• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Blended Learning Mata Kuliah Interaksi Manusia & Komputer Menggunakan Metode System Development Life Cycle (SDLC) di Universitas Nusa Cendana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Model Blended Learning Mata Kuliah Interaksi Manusia & Komputer Menggunakan Metode System Development Life Cycle (SDLC) di Universitas Nusa Cendana"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Model

Blended Learning

Mata Kuliah Interaksi Manusia & Komputer Menggunakan

Metode

System Development Life Cycle

(SDLC)

di Universitas Nusa Cendana

Dwi Prasetyo

Mahasiswa PPS S3 Prodi Teknologi PendidikanUniversitas Negeri Jakarta Kampus Rawamangun Jakarta Timur 13220

Tlp. (021) 4721340 Intisari

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kondisi geografis yang dibatasi oleh lautan/samudera luas dan gunung. Keadaan tersebut menyebabkan kondisi pulau yang satu dengan yang lain berjauhan. Hal ini tentunya mempengaruhi kondisi dan interaksi sosial, ekonomi, teknologi, dan yang terkait dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu tingkat kemajuan pendidikan di satu daerah/pulau dengan daerah/pulau lainnya berbeda-beda. Tingkat kemajuan pendidikan ini tentunya dipengaruhi oleh bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan di tempat itu.

Untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemerataan kesempatan belajar dalam kondisi geografis,budaya, sosial ekonomi, yang berbeda maka dibuatkan salah satu solusi yaitu Blended Learning dengan memanfaatkan perangkat yang terkoneksi dengan internet.

Universitas Nusa Cendana adalah satu-satunya universitas negeri yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Propinsi NTT dengan kondisi geografis yang terdiri dari banyak pulau kecil dan besar, cukup baik untuk diterapkan sistem pembelajaran Blended Learning, karena selain hal tersebut di atas keterbatas transportasi bagi peserta didik dan pendidik juga menjadi kendala dalam pembelajaran konvensional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SDLC (System Development Life Cycle). Optimisme suksesnya pelaksanaan sistem Blended Learning ini sangat tinggi karena fasilitas dan atmosfir dari berbagai pihak sangat mendukung ditambah dengan kebutuhan akan menjadi kebutuhan prioritas bagi semua orang dalam hal ini peserta didik.

Kata Kunci : Blended Learning, e-learning, metode SDLC (System Development Life Cycle)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi yang tidak lagi hanya terbatas pada media cetak, radio dan televisi, tetapi juga menjadikan teknologi jaringan global, Internet sebagai salah satu sumber informasi utama.

Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi-informasi, media

(2)

sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri1, beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning.

Internet sebagai sebuah jaringan universal, dengan berbagai aplikasi yang berjalan di atasnya, memungkinkan untuk penyelenggraan pendidikan berbasis elearning, sehingga dengan demikian akan membuka peluang bagi lembaga pendidikan untuk memperluas kesempatan belajar bagi siapapun yang memenuhi persyaratan. Dengan menerapkan konsep dasar domain teknologi pengajaran (domain of isntructional technology), maka e-Learning merupakan suatu peluang dan tantangan bagi lembaga pendidikan untuk mulai mengimplementasi Information Technology (IT)-Based education.

Dalam rangka untuk memperluas kesempatan belajar tersebut, Departemen Pendidikan Nasional, melalui beberapa kebijakan telah melahirkan program-program pendidikan berbasis IT, seperti hadirnya Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas), INHERENT (Indonesia Higher Education Network), dan beberapa program hibah TIK lainnya, disamping model pendidikan jarak jauh yang telah eksis seperti Universitas Terbuka (UT).

Dengan tujuan untuk memperluas kesempatan belajar tersebut, Universitas NusaCendana, mengembangkan suatu model belajar jarak jauh dengan pendekatan Blended Learning yang merupakan gabungan pelaksanaan pendidikan konvensional dan IT-Based education. Selain itu dengan konsep blended learning ini, dikembangkan sebuah model pembelajaran dengan menggunakan sebuah Learning Management System (LMS) berbasis Open Source.

Alasan pertama adalah menfaat media pengajaran dalam proses pengajaran dapat menghasilkan metode mengajar yang lebih bervariasi, bahan pelajaran akan lebih jelas, dapat menarik perhatian peserta didik dan menimbulkan motivasi belajar. Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berfikir dan kemampuan manusia dalam menyerap materi yang berbeda sesuai dengan taraf perkembangan masing-masing individu. Melalui media pembelajaran yang tepat hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan, sehingga pemahaman peserta didik untuk suatu materi dapat ditingkatkan.

Dalam mengembangkan suatu media pembelajaran, haruslah senatiasa mengacu kepada domain dari teknologi pengajaran, melalui elaborai masing-masing elemen di dalamnya:

Instructional technology is the theory and practice of design, development, utilization, management and evaluation of processes and resources for learning2.

Dari uraian tersebut maka teknologi internet dengan e-learningnya mendapatkan peluang untuk dijadikan sebagai salah satu teknologi pengajaran, terutama akan dapat diimplementasikan sebagai media informasi dari proses komunikasi yang ada di dalam pendidikan. Proses komunikasi dalam pengajaran tersebut digambarkan oleh Heinich et.al. (1999) sebagai berikut :

Gambar 1. Proses komunikasi dalam Pengajaran

1

Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. (2004). Kajian Terhadap Model e-Media dalamPembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

2

Ely, Donald. P. (2006). Instructional Technology : Contemporary Framework, dalam Plomp, Tjeerd, and Ely, Donald P (Ed). International Encyclopedia of Educational Technology, Oxford, UK : Elsevier Science Ltd.

(3)

Kerangka Teoretik

Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Mata Kuliah Human Computer Interaction (HCI) menggunakan Metode System Development Life Cycle (SDLC) yang sudah dimodifikasi. Fase-fase pada SDLC terdiri fase perencanaan, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan penggunaan, tetapi kenyataannya untuk pengembangan sistem ini setelah fase tertentu bisa kembali melakukan proses pada fase sebelumnya, dan seterusnya. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 2. System Development Life Cycle (SLC)

Rancangan Model

Perkembangan teknologi digital, internet dan multimedia yang sangat cepat, web telah menjadi satu kekuatan global, interaktif, dinamis, serta menjadi media belajar dan pengajaran. Internet menyediakan suatu peluang untuk mengembangkan learning–on-demand dan learner-centered instruction and training 3. Berbagai istilah diberikan untuk aktifitas online learning ini muncul seperti : Web-based learning (WBL), Web-based instruction (WBI), Webbased training, Internet-Based training (IBT) dan banyak istilah lainnya, yang disarikan bahwa e-learning digunakan untuk merepresentasikan pengajaran yang bersifat terbuka (open), fleksibel, dan terdistribusi.

E-learning can be viewed as an innovative approach for delivering welldesign, learner-centered, interactive, and facilitated learning environment to anyone, anyplace, anytime by utilizing the attributes and resources of various digital technologies along with other form of learning materials suited for open, flexible and ditributed learning environtment.4

Pengembangan e-learning tersebut, harus dikembangkan dalam berbagai aspek, yang disebut dengan e-learning framework (khan, 2005), yang mencakup semua aspek dalam pengajaran, seperti pedagogik, teknologi, perancangan antar muka (user interface), evaluasi, manajemen, sumber daya pendukung, etika dan institusional, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

3

Long, Huey B. (2004). E-Learning : An Introduction dalam Getting The Most from Online Learning, Editor by Piskurich, George. M. San Francisco, USA : Pfeiffer, JohnWiley & Son, Inc.

4

Khan, Badrul. (2005). Managing E-Learning Strategies: Design, delivery, implementation and evaluation. Washington : Information Science Publishing.

(4)

Gambar 3. E-Learning Framework

METODOLOGI

Penelitian ini bertujuan mengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Mata Kuliah Human Computer Interaction (HCI) menggunakan Metode System Development Life Cycle (SDLC) selain itu, untuk melihat sejauh mana LMS berbasis Open Source dapat menjembatani penyelenggraan model pendidikan dengan pendekatan bleded learning dalam pengembangan model Pemelajar Jarak Jauh (PJJ) UniversitasNusa Cendana.

Karakteristik Model yang Dikembangkan 1. Blended Learning

Blended Learning, menurut Romi (2007), merupakan salah satu pendekatan metodologi belajaryang dapat dilakukan pada saat sebuah lembaga pendidikan akan mengimplementasikan model pendidikan berbasis IT, yang masih menerapkan model pendidikan konvensional dengan dukungan IT sebagai media dan teknologi pendidikannya. Model blended ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4. Blended Learning

2. Komponen e-Learning

Secara garis besar, apabila kita menyebut tentang e-Learning, ada tiga komponen utama yang menyusun e-Learning tersebut (Romi, 2007), yaitu:

a. e-Learning System (LMS = Learning Management System)

b. e-Learning Content (Isi)

(5)

3. Learning Management System

Proses penyelenggaraan e-Learning, membutuhkan sebuah Learning Management System

(LMS), yang berfungsi untuk mengatur tata laksana penyelenggaraan pembelajaran di dalam model e-Learning.

Sering juga LMS dikenal sebagai CMS (Course Management System), umumnya CMS dibangun berbasis web, yang akan berjalan pada sebuah web server dan dapat diakses oleh pesertanya melalui web browser (web client). Server biasanya ditempatkan di universitas atau lembaga lainnya, yang dapat diakses darimanapun oleh pesertanya, dengan memanfaatkan koneksi internet. Stone dan Koskinen (2002:10), menggambarkan pemanfaatan LMS tersebut dalam e-Learning berada pada level 3 pengembangan, sehingga dalam hal ini sudah melibatkan integrasi dari beberapa komponen e-learning lainnya, seperti terlihat pada Gambar berikut :

Gambar 5. Level 3, integrasi LMS

Dalam pengembangan content dalam e-Learning, menurut Morrison (2003 : 276) dan Horton (2003), harus mengacu kepada hirarki kontent yang dilandasi oleh konsep kurikulum. Di atas kurikulum ini kemudian dikembangkan kegiatan belejar (course), materi ajar (module), objek belajar (learning object) dan objek media yang akan digunakan (media).

Pada umumnya, secara dasar CMS menyediakan sebuah tool bagi instruktur, educator atau pendidik untuk mengatur akses kontrol, sehingga hanya peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan melihatnya. Selain menyediakan pengontrolan, CMS juga menyediakan barbagai tools yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, seperti menyediakan layanan untuk mempermudah upload dan share material pengejaran, diskusi onlie, chatting, penyelenggaraan kuis, survey, laporan (report) dan sebagainya. Jason Cole (2005) mengungkapkan bahwa secara umum, fungsi-fungsi yang harus terdapat pada sebuah LMS/ CMS antara lain :

a. Uploading and sharing materials

b. Forums and chats

c. Quizzes and surveys

d. Gathering and reviewing assignments

e. Recording grades

4. Moodle, Open Source Learning Management System

Moodle adalah suatu course content management (CMS), yang diperkenalkan pertama kali oleh Martin Dougiamas, seorang computer scientist dan educator, yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mengembangkan sebuah learning management system di salah satu perguruan tinggi di kota Perth, Australia.

Nama Moodle memberikan suatu inspirasi bagi pengembangan e-learning. Dari official Moodle documentation, Moodle dijelaskan sebagai berikut : The word Moodle was originally an acronym for Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment, which is mostly useful to programmers and education theorists. It's also a verb that

(6)

describes the process of lazily meandering through something, doing things as it occurs to you to do them, an enjoyable tinkering that often leads to insight and creativity. As such it applies both to the way Moodle was developed, and to the way a student or teacher might approach studying or teaching an online course. Anyone who uses Moodle is a Moodler. (www.moodle.org)

Moodle merupakan sebuah CMS berbasis open source yang saat ini digunakan oleh universitas, lembaga pendidikan, K-12 School, bisnis dan instruktur individual yang ingin menggunakan teknologi web untuk pengelolaan kursusnya (Cole, 2005).

Moodle tersedia secara gratis di web pada alamat (http://www.moodle.org), sehingga siapa saja dapat mendownload dan menginstalnya. Telah diterjemahkan ke dalam lebih 100 bahasa di dunia termasuk bahasa Indonesia, sehingga semakin mempermudah kita dalam mengembangkan aplikasi e-learning.

Perbandingan Learning Management System berbasis Open Source, Penelitian dari (Romi, 2007) menunjukkan bahwa Moodle termasuk yang terbaik secara kelengkapan fitur dibandingkan dengan software LMS lain.

Moodle merupakan salah satu software LMS Open Source terbaik dengan kelengkapan fitur yang mendukung dan sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan. Kekuatan dan kelebihan Moodle tersebut tidaklah terlepas dari filosofi yang digunakan oleh pengembang Moodle. Rice IV (2006), mengemukakan bahwa Moodle dirancang untuk mendukung gaya belajar yang disebut dengan social constuctionist pedagogy, yang menggunakan gaya belajar interaktif.

Social constuctionist pedagogy meyakini bahwa orang akan belajar dengan baik, jika mereka berinteraksi dengan learning material, membangun material baru untuk materi lainnya, dan berinteraksi dengan peserta lainnya tentang material tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem pembelajaran e-learning ini dibangun dengan tujuan untuk menyediakan informasi berupa materi perkuliahan tertentu beserta aktifitasnya dari awal sampai akhir, artinya dari aktifitas perkuliahan, quis, tugas dan yang lainya; yang dapat diakses oleh siapa saja yang sudah terdaftar dalam hal ini peserta didik.

Sistem ini sudah terintegrasi dengan website universitas, sehingga memudahkan orang yang akan mengaksesnya.

(7)

Gambar 7. Tampilanhalaman Jurusan Ilmu Kompuer, Fakultas Sains & Teknik Universitas Nusa Cendana

Ada beberapa menu di dalam E-Learning salah satu menunya yaitu edit username & password

Peserta didik. Fungsi menu ini adalah untuk mengganti password & username peserta didik, caranya tinggal masukan username dan password baru dalam form yang terlah disediakan kemudian klik tombol “Login” seperti pada Gambar di bawah ini :

Gambar 8. Tampilanhalaman Login ke sistem e-learning Jurusan Ilmu Kompuer, FST

Universitas Nusa Cendana

Selain ini peserta didik harus melengkapi semua data yang berkaitan dengan profilnya, dan data tentang mata kuliah yang akan diikutinya

(8)

Gambar 9. Tampilanhalaman userprofile daripengguna

Tampilan untuk peserta didik mengakses materi bahan ajar mandiri terlihat di dalam menu ini di bawah ini :

Gambar 10. Tampilanhalaman bahan ajar mandiri

Salah satu tampilan materi bahan ajar mandiri yang bisa diakses oleh peserta didik dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(9)

KESIMPULAN

Model pembelajaran Blended learning sebagai suatu model yang baik karena bukan hanya pengembangan pembelajaran untuk peserta didiknya saja tetapi juga wahana untuk pengembangan kompetensi diri sebagai seorang pendidik yang profesional. Berbagai tujuan pembelajaran dapat diakomodasikan oleh model ini seperti peserta didik dapat berpikir kreatif, dan aktif, serta peserta didik dapat belajar sesuai tingkat kecepatan belajar masing-masing peserta didik itu sendiri, dan berbagai hal lainnya. Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa bagi pendidik yang memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan mutu pembelajaran, akan melihat model ini sebagai suatu cara dalam mengembangkan kemampuan dirinya, melakukan inovasi dan pengembangan dalam pembelajaran.

Peserta didik memandang model pembelajaran Blended learning sebagai suatu pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka terlibat langsung dalam pembelajaran dan pembentukan pengalaman belajarnya sendiri. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran Blended learning minat peserta didik dalam belajar semakin meningkat, proses belajarpun dirasakan menarik dan tidak membosankan karena peserta didik secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

Metode perancangan secara komperhensif yang menekankan pada aspek makro tentang tata kelola dan mikro tentang manajemen pengembangan system pembelajaran e-learning

diharapkan dapat menjadi panduan dalam pengembangan system pembelajaran e-learning. Tahapan pengembangan e-learning dapat lebih terarah baik dari sisi strategis dan sisi taktis. Dalam SISDIKNAS yang tertuang dalam UU No.20 tahun 2003 telah mengatur tentang Pendidikan jarak jauh. Salah satu solusi untuk pendidikan jarak jauh adalah Blended learning. Langkah-langkah dalam penyelenggaraan blended learning: adalah menetapkan macam dan materi bahan ajar, selanjutnya merancangan desain dari blended learning, selain itu koneksi dari

on-line learning, setelah di uji coba dilakukan evaluasi dari sistem pembelajaran dengannya.

DAFTAR PUSTAKA

Cole, Jason. (2005). Using Moodle, USA : O’Reilly

Ely, Donald. P. (2006). Instructional Technology : Contemporary Framework, dalam Plomp, Tjeerd, and Ely, Donald P (Ed). International Encyclopedia of Educational Technology, Oxford, UK : Elsevier Science Ltd.

Hawkridge, David. (2000). Distance Learning and Instructional Design in International Setting, dalam Reiser, Rabert A., Dempsey, John V (Ed). Trends and Issues In Instructional Design and Technology. Upper Saddle River, New Jersey, USA : Merril an imprint of Prentice Hall, Inc.

Hefzallah, Ibrahim Michael. (2004).The New Educational Technologies and Learning, Springfield, Illionis, USA : Charles C Thomas Publisher, Ltd.

Heinich, R., Molenda, M.,Russell, J.D, & Smaldino, S. (1999). Instructional Media and Technologies for Learning, 6th Ed, Upper Saddle River, New Jersey, USA: Prentice Hall, Inc.

Horton, William and Horton, Katherine. (2003). E-Learning : Tools and Technologies, Indianapolis, USA : Wiley & Sons, Inc.

Khan, Badrul. (2005). Managing E-Learning Strategies: Design, delivery, implementation and evaluation. Washington : Information Science Publishing.

(10)

Kyrish, Sandy. (2004). Creating Online Program, dalam Monolescu, Dominique, et.al. (Ed): The Distance Education Evolution : Issue and Case Studies, Harshey, PA, USA: Information Science Publishing.

Long, Huey B. (2004). E-Learning : An Introduction dalam Getting The Most from Online Learning, Editor by Piskurich, George. M. San Francisco, USA : Pfeiffer, JohnWiley & Son, Inc.

McNaught, Carmel, Poon, Paul W.T and Ching, Hsianghoo Steve. (2006). Issues in Organizing and Diseeminating Knowledge in The 21th Century, dalam Ching, Hsinghoo Steve at.al (Ed). eLearning and Digital Publishing, Netherland : Springer.

Morrison, Don. (2003). E-Learning Strategies : How to Get Implementation and Delivery Right First Time, Chichester, England : Wiley & Sons, Inc

Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda karya

Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai.(2001). Media Pengejaran. Jakarta : Sinar Baru Algesindo.

Newby, Timothy J, et.al.(2000). Instructional Technology for Tecahing and Learning. Upper Saddle River, New Jersey, USA : Merrill an Imprint of Prentice Hall, Inc.

Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. (2004). Kajian Terhadap Model e-Media dalamPembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004.

Rice IV, William H. (2006). Moodle, E-Learning Course Development : A Complete Guide to successfull learning using Moodel.,Birmingham, UK : Pack Publishing.

Romi Satria Wahono. (2007). RThinking Learning, makalah disampaikan dalam Seminar e-Learning di Universitas Negei Padang, 11 Desember 2007.

Pratt, Keith and Pallof, Rena M. (2003). The Virtual Student : A Profile and Guide to Working with Online Learners, San Francisco, USA : Jossey-Bass an Imprint of Wile.

Shanks, Patty and Amy Sitze. (2004). Making Sense of Online Learning, A Guide for Beginners and the Truly Skeptical. San Francisco, USA : Pfeiffer, John Wiley & Son, Inc.

Stone, David E, and Koskinen, Canstance L. (2002). Planning and Design for High Tech Web-Based Training, Boston : Artech House.

Wetzel, Karen A. (2006). Developing and Managing a Professional Development Distance Learning Programme : The ARL/OLMS Online Lyceum, dalam Ching, Hsinghoo Steve at.al (Ed). eLearning and Digital Publishing, Netherland : Springer.

Wright, Maurice, W. (2004). Creating and Using Multiple Media in Online Course, dalam Monolescu, Dominique, et.al. (Ed) : The Distance Education Evolution : Issue and Case Studies, Harshey, PA, USA : Information Science Publishing.

(11)

Gambar

Gambar 1.  Proses komunikasi dalam Pengajaran
Gambar 2. System Development Life Cycle (SLC)
Gambar 3.  E-Learning Framework
Gambar 5.  Level 3, integrasi LMS
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan berpikir kritis dalam proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh metode atau pendekatan dalam pembelajaran, salah satu metode yang tepat adalah CTL

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menerapkan strategi blended learning enriched virtual model (2) mengembangkan content digital pada mata Kuliah Komputer dan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menerapkan strategi blended learning enriched virtual model (2) mengembangkan content digital pada mata Kuliah Komputer dan

Bagi dosen dan mahasiswa agar modul mata kuliah kimia dasar 2 kelarutan dan hasil kali kelarutan berbasis pendekatan STEM- Problem Based Learning digunakan sebagai salah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut: (1) E-Learning merupakan salah satu alternatif media

Pemanfaatan e- learning pada mata kuliah perpajakan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi adalah sebagai salah satu sumber belajar aktif dan mandiri, sehingga

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa blended learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran