• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Aedes SP. Di Kelurahan Sei Rengas II Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Aedes SP. Di Kelurahan Sei Rengas II Medan Tahun 2010"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AEDES SP.

DI KELURAHAN SEI RENGAS II MEDAN TAHUN 2010

Oleh :

NUR SHUHADAH MANSOR

070100412

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AEDES SP.

DI KELURAHAN SEI RENGAS II MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NUR SHUHADAH MANSOR

070100412

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan

dan Pemberantasan Aedes sp. di Kelurahan Sei Rengas II Medan Tahun 2010

Nama: Nur Shuhadah Mansor

NIM : 070100412

Pembimbing Penguji I

(dr. Nurfida Khairina Arrasyid) (dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes)

Penguji II

(dr. Dewi Masyitah Darlan, MPH) Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang Aedes sp. adalah vektor dari Demam Dengue atau Demam Berdarah

Dengue (DBD). Cara penularan penyakit DBD ini adalah melalui gigitan nyamuk Aedes

sp. (A. aegypti dan A. albopictus) yang menggigit penderita DBD kemudian ditularkan

kepada orang sehat. Faktor utama penularan virus dengue adalah peningkatan keberadaan

vektor itu sendiri serta meningkatnya faktor risiko pada manusia. Pelbagai program

penanggulangan masalah dengue berbasis masyarakat telah dilakukan yaitu dengan cara

utama menghapuskan tempat pembiakan Aedes sp.. Untuk dapat melakukan pencegahan

dan pemberantasan Aedes sp. ini, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tingkat

pengetahuan dan tindakan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Rengas

II yang merupakan salah satu daerah di kota Medan yang sering ditemukan kasus DBD

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat setempat

dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. pada tahun 2010.

Tujuan Penelitian untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat

terhadap pencegahan dan pemberantasan Aedes sp di Kelurahan Sei Rengas II Medan,

tahun 2010.

Metodologi penelitian ini adalah deskriptif secara cross sectional dengan besar sampel

sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Subjek penelitian

adalah kepala keluarga atau pasangannya sebagai wakil. Instrumen dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang berisi 10 item pertanyaan pengetahuan dan 10 pertanyaan

tindakan.

Hasil Mayoritas masyarakat mempunyai tingkat pengetahuan yang baik 72%, sedangkan

untuk tingkat pengetahuan Sedang 28% dan tidak ada yang tingkat pengetahuan Kurang

0%. Untuk penilaian tindakan terlihat bahwa sebagian besar tindakan responden termasuk

kategori Sedang 90%, tindakan Baik 10% dan tindakan Kurang 0%.

Kesimpulan Tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Sei Rengas II Medan, Tahun

2010 mayoritas termasuk dalam kategori Baik dan tindakan responden terhadap upaya

pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. termasuk dalam kategori Sedang.

(5)

ABSTRACT

Background Aedes sp. is the vector of Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Dengue transmission is through the bite of Aedes sp. (A. aegypti and A. albopictus) that bites people infected with DHF and then transmits it to healthy

people. The main factor of increasing transmission of dengue virus is the vector itself and the increase of risk factors to humans. Various community-based prevention programs for dengue has been done to eradicate major breeding places of Aedes sp.. One of the factors that influence measures of prevention and eradication of Aedes sp. is the level of knowledge and action of the community. This research was conducted at Kelurahan Sei Rengas II which is an area in the city of Medan, at which cases of dengue fever is often found, with the goal to determine the level of knowledge and action of the community in the prevention and eradication of Aedes sp. in 2010.

Objective To assess the level of knowledge and community action to prevent and eliminate Aedes sp. at Kelurahan Sei Rengas II Medan in 2010.

Method The study is a descriptive cross sectional study with a sample size of 100 people. Sampling is done with consecutive sampling. The subject is the head of household or spouse. The instrument used in this study is a questionnaire containing 10 items of knowledge questions and 10 questions of action.

Result Majority of the people have high knowledge level of 72%, while 28% of moderate level of knowledge and poor knowledge level of 0%. For the assessment of the actions, most of the action of respondents included 90% of them in the moderate category, 10% high and 0% poor.

Conclusion In conclusion, the level of knowledge of the public at Kelurahan Sei Rengas II Medan in 2010 included in the category of high knowledge level and the actions of respondents towards prevention and eradication of Aedes sp. mostly were included in the moderate category.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayahnya, sampai saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

“TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AEDES SP. DI KELURAHAN SEI RENGAS II MEDAN TAHUN 2010”

Proses penulisan KTI ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Nurfida Khairina Arrasyid selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat.

2. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih untuk dukungan dan doanya.

3. Dosen-dosen dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran USU yang banyak memberikan tunjuk ajar.

4. Masyarakat Kelurahan Sei Rengas II Medan diatas kooperasi dan penglibatan dalam penelitian ini.

Saya menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya menerima sebarang kritik dan saran yang bersifat membina untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Kepala Batas, 24 November 2010 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak . ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Vektor ... 4

2.2. Morfologi dan Siklus Hidup ... 4

2.3. Sifat-sifat Nyamuk Aedes sp. ... 5

2.4. Penularan ... 5

2.5. Pencegahan dan Pemberantasan Aedes sp. ... 6

2.6. Kebijakan Pemerintah ... 9

2.7. Pengetahuan ... 10

2.8. Tindakan ... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 12

(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 15

4.1. Jenis Penelitian ... 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 16

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 18

5.1. Hasil Penelitian... ... 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 18

5.1.2. Distribusi Responden Menurut Karakteristik... 18

5.1.3. Pengetahuan Responden... ... 19

5.1.4. Tindakan Responden... ... 21

5.2. Pembahasan 5.2.1. Karakteristik Responden... 23

5.2.2. Pengetahuan Responden... . 23

5.2.3. Tindakan Responden... ... 24

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN... 26

6.1. Kesimpulan... ... 26

6.2. Saran... ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

5.1 Distribusi responden menurut umur

5.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin

5.3 Pengetahuan responden tentang upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp.

5.4 Tingkat pengetahuan responden tentang upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. 5.5 Tindakan penduduk sebagai upaya pencegahan dan

pemberantasan nyamuk Aedes sp.

