Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program
Pendidikan Sarjana Keperawatan Di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Untuk Memenuhi Kompetensi Klinik
Jessi Ayumi 101121017
SKRIPSI
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Judul : Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Klinik.
Nama Mahasiswa : Jessi Ayumi
NIM : 101121017
Fakultas : S-1Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2012
Abstrak
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan program akademik. Hal ini akan memicu kesulitan pada mahasiswa keperawatan regular (jalur A) untuk memenuhi standard kompetensi klinik karena sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktik baik di RS maupun di komunitas. Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang keilmuan keperawatan meliputi 22 kompetensi.Penelitian ini bertujuan menggambarkan kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling, melibatkan 53 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Juli 2011.Berdasarkan kompetensi-kompetensi mengenai kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik yang paling tinggi persentasenya adalah menyatakan mahir melakukan yaitu sebanyak 59,3% dengan kompetensi kebutuhan kebersihan diri, menyatakan mampu melakukan tapi belum mahir yaitu sebanyak 59,5% dengan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas, menyatakan mampu melakukan dengan bimbingan yaitu sebanyak 57,5% dengan kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, dan menyatakan belum bisa melakukan yaitu sebanyak 17,6% dengan kompetensi kebutuhan oksigen. Saran yang diberikan untuk fakultas agar dapat mengoptimalkan kegiatan praktikum, sehingga mahasiswa akan mahir melakukan tindakan keperawatan.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Klinik”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian
skripsi ini, sebagai berikut:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan
yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
3. Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I.
4. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II.
5. Siti Saidah S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7. Terima kasih kepada Ayahanda Azhar dan Ibunda Erna tercinta yang selalu
materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk saudara-saudaraku tercinta: Brian Army Kossiga
dan Nadhira Reihani yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.
8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Ela dan Istik yang selalu membantu dan
mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran,dan segala canda tawa kalian semua.
9. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2010, Dimas, Melisa, Nita,
Henny, Astri, Yunita, Maisarah, Lia dan lain-lain yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu
yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Medan, Pebruari 2012
DAFTAR ISI
Judul ... i
Lembar pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
Prakata ... ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Skema ... x
Bab 1. Pendahuluan. ... 1
Latar Belakang ... 1
Pertanyaan Penelitian ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Defenisi Kesiapan ... 5
2. Prinsip-Prinsip Kesiapan ... 6
3. Defenisi Kompetensi ... 6
4. Hakikat Kompetensi ... 8
5. Karakteristik dan Komponen Kompetensi ... 12
2.1 Motif ... 13
2.2 Bawaan ... 13
2.3 Pengetahuan Akademik ... 13
2.4. Keahlian ... 14
6. Klasifikasi Kompetensi ... 19
7. Standar Kompetensi ... 21
Bab 3. KerangkaKonsep ... 23
1. KerangkaKonseptual ... 23
2. DefenisiKonseptualdanOperasional ... 24
Bab 4. MetodologiPenelitian ... 25
1. Desain Penelitian ... 25
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 25
2.1. Populasi ... 25
2.2. Sampel ... 25
2.3. Teknik Sampling ... 26
3. LokasidanWaktu Penelitian ... 26
4. PertimbanganEtik ... 26
5. InstrumenPenelitian ... 27
6. Pengumpulan Data ... 29
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 31
1. Hasil ... 31
1.1 Karakteristik Demografi ... 31
1.2 Kompetensi Klinik ... 33
2. Pembahasan ... 34
2.1 Kompetensi Kebutuhan Oksigen ... 35
2.2 Kompetensi Kebutuhan Nutrisi ... 37
2.3 Kompetensi Kebutuhan Integritas Jaringan ... 39
2.4Kompetensi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ... 41
2.5Kompetensi Kebutuhan Eliminasi... 43
2.6 Kompetensi Kebutuhan Kebersihan Diri ... 45
2.7Kompetensi Kebutuhan Istirahat dan Tidur ... 46
2.8 Kompetensi Kebutuhan Obat-Obatan ... 48
2.9Kompetensi Kebutuhan Sirkulasi ... 49
2.10 Kompetensi Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan ... 50
2.11 Kompetensi Kebutuhan Aktivitas ... 51
2.12 Kompetensi Kebutuhan Psikosial dan Spiritual ... 53
2.13 Kompetensi Kebutuhan Interaksi Sosial ... 55
2.14 Kompetensi Kebutuhan Kehilangan ... 56
2.15 Kompetensi Kebutuhan Seksual ... 57
2.16 Kompetensi Kebutuhan Lingkungan Sehat ... 59
2.17 Kompetensi Kebutuhan Ibu Hamil ... 60
2.18 Kompetensi Kebutuhan Ibu Melahirkan ... 62
2.19 Kompetensi Kebutuhan Bayi Baru Lahir ... 63
2.20 Kompetensi Kebutuhan Posr Partum ... 65
2.21 Kompetensi Kebutuhan Keperawatan Keluarga ... 66
2.22 Kompetensi Kebutuhan Keperawanatan Komunitas ... 67
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 70
1. Kesimpulan ... 70
2. Saran ... 71 DaftarPustaka 71
Lampiran-lampiran
1. Surat Izin Dari Fakultas Keperawatan USU
2. Informed Consent
3. InstrumenPenelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Kompetensi Setiap Level KecakapanBerdasarkan Model Taksonomi Bloom ... 17 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi
Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... 32 Tabel 3 Uraian deskriptif kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester
akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 berdasarkan kebutuhan ... 33 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Oksigen ... 35 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Nutrisi .. 37 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Integritas Jaringan... 39 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ... 41 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Eliminasi ... 43 Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Kebersihan Diri ... 45 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Istirahat dan Tidur ... 46 Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Obat-Obatan ... 47 Tabel 12 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Sirkulasi ... 49 Tabel 13 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan ... 50 Tabel 14 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Tabel 15 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Psikososial dan Spiritual ... 53 Tabel 16 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Interaksi Sosial ... 55 Tabel 17 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Kehilangan ... 56 Tabel 18 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Seksual ... 57 Tabel 19 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Lingkungan Sehat ... 59 Tabel 20 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Ibu Hamil ... 60 Tabel 21 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Ibu Melahirkan ... 62 Tabel 22 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Bayi Baru Lahir ... 63 Tabel 23 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Post Partum ... 65 Tabel 24 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Keperawatan Keluarga ... 66 Tabel 25 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Model Causal Flow Motive, Perilaku, dan Outcome ... 16
Judul : Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Klinik.
Nama Mahasiswa : Jessi Ayumi
NIM : 101121017
Fakultas : S-1Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2012
Abstrak
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan program akademik. Hal ini akan memicu kesulitan pada mahasiswa keperawatan regular (jalur A) untuk memenuhi standard kompetensi klinik karena sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktik baik di RS maupun di komunitas. Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang keilmuan keperawatan meliputi 22 kompetensi.Penelitian ini bertujuan menggambarkan kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling, melibatkan 53 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Juli 2011.Berdasarkan kompetensi-kompetensi mengenai kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik yang paling tinggi persentasenya adalah menyatakan mahir melakukan yaitu sebanyak 59,3% dengan kompetensi kebutuhan kebersihan diri, menyatakan mampu melakukan tapi belum mahir yaitu sebanyak 59,5% dengan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas, menyatakan mampu melakukan dengan bimbingan yaitu sebanyak 57,5% dengan kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, dan menyatakan belum bisa melakukan yaitu sebanyak 17,6% dengan kompetensi kebutuhan oksigen. Saran yang diberikan untuk fakultas agar dapat mengoptimalkan kegiatan praktikum, sehingga mahasiswa akan mahir melakukan tindakan keperawatan.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berkembangnya jumlah institusi pendidikan keperawatan menurut Depkes RI 2001 dalam kurun waktu yang relatif singkat menyebabkan produksi lulusan pun bertambah dengan cepat setiap tahunnya.Namun dari sisi kualitas menurut
berbagai penelitian, pihak pengguna baik organisasi maupun konsumen masih merasakan banyak kekurangan dari kinerja keperawatan yang dinilainya, misalnya
kurangnya kemandirian akuntabilitas dan daya saing serta kompetensi yang belum memenuhi permintaan pelayanan kesehatan yang terus berkembang.Hal ini dinilai erat kaitannya dengan sistem pendidikan keperawatan yang ada pada saat ini
(Sumijatun, 2010).
Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan sangat mendukung
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Perawat adalah salah satu profesi kesehatan yang sangat berkompeten dalam peningkatan pelayanan kesehatan.Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan
intelektual, interpersonal, kemampuan teknis dan moral. Untuk memperoleh tenaga keperawatan tersebut, diperlukan proses pembelajaran baik di institusi
pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan komunitas. Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawat profesional. Proses pendidikan ini dilaksanakan
tahap profesi di Indonesia dikenal dengan pengajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan
ilmu yang dipelajari di kelas (pada tahap akademik) ke praktek klinik (Nursalam, 2008).
Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan program akademik.Pada program profesi pembelajarannya lebih ditekankan pada pelaksanaan praktek klinik baik di tatanan
klinik maupun komunitas.Mahasiswa program ners tidak saja berasal dari mahasiswa regular (jalur A), namun juga dari para mahasiswa yang sudah bekerja
di institusi pendidikan maupun pelayanan dan mereka merupakan lulusan D3 Keperawatan (jalur B).
Karateristik yang beragam tersebut memungkinkan akan memicu kesulitan
terutama pada mahasiswa keperawatan regular. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa jalur A sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktik baik
di RS maupun di komunitas. Mahasiswa menghadapi peristiwa-peristiwa yang di luar pekiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata di klinik seperti respon pasien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah, dan adanya
kesenjangan antara teori dengan praktek (Finn, Thorburn, & King, 2000 dalam Syahreni, 2005).
Penyebab masalah tersebut sangat bervariasi diantaranya karena mahasiswa regular baru pertama kali menghadapi pembelajaran klinik, pemahaman mahasiswa yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru dan
yang memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta keharusan bertanggung jawab pada perawat ruangan. Mahasiswa regular yang belum memiliki gambaran
tentang realitas di lahan praktek menyebabkan mahasiswa merasa kesulitan ketika berhadapan dengan pasien, prosedur perawatan, dan keterbatasan mahasiswa di
lahan praktek.Untuk itu, diperlukan kompetensi bagi mahasiswa regular agar merasa lebih siap di lahan praktek.
Menurut (Nursalam, 2008) salah satu tujuan utama dari adanya standar
kompetensi tersebut adalah mempersiapkan perawat profesional yang kompeten secara intelektual, memiliki tanggung jawab sosial serta bersahabat dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan/keperawatan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh sebab itu, standar kompetensi profesi lebih berorientasi kepada kualitas kerja sehingga setidaknya menggambarkan kinerja seperti apa
yang diharapkan dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kompetensi tersebut.
Data pendahuluan yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan
beberapa orang mahasiswa jalur A semester akhir Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, didapatkan bahwa mereka belum siap untuk melakukan praktek di
klinik karena ketidaksiapan menghadapi pasien yang sebenarnya, takut tidak dapat
mengaplikasikan keterampilan yang telah diterima selama masa pendidikan, dan tidak
adanya pengalaman yang menjadi panduan bagi mereka. Sehingga peneliti ingin
melakukan penelitian bagaimana kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir
2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program
Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik?
3. Tujuan Penelitian
Menggambarkan kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktik dan teoritis sebagai berikut:
a) Institusi Pendidikan
Data dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana
Keperawatan Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik. b) Pelayanan Kesehatan
Sebagai masukan yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya di bidang kompetensi keperawatan dalam sistem pendidikan.
c) Manfaat untuk peneliti
Untuk menambah pemahaman peneliti tentang kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Tahun 2011 untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah Preparedness to
respond or react. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap
suatu situasi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu:
a) Kondisi fisik, mental, dan emosional.
b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan.
c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
Ketiga aspek tersebut (yang dimiliki seseorang) akan mempengaruhinya dan memenuhi/berbuat sesuatu atau jadi kecenderungan untuk berbuat sesuatu.
Dalam kondisi fisik tersebut tidak termasuk kematangan, walau kematangan termasuk kondisi fisik.Kondisi fisik yang dimaksud misal kondisi fisik yang
dengan motif (insentif positif, insentif negatif, hadiah, hukuman) dan itu akan berpengaruh terhadap kesiapan.
2. Prinsip-prinsip Kesiapan
1) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh
mempengaruhi).
2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat
dari pengalaman.
3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kesiapan.
4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu
selama masa pembentukan dalam masa perkembangan (Slameto, 2003).
3. Defenisi Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif, atau berpenampilan superior di tempat kerja pada situasi tertentu.
