SKRIPSI
PERANAN KREDIT USAHA RAKYAT TERHADAP PENGEMBANGAN UMK DI KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT
( STUDI KASUS : BANK BRI KECAMATAN GEBANG )
OLEH
ARI SYOFWAN 090523023
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRACT
The object of this research is to analysis the rule of Kredit Usaha Rakyat (KUR) in supporting the quality of life of micro and small enterpreneur’s in Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat. The method used is descriptive and deductive method with used primer. The way of getting data used is interview and questionare.
The method used in the analysis the rule of Kredit Usaha Rakyat (KUR) in supporting the quality of life of micro and small enterpreneur’s in Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat is the method of least squares (OLS) using the analysis tools to process data by using SPSS 15.0 for Windows.
Based on the findings of this research, it is indicated that cooperation toward positive to UMK, like this referto some indicator’s increase production of turnover UMK in Kecamatan Gebang.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif dengan menggunakan data primer. Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner.
Metode yang digunakan dalam analisis terhadap peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat adalah metode Ordinanary Least Square (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan SPSS 15.0 for Windows.
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) berpengaruh positif terhadap Usaha Mikro dan Kecil (UMK), ini terlihat dari beberapa indikator seperti peningkatan omset produksi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan
ridho-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul skripsi
ini adalah “Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus : Bank BRI Unit Kecamatan Gebang)” adalah guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Teristimewa buat orang tua tercinta Siddik Hendra dan Hamidah atas kasih
sayang dan seluruh dukungan baik dana maupun semangat.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi
6. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal
pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal
ini karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang dan juga
untuk penyempurnaan penulisan yang sejenis. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT………. i
ABSTRAK……….... ii
KATA PENGANTAR………. iii
DAFTAR ISI……… v
DAFTAR TABEL……… ix
DAFTAR GAMBAR……… x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1
1.2 Perumusan Masalah……… 3
1.3 Hipotesis………..……….. 4
1.4 Tujuan Penelitian……… 4
1.5 Manfaat Penelitian……….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank………. 6
2.2 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya………... 14
2.3 Usaha Mikro dan Kecil (UMK)………. 17
2.3.1 Karakteristik dan Definisi UMK……… 17
2.3.2 Jenis-jenis UMK……….……… 24
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan UMK……….. 24
2.3.4 Permasalahan UMK……….... 25
2.4.1 Pengertian Wirausahawan……….. 29
2.4.2 Karakteristik Wirausahawan……….. 30
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan……… 30
2.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR)……….. 32
3.8.2 Uji T-statistik………...… 43
3.8.3 Uji F-statistik……….…….………. 44
3.9 Definisi Operasional……… 45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Daerah Penelitian……… 47
4.1.1 Letak Geografis……… 47
4.1.2 Iklim………..……... 47
4.1.3 Demografis……….. 48
4.1.4 Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah……….……… 48
4.2 Karakteristik Responden………... 48
4.2.1 Deskripsi Responden……… 49
4.3 Analisis Data………. 53
4.4 Interpretasi Model………..……….. 53
4.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)……… 55
4.5.1 Koefisien Determinasi (R-square)…..………. 55
4.5.2 Uji T-statistik…..……….. 56
4.6 Uji F-statistik……… 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….. 61
5.2 Saran……… 62
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat
Pendapatan Setelah Menerima Kredit Usaha Rakyat... 50
4.2 Umur Responden………... 51
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Gambar Halaman
4.1 Uji T-statistik Modal Sendiri (X1)………. ………. 57 4.2 Uji T-statistik Modal Kredit Usaha Rakyat (X2)... 58
ABSTRACT
The object of this research is to analysis the rule of Kredit Usaha Rakyat (KUR) in supporting the quality of life of micro and small enterpreneur’s in Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat. The method used is descriptive and deductive method with used primer. The way of getting data used is interview and questionare.
The method used in the analysis the rule of Kredit Usaha Rakyat (KUR) in supporting the quality of life of micro and small enterpreneur’s in Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat is the method of least squares (OLS) using the analysis tools to process data by using SPSS 15.0 for Windows.
Based on the findings of this research, it is indicated that cooperation toward positive to UMK, like this referto some indicator’s increase production of turnover UMK in Kecamatan Gebang.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif dengan menggunakan data primer. Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner.
Metode yang digunakan dalam analisis terhadap peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat adalah metode Ordinanary Least Square (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan SPSS 15.0 for Windows.
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) berpengaruh positif terhadap Usaha Mikro dan Kecil (UMK), ini terlihat dari beberapa indikator seperti peningkatan omset produksi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.
Berkaitan dengan itu, khususnya perkembangan ekonomi nasional dewasa ini
menunjang kearah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan
internasional yang akan menunjang sekaligus dapat berdampak kurang
menguntungkan, sementara itu perkembangan perekonomian senantiasa bergerak
cepat dengan tantangan yang semakin kompleks.
Kesejahteraan penduduk Indonesia dapat dikatakan masih tergolong
rendah. Keadaan ekonomi Indonesia yang masih dalam tahap pertumbuhan
menjadikan kesejahteraan penduduk Indonesia sangat perlu untuk ditingkatakan.