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Riwayat Hidup Peneliti 2 Kuesioner

(11)

ABSTRAK

Latar Belakang Aedes sp. adalah vektor dari Demam Dengue atau Demam Berdarah

Dengue (DBD). Cara penularan penyakit DBD ini adalah melalui gigitan nyamuk Aedes

sp. (A. aegypti dan A. albopictus) yang menggigit penderita DBD kemudian ditularkan

kepada orang sehat. Faktor utama penularan virus dengue adalah peningkatan keberadaan

vektor itu sendiri serta meningkatnya faktor risiko pada manusia. Pelbagai program

penanggulangan masalah dengue berbasis masyarakat telah dilakukan yaitu dengan cara

utama menghapuskan tempat pembiakan Aedes sp.. Untuk dapat melakukan pencegahan

dan pemberantasan Aedes sp. ini, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tingkat

pengetahuan dan tindakan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Rengas

II yang merupakan salah satu daerah di kota Medan yang sering ditemukan kasus DBD

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat setempat

dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. pada tahun 2010.

Tujuan Penelitian untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat

terhadap pencegahan dan pemberantasan Aedes sp di Kelurahan Sei Rengas II Medan,

tahun 2010.

Metodologi penelitian ini adalah deskriptif secara cross sectional dengan besar sampel

sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Subjek penelitian

adalah kepala keluarga atau pasangannya sebagai wakil. Instrumen dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang berisi 10 item pertanyaan pengetahuan dan 10 pertanyaan

tindakan.

Hasil Mayoritas masyarakat mempunyai tingkat pengetahuan yang baik 72%, sedangkan

untuk tingkat pengetahuan Sedang 28% dan tidak ada yang tingkat pengetahuan Kurang

0%. Untuk penilaian tindakan terlihat bahwa sebagian besar tindakan responden termasuk

kategori Sedang 90%, tindakan Baik 10% dan tindakan Kurang 0%.

Kesimpulan Tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Sei Rengas II Medan, Tahun

2010 mayoritas termasuk dalam kategori Baik dan tindakan responden terhadap upaya

pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. termasuk dalam kategori Sedang.

(12)

ABSTRACT

Background Aedes sp. is the vector of Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Dengue transmission is through the bite of Aedes sp. (A. aegypti and A. albopictus) that bites people infected with DHF and then transmits it to healthy

people. The main factor of increasing transmission of dengue virus is the vector itself and the increase of risk factors to humans. Various community-based prevention programs for dengue has been done to eradicate major breeding places of Aedes sp.. One of the factors that influence measures of prevention and eradication of Aedes sp. is the level of knowledge and action of the community. This research was conducted at Kelurahan Sei Rengas II which is an area in the city of Medan, at which cases of dengue fever is often found, with the goal to determine the level of knowledge and action of the community in the prevention and eradication of Aedes sp. in 2010.

Objective To assess the level of knowledge and community action to prevent and eliminate Aedes sp. at Kelurahan Sei Rengas II Medan in 2010.

Method The study is a descriptive cross sectional study with a sample size of 100 people. Sampling is done with consecutive sampling. The subject is the head of household or spouse. The instrument used in this study is a questionnaire containing 10 items of knowledge questions and 10 questions of action.

Result Majority of the people have high knowledge level of 72%, while 28% of moderate level of knowledge and poor knowledge level of 0%. For the assessment of the actions, most of the action of respondents included 90% of them in the moderate category, 10% high and 0% poor.

Conclusion In conclusion, the level of knowledge of the public at Kelurahan Sei Rengas II Medan in 2010 included in the category of high knowledge level and the actions of respondents towards prevention and eradication of Aedes sp. mostly were included in the moderate category.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular dengan jumlah kasus yang sangat tinggi di seluruh dunia khususnya di daerah tropik. Estimasi terkini mencatat angka kejadian DBD adalah 36 juta kasus per tahun dan 21.000 kematian disebabkan denggi per tahun di dunia.

Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit DBD cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan kadar insidens mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Di Indonesia, pada tahun 2004 sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus DBD sudah mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (Wahono, 2004).

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2 % pada tahun 1999 (Suhendro, 2006). Kebanyakan kasus DBD terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun (WHO, 2009).

Aedes sp. adalah merupakan vektor untuk Demam Dengue atau Demam

(14)

penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan dan barang-barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan terisi air.

Hasil survai vektor DBD yang dilakukan di 9 wilayah perkotaan di Indonesia pada tahun 1987 menunjukkan bahwa jentik Aedes sp. terdapat pada 1 di antara 3 rumah penduduk (Achmad, 1997).

Nyamuk Aedes sp. adalah nyamuk yang mempunyai sifat yang khas, menggigit pada waktu siang yaitu pada pagi dan sore hari, hinggap antara lain di gantungan baju, dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan terisi air (Kandun, 2004). Sebagaimana diketahui bahwa sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah penyakit DBD belum tersedia. Cara yang tepat guna untuk menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas vektor penular (Siregar, 2004).

Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M yang melibatkan seluruh masyarakat serta disesuaikan dengan kondisi setempat (Wahono, 2004). Pencegahan dapat dilakukan dengan langkah 3M yaitu dengan menguras bak air, menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk dan menguburkan barang-barang bekas yang bisa menampung air. Selain itu, pemerintah melalui puskesmas memberikan bantuan berupa pengasapan sarang nyamuk (fogging) dan memberikan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk bagi daerah yang memiliki penderita DBD (Departemen Kesehatan, 2004).

Berdasarkan Kep. Mekes No. 581/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, maka upaya pemberantasan penyakit dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan melalui kerjasama lintas program/sektoral. (Siregar, 2004).

(15)

memberantas vektor penyakit berbahaya ini. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui sejauh manakah tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam upaya pemberantasan nyamuk Aedes sp ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat tentang pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp di Kelurahan Sei Rengas II, Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat terhadap pencegahan dan pemberantasan Aedes sp di Kelurahan Sei Rengas II, Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah supaya dapat mengetahui:

1. Pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan dan pemberantasan Aedes sp di Kelurahan Sei Rengas II.

2. Tindakan masyarakat terhadap pencegahan dan pemberantasan Aedes sp di Kelurahan Sei Rengas II.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Informasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan perilaku sehat dan melakukan pencegahan nyamuk Aedes sp.

b. Informasi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Kelurahan Sei Rengas II, Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan usaha pencegahan DBD.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Vektor

Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD)

di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder.

Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang sehingga sering disebut sebagai

nyamuk harimau, lebih banyak menggigit manusia sehingga disebut bersifat antropofilik. Nyamuk Aedes sp. sebagai vektor DBD sangat efektif, di samping rentan terhadap virus dengue juga bersifat multiple feeding yaitu mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara berganti-ganti dalam jangka waktu yang singkat (Sukowati, 2007).

2.2. Morfologi dan Siklus Hidup

Nyamuk Aedes sp. dewasa berukuran kecil, berwarna hitam dengan bintik putih di seluruh badan, kaki, dan sayap. Telurnya seperti sarang tawon, diletakkan sedikit dibawah permukaan air jernih dengan jarak + 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur mempunyai dinding bergaris-garis dan gambaran kain kasa. Telur dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2—420

Aedes sp. mengalami metamorfosis sempurna yaitu:

(17)

nyamuk betina di alam bebas kira-kira 10 hari sedangka n di laboratorium mencapai 2 bulan (Soedarmo, 1988).

2.3. Sifat-sifat Nyamuk Aedes sp.

Aedes sp. berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia

pada waktu pagi dan siang. Masa menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari pukul 8 hingga 10 dan dari pukul 3 hingga 5 (Judarwanto, 2007).

Nyamuk ini mempunyai kebiasaan istirahat serta menggigit di dalam rumah, hinggap di tempat yang bergantungan dan menyukai warna gelap. Kemampuan terbang nyamuk ini 40 meter untuk betina, dengan daya maksimal 100 meter. Secara pasif oleh angin dapat terbawa lebih jauh (Satari, 2005).

Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. adalah:

1. Penampungan air sehari-hari (bak mandi, drum, tempayan, ember).

2. Penampungan air bukan untuk sehari-hari (vas bunga, tempat minum burung). 3. Penampungan air alami (lubang pohon, kubangan, batok kelapa).

2.4. Penularan

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus betina. Cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk

Aedes sp. yang mengigit penderita DBD kemudian ditularkan kepada orang sehat.

Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia (Wahono, 2004).

(18)

hidup dan membiak di dalam air liur nyamuk. Apabila nyamuk yang terjangkit menggigit manusia, ia akan memasukkan virus dengue yang berada di dalam air liurnya ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah empat hingga enam hari atau yang disebut sebagai periode inkubasi, penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi.

Penularan mekanik juga dapat terjadi apabila nyamuk Aedes sp. betina sedang menghisap darah orang yang terinfeksi virus dengue diganggu, dan nyamuk itu segera akan menggigit orang lain pula. Hal ini menyebabkan virus yang terdapat di dalam nyamuk tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah orang kedua tanpa memerlukan masa inkubasi. Seekor nyamuk yang sudah terjangkit akan membawa virus itu di dalam badannya sampai berakhir kehidupannya (Judarwanto, 2007).

2.5.Pencegahan dan Pemberantasan Aedes sp.

Pendekatan terpadu terhadap pengendalian nyamuk sekarang ini adalah dengan menggunakan metode yang tepat (lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah lingkungan.

Kegiatan pemberantasan vektor penular penyakit DBD meliputi: − penyelidikan epidemiologi,

− penanggulangan fokus, − larvasiding,

− pemeriksaan jentik berkala, − pemberantasan sarang nyamuk.

1. Penyelidikan Epidemiologi

(19)

2. Penanggulangan Fokus

Penanggulangan fokus adalah kegiatan penyemprotan insektisida dan PSN-DBD serta penyuluhan pada masyarakat sekitar kasus dengan radius 200 meter, dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari oleh petugas. Penanggulangan fokus ini dilakukan dengan maksud untuk mencegah atau membatasi penularan penyakit.

3. Larvasiding

Larvasiding adalah pemberantasan jentik dengan bahan kimia dengan

menaburkan bubuk larvasida. Pemberantasan jentik Aedes sp. dengan bahan kimia terbatas untuk wadah (peralatan) rumah tangga yang tidak dapat dimusnahkan, dibersihkan, dikurangi atau diatur. Dalam jangka panjang penerapan kegiatan larvasiding sulit dilakukan dan mahal. Kegiatan ini tepat digunakan apabila

surveilans penyakit dan vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi dimana wabah mungkin timbul. Menentukan waktu dan tempat yang tepat untuk pelaksanaan larvasiding sangat penting untuk memaksimalkan efektifitasnya.

Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada wadah yang dipakai untuk menampung air minum (TPA) yakni: temephos (Abate 1%) dan Insect growth regulators (pengatur pertumbuhan serangga)

Kegiatan larvasiding meliputi: • Abatisasi selektif

(20)

adalah sebagai tindakan sweeping hasil penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD.

• Abatisasi massal

Abatisasi massal adalah penaburan abate atau altosid (larvasida) secara serentak diseluruh wilayah atau daerah tertentu disemua TPA baik terdapat jentik maupun tidak ada jentik di seluruh rumah atau bangunan. Kegiatan abatisasi massal ini dilaksanakan dilokasi terjadinya KLB DBD. Dalam kegiatan abatisasi massal masyarakat diminta partisipasinya untuk melaksanakan pemberantasan Aedes sp. di wilayah masing-masing. Tenaga diberi latihan sebelum melaksanakan abatisasi.

4. Pemeriksaan Jentik Berkala

Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan kegiatan pengamatan dan pemberantasan terhadap vektor penular DBD. Definisi operasional PJB adalah kegiatan pemeriksaan pada tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. untuk mengetahui adanya jentik nyamuk tersebut yang dilakukan secara teratur 3 bulan sekali. Sasaran wilayah kegiatan PJB adalah rumah dan tempat umum.

5. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD

(21)

2.6. Kebijakan pemerintah

Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit DBD, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah: a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak

menolak pasien yang menderita DBD.

b. Meminta direktur rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM atau program kartu sehat. (SK Menkes No. 143/Menkes/II/2004 tanggal 20 Februari 2004).

c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.

d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M

(Menguras, Menutup, Mengubur).

f. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah , yang terdiri dari unsur-unsur :

- Ikatan Dokter Anak Indonesia

- Persatuan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia - Asosiasi Rumah Sakit Daerah

g. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing Rp. 500 juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit.

h. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, dan bantuan teknis.

i. Menyediakan call center

(22)

2.7. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai terbentuk

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas (Notoatmodjo, 2007).

2.8. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

(23)

suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut dapat mengimunisasikan anaknya.

Tingkat-tingkat Tindakan: 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau suatu ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep mengenai tingkat pengetahuan masyarakat dan tindakan masyarakat terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp.. Penilaian tingkat pengetahuan dan tindakan dibuat dengan skoring.

3.2. Definisi operasional

Masyarakat yang diambil sebagai sampel adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area, Medan, Sumatera Utara pada tahun 2010. Pada penelitian ini masyarakat yang diambil adalah kepala rumah tangga atau isteri sebagai wakil dari satu keluarga.

Aedes sp. adalah merupakan vektor untuk Demam Berdarah Dengue

(DBD). Cara penularan penyakit DBD ini adalah melalui gigitan nyamuk Aedes sp. (A. aegypti dan A. albopictus ) yang menggigit penderita DBD kemudian

ditularkan kepada orang sehat. PENGETAHUAN

TINDAKAN

Pencegahan dan pemberantasan

(25)

20 pertanyaan dijawab oleh responden, yaitu 10 pertanyaan mengenai pengetahuan dan 10 pertanyaan mengenai tindakan. Penilaian skor dibuat menurut 3 tingkatan yaitu baik, sedang dan kurang, dengan definisi sebagai berikut (Pratomo, 1986):

1. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi 2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40 – 75% dari nilai tertinggi 3. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi

3.2.1.Pengetahuan

Pengetahuan adalah mencakupi sejauh mana pengetahuan masyarakat berkenaan:

1. Siklus hidup Aedes sp. : Aedes sp. mengalami metamorfosis sempurna yaitu: telur-jentik-kepompong-nyamuk.

2. Pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. : penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus, larvasiding, pemeriksaan jentik berkala, pemberantasan sarang nyamuk.

3. Arti dan manfaat pencegahan Aedes sp. : sebagai penanggulangan DBD

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner yang dinilai dengan menggunakan jumlah skor. Responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar diberi skor 1 sedangkan yang memberi jawaban yang salah diberi skor 0.

Kategori : Penilaian dibagikan dalam 3 kategori yaitu pengetahuan yang baik, sedang dan kurang.Skor yang tertinggi untuk pengetahuan adalah 10, dan skor terendah adalah 0. Dikatakan pengetahuan baik apabila nilai skor 8 – 10, sedang apabila nilai skor 4 – 7 dan kurang apabila nilai skor 0 – 3.

(26)

3.2.2. Tindakan

Tindakan mencakup sejauh mana tindakan masyarakat terhadap : Upaya pencegahan dan pemberantasan Aedes sp.

penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus, larvasiding, pemeriksaan jentik berkala, pemberantasan sarang nyamuk.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner yang dinilai dengan menggunakan jumlah skor. Responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar diberi skor 1 sedangkan yang memberi jawaban yang salah diberi skor 0.

Kategori : Penilaian dibagikan dalam 3 kategori yaitu tindakan yang baik, sedang dan kurang. Skor yang tertinggi untuk tindakan adalah 10, dan skor terendah adalah 0. Dikatakan tindakan baik apabila nilai skor 8 – 10, sedang apabila nilai skor 4 – 7 dan kurang apabila nilai skor 0 – 3.

(27)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif secara cross sectional yang menggambarkan pengetahuan dan tindakan masyarakat terhadap pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. pada masyarakat di kelurahan Sei Rengas II.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan dalam rentang waktu bulan Mei – November 2010. Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area, Sumatera Utara, Indonesia. Lokasi ini dipilih karena dari 21 Kecamatan di Kota Medan ternyata 6 Kecamatan yang dianggap endemis dari Demam Berdarah Dengue (DBD) yakni Kecamatan Medan Area , Medan Denai, Medan Johor, Medan Kota, Medan Deli dan Medan Tembung (Pemerintah Kota Medan).

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah penelitian yaitu di Kelurahan Sei Rengas II dengan populasi kepala keluarga sebanyak 1619 orang.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel secara consecutive sampling, ini merupakan jenis non probabilitas terbaik, dan seringkali merupakan cara yang paling mudah. Pada consecutive sampling, setiap responden yang memenuhi kriteria penelitian

(28)

Kriteria inklusi yang digunakan adalah :

a. Sampel yang akan diwawancarai adalah kepala keluarga atau pasangannya. b. Sudah tinggal di kelurahan Sei Rengas II selama minimal 6 bulan.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah:

a. Subyek tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian. b. Data tidak lengkap.

4.3.3. Besar sampel

Dari jumlah populasi, maka menurut (Notoatmodjo, 2005) rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah :

n = ___ 1619____ 1619 (0,12) + 1

= 94, 18 ≈ 95 orang

Sehingga didapatkan sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 95 orang. Diperkiraan adanya drop out sebanyak 10% dari besar sampel sehingga besar sampel menjadi 105 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba kuesioner akan dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian, untuk mengetahui validitas dan realibilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2005).

Keterangan:

N = Besar populasi n = Besar sampel

(29)

Untuk pengumpulan data primer digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang sebelum dipakai, terlebih dahulu dilakukan uji validitas secara validitas construct menggunakan SPSS. Kemudian, pertanyaan yang tidak valid menurut metode tersebut telah disahkan valid secara validity of content. Pengesahan ini telah dilakukan oleh dr. Nurfida Khairina Arrasyid, dari divisi Parasitologi. Perbaikan sudah dilakukan menurut saranan yang diberikan dan disetujui untuk digunakan dalam penelitian.

4.4.2. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan- pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian yang akan disebarkan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi.

4.4.3. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan Sei Rengas II, Puskesmas Sei Rengas II dan kepala lingkungan pada daerah penelitian.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap wawancara diperiksa di lapangan oleh surveyor. Setiap ketidaklengkapan informasi diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian.

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah: 1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan

karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul tidak logis dan meragukan.

2. Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.

3. Entry adalah memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Tabulating adalah mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna memudahkan analisis data.

(30)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area, Kotamadya Medan, Sumatera Utara. Menurut data dari Dinas Kesehatan kota Medan, kecamatan Medan Area merupakan salah satu daerah endemis demam berdarah dengue di Kota Medan. Luas area kelurahan secara keseluruhan adalah 0.36.km2

Rentang Umur (Tahun)

. Penghasilan utama penduduk adalah berdagang dan sebagian bekerja sebagai pegawai negri atau swasta.

5.1.2. Distribusi Responden Menurut Karakteristik

Data diperoleh dari hasil wawancara dalam bentuk kuesioner terhadap 100 orang warga Kelurahan Sei Rengas II Medan. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi responden menurut umur

Frekuensi Persentase (%)

20 – 30 21 21

(31)

Tabel 5.2. Distribusi responden menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Wanita 61 61

Pria 39 39

Jumlah 100 100

5.1.3. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. adalah untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang adanya nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit DBD serta langkah-langkah dalam pencegahan dan pemberantasan Aedes seperti melalui tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

(32)

Tabel 5.3. Pengetahuan responden tentang upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp.

NO Pengetahuan

6 Pemakaian abate membunuh jentik

69 69 31 31

7 Syarat ‘fogging’ 28 28 72 72

8 Ciri nyamuk Aedes 98 98 2 2

9 Aedes bertelur di air tenang dan bersih

90 90 10 10

10 Pelaksana 3M 78 78 22 22

Penilaian tingkat pengetahuan responden tentang upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. dilakukan dengan penilaian skoring menurut Pratomo (1986) dan memperoleh hasil yang tampak pada tabel 5.4.

(33)

5.1.4. Tindakan Responden

Tindakan responden terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. umumnya dengan pelaksanaan tindakan PSN yaitu 3M (Mengubur, Menguras, Menutup) adalah untuk mengetahui sama ada sudah dilaksanakan perilaku kesehatan berupa tindakan pencegahan dan pemberantasan Aedes ini dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun umumnya pengetahuan responden tentang upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. sudah baik namun belum seluruhnya menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5. Pada pertanyaan 1, mayoritas responden (100%) mengaku melakukan tindakan 3M, namun setelah diajukan pertanyaan tindakan secara lebih mendalam ternyata tindakan pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. responden masih belum cukup baik.

Tabel 5.5. Tindakan penduduk sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp.

NO Tindakan

6 Membuang barang bekas di sekitar rumah

71 71 29 29

7 Menaburkan bubuk abate di TPA

71 71 29 29

8 Pencahayaan di TPA 55 55 45 45

9 Memelihara ikan di TPA 47 47 53 53

10 Menggantung pakaian di dinding

(34)

Tindakan penduduk dalam pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. dibagi atas 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Distribusi kategori tindakan tersebut tertera pada tabel 5.6. Hanya 10% responden yang melakukan tindakan baik dalam upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. (tabel 5.6).

Tabel 5.6. Kategori tindakan upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp.

Kategori

Responden

Frekuensi %

Baik 10 10

Sedang 90 90

Kurang 0 0

(35)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil wawancara berbasis kuesioner pada 100 orang responden yang di Kelurahan Sei Rengas II Medan, didapati mayoritas responden adalah berusia antara 31 - 40 tahun (53%) dan 61% diantaranya adalah perempuan. Jumlah responden perempuan lebih banyak dari laki-laki disebabkan pada saat wawancara dilaksanakan penduduk laki-laki umumnya sedang pergi bekerja.

5.2.2. Pengetahuan Responden

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini, penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Sudah banyak program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya pencegahan DBD, beberapa di antaranya adalah penyuluhan atau sosialisasi program 3M, pengasapan atau fogging, pembagian abate, dan pelaksanaan gotong royong membersihkan lingkungan. Namun sampai saat ini penyakit DBD belum dapat ditanggulangi secara tuntas. Penyakit DBD tidak akan dapat diberantas jika hanya mengandalkan peran petugas kesehatan, keterlibatan masyarakat yang tinggi sangat membantu dalam pencegahan penyakit DBD. Namun, ternyata masyarakat masih memiliki pengetahuan yang berbeda-beda dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Rata-rata setelah diwawancara didapati sumber informasi responden adalah daripada penyuluhan yang dilakukan kepada kelurahan mereka. Informasi mengenai pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. ini juga bisa didapat oleh masyarakat dari koran, televisi atau bahan bacaan lainnya.

(36)

penduduk sekitarnya. Data dari Puskesmas Medan Area Selatan menunjukkan bahwa program penyuluhan DBD terhadap penduduk sekitar dilakukan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu bulan (Yulianti, 2009). Pengetahuan tentang pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. ini harus diketahui oleh masyarakat sejalan dengan penelitian yang menyatakan masyarakat membutuhkan pengetahuan yang lengkap mengenai DBD meliputi penyebab, gejala penyakit dan penularannya sehingga dapat melakukan pencegahan sederhana dirumah masing-masing (Wahono, 2004). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian oleh Laksmono (2008) dimana 72,3% responden di Kelurahan Grondol Wetan, Semarang memiliki pengetahuan yang baik tentang DBD dan pencegahannya. Semakin tinggi pengetahuan responden , semakin sedikit ditemukan larva Aedes sp. di kontainer mereka (Erupsiana, 2007).

Hasil analisis data dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan menggambarkan pengetahuan dan sikap responden dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Aedes sp.. Pada dasarnya responden memiliki pengetahuan tentang cara pencegahan penyakit DBD dengan cukup baik, dan tahu bahwa gigitan nyamuk Aedes sp. yang menjadi sumber penularan penyakit ini. Walaupun demikian, pengetahuan tentang syarat dilakukan pengasapan atau fogging masih rendah dimana tidak ramai responden yang tahu bahwa pengasapan

ini bukanlah tindakan rutin yang akan dikerjakan di sesuatu daerah, ianya hanya dilakukan diatas indikasi seperti terdapat minimal 2 orang positif terkena DBD di daerah tersebut, lebih 3 orang positif demam dan ditemukan jentik, atau adanya pasien meninggal akibat DBD di daerah itu.

5.2.3. Tindakan Responden

(37)

yang bakal dilakukan akan baik. Hal ini bisa dilihat masih adanya tindakan masyarakat yang jarang melakukan kegiatan gotong-royong untuk membersihkan lingkungan di sekitar rumah. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronika (2001) di Kelurahan Padang Bulan serta Laksmono (2008) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan yang sedang.

Tindakan masyarakat dalam perlakuan 3M secara umum adalah baik karena di Indonesia sendiri, program PSN dengan kegiatan 3M, yakni Mengubur, Menguras dan Menutup benda-benda yang dapat menjadi media perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. sudah lama disosialisasikan yaitu sejak tahun 1992 lagi (Kusriastuti, 2004). Banyak responden melaksanakan kegiatan menguras lebih dari dua minggu, hal ini dikarenakan bak mandi responden yang berukuran besar sehingga responden hanya akan menguras bak mandi ketika sudah terlihat keruh dan kotor (Nugroho, 2009). Apabila kegiatan tindakan PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan maka keberadaan jentik Aedes sp. dapat dibasmi, sehingga resiko penularan DBD dapat dikurangi. Untuk itu maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat seperti kegiatan-kegiatan bulan bakti gerakan 3M, pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kepada keluarga atau masyarakat (Depkes RI, 2005). Mengingat nyamuk Aedes sp. tersebar luas di seluruh tanah air baik di rumah maupu n tempat-tempat umum maka untuk memberantasnya diperlukan tindakan peran serta seluruhnya masyarakat (Siregar, 2004).

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebahagian besar responden berusia antara 31 - 40 tahun (53%), hanya (1%) berumur 71 - 80 tahun.

2. Mayoritas responden adalah perempuan (61%) dan yang selebihnya adalah laki-laki (39%).

3. Persentase responden yang memiliki pengetahuan baik tentang upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. di Kelurahan Sei Rengas II Medan adalah sebesar 72%.

4. Tindakan responden terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. di Kelurahan Sei Rengas II Medan masih kurang. Hanya 10% yang termasuk kategori baik.

6.2. Saran

1. Diharapkan petugas kesehatan setempat dapat meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya untuk melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan nyamuk Aedes sp. ini sebagai langkah pencegahan primer dari DBD.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H.H., 1997. Cermin Dunia Kedokteran No. 119. Variabel yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pelaksanaan

Pemberantasan Sarang Nyamuk. Subdirektorat Arbovirosis Direktorat

Jenderal PPM PLP, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 9–12.

Best Practices for Dengue Control - Environmental Health Project. Best Practices

for Dengue Control in the America

Castillo, Joan Joseph (2009). Non-probability Sampling.

Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd

edition. Geneva : World Health Organization.

1997

Fathi, Soedjajadi K., Wahyuni, C.U., 2005. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 2, No.1. Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram. 1 – 10

Ganie, M.W., 2009. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Tentang 3M (Mengubur Barang Bekas, Menutup dan Menguras Tempat

Penampungan Air) Pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun

(40)

Guidelines for Integrated Vector

Management

Hendarwanto, 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Balai Penerbit FK UI. Hal: 126-135

Ibrahim, N.K., Abalkhail, B., Rady, M. and Al-Bar, H., 2009. An Educational Programme on Dengue Fever Prevention and Control for Females in

Jeddah High Schools. La Revue de Santé de la Méditerranée Orientale.

Judarwanto, W., 2007. Profil Nyamuk Aedes dan

Pembasmiannya.

Kandun, I.N., 2004. Ex Short Term Professional Vector Borne Diseases Control WHO/SEARO. Peran Masyarakat dalam Pemberantasan DBD.

Kelurahan Sei Rengas II, 2007. Sistem Pendataan Profil Kelurahan. 20-30.

Laksmono, W., 2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M PLUS) di Kelurahan

Grondol Wetan Semarang. Makara.

Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 143-150.

(41)

Nugroho, F.S., 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Pemerintah Kota Medan: http://www.pemkomedan.go.id/database.php

Pratomo, H., Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud.

Sastroasmoro, Sudigdo, 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3: Jakarta. Sagung Seto. 78-90.

Seksi IPDS, 2008. Kecamatan Medan Area Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Medan. Bab 1: Keadaan Geografis. 2-6.

Seksi IPDS, 2008. Kecamatan Medan Area Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Medan. Bab 3: Penduduk dan Tenaga Kerja. 14-24.

Siregar, F.A., 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sumatera Utara.

Suwasono, H., 1997. Cermin Dunia Kedokteran No. 119. Berbagai Cara Pemberantasan Larva Aedes aegypti. Stasiun Penelitian Vektor Penyakit,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Salatiga, Indonesia. 32 – 37.

Suyasa, I.N.G., 2006. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah

Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. Program Doktor Ilmu Kedokteran

(42)

Utama, H.W., Komalasari, S., Ranika, M., Yanti, I., 2007. Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2004, 2005, 2006. Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.

Vasconcelos, P.F.C., dkk., 1999. Aedes aegypti, Dengue and Re-urbanization of Yellow Fever in Brazil and other South American Countries - Past and

Present Situation and Future Perspectives.

WHO, 2004. Weekly Epidemiological Record No. 6. WHO/WPRO/SEARO meeting on DengueNet implementation in South-East Asia and the

Western Pacific, Kuala Lumpur, 11–13 December 2003.

57-62.

Dengue Bulletin Volume 23. WHO.

Veronika, 2001. Hubungan Perilaku IRT dengan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2001. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan

Wahono, T.D., 2004. Kajian Masalah Kesehatan. Demam Berdarah Dengue. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.

World Health Organization (WHO) 2010: DengueNet:

(43)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Shuhadah Mansor

Tempat/Tanggal Lahir : Petaling Jaya, Selangor/ 10 Disember 1988

Agama : Islam

Alamat : 29, Jalan Jejala Satu 8/11A, 40000 Shah Alam Riwayat Pendidikan : 1) Sekolah Kebangsaan Bandar Anggerik Shah Alam

2) SMK Seksyen 9 Shah Alam

3) Universitas Sumatera Utara- Allianze College of Medical Sciences (ACMS).

Riwayat Pelatihan : 1) Kursus Kepimpinan Pengawas 2) Kursus Biro Tata Negara (BTN)

3) Kursus Kokurikulum Riwayat Organisasi : 1) Lembaga Disiplin Sekolah

(44)

KUESIONER

Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat Terhadap Pencegahan dan Pemberantasan Aedes sp di Kelurahan

Sei Rengas II Medan Tahun 2010

Identitas responden :

Nama responden : ___________________________________ Umur responden : _______________

Jenis kelamin : L / P

1. Nama nyamuk yang menyebarkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) :

a. Aedes c. Drosophila melanogaster

b. Anopheles d. Culex

2. Berikut ini adalah termasuk dari kegiatan 3M, kecuali :

a. Menguras c. Menutup

b. Mengubur d. Menanam pohon

3. Berapa kali sebaiknya 3M dilaksanakan?

a. Sebulan sekali c. 1 minggu sekali b. 2 minggu sekali d. Kapan ada waktu saja

4. Saat ada wadah yang tergenang air, cara kita agar tidak menjadi sarang nyamuk adalah seperti berikut, kecuali :

a. Menutup c. Menaruh ikan pemakan jentik nyamuk b. Menaburkan bubuk abate d. Membiarkannya terbuka tanpa terawat

5. Yang harus dilakukan untuk pencegahan DBD pada Tempat Penampungan Air (TPA) adalah:

a. Menutup tempat penampungan air

(45)

c. Menyemprotkan obat anti nyamuk pada tempat penampungan air d. Mengosongkan tempat penampungan air

6. Pemakaian abate lebih efektif, karena dapat membunuh :

a. Telur d. Nyamuk dewasa jantan

b. Jentik e. Nyamuk dewasa betina c. Pupa

7. 3 syarat dilakukannya “Fogging” atau pengasapan, kecuali : a. Merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan rutin b. Terdapat minimal 2 orang yang positif terkena DBD di daerah itu c. Adanya pasien yang meninggal akibat DBD di suatu daerah itu d. Lebih 3 orang yang positif demam, plus ditemukannya jentik nyamuk

8. Bukan termasuk ciri-ciri nyamuk Aedes : a. Tubuh berwarna hitam putih belang-belang b. Suka menggigit pada pagi dan siang hari

c. Suka di tempat yang lembab dan gelap seperti di gantungan pakaian d. Tubuh berwarna merah

9. Air yang bagaimana yang disukai nyamuk Aedes untuk bertelur? a. Air kotor c. Air tenang dan bersih b. Air bergelembung d. Air sampah

10. Menurut anda siapa yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan 3M? a. Petugas kesehatan dan pejabat pemerintahan

b. Petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan semua lapisan masyarakat

c. Petugas kesehatan dan ibu rumah tangga

(46)

1. Apakah Saudara melakukan tindakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur)?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah Saudara menguras Tempat Penampungan Air (TPA) lebih dari 2 minggu?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah Saudara meletakkan tempat-tempat penampungan air di luar rumah?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah Saudara menutup tempat-tempat penampungan air?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah Saudara mengubur atau membakar barang-barang bekas?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah Saudara membuang barang-barang bekas di sekitar rumah?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Saudara menaburkan bubuk abate di tempat-tempat penampungan air?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah terdapat pencahayaan di tempat penampungan air saudara?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah Saudara memelihara ikan di tempat- tempat penampungan air?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah Saudara menggantung pakaian di dinding?

(47)

LEMBAR PENJELASAN

Saya Nur Shuhadah Mansor, mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara ingin melakukan penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Aedes sp. di Kelurahan Sei Rengas II Medan Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan dengan mengedarkan kuesioner untuk dilengkapkan oleh masyarakat kelurahan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Aedes sp. di Kelurahan Sei Rengas II Medan tahun 2010.

Diharapkan setelah mengetahui tujuan penelitian di atas, masyarakat bersedia untuk mengambil bahagian dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang tersedia didalam kue sioner. Kerjasama dari bapak-bapak dan ibu-ibu amat saya hargai.

Peneliti,

(48)

SURAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama:

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya.

(49)

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.517 Valid 0.688 Reliabel

3 0.436 Valid Reliabel

4 0.808 Valid Reliabel

5 0.263 Valid Reliabel

7 0.465 Valid Reliabel

9 0.550 Valid Reliabel

(50)

Kepada Yth: Tim Penilai KTI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Validasi Kuesioner KTI oleh Pakar Secara Validity of Content

Nama : Nur Shuhadah Mansor

NIM : 070100412

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Aedes sp. di

Kelurahan Sei Rengas II Medan Tahun 2010 Dosen Pembimbing : dr. Nurfida Khairina Arrasyid

Dengan hormat,

Kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini telah disahkan valid secara validity of content. Pengesahan ini telah dilakukan oleh dr. Nurfida Khairina Arrasyid dari divisi Parasitologi pada tanggal 9 November 2010. Kuesioner ini telah diperbaiki menurut saranan yang diberikan dan disetujui untuk digunakan dalam penelitian.

Penang, 9 November 2010 Dimaklumi dan Disahkan oleh,

dr. Nurfida Khairina Arrasyid

____________________________

(51)

Output SPSS

Penanganan wadah air tergenang

(52)

Pencegahan Aedes pada TPA

Pemakaian abate membunuh jentik

(53)
(54)

Menguras TPA tiap minggu

Meletak TPA di luar rumah

Frequency Percent

Membuang barang bekas di sekitar rumah

(55)

Menaburkan bubuk abate di TPA

Memelihara ikan di TPA

Frequency Percent

Menggantung pakaian di dinding

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi responden menurut umur
Tabel 5.2. Distribusi responden menurut jenis kelamin
Tabel 5.4. Tingkat  pengetahuan responden tentang upaya pencegahan dan
Tabel 5.5.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Blended Learning , menurut Romi (2007), merupakan salah satu pendekatan metodologi belajaryang dapat dilakukan pada saat sebuah lembaga pendidikan akan

[r]

Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara

Berdasarkan hasil analisa jawaban responden secara keseluruhan dapat di ambil kesimpulan bahwa tingkat kepuasan penumpang/pelanggan terhadap kualitas pelayanan Terminal

Berdasarkan paparan data dari hasil obervasi kelas, wawancara terhadap dosen, dan dokumentasi berupa angket yang dibagikan kepada mahasiswa prodi TBG, Peneliti

Untuk meningkatkan kinerja pagawai agar seoptimal mungkin, diperlukan peran manajemen untuk mengatur serta mengarahkan pegawai untuk menjalankan tugas serta tanggung jawab

Service Advisor akan meminta persetujuan kepada konsumen terlebih dahulu bahwa ada penambahan service yang diperlukan. Setelah disetujui oleh pelanggan, maka

Analisis Pengaruh Penerapan Remedial Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di SMUN 5 Kendari. Sebagai bahan pembanding statistik dengan maksud