1. Karakteristik dasar yang dimaksud adalah bahwa kompetensi harus
bersifat mendasar dan mencakup kepribadian seseorang (personality) serta
dapat memprediksikan sikap seseorang pada situasi tertentu yang sangat bervariasi pada aktivitas pekerjaan tertentu.
2. Hubungan kausal berarti bahwa kompetensi dapat menyebabkan atau
3. Kriteria yang dijadikan acuan berarti bahwa kompetensi secara nyata akan memprediksi seseorang yang bekerja dengan baik atau buruk yang sesuai
dengan kriteria spesifik atau standar (Nursalam, 2008).
Kompetensi merupakan kemampuan individual yang dibutuhkan untuk
mengerjakan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan (Maryam, 2007).
Sedangkan menurut Kepmendiknas 045/U/2002 kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.“Empat Pilar” (The Four Pillars of
UNESCO) yang mendasari Kepmendiknas No.232/U/2000 adalah seseorang yang
kompeten harus dapat memenuhi persyaratan landasan kemampuan
pengembangan kepribadian (Nursalam, 2008).
1. Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know
why).
2. Kemampuan bekerja (know to do).
3. Kemampuan menyikapi dan berprilaku dalam berkarya, sehingga memiliki
kemandirian dalam menilai dan mengambil keputusan dengan penuh
tanggung jawab (to be).
4. Kemampuan bekerja sama dalam hidup bermasyarakat dengan saling
menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (to live
4. Hakikat Kompetensi
Menurut Palan (2007:5) terdapat dua istilah yang muncul dalam pekerjaan,
yaitu istilah competency ‘kompetensi’ dan competence ‘kecakapan’.Istilah itu
muncul dari dua aliran pemikiran yang berbeda tentang konsep kesesuaian dalam
pekerjaan.Syaiful F. Prihadi (2004:83) mengatakan bahwa kedua istilah ini dapat
dipertukarkan.Ia merujuk pada istilah yang ada di dalam kamus bahasa, yakni “an
ability to do something or for a task”. Dalam hubungan dengan itu, Syaiful F.
Prihadi mengatakan bahwa seseorang mempunyai kompetensi untuk mengelola pekerjaan. Secara lebih spesifik ia mengatakan bahwa seseorang itu mempunyai
kompetensi untuk merencanakan serangkaian aktivitas untuk mencapai target. Disini menurutnya, kompetensi merujuk pada kemampuan secara umum untuk
menjalankan sebuah job (Fuad, 2009).
Kompetensi (competency) didefenisikan oleh Palan (2007:5-6) sebagai
deskripsi mengenai perilaku.Secara lebih terperinci deskripsi itu merujuk kepada
karakteristik yang mendasari pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan, atau keahlian.Semua itu hanya dibawa atau dimiliki oleh seseorang
yang berkinerja unggul (superior performer) di tempat kerja.Kemudian,
kecakapan (competence) didefenisikan sebagai deskripsi tugas atau hasil
pekerjaan.Kecakapan tersebut diartikan sebagai keahlian individual yang
ditunjukkan oleh seseorang dalam menghasilkan sebuah produk atau jasa yang sesuai dengan standar yang diharuskan.Dalam konteks tertentu, kecakapan juga merupakan kemampuan untuk mentansfer pengetahuan dan kemampuan tersebut
Sementara itu, menurut Spencer & Spencer sebagaimana diungkapkan
Ruky (2003:104) kompetensi merupakan “an underlying characteristic of an
individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or
superior performance in a job or situation” (karakteritik dasar seseorang yang
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri amnesia) (Fuad, 2009).
Watson Wyatt (dalam Ruky, 2003:106) selanjutnya mendefenisikan
competency sebagai kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan
(knowledge), dan perilaku (attitude) (Fuad, 2009).
Berger & Berger (2007:82) mendefenisikan kompetensi sebagai karakteristik (kombinasi beberapa karakteristik) yang dapat diukur secara andal
dan relatif bertahan lama (stabil) yang dimiliki seseorang, tim, atau organisasi. Secara statistik “kompetensi” dapat memprediksi kriteria (ukuran) tingkat kinerja
(Fuad, 2009).
Yang dimaksud dengan “dapat diukur secara andal” adalah dua atau lebih pengamatan atau metode (tes atau survey) secara statistik sepakat (berkorelasi
tinggi), bahwa seseorang mendemonstrasikan kompetensi tertentu.Keandalan atau
reliabilitas antarpenilai (rater) penting untuk memastikan bahwa hasil ukuran
Beberapa pengertian kompetensi menurut Hadari Nawawi (2006:169-170) yang berdasarkan analisisnya terhadap beberapa kajian konseptual mengenai
kompetensi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kompetensi secara umum adalah unjuk kerja atau kinerja maksimum
sebagai standar kualifikasi atau standar kompetensi dalam proses pelaksanaan suatu pekerjaan/jabatan.
b. Kompetensi tradisional yang dinyatakan di dalam ijazah atau transkip yang
dimilikinya sebagai jaminan bahwa pemiliknya sudah mempelajari dan memiliki pengetahuan/keahlian dalam bidang kerja/jabatan tertentu.
Kompetensi tradisional yang berupa ijazah/transkip sekaligus menjadi bukti secara formal kewenangannya dalam melaksanakan suatu bidang kerja tertentu.
c. Kompetensi individual adalah kemampuan nyata dalam merealisasi
kompetensi yang telah dipelajari sebagaimana dinyatakan di dalam ijazah
atau transkip dari lembaga pendidikan atau pelatihan yang sama. Kompetensi individual inilah yang memungkinkan seseorang sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaan/jabatannya.
d. Kompetensi vokasional berarti kemampuan kerja yang
dituntut/dipersyaratkan oleh suatu pekerjaan/jabatan pada pekerja yang
mampu melaksanakan proses kerja secara benar sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan oleh pekerjaan atau jabatannya (Fuad, 2009).
Di samping beberapa uraian tersebut, Hadari Nawawi (2006:171) juga membuat beberapa simpulan perihal kompetensi yang merujuk pada uraian
kompetensi di atas, yakni sebagai berikut:
a. Kompetensi bukan sekedar kinerja (performance) atau untuk kerja, tetapi
juga merupakan kualifikasi pekerjaan/jabatan yang harus dipenuhi dalam
bekerja.
b. Kompetensi bukan merupakan sifat (bawaan/bakat) atau karakteristik
kepribadian.
c. Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan, yang
diantaranya memiliki hubungan yang erat dengan beberapa
sifat/karakteristik kepribadian, seperti percaya diri, loyalitas, kejujuran, kraetivitas, inovatif, orientasi pada hasil, pemecahan masalah, dan
keterbukaan (Fuad, 2009).
Keterampilan (skills) secara lebih luas diartikan oleh Ivancevich (1999:32)
sebagai kemampuan atau kemahiran di dalam melaksanakan tugas khusus.
Keterampilan Membina Hubungan (Human Relation Skills) merupakan
kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, dalam melaksanakan
pekerjaan secara bersama. Keterampilan berkomunikasi untuk melaksanakan pekerjaan, dan saling memahami bahwa mereka adalah bagian yang sangat
penting dari tim kerja. Covey dalam bukunya The Seven Habits (1989:47)
(knowledge), keterampilan (skills), dan keinginan (desire). Menurutnya, pengetahuan merupakan paradigma teoritis yang menggambarkan apa yang harus
dilakukan (what to do) dan mengapa harus dilakukan. Sementara keterampilan
(skills) adalah bagaimana cara melakukan (how to do). Kemudian, keinginan
(desire) merupakan motivasi atau apa yang ingin dilakukan (Fuad, 2009).
Kompetensi menurut Badan Nasional Sertifikasi Profesi adalah suatu kemampuan menguasai dan menerapkan pengatahuan, keterampilan/keahlian, dan
sikap kerja tertentu di tempat kerja sesuai dengan kinerja yang dipersyaratkan (Fuad, 2009).
Berdasarkan uraian tentang hakikat kompetensi di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas.Kemampuan itu merujuk pada beberapa karakteristik, baik yang bersifat
dasar, perilaku, keterampilan, maupun pengetahuan dengan tingkat kemampuan (level of proficiency) yang dapat berubah-ubah.Perubahan tersebut bergantung
pada seberapa jauh keterampilan, perilaku, dan pengetahuan tersebut diasah. Apabila seseorang yang sudah menguasai standar kompetensi hingga tingkatan yang tinggi secara terus-menerus, ia sudah masuk ke dalam kategori orang yang
berkompetensi di bidang tugas tersebut (Fuad, 2009).
2. Karakteristik dan Komponen Kompetensi
2.1. Motif
Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan
oleh seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau tujuan
sehingga lain dari yang lain. 2.2 Bawaan
Bawaan dapat berupa karakteristik fisik atau kebiasaan seseorang dalam
merespon suatu situasi atau informasi tertentu.Contoh kompetensi bawaan adalah bertindak cepat dan tepat yang diperlukan oleh perawat
gawat darurat.Pengendalian emosi diri dan inisiatif yang tinggi merupakan kebiasaan merespon yang baik untuk perawat jiwa.
2.3. Pengetahuan Akademik
Perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik.Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.Skor pada tes pengetahuan sering
kali kurang bermanfaat untuk memprediksi kinerja seseorang di tempatnya bekerja karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan
akan dapat memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan di bawah
ini:
• Pengukuran test pengetahuan lebih banyak menghafal jika yang
mengenai fakta yang relevan terhadap masalah spesifik dan pengetahuan tentang sumber informasi dimana mencarinya ketika
diperlukan.
• Tes pengetahuan bergantung pada situasi responden. Tes tersebut
mengukur kemampuan untuk memilih alternatif pilihan yang merupakan respon yang benar dan bukan untuk mengukur apakah
seseorang dapat bereaksi sesuai dengan pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar.
2.4. Keahlian
Keahlian (skill) kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan
mental.Kompetensi keahlian mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh serta mengorganisasi data dan rencana) juga pemikiran
konseptual (pengenalan pola data yang kompleks) (Nursalam, 2008). Spencer & Spencer (1993:11) mengutarakan beberapa jenis karakteristik
yang membentuk sebuah kompetensi, yakni sebagai berikut:
a. Motives
Motives merupakan konsisten berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan
atau dikehendaki oleh seseorang sehingga menyebabkan suatu kejadian.Motif tingkah laku dapat dijabarkan dengan istilah tertentu,
b. Traits
Traits adalah karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap
informasi atau situasi tertentu. c. Self Concept
Self concept merupakan sikap, nilai, atau imajinasi seseorang.
d. Knowledge
Knowledge merupakan informasi seseorang dalam lingkup
tertentu.Komponen kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge
test sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan
dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan.
e. Skills
Skills merupakan kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau
mental tertentu (Fuad, 2009).
Terkait dengan hal tersebut, Syaiful F. Prihadi (2004:96) mengemukakan
bahwa kompetensi-kompetensi motive, trait, dan self concept memprediksikan
tindakan-tindakan perilaku keterampilan. Pada gilirannya kompetensi-kompetensi
itu akan memprediksikan outcomes kinerja, model causal flow motives/traits,
“Intent” “Action” “Outcome”
Motive, Trait, Self-Concept, Knowledge
Skema 1
Model Causal Flow Motive, Perilaku, dan Outcome Sumber: Syaiful F. Prihadi (2004:96)
Kompetensi selalu bermuatan intensi/maksud, yang merupakan force
motive atau trait yang menyebabkan action menuju sebuah outcome. Prihadi (2004:07) mencontohkan bahwa kompetensi pengetahuan dan keterampilan selalu
mencakapi pengetahuan motive, trait, atau self-concept yang memberikan drives
untuk knowledge. Keterampilan itu harus digunakan.Perilaku tanpa intense tidak
didefenisikan sebuah kompetensi.Perilaku mencakupi pikiran, saat berpikir
mendahului dan memprediksi perilaku.Contohnya adalah motives (yakni berpikir
mengenai mengerjakan sesuatu dengan lebih baik), pikiran-pikiran perencanaan,
atau problem solving (Fuad, 2009).
Secara lebih elaboratif, Moore dalam Rosyada (2004:140) menyusun level kecakapan beserta indikator kecakapan itu masing-masing berdasarkan model
taksonomi Bloom yang membagi level kecakapan berdasarkan tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik (Fuad, 2009).
Job Performance Behavior
Tabel 1
Indikator Kompetensi Setiap Level Kecakapan Berdasarkan Model Taksonomi Bloom
No Ranah Level Kecakapan Indikator Kecakapan
1. Kognitif Pengetahuan
(Knowledge); menamai, dan menggambarkan. Pemahaman
(Comprehension)
Menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasikan, menguraikan (dengan kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan (diantara dua), mempertahankan,
menyimpulkan, berpendapat, dan menjelaskan. mempersiapkan, dan menghitung. Kemampuan
Menguraikan (Analysis)
Menguraikan satuan menjadi unit-unit terpisah, membagi satuan menjadi bagian-bagian,
membedakan antara dua yang sama, dan memilih.
Unifikasi (Synthesis) Merancang, merumuskan,
mengorganisasikan, mengkomplikasikan,
mengkomposisikan, membuat hipotesa, dan merencanakan.
Menilai (Evaluation) Mengkritisi, menginterpretasi, dan
memberikan penilaian.
2. Afektif Penerimaan
(Receiving)
Tanggapan (Responding)
Mengkonfirmasi, memberi jawaban, membaca (pesan-pesan), membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
Penanaman Nilai (Valuing)
Menginisiasi, mengundang (orang untuk terlibat), terlibat,
mengusulkan, dan melakukan. Pengorganisasian
Nilai-Nilai (Organization)
Memverifikasikan nilai-nilai, menetapkan beberapa pilihan nilai, mensintesiskan (antarnilai),
mengintegrasikan (antarnilai), menghubungkan (antarnilai), mempengaruhi (kehidupan dengan nilai-nilai).
Karakteristik Kehidupan
(Characterization)
Menggunakan nilai-nilai sebagai
pandangan hidup (worldview), serta
mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.
3. Psikomotorik Memperhatikan
(Observing)
Mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada sebuah artikulasi
Peniruan (Imitation) Melatih, mengubah sebuah bentuk,
membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan sebuah konstruk, atau model.
Pembiasaan (Practising)
Membiasakan sebuah model atau perilaku yang sudah dibentuknya, serta mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
Penyesuaian (Adapting)
Menyesuaikan model, membenarkan sebuah model untuk dikembangkan, dan menyelaraskan model pada kenyataan.
model kurikulum berbasis kompetensi. Satu hal yang harus dipahami bahwa pendekatan model level kecakapan sebagaimana model yang dikembangkan oleh
Moore mempunyai suatu asumsi. Moore berasumsi bahwa apabila suatu tahapan indikator kompetensi pada suatu ranah sudah tercapai, tahapan indikator di
bawahnya dianggap sudah dikuasai (Fuad, 2009).
Sebagai contoh, apabila terdapat seorang karyawan yang memiliki level
kecakapan hingga mampu membuar analisis (analysis) terhadap permasalahan di
tempat kerja beserta cara penanggulangannya, karyawan tersebut dianggap sudah
menguasai kecakapan yang ada di bawahnya, yakni pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), dan penerapan ide (application) (Fuad, 2009).
3. Klasifikasi Kompetensi
Secara teoritis, terdapat beberapa jenis kompetensi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.Prihadi (2004:115) misalnya mengklasifikasikan jenis kompetensi
berdasarkan kluster (competency cluster). Kluster kompetensi merupakan sebuah
himpunan dimensi kompetensi yang saling berkaitan erat, lazimnya tiga hingga lima dimensi per kelompok. Kebanyakan model kompetensi mempunyai
kelompok-kelompok kompetensi yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu di antaranya sebagai berikut:
a. Berpikir, misalnya analisis, sintesis, dan memutuskan.
b. Bertindak, misalnya mencapai hasil.
Badan Nasional Sertifikasi Profesi mengklarifikasikan jenis kompetensi ke dalam tiga bagian utama, yakni sebagai berikut:
a. Kompetensi Spiritual, adalah kompetensi yang:
1) Terkait dengan nilai-nilai spiritual yang bersumber dari agama dan
kepercayaan dalam kaitannya dengan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk etos kerja, dedikasi, dan
disiplin kerja.
b. Kompetensi Sosial, adalah kompetensi yang:
1) Terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dan tuntutan kebutuhan
hidup bermasyarakat sebagai makhluk sosial.
2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan bekerja sama,
bergaul, berkomunikasi, berkoordinasi, dan mengapresiasi pendapat orang lain.
c. Kompetensi Teknikal/Subtansial, adalah kompetensi yang:
1) Terkait dengan penguasaan dan penerapan IPTEK di bidangnya.
2) Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan teknik
4. Standar Kompentensi
Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan dan kinerja
minimal yang harus dicapai pada satu kompetensi tertentu, yang di antaranya meliputi:
a. Apa yang diharapkan dapat dikerjakan oleh seseorang.
b. Seberapa jauh kinerja yang diharapkan tersebut dapat dicapai oleh
seseorang.
c. Bagaimana mengukur/membuktikan bahwa seseorang telah mencapai
kinerja yang diharapkan (Fuad, 2009).
Standar kompetensi menjelaskan kompetensi yang dibutuhkan untuk kinerja yang efektif. Standar kompetensi berperan sebagai patokan bagi pengujian, serta memiliki format yang baku, serta judul unit, uraian unit, elemen kompetensi,
kinerja untuk kerja, ruang lingkup, dan petunjuk bukti (Fuad, 2009).
Menurut (Sumijatun, 2010) kompetensi yang akan dicantumkan dalam
setiap pendidikan keperawatan merupakan kompetensi mandiri dimana perawat tersebut mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan. Pada situasi tertentu perawat dapat melakukan tindakan yang bukan merupakan kompetensi dan
kewenangannya dengan bimbingan penuh atau terbatas oleh perawat yang mempunyai kompetensi lebih tinggi dan memiliki kewenangan untuk tindakan
Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang garapan keilmuan keperawatan
yaitu meliputi kompetensi kebutuhan oksigen, kompetensi kebutuhan nutrisi, kompetensi kebutuhan integritas jaringan, kompetensi kebutuhan cairan dan
elektrolit, kompetensi kebutuhan eliminasi, kompetensi kebutuhan kebersihan diri, kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur, kompetensi kebutuhan obat-obatan, kompetensi kebutuhan sirkulasi, kompetensi kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kompetensi kebutuhan aktivitas, kompetensi kebutuhan psikososial dan spiritual, kompetensi kebutuhan interaksi sosial, kompetensi kebutuhan
kehilangan, kompetensi kebutuhan seksual, kompetensi kebutuhan lingkungan sehat, kompetensi kebutuhan ibu hamil, kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, kompetensi kebutuhan bayi baru lahir, kompetensi kebutuhan post partum,
BAB III
KERANGKA KONSEP
1. KERANGKA KOSEPTUAL
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut :
Skema 2
Standar Kompetensi Klinis Berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia Berdasarkan Kebutuha Dasar Manusia
Sumber:Sri Praptianingsih, 2006. Kompetensi Kebutuhan:
- Oksigen
- Nutrisi
- Integritas Jaringan
- Cairan dan Elektrolit
- Eliminasi
- Kebersihan Diri
- Istirahat dan Tidur
- Obat-Obatan
- Sirkulasi
- Keamanan dan
Keselamatan
- Aktivitas
- Psikososial dan Spiritual
- Interaksi Sosial
- Kehilangan
- Seksual
- Lingkungan Sehat
- Ibu Hamil
- Ibu Melahirkan
- Bayi Baru Lahir
- Post Partum
- Keperawatan Keluarga
- Keperawatan Komunitas
2. DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
1. Kompetensi Kemampuan
mahasiswa
Wawancara Kuesioner Nominal - Mampu
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat suatu gambaran tentang suatu keadaan objektif. Yang bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan
mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi
standar kompetensi klinik.
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana yang akan mengikuti program pendidikan ners. Dan dari data yang diperoleh
jumlah mahasiswa jalur A yang ada di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 adalah 58 orang, tapi yang akan mengikuti
Program Profesi Ners hanya 53 orang saja. 2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
semester akhir program pendidikan sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan mengikuti Program Profesi Ners
sebanyak 53 orang. 2.3 Teknik Sampling
Jumlah mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan mengikuti Program Profesi Ners adalah 53 orang, maka teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling. Dimana total
sampling adalah jumlah populasi di bawah 100 orang maka semuanya
dijadikan responden (Arikunto, 2006).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Lokasi tersebut dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian dan
jumlah sampel yang memadai. Sehingga dapat menggambarkan kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Pogram Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi standar
kompetensi klinik. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan
mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi mahasiswa yang menjadi responden, baik resiko
fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat
dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti berdasarkan studi literatur.Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner pertama mengenai data demografi dan kuesioner kedua mengenai pernyataan tentang
kompetensi-kompetensi klinik.
Kuesioner yang pertama berisi data demografi yang terdiri dari nama
(inisial), kelas, jenis kelamin, umur, tempat timggal, posisi di keluarga dan status. Data karakteristik demografi ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis terhadap kesiapan
mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi
standar kompetensi klinik.
Kuesioner yang kedua berisi pernyataan yang terdiri dari 301 pernyataan. Pernyataan no 1-25 mengenai kompetensi kebutuhan oksigen, pernyataan 26-43
kebutuhan integritas jaringan, pernyataan 60-71 mengenai kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit, pernyataan 72-97 mengenai kompetensi kebutuhan eliminasi,
pernyataan 98-111 mengenai kompetensi kebutuhan kebersihan diri, pernyataan 112-117 mengenai kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur, pernyataan 118-132
mengenai kompetensi kebutuhan obat-obatan, pernyataan 133-145 mengenai kompetensi kebutuhan sirkulasi, pernyataan 146-153 mengenai kompetensi kebutuhan keamanan dan keselamatan, pernyataan 154-168 mengenai kompetensi
kebutuhan aktivitas, pernyataan 169-183 mengenai kompetensi kebutuhan psikososial dan spiritual, pernyataan 184-201 mengenai kompetensi kebutuhan
interaksi sosial, pernyataan 202-207 mengenai kompetensi kebutuhan kehilangan, pernyataan 208-216 mengenai kompetensi kebutuhan seksual, pernyataan 217-224 mengenai kompetensi kebutuhan lingkungan sehat, pernyataan 225-239 mengenai
kompetensi kebutuhan ibu hamil, pernyataan 240-257 mengenai kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, pernyataan 258-270 mengenai kompetensi kebutuhan
bayi baru lahir, pernyataan 271-282 mengenai kompetensi kebutuhan post partum, pernyataan 283-290 mengenai kompetensi kebutuhan keperawatan keluarga, dan pernyataan 291-301 mengenai kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas.
Kuesioner ini menggunakan skala Likert Dengan pilihan jawaban mampu melakukan dengan mahir, mampu melakukan tapi belum mahir, mampu
melakukan dengan bimbingan, belum bisa melakukan/tidak bisa untuk melihat kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan dalam memenuhi standar kompetensi klinik. Berdasarkan pilihan
mahir diberikan nilai 4, bila jawaban mampu melakukan tapi belum mahir diberikan nilai 3, bila jawaban mampu melakukan dengan bimbingan diberikan
nilai 2, bila jawaban belum bisa melakukan/tidak bisa diberikan nilai 1.
6. Pengumpulan Data
Prosedur pengambilan data yang digunakan dengan cara:
1. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi
Fakultas Keperawatan USU.
2. Setelah mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data
penelitian.
3. Menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat
penelitian, lalu meminta persetujuan calon responden untuk menjadi
responden dengan menandatangani inform consent.
4. Beberapa responden mengisi kuesioner pada hari tersebut, namun
beberapa responden lagi membawa pulang kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
5. Sewaktu pengisian kuesioner, responden dibantu oleh peneliti apabila ada
pernyataan dari kuesioner yang tidak dimengerti oleh responden, maka responden akan berdiskusi dengan peneliti.
6. Sebagian kuesioner yang telah selesai diisi oleh responden pada hari itu
diambil langsung oleh peneliti, lalu keesokan harinya peneliti akan mengambil secara langsung sebagian kuesioner yang dibawa pulang oleh
7. Semua data yang telah terkumpul kemudian diolah/dianalisa.
7. Analisa Data
Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan yang
pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta
memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu
member kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah
mengadakan tabulasi dan analisa data (bertujuan untuk mengelompokkan data
berdasarkan kriteria sampelnya masing-masing), tahap ketiga processing yaitu
memasukkan data dari lembar kuesioner ke dalam program komputer, tahap
keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu menganalisa
data secara deskriptif.
Hasil pegolahan data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase dengan menggunakan teknik komputerisasi untuk menampilkan hasil dari data yang telah terkumpul dari masing-masing kompetensi yang menggambarkan kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian kesiapan mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar
kompetensi klinikyang diperoleh melalui proses pengumpulan data terhadap 53 responden yang dilakukan sejak bulan Juli 2011.
1.1Karakteristik Demografi
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan
mencakup kelas, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, dan posisi di keluarga. Dari data yang diperoleh (tabel 1) menunjukkan 53 responden (100%) adalah kelas A,
sebanyak 48 responden (90,6%) adalah perempuan, responden yang berumur dewasa muda sebanyak 53 responden (100%),responden yang tinggal di rumah kos ada 26 responden (49,1%), berdasarkan posisi keluarga diperoleh 24
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 (n=53)
Data Demografi Responden Frekuensi (F) Persentase (%) Kelas
A 53 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 5 9,4
Perempuan 48 90,6
Umur
Dewasa Muda 53 100
Tempat Tinggal
Orang Tua 21 39,6
Saudara 6 11,3
Kos 26 49,1
Posisi di Keluarga
Sulung 15 28,3
Tengah 24 45,3
Bungsu 14 26,4
Status
1.1Kompetensi Klinik
Tabel 3 Uraian deskriptif kesiapan mahasiswa regular (jalur A) semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 berdasarkan kebutuhan.
No Kompetensi klinis
12. Psikososial dan Spiritual
16. Lingkungan sehat
9.38 17.7 21.63 40.8 20.50 38.7 1.50 2.8
18. Ibu melahirkan 2.56 4.9 13.33 25.4 30.17 57.5 6.39 12.2
19. Bayi baru lahir 5.54 10.4 27.46 51.8 17.69 33.4 2.31 4.4
21. Keperawatan keluarga
6.50 12.3 8.25 53.3 16.38 30.9 1.88 3.5
22. Keperawatan Komunitas
Berdasarkan semua kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Tahun 2011 untuk memenuhi standar kompetensi klinik menyatakan mahir melakukan yaitu sebanyak 59,3% dengan kompetensi
kebutuhan kebersihan diri, mampu melakukan tapi belum mahir yaitu sebanyak 59,5% dengan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas, mampu melakukan dengan bimbingan yaitu sebanyak 57,5% dengan kompetensi kebutuhan ibu
melahirkan, dan belum bisa melakukan yaitu sebanyak 17,6% dengan kompetensi kebutuhan oksigen.
2. Pembahasan
Dalam penelitian ini, desain deskriptif digunakan dengan tujuan untuk
menggambarkan kompetensi mahasiswa jalur A semester akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara dan 53 responden terlibat dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini, penilaian kompetensi mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan dilihat dari 22 atribut yang
digunakan berdasarkan tindakan klinis kebutuhan dasar manusia oleh PPNI, yaitu meliputi kebutuhan oksigen, kebutuhan nutrisi, kebutuhan integritas jaringan,
kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan eliminasi, kebutuhan kebersihan diri, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan obat-obatan, kebutuhan sirkulasi, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan aktivitas, kebutuhan psikososial
seksual, kebutuhan lingkungan sehat, kebutuhan ibu hamil, kebutuhan ibu melahirkan, kebutuhan bayi baru lahir, kebutuhan post partum, kebutuhan
keperawatan keluarga, dan kebutuhan keperawatan komunitas.
2.1 Kompetensi Kebutuhan Oksigen
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
No Tindakan Mampu
oksigen pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 23,52 (44,7) yaitu untuk tindakan melakukan
perawatan WSD (Water Sealed Drainage), pemberian O2 dengan tube kanule,
pemberian O2 dengan inhalasi, menyiapkan specimen sputum, menyiapkan
specimen analisis gas darah, menyiapkan specimen feses, melaksanakan
manajemen ventilator, melaksanakan pengisapan lendir (suction oropharingeal,
rongga nasopharyngeal), perawatan tracheostomy, menilai kapiler refill,
melaksanakan manajemen klien tersedak, melaksanakan teknik hemlick
maneuver, monitor Intermitten Pressure Pulmonal Breathing, Bronchial Washing
pada klien ETT, melakukan perawatan pre operatif pada kasus pembedahan, melakukan perawatan intra operatif pada kasus pembedahan, melakukan perawatan post operatif pada kasus pembedahan, melakukan pemeriksaan
kesadaran pada kebutuhan O2 dan minoritas mampu dengan mahir dengan
rata-rata 4,60 (8,7) yaitu untuk tindakan membantu pernafasan dalam dan batuk.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam memenuhi kompetensi klinik kebutuhan oksigen. Kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan paling dasar dalam kehidupan manusia. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya adalah kematian.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus tepat karena dapat mempengaruhi pasien secara langsung. Mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan belum memiliki pengalaman ataupun pengamatan
mahasiswa masih memerlukan bimbingan untuk melakukan tindakan-tindakan keperawatan kebutuhan oksigen.
2.2 Kompetensi Kebutuhan Nutrisi
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Nutrisi
No Tindakan Mampu
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan nutrisi
pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 23,52 (44,7) yaitu untuk tindakan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kalori harian, mencabut NGT, memberi makan/minum
yeyenum, melakukan perawatan pre operatif sistem saluran pencernaan, melakukan perawatan intra operatif sistem pencernaan, melakukan perawatan post
operatif sistem pencernaan, memberikan nutrisi parenteral sesuai program medis dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 6,56 (12,4) yaitu sebagian
mahasiswa untuk tindakan memberi makan melalui gastro dan yeyenum, melakukan perawatan intra operatif sistem pencernaan, melakukan perawatan post operatif sistem pencernaan.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam
memenuhi kompetensi klinik kebutuhan nutrisi. Salah satu yang mempengaruhi status kesehatan pasien adalah status nutrisi. Pemberian nutrisi pada pasien tidak boleh sembarangan dan harus diperhitungkan kadar nutrisi yang dibutuhkan
pasien. Mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan yang belum memiliki pengalaman ataupun pengamatan secara
2.3 Kompetensi Kebutuhan Integritas Jaringan
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Integritas Jaringan
No Tindakan Mampu
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir
program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan integritas jaringan pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 28,06 (52,9) yaitu untuk tindakan
membalut luka (dengan verband dan elastic verband), irigasi luka/drainage,
membuang jaringan mati, melakukan perawatan drainage luka, melakukan
perawatan gips, memasang bidai, melakukan pertolongan pertama pada luka, melakukan perawatan luka bakar, menjahit luka (pada keadaan emergency), mengangkat jahitan, melakukan perawatan preoperatif sistem integument,
operatif sistem integument dan minoritas mampu melakukan dengan mahir dengan rata-rata 2,75 (5,2) yaitu untuk tindakan melakukan tindakan membalut
luka (dengan verband dan elastic verband).