Masyarakat pada umumnya ingin mendapatkan kehidupan yang layak setiap hari
nya. Masyarakat selalu berusaha mengerjakan pekerjaan yang dapat memenuhi
dan mencukupi kehidupan mereka. Lapangan kerja yang menjadi wadah bagi
penduduk untuk meningkatkan kesejahteraan belum mampu untuk menampung
seluruh angkatan kerja yang ada. Pendapatan yang layak sangat diharapkan oleh
seluruh masyarakat, sebab dengan pendapatan yang baik maka setiap kebutuhan
keluarga dapat dipenuhi. Banyak usaha mikro dan kecil yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan pendapatan seperti; berdagang, bertani, berternak, dan
modal yang cukup dalam mengerjakannya. Namun masyarakat sangat
membutuhkan sumber modal untuk dapat mengerjakan usaha-usaha atau
pekerjaan tersebut. Lembaga kredit jelas sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang
membutuhkan modal dalam melakukan usaha-usaha tersebut. Banyak jenis-jenis
kredit yang menawarkan bantuan modal bagi masyarakat mulai dari bank,
lembaga non bank maupun dari lembaga-lembaga lainnya.
Pada dasarnya fungsi pokok dari kredit adalah untuk pemenuhan jasa
pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat (to Service the Society) dalam rangka
mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi dan jasa-jasa yang
kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun tidak
sedikit pula pemberian kredit kepada masyarakat tersebut mengalami kendala
dikarenakan bank tidak memberikan pinjaman tanpa jaminan serta neraca untung
rugi sementara usaha-usaha kecil maupun koperasi tidak memiliki itu semua.
Oleh karena itu Bank Rakyat Indonesia meluncurkan kredit bagi pelaku
usaha mikro dan kecil (UMK), dan koperasi berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR)
di Kantor Pusat BRI, Jakarta Pusat. Peluncuran dihadiri Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu, kalangan perbankan,
serta nasabah UMK dan koperasi. Program ini diluncurkan untuk mendukung
program pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan dan mengurangi
pengangguran. Kredit bagi usaha mikro dan kecil dan koperasi dengan pola
penjaminan ini disalurkan untuk sektor ekonomi produktif, dengan suku bunga
kredit masksimum 16 persen, dan jumlah plafon kredit maksimum Rp. 500 juta/
pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank.
Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara
sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan
untuk meningkatkan akses UMK pada sumber pembiayaan dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diluncurkan pemerintah
5 November 2007 ini, para pengelola Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dapat
meminjam modal hanya dengan jaminan kelayakan usaha dan diharapkan kepada
pengelola Usaha Mikro dan Kecil (UMK) tersebut dapat mengembangkan
usahanya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PERANAN KREDIT USAHA RAKYAT TERHADAP PENGEMBANGAN UMK DI KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT (STUDI KASUS : BANK BRI UNIT KECAMATAN GEBANG)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap perkembangan
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat ?
2. Faktor apa yang paling mendorong pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di
Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat dalam mengambil Kredit Usaha
1.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk diuji. Berdasarkan perumusan
masalah di atas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) sangat berperan dalam pengembangan Usaha
Kecil dan Mikro di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat.
2. Terdapat beberapa faktor yang mendorong para pelaku Usaha Kecil dan
Mikro (UMK) di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat dalam
mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR), seperti suku bunga, bahan baku,
upah tenaga kerja, transportasi dan pemasaran.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimanakah peran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
dalam pengembangan Usaha Kecil dan Mikro yang ada di Kecamatan
Gebang Kabupaten Langkat.
2. Untuk Mengetahui faktor apa yang paling mempengaruhi pelaku Usaha
Kecil dan Mikro di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat dalam
mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR).
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan informasi khususnya
mengenai peranan Kredit Usaha Rakyat terhadap pengembangan UMK di
kecamatan Gebang kabupaten Langkat.
2. Sebagai pelengkap atau pembanding penelitian sebelumnya, dan sebagai
3. Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan proses
pembelajaran dan menambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu
yang penulis tekuni.
4. Sebagai masukan bagi pemerintah dan pelaku perbankan yang menjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bank
Asal dari kata Bank adalah dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti
tempat penukaran uang. Secara umum pengertian Bank adalah sebuah lembaga
intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau
yang dikenal sebagai banknote.
Bank sebagai lembaga yang menjalankan usaha dibidang jasa keuangan
bukanlah sembarang usaha melainkan yang secara hukum memiliki status yang
kuat dengan kekayaan sendiri yang mampu melayani kebutuhan masyarakat. Bank
merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan
kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa giral.
Bank termasuk dalam salah satu perusahaan industri jasa, karena
produknya banyak memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Pokok-pokok
kegiatan Bank meliputi tiga hal (www.scribd.com), yaitu :
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
dalam kegiatan ekonomi
2. Menciptakan uang
3. Menghimpun dana dari masyarakat
Definisi dari bank (Kuncoro,2002 : 68) adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan
kegiatan usahanya sehari-hari ban harus mempunyai dana agar dapat memberikan
kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank
(pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri,
maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank berupa setoran modal
yang dilakukan pada saat pendirian bank.
Dana dari pemerintah diperoleh apabila bank yang bersangkutan ditunjuk
oleh pemerintah untuk menyalurkan dana-dana bantuan yang berkaitan dengan
pembiayaan proyek-proyek pemerintah, misalnya Proyek Inpres Desa Tertinggal.
Sebelum dana diteruskan kepada penerima, bank dapat menggunakan dana
tersebut untuk mendapatkan keuntungan, misalnya dipinjamkan dalam bentuk
pinjaman antar bank (interbank call money) berjangka 1 hari hingga 1 minggu.
Keuntungan bank diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli dana
tersebut setelah dikurangi dengan biaya operasional. Dana-dana masyarakat ini
dihimpun oleh bank dengan menggunakan instrumen produk simpanan yang
terdiri dari Giro, Deposito dan Tabungan.
Menurut Undang‐Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya
Berdasarkan definisi-definisi tentang bank, dalam praktiknya bank dibagi
dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi fungsinya bank dikelompokkan
menjadi 3 jenis (ryadguru.blogspot.com), yaitu :
1. Bank Sentral
Fungsi Bank Indonesia disamping sebagai bank sentral adalah sebagai
bank sirkulasi, bank to bank dan lender of the resort. Fungsi sebagai
bank sirkulasi adalah mengatur peredaran keuangan suatu Negara.
Sedangkan fungsi sebagai bank to bank adalah mengatur perbankan di
suatu Negara. Kemudian fungsi sebagai lender of the last resort adalah
sebagai tempat peminjaman yang terakhir. Pelayanan yang diberikan
oleh Bank Indonesia lebih banyak kepada pihak pemerintah dan dunia
perbankan. Dengan kata lain nasabah Bank Indonesia dalam hal ini
lebih banyak kepada lembaga Perbankan. Tujuan utama Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral
mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem divisa serta mengatur dan
mengawasi bank.
2. Bank Umum
Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa
perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat
dikenal dengan nama bank komersil dan dikelompokkan kedalam 2
jenis yaitu : bank umum devisa dan bank umum non devisa.
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran..
Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank
berdasarkan undang-undang, yaitu :
1. Dilihat dari Segi Fungsinya :
a. Bank umum
Bank umum adalah Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya
terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. Termasuk dalam
kategori Bank umum ialah bank yang melakukan kegiatan secara
konvensional dan bank yang menjalankan prinsip syari’ah yang
melaksanakan kegiatan usaha memberikan jasa dalam lalu-lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum mempunyai
banyak kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang utama
1. Penciptaan kredit
2. Fungsi giral
3. Penanaman dan penagihan
4. Akumulasi tabungan dan investasi
5. Jasa-jasa trust
6. Jasa-jasa lain
7. Perolehan laba untuk imbalan para pemegang saham
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya
kegiatan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan
dengan kegiatan bank umum.
Adapun bentuk dari kegiatan Bank Perkreditan Rakyat adalah
menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan
deposito, memberikan pinjaman kepada masyarakat, menyediakan
pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syari’ah.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
a. Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian
maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan
bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia
yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi.
Contoh Bank DKI, Bank Jateng, dan sebagainya.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun
didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga
dipertunjukkan untuk swasta pula. Contoh Bank Swasta adalah : Bank
Mega, Bank Niaga, Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Lippo dan
lain sebagainya.
c. Bank Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya 100%
dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Contoh bank-bank asing adalah :
Standard Chartered Bank, Bank of Tokyo, City Bank, Bank of America,
Hongkong Bank dan lain sebagainya.
d. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi. Contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia
e. Bank Campuran
Saham Bank Campuran ini dimiliki oleh dua belah pihak,yaitu pihak
asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya mayoritas
dipegang oleh warga Negara Indonesia. Sebagai contoh bank campuran
antara lain : Bank Finconesia, Bank Merincorp, Bank Sakura Swardana
dan lain sebagainya.
3. Dilihat dari Segi Status
Bank umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam dilihat dari segi
kemampuannya dalam melayani masyarakat. Pengklasifikasian ini berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan
ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari jumlah produk,
modal, maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh
status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteris tertentu. Status
yang dimaksud adalah :
a. Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari
Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam
valuta asing. Bank devisa dapat menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan
dengan mata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli
b. Bank non Devisa
Bank non Devisa adalah bank-bank yang melakukan kegiatan
perbankan kecuali kegiatan yang dilakukan oleh bank devisa. Bank umum
yang masih berstatus non devisa hanya dapat melayani transaki-transaksi
di dalam negeri (domestik). Bank umum non devisa dapat meningkatkan
statusnya menjadi bank devisa setelah memenuhi ketentuan-ketentuan
antara lain: volume usaha minimal mencapai jumlah tertentu, tingkat
kesehatan, dan kemampuannya dalam memobilisasi dana, serta memiliki
tenaga kerja yang berpengalaman dalam valuta asing.
4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli dapat dibagi ke dalam dua kelompok
(Kasmir,2008 : 40-41), yaitu :
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia adalah bank yang
berorientasi pada prinsip-prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari
sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh
kolonial Belanda. Bank Konvensional adalah bank yang menerapkan
b. Bank Berdasarkan prinsip Syari’ah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di
Indonesia. Namun, di luar negeri terutama di Negara-negara timur tengah
bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah berkembang pesat sejak
lama. Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem
perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah).
Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam
untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga
pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha
berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat
menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam
usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram,
usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain. Meskipun
prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah
perekonomian Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri
bank-bank Islam yang menerapkannya bagi lembaga-lembaga komersial
swasta atau semi-swasta dalam komunitas muslim di dunia.
2.2 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya
Kegiatan bank umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Artinya
produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank
umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Sedangkan
lebih sempit. Pada Undang-undang No. 7 pasal 5 ayat (2) tahun 1992 menjelaskan
bahwa Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan suatu
kegiatan atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu
sehingga Bank Umum dapat saja berspesialisasi pada bidang maupun jenis
kegiatan tertentu tanpa harus menjadi suatu kelompok tertentu. Dengan adanya
penyederhanaan ini, diharapkan dapat memudahkan bank dalam memilih
kegiatan-kegiatan perbankan sesuai dengan karakter masing-masing bank tanpa
harus merepotkan dengan perizinan tambahan.
Menurut Undang-undang No. 16 tahun 1998 Bank Umum adalah sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan
prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-lintas
pembayaran. Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai
berikut :
1. Menghimpun Dana (Funding)
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari
masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan
membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis
simpanan. Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account.
2. Menyalurkan Dana (Lending)
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan Lending.
pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang
diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank
yang menyalurkannya. Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga
yang ditawarkan. Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai
kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai
aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya
tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat
mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari
selisih bunga kredit dengan bunga simpanan.
3. Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (Services)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung
kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai
kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi
bank dan nasabah, bahkan dewasa ini kegiatan ini memberikan kontribusi
keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari
spread based semakin mengecil, bahkan cenderung negatif spread (bunga
sim-panan lebih besar dari bunga kredit). Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat
dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik. Kelengkapan ini ditentukan
dari permodalan bank serta kesiapan bank dalam menyediakan SDM yang
handal. Disamping itu ,juga perlu didukung oleh kecanggihan teknologi yang
2.3 Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
2.3.1 Karakteristik dan Definisi UMK
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) tidak saja berbeda dengan Usaha Besar
(UB), tetapi di dalam kelompok Usaha Mikro dan Kecil itu sendiri terdapat
perbedaan karakteristik antara Usaha Mikro dengan Usaha Kecil dan Usaha
Menengah dalam sejumlah aspek. Aspek-aspek tersebut termasuk orientasi pasar,
profil dari pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem
organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di
dalam proses produksi, sumber-sumber dari bahan-bahan baku dan modal, lokasi
tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat dari keterlibatan wanita
sebagai pengusaha.
Selain itu ada beberapa perbedaan antara Usaha Mikro dengan Usaha
Kecil dalam latar belakang atau motivasi pengusaha melakukan suatu usaha.
Perbedaan motivasi pengusaha sebenarnya harus dilihat sebagai karakteristik
paling penting untuk membedakan antara Usaha Mikro dan Kecil dengan Usaha
Besar, maupun antar subkategorik di dalam kelompok Usaha Mikro dan Kecil itu
sendiri. Sebagian besar pengusaha mikro di Indonesia mempunyai latar belakang
ekonomi, yakni alasan utama melakukan kegiatan tersebut adalah ingin
memperoleh perbaikan penghasilan. Ini menunjukan bahwa pengusaha mikro
berinisiatif mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
sehari-hari. Di samping itu, latar belakang menjadi pengusaha mikro karena faktor
dominan di mana jika orang tuanya seorang nelayan maka anaknya juga menjadi
nelayan dan seterusnya. Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah merasa
telah dibekali dengan keahlian. Selain itu, alasan lain menjadi pengusaha mikro
adalah karena tidak adanya kesempatan untuk berkarier di bidang yang lain.
Latar belakang pengusaha kecil lebih beragam dari usaha mikro, walaupun
latar belakang ekonomi juga merupakan alasan utama,tetapi sebagian lain
mempunyai latar belakang lebih realistis dengan melihat prospek usahake depan
dengan kendala modal yang terbatas. Sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia
mempunyai alasan berusaha karena adanya peluang bisnis dan pangsa pasar yang
aman dan besar. Ada juga beberapa pengusaha kecil yang berusaha dengan alasan
utamanya karena faktor keturunan atau warisan, dibekali keahlian dan membuka
lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Walaupun masi ada sejumlah
pengusaha yang beralasan karena tidak ada kesempatan di bidang lain dengan
berbagai alasan, misalnya pendidikan formal yang rendah atau kondisi fisik yang
tidak memungkinkan.
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri
Keuangan pada tanggal 29 Januari 2003, adalah usaha produktif milik keluarga
atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling
banyak Rp.100 juta per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank
paling banyak Rp.50 juta. Karakteristik-karakteristik usaha mikro adalah sebagai
a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha
d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah
f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank
g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen
pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi
intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik
yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :
a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana
yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap
berjalan bahkan terus berkembang
b. Tidak sensitive terhadap suku bunga
d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Usaha kecil merupakan usaha yang integral dalam dunia usaha nasional
yang memiliki kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam
mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan
ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil juga merupakan kegiatan usaha
dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang
luas, agar dapat mempercapat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi
masyarakat. Secara otentik, pengertian usaha kecil diatur dalam Undang-Undang
Pasal 1 ayat (1) Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Yaitu: "kegiatan
ekonomi masyarakat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih
atau hasil pendapatan tahunan, serta kepemilikan, sebagaimana yang ditentukan
dalam Undang-Undang ini". Pengertian disini mencakup usaha kecil informal,
yaitu usaha yang belum di daftar, belum dicatat, dan belum berbadan hukum,
sebagaimana yang ditentukan oleh instansi yang berwenang.
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995
adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp. 1 milyar per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp.
50 juta sampai dengan Rp. 500 juta. Karakteristik usaha kecil menurut UU No. 9
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 Milyar
c. Milik Warga Negara Indonesia
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
e. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Definisi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) memiliki beberapa pengertian
yang berbeda berdasarkan sumbernya, yakni sebagai berikut :
1. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008
tentang UMKM, dinyatakan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif
milik perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro sebagai mana diatur dalam Undang-undang tersebut.
Usahan Kecil ialah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil sebagai
merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan
oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Mikro,
Usaha Kecil atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Menengah
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut. Dalam
Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan
UMKM seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih
atau nilai asset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
hasil penjualan tahunan, kriteria-kriteria yang di maksud adalah :
a. Usaha Mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak
sebesar Rp. 50 juta atau dengan hasil penjualan paling besar sebesar Rp.
300 juta.
b. Usaha Kecil dengan asset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling
banyak Rp. 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
300 juta, hingga maksimum 2,5 miliyar.
c. Usaha Menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih
dari Rp. 500 juta hingga paling banyak Rp. 10 milyar atau memiliki hasil
penjualan tahunan di atas Rp 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp. 50
milyar.
2. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil
yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi
untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
3. Menurut Bank Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah adalah perusahaan
industri dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki modal kurang dari Rp. 20 juta
b. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp. 5 juta.
c. Suatu perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.
d. Omset tahunan lebih besar dari Rp. 1 milyar.
4. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah
kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan
yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar
Rp. 70 juta ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia.
5. Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah :
a. Usaha Mikro : Memiliki 1 – 4 orang tenaga kerja.
b. Usaha Kecil : Memiliki 5 – 19 orang tenaga kerja.
c. Usaha Menengah : Memiliki 20 – 99 orang tenaga kerja.
2.3.2 Jenis-Jenis UMK
Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor
bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan
dan jasa, dan jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa
bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan
produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk
pupuk. Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non
logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan
peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan UMK
Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar
pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu
meningkatkan ekonomi kerakyatan / padat karya (lapangan usaha dan lapangan
kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan
perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan
dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan.
Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih
fleksibel dan ada abilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari
Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya manusia
ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah
keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha.
Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi,
sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan menguasai informasi juga merupakan
kekurangan yang sering dialamai dalam Usaha Mikro dan Kecil. Usaha Mikro dan
kecil juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta pelakuan
dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama,
sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek
legalitas.
2.3.4 Permasalahan UMK
Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil dihalangi oleh banyaknya
hambatan. Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan
daerah lain, antara perdesaan dan perkotaan, antarsektor, ataupun antarsesama
perusahaan di sektor yang sama. Namum demikian, ada sejumlah persoalan yang
umum untuk semua Usaha Mikro dan kecil di Negara manapun juga.
Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun
investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan
baku dan input, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar,
keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi, kualitas sumber daya manusia yang
rendah, kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energy yang tinggi,
keterbatasan komunikasi, biaya yang tinggi akibat prosedur administrasi dan
birokrasi yang kompleks, khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan
ekonomi yang tidak jelas atau tak tentu arah. Permasalahan umum yang biasa
terjadi pada Usaha Mikro dan Kecil tersebut secara garis besar antara lain :
a. Kesulitan dalam Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis
bagi perkembangan Usaha Kecil dan Mikro. Dari hasil studi yang dilakukan
Kenneth James dan Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah Negara
ASEAN, dalam bukunya menyimpulkan bahwa Usaha Mikro dan Kecil tidak
melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran
seperti penigkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali
bagi Usaha Kecil dan Mikro untuk dapat turut berpartisipasi dalam era
perdagangan bebas. Masalh pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan
baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun
di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date
mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri.
b. Keterbatasan Finansial
Ada dua masalah utama di dalam kegiatan Usaha Mikro dan Kecil di
Indonesia, yaitu dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke
modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat dibutuhkan
demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umunya modal awal
bersumber dari modal atau tabungan sendiri atau sumber-sumber informal, namun
sumber-sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam kegiatan produksi
bantuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor
informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan Usaha Mikro dan
Kecil. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang
tinggal di daerah, persyaratan yang terlalu berat, urusan administrasi yang rumit,
dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta
prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis
perbankan menyebabkan Usaha Mikro dan Kecil juga sulit memperoleh kredit.
c. Keterbatasan SDM
Salah satu kendala serius bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di
Indonesia ialah keterbatasanSumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam
aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,
engineering design, quality control, organisasi bisnis akuntansi, data processing,
teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan
untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar
barang.
d. Masalah Bahan baku
Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat
menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun
kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia. Hal ini
terpaksa berhenti dari usahanya dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi
lainnya akibat masalah keterbatsan bahan baku.
e. Keterbatasan Teknologi
Usaha Kecil dan Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang
bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi
kurang maksimal dan kualitas produk relatif rendah.
f. Kemampuan Manajemen
Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen
yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya membuat
pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni
yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan Usaha
Mikro dan Kecil, baik dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
g. Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha
dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda,
2.4 Wirausahawan
2.4.1 Pengertian Wirausahawan
Wirausahawan menciptakan sebuah bisnis baru dalam menghadapi resiko
dan ketidakpastian untuk tujuan mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan
mengidentifikasi peluang signifikan dan sumber daya yang diperlukan. Kamus
Besar Bahasa Indonesi (KBBI) mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang
yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam
berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur
permodalan operasinya, serta memasarkannya. Sedangkan, Louis Jacques Filion
menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai
dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai
sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang
dan membuat keputusan. Persamaannya dari pengertian-pengertian tersebut yaitu
wirausahawan memiliki dan mampu berpikir kreatif-imajinatif, melihat peluang
dan membuat bisnis baru.
Seorang wirausahawan adalah seorang manajer, tetapi melakukan kegiatan
tambahan yang tidak dilakukan semua manajer. Manajer bekerja dalam hierarki
manajemen yang lebih formal, dengan kewenangan dan tanggung jawab yang
didefinisikan secara jelas sedangkan pengusaha menggunakan jaringan daripada
dari kewenangan formal. Wirausahawan adalah seorang katalisator. Mereka
adalah orang-orang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa
senantiasa melakukan pengembangan yang berkesinambungan. Wirausahawan
(David E. Rye,1996:3-4) sebagai seorang yang mengorganisasikan dan
mengarahkan usaha dan pengembangan baru, memperluas dan memberdayakan
suatu perusahaan/organisasi, untuk memproduksi produk baru atau menawarkan
jasa baru kepada pelanggan baru dalam suatu pasar yang baru.
2.4.2 Karakteristik Wirausahawan
Karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi
syarat-syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif,
kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko
atas keputusan yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya
mewujudkan efektivitas perusahaan/organisasi (Gooffrey G. Meredith,1996:5-6).
Dengan demikian, seorang wirausahawan mengetahui berbagai fungsi yang terkait
dalam mengelola suatu perusahaan/organisasi, seperti fungsi manajemen,
keuangan, pemasaran, produksi, operasi, sumberdaya manusia, organisasi dan
kelembagaan. Wirausahawan adalah seorang yang berorientasi prestasi dan
meyakini bahwa mereka menguasai kemampuan sendiri.
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan
Wirausaha adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan
kemungkinan untung atau rugi. Oleh karena itu wirausaha perlu memiliki
kesiapan mental, baik untuk menghadapi keadaan merugi maupun untung besar.
Sehingga seorang wirausaha harus mempunyai karakteristik khusus yang melekat
bersepakat, mempunyai ambisi, berjiwa penjelajah, suka mencoba sesuatu, dan
lain sebagainya. Namun seorang Wirausahawan juga memiliki kelebihan dan
kekurangan yang dapat menentukan keberhasilan usaha yang dijalankannya.
Kelebihan yang dimiliki seorang Wirausahawan adalah (id.wikipedia.org) :
a. Kesempatan untuk mewujudkan cita-cita.
b. Kesempatan untuk menciptakan perubahan.
c. Untuk mencapai potensi penuh.
d. Untuk menuai keuntungan yang mengesankan.
e. Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan mendapatkan pengakuan untuk usaha Anda.
f. Dapat melakukan apa yang disukai dan bersenang-senang.
Sedangkan kekurangan dari seorang wirausahawan adalah (id.wikipedia.org) :
a. Ketidakpastian pendapatan, mendirikan dan menjalankan bisnis tidak memberikan jaminan akan mendapatkan cukup uang untuk bertahan hidup.
b. Risiko kehilangan seluruh investasi, tingkat kegagalan bisnis kecil relatif tinggi.
c. Jam kerja yang panjang dan bekerja keras, dun & Survei bradsheet melakukan survey, 65% dari wirausahawan mencurahkan waktunya 40 jam atau lebih setiap minggunya untuk perusahaan mereka.
d. Kualitas hidup lebih rendah sampai bisnis didirikan.
f. Putus asa, sangat membutuhkan dedikasi, disiplin, dan keuletan untuk mengatasinya.
2.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
2.5.1 Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Peran Usaha Mikro dan Kecil selama ini diakui berbagai pihak cukup
besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis Usaha Mikro dan
Kecil menurut Bank Indonesia antara lain : jumlahnya yang besar dan terdapat
dalam setiap sektor ekonomi, menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi
menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau (wordpress.com). Dalam
posisi strategis tersebut, pada sisi lain Usaha Mikro dan Kecil masih menghadapi
banyak masalah dan hambatan dalam melaksanakan dan mengembangkan
aktivitas usahanya. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat
klasik yang selama ini telah sering diungkapkan, antara lain : manajemen,
permodalan, Teknologi, bahan baku, informasi dan pemasaran, infrastruktur,
birokrasi dan pungutan, serta kemitraan.
Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/
pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam
bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan
untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah
memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya
sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam
rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank
pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri
(BSM).
2.5.2 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diatur oleh pemerintah melalui
Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan
Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
10/PMK.05/2009. Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah
dalam penyaluran KUR adalah sebagai berikut :
a. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha
produktif yang feasible namun belum bankable dengan ketentuan :
1. Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat kredit/
pembiayaan dari perbankan yang dibuktikan dengan melalui Sistem
Informasi Debitur (SID) pada saat Permohonan Kredit/Pembiayaan
diajukan dan/ atau belum pernah memperoleh fasilitas Kredit Program
dari Pemerintah
2. Khusus untuk penutupan pembiayaan KUR antara tanggal Nota
Kesepakatan Bersama (MoU) Penjaminan KUR dan sebelum
penjaminan dapat diberikan kepada debitur yang belum pernah
mendapatkan pembiayaan kredit program lainnya
3. KUR yang diperjanjikan antara Bank Pelaksana dengan UMKM-K
yang bersangkutan.
b. KUR disalurkan kepada UMKM-K untuk modal kerja dan investasi
dengan ketentuan :
1. Untuk kredit sampai dengan Rp. 5 juta, tingkat bunga kredit atau
margin pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar atau setara 24%
efektif pertahun
2. Untuk kredit di atas Rp. 5 juta rupiah sampai dengan Rp. 500 juta,
tingkat bunga kredit atau margin pembiayaan yang dikenakan
maksimal sebesar atau setara 16% efektif pertahun.
c. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas
perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang
berlaku.
2.5.3 Tujuan dan Fungsi Kredit Usaha Rakyat
Tujuan Program KUR adalah untuk mempercepat pengembangan
sektor-sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan
aksesibilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat
kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. Pada dasarnya, KUR merupakan
modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha
koperasi dapat mengakses program ini dengan kredit maksimum Rp 500 juta.
Sumber dana adalah bank yang ditunjuk dengan tingkat bunga maksimum 16
persen per tahun. Persentase kredit yang dijamin adalah 70 persen dari alokasi
total kredit yang disedikan oleh bank tersebut. Masa pinjam kredit untuk modal
kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi. Untuk agribisnis, bidang
usaha yang layak adalah input produksi hingga penyediaan alat dan mesin
pertanian, aktivitas on-farm, dan pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian.
2.6 Tingkat Bunga Kredit Usaha Rakyat
Pada saat ini suku bunga kredit untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah
sebesar 16%. Kredit Usaha Rakyat adalah kredit program yang disalurkan
menggunakan pola penjaminan dan kredit ini diperuntukkan bagi pengusaha
mikro dan kecil yang tidak memiliki agunan tetapi memiliki usaha yang layak
dibiayai bank. Pemerintah mensubsidi Kredir Usaha Rakyat (KUR) dengan tujuan
memberdayakan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang ada di Indonesia.
2.7 Pendapatan
2.7.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu tujuan didirikannya sebuah usaha.
Dengan adanya pendapatan itu berarti sebuah usaha masih berjalan dan layak
untuk dipertahankan walaupun sebenarnya masih ada beberapa hal yang lain
selain pendapatan yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk meneruskan
sebuah usaha. Dengan memperhatikan jumlah pendapatan, akan diketahui apakah
Menurut M. Munandar (1996 : 18) Pendapatan suatu pertambahan assets
yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena
pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan
assets yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Definisi ini menjelaskan
bahwa suatu pertambahan assets dapat disebut revenue apabila pertambahan
assets tersebut berasal dari kontra prestasi yang diterima perusahaan atas jasa-jasa
yang diberikan kepada pihak lain. Selanjutnya, pertambahan atau peningkatan
assets akan mengakibatkan bertambahnya owners equity.
Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sadono sukirno (2002 : 391)
pendapatan pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan,
keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan
dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila
berhubungan dengan aliran penghasilan pasa suatu periode tertentu yang berasal
dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja dan
modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga, secara berurutan.
Dalam analisis Ekonomi Makro menurut Mankiw (2007 : 17) pendapatan nasional
dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto
(PDB) dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua
cara dalam melihat statistik Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu dengan melihat
Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai pendapatan total dari setiap orang di
dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa
perekonomian. Produk Domestik Bruto (PDB) dipakai berhubungan dengan
tidak termasuk pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan
lain sebagainya).
2.7.2 Sumber-sumber Pendapatan
Menurut Boediono (2002 ; 170-174) income seseorang ditentukan oleh
jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil
tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan warisan (pemberian), dan harga per unit
dari masing faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari
masing-masing produksi ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda, yaitu :
a. Permintaan dan Penawaran Tanah
Tanah dan kekayaan yang ada di dalamnya mempunyai penawaran yang
dianggap tidak akan bertambah lagi.
b. Permintaan dan Penawaran Modal
Modal mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke
waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk
ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana
tabungan tersebut untuk digunakan di pabrik-pabrik baru, seperti membeli
mesin-mesin yaitu investasi.
c. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang cenderung terus menerus naik
(pertumbuhan penduduk) sehingga ada kecendrungan bagi upah yang
semakin menurun.
Kepengusahaan merupakan faktor produksi yang paling sukar untuk
sangat beraneka ragam. Pada umumnya penawaran orang-orang yang
berjiwapengusaha masih sangat kecil pada Negara-negara yang berkembang.
Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses cukup besar di Negara
berkembang.
2.8 Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan hal di atas, dalam penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Gawi Wiguna Pradana, mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara Angkatan 2006 dengan judul skripsi
“Pengaruh Pembiayaan Syari’ah Oleh Bank Sumut Syari’ah Terhadap Pendapatan
UKM di Kecamatan Medan Helvetia” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah diberikan pembiayaan mudharabah dan musyarakah
terhadap pendapatan usaha kecil di Kecamatan Medan Helvetia dengan kenaikan
pendapatan sebelum hingga sesudah diberikan pembiayaan mudharabah adalah
sebesar 24,45% dan kenaikan pendapatan antara sebelum dan sesudah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan
menuju hipotesis penelitian. Adapun metode penelitian yang dipergunakan
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat dengan memfokuskan pada sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan
menggunakan daftar pertanyaan atau mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan.
3.3 Pemilihan Responden
Responden penelitian adalah pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
yang menerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kecamatan Gebang Kabupaten
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random
sampling, yaitu Penelitian dilakukan dengan memilih orang yang benar-benar
sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel (Soeranto dan Lincolin
Arsyad : 1993)”. Dalam penelitian sosial, dikenal dengan hukum kemungkinan
(hukum probabilitas) yaitu kesimpulan yang dapat ditarik dari populasi dapat
menggambarkan kepada seluruh sampel. Metode ini menggunakan tingkat
kesalahan sebagai dasar untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil.
Tingkat kesalahan yang diambil sebesar 1%, 5%, dan 10%. Rumus untuk
menghitung besarnya jumlah sampel yang akan diambil adalah (Pabundu Tika,
2006 : 34 ):
di mana: λ² = dengan dk = 1, tingkat kesalahan 5%
P = Q = 0,5
S = Jumlah sampel
d = 0,05
Berdasarkan rumus di atas dapat dihitung jumlah sampel dari populasi
10-1.000.000. Jadi dari jumlah populasi sebanyak 35 orang maka didapat sampel
sebanyak 32 orang yang tinggal di Kecamatan Gebang.
3.4.2 Wawancara dan Kuesioner
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui berbicara dan berhadapan muka
dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti (Mardalis :
1995) yang dipandu dengan kuesioner.
3.5 Pengolahan Data
Data penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan
menggunakan program computer SPSS 15.0, dan menggunakan program
Microsoft Office 2007 dalam penulisan penelitian sebagai program pembantu,
dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika
dibandingkan pencatatan ulang secara manual.
3.6 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi merupakan metode statistika yang digunakan untuk
menentukan kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Analisis korelasi akan diukur keeratan hubungan antara pengaruh Kredit Usaha
Rakyat terhadap pengembangan Usaha Mikro dan Kecil. Dengan demikian, maka
dapat formulasi korelasinya, dirumuskan sebagai berikut:
1. Bila r mendekati +1, maka hubungan antara X dan Y sempurna dan positif
2. Bila r mendekati -1, maka hubungan X dan Y sempurna dan negatif atau
mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif.
3. Bila r=0, maka hubungan antara X dan Y tersebut sangat lemah.
3.7 Analisis Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan
hubungan matematis dalam bentuk persamaan antara variabel tidak bebas tunggal
dengan variabel bebas tunggal. Variabel tidak bebas adalah variabel yang
nilainya selalu bergantung dengan nilai variabel lain, dalam hal ini variabel tidak
bebas nilainya selalu dipengaruhi oleh variabel bebas, sehingga disebut variabel
terikat. Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak bergantung
pada variabel lain. Variabel tidak bebas biasanya dinotasikan dengan Y dan
variabel bebas dinotasikan dengan X.
Bentuk-bentuk model regresi sederhana yang menunjukkan hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel bebas dan Y sebagai
variabel tidak bebas adalah:
Y=α + β1X1 + β2X2 + ε
Dimana:
Y = Pendapatan pengusaha mikro dan kecil
X1 = Modal sendiri (modal awal)
X2 = Modal setelah pemberian Kredit Usaha Rakyat
α = Konstanta
ε = Kesalahan penduga
Bentuk hipotesis diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
- / X1 > Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 , maka Y mengalami kenaikan, cateris paribus.
- / X2 > Artinya jika terjadi kenaikan pada X2, maka Y mengalami kenaikan, cateris paribus.
3.8 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) 3.8.1 Koefisien Determinasi (R-square)
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai
variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1
(0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan
baik karena semakin dekat dengan hubungan antara variabel-variabel independen
dengan variabel dependennya.
3.8.2 Uji T-statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel.
Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini
digunakan hipotesis sebagai berikut:
- H0 : b1 = 0, masing-masing variabel bebas tidak mempengaruhi variabel
- H0 :b1 ≠ 0, masing-masing variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas.
Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis diatas yaitu:
- H0 diterima jika t-tabel≤t-stat≤t-tabel, artinya variabel bebas tidak
mempengaruhi variabel tidak bebas secara signifikan.
- H0 diterima jika t-tabel>t-stat>t-tabel, artinya variabel bebas
mempengaruhi variabel tak bebas secara signifikan.
Nilai thitung =(b1-b)/Sb1
Dimana:
b1 = Koefisien variabel independen ke-1
b = Nilai hipotesis nol
Sb1 = Simpangan baku dari variabel independen ke-1
3.8.3 Uji F-statistik
Uji F merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap dependen
variabel. Pengujian ini menggunakan hipotesa sebagai berikut:
- H0 : b1 : b2 = ………. bk = 0 (tidak ada
pengaruh)
Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Jika
Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya variabel independen bersamaan
mempengaruhi variabel dependen. Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan rumus:
Fhitung = R2/k-1/1-R2/n-k
Dimana:
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel dependen
n = Jumlah sampel
Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut:
- H0 diterima jika Fhitung < Fα
- H0 ditolak jika Fhitung > Fα
3.9 Definisi Operasional
1. Pendapatan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (Y) adalah jumlah uang
yang diterima pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam satu bulan
dari usahanya.
2. Modal sendiri (modal awal) (X1) adalah biaya pribadi yang digunakan
pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam rupiah untuk kebutuhan
usahanya.
3. Modal setelah pemberian Kredit Usaha Rakyat (X2) adalah pinjaman
Mikro dan Kecil (UMK) di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat