berorientasi pada individu. Englhardt dalam Kumar (2007)

menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan langsung dari

pengawasan yang diberikan kepala sekolah kepada staf pengajar.

Ketidakpuasan dapat meningkat jika seseorang bekerja dibawah

kemampuannya, tidak efisien, dan cuek kepada atasan atau bos.

Kepuasan guru dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah untuk

memberikan penghargaan terhadap kualitas guru dalam mengajar (Daly

dalam Kumar, 2007). Faktor penting dalam berubahnya karir guru adalah

ketidakpuasan dengan kepala sekolah yangmana bagian dari peran kepala

sekolah sering tidak teratur, dalam mengurangi atau menghilangkan

kesempatan guru untuk berkreasi di dalam kelas (Bloland & Selby dalam

Rao,2004).

b. Rekan kerja (colleagues)

Merupakan rekan kerja dalam mengajar, kelompok kerja dan aspek-aspek

sosial yang ada di dalam lingkungan sekolah. Neeraja Dwivedi dalam

Ramatulasamma (2007) menyatakan bahwa teman, rekan kerja, anggota

keluarga dan tetangga berpengaruh pada seseorang dan berdampak pada

kepuasan kerja seseorang. Hubungan antara guru dan kepala sekolah dan

hubungan antar anggota profesi memiliki pengaruh yang baik pada

kepuasan kerja guru (Mokry dalam Kumar 2007).

(37)

c. Kondisi pekerjaan (working condition)

Merupakan kondisi fisik dari lingkungan kerja. Perlengkapan alat-alat

mengajar dalam situasi ruang kelas yang nyaman berhubungan dengan

kepuasan kerja (National Educational Association dalam Rao, 2004).

Menurut Rao (2004) umumnya guru menilai kondisi fisik yang tidak

berbahaya atau tidak nyaman dengan hal yang tampak seperti suhu,

kelembapan, ventilasi, pencahayaan dan tingkat kebisingan yang cukup

dan apabila kebisingannya berlebihan dapat menyebabkan

ketidaknyamanan fisik dan mengurangi kemampuan untuk bekerja.

Lingkungan fisik yang tidak sehat dalam bekerja dapat memberikan

perasaan tidak nyaman dan pekerjaan dalam kondisi fisik yang buruk yang

dilakukan dalam waktu yang lama akan memberikan ketidakpuasan pada

pekerjaannya (Rohila dalam Rao, 2004). Rudd dan Wiseman dalam

Kumar (2007) menyatakan kondisi fisik pekerjaan harus nyaman untuk

guru beserta dengan perangkatnya, peralatan dalam mengajar, dan

perlengkapan yang digunakan dalam mengajar. Keefektifan mengajar

didasarkan pada jangkauan kondisi fisik pekerjaan seperti akomodasi yang

bagus, ventilasi yang bagus, ruangkelas yang nyaman, peralatan memadai,

perpustakaan, laboraturium, taman bermain, dll.

d. Imbalan/gaji (pay)

Merupakan pendapatan dalam setahun yang sesuai seperti menunjukkan

penghargaan dan prestasi, ataupun kegagalan dari karyawan. Anand dalam

(38)

signifikan dengan kepuasan kerja. Besarnya gaji juga akan mempengaruhi

kepuasan kerja pada guru sekolah (Anjaneyulu dalam Rao, 2004).

e. Tanggungjawab (responsibility)

Merupakan keinginan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan untuk

berpartisipasi dalam membuat keputusan, untuk menolong setiap murid

dalam belajar.

f. Pekerjaan itu sendiri (work itself)

Merupakan pekerjaan mengajar itu sendiri atau tugas yang berhubungan

dengan pekerjaan.

g. Kenaikan Jabatan (advancement)

Merupakan perubahan status atau posisi, yang dapat meningkatkan gaji

guru. Kesempatan untuk naik jabatan sangat penting untuk karyawan,

administrasi dan seseorang yang ahli dibidangnya dan tidak begitu penting

untuk seseorang yang tidak memiliki keahlian (Blum dalam Rao, 2004).

Tingkat yang lebih tinggi dari pekerjaan memberikan perasaan yang lebih

puas, prestis, gaji, dan dapat mengontrol diri (Porter dalam Kumar, 2007).

h. Keamanan (security)

Merupakan kebijakan dari sekolah dalam menghormati dan menghargai

kedudukan/jabatan, senioritas, karyawan yang diberhentikan untuk

sementara waktu, pensiunan/mengundurkan diri, dan pemecatan

karyawan. Rao (2004) menyatakan bahwa keamanan merupakan salah satu

faktor yang penting dalam pendidikan. Blum dan Naylor dalam Rao

(39)

kepuasan kerja, tetapi penyebab keamanan yang dimaksud adalah sosial

dan ekonomi. Hal ini diyakini bahwa keamanan sosial dan keamanan

ekonomi merupakan esensi kesenangan dalam banyak pekerjaan.

i. Penghargaan (recognition)

Merupakan pengakuan dalam hal perhatian, pernghargaan, prestise dan

penghargaan dari supervisor, rekan kerja, siswa dan orangtua. Johnson dkk

dalam Kumar (2007) menyatakan bahwa penghargaan berpengaruh dalam

kepuasan. Guru akan lebih antusias pada penghargaan yang diberikan oleh

umum/masyarakat daripada penghargaan dari professional lainnya

(Robinson dalam Kumar, 2004). Kumar (2007) menyatakan penghargaan

merupakan satu dari faktor yang signifikan yang mempengaruhi kepuasan

guru dalam bekerja.

Aspek-aspek kepuasan kerja ini merupakan aspek yang digunakan untuk

mengukur tingkat kepuasan terhadap pekerjaan guru ataupun ketidakpuasan

pekerjaan pada guru (Bishop, 2000).

B. Persersi terhadap Iklim Kelas

1. Persepsi

a. Definisi Persepsi

Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak definisi tentang persepsi

yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain persepsi merupakan proses

diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa)

(40)

(1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai suatu penilaian seseorang terhadap

obyek, peristiwa atau stimulus, dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang

berkaitan dengan obyek, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk

konsep tentang obyek tersebut.

Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik

lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian

ditafsirkan. Sama halnya menurut Toha (1983) persepsi merupakan pemahaman

individu terhadap informasi lingkungan yang diperoleh melalui proses kognitif.

Persepsi adalah kemampuan untuk mengenali orang, objek atau kejadian

dengan memberikan arti dari apa yang kita ketahui (Elliot et al, 1996). Lahey

(2007) juga mengartikan persepsi adalah pemberian arti stimulus yang berbeda

dan mempunyai arti yang menimbulkan kesadaran, arti yang diberikan individu

terhadap suatu stimulus berdasarkan cara orang tersebut mempolakannya.

Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses organisasi dan interpretasi

informasi yang diterima dari dunia luar. Rahmat (2000) mengartikan persepsi

sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

proses penerimaan suatu rangsang baik objek, kualitas, hubungan antargejala,

maupun peristiwa dan kemudian memberikan makna dari rangsang tersebut yang

(41)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Walgito (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

diantaranya :

1) Perhatian yang selektif

Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja.

Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke mana

sebagai objek pengamat.

2) Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik

perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil;

yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya

paling kuat.

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman mempunyai pola dan citra rasa yang berbeda dalam

pengamatan dibanding dengan orang yang bukan seniman.

4) Pengalaman terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang mempersepsi dunianya.

2. Iklim Kelas

a. Definisi Iklim Kelas

Iklim kelas merupakan segala situasi yang terbentuk di dalam kelas

(42)

lainnya (Fraser dalam Brok dkk 2003). Iklim kelas merupakan keadaan psikologis

dan hubungan sosial yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik

atau hubungan diantara peserta didik yang menjadi ciri khusus suatu kelas dan

mempengaruhi proses belajar-mengajar (Fisher & Rawnsley, 1998).

Fraser (dalam Brok dkk 2003) mengidentifikasikan bahwa dalam iklim

kelas terdapat empat karakter, yaitu personalisasi, partisipasi, ketertiban, dan

kejelasan arah tugas serta tanggung jawab. Tingkat personalisasi, mencerminkan

kemampuan guru dalam memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk

berinteraksi dengan guru dan siswa lain, serta menunjukkan kepedulian guru

terhadap kesejahteraan dan perkembangan sosial di dalam kelas. Tingkat

partisipasi melukiskan sejauh mana guru dapat mendorong siswa-siswanya untuk

aktif terlibat secara fisik maupun kognitif (mental) selama proses pembelajaran.

Tingkat ketertiban kelas menggambarkan sejauh mana kemampuan guru untuk

menciptakan suasana kelas yang tertib-efektif yang juga diharapkan oleh

siswanya. Ciri khas keempat, kejelasan arah tugas serta tanggungjawab siswa,

menunjukkan keahlian guru dalam memberikan tugas-tugas yang jelas selama dan

sesudah proses pembelajaran.

Iklim kelas menurut Wilson (dalam Khine & Chiew, 2001) adalah tempat

dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa

sumber informasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar. Menurut

Ormrod (2003) iklim kelas diartikan sebagai tempat dimana tercipta komunitas di

antara siswa; tempat dimana siswa diberikan berbagai kontrol untuk melakukan

(43)

menyenangkan dan tidak terancam; tempat untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan mengenai permasalahan yang dihadapi siswa di kelas; serta tempat untuk

mengkomunikasikan penerimaan, penghargaan dan perhatian dari guru kepada

siswanya.

Menurut Bloom (dalam Tarmidi, 2005) iklim kelas dapat diartikan sebagai

kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial,

dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Adelman dan Taylor (dalam

Lee, 2005) menyatakan iklim kelas merupakan kualitas lingkungan yang

dirasakan, yang muncul dari adanya interaksi dari berbagai faktor lingkungan

seperti aspek fisik, materi, organisasi, operasional, dan variabel sosial. Iklim kelas

memegang peranan penting dalam mempengaruhi keberlangsungan kegiatan

belajar dan perilaku di dalam kelas. Wilson (dalam Khine & Chiew,2001)

menyatakan iklim kelas adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu

sama lain dengan menggunakan beberapa sumber informasi sebagai usaha

pencarian ilmu dalam aktifitas belajar.

Dari beberapa teori mengenai iklim kelas tersebut, maka pengertian iklim

kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah keadaan psikologis dan hubungan

sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil dari interaksi antara siswa

dengan guru dan antara siswa dengan siswa lainnya.

b.Aspek-aspek Iklim Kelas

Menurut Fraser (dalam Dorman,2009) terdapat tujuh aspek yang dapat

(44)

1). Kekompakan siswa (student cohesiveness)

Kekompakan siswa dilihat dari sejauh mana siswa mengenal, membantu,

dan saling mendukung satu sama lain.

2). Dukungan guru (teacher support)

Dukungan guru merupakan perhatian serta bantuan yang diberikan guru

kepada siswa di dalam kelas. Dukungan guru dapat berupa memberi

kesempatan pada siswanya untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang

diajukan, dan sebagainya.

3). Keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement)

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu sejauh mana siswa tertarik

dan berpartisipasi dalam proses belajar, diskusi kelas, memperhatikan

penjelasan guru mengenai pelajaran yang sedang dipelajari, melakukan

kerja ekstra untuk suskses dalam pembelajaran.

4). Kegiatan penyelidikan (investigation)

Kegiatan penyelidikan merupakan sejauhmana siswa dapat memecahkan

persoalan dalam kelas tanpa diberitahu dulu cara pemecahannya. Siswa

dapat memecahkan persoalan dengan bertanya kepada siswa lainnya,

kepada guru, ataupun memperoleh informasi dari media (menonton

televisi, membaca buku, dan lain-lain).

5). Arahan tugas dari guru (task orientation)

Arahan tugas dari guru merupakan perhatian yang diberikan siswa dalam

(45)

Siswa akan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh gurunya, dan

tetap menaruh perhatian pada pelajaran yang disampaikan oleh guru.

6). Kerjasama siswa (cooperation)

Kerjasama siswa merupakan kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas.

Guru ada kalanya memberikan tugas secara berkelompok untuk melihat

kemampuan siswa bekerja dengan orang(siswa) lain. Untuk dapat

mencapai menyelesaikan tugas yang baik, erjasama dengan siswa lainnya

diperlukan.

7). Kesetaraan (equity)

Kesetaraan dilihat melalui setiap siswa mendapat kesempatan yang sama

untuk bicara. Guru tidak membeda-bedakan siswanya, setiap siswa

mendapat perlakuan yang adil.

Aspek-aspek iklim kelas ini merupakan aspek yang digunakan untuk

mengukur iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser, McRobbie, dan Fisher.

c. Menciptakan Iklim Kelas yang Positif

Siswa membutuhkan iklim kelas yang positif untuk dapat belajar. Iklim

kelas yang positif dapat diciptakan dengan mengatur aktivitas di kelas. Menurut

Adelman & Taylor (dalam Lee, 2005) untuk mengembangkan iklim kelas yang

positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat meningkatkan kualitas

kehidupan kelas bagi siswa serta guru. Sekolah juga perlu menciptakan kurikulum

yang tidak hanya mendukung kemampuan akademik siswa tetapi juga

(46)

mengembangkan keefektivitasan dalam cara mengajar; serta meningkatkan

motivasi intrinsik bagi siswa maupun guru (Adelman & Taylor dalam Lee, 2005).

C. Persepsi Guru terhadap Iklim Kelas

Berdasarkan pengertian persepsi dan iklim kelas yang telah dikemukakan

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap iklim kelas

merupakan penilaian guru mengenai suasana yang dialaminya di dalam kelas

sebagai proses pengenalan dan pemahaman akan keadaan psikologis dan

hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas yang meilputi hubungan antar

siswa, antara guru dengan siswa yang menampilkan aktivitas-aktivitas yang

berhubungan dengan tugas sekolah. Persepsi positif dari iklim kelas merupakan

persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang nyaman. Sedangkan persepsi

negatif dari iklim kelas dimana persepsi yang menggambarkan suasana kelas yang

kurang nyaman.

Penilaian tentang iklim kelas diungkapkan dengan menilai aspek-aspek

iklim kelas. Perspesi tentang iklim kelas dapat diartikan sebagai penilaian

mengenai kekompakan siswa (student cohesiveness), dukungan guru (teacher

support), keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement), kegiatan

penyelidikan (investigation), arahan tugas dari guru (task orientation), kerjasama

(47)

D. Guru

1. Definisi Guru

Menurut Rustana (dalam Nurdin,2004) guru adalah orang yang

pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Profesi pada

hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan

mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena

orang tersebut merasa untuk menjabat kepekerjaan itu (Srikun,1996). Guru

menurut Zakiyah Darajat (dalam Nurdin, 2004) adalah pendidik professional,

karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orangtua. Zahara idris

dan Lisma Jamal (dalam Nurdin,2004) mengartikan guru sebagai orang dewasa

yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal

perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan,

memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk hidup yang mandiri dan

makhluk sosial.

McLeod (dalam Nurdin, 2004) berasumsi bahwa guru adalah seseorang

yang pekerjaannya mengajari orang lain. Kata mengajar dapat kita artikan

misalnya menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (kognitif),

melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik), dan menanamkan

nilai dan keyakinan orang lain (afektif). Sejalan dengan hal tersebut, guru menurut

Poerwadarminta (dalam Nurdin, 2004) adalah orang yang kerjanya mengajar,

dimana mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik

(48)

Dalam penelitian ini, pengertian guru yang dimaksud adalah pendidik

yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar, yang bertanggung

jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan

jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya

sebagai individu, sebagai makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial

(Zahara Idris dan Lisma Jamal dalam Nurdin, 2004).

2. Definisi Guru SMK Farmasi

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan

menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan

dasar serta mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan

mengembangkan sikap profesional (Depdiknas, 2009).

Guru SMK adalah tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK).

Dalam penelitian ini pengertian guru SMK Farmasi yang dimaksud adalah

tenaga profesional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan

kurikulum SMK yang berlaku yaitu normatif, adaptif, dan produktif yang sesuai

(49)

3. Tugas Guru

Menurut Djamarah (2002) guru dalam mendidik anak didik bertugas

untuk :

a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,

kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan

dasar Negara kita Pancasila.

c. Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang

Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 11 tahun

1983.

d. Sebagai perantara dalam belajar, di dalam proses belajar guru hanya

sebagai perantara, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu

pengertian, sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah

laku dan sikap.

e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik kea rah

kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak

menurut sekehendaknya.

f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata

tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dulu.

h. Guru sebagai administrator dan manajer, disamping mendidik, seorang

guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha.

(50)

j. Guru sebagai perencana kurikulum, gurulah yang paling tahu

kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar.

k. Guru sebagai pemimpin, mempunyai kesempatan dan tanggungjawab

dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke pemecahan soal.

l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak, harus turut aktif

dalam segala aktivitas anak.

Dari beberapa tugas guru tersebut, pada dasarnya dalam proses pendidikan

guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai

pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak

didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak

didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri

(Djamarah, 2002).

4. Kurikulum Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional Tahun

1992-1993 Bab IX Pasal 21, Kurikulum SMK diorganisasikan ke dalam komponen

yang bersifat :

a. Normatif, berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia yang

wajib memuat bahan kajian dan pelajaran pendidikan Pancasila,

pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia,

sejarah nasional dan sejarah umum, dan pendidikan jasmani dan

(51)

b. Adaptif, berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan

kemampuan profesi yang memuat bahan kajian dan pelajaran yang

memberikan konsep berfikir analitis, logis, dan kreatif yang

mendukung kemampuan tamatan dalam mengembangkan dan

menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian.

c. Produktif, berperan dalam pembekalan keterampilan produktif sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja yang memuat bahan kajian dan

pelajaran yang membekali keterampilan dan sikap kerja professional

sesuai dengan kemampuan yang dituntut oleh dunia kerja.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan SMK

menurut petunjuk pelaksanaan sistem pendidikan nasional tahun 1992-1993 Bab

IX Pasal 21adalah diorganisasikan ke dalam komponen yang bersifat normatif,

adaptif, dan produktif.

E. Hubungan antara Persepsi Guru Terhadap Iklim Kelas dengan

Kepuasan Kerja Pada Guru SMK Farmasi Medan

Guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi sistem pendidikan

(Ramatulasamma, 2007). Guru memegang peranan utama dalam proses

pendidikan secara keseluruhan, dimana mengajar merupakan membimbing

aktivitas belajar murid (Uzer Usman dalam Nurdin, 2004). Agar belajar menjadi

(52)

sangat diperlukan dan juga agar mengajar berjalan efektif, guru harus

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya (Nurdin,2004).

Bagi guru sendiri, secara psikologis keberhasilan dalam mengajar akan

meningkatkan kepuasan kerja tersendiri, sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan diri dan semangat yang tinggi dalam mengajar (Nurdin,2004).

Termasuk di dalamnya pada guru SMK dengan kurikulum yang berbeda dari

SMA pada umumnya sehingga tanggung jawab guru SMK lebih besar daripada

guru SMA. Kurikulum di SMK memiliki tiga komponen yang bersifat (1).

Normatif yang berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia, (2).

Adaptif yang berperan dalam penanaman dasar dan pengembangan kemampuan

profesi, dan (3). Produktif yang berperan dalam pembekalan keterampilan

produktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Depdiknas, 1993). Hal ini lah

yang membuat tanggungjawab guru SMK lebih besar daripada guru SMA.

Menurut Depdiknas (1993) Bab II Pasal 2 ayat 1, pendidikan di SMK pada

umumnya bertujuan untuk (1).mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau meluaskan pendidikan dasar;

(2).meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam

sekitar; (3).meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; dan

(4).menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap

profesional. Tujuan dari pendidikan SMK ini, harus dipenuhi oleh semua SMK,

(53)

diharapkan adalah agar siswanya dapat menguasai ilmu dibidangnya, misalnya

dalam meracik obat-obatan, membaca resep dari dokter, dll. Sehingga, apabila

siswa dapat menguasai ilmunya serta tujuan dari pendidikan SMK terpenuhi maka

secara tidak langsung akan memberikan dampak psikologis bagi guru yaitu dalam

hal kepuasan kerja dalam mengajar.

Kepuasan kerja guru dalam mengajar, dapat dilihat dari adanya persepsi

guru pada kelas dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh

Nurdin (2004), bahwa untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja guru dalam

mengajar tidak dapat terlepas dari kondisi lingkungan kelas yang ada. Adelman &

Taylor (dalam Lee, 2005) juga berpendapat bahwa untuk dapat mengembangkan

iklim kelas yang positif memerlukan perhatian yang seksama agar dapat

meningkatkan kualitas kehidupan kelas bagi siswa serta guru.

Hal ini sesuai dengan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

guru yang dikemukakan oleh Lester (1998) yaitu kondisi lingkungan kerja, dalam

penelitian ini kondisi lingkungan kelas saat berlangsungnya proses belajar

mengajar. Kepuasan kerja guru dapat juga dipengaruhi oleh peraturan dari sekolah

dan hal tersebut menunjukkan komponen dari lingkungan kerja yang dapat

memberikan kepuasan kerja pada guru (Latham, 1998).

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Mark Scheider (2003) mengenai

kepuasan kerja pada guru, menunjukkan bahwa kondisi yang menyatakan

keefektifan dan kepuasan guru mengajar di kelas adalah dengan mengevaluasi

(54)

dalam proses belajar mengajar, dan tingkat kebisingan dalam ruang kelas, dengan

kata lain dapat dikatakan sebagai keadaan iklim di dalam kelas.

Sejalan dengan hal tersebut penelitian lain yang dilakukan Wahyudi

(2003) mengenai iklim kelas yang merupakan suasana batin (kejiwaan) dan sosial

yang tercipta di dalam suatu kelas, yang dipandang dari persepsi siswa dan

persepsi guru di kelas tersebut. Dimana, persepsi merupakan proses yang dialami

individu yang mencakup menerima, memilih, menyadari, dan memaknai stimulus

yang terdapat di lingkungan maupun dalam diri individu dengan menggunakan

informasi sebelumnya.

Dari paparan di atas maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara

persepsi guru terhadap iklim kelas dengan kepuasan kerja guru SMK Farmasi

Medan.

F. Hipotesa

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian

ini adalah ada hubungan antara persepsi guru terhadap iklim kelas dengan

Gambar

Tabel 1. Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas
Tabel 4 Blue Print  Skala Kepuasan Kerja Guru
Tabel 5. Distribusi Butir Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba
Tabel 6. Blue Print  Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian kata-kata deiktik (kata-kata yang menunjukkan lokasi dari sisi pembicara) seperti “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu” menunjukkan bahwa anak kecil mampu

(2) Partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial pada struktur organisasi desentralisasi dan sebaliknya akan menurunkan kinerja

Tindak tutur ilokusi direktif yang difokuskan dalam bentuk bahasa meminta sangat menarik untuk diteliti, sikap anak pada waktu meminta sesuatu, terkadang terdengar kurang sopan

Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia ( Acacia mangium ) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis ( Garcinia mangostana ). Rasio

PENGGUNAAN LECTORA INSPIRE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA DI SMKN 7 BALEENDAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu rendah dan konsentrasi kitosan dalam menghambat perubahan kekerasan, jarak penetrasi kitosan pada penampang

Kalibrasi parameter input model yang digunakan di sub DAS Ciliwung Hulu adalah kurva aliran permukaan (CN), faktor alpha aliran dasar (ALPHA_BF), lama ‘ delay ’ air bawah

Pada form diatas admin dapat mengisi anggota pengganti, anggota pengganti ini digunakan untuk mengganti anggota ronda apabila ada salah satu atau beberapa