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester
akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam memenuhi kompetensi klinik kebutuhan integritas jaringan. Tindakan dalam kompetensi kebutuhan integritas jaringan membutuhkan tekhnik steril, mencegah
terjadinya infeksi dan membutuhkan keterampilan khusus seperti tindakan menjahit luka. Bagi mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana
keperawatan yang mayoritasnya belum pernah melakukan tindakan-tindakan kebutuhan integritas jaringan secara langsung kepada pasien masih membutuhkan bimbingan untuk melakukannya. Menurut saya perlu dilakukan latihan yang rutin
untuk memperlancar keterampilan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan integritas jaringan, karena semakin sering dilakukannya tindakan maka semakin
2.4 Kompetensi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir
program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 21,50 (40,0) yaitu untuk tindakan
melaksanakan pemasangan infus sesuai program medis, mengganti balutan infus, melaksanakan transfusi darah sesuai program medis, memberikan nutrisi
parenteral, memberikan nutrisi melalui central, menentukan status hidrasi, mengobservasi status asam basa, irigasi lambung, mengukur intake dan output cairan dan elektrolit dan minoritas mampu melakukan dengan mahir dengan
rata-rata 5,42 (10,1) yaitu untuk tindakan memonitor infus yang terpasang, memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang keseimbangan cairan dan
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam
memenuhi kompetensi klinik kebutuhan cairan dan elektrolit. Mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan belum
memiliki pengalaman dan belum pernah menghadapi secara langsung merawat pasien yang mengalami masalah kesehatan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit, seperti belum terbiasanya mereka dalam pemasangan infus, irigasi
lambung maupun melakukan transfusi darah sehingga mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih memerlukan bimbingan
2.5 Kompetensi Kebutuhan Eliminasi
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Eliminasi
No Tindakan Mampu
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir
program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan eliminasi pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 20,38 (38,4) yaitu untuk tindakan membantu
huknah tinggi/rendah, mengeluarkan fecal secara manual, bowel training, penyuluhan kesehatan tentang masalah eliminasi bowel, membantu buang air
kecil di tempat tidur/kamar mandi, merawat kateter urin, bladder training,
menyiapkan specimen urin untuk pemeriksaan lab, kegel’s exercise, melakukan
penyuluhan kesehatan pada kebutuhan eliminasi urin, melakukan spulling pada
klien terpasang kateter dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 6,00 (11,3) yaitu untuk tindakan perawatan pre sistostomi, perawatan post sistostomi,
melakukan perawatan intra operatif sistem perkemihan, dan melakukan perawatan urostoma.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mampu melakukan telah yakin walaupun belum mahir untuk melakukan tindakan-tindakan kompetensi
2.6 Kompetensi Kebutuhan Kebersihan Diri
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Kebersihan Diri
No Tindakan Mampu
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan
kebersihan diri pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan mahir dengan rata-rata 31,43 (59,3) yaitu untuk tindakan memandikan klien, menyisir rambut, memasang kap kutu, mencuci rambut,
membersihkan mulut, menggosok gigi, melaksanakan vulva hygiene, melaksanakan penis hygiene, memotong kuku, menyiapkan tempat tidur,
membersihkan tempat tidur, melaksanakan penyuluhan tentang kebersihan diri, mencukur dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 0,79 (1,5) yaitu
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin secara mahir untuk
melakukan kompetensi kebutuhan kebersihan diri karena didasarkan telah terbiasa melakukan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan kebersihan diri dalam
kegiatan sehari-hari.
2.7 Kompetensi Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir
program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu
melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 26,83 (50,6) yaitu untuk tindakan melaksanakan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat dan tidur, menjaga keamanan klien, melaksanakan teknik relaksasi, memberikan latihan gerak dan
ambulasi, membantu terlaksananya aktivitas yang bervariasi, menciptakan suasana tenang dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 1,67 (3,1) yaitu
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin walaupun belum mahir
untuk melakukan kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur karena didasarkan telah terbiasa melakukan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan istirahat dan
tidur dalam kegiatan sehari-hari. Akan tetapi tiap individu berbeda kebutuhan istirahat dan tidurnya, oleh karena itu mahasiswa perlu mengetahui lebih banyak lagi tentang bagaimana menyesuaikan kebutuhan istirahat tidur yang
berbeda-beda pada setiap individu.
2.8 Kompetensi Kebutuhan Obat-Obatan
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Obat-Obatan
No Tindakan Mampu
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir
obat-obatan pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 22,20 (41,9) yaitu untuk tindakan memberikan
obat melalui intra cutan, memberikan obat melalui sub cutan, memberikan obat melalui intra vena, memberikan obat melalui intra muscular, memberikan obat
melalui buccal, memberikan obat melalui sublingual, memberikan obat melalui kulit, memberi penyuluhan tentang obatan, kolaborasi efek samping obat-obatan dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 1,87 (3,5) yaitu
untuk tindakan kolaborasi efek samping obat-obatan, melakukan persiapan dan memberikan obat-obatan kemoterapi/steroid sesuai program.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin walaupun belum mahir untuk melakukan kompetensi kebutuhan obat-obatan karena telah mendapat
keterampilan di laboratorium keperawatan seperti memberikan obat melalui intra cutan, memberikan obat melalui sub cutan, memberikan obat melalui intra vena,
2.9 Kompetensi Kebutuhan Sirkulasi
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Sirkulasi
No Tindakan Mampu
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir
program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan sirkulasi pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan dengan bimbingan dengan rata-rata 24,00 (44,3) yaitu untuk tindakan observasi
adanya tanda-tanda perdarahan internal/eksternal, mengukur VP (Venus
Pressure), mengukur CVP (Central Venus Pressure), merawat CVP, melakukan
rekam jantung, menginterpretasikan hasil rekam jantung, menyiapkan pasien
untuk pemeriksaan diagnostik, menyiapkan dan melakukan stress exercise,
menyiapkan dan melakukan perawatan pre, intra dan post klien dialisa
(haemo/peritoneal) dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 5,92 (11,2) yaitu untuk tindakan menyiapkan dan melakukan perawatan klien terpasang
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan masih perlu dibimbing dalam
memenuhi kompetensi klinik kebutuhan sirkulasi. Kompetensi kebutuhan sirkulasi berkaitan dengan salah satu organ tubuh yang penting yaitu
jantung.Tindakan keperawatan yang diberikan harus tepat karena dapat mempengaruhi pasien, sehingga memerlukan bimbingan untuk melakukan tindakan-tindakan keperawatan kebutuhan sirkulasi. Selain itu dipengaruhi karena
mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan belum adanya pengalaman ataupun pengamatan secara langsung
yang dilakukan kepada pasien yang sebenarnya.
2.10 Kompetensi Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan