• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Terhadap Kebiasaan Merokok Dikalangan Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Terhadap Kebiasaan Merokok Dikalangan Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA

MEROKOK TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK

DIKALANGAN MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh:

MURSHIDAH

070100212

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA

MEROKOK TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK

DIKALANGAN MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

MURSHIDAH

070100212

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Terhadap Kebiasaan Merokok Dikalangan Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Nama : Murshidah

NIM : 070100212

_____________________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

(dr. Dedi Ardinata M.Kes) (dr. M. Fidel Ganis Siregar Sp.OG) NIP : 19681227 199802 1 002 NIP : 19640530 198903 1 019

Penguji II

(dr. Juliandi Harahap MA) NIP : 19700702 199802 1 001

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

iii

Abstrak

Peningkatan jumlah perokok dikalangan mahasiswa kedokteran merupakan masalah yang tidak seharusnya terjadi. Walaupun mahasiswa kedokteran mempelajari tentang bahaya dari merokok, namun masih juga terdapat mahasiswa fakultas kedokteran yang merokok. Ini akan menjadi masalah kepada mereka pada masa yang akan datang sebagai tenaga kesehatan karena mereka seharusnya menunjukkan contoh yang baik kepada pasien untuk menjalani cara hidup yang sehat.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik yang bertujuan mencari hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok dikalangan mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling, dan sebanyak 100 orang mahasiswa dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square untuk pengetahuan dan kebiasaan merokok, dan untuk soal sikap dianalisis cecara deskriptif. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa dari 100 orang, sebanyak 30 orang (30%) mahasiswa yang merokok, sebanyak 95% mahasiswa mempunyai pengetahuan baik tentang bahaya merokok, dan sebanyak 51%. Hasil uji Chi Square didapati nilai p value 0, 617. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan mahasiswa dengan kebiasaan merokok. Maka, hipotesa nol (Ho), diterima.

(5)

iv

Abstract

Increase in number of smokers among male medical students is a problem that should never happen. Although medical students receive considerable information about the hazards of smoking, some of them do smoke, posing problems for their future roles as health educators and exemplars.

This is an analytic research type intended to look for relationship between knowledge with smoking behaviour among male medical students of University of Sumatera Utara. Sample were taken using accidental sampling and 100 students were used as respondent. Data collection was conducted using questionnaires, analyzed using Chi Square test to look for relationship between knowledge and smoking behaviour, whilst questions on attitude were analyzed descriptively. The data are presented in frequency and percentage distribution table.

The result from the research indicates that from 100 students, there are 30 students who smoke, 95% with good knowledge and 51% with good attitude. The Chi Square test result shows the p value is 0,617. It means that there is no relationship between knowledge and smoking behaviour. In conclusion, Ho hypothesis is accepted.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena telah memberikan

kekuatan dan kesempatan kepada peneliti, sehingga mampu menyelesaikan karya tulis

yang berjudul ”Pengetahuan dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Terhadap

Kebiasaan Merokok Dikalangan Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara” ini meskipun dalam bentuk yang sederhana.

Dengan selesainya proposal penelitian ini, peneliti ingin mengucapkan terima

kasih yang tidak terhingga kepada dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah peneliti, dr.

Dedi Ardinata, M.Kes di atas bimbingan dan tunjuk ajar serta kelapangan waktu

untuk memberi tunjuk ajar. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada bapak dr.

M. Fidel Ganis Siregar, Sp.OG dan Bapak dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen

penguji karya tulis ilmiah ini, juga kepada Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi responden.

Ucapan terima kasih kepada teman kelompok satu bimbingan, Nia, Reza dan

Ayu yang telah bersama-sama menyusun sebuah hasil penelitian bersama peneliti,

memberi saran dan bantuan. Kepada orang tua peneliti, Tn. H. Misran Bin Jonoh

dan Pn. Hj. Siti Aishah Bt. H. Abdullah terima kasih karena telah memberi

dukungan yang berterusan baik secara moril maupun material.

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan

seperti yang diharapkan. Peneliti juga menyadari adanya kesalahan-kesalahan atau

kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah ini, maka sangat diharapkan kritik dan

saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga hasil karya tulis ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, bangsa dan negara, serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, November 2010,

Peneliti,

Murshidah

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN..………... ii

ABSTRAK………... iii

ABSTRACT………. ... iv

KATA PENGANTAR………. ...v

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………...………... 2

1.2 Rumusan Masalah ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ………... 3

1.3.1. Tujuan Umum .………... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ………... 3

1.4 Manfaat Penelitian ……….………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ………... 4

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ………... 4

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ………... 4

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ………..5

2.2. Sikap ………... 7

2.2.1. Defenisi Sikap ………... 7

2.2.2. Tingkatan Sikap ….………... 7

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ………..8

2.3. Merokok ………... 9

2.3.1 Defenisi Merokok………... 9

2.3.2 Bahan Kimia di Dalam Tembakau & Rokok ………..9

2.3.3 Bahan Kimia Asap Rokok dan Pengaruh Terhadap Tubuh ……. 11

2.3.3.1. Nikotin ………... 11

2.3.3.2. Tar ………...12

2.3.3.3. Karbon Monoksida (CO) ……….13

2.3.3.4. Timah Hitam (Pb) ………...13

2.3.3.5. Eugenol ………...14

(8)

vii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ………...16

3.2 Definisi Operasional ………... 16

3.3. Hipotesis ………...17

3.3.1. Hipotesis Nol (Ho) ………..17

3.3.2. Hipotesis Alternatif (Ha)………..17

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ………...18

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.………...18

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………...18

4.4 Metode Pengambilan Data………...20

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ………21

4.5 Metode Analisis Data………...22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian………...22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………...22

5.1.2. Karakteristik Responden………...23

5.1.3. Hasil Analisa Data………...25

5.1.3.1. Pengetahuan ………...25

5.1.3.2. Sikap ………..29

5.2. Pembahasan………...31

5.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan kebiasaan merokok……… ..31

5.2.2. Pengetahuan Responden ………..32

5.2.3. Sikap Responden ……….34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan………...36

6.2. Saran ………. ...36

DAFTAR PUSTAKA .………... 37

(9)

viii DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 21

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara tahun 2010 Berdasarkan Umur,

Tahun Masuk dan Kebiasaan Merokok 23

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Yang Merokok di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2010 Berdasarkan

Tahun Masuk, Golongan dan Lama Merokok 24

Tabel 5.3 Pengetahuan Responden mengenai Bahaya Merokok Di FK USU 25

Tabel 5.4 Status Crosstab Tingkat Pengetahuan dan Kebiasaan Merokok

(n=100) 26

Tabel 5.5 Hasil Uji Chi Square 26

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentase jawaban responden tentang

bahaya merokok (n = 100) 27

Tabel 5.7 Sikap Responden mengenai Bahaya Merokok Di FK USU 29

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi dan presentase sikap responden terhadap

merokok dan bahaya merokok Dengan pilihan jawaban: sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS)

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Lembar Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 4 Surat Persetujuan Komisi Etik

(11)

iii

Abstrak

Peningkatan jumlah perokok dikalangan mahasiswa kedokteran merupakan masalah yang tidak seharusnya terjadi. Walaupun mahasiswa kedokteran mempelajari tentang bahaya dari merokok, namun masih juga terdapat mahasiswa fakultas kedokteran yang merokok. Ini akan menjadi masalah kepada mereka pada masa yang akan datang sebagai tenaga kesehatan karena mereka seharusnya menunjukkan contoh yang baik kepada pasien untuk menjalani cara hidup yang sehat.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik yang bertujuan mencari hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok dikalangan mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling, dan sebanyak 100 orang mahasiswa dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square untuk pengetahuan dan kebiasaan merokok, dan untuk soal sikap dianalisis cecara deskriptif. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa dari 100 orang, sebanyak 30 orang (30%) mahasiswa yang merokok, sebanyak 95% mahasiswa mempunyai pengetahuan baik tentang bahaya merokok, dan sebanyak 51%. Hasil uji Chi Square didapati nilai p value 0, 617. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan mahasiswa dengan kebiasaan merokok. Maka, hipotesa nol (Ho), diterima.

(12)

iv

Abstract

Increase in number of smokers among male medical students is a problem that should never happen. Although medical students receive considerable information about the hazards of smoking, some of them do smoke, posing problems for their future roles as health educators and exemplars.

This is an analytic research type intended to look for relationship between knowledge with smoking behaviour among male medical students of University of Sumatera Utara. Sample were taken using accidental sampling and 100 students were used as respondent. Data collection was conducted using questionnaires, analyzed using Chi Square test to look for relationship between knowledge and smoking behaviour, whilst questions on attitude were analyzed descriptively. The data are presented in frequency and percentage distribution table.

The result from the research indicates that from 100 students, there are 30 students who smoke, 95% with good knowledge and 51% with good attitude. The Chi Square test result shows the p value is 0,617. It means that there is no relationship between knowledge and smoking behaviour. In conclusion, Ho hypothesis is accepted.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahaya dari merokok sudah sering sekali didokumentasikan. Data dari studi

yang terkini mengatakan bahawa terdapat hubungan kuantitatif antara merokok

dengan berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, kanker paru, kanker usus,

emfisema paru, penyakit vaskular perifer serta kematian neonatus (Dhala et al., 2004).

Pada tahun 2002, diperkirakan sebanyak 4,83 juta kematian bayi prematur disebabkan

oleh merokok, dimana sebanyak 50% di negara-negara membangun (Ezzati et al.,

2003).

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, merokok terbukti merupakan

salah satu faktor resiko yang terbesar untuk mati mendadak melalui penyakit jantung

koroner (PJK). Resiko terjadinya PJK ini meningkat 2-4 kali pada perokok

dibandingkan dengan bukan perokok, dengan bertambahnya jumlah rokok yang

dihisap per hari serta lama merokok. Terdapat penelitian telah membuktikan bahwa

faktor resiko merokok bekerja secara sinergis dengan faktor-faktor lain seperti

hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Hal ini

menyokong bahwa merokok mempunyai kaitan yang kuat dengan penyakit jantung

dan pembuluh darah (Kusmana, 2002).

Merokok masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

Indonesia. Dengan jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 57 persen

penduduk atau kurang lebih 100 juta orang, artinya kini Indonesia menduduki

peringkat ke-7 dalam urutan negara yang jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah

perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1 miliar orang. Sebanyak 800 juta orang

diantaranya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Peraturan Pemerintah

(PP) No 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan telah direvisi bagi

melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan akibat merokok dimana revisi tersebut

mengharuskan penulisan jumlah kandungan tar dan nikotin dalam setiap batang

rokok. Karena itu, setiap bungkus rokok kini harus ditulis bahaya merokok terhadap

kesehatan. Misalnya, sakit jantung, paru-paru dan gangguan kehamilan (Health

Today, 2003).

(14)

muda. Indonesia juga cetak rekor baru, yakni jumlah perokok remaja tertinggi di

dunia. Sebanyak 13,2 persen dari total keseluruhan remaja di Indonesia adalah

perokok aktif (Republika, 2005). Mahasiswa juga tidak terkecuali dari termasuk

dalam golongan yang merokok ini. Termasuk juga mahasiswa yang belajar di

Fakultas Kedokteran. Walaupun mahasiswa kedokteran mempelajari tentang bahaya

dari merokok, namun masih juga terdapat mahasiswa fakultas kedokteran yang

merokok. Ini akan menjadi masalah kepada mereka pada masa yang akan datang

sebagai tenaga kesehatan karena mereka seharusnya menunjukkan contoh yang baik

kepada pasien untuk menjalani cara hidup yang sehat (Geller et al., 2005).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

 Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang bahaya merokok?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum:

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa laki-laki

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) tentang bahaya merokok

terhadap kebiasaan merokok.

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bahaya merokok di kalangan

mahasiswa laki-laki FK USU.

2. Untuk mengetahui sikap mahasiswa laki-laki FK USU terhadap bahaya

merokok.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Sebagai informasi kepada bagian pendidikan universitas untuk menurunkan

angka perokok di kalangan mahasiswa fakultas kedokteran di Indonesia.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu" dan terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Pengetahuan merupakan pokok yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan

seseorang dapat memahami suatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan

kepadanya, dari buku, teman, orang tua, radio, televisi, poster, majalah, dan surat

kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab

masalah kehidupan yang dialaminya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan

berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan

sebagai suatu alat yang dipakai pada manusia dalam menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapi. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dapat dibagi atas

enam bagian, yaitu:

1. Tahu (know): sebagai pengingat atau materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini ialah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (comprehension): sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar objek yang diketahui sehingga dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

3. Aplikasi (application): sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

(16)

objek dalam komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitan dengan satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis): menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

kesembuhan baru.

6. Evaluasi (evaluation): berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal

(Notoatmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:

1. Pendidikan - Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih

dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau

masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan

terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu

mempertinggi taraf intelegensia individu.

2. Persepsi - Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

3. Motivasi - Merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan

mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam

mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari

dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh

dari orang lain/lingkungan).

4. Pengalaman - Adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga

merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indra manusia.

Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang

pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyababkan

(17)

masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi

lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor

yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi,

penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan,

nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan

suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang

dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Sikap

2.2.1. Defenisi Sikap

Sikap merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons

stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan

gejala kejiwaan yang lain. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo,

2005).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi

yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,

menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2005).

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,

bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Setelah seseorang

mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau

(18)

melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya atau disikapinya. Sikap

terdiri atas tiga komponen penting, yakni: kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep

terhadap objek; kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek (penilaian

terhadap objek); dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut

secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude) (Notoatmodjo, 2005).

2.2.2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu: menerima

(receiving), merespons (responding), menghargai (valuing), bertanggungjawab

(responsible). Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Merespons diartikan memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut. Menghargai berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu induksi

sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab artinya bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling

tinggi.

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap:

1. Pengalaman pribadi - Merupakan apa yang telah dan sedang dialami ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Penghayatan

tersebut akan membentuk sikap positif atau negatif di kemudian hari.

2. Pengaruh Orang Lain -Merupakan komponen sosial yang penting yang

mempengaruhi sikap.

3. Media Massa -Berfungsi sebagai sarana komunikasi yang mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

(19)

individu secara langsung, namun dalam pembentukan sikap, media massa

juga berperan karena merupakan satu bentuk informasi sugestif.

4. Faktor Emosi - Berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi

dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

2.3. Merokok

2.3.1. Defenisi Merokok

Merokok adalah perlakuan yang ditandai dengan membakar tembakau yang

kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.

Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900ºC untuk ujung

rokok yang dibakar dan 30ºC untuk ujung rokok yang terselip di bibir perokok. Asap

rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen yang lekas

menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi

komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap dapat berupa gas

sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel (Harrisons, 1987). Merokok adalah suatu

kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Perilaku merokok tidak hanya

menyebabkan berbagai macam penyakit tetapi juga dapat memperberat sejumlah

penyakit lainnya (Hardinge et al., 2001).

2.3.2. Bahan Kimia di Dalam Tembakau dan Rokok

Dalam satu batang rokok terdapat lebih kurang 4000 jenis bahan kimia, 40

persen diantaranya beracun. Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar,

hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap rokok (Kusmana, 2002).

Bahan-bahan kimia ini berasal dari pertumbuhan daun tembakau itu sendiri, misalnya

bersumber dari tanah, udara, dan bahan-bahan kimia yang digunakan baik di dalam

proses pembuatan tembakau maupun sewaktu penanaman tembakau. Dengan kata

lain, berbagai jenis tembakau yang ditanam di suatu daerah atau suatu negara serta

cara pemprosesan tembakau akan mempengaruhi komposisi bahan kimia yang

dikandung oleh tembakau. Seorang perokok yang menghisap 1-9 batang rokok perhari

akan mengalami pemendekan umur sekitar 5,5 tahun (White, 1981).

(20)

bahan tambahan lainnya ikut dibakar) maka akan terbentuk bahan kimia hasil

pembakaran dan berikut adalah hasilnya:

Bahan kimia di dalam rokok yang diisap

Asap rokok mainstream (mainstream smoke) terdiri dari 4000 jenis bahan

kimia (Roberts,1988). Dibedakan menjadi fase partikulat dan fase gas. Fase pertikulat

terdiri dari nikotin, nitrosamine dan N-nitrosonornikotin; polisiklik hidrokarbon;

logam berat dan karsinogen amine. Sedangkan fase yang dapat menguap atau seperti

gas adalah karbon monoksida, karbon dioksida, benzene, amonia, formaldehid,

hidrosianida, dan lain-lain. Dari sifat aktivitas biologis asap rokok dibedakan menjadi

asfiksant, iritant, sikiatoksin, mutagen, karsinogen, enzim inhibitor, neurotoksin dan

bahan farmakologi yang aktif (Sitepoe, 2000).

Asap rokok sidestream: beberapa bahan kimia dalam asap rokok sidestream

emiten ke udara. Di sini dijumpai adanya bahan kimia bersifat karsinogenik berupa

N-nitrosodimetilamin dan N-notrosodilamin serta beberapa jenis logam berat. Bahkan

ada lebih banyak bahan karsinogenik yang dijumpai di dalam asap sidestream

(Sitepoe, 2000).

Penggunaan tembakau tanpa dibakar (smokeless tobacco) dan bahaya kesehatan

Pada penggunaan ini, terdapat nikotin yang bisa memberikan adiksi. Selain

itu, di dalam tembakau yang diisap melalui mulut terkandung N-nitrosodietilamin

bersifat kanserogenik. Juga, dapat memicu Penyakit Jantung Koroner (PJK) melalui

kadar nikotin di dalam darah. Nikotin yang diisap-isap melalui mulut (smokeless

tobacco) juga dapat meningkatkan tekanan darah (Benowitz et al., 1988). Nanda

(1988) mencatat bahawa smokeless tobacco akan meningkatkan tekanan darah dan

menambah denyut nadi. Kanker mulut juga banyak dijumpai pada mereka yang

mengisap-isap tembakau (Simarak et al., 1977).

2.3.3. Bahan Kimia Asap Rokok dan Pengaruhnya terhadap Tubuh

2.3.3.1. Nikotin

Nikotin merupakan alkaloid dalam bentuk cairan, tidak berwarna, suatu basa

(21)

menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara.

Kadarnya dalam tembakau antara 1-2 persen. Merokok dengan kadar nikotin tinggi

dapat meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

dalam keadaan istirahat. Peningkatan ini terjadi karena adanya zat norepinefrin yang

akan merangsang katekolamin di dalam darah. Bahan kimia ini akan merangsang

reseptor kimia yaitu reseptor nikotinik pada pembuluh darah yang akan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, yang selanjutnya

akan mempengaruhi kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen jantung akan

meningkat (Katzung, 2001).

Nikotin adalah suatu perangsang sistem saraf pusat (SSP) yang kuat yang akan

menimbulkan tremor serta konvulsi pada dosis besar. Perangsangan respirasi sangat

jelas dengan nikotin; dosis besar langsung pada medula oblongata, diikuti dengan

depresi; kematian akibat paralisis pusat pernapasan dan paralisis otot-otot pernapasan

(perifer). Paparan kronik terhadap nikotin menyebabkan peningkatan densitas reseptor

nikotinik sebagai kompensasi terhadap desensitisasi fungsi reseptor oleh nikotin

(Amir Syarif et al., 2000).

Keseluruhan penggunaan tembakau merupakan suatu akibat adanya nikotin

sehingga seseorang menjadi perokok dan selalu ingin merokok lagi atau ketagihan

terhadap rokok. Sebaliknya, merokok yang hanya sekali-sekali belum tentu akan

terganggu kesehatannya. Benowitz (1994) menyatakan kadar nikotin sejumlah 5 mgr

(4-6 mgr) per hari dari rokok yang diisap (diukur dengan menggunakan mesin

merokok) baru dapat menimbulkan ketagihan (adiksi) terhadap rokok. Dengan

bioavailabilitas nikotin 40 persen dari rokok yang diisap, Benowitz memperhitungkan

ambang batas kadar nikotin yang diisap agar tidak ketagihan rokok adalah 0,4-0,5 mgr

per batang rokok.

2.3.3.2. Tar

Merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air

diasingkan, beberapa komponen zat kimianya bersifat karsinogen. Apabila

satu-satunya sumber nikotin adalah tembakau maka sumber tar adalah tembakau, cengkeh,

pembalut rokok, dan bahan organik lain yang dibakar. Tar hanya dijumpai pada rokok

yang dibakar. Kadar tar pada sebatang rokok yang diisap adalah 24-25 mg, sedangkan

(22)

walaupun diberi filter, efek sebagai karsinogen pada paru-paru tidak berguna kalau

waktu merokok hirupannya dalam-dalam, menghisapnya berkali-kali dan jumlah

rokok yang dipergunakan bertambah banyak (Sitepoe, 2000).

2.3.3.3. Gas Karbon Monoksida (CO)

Gas bersifat toksik yang bertentangan dengan gas oksigen dalam transpor

haemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6 persen gas CO pada saat merokok, sedangkan

gas CO yang diisap oleh perokok paling rendah 400 ppm (parts per million) sudah

dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16 persen.

Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1 persen pada bukan perokok. Gas CO

mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah

merah (eritrosit) lebih kuat dibandingkan oksigen (O2) sehingga di dalam darah

seorang perokok, sel darah merah akan kekurangan oksigen, karena yang diangkut

adalah CO dan bukannya O2. Sel-sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan

berusaha mengikat O2 yaitu melalui kompensasi pembuluh darah, yaitu dengan

menciutkan atau spasme pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung lama dan

terus-menerus maka pembuluh darah akan rusak karena terjadinya proses penyempitan

pembuluh darah (Amin, 1996).

Menurut penelitian Target (1992), bahwa sekitar lima persen dari asap rokok

adalah karbon monoksida, zat yang sama dengan asap yang dikeluarkan knalpot

mobil, bahkan terdapat beberapa orang menggunakan zat ini untuk melakukan bunuh

diri.

2.3.3.4. Timah Hitam (Pb)

Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang

diisap diperhitungkan mengandung 0,5 µgr timah hitam. Bila seseorang mengisap 1

bungkus rokok per hari berarti menghasilkan 10 µgr, sedangkan batas bahaya kadar

Pb dalam tubuh adalah 20 µgr per hari (Sitepoe, 2000).

2.3.3.5. Eugenol

Eugenol dapat ditemukan di dalam cengkeh atau di dalam minyak cengkeh.

(23)

rokok yang tidak dirokok (dalam cengkeh). Eugenol serupa halnya dengan nikotin,

yakni juga dapat dijumpai di dalam rokok yang dirokok (asap rokok) dan juga di

dalam rokok yang tidak dirokok (tembakau) (Sitepoe, 2000).

2.3.4. Bahaya Merokok

Rokok mengandung hidrokarbon aromatik polisiklik dan nitrosamine, yang

merupakan zat karsinogen yang poten dan agen mutasi pada hewan. Ia dapat

menyebabkan pelepasan enzim-enzim dari neutrofil granulosit dan makrofag yang

dapat merusakkan elastin dan menyebabkan kerusakan paru-paru. Permeabilitas

sel-sel epitel paru akan meningkat walaupun pada perokok yang tidak menunjukkan

sebarang simptom dan berhubungan dengan konsentrasi karboksihemoglobin dalam

darah. Permeabilitas yang berubah ini dapat menyebabkan zat-zat karsinogen masuk

melalui epitel paru dengan lebih mudah (Kumar, 2002).

Menurut Kumar (2002), antara bahaya dari merokok adalah resiko mendapat

penyakit seperti kanker paru-paru, karsinoma esofagus, penyakit jantung iskemik,

penyakit pembuluh darah perifer, kanker kandung kermih, peningkatan jumlah

sperma yang abnormal serta dapat timbul masalah ingatan. Pada ibu hamil yang

merokok, beresiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR). Pada perokok pasif, dapat terjadi sesak nafas dan batuk serta terdapat resiko

mendapat asma, pneumonia serta bronkitis pada anak dengan orang tua yang

merokok.

Beberapa penelitian mengenai resiko yang mungkin dialami perokok

menunjukkan bahawa perokok mempunyai kemungkinan sebelas kali mengidap

penyakit paru-paru yang menyebabkan kematian dibanding bukan perokok.

Diperkirakan pada tahun 2020 akan datang, kematian yang disebabkan oleh penyakit

paru-paru atau lebih dikenali dengan penyakit paru-paru obstruksi kronik (PPOK)

atau penyakit paru-paru yang tidak bisa disembuhkan ini akan menduduki peringkat

keempat setelah gangguan mental, kecelakaan lalu-lintas dan penyakit jantung.

Menurut data World Health Organisation (WHO), penyakit paru-paru termasuk

peringkat ke-12 penyebab kesakitan dan kematian utama penyakit tidak menular di

(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep dan defenisi operasional

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah:

3.2. Defenisi operasional

3.2.1. Mahasiswa laki-laki FK USU

Mahasiswa laki-laki FK USU stambuk 2007-2009 (semester I-VII) yang

sedang mengikuti program pendidikan sarjana kedokteran.

3.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pengetahuan juga dapat

diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman,

orang tua, radio, televisi, poster, majalah atau surat kabar (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran dilihat dari jawaban

yang diberikan dari kuesioner yang diedarkan kepada mereka.

3.2.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap secara konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu. Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok, yaitu: 1) kepercayaan (keyakinan), 2) kehidupan emosional atau

evaluasi emosional terhadap suatu objek, 3) kecenderungan untuk bertindak.

Sikap mahasiswa laki-laki fakultas kedokteran dilihat dari jawaban pada

kuesioner tentang sikap mahasiswa terhadap merokok. Sikap

(25)

3.2.4. Bahaya merokok

Menurut Kumar (2002), antara bahaya dari merokok adalah resiko mendapat

penyakit seperti kanker paru-paru, karsinoma esofagus, penyakit jantung iskemik,

penyakit pembuluh darah perifer, kanker kandung kermih, peningkatan jumlah

sperma yang abnormal serta dapat timbul masalah ingatan. Pada ibu hamil yang

merokok, resiko untuk bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) adalah tinggi.

Pengetahuan mahasiswa terhadap bahaya merokok dilihat pada jawaban pada

soal-soal bagian pengetahuan.

3.3. Hipotesis

3.3.1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara pengetahuan mahasiswa tentang bahaya merokok

dengan kebiasaan merokok.

3.3.2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara pengetahuan mahasiswa tentang bahaya merokok

dengan kebiasaan merokok.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik yang melihat hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran USU terhadap

bahaya merokok. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross

sectional study. Data dikumpulkan berdasarkan jawaban dari kuesioner yang telah

diberikan pada mahasiswa laki-laki FK USU yang sedang menjalani program

Pendidikan Sarjana Kedokteran.

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian

1. Lokasi: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Waktu penelitian: Agustus - Oktober 2010

4.3. Populasi dan sampel penelitian

(26)

Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang menjalani Program Pendidikan

Sarjana Kedokteran (semester I-VII) tahun akademik 2009/2010.

Menurut Wahyuni (2008), jumlah sampel minimal akan dihitung dengan

menggunakan rumus :

N. Z 21-α/2 p. (1-p)

n= ---

(N-1) d2 + Z21- α/2 p. (1-p)

Keterangan

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d : kesalahan absolut yang dapat ditolerir

P : harga proporsi dipopulasi

Z1- α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

465 . (1,96)2. 0,5 (0,5)

n= ---

464 . (0,1)2 + (1,96)2. 0,5 (0,5)

465 . 3,8416 . 0,25

n= ---

464 . 0.01 + 3,8416 . 0,25

446.586

n= ---

4,456256

n= 100,2155 ≈

Dari hasil survei awal, didapatkan bahwa jumlah mahasiswa laki-laki FK USU

untuk tahun akademik 2009/2010 adalah 465 orang. Dengan menggunakan rumus

penghitungan sampel di atas, maka jumlah sampel minimal untuk penelitian ini adalah

100 orang. Kriteria inklusi adalah semua mahasiswa laki-laki FK USU yang sedang

(27)

eksklusi adalah mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner di bagian soal dengan

lengkap.

4.4. Metode pengambilan data

Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling, suatu

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan

bertemu dangan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Pengumpulan data dilakukan

dengan memakai data primer yang diperoleh dari jawaban mahasiswa pada kuesioner

yang diedarkan dan dijawab di tempat kemudian segera dipulangkan supaya tidak

terjadi bias.

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dengan

menggunakan Uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan program Statistical Product

and Service Solution (SPSS). Sampel dalam uji validitas ini harus mempunyai

karakter yang sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang akan

digunakan dalam uji validitas ini adalah 30 orang.

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat indeks yang menunjukkan sejauh

mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang

digunakan sebenarnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran

relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan

secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan

test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas

instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada

instrumen dengan teknik tertentu. Menurut Djemari (2003), kuesioner atau angket

dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2008).

(28)

Variabel Nomor

0,928 Reliabel Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi dengan menggunakan

program SPSS 15.0 yaitu dengan data dianalisa menurut jawaban responden. Data

yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi melalui proses sebagai berikut: editing,

koding, analisis. Editing yaitu memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi

oleh responden dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi

sesuai dengan petunjuk. Koding, yaitu memberi kode tertentu pada

pernyataan/kuesioner. Analisis, yaitu menganalisis data yang telah terkumpul dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis dilakukan

(29)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Dimana fakultas ini

merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas

Kedokteran USU di buka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh yayasan Universitas

Sumatera Utara, yang berlokasi di kelurahan Padang Bulan, kecamatan Medan Baru

dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : jalan dr. Mansyur, Padang Bulan

b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

c. Batas Timur : jalan Universitas, Padang Bulan

d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas

sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas,

ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skill lab, ruang seminar, perpustakaan,

kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola.

Fakultas ini menerima mahasiswa baru sebanyak 400 lebih orang setiap tahunnya

yang dapat masuk melalui jalur UMB, PMP, SNMPTN, Kemitraan, Mandiri, dan

Internasional dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh pihak Universitas.

5.1.2. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara tahun 2010 Berdasarkan Umur,

Tahun Masuk dan Kebiasaan Merokok

(30)

Usia

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2007-2009 (semester I-VII)

yang sedang mengikuti program pendidikan sarjana kedokteran sebanyak 100 orang.

Jumlah populasi mahasiswa laki laki adalah sebanyak 465 orang. Berdasarkan tabel

5.1 dapat dilihat bahwa usia responden yang paling banyak terdapat pada kelompok

usia 20-21 tahun yaitu sebanyak 63 orang (63%), sedangkan usia responden terendah

adalah pada kelompok usia 16-17 orang yaitu sebanyak 1 orang (1%).

Responden dibagi mengikut tahun masuk 2007, tahun masuk 2008 dan tahun

masuk 2009. Untuk tahun masuk 2007 terdapat sebanyak 40 orang (40%), tahun

masuk 2008 sebanyak 38 orang (38%), dan tahun masuk 2009 sebanyak 22 orang

(22%).

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahawa mayoritas responden tidak merokok yaitu

sebesar 70% atau 70 orang, manakala responden yang merokok adalah sebanyak 30%

atau 30 orang.

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Yang Merokok di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2010 Berdasarkan

Tahun Masuk, Golongan dan Lama Merokok

(31)

Jumlah perokok mengikut

Dari 100 orang responden, sebanyak 30 orang mahasiswa merokok. Dari 30

orang mahasiswa yang merokok, sebanyak 18 orang dari tahun masuk 2007 (60%), 9

orang dari tahun masuk 2008 (30%), dan sebanyak 3 orang (10%) dari tahun masuk

2009.

Terdapat 3 golongan perokok yaitu perokok berat, perokok sedang dan

perokok ringan. Dari 30 mahasiswa yang merokok, 8 orang (26,7%) tergolong dalam

golongan perokok berat, 15 orang (50,0%) adalah perokok sedang dan sebanyak 7

orang (23,3%) adalah perokok ringan.

Dilihat dari lama merokok, sebanyak 1 orang baru mulai merokok dalam masa

kurang dari 6 bulan, sebanyak 9 orang telah merokok dalam jangka masa 6 bulan

hingga 1 tahun, jangka masa 1 hingga 4 tahun sebanyak 12 orang dan sebanyak 8

orang telah merokok dalam jangka masa 5 hingga 10 tahun.

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden dinilai berdasarkan 15 pertanyaan yang mencakup

bahaya merokok, bahaya merokok pada perokok aktif dan pasif, kandungan dari

rokok, resiko pada ibu hamil yang merokok, serta penyakit akibat dari merokok.

(32)

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Kurang

95

5

95

5

Jumlah 100 100

Tabel 5.4 Status Crosstab Tingkat Pengetahuan dan Kebiasaan Merokok

(n=100)

Pengetahuan Jumlah

Baik Kurang

Kebiasaan Merokok

Merokok

Tidak merokok

29 30,5%

66 69,5%

1 20,0%

4 80,0%

30 30,0%

70 70,0%

Jumlah 95

95,0%

5 5,0%

100 100,0%

Tabel 5.5 Hasil Uji Chi Square

p Value

(33)

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentase jawaban responden tentang

bahaya merokok (n = 100)

Pengetahuan

Benar Salah

(f =%) (f =%)

1. Merokok secara aktif dan pasif adalah bahaya kepada

kesehatan

2. Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis zat kimia

berbahaya

3. Nikotin didalam rokok dapat menyebabkan adiksi

(ketagihan)

4. Perokok pasif mempunyai resiko 4 kali lebih besar

mendapat penyakit akibat rokok berbanding perokok aktif

5. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah sistolik &

diastolik

6. Ibu hamil yang merokok beresiko melahirkan bayi dengan

BBLR

7. Merokok dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru

8. Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung koroner

9. Merokok dapat menyebabkan penyakit bronkitis kronis

10. Merokok dapat menyebabkan penyakit karsinoma usus

11. Merokok dapat menyebabkan penyakit ulkus lambung

12. Merokok dapat menyebabkan penyakit karsinoma laring

13. Merokok dapat menyebabkan penyakit glukoma

14. Merokok dapat menyebabkan penyakit kolitis

15 . Merokok dapat menyebabkan sindroma Stevens-Johnson

95

Pada tabel 5.1, didapati sebanyak 30 orang (30%) mahasiswa merokok

manakala 70 orang (70%) lagi tidak merokok.

Dapat dilihat bahwa dari 100 orang responden yang ikut dalam penelitian ini,

95 orang (95%) responden memiliki pengetahuan yang baik dan 5 orang (5%)

memiliki pengetahuan yang kurang [Tabel 5.3].

(34)

pengetahuan baik dan merokok sebanyak 29 orang, pengetahuan baik dan tidak

merokok sebanyak 66 orang, pengetahuan kurang dan merokok sebanyak 1 orang dan

pengetahuan kurang dan tidak merokok sebanyak 5 orang.

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar

pertanyaan tentang bahaya merokok secara pasif dan aktif yaitu sebanyak 95 orang

(95%). Responden yang menjawab benar pertanyaan tentang terdapat lebih dari 4000

bahan kimia dalam rokok yaitu sebanyak 87 orang (87%). Pertanyaan tentang nikotin

dalam rokok dapat menyebabkan adiksi dijawab benar sebanyak 95 orang (95%).

Soal mengenai resiko perokok pasif mempunyai 4 kali lebih besar mendapat penyakit

dari perokok aktif yaitu sebanyak 84 orang (84%). Pertanyaan mengenai merokok

dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik dijawab benar sebanyak 93

orang (93%). Ibu hamil yang merokok dapat melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah dijawab benar sebanyak 89 orang (89%). Merokok dapat menyebabkan

terjadinya kejadian penyakit-penyakit berbahaya. Untuk pertanyaan tentang merokok

dapat menyebabkan kanker paru dijawab benar sebanyak 98 orang (98%), penyakit

jantung koroner sebanyak 93 orang (93%), penyakit bronkitis kronis yaitu sebanyak

96 orang (96%), penyakit karsinoma usus yaitu sebanyak 89 orang (89%), ulkus

lambung yaitu sebanyak 64 orang (64%), karsinoma laring yaitu sebanyak 62 orang

(62%), penyakit glaukoma sebanyak 65 orang (65%), penyakit kolitis sebanyak 59

orang (59%), sindroma Stevens-Johnson sebanyak 46 orang (46%).

5.1.3.2 Sikap Mahasiswa

Tabel 5.7 Sikap Responden mengenai Bahaya Merokok Di FK USU

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

(35)

1. Pelarangan merokok di kantor dan tempat umum.

2. Pelarangan merokok di kawasan kampus universitas.

3. Dikenakan denda jika merokok di sembarangan tempat.

4. Semua sponsor dan iklan rokok perlu dikurangi.

5. Peringatan bahaya rokok harus dituliskan pada bungkusan.

6. Harga jualan hasil tembakau/ rokok perlu dinaikkan.

7. Pembelian rokok harus dibatasi untuk umur 18 tahun keatas dengan menunjukkan KTP. sebagai bukti.

8. Dokter perlu memberi contoh yang baik dengan tidak merokok.

9. Dokter yang merokok dapat mempengaruhi pandangan pasien terhadapnya.

10. Upaya berupa kempen berhenti merokok dikalangan mahasiswa fakultas kedokteran yang merokok, perlu dilaksanakan untuk mengurangi jumlah perokok di kalangan mahasiswa FK.

Pada tabel 5.7, dari 100 orang responden, 51 orang (51%) mempunyai sikap

yang baik, 45 orang (45%) dengan sikap sedang dan dengan sikap kurang sebanyak 4

orang (4%).

Dari tabel 5.8, dapat dilihat frekuensi mahasiswa yang sangat tidak setuju

dengan pelarangan merokok di kantor dan tempat umum adalah sebanyak 9 orang

(9%), yang tidak setuju sebanyak 9 orang (9%), yang setuju dengan pelarangan

tersebut seramai 28 orang (28%) dan terbanyak pada jawaban sangat setuju yaitu 54

orang (54%), frekuensi mahasiswa yang sangat tidak setuju dengan pelarangan

merokok di kampus adalah sebanyak 11 orang (11%), yang tidak setuju sebanyak 16

orang (16%), yang setuju sebanyak 24 orang (24%) dan terbanyak pada jawaban

sangat setuju yaitu 49 orang (49%), frekuensi mahasiswa yang sangat tidak setuju

dengan denda yang dikenakan jika merokok di sembarangan tempat adalah sebanyak

9 orang (8%), yang tidak setuju sebanyak 14 orang (14%), yang setuju dengan denda

yang dikenakan tersebut seramai 28 orang (28%) dan terbanyak pada jawaban sangat

setuju yaitu 50 orang (50%), frekuensi mahasiswa yang sangat tidak setuju dengan

pengurangan sponsor dan iklan rokok adalah sebanyak 11 orang (11%), yang tidak

setuju sebanyak 26 orang (26%), yang setuju dengan pengurangan iklan dan sponsor

(36)

orang (37%), frekuensi mahasiswa yang sangat tidak setuju dengan penulisan amaran

bahaya merokok pada bungkusan rokok adalah sebanyak 7 orang (7%), yang tidak

setuju sebanyak 10 orang (10%), yang setuju dengan penulisan amaran tersebut

seramai 31 orang (31%) dan terbanyak pada jawaban sangat setuju yaitu 52 orang

(52%), frekuensi mahasiswa yang sangat tidak setuju dengan kenaikan harga rokok

dan tembakau adalah sebanyak 10 orang (10%), yang tidak setuju sebanyak 24 orang

(24%), yang setuju dengan tindakan kenaikan harga rokok tersebut seramai 25 orang

(25%) dan terbanyak pada jawaban sangat setuju yaitu 41 orang (41%), frekuensi

mahasiswa yang sangat tidak setuju dengan pembatasan umur konsumen rokok dan

penunjukan kartu tanda penduduk (KTP) sebagai bukti umur telah cukup adalah

sebanyak 3 orang (3%), yang tidak setuju sebanyak 23 orang (23%), yang setuju

dengan pembatasan tersebut seramai 27 orang (27%) dan terbanyak pada jawaban

sangat setuju yaitu 47 orang (47%), frekuensi mahasiswa yang sangat tidak setuju

pada penyataan dokter yang baik adalah dokter yang tidak merokok adalah sebanyak

4 orang (4%), yang tidak setuju sebanyak 21 orang (21%), yang setuju sebnyak 30

orang (30%) dan pada jawaban sangat setuju yaitu 45 orang (45%), frekuensi

mahasiswa yang sangat tidak setuju dengan penyataan bahwa reputasi seorang dokter

itu dapat dipengaruhi dengan merokok atau tidak adalah sebanyak 4 orang (4%),

yang tidak setuju sebanyak 29 orang (29%), yang setuju dengan kaitan pengaruh

terhadap status perokok seorang dokter tersebut seramai 24 orang (24%) dan

terbanyak pada jawaban sangat setuju yaitu 43 orang (43%), dan frekuensi mahasiswa

yang sangat tidak setuju dengan perlunya dilakukan upaya berhenti merokok adalah

sebanyak 1 orang (1%), yang tidak setuju sebanyak 4 orang (4%), yang setuju dengan

kaitan pengaruh terhadap status perokok seorang dokter tersebut seramai 38 orang

(38%) dan terbanyak pada jawaban sangat setuju yaitu 57 orang (57%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kebiasaan Merokok

Pada penelitian ini, dilihat hubungan tingkat pengetahuan dengan kebiasaan

merokok. Pengetahuan mahasiswa laki-laki dilihat pada tabel 5.5 dimana dari 100

orang, mahasiswa dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 95 orang (95%),

manakala mahasiswa dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (5%).

(37)

manakala mahasiswa yang tidak merokok sebanyak 70 orang (70%).

Hasil dari crosstab yang dilakukan (Tabel 5.4), didapati mahasiswa dengan

pengetahuan baik dan merokok sebanyak 29 orang, pengetahuan baik dan tidak

merokok sebanyak 66 orang, pengetahuan kurang dan merokok sebanyak 1 orang dan

pengetahuan kurang dan tidak merokok sebanyak 5 orang. Hasil uji Chi-Square yang

dilakukan untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dengan kebiasaan merokok

menghasilkan nilai p value 0,617 yang berarti tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan kebiasaan merokok. Hal ini terjadi mungkin karena walaupun

seorang mahasiswa belajar dan tahu akan bahaya dari merokok, namun itu tidak

menghalang mereka dari merokok. Walaubagaimanapun, masih terdapat mahasiswa

dengan tingkat pengetahuan kurang tetapi tidak merokok.

5.2.2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu" dan terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Pengetahuan merupakan pokok yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan

seseorang dapat memahami suatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan

kepadanya, dari buku, teman, orang tua, radio, televisi, poster, majalah, dan surat

kabar.

Bahaya tentang merokok sering kali kita dengar tetapi masih terdapat

segelintir yang tidak tahu tentangnya. Menurut Kumar dan Clark (WB Saunders,

2002), antara bahaya dari merokok adalah resiko mendapat penyakit seperti kanker

paru-paru, karsinoma esofagus, penyakit jantung iskemik, penyakit pembuluh darah

perifer, kanker kandung kermih, peningkatan jumlah sperma yang abnormal serta

dapat timbul masalah ingatan. Pada perokok pasif, dapat terjadi sesak nafas dan batuk

serta terdapat resiko mendapat asma, pneumonia serta bronkitis pada anak dengan

orang tua yang merokok

Pada penelitian ini, pengetahuan mahasiswa mengenai bahaya merokok dinilai

(38)

perokok pasif, efek rokok pada fungsi tubuh, efek pada bayi sekiranya ibu merokok

ketika hamil, serta penyakit yang dapat ditimbulkan akibat dari merokok.

Pengetahuan responden tentang bahaya menjadi perokok pasif tidak cukup

didasari oleh pengetahuan tentang menjadi perokok pasif saja. Menurut Moeloek

(2005), untuk mewujudkan masyarakat yang sadar akan bahaya menjadi perokok

pasif, merupakan hal yang memerlukan waktu yang lama, karena perilaku merokok

merupakan perilaku adiksi yang telah mewabah secara global dan endemis di

Indonesia.

Pengetahuan tentang terdapat lebih 4000 bahan kimia dalam rokok adalah baik

pada tabel. Nikotin di dalam rokok dapat menyebabkan adiksi juga diketahui

responden dengan baik (table 5.6). Menyadari sendiri kebiasaan buruk merokok

agaknya cukup mudah bagi kebanyakan pecandu rokok bahkan perokok kelas berat

sekalipun, namun upaya menghentikannya seringkali menjadi upaya yang berat

(Potkin, 2005).

Pengetahuan tentang ibu hamil yang merokok dapat melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) adalah baik. Merokok dapat mengakibatkan

keguguran, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan BBLR dan bayinya sering sakit atau

rentan kepada penyakit. Hal ini terjadi karena bahan kimia dalam rokok dapat

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah lebih cepat, sedangkan karbon

monoksida akan mengikat eritrosit yang akan menggantikan oksigen yang berasal dari

asap rokok juga akan meracuni sel-sel otak dan dapat mengganggu perkembangan

organ-organ tubuh janin (Emmons, 2005).

Beberapa penelitian mengenai resiko yang mungkin dialami perokok

menunjukkan bahawa perokok mempunyai kemungkinan sebelas kali mengidap

penyakit paru-paru yang menyebabkan kematian dibanding bukan perokok.

Diperkirakan pada tahun 2020 akan datang, kematian yang disebabkan oleh penyakit

paru-paru atau lebih dikenali dengan penyakit paru-paru obstruksi kronik (PPOK)

atau penyakit paru-paru yang tidak bisa disembuhkan ini akan menduduki peringkat

keempat setelah gangguan mental, kecelakaan lalu-lintas dan penyakit jantung.

Menurut data World Health Organisation (WHO) tahun 1990, penyakit paru-paru

termasuk peringkat ke-12 penyebab kesakitan dan kematian utama penyakit tidak

menular di dunia.

(39)

pengetahuan di kalangan perokok (Alen, 2001). Walaupun mahasiswa kedokteran

tahu dan belajar tentang bahaya dari merokok, tetapi masih ada segelintir yang masih

menghisap rokok hingga saat ini.

5.2.3. Sikap Mahasiswa

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi

yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,

menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2005).

Sikap responden dinilai berdasarkan 10 pernyataan yang mencakup pandangan

responden mengenai merokok. Dapat diketahui bahwa mayoritas responden bersetuju

mengenai perlarangan yang dibuat terhadap kebiasaan merokok di kantor, tempat

umum dan kampus.

Banyak responden bersetuju supaya denda dikenakan pada perokok yang

merokok di sembarangan tempat. Mungkin dengan dikenakan denda pada perokok, ini

dapat mengurangkan perokok dari merokok sesuka hati dan ini dapat mengurangi

resiko perokok pasif dari mendapat penyakit.

Sponsor dan iklan rokok perlu dikurangi dipersetujui banyak responden.

Industri rokok di Indonesia merupakan industri yang menguntungkan pemiliknya.

Untuk menarik perhatian masyarakat, para pemilik mempromosikan rokok keluaran

mereka dengan cara mensponsor acara serta konser dan memajang iklan. Maka,

mungkin dengan dikuranginya iklan dan sponsor rokok, dapat mengurangi jumlah

perokok di Indonesia. Ini memerlukan peran pemerintah dan swasta.

Kenaikan harga rokok dan tembakau akan memberikan dampak yang besar

kepada perokok. Namun, kenaikan ini tidak menunjukkan tanda-tanda berkurangnya

jumlah perokok. Peringatan yang tertera pada bungkusan seringkali tidak dihiraukan

oleh para perokok. Demikian pula perihal dampak kerugian kesehatan akibat aktivitas

perokok bagi orang didekatnya yang bukan perokok atau perokok pasif (Potkin,

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Pengetahuan dan

Sikap Tentang Bahaya Merokok Terhadap Kebiasaan Merokok Dikalangan

Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” serta seluruh

pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok.

6.2. Saran

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi

pendidikan kesehatan baik pemerintah maupun pihak fakultas kedokteran.

2. Data yang diperoleh dapat digunakan dalam kebijakan penanggulangan

jumlah mahasiswa fakultas kedokteran yang merokok.

3. Diharap penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk

penyelidikan seterusnya.

4. Diharapkan pihak fakultas dapat menambahkan upaya supaya mahasiswa

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, 1996. Polusi Udara dan Rokok Alfa-I Antitripsin. Surabaya: Air Langga

University Press.

Amir S., et al., 2000. Farmakologi dan Terapi, 5th Edition. Jakarta: Percetakan Gaya

Baru, 116-120.

Azwar, S., 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Benowitz, N. L., Jacob, P., Kozlowski, Lisa Yu, 1986. Influence of smoking fewer

cigarette on exposure to tar, nicotine and carbon monoxide. The New England

Journal of Medicine, Nov. 2, 1986.

Dhala A, Pinsker K, Prezant DJ, 2004. Respiratory Health Consequences of

Environmental Tobacco Smoke. Medical Clinics of North America, 1535–5.

Djemari, Mardapi, 2003. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Pasca UNY.

Emmons, K., 2005. Available from URL:

[Accesed 20 october 2010]

Ezzati M, Lopez AD, 2005. Estimates of Global Mortality Attributable to Smoking in

2000. Lancet, 362, 847–852.

Geller, A. C., MPH, RN, et al., 2005. Tobacco Control Competencies for US Medical

Students. American Journal of Public Health. Vol 95, No 6, 950-955.

Hardinge M.G., Shyrock H., 2001. Kiat Keluarga Sehat Mencapai Hidup Prima dan

(42)

Harrisons, 1987. Principle of Internal Medicine. 11th Edition. New York: MacGraw

Hill Book.

Health Today, 2003. Happy, Unhealthy Hour. Available from URL:

Katzung, B.G., 1998. Basic and Clinical Pharmacology, 7th Edition. Cholinoceptor

Activating Drugs. Prentice Hall International. 92-96.

Kumar P., Clark M., 2002. Clinical Medicine, 5th Edition. London: W B Saunders

Ltd. 855-857.

Kusmana, D., 2002. The Influence of Smoking Cessation on Survival: A 13 Years

Cohort Study of the Indonesian Population in Jakarta. Medical Journal of The

University of Indonesia. Vol 2, No 4, 230-232.

of 'paan' on certain cardio-respiratory parameters. Indian Journal of Physiology

and Pharmacology. Vol 32, No. 2, 105-13.

Notoatmodjo, S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta. 35-185.

Notoatmodjo, S., 2005. Penelitian dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Asdi Maha Satya.

Potkin, S., 2005. Available from URL:

Republika. 2001. Paru Obstruktif Kronik Lebih Berbahaya dari Asma. 20 November

2001.

[Accesed 30

(43)

Riwidikdo H., 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. 151-166.

Roberts D. L., 1988. Natural Tobacco Flavor. Recent advance tobacco 14: 45-81

Simarak et. al., 1977. The influence of pH on the convertogenic activity of plant

phenolics. Journal of Mutation Research and Genetic Toxicology. Vol 135, No. 2,

109-113.

Sitepoe M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Widiasarana.

Target, 1992. How to Stop Smoking. Jakarta: ARCAN.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistik Kesehatan dan Pengantar Epi Info. Medan: FK USU.

2-10. 84-88.

White R.W., Watt N.F., 1981. The Abnormal Personality, 7th Edition. New York:

John Wiley and Sons.

World Health Organisation (WHO), 1990. COPD Statistical Information. Available

from URL:

(44)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Murshidah Binti Misran

Tempat/Tanggal Lahir : Sabah, Malaysia, 22 Maret 1987

Pekerjaan : Mahasiswi

Agama +: Islam

Alamat : Jl. Universitas No. 48, Medan

Nomor Telepon : +6287868864899

Orang Tua : Tuan Hj. Misran bin Jonoh

Puan Hjh. Siti Aishah binti Hj. Abdullah

Riwayat Pendidikan : 1. TASKI ABIM Sri Taman, Sandakan, Sabah

2. SRK. Sg. Anib II, Sandakan, Sabah

SRK. Hj. Mohd. Shariff, Alor Setar, Kedah

3. SMK Sultanah Bahiyah, Alor Setar, Kedah

4. Kolej Matrikulasi Kedah, Changloon, Kedah

(45)

Lampiran 2

NAMA : ________________________________________________ UMUR : _______ TAHUN

STAMBUK : ________________

1. Adakah anda seorang:

a. Perokok (silahkan menjawab soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9) b. Bukan perokok (silahkan menjawab soal nomor 6, 8, dan 9) c. Mantan perokok (jawab soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9)

2. Jika anda tidak lagi merokok, sudah berapa lama anda berhenti merokok? Sila nyatakan: __________________________

3. Jika anda seorang perokok, anda termasuk dalam golongan: a. Perokok berat (≥10 batang rokok/hari)

b. Perokok sedang (2-9 batang rokok/hari) c. Perokok ringan (≤1 batang rokok/hari)

4. Sudah berapa lama anda merokok?

a. < 6 bulan d. 5 - 10 tahun

b. 6 bulan - 1 tahun e. > 10 tahun c. 1 - 4 tahun

5. Pada umur berapa, anda pertama kali merokok?

a. ≤ 13 tahun d. 18 - 19 tahun

b. 14 - 15 tahun e. ≥ 20 tahun c. 16 - 17 tahun

6. Berapa batang rokok sehari yang anda hisap?

a. < 5 batang d. 16 - 20 batang

b. 5 - 9 batang e. > 20 batang c. 10 - 15 batang

7. Pada umur berapa anda mulai belajar di fakultas kedokteran?

a. ≤ 16 tahun d. 21 - 22 tahun

Gambar

Tabel 5.2
Tabel 5.3 Pengetahuan Responden mengenai Bahaya Merokok Di FK USU
Tabel 5.4 Status Crosstab Tingkat Pengetahuan dan Kebiasaan Merokok
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentase jawaban responden tentang

Referensi

Dokumen terkait

Muhammadiyah, senantiasa mengajak umat muslim melakukan sholat ied di tanah lapang, mengubah arah kiblat, serta menyayangi anak yatim. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan

Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan suatu penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII

To study the effect of kemenyan extract from Styrax benzoin Dryand resin as green inhibitor on calcium carbonate (CaCO 3 ) scale formation, experiment has been carried out using

The Correlation between Students’ Mastery of Imperative Sentence and Their Ability in Writing Procedure Text (A Study of the Ninth Grade Students of MTs N Salatiga in

Secara umumnya, pengubatan alternatif Islam adalah berasaskan pada ciri-ciri berikut; [ Pertama ] Menggunakan bacaan atau jampi dari jenis ruqyah yang bersumberkan

Data yang telah terkumpul diatas kemudian dihitung untuk menghasilkan nilai total calon karyawan untuk setiap kriteria utama (MC1, MC2, MC3 dan MC4) dengan mengkalikan skor dari

sebesar 0.847 atau 84.7 % menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penerapan penganggaran berbasis

“PENGARUH PROFITABILITAS, SIZE PERUSAHAANDAN MEDIA EXPOSURE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL.. PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG TERDAFTAR