• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MUTASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Pada Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Adminstrasi Negara

o l e h

Nama : Dwi Endah Sari Nim : 080921011

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH MUTASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEMERINTAH KOTA MEDAN

Nama : Dwi Endah Sari

Nim : 080921011

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mutasi terhadap semangat

kerja di lingkungan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan mutasi,

bagaimana semangat kerja pegawai negeri sipil, dan seberapa besar pengaruh mutasi

terhadap semangat kerja pada Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota

Medan.

Aspek yang diteliti secara garis besar meliputi dua hal, yaitu mutasi dan

semangat kerja pegawai negeri sipil. Indikator yang digunakan untuk mutasi

seseorang adalah frekwensi mutasi, alasan mutasi, dan ketetapan dalam melaksanakan

mutasi, Sedangkan indikator untuk semangat kerja adalah produktivitas kerja,

(3)

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik

pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner, observasi, dan wawancara. Setelah

data lapangan terkumpul kemudian diolah berdasarkan model pengolahan yang sesuai

dengan karakteristik data dan dikembangkan ke dalam sejumlah kriteria yang

menunjukkan suatu hubungan yang signifikan antara pengaruh mutasi terhadap

semangat kerja pegawai negeri sipil.

Untuk menguji hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara mutasi terhadap semangat kerja pegawai negeri sipil, digunakan

metode statistic dengan uji korelasi product moment dengan α = 5%. Berdasarkan

hasil penelitian, hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil

r-hitung (0,63) yang lebih besar dari r-tabel (0,291) . Hal ini berarti bahwa mutasi

akan dapat mempengaruhi semangat kerja pegawai negeri sipil pada Badan Penelitian

Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan. Selanjutnya untuk melihat seberapa

besar sumbangan variabel kepemimpinan terhadap efektivitas kerja, dilakukan

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Teori ... 7

1. Mutasi ... 7

1.1 Pengertian Mutasi... 7

1.2 Tujuan Mutasi ... 8

1.3 Dasar Pelaksanaan Mutasi ... 11

1.4 Manfaat Mutasi ... 12

1.5 Jenis Mutasi ... 13

1.6 Kendala Pelaksanaan Mutasi ... 16

2. Semangat Kerja ... 17

2.1 Pengertian Semangat Kerja ... 17

2.2 Tujuan dan Manfaat Semangat Kerja ... 18

3. Hubungan Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai... 20

F. Hipotesis ... 22

(5)

H. Definisi Operasional ... 23

I. Sistematika Penulisan ... 24

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ... 26

B. Lokasi Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 26

D. Teknik pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Pengumpulan Skor ... 28

F. Teknik Analisa Data ... 29

1. Koefisien Korelasi Product Moment ... 29

2. Koefisien Determinant ... 31

(6)

ABSTRAK

PENGARUH MUTASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEMERINTAH KOTA MEDAN

Nama : Dwi Endah Sari

Nim : 080921011

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mutasi terhadap semangat

kerja di lingkungan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan mutasi,

bagaimana semangat kerja pegawai negeri sipil, dan seberapa besar pengaruh mutasi

terhadap semangat kerja pada Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota

Medan.

Aspek yang diteliti secara garis besar meliputi dua hal, yaitu mutasi dan

semangat kerja pegawai negeri sipil. Indikator yang digunakan untuk mutasi

seseorang adalah frekwensi mutasi, alasan mutasi, dan ketetapan dalam melaksanakan

mutasi, Sedangkan indikator untuk semangat kerja adalah produktivitas kerja,

(7)

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik

pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner, observasi, dan wawancara. Setelah

data lapangan terkumpul kemudian diolah berdasarkan model pengolahan yang sesuai

dengan karakteristik data dan dikembangkan ke dalam sejumlah kriteria yang

menunjukkan suatu hubungan yang signifikan antara pengaruh mutasi terhadap

semangat kerja pegawai negeri sipil.

Untuk menguji hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara mutasi terhadap semangat kerja pegawai negeri sipil, digunakan

metode statistic dengan uji korelasi product moment dengan α = 5%. Berdasarkan

hasil penelitian, hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil

r-hitung (0,63) yang lebih besar dari r-tabel (0,291) . Hal ini berarti bahwa mutasi

akan dapat mempengaruhi semangat kerja pegawai negeri sipil pada Badan Penelitian

Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan. Selanjutnya untuk melihat seberapa

besar sumbangan variabel kepemimpinan terhadap efektivitas kerja, dilakukan

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peranan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor utama yang

sangat penting dalam suatu organisasi. Pemanfaatan Sumber Daya Manusia secara

efektif merupakan jalan bagi suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan

hidup dan pertumbuhan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan

atau kemunduran suatu organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan

pegawainya masing-masing yang bekerja di dalamnya.

Pembangunan pada hakekatnya adalah kesadaran atau keinsyafan untuk

melakukan kegiatan memperbaiki, mendirikan bahkan menumbuhkan serta

meningkatkan daya upaya yang mengarah kepada keadaan yang lebih baik dengan

dilandasi oleh semangat, kemauan dan tekad yang tinggi yang bertujuan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat memperbaiki dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya.

Tujuan tersebut baru dapat dicapai apabila pembangunan nasional

dilaksanakan secara menyeluruh dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber daya bukan manusia, serta pelaksanaan pembangunan di segala bidang,

terencana, terarah, bertahap dan berkesinambungan. Salah satu bidang tergantung

kepada aspek manusianya yakni sebagai pemimpin, pelaksana dan pengelola sumber

daya yang ada dalam negara, yang dalam hal ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

(9)

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Penelitian dan Pengembangan

Pemerintah Kota Medan yang merupakan aparatur Negara yang menyelenggarakan

pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional merupakan tulang

punggung pemerintah. Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan nasional terutama bergantung pada kesempurnaan Negara baik

ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Dalam rangka mencapai tujuan nasional

sebagaimana dikemukakan diatas, diperlukan adanya pegawai negeri sipil yang penuh

kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan

pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, kuat, berdaya guna,

bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur

Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999 tentang

pokok-pokok kepegawaian, dan tentang wewenang pengangkatan, pemindahan dan

pemberhentian pegawai negeri sipil diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96

Tahun 2000. Kedua Peraturan perundang-undangan tersebut merupakan pedoman

pelaksanaaan mutasi kepegawaian di setiap instansi pemerintah umum dan daerah

terutama di Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan.

Menurut undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, bahwa yang termasuk

pegawai negeri sipil adalah mereka yng setelah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat

yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas

Negara lainnya yang ditetapakan berdasarkan satu peraturan perundang-undangan

(10)

Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sempurna sebagaimana

yang dimaksudkan diatas, maka pegawai negeri perlu dibina dengan sebaik-baiknya.

Tujuan pembinaan pegawai negeri sipil ( Musanef 1990: 16-17) adalah:

1. Diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan

pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna baik dalam sektor-sektor

pemerintahan maupun Badan Usaha Milik Negara/ Swasta.

2. Untuk meningkatkan mutu dan keterampilan serta menempuh kegairahan

kerja sehingga dapat menjamin terwujudnya kesempatan berpartisipasi dalam

melaksanakan pembangunan secara menyeluruh.

3. Diarahkan kepada terwujudnya suatu komposisi pegawai, baik dalam bentuk

jumlah maupun mutu yang memadai, serasi dan harmonis, sehingga mampu

menghasilkan prestasi kerja secara optimal.

4. Di arahkan pada pembinaan sistem karir dan pembinaan sistem prestasi kerja.

5. Di arahkan kepada penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan pegawai secara

teratur, terpadu baik secara individu maupun kelompok sehingga dapat

memberikan manfaat lagi bagi instansi atau unit organisasi yang

bersangkutan.

6. Ditujukan kepada terwujudnya suatu iklim kerja yang serasi dan menjamin

kesejahteraan jasmani maupun rahani secara adil dan merata sehingga mampu

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan

sebaik-baiknya.

7. Diarahkan kepada terwujudnya pegawai-pegawai yang setia dan taat kepada

(11)

pegawai hanya mengabdi kepada kepentingan Negara dan masyarakat, demi

terwujudnya aparatur yang bersih dan berwibawa.

Dengan tujuan pembinaan tersebut diharapkan bahwa setiap pegawai yang ada

dalam organisasi yang bersangkutan dapat memberikan prestasi kerja yang

sebaik-baiknya sehingga benar- benar dapat berfungsi sebagai penghasil kerja yang tepat

guna dan berhasil sesuai dengan sasaran organisasi yang hendak dicapai.

Salah satu bentuk pembinaan terhadap pegawai negeri sipil adalah mutasi

sebagai penjelmaan atau perwujudan dari dimana organisasi yang dijadikan sebagai

salah satu cara untuk mencapai tujuan organisasi. Alasan pelaksanaan mutasi kepada

pegawai negeri sipil (Wursanto, 2007 : 66) yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja dibagi atau unit yang kekurangan tenaga,

tanpa merekrut tenaga dari luar.

2. Memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan minat dan bidang tugas nya

masing-masing.

3. Memberi motivasi kepada pegawai.

4. Membatasi rasa bosan pegawai kepada pekerjaan, jabatan, tempat yang sama.

Dari kutipan diatas terlihat bahwa mutasi tidak terlepas dari upaya pemenuhan

kebutuhan tenaga kerja, juga sangat berperan dalam meningkatkan motivasi dan

semangat kerja pegawai, dimana dalam kegiatan pelaksanaan mutasi kerja sering

disalah tafsirkan oleh orang yaitu sebagai hukuman jabatan atau di dasarkan atas

hubungan baik antara atasan dan bawahan.

Dalam pelaksanaan mutasi harus benar-benar berdasarkan penilaian yang

(12)

peluang bagi para pegawai negeri sipil untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

Semangat kerja para pegawai negeri sipil juga dapat menurun apabila pihak

atasan tidak memperhatikan kepentingan para bawahan. Hal ini akan menurunkan

semangat kerja baik pegawai negeri sipil. Indikator dari turunnya semangat kerja

antara lain: rendah nya produktivitas, tingkat absensi pegawai tinggi, dan lain-lain.

Dengan demikian pastilah akan mempengaruhi semangat kerja pegawai dalam suatu

organisasi.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti masalah mutasi yang

dikaitkan dengan semangat kerja pegawai negeri sipil dengan pemikiran bagaimana

upaya untuk menumbuhkan semangat kerja dikalangan pegawai negri sipil sehingga

semangat kerja pegawai dapat meningkat, khususnya untuk pegawai negeri sipil pada

Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan.

Berdasarkan uraian singkat diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan

membahas hal ini menjadi objek penelitian. Adapun judul yang penulis ajukan

adalah: “ PENGARUH MUTASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PADA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEMERINTAH KOTA

MEDAN”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Sebagaimana lazimnya suatu penelitian adalah suatu kegiatan atau pemecahan

masalah, sehingga dalam suatu penelitian untuk mendapatkan hasil yang baik harus

(13)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, yaitu adanya hubungan

antara mutasi kerja dengan semangat kerja, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

“Apakah ada pengaruh mutasi di dalam semangat kerja seorang Pegawai

Negeri Sipil Pada Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Setiap penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan harus sejalan

dengan judul dan permasalahan penelitian. Dari penelitian yang berjudul “Pengaruh

Mutasi terhadap Semangat kerja pegawai Pada Badan Penelitian dan Pengembangan

Pemerintah Kota Medan”, terdapat tujuan yang hendak di capai antara lain:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mutasi di dalam peningkatan

semangat kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Badan Penelitian dan

pengembangan Pemerintah Kota Medan.

2. Untuk mengetahui semangat kerja pada Pegawai Negeri Sipil Pada Badan

Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Medan.

3. Untuk mengetahui frekwensi mutasi Pada Badan Penelitian dan

Pengembangan Pemerintah Kota Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan, sebagai

(14)

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

sebagai pelengkap referensi penelitian dalam bidang ilmu Administrasi

Negara.

3. Bagi penulis sendiri, untuk menambah ilmu pengetahuan di dalam

pelaksanaan mutasi di lapangan.

4. Bagi para pegawai, sebagai salah satu pengukur untuk mengatasi kejenuhan

kerja.

E. KERANGKA TEORITIS

Kerangka teori sebagai landasan berfikir yang menunjukkan dari sudut mana

masalah yang telah disoroti dan memberikan suatu pandangan yang sistematis

mengenai gejala dengan merincikan hubungan antar variabel-variabel dengan tujuan

menjelaskan gejala-gejala tertentu.

1. Mutasi

1.1. Pengertian mutasi

Kata mutasi atau pemindahan oleh sebagian masyarakat sudah dikenal, baik

dalam lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan perusahaan (pemerintahan).

Mutasi atau pemindahan adalah kegiatan dari pimpinan perusahaan untuk

memindahkan karyawan/ pegawai dari suatu tempat pekerjaan ke pekerjaan yang lain

yang dianggap sejajar atau setingkat. Mutasi adalah suatu hal yang wajar di dalam

setiap organisasi atau instansi, baik pemerintahan maupun swasta.

Menurut Alex S. Nitisemito ( 1983 : 132) mutasi adalah kegiatan dari

(15)

pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar. Jadi dapat di simpulkan bahwa

mutasi diartikan sebagai perubahan mengenai atau pemindahan kerja atau jabatan

seseorang pegawai dari suatu tempat kerja atau jabatan, ke tempat kerja atau jabatan

lain dengan harapan pada jabatan baru itu dia akan semakin lebih berkembang.

Selanjutnya Siswanto ( 2002 : 211) menyatakan bahwa mutasi atau

pemindahan adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses

pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan, sehingga tenaga

kerja yang bersangkutan memperoleh semangat kerja dan prestasi kerja yang

semaksimal mungkin. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemindahan harus dilakukan

menurut analisa jabatan sesuai dengan kualifikasi, kemampuan dan kerugian tenaga

kerja yang bersangkutan, sehingga tenaga kerja tersebut diharapkan mendapat

kepuasan kerja semaksimal mungkin dan dapat memberikan output yang setinggi-

tingginya.

Sedangkan menurut Manullang (2002 : 47) menyatakan bahwa pemindahan

itu dimaksudkan penempatan pemegang jabatan tertentu kepada jabatan yang lebih

tepat sesuai dengan keinginan, pengetahuan dan keahliannya dengan harapan pada

jabatan yang baru itu dia akan lebih berkembang.

Jadi dapat di simpulkan bahwa mutasi diartikan sebagai perubahan mengenai

atau pemindahan kerja atau jabatan seseorang pegawai dari suatu tempat kerja atau

jabatan, ke tempat kerja atau jabatan lain dengan harapan pada jabatan baru itu dia

(16)

1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Mutasi

Adapun landasan hokum pelaksanaan mutasi, pengangkatan dan

pemberhentian pegawai negeri sipil adalah:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 16 Tambahan lembaran

Negara Nomor 3890).

2. Tentang wewenang pengangkatan, pemindahan dan pmberhentian pegawai

negeri sipil, diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96, Tahun 2000.

Kedua peraturan perundang-undangan tersebut diatas merupakan pedoman

pelaksanaan mutasi kepegawaian di setiap instansi pemerintah umum dan daerah.

1.3. Tujuan Mutasi

Tujuan pelaksanaan mutasi menurut Alex S. Nitisemito ( 1983: 120) adalah:

1. Untuk mengusahakan pelaksanaan prinsip orang tepat pada tempat yang tepat.

Sebenarnya dalam melaksanakan seleksi pada calon-calon pekerja

sudah diusahakan melaksanakan prinsip ini, namun dalam prakteknya sulit

sekali bagi kita untuk melaksanakan hal ini. Untuk itulah maka pimpinan

perlu melakukan evaluasi atau penilaian terus-menerus secara objektif

terhadap para pegawai untuk landasan dalam melaksanakan mutasi. Dengan

demikian dapat diperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam melaksanakan

(17)

2. Untuk meningkatkan semangat dan kegairahan kerja.

Suatu pekerjaan yang bersifat rutin, mungkin dapat menimbulkan rasa

bosan, sehingga dalam keadaan tersebut kemungkinan semangat dan

kegairahan kerjanya menurun. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut

adalah dengan jalan mutasi.

3. Untuk dapat saling menggantikan.

Para pegawai yang sering dipindahkan dari suatu jabatan ke jabatan

lain akan memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang pekerjaan yang

pernah dihadapinya. Apabila suatu waktu ada pegawai yang cuti, sakit atau

sebab lain, sehingga tidak dapat bekerja dalam waktu yang lama, maka

pekerjaan tersebut tetap dapat berjalan dengan diisi atau digantikan oleh

pegawai lain yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang pekerjaan

tersebut. Disinalah peranan mutasi kerja untuk dapat saling menggantikan.

4. Dalam rangka promosi.

Promosi adalah pemindahan pegawai dari suatu jabatan yang lain yang

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih besar, pada umumnya di

ikuti dengan kenaikan gaji atau upah dan fasilitas lainnya. Karyawan atau

pegawai yang akan dipromosikan memerlukan tambahan pengalaman dan

pengetahuan dalam bidang-bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk

menambah pengalaman dan pengetahuan tersebut maka salah satu caranya

adalah dengan memutasikan pegawai pada beberapa tempat/ pekerjaan yang

(18)

5. Untuk menghindarkan kerjasama dalam arti negatife.

Pegawai yang telah lama berada dalam suatu bagian akan terjalin

kerjasama yang baik, tetapi boleh juga kerjasama tersebut yang dapat

membawa kerugian bagi organisasi yaitu berupa penyelewengan yang

dilakukan secara rapi, dimana mereka saling menyampaikan rahasia karena

mereka mendapat keuntungan dari penyelewengan tersebut. Maka dengan

adanya mutasi kerja, hal-hal tersebut dapat dihindarkan.

6. Untuk memenuhi peraturan kebijaksanaan yang telah ditetapkan organisasi.

Dalam hal ini mutasi semata-mata untuk memenuhi peraturan yang

ada, misalnya setelah pegawai berada selama lima tahun pada suatu jabatan

tertentu maka pegawai tersebut akan dimutasikan ke suatu jabatan lain.

Selain itu tujuan mutasi yang terkandung dalam UU No. 43 Tahun 1999,

tentang pokok-pokok kepegawaian adalah :

1. Peningkatan produktivitas kerja.

2. Pendayagunaan pegawai.

3. Pengembangan karir.

4. Penambahan tenaga- tenaga ahli pada unit- unit yang membutuhkan.

5. Pengisian jabatan- jabatan lowongan yang belum terisi.

(19)

1.4. Dasar Pelaksanaan Mutasi

Ada beberapa dasar pelaksanaan mutasi pegawai menurut Siswanto( 2002:

215) yaitu:

a. Seniority System

Adalah mutasi yang didasarkan atas landasan masa kerja, usia, dan

pengalaman kerja dari pegawai yang bersangkutan. Sistem mutasi seperti ini

tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan

senioritas belum tentu mampu menduduki jabatan yang baru.

b. Spoil System

Adalah mutasi yang didasarkan atas landasan kekeluargaan. Sistem

mutasi seperti ini kurang baik karena didasrkan atas pertimbangan suka atau

tidak suka.

c. Merit System

Adalah mutasi pegawai yang didasarkan atas landasan yang bersifat

ilmiah, objektif dan hasil prestasi kerja seperti: output dan produktivitas kerja,

jumlah kesalahan yang dibuat serta absensi dan disiplin pegawai yang baik.

Merit system ini merupakan dasar mutasi yang baik karena:

a. Out put dan produktivitas kerja meningkat.

b. Semangat kerja meningkat.

c. Jumlah kesalahan yang diperbuat menurun.

d. Absensi karyawan semakin baik.

e. Disiplin karyawan semakin baik.

(20)

1.5. Manfaat Mutasi

Pelaksanaan mutasi pegawai mempunyai banyak manfaat dan tujuan yang

sangat berpengaruh kepada kemampuan dan kemauan kerja pegawai yang

mengakibatkan suatu keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.

Mutasi pegawai ini merupakan salah satu metode dalam program

pengembangan manajemen yang berfungsi untuk meningkatkatkan efektivitas

manajer secara keseluruhan dalam pekerjaan dan jabatannya dengan memperluas

pengalaman dan membiasakan dengan berbagai aspek dari operasi perusahaan.

Melalui mutasi pegawai, pegawai mempunyai kesempatan untuk

meningkatkan wawasan, pengalaman, pengetahuan dan keahliannya. Hal ini terjadi

karena pegawai dapat mengerjakan pekerjaan yang bervariasi. Di samping itu, mutasi

pegawai juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi suasana pekerjaan yang

rutin atau monoton, sehingga dapat merubah kondisi kerja yang statis menjadi

dinamis atau bisa mengurangi kebosanan dan kejenuhan pegawai itu sendiri.

Salah satu keuntungan dari mutasi pegawai adalah dapat meningkatkan

kemampuan pegawai dan dengan demikian pegawai akan dapat mengerjakan

berbagai tipe pekerjaan. Selain itu akan semakin terbuka lebar kesempatan untuk

pengembangan diri pegawai yang bersangkutan.

Selain itu manfaat yang di dapat perusahaan dari mutasi pegawai yaitu dapat

dijadikan tindakan pencegahan dan pengawasan bagi pegawainya agar tidak

(21)

1.6. Jenis Mutasi

Gagasan penyelenggaraan mutasi tidak selamanya berasal atas kebijakan

manajemen tenaga kerja saja, tetapi seringkali berasal dari keinginan pegawai. Oleh

karena itu, mutasi dapat dibedakan atas dua sumber, yakni mutasi atas keinginan

pegawai dan mutasi atas kebijakan manajemen pegawai yang diambil dan ditujukan

pada hal-hal yang positif.

1. Mutasi Atas Keinginan Pegawai

Dalam banyak hal kadang-kadang seorang pegawai secara spontanitas

mengajukan keinginannya untuk dipindahkan ke tempat kerja lain yang ada dalam

lingkungan perusahaan. Berbagai alasan seringkali mereka kemukakan, misalnya

tugas dan pekerjaan yang saat ini mereka kerjakan kurang sesuai dengan

keinginannya, iklim kerja kurang cocok dengan mereka, lingkungan kerja kurang

menggairahkan, dan alasan-alasan sejenisnya. Sering pula terjadi para tenaga kerja

menginginkan pindah ke tempat kerja lain, tetapi kurang memiliki alasan yang tepat

atas keinginannya tersebut.

Menurut sifatnya, keinginan mutasi pegawai dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Mutasi Jangka Panjang

Seorang pegawai ingin dipindahkan ke tempat kerja atau status

ketenagakerjaaan lain dalam jangka waktu lama dan tetap sifatnya. Kegiatan

semacam ini terjadi karena ada formasi kosong disebabkan beberapa kemungkinan,

misalnya pegawai yang bersangkuan meninggal dunia, keluar dari perusahaan, dan

(22)

b. Mutasi jangka pendek

Seorang pegawai mengajukan permohonannya kepada manajemen agar

dipindahkan pada posisi yang lain meskipun sifatnya jangka pendek. Hal ini terjadi

karena beberapa sebab, misalnya pegawai yang biasanya baru mengikuti program

pendidikan dan pelatihan, penataran, seminar, cuti, penderita sakit, berlibur, dan

sejenisnya setiap saat ( sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan mereka kembali

pada tempat kerja mereka).

2. Mutasi kebijakan Manajemen Pegawai

Mutasi karena merupakan salah satu fungsi dari manajemen pegawai, kegiatan

ini menuntut keharusan untuk dijalankan. Dengan demikian, manajemen pegawai

yang bijaksana akan selalu memprogramkan kegiatan ini, baik dalam jangka pendek

maupun dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek biasanya diperuntukkan karena

tuntutan yang mendesak, sedangkan dalam jangka panjang sebagai masukan dalam

menjaga kontinuitas produksi maupun kontinuitas perusahaan secara makro.

Menurut sifatnya sebagaimana mutasi atas dasar keinginan pegawai, mutasi

atas dasar kebijakan manajemen pegawai ini pun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Mutasi jangka panjang

Manajemen pegawai memutasikan tenaga kerja dalam jangka tidak terbatas

dan sifatnya tetap/statis untuk memikul tugas dan pekerjaan yang diberikan

kepadanya. Kegiatan ini timbul karena beberapa kemungkinan, misalnya pegawai

yang biasanya memikul tugas dan pekerjaan sebelumnya meninggal dunia,

mengundurkan diri dari perusahaan, serta dipromosikan pada jabatan yang lebih

(23)

b. Mutasi jangka pendek

Manajemen pegawai memutasikan pegawai dalam jangka pendek, sehingga

dalam batas waktu yang telah ditetapkan mereka dikembalikan ke tempat kerja atau

status pegawai sebelumnya. Kegiatan semacam ini timbul karena beberapa

kemungkinan, mislnya pegawai yang biasanya memikul tugas dan pekerjaan

sebelumnya sait, mengikuti program pendidikan dan pelatihan, penataran, seminar,

lokakarya, berlibur, dan sejenisnya, dan pada waktu yang telah ditetapkan kembali

bekerja sebagaimana mestinya.

1.7. Kendala Pelaksanaan Mutasi

Siswanto ( 2002 : 214) mengemukakan ada tiga jenis penolakan pegawai

terhadap mutasi pegawai, yaitu:

1. Faktor logis atau rasional

Penolakan ini dilakukan dengan pertimbangan waktu yang diperlukan untuk

menyesuaikan diri, upaya ekstra untuk belajar kembali, kemungkinan

timbulnya situasi yang kurang diinginkan seperti penurunan tingkat

ketrampilan, serta kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh perubahan.

2. Faktor Psikologis

Penolakan berdasarkan faktor psikologis ini merupakan penolakan yang

dilakukan berdasarkan emosi, sentimen, dan sikap. Seperti kekhawatiran akan

sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya, rendahnya toleransi terhadap

perubahan, tidak menyukai pimpinan atau agen perubahan yang lain,

(24)

3. Faktor Sosiologis ( kepentingan kelompok)

Penolakan terjadi karena beberapa alasan antara lain konspirasi yang bersifat

politis, bertentangan dengan nilai kelompok, kepentingan pribadi, dan

keinginan mempertahankan hubungan (relationship) yang terjalin sekarang.

2. Semangat Kerja

2.1. Pengertian Semangat Kerja

Setiap organisasi selalu mengharapkan agar produktivitas kerja para

pegawainya dapat terus meningkat. Namun dalam kenyataannya, yang mendukung

untuk mencapai tujuan tersebut sering kurang mendapat perhatian, tidak adanya

usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan semangat kerja dan kegairahan

bekerja para pegawai. Memang dapat diakui, bahwa para pegawai dapat bekerja

dengan cara diawasi atau dengan cara paksaan/ ancaman. Tetapi akan berbeda halnya

jika para pegawai bekerja dengan kemauannya sendiri atau dengan semangat kerja

yang baik.

Menurut Alexander Leighten sebagaimana dikutip kembali oleh Moekijat

(1981 : 130) menyatakan bahwa semanagat kerja atau moral kerja adalah kemampuan

sekelompok orang untuk bekerjasama dengan giat dan konsekwen dalam tujuan

bersama.

Sedangkan menurut Alex S. Nitisemito (1983 :160), mengatakan semangat

dan kegairahan kerja pada hakekatnya adalah merupakan perwujudan daripada moral

(25)

sehingga dengan demikan pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik

lagi.

Sehingga semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat

sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat di harapkan lebih cepat dan lebih

baik penyelesaiannya. Jadi apabila suatu organisasi mampu meningkatkan semangat

dan kegairahan kerja, maka organisasi akan memperoleh banyak keuntungan. Dari

uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semangat kerja merupakan sikap

kejiwaan dan kesediaan prasaan dari para pegawai yang ditunjukkan dengan adanya

kagairahan kerja, keinginan bekerja yang lebih baik yang selaras dengan tujuan

organisasi.

2.2. Tujuan dan Manfaat Semangat Kerja

Alex S. Nitisemo ( 1983 : 162 ) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat

semangat kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas yang lebih baik. Sehingga

instansi atau organisasi perlu menimbulkan semangat kerja pegawai yang tinggi, akan

mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya,

sementara apabila semangat kerja rendah maka produktivitas juga rendah.

Indikasi turunnya semangat kerja antara lain:

1. Rendahnya produktivitas.

2. Tingkat absensi pegawai tinggi.

3. Tingkat perpindahan pegawai tinggi.

4. Tingkat keresahan yang tinggi.

5. Menimbulkan kegelisahan.

(26)

Faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya semangat kerja antara lain

adalah:

1. Upah atau gaji yang rendah.

2. Insentif yang tidak terarah.

3. Kondisi lingkungan kerja yang buruk.

4. Ketidakpuasan para pegawai.

5. Dan lain- lain.

Dari uraian diatas, dengan memperhatikan tujuan dan manfaat dari semangat

kerja, serta dengan mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

semangat kerja dan indikasi yang ditimbulkan maka perlu ditiadakan peningkatan

kerja.

Menurut Alex S. Nitisemo (1983 : 180), peningkatan semangat kerja dapat

ditempuh dengan cara:

1. Pemberian gaji yang cukup.

2. Memperhatikan kebutuhan rohani.

3. Sekali- sekali perlu menciptakan suasana santai.

4. Harga diri perlu mendapat perhatian.

5. Tempatkan para pegawai pada posisi yang tepat.

6. Berikan kesempatan untuk maju.

7. Perasaan aman menghadapi masa depan.

8. Sesekali para pegawai perlu diajak berunding.

9. Pemberian insentif yang terarah.

(27)

Faktor- factor yang dapat mempengaruhi tinggi rendah nya moral kerja atau

semangat kerja ( Buchari Zainu, 1984 : 90) adalah:

1. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan terutama antar

pimpinan kerja yang sehari-hari langsung berhubungan dan berhadapan

dengan pekerja dibawahnya..

2. Kepuasan para pegawai terhadap tugas dan pekerjaannya karena memperoleh

tugas yang disukainya.

3. Terdapatnya suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat antara pegawai.

4. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan berbagai imbalan yang telah diberikan

kepada organisasi.

5. Adanya rasa keamanan dan ketenangan jiwa, atas jaminan kepastian serta

perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi

dan karir dalam pekerjaan.

3. Hubungan Mutasi Kerja Dengan Peningkatan Semangat Kerja

Pelaksanaan mutasi kerja adalah untuk mengusahakan orang tepat pada

tempat yang tepat. Dengan demikian akan dapat meningkatkan semangat kerja

pegawai.

Alex S. Nitisemo ( 1983 : 162 ) mengatakan hubungan mutasi kerja dengan

semangat kerja adalah dengan jalan mutasi kerja, maka akan dapat meningkatkan

semangat kerja dan kegairahan kerja.

Mutasi sangat berpengaruh dengan semangat kerja seseorang pegawai, karena

(28)

menjalankan pekerjaannya. Situasi kerja yang baru dapat membuat seseorang lebih

giat lagi dan menunjukkan prestasi kerja nya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih

baik lagi. Semangat kerja seseorang dapat menurun apabila seorang pegawai merasa

bosan dengan pekerjaannya sekarang ini, jadi perlu dilakukan mutasi untuk membuat

semangat kerja nya menjadi lebih baik lagi.

Menurut Siswanto ( 2002 : 211 ) menyatakan bahwa mutasi atau pemindahan

adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan

fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan, sehingga tenaga kerja yang

bersangkutan memperoleh semangat kerja dan prestasi kerja yang semaksimal

mungkin. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemindahan harus dilakukan menurut analisa

jabatan sesuai dengan kualifikasi, kemampuan dan kerugian tenaga kerja yang

bersangkutan, sehingga tenaga kerja tersebut diharapkan mendapat kepuasan kerja

semaksimal mungkin dan dapat memberikan output yang setinggi- tingginya.

Mutasi tidak terlepas dari upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja, juga

sangat berperan dalam meningkatkan motivasi dan semangat kerja pegawai, dimana

dalam kegiatan pelaksanaan mutasi kerja sering disalah tafsirkan oleh orang yaitu

sebagai hukuman jabatan atau di dasarkan atas hubungan baik antara atasan dan

bawahan.

Apabila pelaksanaan mutasi kerja dengan baik dan sesuai dengan peraturan

yang berlaku maka mutasi tersebut akan berdampak positif terhadap pegawai seperti

meningkatkan semangat kerja. Namun bila mutasi tersebut dilakukan tanpa

(29)

meyakinkan maka mutasi akan berdampak negative terhadap pegawai dan organisasi

tersebut.

F. HIPOTESIS

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai

berikut:

“ Pelaksanaan mutasi pegawai negeri sipil dilakukan dengan baik dan benar

berpengaruh terhadap semangat kerja pegawai negeri sipil di lingkungan Badan

Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan”.

G. DEFINISI KONSEP

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing- masing konsep yang akan

di teliti, maka perlu ditetapkan defenisi konsep yaitu:

1. Mutasi adalah segala sesuatu perubahan mengenai seseorang pegawai seperti

pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, pemensiunan, pemerintahan

susunan keluarga, dan lain- lain. Namun mengingat banyaknya jenis mutasi

pegawai, maka dalam hal ini dibatasi hanya mengenai mutasi dalam hal

perubahan jabatan kerja saja.

2. Semangat kerja adalah kesediaan seorang pegawai atau kemauan aparatur

pemerintah untuk melaksanakan pekerjaan secara giat dan konsekwen sesuai

dengan kedudukan dan fungsinya di dalam organisasi demi mencapai tujuan

(30)

H. DEFINISI OPERASIONAL

Menurut Masri Singarimbun ( 1999 : 23), defenisi operasional merupakan

petunjuk bagaimana suatu variabel dapat diukur. Defenisi operasional dalam

penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (mutasi), dengan indikator nya yaitu:

a. Frekwensi Mutasi

Frekwensi mutasi adalah tingkat keseringan pelaksanaan mutasi atau

pemindahan jabatan dalam organisasi.

b. Alasan Mutasi

Alasan mutasi adalah alasan- alasan atau motivasi yang mendorong

dilaksanakannya perpindahan jabtan atau mutasi tersebut.

c. Ketetapan dalam melaksanakan mutasi yang disesuaikan dengan:

- Kemampuan kerja pegawai.

- Tingkat pendidikan.

- Lamanya masa jabatan.

- Tanggung jawab atau beban kerja.

- Kesenangan atau keinginan.

- Kebijaksanaan atau peraturan yang berlaku.

- Kesesuaian antara yang lama dan jabtan yang baru.

2. Variabel Terikat (semangat kerja) dapat diukur melalui indikator-

(31)

a. Produktivitas Kerja

Produktivitas Kerja adalah hasil dari suatu pekerjaan yang dilakukan

pegawai.

b. Kepuasan terhadap tugas

Kepuasan terhadap tugas adalah Kepuasan para pegawai terhadap tugas dan

pekerjaannya karena memperoleh tugas yang disukainya.

c. Tingkat kehadiran

Tingkat kehadiran adalah persentase kehadiran dalam tugas setiap hari.

d. Rasa Keamanan

Rasa Keamanan adalah Adanya rasa keamanan dan ketenangan jiwa, atas

jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat

membahayakan diri pribadi dan karir dalam pekerjaan.

e. Gaji

Gaji adalah Hasil yang diterima pegawai atas hasil kerjanya.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, kerangka teori,

hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika

(32)

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan

skor,teknik analisa data dan koefisien determinant.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum Badan Penelitian dan

Pengembangan Kota Medan seperti, dasar hukum, perincian tugas dan

struktur serta visi dan misi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data yang diperoleh dari lapangan atau

berupa dokumen yang akan dianalisa.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat tentang pembahasan atau interprestasi dari data-data

yang disajikan pada bab sebelumnya atau bab IV.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis

(33)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

menggunakan rumus statistik untuk membantu menganalisa data dan fakta yang

diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Penelitian dan Pengembangan

Pemerintah Kota Medan yang beralamat di Jl. Kapten Maulana No. 12 Medan.

C. Populasi dan Sampel

Sebelum penelitian dilaksanakan, maka penulis harus menetukan terlebih

dahulu populasi yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti Sugiyono( 2006:57 ).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh pegawai

negeri sipil yang ada pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota

(34)

Menurut Hidayat (2002:2) sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan

merupakan bagian dari populasi sehingga karakteristik populasi juga dimiliki oleh

sampel.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 140) mengatakan :”Jika jumlah

populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil keseluruhan.

Tapi jika jumlahnya lebih dari 100 orang, maka bisa diambil 10 – 15% atau 15 – 25%

dari jumlah populasinya.

Dalam penelitian ini karena jumlah pegawai negeri sipil yang ada pada Badan

Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan berjumlah 46 orang, maka

dengan demikian keseluruhan pegawai negeri sipil akan dijadikan sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua macam teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam

penelitian ini, yakni:

1. Data primer

yaitu data yang langsung diperoleh melalui kegiatan penelitian yang langsung

terjun ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

Penelitian data ini diperoleh dengan cara:

a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat gejala -

gejala yang tampak pada objek penelitian.

b. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan berhadapan

(35)

c. Kuesioner, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data yang relevan

dari responden melalui daftar pertanyaan tertutup yang diajukan. Dalam daftar

pertanyaan tersebut telah ditentukan alternative jawaban.

2. Data Sekunder

Penelitian dilakukan melalui penelaahan buku-buku/ refernsi, jurnal ilmiah,

yang berguna secara toritis, peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah dan

dokumen-dokumen.

E. Teknik Penentuan Skor

Teknik penentuan skor yang digunakan adalah melalui penyebaran kuesioner,

yang berisikan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana setiap

pertanyaan akan ditentukan skornya.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan yaitu:

1. Untuk alternative jawaban “a” diberi skor 5

2. Untuk altetnative jawaban “b” diberi skor 4

3. Untuk alternative jawaban “c” diberi skor 3

4. Untuk alternative jawaban “d” diberi skor 2

5. Untuk alternative jawaban “e” diberi skor 1

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban koresponden terhadap

masing-masing alternative apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah terlebih dahulu

ditentukan skla intervalnya dengan cara sebagai berikut:

Interval = Skor tertinggi – Skor terendah

(36)

= 5 – 1 5

= 0,80

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing

variabel, yaitu:

1. Skor untuk kategori sangat tinggi : 4,21 – 5,00

2. Skor untuk kategori tinggi : 3,41 – 4,20

3. Skor untuk kategori sedang : 2,61 – 3,40

4. Skor untuk kategori rendah : 1,81 – 2,60

5. Skor untuk kategori sangat rendah : 1,00 – 1,80

Untuk menentukan jawaban responden tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang,

rendah dan sangat rendah, maka jumlah jawaban responden akan ditentukan

rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan. Dari hasil pembagian tersebut akan

dapat diketahui jawaban responden termasuk kategori mana.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah teknik analisa kuantitatif,

yaitu analisa yang digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh suatu variabel

terhadap variabel lainnya dengan menggunakan perhitungan statisik.

a. Koefisien Korelasi Product Moment

Penggunaan teknik korelasi seperti ini di dasarkan atas sumber data yang

(37)

jawaban responden tergolong tinggi, sedang atau rendah. Adapun rumus Koefisien

Korelasi Product Moment menurut Sugiyono ( 2006 : 149 )adalah:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara x dan y

x = Variabel bebas

y = Variabel terikat

∑ xi = Keseluruhan dari jumlah x

∑ yi = Keseluruhan dari jumlah y

∑ xi . ∑ yi = Keseluruhan dari jumlah perkalian x dan y

N = Jumlah bilangan

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat memberikan 3

kemungkinan sebagai berikut:

1. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya

kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh variabel yang lain.

2. Nilai r yang negative menunjukkan hubungan kedua variabel negative, artinya

menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel

yang lain.

3. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai

(38)

Untuk mengetahui adanya hubungan atau tinggi rendahnya tingkat hubungan

kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau

interpretasi dilihat dari angka-angka, Sugiono (2006:149) menyatakan sebagai

berikut:

- Antara 0,00 s/d 0,199 : hubungan sangat rendah

- Antara 0,20 s/d 0,399 : hubungan rendah

- Antara 0,40 s/d 0,599 : hubungan sedang

- Antara 0,60 s/d 0,799 : hubungan kuat

- Antara 0,80 s/d 1,00 : hubungan sangat kuat

-c. Koefisien Determinant

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya

pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan

dilakukan dengan mengkuadratkan nilai Koefisien Korelasi Product Moment dan

dikalikan dengan 100%.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

D = ( r x y )2 x 100%

D : koefisien determinasi

(39)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan unsur pendukung tugas

Kepala Daerah, yang dipimpin oleh Kepala badan yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan didirikan pertama kali pada

tanggal 26 Juni 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001 tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah di lingkungan

pemerintah kota Medan yang salah satunya dibentuk Badan Penelitian dan

Pengembangan. Selanjutnya Peraturan Daerah Nomor 57 Tahun 2001 sekarang

diganti menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kota Medan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan mempunyai tugas

melaksanakan peyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintah daerah di

bidang penelitian dan pengembangan.

Badan penelitian dan pengembangan Kota Medan mempunyai fungsi sebagai

berikut:

1. Merumuskan kebijakan teknis di bidang penelitian dan pengembangan.

2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang pemerintahan,

perekonomian dan keuangan, sumber daya alam dan teknologi serta

(40)

3. Melaksanakan pengembangan hasil penelitian dalam rangka perumusan

kebijakan pembangunan.

4. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

5. melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

B. Dasar Hukum

Secara garis besar ada beberapa Peraturan / Undang – Undang yang menjadi

dasar hukum penyelenggaraan urusan penelitian dan pengembangan di Kota Medan,

antara lain:

1. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

2. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah kota Medan.

4. Keputusan Walikota Medan Nomor 57 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok dan

Fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan.

5. Keputusan Walikota Medan Nomor 31 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan

Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kota Medan.

C. Tugas Pokok dan Fungsi

(41)

1. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Penelitian

dan Pengembangan dibidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi

kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumah tanggaan dan urusan umum lainnya.

Untuk melaksanakan tugas sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan urusan ketatausahaan, administrasi kepegawaian dan

kerumahtanggaan.

c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan

laporan keuangan.

d. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya.

e. Mengumpulkan dan mengelola data untuk bahan informasi.

f. Melaksanakan kegiatan pengelolaan perpustakaan khusu Badan penelitian dan

pengembangan.

g. Melaksanakan tugas – tugas lainnya yang diberikan oleh kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan

tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan.

Sekretariat terdiri dari:

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan

(42)

menyurat, kerumahtanggaan, perlengkapan, perawatan dan mempersiapkan sarana

dan prasarana rapat – rapat serta melaksanakan urusan umum lainnya.

b. Sub Bagian Perencanaan

Sub bagian perencanaan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan menyusun

rencana kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan dan mempersiapkan bahan

– bahan dalam rangka sosialisasi hasil – hasil penelitian, mengevaluasi pelaksanaan

program badan penelitian dan pengembangan serta melaporkan hasil pelaksanaannya.

c. Sub Bagian Keuangan

Sub bagian keuangan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan

keuangan dan perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.

d. Sub Bagian Informasi dan Perpustakaan

Sub bagian informasi dan perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan

kegiatan pengumpulan dan pengolahan data untuk informasi, mendokumentasikan,

mempublikasikan hasil – hasil penelitian dan menyususn dalam bentuk – bentuk data

– data statistika serta melaksanakan kegiatan pengelolaan perpustakaan khusus badan

penelitian dan pengembangan.

Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretariat.

2. Bidang Penelitian Dan Pengembangan

Bidang penelitian dan pengembangan mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Badan penelitian dan pengembangan dibidang penelitian dan

(43)

Untuk melaksanakan tugas, bidang penelitian dan pengembangan mempunyai

fungsi sebagai berikut:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja.

b. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan program

penelitian dan pemgembangan pemerintahan.

c. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang

pemerintahan, aparatur pemerintah.

d. Melaksanakan sosialisasi hasil penelitian dan pengembanagan dibidang

pemerintahan.

e. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dalam penelitian dan pengembangan

dibidang pemerintahan dengan instansi terkait.

f. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian pelakintahan.

g. Menyusun laporan hasil penelitian dan pengembangan dibidang

pemerintahan.

h. Melaksanakan tugas – tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan dipimpin oleh seorang

kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan

bertanggungjawab oleh Kepala Badan.

Bidang Penelitian Dan Pengembangan terdiri dari:

a. Sub Bidang Pemerintahan

Sub bidang pemerintahan mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan data

(44)

bidang pemerintahan dan aparatur, mengevaluasi, melaporkan dan

merekomendasikan hasil penelitian dan melaporkan hasil penelitian dan

pengembangan dibidang pmerintahan.

b. Sub Bidang Sosial Budaya

Sub bidang sosial dan budaya mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan

data dalam rangka penyusunan program serta melakukan penelitian dan

pengembangan di bidang social budaya, mengevaluasi, melaporkan dan

merekomendasi hasil penelitian dan melaporkan hasil penelitian dan pengembangan

di bidang sosial budaya.

Setiap sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Bidang Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan.

3. Bidang Penelitian Dan Pengembangan Ekonomi, Pembangunan Dan Keuangan

Daerah

Bidang penelitian dan pengembangan ekonomi, pembangunan dan keuangan

daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan penelitian dan

Pengembangan di bidang penelitian dan pengembangan bidang ekonomi,

pembangunan dan keuanagan daerah.

Untuk melaksanakan tugas, bidang penelitian dan pengembangan ekonomi,

(45)

a. Menyusun rencana kegiatan kerja.

b. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan program

penelitian dan pengembangan ekonomi, pembangunan dan keuangan daerah.

c. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembnagan di bidang ekonomi,

pembangunan dan keuangan daerah.

d. Melaksanakan sosialisasi hasil penelitian dan pengembnagan di bidang

ekonomi, pembangunan dan keuangan daerah.

e. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama alam penelitian dan pengembangan

di bidan ekonomi, pembangunan dan keuanga daerah dengan instansi terkait.

f. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian pelaksanaan penelitian dan

pengembangan di bidang ekonomi, pembangunan, dan keuangan daerah.

g. Menyusun laporan hasil penelitian dan pengembangan di bidang ekonomi,

pembanguna dan keuangan daerah.

h. Melaksanakan tugas – tuga slainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang Penelitian dan Pengembangan Ekonomi, Pembangunan dan Keuangan

Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Badan.

Bidang Penelitian dan Pengembangan Ekonomi, Pembangunan dan Keuangan

Daerah terdiri dari:

a. Sub Bidang Ekonomi Pembangunan

Sub bidang ekonomi pembangunan mempunyai tugas mengumpulkan bahan

(46)

pengembangan dibidang pemerintahan dan aparatur, mengevaluasi, melaporkan dan

merekomendasi hasil penelitian dan melaporkan hasil penelitian dan pengembangan

di bidang ekonomi pembangunan.

b. Sub Bidang Keuangan Daerah

Sub bidang keuangan daerah mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan

data dalam rangka penyusunan program serta melakukan penelitian dan

pengembangan di bidang social budaya. Mengevaluasi, melaporkan dan

merekomendasi hasil penelitian dan melaporkan hasil penelitian dan pengembangan

dibidang keuangan daerah.

Setiap Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Bidang Penelitian dan pengembangan Ekonomi, Pembangunan dan Keuangan

Daerah.

4. Bidang Penelitian Dan Pengembangan Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan

Masyarakat

Bidang Penelitian dan Pengembangan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Penelitian dan

Pengembangan di bidang penelitian dan pengembangan kesatuan bangsa dan

perlindungan masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas, Bidang penelitian dan pengembangan kesatuan

bangsa dan perlindungan masyarakat mempunyai fungsi sebagai berikut:

(47)

b. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan program

penelitian dan pengembangan kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat.

c. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang kesatuan

bangsa dan perlindungan masyarakat.

d. Melaksanakan sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang

kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat.

e. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dalam penelitian dan pengembangan

di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat dengan instansi

terkait.

f. Melaksankan evaluasi dan pengendalian pelaksanaan penelitian dan

pengembangan di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat.

g. Menyusun laporan hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesatuan

bangsa dan perlindungan masyarakat.

h. Melaksanakan tugas – tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang penelitian dan pengembangan kesatuan bangsa dan perlindungan

masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan

tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Bidang penelitian dan pengembangan ekonomi, pembangunan dan keuangan

daerah terdiri dari:

a. Sub Bidang Kesatuan Bangsa

Sub bidang kesatuan bangsa mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan data

(48)

bidang kesatuan bangsa, mengevaluasi, melaporkan dan merekomendasi hasil

penelitian dan melaporkan hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesatuan

bangsa.

b. Sub Bidang perlindungan Masyarakat

Sub bidang perlindungan masyarakat mempunyai tugas mengumpulkan bahan

dan data dalam rangka penyusunan pogram serta melakukan penelitian dan

pengembangan di bidang perlindungan masyarakat, mengevaluasi, melaporkan dan

merekomendasi hasil penelitian dan melaporkan hasil penelitian dan pengembangan

di bidang perlindungan masyarakat.

Setiap sub bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Bidang penelitian dan pengembangan kesatuan Bangsa dan perlindungan masyarakat.

5. Bidang Penelitian Dan Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat

Bidang Penelitian dan Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Penelitian dan Pengembangan

di bidang penelitian dan pengembangan bidang pemberdayaan masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas, bidang penelitian dan pengembangan

pemberdayaan masyarakat mempunyai fungsi seagai berikut:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja.

b. Mengumpulka dan menyiapakan bahan dalam rangka penyusunan pogram

(49)

c. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang

pemberdayaan masyarakat.

d. Melaksanakn sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang

pemberdayaan masyarakat.

e. Melaksanakan pembinaan terhadap peneliti yang melaksanakan penelitian di

bidang pemberdayaan masyarakat di lingkungan Pemerintahan Kota Medan.

f. Melaksanakan pelayanan pemberian izin peneliti/ riset bagi mahasiswa,

perusahaan biro jasa dan masyarakat untuk kepentingan penelitian.

g. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dalam penelitian dan pengembangan

di bidang pemberdayaan masyarakat dengan instansi terkait.

h. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian pelaksanaan penelitian dan

pengembangan di bidang pemberdayaan masyarakat.

i. Menyusun laporan hasil penelitian dan pengembangan di bidang

pemberdayaan masyrakat.

j. Melaksanakan tugas – tugas lainnya yang di berikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang penelitian dan pengembangan pemberdayaan masyarakat dipimpin

oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Bidang penelitian dan pengembangan pemberdayaan masyarakat terdiri dari:

a. Sub Bidang Kelembagaan Kelurahan

Sub bidang kelembagaan kelurahan mempunyai tugas mengumpulkan bahan

(50)

pengembangan di bidang kelembagaan kelurahan, mengevaluasi, melaporkan, dan

merekomendasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang kelembagaan

kelurahan.

b. Sub Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Alam Dan Teknologi

Sub bidang pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi mempunyai tugas

mengumpulkan bahan dan data dalam rangka penyusunan program serta melakukan

penelitian dan pengembangan di bidang pemafaatan sumber daya alam dan teknologi,

mengevaluasi, melaporkan dan merekomendasi hasil penelitian dan pengembangan di

bidang pmanfaatan sumber daya alam dan teknologi serta mempersiapkan konsep izin

penelitian / riset bagi mahasiswa, petusahaan, biro jasa dan masyarakat untuk

kepentingan penelitian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Setiap sub bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya berada di bawah dan tanggung jawab kepada Kepala Bidang

Penelitian dan Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat.

6. kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Badan Penelitian dan Pengembangan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga, dalam jenjang

jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai klompok sesuai dengan keahliannya.

Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior. Jumlah jabatan

fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah. Jenis dan jabatan fungsional

(51)

D. Visi Dan Misi

Visi

Terwujudnya hasi penelitian dan pengembangan yang berkualitas, terarah, dan

berdayaguna sebagai landasan penetapan kebijakan Pemerintah Kota.

Misi

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumberdaya peneliti di lingkungan

Badan penelitian dan Pengembangan di segala sector dan bidang dapat

ditingkatkan.

b. Melakukan kerjasama penelitian dan pengembangan dengan Perguruan

Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Lembaga Penelitian lainnya guna

meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung kebijakan

Pemerintah Kota.

c. Meningkatkan koordinasi kegiatan penelitian dan pengembangan di

lingkungan instansi Pemerintah Kota medan agar bidang yang diteliti dan

dikembangkan dapat lebih terencana, terarah, berdayaguna dan berhasilguna.

d. Mensosialisasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian dan

pengembangan kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya menciptakan

(52)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Penyajian data berikut ini merupakan hasil penyebaran kuesioner di lapangan

kepada para Pegawai Negeri Sipil pada Badan Penelitian Dan Pengembangan

Pemerintah Kota Medan. Sesuai dengan jumlah populasi, maka penulis menyebarkan

kuesioner kepada sebanyak 46 responden (pegawai) di Badan Penelitian Dan

Pengembangan Pemerintah Kota Medan.

[image:52.612.143.489.402.470.2]

A. Data Identitas Responden

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekwensi Persentase

1 Laki-laki 30 65.22

2 Perempuan 16 34.78

Jumlah 46 100.00

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010.

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden yang

berjumlah 46 orang, dimana 30 orang atau 65,22% adalah laki -laki dan sisanya 16

orang atau 34,78% adalah perempuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pegawai yang

ada di Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan lebih banyak

(53)
[image:53.612.150.492.100.244.2]

Tabel 2

Distribusi Responden Menurut Usia

No. Kategori Frekwensi Persentase

1 20 s/d 25 Tahun - -

2 26 s/d 30 Tahun 1 2.17

3 31 s/d 40 Tahun 6 13.04

4 41 s/d 50 Tahun 18 39.13

5 51 Tahun Keatas 21 45.65

Jumlah 46 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010.

Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa responden yang terbanyak adalah

pada usia 51 tahun ke atas yaitu sebanyak 21 orang atau 45,65%, kemudian disusul

dengan usia 41 – 50 tahun sebanyak 18 orang atau 39,13%, sementara responden

yang berusia 31 s/d 40 tahun sebanyak 6 orang atau 13,04%, sedangkan yang berusia

26 s/d 30 tahun sebanyak 1 orang, dan usia 20 s/d 25 tahun tidak ada.

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Golongan

No. Kategori Frekwensi Persentase

1 Ia s/d Id - -

2 Iia s/d Iid 3 6.52

3 IIIa s/d IIId 18 39.13

4 Iva s/d Ivd 25 54.35

Jumlah 46 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010.

Dari tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa pegawai negeri sipil yang berada di

Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan lebih banyak yang

golongan IV sebanyak 25 orang atau 54,35%, diantaranya 10 orang golongan IVa, 13

[image:53.612.144.492.444.572.2]
(54)

18 orang atau 39,13%, diantaranya 1 orang golongan IIIa, 2 orang golongan IIIb, 1

orang golongan IIIc, dan 14 orang golongan IIId; Dan sisanya dari golongan II

sebanyak 3 orang atau 6,52%, diantaranya I orang golongan IIb, dan 2 orang

[image:54.612.146.493.240.381.2]

golongan IIc; Sedangkan golongan I tidak ada seorang pun.

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Kategori Frekwensi Persentase

1 SLTP - -

2 SLTA 4 8.70

3 Diploma III - -

4 Sarjana 36 78.26

5 Pasca Sarjana 6 13.04

Jumlah 46 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010.

Dari tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa pegawai negeri sipil yang berada di

Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan lebih banyak yang

berasal dari tamatan Sarjana yaitu sebanyak 36 orang atau 78,26%; Kemudian untuk

tamatan Pasca Sarjana sebanyak 6 orang atau 13,04%; dan sebanyak 4 orang atau

8,70% untuk tamatan SLTA; Sementara pegawai dengan tamatan SLTP dan Diploma

(55)

B. Mutasi Sebagai Variabel Bebas ( X )

Untuk mengukur variabel mutasi, digunakan 15 pertanyaan yang diperoleh

dari indicator – indicator yang telah ditentukan. Pada setiap pertanyaan diberikan 5

alternatif jawaban, dan kepada responden diminta untuk memilih salah satu dari

kelima alternative jawaban tersebut. Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner

yang diberikan yang berisi pertanyaan variabel X ( mutasi ) maka diperoleh hasil

[image:55.612.141.495.368.485.2]

sebagai berikut:

Tabel 5

Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekwensi Mutasi Di Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan

No. Kategori Frekwensi Persentase

1 Sesuai Peraturan 14 30.43

2 Tidak Sesuai Peraturan 12 26.09

3 Jarang 11 23.91

4 Jarang Sekali 7 15.22

5 Tiddak pernah 2 4.35

Jumlah 46 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010.

Dari tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa 14 orang atau 30,43% yang

menyatakan frekwensi mutasi di Badan Penelitian dan pengembangan Tidak Sesuai

Peraturan, sedangkan sebanyak 12 orang atau 26,09% menyatakan Sesuai Peraturan,

kemudian sebanyak 11 orang atau 23,91% menyatakan Jarang, Selanjutnya 7 orang

atau 15,22% menyatakan Jarang Sekali, dan 2 orang atau 4,35% menyatakan Tidak

(56)

Berdasarkan data tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa

pelaksanaan mutasi di Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan

[image:56.612.148.491.219.373.2]

dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada.

Tabel 6

Distribusi Jawaban Responden Tentang Jarak Pelaksanaan Mutasi

No. Kategori Frekwensi Persentase

1 < 1 Tahun 1 2.17

2 < 2 Tahun 4 8.70

3 2 - 5 Tahun 34 73.91

4 Diatas 5 Tahun 7 15.22

5 tidak Pernah - -

Jumlah 46 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010.

Dari tabel 6 diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 34 orang atau 73,91% yang

menyatakan bahwa jarak pelaksanaan mutasi dalam kategori 2 – 5 tahun, kemudian

yang menyatakan diatas 5 tahun sebanyak 7 orang atau 15,22, selanjutnya yang

menyatakan < 2 tahun sebanyak 4 orang atau 8,70% dan sebanyak 1 orang atau

2,17% yang menyatakan < 1 tahun, sedangkan untuk kategori jawaban tidak pernah

tidak ada satu pun koresponden yang memilih.

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa jangka waktu yang baik

bagi seorang yang sudah pernah dimutasikan untuk kemudian dimutasikan lagi ke

bagian lain adalah 2 – 5 tahun di Badan Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah

(57)
[image:57.612.145.493.98.266.2]

Tabel 7

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keseringan Mendapat Mutasi

No. Kategori Frekwensi Persentase

1 Sangat Sering 3 6.52

2 Sering 4 8.70

3 Jarang 27 58.70

4 Hampir 3 6.52

5 Tidak Pernah 9 19.57

Jumlah 46 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010.

Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 27 orang atau 58,70%

memberikan jawaban dalam kategori jarang, selanjutnya sebanyak 9 orang atau

19,57% yang memberikan jawaban dalam kategori tidak pernah, sedangkan

sebanyak 4 orang atau 8,70% yang memberikan jawaban sering dan yang

memberikan jawaban dalam kategori sangat seri

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 4
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Ilmiah ini membahas tentang bagaimana cara pembuatan aplikasi yang dapat membantu untuk mempermudah pencarian variasi genetic dalam hukum Mendel dengan metode matrik.

Dalam perancangan database ini , query dimanfaatkan untuk melihat tentang informasi yang dibutuhkan , misalnya untuk melihat informasi pembelian, penjualan maupun untuk

Thus, we address a completely different problem compared to [4][5][10], since in our case we are mainly interested in detecting the characteristics of the environment rather than

Pada Isian Nomor Rekening : Isikan dengan 9 Digit Nomor/ID Pendaftaran yang didapat pada saat mengisi form pendaftaran online.. Pada Isian Nama : Isikan Nama Calon Mahasiswa Baru

 Konsentrasi dan lamanya pemaparan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian ikan (SGR) Mujair (Oreocromis mossambicus), dimana konsentrasi yang berpengaruh secara nyata

Digunakannya istilah mitos ( myth ), yakni rujukan bersifat kultural (bersumber dari budaya asal dan cerita) yang digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas

Sebagai guru kita tentunya bangga dengan hasil prestasi siswa yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, dengan menggunakan metode yang tepat dalam

Namun demikian pemindahan antibodi secara pasif dengan isotipik dan alotipik berbeda hanya akan mengganggu produksi imunoglobulin yang bersifat sementara (Hercowitz, 1993;