• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Karyawan Pada Hotel Inna Di Parapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Karyawan Pada Hotel Inna Di Parapat"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA

KARYAWAN PADA HOTEL INNA DI PARAPAT

TESIS

Oleh

ROBERT DEFFIE

077019105/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O LA H

P A

S C

A S A R JA

N

(2)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA

KARYAWAN PADA HOTEL INNA DI PARAPAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROBERT DEFFIE

077019105/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL INNA DI PARAPAT

Nama Mahasiswa : Robert Deffie Nomor Pokok : 077019105

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si) (Dra. Nisrul Irawati, MBA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 3 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si Anggota : 1. Dra. Nisrul Irawati, MBA

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA KARYAWAN

PADA HOTEL INNA DI PARAPAT”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan benar

dan jelas.

Medan, Maret 2010

Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Sukses tidaknya suatu perusahaan dan organisasi sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas bagi karyawan menjadi penting untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada pelanggan, dengan melakukan usaha-usaha peningkatan terhadap kepuasan kerja karyawannya. Rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1). Sejauhmana pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari: pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna di Parapat, 2). Sejauhmana pengaruh keragaman ketrampilan, identitas tugas, arti tugas, otonomi, dan umpan balik terhadap pekerjaan yang menantang. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian antara lain adalah teori yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, seperti misalnya jenis pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi pekerjaan, dan hubungan antarrekan kerja.

Penelitian dilakukan melalui pendekatan sensus, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari seluruh populasi yang berjumlah 42 orang karyawan operasional, dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan variabel penelitian secara umum dengan menggunakan metode statistik, sedangkan metode statistik dalam analisis data adalah teknik regresi linier berganda. Penelitian termasuk pada jenis deskriptif kuantitatif, di mana sifatnya adalah deskriptif explanatory.

Kesimpulan penelitian adalah 1). Pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja secara simultan dan parsial atau terpisah berpengaruh sangat signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna Parapat dengan kontribusi sebesar 93.4%. 2). Pandangan karyawan tentang pekerjaan yang menantang secara sangat signifikan dipengaruhi oleh keragaman ketrampilan, identitas tugas, arti tugas, otonomi, dan umpan balik secara simultan dengan kontribusi sebesar 97%, sedangkan secara parsial variabel umpan balik memberikan pengaruh yang tidak signifikan.

(7)

ABSTRACT

Success or not success a company and organization are very hung from quality of human resources owned. In consequence, human resource development that with quality for employees becomes important to be able for give good service to customer, by undertaking the efforts improvement to job satisfaction its employees. Formula of research internal issue are: 1). How far factors influence that consist of job that challenge, reward, working condition, and co-worker to employees of job satisfaction of employees at Hotel Inna in Parapat, 2). How far influence of skill variety, task identity, task significancy, autonomy, and feed back to job that challenge. Theories as used in research for example is related to theory factors that influence employees of job satisfaction, like for example job types job that challenge, reward, working condition, and co-worker.

Research is conducted pass by census approach, that is research that take sampel from all populations with amount of 42 samples are those operational employees and using questionaire as a means of data collecting that fundamental hit related to factors research variable in common with uses statistical methods, whereas statistical methods in data analysis is multiple linear regression technique. Research is entered at descriptive type quantitative, where in character is descriptive explanatory.

Research Conclusion is 1). Job that challenge, reward, working condition, and co-worker in simultant and partial or disjointed have an effect on high significant to employees of job satisfaction of employees at Hotel Inna in Parapat with contribution as high as 93.4%. 2). The oversight of employees on job that challenge in high significant influenced by skil variety, task identity, task significancy, autonomy, and feed back in simultant with contribution as high as 97%, whereas in partial feed back variable gives influence that is not significant.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkah dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan kapada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, dengan judul “Analisis Pengaruh

Faktor-faktor Kepuasan Kerja Karyawan pada Hotel Inna di Parapat”.

Adapun tesis ini dibuat dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk

mengikuti Ujian Sidang Meja Hijau pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara pada Program Studi Ilmu Manajemen tahun 2010.

Selama melakukan penulisan dan penelitian tesis ini, penulis banyak

mendapatkan bantuan, moril mapun motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak.

Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati yang setulus-tulusnya mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua

Komisi Pembanding atas kritik dan saran yang diberikan untuk perbaikan tesis

(9)

4. Ibu Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah memberikan kritik, saran, perbaikan serta kepercayaan yang penuh kepada

penulis sampai selesainya penulisan tesis ini.

5. Ibu. Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

meluangkan waktu yang berharga kepada penulis untuk memberikan bimbingan

yang bermanfaat, juga atas saran dan kritiknya yang membangun.

6. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku Anggota Komisi Pembanding yang

telah memberikan masukan, saran dan kritik yang berharga atas penulisan tesis

ini sehingga dapat dilakukan perbaikan secara lebih baik.

7. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai

Anggota Komisi Pembanding yang telah memberikan bimbingan dan masukan

yang positif kepada penulis sampai selesainya penulisan tesis ini.

8. Seluruh karyawan-karyawati Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu dalam

aspek administrasi-akademik sampai selesainya penulisan tesis ini.

9. Bapak Drs. Renalmon Hutahaean, MM selaku Direktur Akademi Pariwisata

Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan

pendidikan pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh karyawan hotel pada Hotel Inna Parapat, terutama kepada Bapak Dean

(10)

yang berharga dalam memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan

tesis ini.

11. Seluruh dosen dan karyawan pada Akademi pariwisata Medan, khususnya kepada

bapak Drs. Booni Tauhid. N, M.Hum yang telah memberikan motivasi dan

dorongan yang berharga sampai selesainya penulisan tesis ini.

12. Seluruh rekan angkatan ke XIII kelas regular dan mahasiswa di Program Studi

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

13. Khususnya kepada isteri tercinta Rostiar Sihotang beserta ananda Robby dan

Reyhan, yang telah memberikan pengertian yang mendalam atas waktu dan

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Dengan ini penulis atas berkah dan kuasaNya yang tidak terhingga semoga

dapat melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan dan perhatian kepada penulis, baik dalam perkuliahan maupun

dalam penulisan tesis ini.

Demikian hal ini penulis sampaikan, atas saran dan kritik yang membangun

diucapkan banyak terima kasih.

Medan, Maret 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Robert Deffile, lahir di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 3 Juni 1959, anak kedua dari tujuh bersaudara dari Ayahanda M. Idrus (alm) dan

Ibunda Rohaimah Makki (almh). Menikah pada tahun 2003 dengan Rostiar Sihotang

dan dikaruniai 2 (dua) putera bernama Robby Poraga, dan Reyhan Capri Moraga.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri SD No. 25 Tanjung Karang

pada tahun 1972, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

di Teluk Betung dan selesai pada tahun 1976, kemudian melanjutkan ke Sekolah

Menengah Atas Negeri di SMAN 3 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 1980.

Pada 1981 meneruskan pendidikan pada Fakultas Sospol Jurusan Hubungan

Internasional di Universitas Parahyangan Bandung, dan lulus pada 1986. Setelah

bekerja di beberapa tempat, kemudian pada 1994 bergabung pada Balai Pendidikan

dan Latihan Pariwisata (BPLP) Medan, yang sekarang berubah nama menjadi

Akademi Pariwisata Medan,. Kemudian pada 2007 melanjutkan studi Magister Ilmu

manajemen pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

Sampai sekarang ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia di bawah naungan Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia di salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)

(12)

DAFTAR ISI

II.1. Penelitian Terdahulu ... 15

II.2. Teori tentang Kepuasan Kerja ... 16

II.2.1.Pengertian Kepuasan Kerja ... 18

II.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.. 20

II.2.2.1. Pekerjaan yang Menantang ... 20

(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

III.2. Metode Penelitian ... 37

III.3. Populasi dan Sampel ... 38

III.3.1. Populasi ... 38

III.3.2. Sampel ... 38

III.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

III.5. Jenis dan Sumber Data ... 39

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 40

III.7. Metode Analisis Data Hipotesis Pertama ... 41

III.8. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua... 43

III.9. Metode Analisis Data Hipotesis Kedua ... 44

III.10.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

III.10.1. Uji Validitas Instrumen ... 46

III.10.2. Uji Reliabilitas Intrumen ... 54

III.11.Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda ... 55

III.11.1. Uji Normalitas ... 55

III.11.2. Uji Multikolinieritas ... 56

III.11.3. Uji Heteroskedastisitas ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

IV.1. Hasil Penelitian ... 58

IV.1.1. Gambaran Umum Hotel Inna Parapat ... 58

IV.1.2. Struktur Organisasi Hotel Inna Parapat ... 60

IV.1.3. Visi dan Misi Hotel Inna Parapat ... 62

IV.2. Karakteristik Responden ... 63

IV.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Departemen Hotel ... 64

IV.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

IV.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 66

IV.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja . 67 IV.3. Analisis Deskripsi Variabel ... 68

IV.3.1. Penjelasan Responden Atas Faktor-faktor Kepuasan Kerja Karyawan ... 68

(14)

IV.4. Pembahasan ... 80

IV.4.1. Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda 80

IV.4.1.1.Normalitas ... 80

IV.4.2. Multikolinieritas ... 83

IV.4.3. Heteroskedastisitas ... 85

IV.4.4. Uji Hipotesis Penelitian ... 88

IV.4.4.1.Pengujian Hipotesis Pertama ... 88

IV.4.4.2.Persamaan Regresi Analisis Linier Berganda ... 88

IV.4.4.3.Koefisien Determinasi ... 89

IV.4.4.4.Uji F ... 90

IV.4.4.5.Uji t ... 91

IV.4.4.6.Pengujian Hipotesis Kedua ... 95

IV.4.4.7.Persamaan Regresi Analisis Linier Berganda ... 95

IV.4.4.8.Koefisien Determinasi ... 96

IV.4.4.9.Uji F ... 97

IV.4.4.10 Uji t ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

V.1. Kesimpulan ... 104

V.2. Saran ... 105

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

III.1. Jumlah Sampel Penelitian ... 38

III.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 40

III.3. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 43

III.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Pekerjaan yang Menantang... 48

III.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Imbalan ... 48

III.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Kondisi Kerja ... 49

III.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Rekan Kerja ... 50

III.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Kepuasan Kerja... 50

III.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Keragaman Ketrampilan ... 51

III.10. Hasil Uji Validitas Instrumen Identitas Tugas... 51

III.11. Hasil Uji Validitas Instrumen Arti Tugas ... 52

III.12. Hasil Uji Validitas Instrumen Otonomi ... 53

III.13. Hasil Uji Validitas Instrumen Umpan Balik... 53

III.14. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 55

IV.1. Jumlah Karyawan pada Hotel Inna Parapat ... 62

IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Departemen Hotel ... 64

IV.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

IV.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 66

(16)

IV.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Pekerjaan yang Menantang .... 69

IV.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Imbalan ... 70

IV.9. Penjelasan Responden Atas Variabel Kondisi Kerja ... 71

IV.10. Penjelasan Responden Atas Variabel Rekan Kerja ... 72

IV.11. Penjelasan Responden Atas Variabel Kepuasan Kerja ... 73

IV.12. Penjelasan Responden Atas Variabel Keragaman Ketrampilan ... 74

IV.13. Penjelasan Responden Atas Variabel Identitas Tugas ... 75

IV.14. Penjelasan Responden Atas Variabel Arti Tugas ... 76

IV.15. Penjelasan Responden Atas Variabel Otonomi ... 77

IV.16. Penjelasan Responden Atas Variabel Umpan Balik ... 79

IV.17. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 82

IV.18. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua... 82

IV.19. Hasil Uji Multikolonieritas Hipotesis Pertama ... 83

IV.20. Hasil Uji Multikolonieritas Hipotesis Kedua... 84

IV.21. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama... 86

IV.22. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua ... 87

IV.23. Nilai Koefisien Analisis Regresi Berganda Hipotesis Pertama ... 88

IV.24. Nilai Koefisien Determinasi Regresi Berganda Hipotesis Pertama ... 89

IV.25. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Secara Serempak ... 90

IV.26. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Secara Parsial ... 91

IV.27. Nilai Koefisien Analisis Regresi Berganda Hipotesis Kedua... 96

(17)

IV.29. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Secara Serempak... 98

(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama ... 14

I.2. Kerangka Berfikir Hipotesis Kedua ... 14

IV.1. Bagan Struktur Organisasi Hotel Inna Parapat ... 61

IV.2. Grafik Normalitas Hipotesis Pertama ... 80

IV.3. Grafik Normalitas Hipotesis Kedua ... 81

IV.4. Grafik Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 85

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Pertanyaan Penelitian ... 111

2. Data Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 124

3. Data Hasil Jawaban Responden... 125

4. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 126

5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 131

6. Uji Asumsi Klasik Variabel Hipotesis Pertama ... 141

7. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Pertama ... 145

8. Uji Asumsi Klasik Variabel Hipotesis Kedua ... 146

9. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Kedua... 150

10. Tabel Nilai Kritik Korelasi Produk Moment ... 152

11. Tabel Nilai Kritik t-test... 154

(20)

ABSTRAK

Sukses tidaknya suatu perusahaan dan organisasi sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas bagi karyawan menjadi penting untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada pelanggan, dengan melakukan usaha-usaha peningkatan terhadap kepuasan kerja karyawannya. Rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1). Sejauhmana pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari: pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna di Parapat, 2). Sejauhmana pengaruh keragaman ketrampilan, identitas tugas, arti tugas, otonomi, dan umpan balik terhadap pekerjaan yang menantang. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian antara lain adalah teori yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, seperti misalnya jenis pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi pekerjaan, dan hubungan antarrekan kerja.

Penelitian dilakukan melalui pendekatan sensus, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari seluruh populasi yang berjumlah 42 orang karyawan operasional, dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan variabel penelitian secara umum dengan menggunakan metode statistik, sedangkan metode statistik dalam analisis data adalah teknik regresi linier berganda. Penelitian termasuk pada jenis deskriptif kuantitatif, di mana sifatnya adalah deskriptif explanatory.

Kesimpulan penelitian adalah 1). Pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja secara simultan dan parsial atau terpisah berpengaruh sangat signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna Parapat dengan kontribusi sebesar 93.4%. 2). Pandangan karyawan tentang pekerjaan yang menantang secara sangat signifikan dipengaruhi oleh keragaman ketrampilan, identitas tugas, arti tugas, otonomi, dan umpan balik secara simultan dengan kontribusi sebesar 97%, sedangkan secara parsial variabel umpan balik memberikan pengaruh yang tidak signifikan.

(21)

ABSTRACT

Success or not success a company and organization are very hung from quality of human resources owned. In consequence, human resource development that with quality for employees becomes important to be able for give good service to customer, by undertaking the efforts improvement to job satisfaction its employees. Formula of research internal issue are: 1). How far factors influence that consist of job that challenge, reward, working condition, and co-worker to employees of job satisfaction of employees at Hotel Inna in Parapat, 2). How far influence of skill variety, task identity, task significancy, autonomy, and feed back to job that challenge. Theories as used in research for example is related to theory factors that influence employees of job satisfaction, like for example job types job that challenge, reward, working condition, and co-worker.

Research is conducted pass by census approach, that is research that take sampel from all populations with amount of 42 samples are those operational employees and using questionaire as a means of data collecting that fundamental hit related to factors research variable in common with uses statistical methods, whereas statistical methods in data analysis is multiple linear regression technique. Research is entered at descriptive type quantitative, where in character is descriptive explanatory.

Research Conclusion is 1). Job that challenge, reward, working condition, and co-worker in simultant and partial or disjointed have an effect on high significant to employees of job satisfaction of employees at Hotel Inna in Parapat with contribution as high as 93.4%. 2). The oversight of employees on job that challenge in high significant influenced by skil variety, task identity, task significancy, autonomy, and feed back in simultant with contribution as high as 97%, whereas in partial feed back variable gives influence that is not significant.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Hotel Inna Parapat merupakan salah satu dari 12 hotel yang dikelola oleh PT.

Hotel Indonesia Natour (PT.HIN) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

memfokuskan dalam bidang bisnis hospitaliti industri, khususnya jasa akomodasi

perhotelan. Manajemen PT. Hotel Indonesia Natour berusaha untuk meningkatkan

citra manajemen yang baik dengan menerapkan strategi bersaing yang lebih baik,

yakni dengan menerapkan sistem pemasaran melalui pemasaran yang terukur

meliputi sales call, sales trip, maupun promosi langsung kepada pelanggan. Strategi

ini juga didukung dengan pengembangan hotel mulai dari unit kerja, sumber daya

manusia, fasilitas, hingga manajemen hotel.

Strategi bersaing yang diterapkan ini, termasuk Hotel Inna Parapat, di Parapat

Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara tidak terlepas dari dukungan pengembangan

sumber daya manusianya. Sukses tidaknya suatu perusahaan dan organisasi sangat

tergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu,

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas bagi karyawan menjadi

penting untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada pelanggan, terutama untuk

melakukan usaha-usaha peningkatan terhadap kepuasan kerja karyawannya.

Kepuasan kerja karyawan yang bekerja di sektor industri baik dalam produk

(23)

perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan reputasi dan kinerja perusahaan yang terus

meningkat. Pencapaian kepuasan kerja tentunya akan menyebabkan karyawan dalam

melakukan pekerjaannya akan memberikan seluruh potensi dan kemampuannya bagi

pertumbuhan dan kemajuan perusahaan, sebaliknya apabila kepuasan kerja karyawan

tidak tercapai akan menyebabkan perusahaan sulit untuk dapat bertumbuh dan

berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

Permasalahan mendasar yang timbul dalam pengelolaan sumber daya manusia

adalah tidak terlepas dari munculnya beberapa indikator yang menyangkut

faktor-faktor kepuasan kerja karyawan. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan, diantaranya adalah pekerjaan yang menantang, imbalan,

kondisi kerja, dan rekan kerja.

Beberapa fenomena yang terjadi sehubungan dengan kepuasan kerja

karyawan pada Hotel Inna Parapat dapat diketahui dari hasil evaluasi kinerja

karyawan terhadap pencapaian kepuasan kerja karyawan operasional hotel yang

meliputi delapan departemen hotel, yakni departemen kantor depan (front office), tata

graha (housekeeping), tata hidangan (food and beverages), tata boga (food

production), keuangan (accounting), penjualan dan pemasaran (sales and marketing),

teknik (engineering), sumber daya manusia (human resources) dan satpam (security).

Pada tahun 2006 indikator kepuasan kerja yang menyangkut moral kerja, kedisiplinan

kerja, dan pencapaian prestasi kerja karyawan pada Hotel Inna Parapat mencapai total

(24)

Terjadinya penurunan skor nilai hasil kinerja karyawan operasional hotel pada

Hotel Inna Parapat tersebut mengindikasikan terjadinya penurunan tingkat kepuasan

kerja karyawan yang disebabkan oleh kurangnya tantangan pekerjaan yang dilakukan,

dalam arti kurang beragam dan membosankan, penghargaan atas prestasi kerja yang

diterima kurang memuaskan, rendahnya semangat kerja, suasana terhadap kondisi

kerja menjadi tidak nyaman, dan sering kali terjadi friksi di dalam hubungan kerja

diantara sesama rekan kerja sehingga menciptakan hubungan yang tidak harmonis.

Mendapatkan pekerjaan yang menantang bagi karyawan akan menimbulkan

gairah dan semangat kerja yang tinggi, dengan mana karyawan dapat melakukan

pekerjaannya dengan sangat variatif dan tidak membosankan, selalu ada hal-hal baru

yang merangsang pengetahuan dan kemampuannya untuk kemudian diterapkan

terhadap berbagai jenis-jenis perkerjaan yang dilakukan. Jenis-jenis pekerjaan itu atau

yang lebih dikenal dengan karakteristik pekerjaan adalah menyangkut keragaman

ketrampilan, identitas tugas, arti tugas, otonomi, dan umpan balik. Kelima

karakteristik tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap pekerjaan yang

menantang, dan kesemuanya dari faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kepuasan

kerja karjawan.

Pada hakekatnya manusia itu mendasarkan tindakan dan perbuatannya

didalam melakukan pekerjaannya adalah untuk dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan yang akan dicapai itu sudah tentu akan

ditentukan oleh jenis-jenis pekerjaan atau oleh karakteristik pekerjaan tertentu.

(25)

memberikan efek positif bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannya, terutama

dalam menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, dengan memberikan

tanggung jawab dan wewenang penuh dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini

dilakukan, karyawan akan mempunyai arti terhadap pekerjaan dan menyadari betapa

pentingnya satu varietas tugas, kebebasan dan umpan balik yang dapat diberikan

terhadap seberapa baik mereka melakukan pekerjaan itu dan dapat memberi efek

positip dan manfaat yang baik terhadap dirinya sendiri maupun bagi perusahaan dan

organisasi.

Imbalan yang diterima karyawan juga perlu untuk diberikan secara layak.

Imbalan yang diberikan dapat berbentuk intrinsik dan ektrinsik. Kenyataan

menunjukkan bahwa pemberian imbalan baik dalam bentuk upah dan atau

kesempatan promosi yang pantas oleh perusahaan akan menimbulkan kepuasan kerja

karyawan, sebaliknya apabila pemberian tersebut dianggap tidak adil akan

menimbulkan ketidakpuasan kerja karyawan.

Suasana kerja yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi karyawan

juga akan menimbulkan kondisi kerja yang kondusif, sebab apabila tidak dapat

tercipta dengan baik, karyawan dalam melakukan pekerjaannya akan diliputi oleh

kegelisahan dan ketidaknyamanan dalam bekerja, sehingga hasil kerja atau

produktivitas kerja yang dicapai menjadi tidak optimal.

Terdapatnya rekan kerja yang mendukung adalah menjadi keinginan yang

(26)

dan penghargaan terhadap kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki diantara

sesama karyawan akan dapat menimbulkan kepuasan kerja.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai sebagai

berikut:

1. Sejauhmana pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari: pekerjaan yang

menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja terhadap kepuasan kerja

karyawan pada Hotel Inna di Parapat?

2. Sejauhmana pengaruh keragaman ketrampilan, identitas tugas, arti tugas,

otonomi, dan umpan balik terhadap pekerjaan yang menantang bagi karyawan

operasional pada Hotel Inna di Parapat?

I.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari:

pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja terhadap

kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna Parapat.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keragaman keterampilan,

identitas tugas, arti tugas, otonomi, dan umpan balik terhadap pekerjaan yang

menantang bagi kepuasan kerja karyawan operasional pada Hotel Inna

(27)

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Manajemen Hotel Inna Parapat,

khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

kerja karyawan operasional hotel sehingga dapat mengambil kebijakan yang

tepat dalam pengelolaan manajemen sumber daya manusia bidang perhotelan.

2. Sebagai tambahan khasanah penelitian bagi Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam memahami

manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi yang berkaitan

dengan faktor-faktor kepuasan kerja karyawan hotel.

4. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

yang sama di masa yang akan datang.

I.5. Kerangka Berpikir

Dalam suatu perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia mempunyai

peranan yang sangat penting dalam menentukan pencapaian hasil yang sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan. Dengan mengetahui kepuasan kerja karyawannya akan

merupakan umpan balik sangat berharga yang dapat menimbulkan respon kerja yang

diharapkan terhadap berbagai program yang ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Robbins (2002) kepuasan kerja sebagai “suatu sikap umum

(28)

rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi

standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering tidak ideal, dan hal serupa

lainnya. Ini berarti penilaian seorang karyawan terhadap seberapa puas dan tidak

puasnya dengan pekerjaannya. Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan

individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan

dikaitkan dengan karyawan; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh karyawan

yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima

setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robbins

tersebut terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang

titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang

merupakan sikap umum yang dimiliki oleh karyawan.

Handoko (2000) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah “Keadaan

emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan

mereka”. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang

dihadapi di lingkungan kerjanya. Lebih lanjut dinyatakan oleh Hasibuan (2005)

bahwa kepuasan kerja adalah “sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai

pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi

kerja”.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas tentang kepuasan kerja maka dapat

dikatakan bahwa kepuasan kerja kerja karyawan adalah penilaian seorang karyawan

(29)

dengan tenaga sumber daya manusia yang dominan, kepuasan kerja yang dirasakan

karyawannya adalah hal yang paling utama. Karyawan yang merasa tidak adanya

kenyamanan dalam bekerja, kurang dihargai, tidak dapat mengembangkan segala

potensi yang dimilikinya akan secara otomatis tidak dapat berkonsentrasi penuh

dalam pekerjaannya dan akan berakibat buruk dalam hasil dari pekerjaan dan prestasi

kerja mereka.

Faktor-faktor kepuasan kerja karyawan merupakan hal yang perlu mendapat

perhatian dalam suatu perusahaan untuk dapat berhasil dan berkembang secara

dinamis. Menurut Robbins (2002) “bahwa faktor-faktor penting yang mendorong

kepuasan kerja adalah kerja yang secara mental menantang, imbalan yang pantas,

kondisi kerja yang mendukung, dan rekan kerja yang mendukung. Dari ke empat

faktor tersebut di atas faktor yang penting adalah pekerjaan yang secara mental

menantang yang menjadi determinan bagi kepuasan kerja karyawan”.

Lebih lanjut dikatakan bahwa pekerjaan yang menantang adalah

“pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan

kemampuan dan menawarkan satu varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang

seberapa baiknya melakukan pekerjaan itu, yang secara mental menantang”. Adanya

kesesuaian pekerjaan dengan ketrampilan dan kemampuan karyawan diharapkan

mampu mendorong karyawan untuk menghasilkan kinerja yang baik”.

Luthans (2006) mengemukan bahwa inti dari dari pekerjaan yang menantang

tercakup dalam “pekerjaan itu sendiri (work it-self). Bagaimana karyawan

(30)

untuk belajar, dan peluang untuk menerima tanggung jawab”. Karyawan cenderung

menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk menggunakan

kemampuan dan ketrampilannya, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik

mereka bekerja. Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang

kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang

juga dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Menurut Davis dan Newstrom

(2001) terdapat “beberapa aspek yang menentukan kepuasan kerja karyawan, yaitu:

pekerjaan itu sendiri, upah, gaji dan bonus, kesempatan promosi, pengawasan, dan

rekan kerja”. Dari salah satu aspek-aspek yang penting, yaitu pekerjaan itu sendiri

(work it-self)”. Maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan itu sendiri (work it-self)

merupakan pekerjaan yang menantang terhadap kepuasan kerja karyawan.

Inti dari pekerjaan yang menantang menurut Hackman dan Oldham (2000)

dalam bukunya “Job Diagnostic Survey” adalah “tercakup dalam lima karakteristik

pekerjaan (job characteristics), yaitu: keragaman ketrampilan (skill variety), identitas

tugas (task identity), arti tugas (task significance), otonomi (autonomy), dan umpan

balik (feed back)”.

Model karakteristik pekerjaan (job characteristics model) dari Hackman dan

oldham (2000) ini adalah suatu pendekatan terhadap pemerkayaan jabatan (job

enrichment) yang dispesifikasikan kedalam lima dimensi inti karakteristik pekerjaan.

Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup aspek besar materi pekerjaan yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, semakin besarnya keragaman aktivitas

(31)

semakin berarti. Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang sama, sederhana, dan

berulang-ulang, maka akan menyebabkan rasa kejenuhan atau kebosanan.

Dengan memberi kebebasan pada karyawan dalam menangani tugas-tugasnya

akan membuat seorang karyawan mampu menunjukkan inisiatif dan upaya mereka

sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan. Lebih khusus, Hackman dan Oldham

menjumpai bahwa di antara individu dengan kebutuhan berkembang yang kuat,

pekerjaan yang mencapai skor tinggi pada kelima dimensi tersebut membimbing ke

kinerja dan kepuasan kerja yang tinggi.

Tercapainya atau tidaknya kepuasan kerja karyawan akan sangat dipengaruhi

oleh adanya banyaknya ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan,

dengan tingkat penyelesaian pekerjaan karyawan berdasarkan hasil kerja, dan tugas

yang mempunyai arti bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan. Tingkat kebebasan,

ketidak-tergantungan, dan keluasaan juga diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan,

sehingga hal ini dapat menghasilkan tingkat kinerja karyawan sebagai respon

terhadap pekerjaannya. Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup aspek besar

materi pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, semakin

besarnya keragaman aktivitas pekerjaan yang dilakukan maka seseorang akan merasa

pekerjaannya semakin berarti. Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang sama,

sederhana, dan berulang-ulang maka akan menyebabkan rasa kejenuhan atau

kebosanan. Dengan memberi kebebasan pada karyawan dalam menangani

tugas-tugasnya akan membuat seorang karyawan mampu menunjukkan inisiatif dan upaya

(32)

Herzberg dalam As’ad (2003) memasukkan kepuasan kerja sebagai salah satu

bagian dari faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga satisfier/instrinsik

motivation, yaitu faktor yang mendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber

dari dalam diri seseorang. Selanjutnya Herzberg berpendapat bahwa “suatu pekerjaan

yang disenangi dan menantang dapat menimbulkan kegairahan seorang karyawan

untuk melakukan pekerjaannya tersebut dengan baik”.

Implementasi dari pekerjaan yang menantang adalah mengarah pada faktor

intrinsik dari pekerjaan, yang memberikan atribut terhadap pekerjaan yang dilakukan

berdasarkan ketrampilan tertentu. Semakin besar pekerjaan yang menantang dari

faktor intrinsik dari suatu pekerjaan yang diberikan kepada karyawan akan

meningkatkan kepuasan kerja, sebaliknya semakin kecil diberikan akan menurunkan

kepuasan kerja.

Karyawan menginginkan sistem imbalan yang pantas dan adil, dan sesuai

dengan ekspektasi mereka. Ketika suatu imbalan dianggap sesuai dengan tuntutan

kerja, tingkat ketrampilan individu, dan standar gaji yang ditetapkan, maka hal ini

akan menghasilkan kepuasan kerja.

Imbalan yang pantas dan adil memberikan kesempatan untuk perkembangan

diri, tanggung jawab yang lebih besar dan status sosial yang meningkat. Karyawan

yang memandang bahwa suatu keputusan imbalan dibuat secara pantas dan adil maka

cenderung mengalami kepuasan kerja. Karyawan peduli terhadap lingkungan

(33)

dengan baik. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan

fisik yang tidak membahayakan serta nyaman.

Selain itu, karyawan juga lebih menyukai tempat kerja yang dekat dengan

rumah, bersih dan memiliki fasilitas modern, serta memiliki perlengkapan dan

peralatan yang lengkap. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan sekerja dan

atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup

pada kondisi kerja yang sering tidak ideal, dan hal serupa lainnya. Ini berarti

penilaian seorang karyawan terhadap seberapa puas dan tidak puasnya dengan

pekerjaannya. Penelitian menunjukkan bahwa kepuasan karyawan meningkat ketika

atasan langsungnya bersikap bersahabat dan penuh pengertian, seringkali memuji atas

kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan dan mau mengenal mereka

secara pribadi (Robbins, 2002).

Bahwa kebutuhan akan persahabatan dengan sesama rekan kerja selalu

menjadi prioritas dari pekerjaan yang dilakukan karyawan, dikarenakan adanya

dukungan dari rekan kerja dan atasan. Menurut Luthans (2006) apabila kondisi kerja

bagus (lingkungan yang bersih dan menarik), akan membuat pekerjaan dengan mudah

dapat ditangani. Sebaliknya, jika kondisi kerja tidak menyenangkan (panas dan

berisik) akan berdampak sebaliknya pula. Apabila kondisi bagus maka tidak akan ada

masalah dengan kepuasan kerja, sebaliknya jika kondisi yang ada buruk maka akan

buruk juga dampaknya terhadap kepuasan kerja.

Lebih lanjut Luthans (2006) menyatakan bahwa rekan kerja yang bersahabat,

(34)

pekerja secara individual. Sementara kelompok kerja dapat memberikan dukungan,

nasehat atau saran, bantuan kepada sesama rekan kerja. Kelompok kerja yang baik

membuat pekerjaan lebih menyenangkan. Baiknya hubungan antara rekan kerja

sangat besar artinya bila rangkaian pekerjaan tersebut memerlukan kerja sama tim

yang tinggi. Tingkat keeratan hubungan mempunyai pengaruh terhadap mutu dan

intensitas interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok. Kelompok yang mempunyai

tingkat keeratan yang tinggi cenderung menyebabkan para pekerja lebih puas berada

dalam kelompok.

Kepuasan timbul terutama berkat kurangnya ketegangan, kurangnya

kecemasan dalam kelompok, dan karena lebih mampu menyesuaikan diri dengan

tekanan pekerjaan. Kepuasan kerja karyawan merupakan hal yang perlu mendapat

perhatian dari pimpinan perusahaan agar dapat terus ditingkatkan. Bahwa kebutuhan

akan persahabatan dengan sesama rekan kerja selalu menjadi prioritas dari pekerjaan

yang dilakukan karyawan, dikarenakan adanya dukungan dari rekan kerja dan atasan.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir yang digunakan untuk

(35)

Kondisi kerja

Rekan kerja

Gambar I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama

Arti tugas

Otonomi

Umpan balik

Gambar I.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua Pekerjaan yang

menantang

Imbalan

Keragaman

ketrampilan

Identitas tugas

Kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna Parapat

(36)

I.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang menantang, imbalan, kondisi kerja, dan rekan kerja

berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna Parapat.

2. Keragaman ketrampilan, identitas tugas, arti tugas, otonomi, dan umpan balik

berpengaruh terhadap pekerjaan yang menantang bagi karyawan operasional

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang

relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis pengaruh

faktor-faktor kepuasan kerja karyawan pada Hotel Inna di Parapat.

Adnyani (2003) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepuasan

Kerja terhadap Komitmen Karyawan Hotel Pacung Mountain Resort Bali”

memaparkan analisis pengaruh kepuasan kerja yang terdiri dari reward ( XI), kerja

yang menantang (X2), rekan sekerja yang mendukung (X3) dan kondisi kerja yang

mendukung (X4) terhadap komitmen karyawan Hotel Pacung Mountain Resort Bali.

Adapun responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 115 orang yang merupakan

seluruh karyawan yang bekerja di Hotel Pacung Mountain Resort. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Uji F dilakukan untuk

menganalisis pengaruh kepuasan kerja secara simultan terhadap komitmen karyawan.

Dari hasil uji F diperoleh variabel kepuasan kerja yang terdiri dari variabel

reward, kerja yang menantang, rekan sekerja yang mendukung dan kondisi kerja

yang mendukung secara simultan berpengaruh signifikan terhadap komitmen

karyawan hotel, dengan koefisien determinan (R2) sebesar 42,8%. Sedangkan uji t

dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan

(38)

menantang (X2), rekan sekerja yang mendukung (X3), dan kondisi kerja yang

mendukung (X4) berpengaruh signifikan terhadap komitmen karyawan Hotel Pacung

Mountain Resort Bali.

Soewandhono (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Karakteristik

Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Raglan Operasional PT. Karana Line

Surabaya” memaparkan bahwa karakteristik pekerjaan merupakan faktor utama yang

berpengaruh dalam pembentukan kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini bertujuan

untuk menelaah pengaruh faktor-faktor karakteristik pekerjaan yang terdiri dari

variasi ketrampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan umpan balik

terhadap kepuasan kerja karyawan. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan

bagian operasional PT. Karana Line Surabaya yang berjumlah 32 orang.

Simpulan yang didapat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

faktor-faktor karakteristik pekerjaan yang meliputi variasi ketrampilan, identitas tugas,

signifikansi tugas, otonomi, dan umpan balik secara bersama-sama terbukti

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kepuasan kerja karyawan bagian

operasional PT. Karana Line Surabaya, dan faktor otonomi juga terbukti mempunyai

pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja karyawan bagian operasional PT.

Karana Line Surabaya.

II.2. Teori tentang Kepuasan Kerja

Maslow dalam Dessler (2001) mengemukakan bahwa “manusia memiliki

(39)

dan perwujudan diri”. Kebutuhan-kebutuhan tersebut membentuk suatu hirarki atau

tangga, dan masing-masing kebutuhan itu hanya akan aktif apabila kebutuhan yang

lebih rendah telah dipenuhi.

Kuswadi (2004) menyatakan bahwa “kepuasan karyawan merupakan ukuran

sampai seberapa jauh perusahaan dapat memenuhi harapan karyawannya yang

berkaitan dengan berbagai aspek dalam pekerjaan dan jabatannya”.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa karyawan yang tidak puas biasanya mempunyai

motivasi kerja yang rendah, sehingga dalam bekerja mereka biasanya kurang

bersemangat, malas, lambat, bahkan dapat banyak melakukan kesalahan dan lain-lain

hal yang bersifat negatif sehingga akan menimbulkan pemborosan biaya, waktu,

tenaga, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Wexley dan Yulk dalam As’ad (2003) teori-teori tentang

kepuasan ada 3 (tiga) macam yang lazim dikenal, yaitu:

1. Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)

Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi harapannya.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun ditempat lain.

3. Teori Dua Faktor (Two factor Theory)

(40)

kategori, yang satu dinamakan Dissatisfier atau Hygiene factors, dan yang lain dinamakan Satisfier atau Motivators”.

Hygiene factors adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber kepuasan,

terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja, dan status.

Keberadaan kondisi-kondisi ini tidak selalu menimbulkan kepuasan bagi karyawan,

tetapi ketidakberadaannya dapat menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan (Assad,

2003). Satisfier atau Motivators adalah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya

sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi, pengakuan, wewenang,

tanggung jawab dan promosi. Dikatakan tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan

bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi kalau ada, akan

membentuk motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik.

II.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Dalam suatu perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia mempunyai

peranan yang sangat penting dalam menentukan pencapaian hasil yang sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan. Dengan mengetahui kepuasan kerja karyawannya akan

merupakan umpan balik sangat berharga yang dapat menimbulkan respon kerja yang

diharapkan terhadap berbagai program yang ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Robbins (2002):

(41)

Sedangkan menurut Handoko (2000) kepuasan kerja adalah “keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, dengan mana para

karyawan memandang pekerjaan mereka”. Karyawan yang tidak memperoleh

kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada

gilirannya akan menjadi frustasi. Lebih lanjut dikatakan oleh Greenberg dan Baron

(1998) bahwa kepuasan kerja adalah “suatu sikap yang dipengaruhi oleh suatu

perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu”.

Pengertian kepuasan kerja ini berkenaan dengan tingkah laku individu secara

umum terhadap senang atau tidak senang terhadap pekerjaan. Seseorang yang

memiliki kepuasan kerja yang tinggi maka seseorang memiliki tingkah laku yang

positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak puas akan memiliki

tingkah laku yang negatif.

Kepuasan kerja karyawan menurut Hariandja (2002) dapat dilihat dari

pekerjaan yang dilakukan, bahwa pekerjaan tidak hanya sekadar melakukan

pekerjaan, tetapi terkait juga dengan aspek lain, seperti interaksi dengan rekan

sekerja, atasan, mengikuti aturan-aturan dan lingkungan kerja tertentu yang sering

kali tidak memadai atau kurang disukai. Lebih lanjut dinyatakan oleh Hasibuan

(2005) bahwa kepuasan kerja adalah “sikap emosional yang menyenangkan dan

mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan

(42)

Dari beberapa pengertian tersebut di atas tentang kepuasan kerja maka dapat

dikatakan bahwa kepuasan kerja kerja karyawan adalah penilaian seorang karyawan

terhadap seberapa puas dan tidak puasnya dengan pekerjaannya.

II.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan,

diantaranya adalah pekerjaan yang secara mental menantang, imbalan yang pantas,

kondisi kerja, dan rekan kerja yang mendukung (Robbins, 2002).

II.2.2.1. Pekerjaan yang menantang

Menurut Robbins (2002):

“Pekerjaan yang menantang adalah “pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan dan menawarkan satu varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya melakukan pekerjaan itu, yang secara mental menantang”.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa para karyawan akan lebih memilih

pekerjaan-pekerjaan yang komplek dan menantang, yakni jenis-jenis pekerjaan-pekerjaan yang dapat

meningkatkan kepuasan dan menyebabkan angka ketidakhadiran menjadi lebih

rendah. Herzberg dalam Hasibuan (2005) berpendapat bahwa “suatu pekerjaan yang

disenangi dan menantang dapat menimbulkan kegairahan seorang karyawan untuk

melakukan pekerjaannya tersebut dengan baik”.

Menurut Hackman dan Oldham yang dikutip dari Robbins (2002) inti dari

(43)

1. Skill Variety. Semakin banyak keragaman ketrampilan dari tugas yang

dilakukan oleh karyawan dalam pekerjaannya akan semakin menantang pekerjaan bagi mereka.

2. Task Identity. Dengan mengetahui identitas tugas yang dilakukan oleh

karyawan akan memudahkan untuk menyelesaikannya secara utuh dan dapat dikenali.

3. Task Significance. Pemahaman terhadap arti tugas akan memberikan

penghargaan terhadap karyawan yang melakukan pekerjaannya.

4. Autonomy. Karyawan dalam melakukan pekerjaannya mendapatkan

kebebasan, ketidaktergantungan, dan keluasaan untuk mengatur jadwal pekerjaannya, membuat keputusan dan menentukan prosedur kerja yang digunakan.

5. Feedback. Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan akan

memberikan efektivitas yang baik terhadap kinerjanya.

Model karakteristik pekerjaan (job characteristics model) dari Hackman dan

oldham (2000) ini adalah suatu pendekatan terhadap pemerkayaan jabatan (job

enrichment) yang dispesifikasikan kedalam lima dimensi inti karakteristik pekerjaan.

Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup aspek besar materi pekerjaan yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, semakin besarnya keragaman aktivitas

pekerjaan yang dilakukan, maka seseorang seseorang akan merasa pekerjaannya

semakin berarti. Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang sama, sederhana, dan

berulang-ulang, maka akan menyebabkan rasa kejenuhan atau kebosanan. Dengan

memberi kebebasan pada karyawan dalam menangani tugas-tugasnya akan membuat

seorang karyawan mampu menunjukkan inisiatif dan upaya mereka sendiri dalam

menyelesaikan pekerjaan. Lebih khusus, Hackman dan Oldham menjumpai bahwa

diantara individu dengan kebutuhan berkembang yang kuat, pekerjaan yang mencapai

skor tinggi pada kelima dimensi tersebut membimbing ke kinerja dan kepuasan kerja

(44)

Dengan demikian desain pekerjaan yang berbasis ekonomi ini merupakan

fungsi dari dan faktor pribadi. Kelima karakteristik pekerjaan ini akan mempengaruhi

tiga keadaan psikologis yang penting bagi karyawan, yaitu mengalami makna kerja

(meaningfulness of work), memikul tangung jawab akan hasil kerja (responsibility),

dan pengetahuan akan hasil kerja (knowledge of outcomes). Akhirnya, ketiga kondisi

psikologis ini akan mempengaruhi motivasi kerja secara internal, kualitas kinerja,

kepuasan kerja, ketidakhadiran, dan perputaran karyawan.

Hasil pengamatan Hackman dan Oldham (Stoner, 1996) menunjukkan bahwa

“rasa keberartian, tanggung jawab, dan pemahaman hasil pekerjaan akan

mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja”. Orang-orang yang pekerjaannya

melibatkan adanya ketinggian tingkat dari variasi ketrampilan, identitas tugas, dan

signifikansi tugas akan menganggap pekerjaan mereka sangat berarti. Tingkat

otonomi yang tinggi akan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar, dan

apabila disediakan umpan balik, karyawan akan mengembangkan suatu pemahaman

yang berguna mengenai peranan dan fungsi mereka secara khusus.

Dengan demikian makin besar kelima karakteristik tugas dalam suatu

pekerjaan, makin besar pula kemungkinan karyawan sangat termotivasi dan

merasakan kepuasan dalam melaksanakan pekerjaan. Karakteristik pekerjaan seorang

karyawan jelas terlihat dari desain pekerjaan. Desain pekerjaan menentukan

bagaimana pekerjaan dilakukan, oleh karena itu sangat mempengaruhi perasaan

karyawan terhadap sebuah pekerjaan, seberapa pengambilan keputusan yang dibuat

(45)

dirampungkan oleh karyawan. Mangkuprawira (2002) menyatakan bahwa

“karakteristik pekerjaan adalah identifikasi beragam dimensi pekerjaan yang secara

simultan memperbaiki efisiensi organisasi dan kepuasan kerja”. Menurut Luthans

(2006) terdapat lima faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: “pekerjaan itu

sendiri (work it-self), pembayaran (wages), rekan kerja (co-worker), kesempatan

promosi (promotion opportunities), dan kepenyeliaan (supervision)”.

Davis dan Newstrom (2001) menyatakan bahwa terdapat “beberapa aspek

yang menentukan kepuasan kerja karyawan, yaitu: pekerjaan itu sendiri, upah, gaji

dan bonus, kesempatan promosi, pengawasan, dan rekan kerja”. Dari salah satu

aspek-aspek yang penting, yaitu pekerjaan itu sendiri (work it-self)”.

Maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan itu sendiri (work-itself) merupakan

pekerjaan yang menantang terhadap kepuasan kerja karyawan. Sebaliknya menurut

Dessler (2001) pekerjaan yang lebih menantang adalah bahwa “karyawan harus siap

menghadapi perubahan dan memang menginginkannya”. Karena tidak semua orang

menjauhi pekerjaan yang membosankan dan rutin. Nyatanya sebagian orang lebih

menyukai pekerjaan monoton dan memperoleh kepuasan dari minat non-pekerjaan.

Stoner (1996) menyatakan bahwa “pekerjaan dengan cakupan luas, mungkin

membutuhkan variasi ketrampilan yang lebih besar dan barangkali akan lebih banyak

mencakup intensitas tugas. Kedalaman pekerjaan berkaitan langsung dengan otonomi

dan dapat juga mencakup variasi keterampilan, identitas tugas, dan umpan balik”.

(46)

Menurut Robbins (2002) “karyawan cenderung lebih menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang memberikan mereka kesempatan menggunakan ketrampilan dan

kemampuan mereka”.

Hackman dan Oldham (2000) dalam bukunya “Job Diagnostic Survey

menyatakan bahwa “tercapainya atau tidaknya kepuasan kerja karyawan akan sangat

dipengaruhi oleh banyaknya ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan

pekerjaan, dengan tingkat penyelesaian pekerjaan karyawan berdasarkan hasil kerja,

dan tugas yang mempunyai arti bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan”.

Selanjutnya dikatakan bahwa “Pekerjaan dengan cakupan luas, mungkin

membutuhkan variasi ketrampilan yang lebih besar”.

Sedangkan menurut Handoko (2000) “kurangnya variasi pekerjaan bisa

menyebabkan kebosanan, dan selanjutnya kebosanan menimbulkan kelelahan, dan

kelelahan mengakibatkan kesalahan-kesalahan”. Maka dapat dikatakan bahwa

keragaman ketrampilan adalah inti dari pemerkayaan pekerjaan dengan maksud untuk

menghilangkan kejenuhan atas pekerjaan-pekerjaan yang rutin, sehingga

kesalahan-kesalahan dapat diminimalkan.

Di samping itu dikatakan oleh Siagian (2001) bahwa “variasi tugas

memberikan keleluasaan dalam menentukan sendiri pekerjaannya”. Dikatakan juga

bahwa “kurangnya variasi tugas mengakibatkan kebosanan dalam pekerjaan dan

mempunyai dampak negatif yang sering menampakkan diri dalam keletihan,

(47)

berbagai hal negatif tersebut adalah dengan variasi dalam penyelesaian tugas

seseorang.

II.2.2.3. Identitas tugas

Menurut Robbins (2002) identitas tugas adalah berkaitan “dengan tingkat

penyelesaian pekerjaan karyawan berdasarkan hasil kerja”. Hackman dan Oldham

(2000) menyatakan bahwa identitas tugas berhubungan “dengan kemampuan untuk

mengenal pekerjaan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan karyawan berdasarkan

hasil kerja”.

Handoko (2000) menyatakan bahwa “bila pekerjaan-pekerjaan tidak

mempunyai identitas, para karyawan tidak akan atau kurang merasa bertanggung

jawab, dan mungkin kurang bangga dengan hasil-hasilnya. Ini berarti kontribusi

mereka tidak nampak, sehingga kepuasan kerja bisa menurun”. Hal ini didukung

selanjutnya oleh Siagian (2001) yang menyatakan bahwa identitas tugas adalah

“adanya hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerja itu sendiri, yang

kontribusinya membuahkan hasil kongkrit”. Para pekerja akan merasa bangga apabila

mereka dapat menunjukkan secara kongkrit hasil pekerjaannya. Jika hasil pekerjaan

itu terbenam dalam hasil kolektif, kepuasan kerja dapat menurun. Meskipun benar

bahwa dalam banyak kegiatan penyelesaian akhir merupakan hasil karya sekelompok

orang, alangkah baiknya apabila seorang pekerja dapat menunjukkan, paling sedikit

kepada diri sendiri, bahwa yang bersangkutan memberikan kontribusi kongkrit dalam

(48)

II.2.2.4. Arti tugas

Robbins (2002) menyatakan bahwa arti tugas adalah “berhubungan dengan

tingkat penyelesaian pekerjaan karyawan berdasarkan hasil kerja”. Hackman dan

Oldham (2000) menyatakan bahwa arti tugas adalah “tugas yang mempunyai arti bagi

karyawan dalam melakukan pekerjaan”. Luthans (2006) menyatakan bahwa

“signifikansi tugas menyangkut pentingnya tugas, baik secara internal maupun secara

eksternal”. Lebih lanjut Sigit (2003) menyatakan bahwa “Task Significance (arti

pentingnya tugas) adalah sejauhmanakah tugas itu mempunyai arti penting bagi

pekerjaan orang lain atau berdampak bagi kehidupan orang lain”.

Sebaliknya Siagian (2001) mempertegas kembali dengan menyatakan bahwa

arti tugas “berkaitan erat dengan pentingnya pekerjaan yang dilakukan oleh

seseorang”. Seorang pekerja akan merasa bangga, mempunyai komitmen

organisasional yang besar, memiliki motivasi yang tinggi serta kepuasan yang besar

jika mengetahui bahwa apa yang dilakukannya dianggap penting oleh orang lain.

Apalagi kalau orang lain bergantung kepadanya dalam penyelesaian tugas yang

bersangkutan.

II.2.2.5. Otonomi

Otonomi yang dimaksud adalah bahwa karyawan mempunyai kebebasan

terhadap tanggung jawab dan wewenang atas pekerjaan yang dilakukannya.

Menurut Robbins (2002) otonomi adalah “tingkatan di mana pekerjaan

(49)

individu dalam menyusun jadwal pekerjaan untuk menentukan prosedur-prosedur

yang digunakan dalam melaksanakannya”.

Hackman dan Oldham (2000) menyatakan bahwa “tingkat kebebasan,

ketidaktergantungan, dan keluasaan juga diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan,

sehingga hal ini dapat menghasilkan tingkat kinerja karyawan sebagai respon

terhadap pekerjaannya”.

Sedangkan menurut Handoko (2000) bahwa otonomi “berarti mempunyai

tanggung jawab atas apa yang dilakukan. Pekerjaan-pekerjaan yang memberikan

kepada karyawan wewenang untuk mengambil keputusan-keputusan, berarti

menambah tanggung jawab, akan cenderung meningkatkan perasaan dipercaya dan

dihargai. Kurangnya otonomi akan menyebabkan karyawan menjadi apatis atau

menurunkan prestasi kerjanya”.

Lebih lanjut dikatakan oleh Siagian (2001) bahwa otonomi adalah

“pemupukan rasa tanggung jawab pekerjaan seseorang beserta hasilnya”. Artinya,

kepada para pekerja diberi kebebasan untuk mengendalikan sendiri pelaksanaan

tugasnya berdasarkan uraian dan spesifikasi pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Pengalaman banyak organisasi telah membuktikan bahwa apabila kepada para

pekerja diberikan kebebasan memutuskan sendiri cara penyelesaian pekerjaannya,

rasa tanggung jawab dan tingkat kepuasannya menjadi lebih besar pula. Sebaliknya

dengan pengendalian yang terus-menerus oleh orang lain, misalnya oleh atasan,

apalagi jika dibarengi dengan pengawasan ketat, dapat berakibat pada sikap apatis

(50)

II.2.2.6. Umpan balik

Menurut Robbins (2002) umpan balik adalah “mengenai betapa baik mereka

bekerja. Bahwa dengan adanya kesesuaian pekerjaan dengan ketrampilan dan

kemampuan karyawan diharapkan mampu mendorong karyawan untuk menghasilkan

kinerja yang baik”. Hackman dan Oldham (2000) menyatakan bahwa “umpan balik

adalah unsur yang rumit yang menciptakan hasil kerja berdasarkan pengetahuan yang

didapat”. Nilai daripada umpan balik adalah yang dapat menawarkan informasi yang

diketahui, dapat digunakan dalam melakukan pekerjaan yang diinginkan. Sebaliknya

Handoko (2000) mempertegas lagi dengan menyatakan bahwa “bila

pekerjaan-pekerjaan memberikan umpan balik tentang seberapa baik pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan,

maka karyawan akan mempunyai pedoman atau motovasi untuk melaksanakan

dengan lebih baik”.

Siagian (2001) secara lebih spesifik menyatakan bahwa umpan balik adalah

“cara seseorang menyelesaikan pekerjaannya dan mempunyai arti yang sangat

penting bagi pekerja yang bersangkutan”. Apabila seseorang tidak memperoleh

umpan balik tentang berbagai aspek penyelesaian tugasnya, baginya tidak terdapat

petunjuk atau motivasi kuat untuk berprestasi lebih tinggi. Agar mempunyai makna

operasional, umpan balik dimaksud, tentunya didasarkan pada perbandingan yang

obyektif antara kriteria dan standar mutu pekerjaan dengan hasil nyata yang dicapai

oleh seseorang. Ada kalanya perbandingan itu baik pula dilakukan antara beberapa

(51)

persaingan sehat di atara mereka, dalam arti berlomba menunjukkan prestasi kerja

yang setinggi mungkin.

II.2.3. Imbalan

Tujuan pengelolaan sistem imbalan yang pantas di dalam suatu organisasi

adalah untuk dapat mempertahankan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Para ahli umumnya membagi imbalan menjadi dua kelompok, yaitu imbalan

intrinsik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan intrinsik adalah imbalan yang bersumber

dari diri para karyawan sendiri, seperti penyelesaian tugas, prestasi, otonomi, dan

perkembangan pribadi. Sedangkan imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang berasal

dari luar karyawan, seperti gaji dan tunjangan, interpersonal (status dan pengakuan),

serta promosi (Davis, 2002).

Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa:

“Kebanyakan orang yang bekerja di organisasi melaksanakan pekerjaannya untuk mendapatkan imbalan atas usaha mereka. Imbalan dapat berbentuk intrinsik (internal) atau ekstrinsik (eksternal). Imbalan intrinsik antara lain termasuk pujian yang didapatkan untuk menyelesaikan suatu proyek atau berhasil memenuhi beberapa tujuan kinerja. Imbalan ekstrinsik bersifat terukur, memiliki bentuk imbalan moneter maupun non-moneter”.

Menurut Robbins (2002) sistem imbalan “perlu diperbaiki untuk mendorong

upaya kooperatif bukannya kompetitif”. Karyawan menginginkan sistem penggajian

dan kebijakan promosi yang mereka anggap sejalan dengan harapan mereka. Bila

pembayaran itu kelihatan adil berdasarkan pada permintaan mereka, tingkat

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama
Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel III.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama
Tabel III.3. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2006) Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Cetakan Pertama. Metode

Keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan sasaran sangat ditentukan oleh peran kualitas kinerja manusia sebagai motor penggerak organisasi usaha dan sumber daya

Disiplin kerja merupakan bagian/variabel yang sangat penting dalam pengembangan manajemen sumber daya manusia, karena itu disiplin diperlukan dalam suatu organisasi

Hasil menunjukkan bahwa dalam sebuah perusahaan atau organisasi sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki, selain itu sumber daya

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu sistem untuk mengatur hubungan dan peranan setiap sumber daya yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau

merupakan suatu usaha untuk meningktkan kualitas sumber daya manusia pelatihan merupakan hal yang sangat penting yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau

Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan yang sangat dominan dalam kegiatan perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuan sangat

Keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan sasaran sangat ditentukan oleh peran kualitas kinerja manusia sebagai motor penggerak organisasi usaha dan sumber daya