• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buruh dan politik: studi tentang perjuangan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (K.KASBI) dalam menuntut penghapusan sistem outsourching dan kenaikan UMP DKI Jakarta tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buruh dan politik: studi tentang perjuangan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (K.KASBI) dalam menuntut penghapusan sistem outsourching dan kenaikan UMP DKI Jakarta tahun 2013"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

BURUH DAN POLITIK:

STUDI TENTANG PERJUANGAN KONFEDERASI

SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA (KSPSI)

DAN KONFEDERASI KONGRES ALIANSI SERIKAT

BURUH INDONESIA (K.KASBI) DALAM MENUNTUT

PENGHAPUSAN SISTEM

OUTSOURCING

DAN

KENAIKAN UMP DKI JAKARTA TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Umar Algifari

108033200021

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAKSI

Penelitian ini menggambarkan perjuangan organisasi pekerja/buruh KSPSI dan K.KASBI yang menuntut penghapusan sistem outourcing yang dianggap pekerja/buruh adalah sistem perbudakan di Indonesia dan menuntut kenaikan Upah Minimum Provinsi di Jakarta tahun 2013. Dalam penelitian ini yang dilakukan dengan menggunakan tekhnik studi pustaka dan wawancara narasumber yang terkait sehingga peneliti menemukan bahwa peran dari dua organisasi di atas sangatlah berbeda dalam memperjuangkan kasus-kasus yang berkaitan dengan pekerja/buruh.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran organisasi pekerja/buruh yakni KSPSI dan K.KASBI dalam menyikapi tuntutan penghapusan sistem outsourcing dan menuntut kenaikan Upah Minimum Provinsi Jakarta tahun 2013. Selain itu untuk mengetahui perbedaan perjuangan dari dua organisasi pekerja/buruh yakni KSPSI dan K.KASBI.

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada pengurus pusat KSPSI dan K.KASBI. peneliti juga melakukan observasi dengan mengikuti beberapa kegiatan yang dilakukan oleh KSPSI dan K.KASBI.

Teori yang digunakan peneliti adalah teori kelompok kepentingan dan teori ruang publik. Peneliti ingin melihat bagaimana KSPSI dan K.KASBI sebagai kelompok kepentingan yang masuk dalam kategori assosiasional di mana dalam ketegori ini meliputi serikat buruh, kamar dagang, himpunan petani, asosiasi etnis dan agama. Kelompok pekerja/buruh juga memanfaatkan ruang publik dalam melakukan tuntutan-tuntutan yang berkaitan langsung dengan kepentingan mereka sebagai pekerja/buruh.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT Atas rahmat, karunia, serta nikmat-Nya. Shalawat dan salam terhatur kepada khadirat Rasullah SAW. Semua itu adalah ungkapan syukur karena berkat nikmat itulah penelitian “BURUH DAN POLITIK STUDY KASUS: PERJUANGAN KSPSI DAN K.KASBI DALAM MENUNTUT PENGHAPUSAN SISTEM OUTSOURCING DAN KENAIKAN UMP DKI JAKARTA 2013” dapat terselesaikan.

Untuk itu, peneliti haturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah.

2. Bapak Ali Munhanif, Ph. D., selaku Ketua Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Zaky Mubarak, MA., selaku Sekertaris Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Suryani, M.Si., dosen pembimbing yang selalu mengajariku akan

pentingnya sebuah proses perjuangan. Keikhlasan, kesabaran dan ketegasanya membuatku semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada saya.

6. Segenap jajaran pegawai tata usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. H. Ali, babeh yang selalu mendidik dengan cara yang unik. Dengan santai namun pasti, menjadikanku begitu mengerti tentang arti perjuangan hidup. Harapanmu telah kujalankan, penelitian ini salah satunya.

(7)

iii

9. Tuti Alawiyah, Anissa, Milatul Azizah, Haiza Ronie, Usman Alfarisi, tantangan kalian telah aku buktikan dengan menyelesaikan penelitian ini. Doa dan harapan yang kalian panjatkan menjadi kenyataan.

10. Kawan-kawan Buruh, melalui realita kehidupanmulah aku mengenal buruh, dan mengetahui penderitaanmu yang sebenarnya. Semoga senantiasa ketegaran selalu mengiringi langkahmu.

11. Kawan kawan di KAM JAKARTA (Komite Aksi Mahasiswa Jakarta), semangat perjuangan yang kau ajari adalah pelajaran berharga bagiku dalam menjalankan dinamika kehidupan.

12. Demang Rinjai, melalui pria yang kujumpai semasa aktif di KAM JAKARTA (Komite Aksi Mahasiswa Jakarta) ini aku memahami bahwa pertarungan harus dimenangkan. Terus berjuang kawan.

13. Muhammad Reza, Jojo Septianto, Indah Permatasari, Ita Rahmawati, antara aku, kau dan mereka semoga menjadi rajutan terindah.

14. Teman berbincang yang memberi kesan dan makna tersendiri: Adi Saputra, Lukmanul Hakim, Imron Rosyadi, Mukti Ali.

15. Dwita Synthiawati, lonceng terindah yang senantiasa mengingatkanku bahwa penelitian ini harus cepat diselsaikan. Semoga indah pada waktunya.

Semoga segala kebaikan kalian terbalas. Dengan adanya keterbatasan kemampuan peneliti, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi penyempurna penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 28 Desember 2013

(8)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah... 11

C. Rumusan Masalah... 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 12

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Metodologi Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kelompok Kepentingan ... 17

B. Teori Ruang Publik ... 24

BAB III PROFIL ORGANISASI KSPSI DAN K.KASBI A. Sejarah Organisasi Buruh di Indonesia ... 27

B. Peran dan Fungsi Organisasi Pekerja/Buruh ... 31

C. Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia 1. Sejarah KSPSI ... 31

2. Perkembangan Organisasi ... 34

3. Struktur Organisasi ... 43

4. Visi dan Misi KSPSI ... 48

(9)

v

2. Struktur Organisasi ... 53 3. Visi dan Misi K.KASBI ... 56 4. Program Perjuangan ... 57

BAB IV PERAN KSPSI DAN K.KASBI DALAM MENUNTUT PENGHAPUSAN SISTEM OUTSOURCING DAN KENAIKAN UMP DKI JAKARTA 2013

A. Peran Buruh Sebagai Kelompok Kepentingan ... 65 B. Strategi gerakan KSPSI dalam menuntut penghapusan

sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta

2013 ... 69 C. Strategi gerakan K.KASBI dalam menuntut penghapusan

sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta

2013 ... 75 D. Efektifitas gerakan KSPSI dan K.KASBI dalam

menuntut penghapusan sistem outsourcig dan kenaikan

UMP DKI Jakarta 2013 ... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 88 B. Saran ... 91

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel I Perbandingan gerakan KSPSI dan K.KASBI dalam memperjuangkan penghapusan sistem outsourcing

dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013 ... 87

DAFTAR BAGAN Bagan I Organisasi FBSI ... 35

Bagan II Struktur SPSI ... 36

Bagan III Struktur pengurus KSPSI ... 43

Bagan IV Struktur pengurus MPO KSPSI... 44

Bagan V Struktur organisasi K.KASBI ... 53

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keadaan pekerja/buruh di Indonesia saat ini dibenturkan pada masalah-masalah yang cukup pelik, diantaranya persaingan dalam dunia bisnis antar perusahaan semakin ketat bersaing, sehingga membuat pengusaha harus berfikir keras pada rangkaian proses dan aktivitas penciptaan produk dan jasa yang berkaitan dengan kompetisi utamanya.

Karena adanya persaingan dalam dunia bisnis, menghasilkan sejumlah produksi dan jasa yang memiliki tingkat kualitas serta daya saing di pasaran. Hal ini membuat perusahaan berupaya untuk melakukan efisiensi biaya produksi.

Belum lama ini pekerja/buruh dikagetkan dengan timbulnya sistem outsourcing atau alih daya dan upah minimum tingkat kota, provinsi yang selalu di anggap pekerja/buruh tidak sebanding dengan pekerjaannya.

Outsourcing adalah praktek dalam dunia bisnis yang muncul sejak akhir 1980-an dan menjadi strategi utama bisnis dalam iklim kompetisi yang ketat. Didefinisikan sebagai proses mengalihdayakan atau memindahkan atau memborongkan kegiatan usaha ke pihak ketiga.1

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa sistem outsourcing atau alih daya merupakan pemborongan atau penyedian jasa tenaga kerja yang di mana badan penyedia jasa tersebut melakukan

1

Indrasari Tjandraningsih, Rina Herawati, dan Suhadmadi, Diskriminatif & Eksploitatif

“Prektek Kerja Kontrak Dan Outsourcing Buruh Di Sektor Industri Metal Di Indonesia”

(12)

proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi atau kriteria yang sudah disepakati oleh para pihak yang bekerja sama (perusahaan dan penyedia jasa).2

Adapun pengaturan sistem outsourcing hanya boleh dilakukan dibidang-bidang tertentu, seperti Security, Cleaning Service, Driver, Catering, dan jasa penunjang pertambangan dan tidak boleh untuk proses inti produksi atau kegiatan utama perusahaan.

Sistem ini bertujuan untuk mempermudah mencari lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang ingin bekerja melalui jasa penyalur kerja.3 Outsorcing juga bermaksud untuk mengurangi biaya perusahaan dengan cara memberikan pekerjaan kepada yang ahli agar pekerjaan lebih efesien dan perusahaan akan fokus dalam melakukan aktifitas yang merupakan keahlian utamanya dengan kata lain efesiensi tenaga kerja.4 Jangka panjangnya, diharapkan dapat mengurangi pemusatan dari kegiatan industri yang ada di kota menjadi rata ke daerah-daerah.5

Pelaksanaan sistem outsourcing dapat memberikan manfaat bagi pemerintah, pengusaha, pekerja/buruh. Manfaat untuk pemerintah adalah membantu mengembangkan dan mendorong proses pertumbuhan ekonomi secara nasional. Bagi pengusaha dan perusahaan adalah meningkatkan fokus perusahaan, membagi resiko, menciptakan dana segar, mengurangi dan mengendalikan biaya operasi, serta memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri. Untuk pekerja

2

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pada Bab IX Hubungan Kerja. Pasal. 64.

3Jurnal Hukum, “Outsourcing dan tenagakerja” tersedia di http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/05/outsourcing-dan-tenaga-kerja.html; internet; diunduh pada21 Februari 2013.

4

Celia Mather, Menjinakan Sang Kuda Troya: Perjuangan Serikat Buruh Menghadang

Sistem Kontrak Outsourcing (Jakarta: Turc dan Fsp Kep, 2008), 2. 5

Komang Priambada, Outsourcing Versus Serikat Pekeja (Jakarta: Alih Daya Publishing,

(13)

manfaat yang diperoleh adalah aktivitas industri di daerah akan mendorong kegiatan ekonomi penunjang di lingkungan masyarakat, mengembangkan infrastruktur sosial masyarakat, budaya kerja, disiplin dan peningkatan kemampuan ekonomi, mengatasi pengangguran, meningkatkan kemampuan dan budaya perusahaan dilingkungan masyarakat .6

Pada perkembangan, ternyata sistem outsourcing banyak ditolak oleh pekerja/buruh karena dianggap merugikan dan hanya menguntungkan perusahaan saja. Ini disebabkan karena sitem outsourcing membuat perusahaan lebih memilih mengangkat pekerja secara outsourcing daripada menjadikan mereka sebagai pekerja tetap. Karena melalui outsourcing perusahaan dapat menghemat banyak pengeluaran, seperti pengeluaran ekonomi perusahaan, tunjangan-tunjangan yang berkaitan dengan kesejahteraan pekerja.

Dalam praktiknya, penerapan sistem outsourcing hanya memindahkan pekerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain dengan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun. Untuk menghindari tuntutan hukum, nama perusahaan dan manajemen diubah berkali-kali namun dengan pemilik modal yang sama.

Tidak hanya itu, sistem outsourcing berdampak pada buruh outsourcing yang gajinya di bawah upah minimum, tidak ada tunjangan, asuransi, jaminan sosial, bahkan terjadinya pemotongan gaji.7 Dengan demikian keadaan ini menjadi salah satu pemicu adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

6

Iftida Yasar, Sukses Implementasi ( Jakarta: PPM Manajemen. cet 1, 2008), 15.

7Depnakertrans, “

Menakertrans: Cabut Ijin Outsourcing yang Menyengsarakan Pekerja”,

(14)

besaran terhadap pekerja/buruh tetap dan mengganti pekerja/buruh bersetatus kontrak.

Selain masalah sistem outsourcing, masalah yang dihadapi pekerja/buruh adalah upah. Adapun yang dimaksud dengan upah menurut pasal 1 ayat 30 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah:

“Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepda pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan”.(UU No. 13 Tahun 2003, pasal 1 ayat 30).

Upah merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah hubungan kerja, karena dalam menjalankan pekerjaan terdapat beberapa makna yang dapat diperoleh pekerja/buruh. Makna kerja dapat ditinjau dari berbagai segi diantaranya:

a. Segi individu, merupakan gerak daripada badan dan pikiran setiap orang agar memelihara kelangsungan hidup.

b. Segi sosial, melakukan pekerjaan agar menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Berkaitan dengan makna poin yang pertama adalah upah merupakan tujuan utama mengapa pekerja/buruh melakukan pekerjaan di perusahaan. Jika upah bukan merupakan tujuan utama mungkin hubungan itu bukan hubungan kerja.8

Seperti masalah Upah Minimum Provinsi (UMP), belum hilang diingatan protes besar-besaran yang terjadi menuntut keniakan UMP DKI Jakarta 2013.

8

Zaeni Asyhadie, S.H., dan M. Hum, Peradilan Hubungan Industrial (Jakarta: PT Raja

(15)

Aksi yang dilakukan pekerja/buruh beragam, ada yang melakukan aksi dengan diskusi, dialog tripartit (pemerinitah, pengusaha, pekerja/buruh), ada juga aksi demonstrasi. Semua itu dilakukan sebagai cara protes kepada pemerintah agar dapat mengeluarkan putusan kenaikan upah.

Perjuangan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013 dilakukan pada akhir tahun 2012. Hal ini menjadi program tahunan organisasi-ogaisasi pekerja/buruh untuk melakukan aksi di akhir tahun agar dapat kenaikan gaji di awal tahun. Pada tahun 2012 gaji yang didapat pekerja/buruh wilayah DKI Jakarta sebesar Rp. 1.529.150,00. Dengan gaji seperti ini mengharuskan pekerja/buruh untuk dapat bertahan hidup selama sebulan, baik pekerja/buruh yang masih lajang ataupun yang telah berkeluarga.

Kondisi seperti ini membuat pekerja/buruh harus berfikir keras untuk mengatur pengeluaran keuangan agar dapat bertahan hidup. Sementara kebutuhan bahan pokok setiap tahunnya terus naik. Sehingga dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki pekerja/buruh, serikat pekerja/buruh, sampai kepada konfederasi pekerja sepakat untuk melakukan protes kepada pemerintah agar gaji pekerja/buruh dapat dinaikan seiring dengan kenaikan kebutuhan pokok yang tiap tahun selalu naik harganya.

(16)

Minimum Provinsi Tahun 2013.9 Dalam Undang-Undang ini dijelaskan pada Pasal 1 bahwa Upah Minimum Provinsi Jakarta tahun 2013 sebesar Rp. 2.200.000,00 tiap bulannya.10 Kenaikan upah pekerja/buruh pada tahun ini sebesar 43, 8 % dari tahun 2012 yang berkisar Rp. 1.529.150,00.

Kenaikan UMP Jakarta 2013 membuat pihak pengusaha yang terhimpun dalam KADIN (Kamar Dagang Industri) Provinsi DKI Jakarta yang disampaikan oleh Ketua Umum Eddy Kuntadi dan Wakil Ketua Umum Kadin DKI Sarman Simanjorang, menyatakan bahwa KADIN mempunyai beberapa catatan yang didapatkan laporan dari beberapa perusahaan dan asosiasi terkait naiknnya UMP DKI Jakarta 2013. Mereka mencermati dari segi biaya, bahwa jika tidak mencukupi atau mampu membayar pekerja/buruh, pengurangan pekerja/buruh bisa saja dilakukan. Seharusnya pemerintah sudah tahu sikap pengusaha bahwa UMP DKI Jakarta 2013 begitu berat untuk pengusaha.11

KADIN juga menganggap bahwa kenaikan UMP Jakarta 2013 adalah langkah yang ceroboh, sehingga membuat upah di Jakarta naik signifikan per-tahunnya, maka tidak menutup kemungkinan upah pekerja/buruh nantinya naik tinggi hingga 10 juta. Cara seperti ini membuat iklim investasi menjadi tidak kondusif, sehingga membuat banyak investor kabur dari Indonesia.12

9

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 189 Tahun 2012 Tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2013.

10

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 189 Tahun 2012 Tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2013 pasal 1.

11

The President Post The Spirit Of Indonesia, “UMP Naik, Pengusaha Cemas Industri

Manufaktur Indonesia Hancur” eidisi Edisi November 2012 Minggu ke-4 No. 12, tersedia di

www.thepresidentpostindonesia.com; internet: diunduh pada 23 Maret 2013.

(17)

Sementara itu, hasil dari penetapan kebijakan UMP DKI Jakarta 2013 dirasakan oleh kalangan pekerja/buruh sebagai langkah awal perjuangan, seterusnya pekerja/buruh akan berjuang demi mencapai kesejahteraan yang diinginkan.

Dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini kebijakan upah minimum adalah satu-satunya kebijakan pemerintah Indonesia yang dengan secara langsung dan eksplisit dikaitkan dengan upah pekerja/buruh. Maka wajar saja jika semua pihak (pemerintah, pengusaha, buruh) menempatkan kenaikan upah sebagai isu sentral, bahkan tidak sedikit yang menganggap upah minimum adalah obat ampuh bagi masalah kesejahteraan pekerja/buruh.13

UMP adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi. Upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok, juga termasuk tunjangan tetap yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Kep-231 /MEN/2003 dengan merujuk Kebutuhan Hidup Layak (KHL).14

KHL sendiri telah diatur dalam Permenakertrans No. 17 Tahun 2005 terkait Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Dalam pasal 1 ayat 1 Menyatakan bahwa KHL adalah standar kebutuhan yang

13

Edy Priyono, “Situasi Ketenagakerjaan Indonesia dan Tinjauan Kritis Terhadap

Kebijakan Upah Minimum”, Jurnal Ananlisis Sosial: Upah Minimum dan Kesejahteraan Buruh: Peluang dan Tantangan Bagi Serikat Buruh (01 Februari 2002): 49.

14

Edytus Adisu, Hak Karyawan Atas Gaji dan Pedoman Menghitung: Gaji Pokok Pajak

(18)

harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan.15

Melihat definisi KHL tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak cocok dan bertolak belakang pada hukum apabila upah minimum diberikan kepada pekerja/buruh yang telah berkeluarga. Karena pekerja/buruh yang telah berkeluarga berbeda kebutuhannya dengan pekerja/buruh yang masih lajang. Mereka harus memikirkan kehidupan anak dan isterinya yang harus tetap hidup walaupun jauh dari kata layak. Selanjutnya, mereka harus memikirkan bayar sewa rumah kalau yang tidak punya rumah tetap.

Terlalu banyak yang harus mereka fikirkan untuk tetap bertahan hidup. Ini semua dikarenakan sistem upah murah di Indonesia yang diakibatkan oleh kebijakan perburuhan bersifat kapitalis yang diterapkan oleh penguasa dan pengusaha hingga mengakibatkan keadan hidup pekerja/buruh jauh dari layak.16

Pada kondisi inilah peran organisasi pekerja/buruh dibutuhkan untuk mengontrol setiap kebijakan yang merugikan pekerja/buruh dan berperan sebagai wadah untuk menampung aspirasi. Banyak organisasi pekerja/buruh di Indonesia, tercatat dalam kemenakertrans 5 Konfederasi SP/SB, 91 Federasi SP/SB, 437 (SP/SB) tingkat perusahaan, 170 SP/SB BUMN. Sedangkan total jumlah anggota SP/SB seluruhnya mencapai 3.414.455.17 Salah satu dari sekian banyak organisasi

15

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak No. 17 Tahun 2005. Pasal 1.

16

Surya Tjandra, Yasmine MS Soraya, dan Jamaludin, Advokasi Pengupahan Di

DaerahStrategi Serikat Buruh Di Era Otonomi Daerah (Jakarta: Turch, 2007),3. 17

Depnakertrans, “Daftar Serikat Pekerja Di Iindonesia

(sudah mendaftar sesuai dengan Peraturan Menteri Tenagakerja no. 5/MEN/1998)” tersedia di

(19)

pekerja/buruh yang konsisten dalam memperjuangkan penghapusan sistem outsourcing dan UMP antara lain adalah KSPSI dan K.KASBI.

Kedua organisasi pekerja/buruh di atas mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan pekerja/buruh, dan menolak setiap kebijakan pemerintah yang bertolak belakang dengan kepentingan pekerja/buruh. Perbedaannya adalah, secara formal organisasi, metode dan strategi gerakan yang dijalankan, serta pola-pola penyelesaian masalah-masalah perburuhan.

Organisasi pekerja/buruh di Indonesia beragam, ada yang menamakan serikat pekerja, ada pula yang menamakan serikat buruh. Dua istilah yang berbeda makna, pengertian pekerja lebih kepada proses dan bersifat mandiri.18 Seperti dokter, pada prosesnya bekerja memperoleh nilai tambah dan dari proses penciptaan nilai tambah yang mereka buat sendiri. Sementara buruh adalah orang yang diperintah dan dipekerjakan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dasar proses produksi.

Pada dasarnya pekerja di perusahaan digolongkan dalam dua kelompok, Pertama, kelompok kerah putih, biasa disebut dengan pekerja professional, cenderung lebih soft dalam bekerja dan lebih memakai kemampuan intelektual untuk bekerja, seperti pengusaha, orang-orang yang bekerja di perkantoran, guru honorer, tenaga penyuluh, dan tenaga kesehatan. Mereka tidak bisa disebut buruh akan tetapi pada umumnya tidak keberatan jika disebut pekerja. Kedua, kelompok kerah biru, biasa disebut dengan pekerja kasar, lebih menggunakan kekuatan fisik dalam bekerja. Kelompok ini disebut buruh, cenderung dikonotasikan sebagai

18

Dr. Payaman J. Simanjuntak, Undang-Undang yang baru tentang Serikat Pekerja/Serikat

(20)

pekerja kasar yang mengandalkan kekuatan fisik daripada kemampuan intelektual. Seperti pekerja pabrik, konveksi, cleaning service, dan satpam.19

Dari perbedaan makna pekerja dan buruh di atas menjadi salah satu motivasi gerakan KSPSI dan K.KASBI. Pada strategi penyelesaian masalah KSPSI dan K.KASBI, KSPSI lebih bersifat soft dan persuasif, aksi-aksi yang terkemas lebih halus dan tidak anarkis seperti melakukan aksi intelektual dengan cara diskusi, seminar yang meliputi tripartit (pemerintah, pengusaha, pekerja) sehingga harapan dari pekerja dapat disalurkan dengan baik.20 Sedangkan gerakan buruh yang dilakukan K.KASBI lebih agresif dalam memprotes sistem perburuhan yang mereka anggap merugikan dan menyengsarakan kehidupan buruh dengan melakukan aksi demonstrasi massa.

Persoalan tuntutan penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013 adalah salah satu masalah yang diangkat secara serius oleh kedua organisasi di atas (KSPSI dan K.KASBI).

Alasan peneliti kenapa memilih kedua organisasi pekerja/buruh KSPSI dan K.KASBI adalah karena keduannya masih konsisten dalam memperjuangkan penghapusan sistem outsourcing dan UMP DKI Jakarta 2013. Keduanya mempunyai kedudukan yang berbeda. KSPSI merupakan organisasi pekerja yang dibentuk pemerintah Orde Baru dan masih terus eksis sampai saat ini. Sedangkan K.KASBI organisasi buruh independent yang terbentuk pasca reformasi.

19

Simanjuntak, Undang-Undang yang baru tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, 9.

20Beritasatu, “

Ketua Kspsi Imbau Buruh Tak Demo Saat Mayday”, tersedia di

(21)

Dari penjelasan latar belakang masalah di atas menarik jika dikaji lebih jauh terkait perbedaan gerakan KSPSI dan K.KASBI dalam menyikapi isu penghapusan sistem outsourcing dan tuntutan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013. Maka dari itu, tema pada penelitian ini adalah “ Buruh dan Politik Study Kasus:

Perjuangan KSPSI dan K.KASBI dalam Menuntut Penghapusan sistem Outsourcing dan Kenaikan UMP DKI Jakarta 2013”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian ini hanya mengenai perbedaan strategi gerakan KSPSI dan K.KASBI dalam menyikapi tuntutan penghapusan sistem outsourcing dan menuntut kenaikan UMP DKI Jakarta 2013. Serta bagaimana pengaruh dari dikeluarkannya kebijakan tentang sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013.

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada peran dan perbedaan perjuangan KSPSI dan K.KASBI dalam menuntut penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013.

Untuk itu, pertanyaan penulis fokus pada:

1. Bagaimana peran KSPSI dan K.KASBI dalam menuntut penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013?

(22)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran organisasi KSPSI dan K.KASBI dalam menyikapi tuntuan penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013.

2. Mengetahui perbedaan perjuangan dari dua organisasi pekerja/buruh yakni KSPSI dan K.KASBI.

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah untuk melihat dan mengetahui potret perjuangan gerakan pekerja/buruh dalam memperjuangkan hak-haknya dan membangun kesadaran kelas. Lebih khusus peran KSPSI, K.KASBI dalam menyikapi penghapusan sistem outsourcing dan UMP DKI Jakarta 2013.

Manfaat secara teoritis untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh, serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Politik, dan khususnya mengenai perjuangan pekerja/buruh dalam memperjuangkan haknya.

Secara akademik, diharapkan dapat menambah informasi dan bahan kajian penelitian. Bagi kepentingan publik, diharapkan dapat memberikan kesadaran terhadap kondisi pekera/buruh di Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

(23)

Menghadang Sistem Kontrak/Outsourcing, diterbitkan Turch pada tahun 2008.21 Buku ini menjelaskan serikat buruh ICEM (International Federation Of Chemical, Energy, Mine and General Workers Unions) dalam memperjuangkan hak-hak buruh guna mencapai kehidupan yang stabil. Serta menghadang Sistem outsourcing yang menurutnya mempunyai pengaruh yang luar biasa, khususnya pada status kerja, kesejahteraan mereka. Penelitian ini adalah hasil dari penelitian dan kajian perburuhan hubungan kerja diberbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Hasil dari penelitian ini adalah masih banyak buruh yang belum memahami bahwa sistem kerja outsourcing adalah sistem yang membahayakan, karena kontrak bisnis itu bukanlah kontrak bisnis biasa melaikan kontrak yang membawa pengaruh besar bagi keadaan buruh. Perbedaan yang dilakukan Celia Mather dengan peneliti adalah organisasi buruh yang berbeda, tempat penelitian yang berbeda.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Ganda Syahputra, S dalam skripsinya, “Peranan Serikat Buruh dalam Memperjuangkan Hak Upah dan Politik. Study Kasus: Serikat Buruh Medan Independen”.22 Fokus penelitian ini pada Serikat Buruh Medan (SBMI) dalam memperjuangkan hak-hak buruh terutama masalah kenaikan UMP di Medan. Penelitian ini menjelaskan bahwa pentingnya gerakan buruh dalam mengawal proses kebijakan pemerintah yang bersangkutan dengan masalah buruh. Hasil penelitian ini adalah bahwa SBMI belum berhasil dalam memasukan agenda perubahan dalam proses pengambilan

21

Celia Mather, Menjinakan Sang Kuda Troya: Perjuangan Serikat Buruh Menghadang

Sistem Kontrak/Outsourcing (Jakarta: Turch, 2008). 22

Ganda Syahputra, S, Peranan Serikat Buruh dalam Memperjuangkan Hak Upah dan

(24)

kebijakan di Sumatera Utara, khususnya dalam penetapan upah yang layak. Perbedaan dari Ganda Syahputra, S dengan peneliti adalah serikat/organisasi buruh yang berbeda, tempat penelitian yang berbeda, kasus yang dipilih berbeda. F. Metode Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat dari dibuatnya penelitian, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan metode:

Pertama, metodologi studi pustaka, bertujuan untuk memperoleh data bacaan buku, jurnal, buletin, majalah, dan artikel yang termuat di berbagai media cetak atau media elektronik yang bersangkutan pada kasus penelitian. Kedua, metode wawancara, bertujuan untuk mendukung data-data penelitian dan memperkuat penelitian. Adapun wawancara yang akan dilakukan peneliti pada Yoris Raweyai (sebagai Presiden KSPSI), Nining Elitos (sebagai ketua K.KASBI) mengenai peran organisasinya dalam menyikapi outsourcing dan UMP DKI Jakarta 2013.

(25)

merupakan penelitian yang sampel dan sumber datanya belum mantap dan rinci, masih fleksibel sehingga masih adanya kemungkinan terjadi perubahan.23

Dengan menggunakan teknik deskriptif analisis ini peneliti berharap dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan perjuangan KSPSI dan K.KASBI dalam menyikapi sistem outsourcing dan UMP DKI Jakarta 2013.

Adapun teknik penulisan penelitian ini mengacu pada Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi yang di tulis oleh Tim Penyusun Panduan Akademik Fakultas Ilmu Sosial Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.24

G. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum, peneliti menyajikan sistematika penulisan dalam 5 bab. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dapat dilakukan secara sistematis sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembaca penelitian ini. Adapun pembahasan dan penulisan penelitian ini secara garis besar yaitu:

Bab I membahas pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai landasan teori yang terdiri dari teori kelompok kepentingan dan teori ruang publik.

Bab III membahas mengenai profil organisasi KSPSI dan K.KASBI yang meliputi sejarah organisasi buruh di Indonesia, peran dan fungsi organisasi

23

Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006),13. 24

FISIP UIN Jakarta, Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi (Jakarta:

(26)

pekerja/buruh, sejarah KSPSI dan K.KASBI, perkembangan organisasi, visi dan misi organisasi, hingga program perjuangan organisasi.

Bab IV membahas mengenai peran KSPSI dan Konfederasi K.KASBI dalam menuntut penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013 yang meliputi peran buruh sebagai kelompok kepentingan, strategi gerkan KSPSI dalam menunutut penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013, strategi gerakan K.KASBI dalam menunutut penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013, efektifitas gerakan KSPSI dan K.KASBI dalam menuntut penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013.

(27)

BAB II

KERANGKA TEORI

Lengsernya Soeharto adalah pertanda hancurnya rezim otoriter sekaligus peluang munculnya era demokrasi. Saat itu pula tibul berbagai macam kelompok yang beraliran politik, budaya, religius, termasuk kelompok pekerja/buruh yang menyuarakan aspirasi pekerja/buruh seperti KSPSI dan K.KASBI.

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengkaji Perjuangan KSPSI dan K.KASBI dalam menuntut penghapusan sistem outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta 2013. Melihat judul tersebut, penting untuk diulas tentang teori yang berkaitan dengan judul penelitian tersebut. Diantra teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

A. Teori Kelompok Kepentingan

Sebuah kebijakan atau keputusan yang dilakukan oleh pemerintah tidak selalu berdampak baik bagi rakyatnya, tidak jarang keputusan pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat tertentu. Saat itulah kelompok kepentingan memiliki peran dan porsi penting dalam sistem politik, karena kemampuan kelompok kepentingan dalam membangun isu-isu individual atau kelompok menjadi sebuah isu publik. Adapun untuk merealisasikan kepentingan dapat dilakukan dengan pengajuan permohonan, tuntutan, atau dukungan yang dilakukan seseorang bahkan kelompok terhadap sebuah keputusan yang sudah ditetapkan pemerintah.1

Kelompok adalah sekumpulan individu yang berdasarkan kepentingan atau sikap yang membuat klaim pada kelompok lain di masyarakat. Menurut Truman

1

Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik:Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik (Yogyakarta:

(28)

sebuah kelompok dapat menjadi kelompok yang mempunyai kepentingan politik, apabila membuat klaim pada lembaga pemerintahan melalui kelompok yang mempunyai kepentingan, seorang individu untuk berusaha menyelamatkan keinginan politik dan kelompok.2

Kelompok kepentingan adalah kelompok yang berusaha mempengaruhi kebijakan publik dalam suatu bidang yang dapat dikatakan penting untuk anggota-anggotanya.3 Kelompok ini memusatkan perhatian pada bagaimana mengartikulasikan kepentingan tertentu kepada pemerintah. Sehingga harapannya pemerintah dapat menyusun kebijakan yang menampung kepentingan kelompok. Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok kepentingan lebih berorientasi pada perumusan kebijakan umum yang dibuat pemerintah.4

Kelompok kepentingan hadir sebagai bentuk sekelompok orang untuk membuat kesepakatan dengan satu tujuan, semata untuk masyarakat, dengan melalui kelompok kepentingan yang ada inilah masyarakat dapat menjadikan kelompok ini sebagai perpanjangan tangan dengan melakukan tekanan.

Sebelumnya, kelompok kepentingan disebut dengan kelompok penekan, tetapi karena munculnya anggapan bahwa tidak semua kelompok kepentingan mengadakan penekanan, maka masyarakat cenderung memakai istilah kelompok kepentingan. Kelompok ini muncul pertama kali pada awal abad ke-19, kelompok ini cendrung menfokuskan pada satu masalah tertentu saja, keanggotaannya juga terdiri dari golongan-golongan tertindas serta terpinggirkan,

2

Agustino, Perihal Ilmu Politik, 170-171.

3Marcus Ethridge dan Howard Handelman, “

Politics in a Changing Society: A Comparative Introduction to Political Science,” dalam Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 383.

4

(29)

seperti buruh di Eropa Barat, Afrika dan Amerika Serikat, dengan tujuan utama adalah memperbaiki nasib dari masing-masing golongan, terutama keadaan ekonomi.5

Pada tahun 1060-an muncul fenomena baru sebagai lanjutan dari gerakan sosial lama, yaitu gerakan sosial baru (New Social Movements/MNS) gerakan sosial baru ini berkembang menjadi lebih dinamis, dasar dari kelompok ini adalah “Protes”. Kelompok ini sangat kritis terhadap cara-cara berpolitik, juga

menginginkan desentralisasi dari kekuasaan negara, desentralisasi pemerintah, partisipasi dalam peningkatan swadaya masyarakat.6

Menurut Ramlan Surbakti, kelompok kepentingan (interest group) adalah sekumpulan orang yang memiliki persamaan sifat, sikap, kepercayaan, tujuan dan sepakat menyatukan dirinya dalam sebuah perkumpulan atau organisasi guna melindungi dirinya serta mencapai tujuannya. Kelompok ini memfokuskan perhatiannya pada bagaimana menyampaikan kepentingannya kepada pemerintah sehingga pemerintah menyusun kebijakan yang menampung kepentingan kelompok. Maka kelompok kepentingan ini lebih berorientasi pada proses perumusan kebijakan umum yang dibuat pemerintah.7

Menurut Mohtar Mas’oed dan Dr. Colin MacAnrews, kelompok

kepentingan merupakan sebuah organisasi yang berupaya mempengaruhi

5

Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,

2008), 383-384. 6

Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 384.

7

(30)

kebijakan pemerintah tanpa waktu yang bersamaan berkehendak memperoleh jabatan publik.8

Orientasi tentang jabatan publik menandakan kelompok kepentingan yang terorganisir seperti partai politik. Menurutnya, jika ada salah satu anggota dari kelompok kepentingan atau pemimpinnya masuk dalam jajaran pemerintah, tetap saja kelompok kepentingan itu sendiri tidak dipandang sebagai sebuah organisasi yang ingin menguasai pemerintahan sebagaimana tujuan partai politik. Walaupun demikian, dalam praktiknya acap kali ditemukan adanya kelompok kepentingan yang terlibat dalam kandidat-kandidat calon partai sehingga keangotaan kelompok kepentingan dan partai politik menjadi tumpang tindih.9

Memiliki finansial, jumlah keanggotaan, kecakapan politik, dan kesatuan organisasi dihadapan pemerintah merupakan kerja kelompok kepentingan agar dapat berjalan efektif. Disisi lain, perlu bagi kelompok kepentingan untuk mengarahkan dukungan, sumberdaya anggota, dan tenaga.10

Gabriel Almond membagi kelompok kepentingan menjadi empat tipe, antara lain adalah:11

1. Kelompok kepentingan anomik, kelompok ini tidak mempunyai organisasi yang legal, tetapi individu-individu yang terlibat merasa mempunyai perasaan frustasi dan ketidakpuasan. Kelompok ini menyampaikan kepentingannya dengan spontan, lebih bersifat pada tindakan segera seperti

8Mohtar Mas’oed, Dr. Colin MacAn

drews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta:

Gajah Mada University, 2000), 53. 9

MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, 53-54.

10

MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, 60.

11

(31)

demonstrasi, pemogokan yang tidak terkontrol hingga berujung pada kekerasan.

2. Kelompok kepentingan non-asosiasi, kelompok ini tumbuh karena solidaritas sperti saudara, agama, etnis, suku, ras. Biasanya kelompok ini tdak aktif secara politik juga tidak mempunyai organisasi yang ketat. Kelompok ini terbentuk apabila memiliki kepentingan yang sama untuk diperjuangkan kepentingan dan bubar setelah melakukan kegiatan kelompok ini bubar dengan sendirinya.

3. Kelompok kepentingan institusional, kelompok ini bersifat formal yang sering muncul dalam sebuah lembaga-lembaga politik dan pemerintahan yang fungsinya bukan mengartikulasi kepentingan bersama. Seperti Darma Wanita, KORPRI (Korps Pegawai Republik Indonesia), PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Posisi ini begitu strategis dan berpengaruh jika digunakan untuk kepentingan kelompok. Tetapi kelompok ini cenderung melayani kepentingannya sendiri.

4. Kelompok kepentingan assosiasional, kelompok ini terdiri dari serikat buruh, kamar dagang, himpunan petani, asosiasi etnis dan agama. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan yang eksplisit dan mempunyai organisasi yang baik dengan anggota yang bekerja penuh waktu sehingga menjadikan lebih efektif dan lebih baik dari kelompok-kelompok yang lain dalam memperjuangkan kepentingan.12

12

(32)

Dalam penelitian ini KSPSI dan K.KASBI masuk dalam kategori kelompok kepentingan assosiasional, yang dalam ketegori ini meliputi serikat buruh, kamar dagang, himpunan petani, asosiasi etnis dan agama.

Kelompok assosiasional adalah mereka yang dihuni oleh para aktivis secara sukarela (walaupun mereka sama-sama mempunyai organisasi profesional dan permanen). Orang yang bergabung dalam kelompok ini mempunyai rasa dan cita-cita kepentingan bersama. Kelompok ini biasanya memiliki batasan atau spesifikasi tujuan dalam mencapai kepentingan yang mereka harapkan.13

Secara khas kelompok kepentingan assosiasional menyatakan kepentingannya dari kelompok khusus, menggunakan tenaga profesional yang bekerja secara penuh, dan mempunyai prosedur yang teratur untuk merumuskan kepentingan dan tuntutan.14

Kelompok ini juga tidak menutup diri bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan kelompok assosiasional. Masyarakat yang bergabung dalam kelompok ini biasanya untuk mempromosikan kepentingannya agar kemudian dapat berjalan sinergis dengan kelompok assosiasional. Kelompok ini yang paling berpengaruh dalam keadaan demokrasi yang sudah mapan. Walaupun dalam beberapa taktiknya dapat dianggap konvensional, radikal, oposisi dan nilai keragaman pendapat yang terdapat pada rezim tersebut. Bila diizinkan berkembang, maka cenderung dapat menentukan perkembangan dari macam-macam kelompok kepentingan yang ada (anomik, non-assosiasional, institusional).

13

Barrie Axford, et al, An Introduction Second Edition: Politics (New York: Routledge,

2002), 385. 14

(33)

Saluran-saluran Menyatakan Pendapat Kelompok Kepentingan

Dalam menyatakan pendapat atau tuntutan politik, kelompok kepentingan biasanya tidak hanya sekedar memberi informasi. Melainkan mereka bertujuan bagaimana pandangan-pandangan dan kepentingannya dapat dipahami oleh para pemimpin selaku pembuat keputusan agar keputusannya relevan dengan kepentingan mereka, serta mendapatkan tanggapan yang baik. Karena itulah kelompok kepentingan berusaha mencari saluran-saluran khusus untuk menyalurkan tuntutan dan mengembangkan teknik-teknik penyampaian agar tuntutannya diperhatikan dan ditanggapi. Saluran-saluran penting adalaht:15

1. Demonstrasi dan Tindakan Kekerasan

Sebuah sarana untuk menyampaikan tuntutan adalah melalui demonstrasi dan tindakan kekerasan fisik. Dengan memakai model seperti ini kelompok kepentingan berkeyakinan tuntutannya dapat didengar penguasa yang kemudian merubah suatu kebijakan.

2. Hubungan Pribadi

Hubungan pribadi menjadi sebuah sarana untuk menyalurkan tuntutan. Seperti keluarga, hubungan daerah, teman sekolah dapat menjadi salah satu cara paling efektif dalam membentuk sikap dari seseorang. Jika hubungan ini dilakukan dengan ramah-tamah dan bersahabat, maka kemungkinan mendapatkan tanggapan baik semakin besar. Biasanya tuntutan yang disampaikan oleh teman, kerabat, keluarga lebih sering diperhatikan dibanding bila disampaikan secara formal dari orang yang belum dikenal.

15

(34)

3. Perwakilan Langsung

Perwakilan atau delegasi langsung dalam badan legeslatif dan jajaran birokrasi dapat memungkinkan suatu kelompok kepentingan agar dapat mengkomunikasikan secara langsung dan terus-menerus kepentingannya melalui seorang anggota aktif dalam pembuat keputusan.

4. Saluran Formal dan Institusional

Saluran formal dan Institusional dapat memungkinkan tunututan dari kelompok kepentingan lebih mudah mencapai tujuan kepentingannya. Antara lain ialah melalui radio, surat kabar, televisi, majalah, partai politik dan badan legislatif, kabinet serta birokasi. Ini merupakan saluran-saluran yang dianggap lebih mudah untuk mencapai kepentingan.

Saluran-saluran yang telah dijelaskan di atas dapat digunakan kelompok pekerja/buruh seseuai dengan kebutuhannya untuk dapat meraih kepentingan politik dari kelompoknya masing-masing.

B. Ruang Publik

Ruang publik merupakan ruang demokratis masyarakat, yang memungkinkan masyarakat dapat mengeluarkan sebuah pandangan, pendapat, kebutuhan, kegelisahan, serta kepentingan politik warga negara terhadap pemerintah dan negara yang membuat kebijakan. Ruang publik adalah cara jitu dan memiliki peran yang cukup berarti dalam proses berdemokrasi.

(35)

warga untuk menggunakan argumennya.16 Namun ada catatan yang penting, komunikasi dapat dibangun apabila terdapat timbal balik atau respon dari kedua belah pihak atau lebih yang hendak melakukan komunikasi.

Teori Ruang publik ini menjadi pokok dominan dalam kehidupan sosial, karena pendapat masyarakat atau publik dapat dibentuk dan diakses untuk semua warga negara yang terjamin dan digunakan oleh individu, pribadi untuk berkumpul, berbicara, dan membentuk sebuah badan publik yang di dalamnya tidak berperilaku seperti pengusaha atau professional yang sedang melakukan bisnis pribadinya, juga tidak berperilaku seperti pejabat dari birokrasi negara.

Sebagai badan publik semua individu dijamin untuk memiliki kebebasan berkumpul, berorganisasi, berekspresi atau mengutarakan pandangannya tentang kepentingan yang sifatnya umum, yang di dalamnya terdapat rasa kebersamaan, keanekaragaman keyakinan, orientasi nilai, solidaritas, dan kesamaan.17

Hakikatnya ruang publik haruslah terbuka, bebas, transparan dan yang paling penting tidak ada intervensi dari pemerintah di dalam ruang publik. Mudah diakses oleh semua orang adalah keharusan dari ruang publik. Dari ruang publik inilah lahir sebuah himpunan kekuatan yang solid bagi warga negara agar dapat melawan segala keputusan atau kebijakan yang tidak rasional.

Habermas membagi ruang publik sebagai tempat para aktor-aktor masyarakat untuk membangun ruang publik. Pertama, bersifat pluralitas meliputi keluarga, kelompok-kelompok informal, organisasi-organisasi sukarela. Kedua,

16

F.Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif Menimbang Negara Hukum dan Ruang Publik

dalam Teori Diskursus Jurgen Habermas (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 134. 17

(36)

bersifat publikasi meliputi media massa, institusi-institusi kultural. Ketiga, bersifatlegalitas meliputi struktur-struktur hukum umum dan hak-hak dasar.18

Ruang publik tidak terbatas pada satu, melainkan ada banyak ruang publik, dan itu ada di tengah-tengah masyarakat atau warga. Karena tidak ada yang dapat dan mampu membatasi ruang publik itu sendiri, ruang publik terdapat dimana-mana dan timbul ketika masyarakat duduk dan berkumpul untuk berdiskusi terkait tema-tema yang kekinian, maka disitulah letak ruang publik hadir.

Seiring dengan perkembangannya, ruang publik muncul dengan sangat pesat dengan berbagai perkumpulan-perkumpulan yang dibentuk karena kegelisahan warga terhadap sebuah kebijakan yang tidak berpihak kepada warga. Juga timbul gerakan-gerkan yang diciptakan masyarakat karena dari masyarakat-masyarakat itu sendiri mempunyai opini, kepentingan serta kebutuhannya.

Seperti halnya organisasi pekerja/buruh yang ada di Indonesia, baik tingkat Serikat, Federasi, sampai Konfederasi yang selalu mengeluarkan pandangan, pendapat, kebutuhan, kegelisahan serta kepentingan politik terhadap pemerintah dan negara yang membuat kebijakan.

Hal ini sejalan dengan teori ruang publik, di mana warga negara bebas berpendapat, mengutarakan pandangan, kebutuhan, kegelisahan dan kepentingan politiknya terhadap pemerintah dan negara yang telah membuat sebuah kebijakan. Dengan kata lain teori ruang publik adalah metode atau cara yang baik dan memiliki peran yang berarti dalam proses demokrasi.

18

Wikipedia, “Jurgen Habermas” tersedia di

(37)

BAB III

PROFIL ORGANISASI KSPSI DAN K.KASBI A. Sejarah Singkat Organisasi Buruh di Indonesia

Sejarah pergerakan serikat buruh di Indonesia dapat dibagi kedalam beberapa periode yaitu pada rezim kolonial Belanda dan Jepang, periode setelah proklamasi kemerdekaan, Orde Baru dan masa Reformasi (sampai saat ini).

Pada tahun 1894 muncul serikat pekerja di Indonesia seperti NIOG (Nederland Indies Onderw Genoots), perserikatan dari guru-guru bangsa Belanda.1 Tahun 1908 berdiri organisasi-organisasi buruh seperti, VSTP (Vereeniging van Spoor-en Tremwege Personel in naderland indie) dipimpin Semaoen dan para pimpinannya yang beraliran Sosialis Komunis yang bertujuan membela hak-hak dan kemajuan kaum buruh kereta api. Tahun 1916 berdiri PPPB (Perserikatan Pegawai Pengadaian Bumi Putra) dipimpin R. Sosro Kardono. Tahun 1919 berdiri PFB (Personeels Fabrieks Bond) dipimpin RM. Seryopranoto. Tahun 1928 berdiri SKBI (Serikat Kaum Buruh Indonesia) dipimpin Iwa Kusuma Sumantri. Tahun 1942 berdiri SBO (Sarikat Buruh Onderneming) perserikatan pertama dari pegawai perkebunan.2

Memasuki masa pendudukan Jepang tahun (1941-1945), praktis tidak ada satupun kekuatan politik termasuk gerakan buruh yang dapat bertahan. Pada masa ini semua organisasi perjuanagan politik rakyat dibuubarkan dan semua potensi tenaga rakyat dikerahkan ke proyek paksa atau yang lebih kita kenal dengan

1

Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia (Jakarta: Turc, cetakan pertama, 2007), 3.

2

Iskandar Tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia (Jakrtata:

(38)

istilah kerja paksa. Itu semua dilakukan untuk mendukung pengadaan pangan dan logistik perang tentara jepang.3

Selanjutnya pada masa proklamasi kemerdekaan, muncul BBI (Barisan Buruh Indonesia).4 Muncul karena kondisi kemerdekaan Indonesia harus diisi dengan perjuangan gerakan buruh. Maka pada 19 September 1945 BBI resmi didirikan tokoh-tokoh gerakan buruh agar peran kaum buruh dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Kemudian berdiri juga SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) menggantikan GASBI (Gabungan Serikat Buruh Indonesia).5

Pada pemerintahan Presiden Soekarno gerakan buruh tidak hanya mendapatkan ruang gerak yang luas, melainkan memiliki peranan besar dalam mempengaruhi kebijakan politik negara. Karena keperdulian Soekarno berlebihan kepada gerakan buruh yang beraliran komunis, maka Soekarno dilengserkan tahun 1966. Lengsernya Soekarno disertai dengan dipenjaranya ribuan anggota PKI serta orang, organisasi yang berafiliasi kepadanya seperti SOBSI.6

Setelah Soekarno dilengserkan dan digantikan oleh Soeharto maka fokus kerjanya pada penghidupan ekonomi yang sebelumnya dianggap Soeharto tidak berjalan dengan baik. Sehinga pemerintahan Soeharto memfokuskan kinerjanya dibidang ekonomi dan sasarannya untuk mengekang kemungkinan terjadinya

3

Tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia, 28.

4

Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia, 58.

5

Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia, 61.

6

(39)

gerakan-gerakan masyarakat, pemuda yang berorientasi radikal.7 Termasuk pada gerakan buruh, Soeharto menata gerakan buruh pada tiga fase, diantarnaya:8

Fase pertama, 1966-1970 fase pelarangan terhadap segala bentuk pengorganisasian srikat buruh, dikarenakan semua serikat buruh adalah produk dari kepemimpinan Soekarno yang berafiliasi kepada gerakan politik kiri. Fase kedua, 1970-1990 fase mengambil alih semua kekuatan serikat buruh di bawah kendali militer. Pengendalian militer bahkan sampai masuk ke dalam tempat kerja, mengintervensi pemilihan ketua serikat buruh, membatasi partisipasi dari buruh, mengendalikan tuntutan upah buruh. Fase ketiga,1990-19998 fase di mana sebuah kebijakan ekonomi pasar menjadi topeng dari pemerintah untuk melanjuti proyek kooptasi dan eksploitasi atas sebuah kekuatan politik buruh melalui HIP (Hubungan Industrial Pancasila).

Kebijakan Soeharto yang dalam hal apapun dilakukannya dengan gaya otoriter, membuat sebagian kalangan menganggap kepemimpinannya tidak layak lagi untuk dipertahankan. Maka pada 21 Mai 1998 Soeharto dilengserkan oleh masyarakat Indonesia yang menginginkan kebebasan berpendapat, bersuara. Masa ini dikenal denga era reformasi.

Reformasi yang dialami kaum buruh adalah ketika dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 tahun 1998 terkait pendaftaran serikat

7

Vedi R Hadiz. Dinamika Kekuasaan Ekonomi Politik Indonesia Pasca-Soeharto (Jakarta:

Pustaka LP3ES Indonesia, 2005), 61. 8

FES, Jurnal Sosial Demokrasi Buruh dan Politik Tantangan dan Peluang Gerakan Buruh

(40)

buruh.9 Hal ini juga sekaligus mengakhiri era serikat buruh tunggal yang dikuasai oleh SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Selanjutnya, diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-Undang Serikat Pekerja/Serikat Buruh No 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh pada era Abdurrahman Wahid tahun 2000 era serikat buruh tunggal yang dapat dikontrol negara diberhentikan.10

a. Bahwasannya kemerdekaan berserikat, berkumpul, dalam mengeluarkan pikiran secara lisan atau tulisan, mendapatkan pekerjaan dan penghidupan layak bagi manusia, dan mempunyai kedudukan yang sejajar (sama) dalam hukum adalah merupakan hak dari setiap warga negara.

b. Bahwasannya dalam rangka mewujudkan kemerdekaan dalam berserikat, pekerja/buruh berhak mendirikan atau membentuk dan juga mengembangkan sebuah serikat pekerja/serikat buruh yang bebas, mandiri, bertanggung jawab, terbuka, dan demokratis.

c. Bahwasannya serikat pekerja/serikat buruh merupakan sebuah sarana untuk melindungi, membela, dan memperjuangkan dari kepentingan juga kesejateraan pekerja/buruh beserta keluarganya, serta mewujudkan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha dan pemerintah sehingga dapat menghasilkan suasana yang harmonis, dinamis dan adil. d. Bahwasannya berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah

dijelaskan pada huruf a, b, c, maka perlu ditetapkan undang-undang tentang serikat pekerja/serikat buruh.(Undang-Undang Serikat Pekerja/Serikat Buruh No 21 Tahun 2000).

Dalam Undang-Undang ini bermaksud mengatur pembentukan, keanggotaan, pemberitahuan, pendaftaran, hak dan kewajiban, keuangan dan kekayaan, serta pembubaran dan juga hal-hal lain yang memang menyangkut persoalan perserikatan buruh.11

9

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Tentang Pendaftaran Organisasi Serikat Buruh Nomor: per-05/MEN/1998.

10

Undang-Undang Republik Indonesian Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

(41)

Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut maka serikat pekerja/buruh dapat didirikan secara terbuka dan bebas, agar pekerja/buruh dapat berkumpul, menentukan sikap dan menyatukan kepantingan.

B. Peran dan Fungsi Organisasi Pekerja/Buruh

Adapun peran dan fungsi dar serikat pekerja/buruh telah dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2000 pasal 4 ayat 2 tentang peran dan fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh diantaranya adalah:

a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial.

b. Sebagai wakil dari pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya.

c. Sebagai sarana untuk menciptakan sebuah hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai peraturan undang-undang yang berlaku.

d. Sebagai wadah penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.

e. Sebagai pelaksana, perencana dan penanggung jawab atas pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan pertaturan undang-undang yang berlaku. f. Sebagai wakil dari pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan

saham di perusahaan.

C. Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) 1. Sejarah KSPSI

Cikal bakal organisasi KSPSI dimulai pada tanggal 20 Februari 1973. Lahir FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia) di bawah pimpinan Bapak H. Agus Sudono. Organisasi ini terbentuk ketika zaman Orde Baru, di mana terjadi penyederhanaan terhadap organisasi di lingkungan pemuda, wartawan, pengacara dan berimbas kepada organisasi buruh di Indonesia.12

12

M.S. Hidajat, Seabad Gerakan Buruh Indonesia, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2012),

(42)

Organisasi ini disusun secara vertikal berbetuk federatif dan secara horzontal berbentuk serikat-serikat buruh yang terhimpun dari sektor-sektor lapangan pekerjaan atau profesi sejenis sehingga memungkinkan gerakan organisasi ini dapat lebih efektif dan efisien. Bebas, demokratis, dan bertanggung jawab adalah sifat FBSI. Asas FBSI adalah pancasila, menurut arti dan makna yang tercantum pada pembukaan UUD 1945.

Tujuan dari FBSI adalah, Pertama, ikut serta secara aktif mengisi dan mewujudkan sebuah cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, khususnya pada pasal 27, 28 dan 33 UUD 1945 bagi kaum buruh khusunya dan rakyat Indonesia umumnya. Kedua, menerapkan, mengamalkan pancasila dan terlaksananya UUD 1945 di seluruh kehidupan bangsa dan negara menuju terciptanya masyarakat adil dan makmur materiil dan spiritual. Ketiga, menghimpun dan mempersatukan kaum buruh disegala sektor industri jasa dan sektor-sektor lain yang dipersamakan dengan itu sesuai dengan lapangan pekerjaan atau profesinya, serta mewujudkan rasa setia kawan dan persahabatan diantara kaum buruh. Keempat, menciptakan kehidupan dan penghidupan yang selaras dan serasi dengan jalan membela dan mempertahankan kepentingan kaum buruh menuju ke arah terwujudnya tertib sosial, tertib hukum, dan tertib demokrasi. Kelima, meningkatkan kesejahteraan, memperjuangkan perbaikan nasib, syarat-syarat kerja, penghidupan yang layak bagi buruh. Keenam, memperjuangkan terciptanya perluasan kesempatan kerja dalam rangka menyukseskan pembangunan. 13

13

(43)

Keanggotaan FBSI

Keanggotaan FBSI adalah semua kaum buruh warga negara Indonesia yang terorganisasi ke dalam Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP) dengan secara berpusat,daan masing-masing mempunyai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, dan Program organisasi. FBSI memiliki 21 Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP) diantaranya adalah:14

1. Serikat Buruh Pertanian dan Perkebunan (SB PP)

2. Serikat Buruh Minyak dan Gas Bumi dan Pertambangan Umum (SB MGPU)

3. Serikat Buruh Makanan dan Minuman (SB MM) 4. Serikat Buruh Roko dan Tembakau (SB RT) 5. Serikat Buruh Tekstil dan Sandang (SB TS) 6. Serikat Buruh Perkayuan (SB P)

7. Serikat Buruh Pariwisata (SB PAR) 8. Serikat Buruh Farmasi dan Kimia (SB FK) 9. Serikat Buruh Logam dan Keramik (SB LK)

10. Serikat Buruh Automotif, Mesin, dan Perbengkelan (SB AMP) 11. Serikat Buruh Karet dan Kulit (SB KK)

12. Serikat Buruh Elektronik (SB E)

13. Serikat Buruh Bangunan dan Pekerjaan Umum (SB BPU) 14. Serikat Buruh Niaga, Bank, dan Asuransi (SB NIBA) 15. Serikat Buruh Percetakan dan Penertiban (SB PERPEN)

14KSPSI, “Tentang Kspsi”, tersedia di

(44)

16. Serikat Buruh Kesatuan Maritim Indonesia (SB KMI) 17. Serikat Buruh Kesatuan Pelaut Indonesia (SB KPI) 18. Serikat Buruh Angkutan Jalan Raya (SB AJR) 19. Serikat Buruh Kesehatan (SB KES)

20. Serikat Buruh Angkatan Sungai, Danau, dan Feri (SB ASDF) 21. Serikat Buruh Transportasi Udara (SB TU).

2. Perkembangan Organisasi

FBSI menyelenggarakan Kongres Nasional I pada Tanggal 7-11 April 1980 yang diadakan di Jakarta. Pada Kongres Nasional ini menghasilkan penyempurnaan Anggaran Dasar Rumah Tangga FBSI, Garis-Garis Besar Kebijakan Organisasi, dan Program Lima Tahun terhitung pada 1980-1985.15

15

Hidajat, Seabad Gerakan Buruh Indonesia, 153. Kekuasaan tertinggi dan pembuat

(45)

Bagan I Organisasi FBIS

Sumber: M.S. Hidajat, Seabad Gerakan Buruh Indonesia, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2012).

FBSI diharapkan dapat menjadi sebuah organisasi buruh yang berkarakter, kuat, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab. Namun disisi lain, dalam pandangan organisasi buruh internasional International Confederation of Free Trade Union (ICFTU) dan World Confederation of Labour (WCL) beranggapan FBSI tidak murni gerakan buruh, melainkan organisasi kepentingan politik pemerintah.16

16

ICFTU dan WCL beranggapan bahwa FBSI adalah wadah kepentingan politik pemerintah yang membentuk serikat bagi buruh tunggal. Sehingga dengan adanya satu organisasi buruh pemerintah dapat mengontrol organisasi buruh ini agar tidak mengganggu aktivitas kepemerintahan Orde Baru. Pemerintah Indonesia dianggap mengekang kebebasan berserikat pekerja Indonesia.

DEWAN NASIONAL

DEWAN Pleno DPP - DPP

- Wakil SBLP - DPD I FBSI

PP SBLP DPP FBSI

DPD FBSI PD SBLP

DPC FBSI PC SBLP

Basis SBLP

Basis SBLP

Basis SBLP

Basis SBLP Basis

SBLP

(46)

Pada Kongres ke-II FBSI tanggal 26-30 November 1985 di Jakarta merubah nama menjadi SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) di bawah kepemimpinan Bapak Imam Soedarwo. Formasi organisasi secara bentuk berubah, dari Federasi menjadi Unitaris (kesatuan), juga menyederhanakan 21 SBLP menjadi 9 Departemen, dengan perubahan struktur organisasi.

Bagan II Struktur SPSI

Sumber: M.S. Hidajat, Seabad Gerakan Buruh Indonesia, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2012).

Performa FBSI yang mengganti nama dengan SPSI nampak nyata, sebutan yang awalnya “buruh” diganti dengan “pekerja”, serta terjadi pemasungan secara

terselubung terhadap sebuah gerakan dan aktivitas Serikat Pekerja Sektoral SPSI. Organisasi pekerja yang bersifat Unitaris (kesatuan) berarti dapat disimpulkan hilangnya sebuah kebebasan dan kemandirian serikat pekerja lapangan pekerjaan (industrial union).

DPP SPSI Departemen

DPD SPSI Departemen

DPC SPSI Departemen

Unit Kerja

SPSI

Unit Kerja

SPSI

Unit Kerja

SPSI

Unit Kerja

SPSI Unit

Kerja SPSI

Unit Kerja

(47)

Denagn hadirnya kemasan baru (SPSI) tidak ubahnya dari bentuk awal, bahkan dalam pembinaannya pemerintah mengambil peran penting dalam berjalannya organisasi ini. Dalam beberapa sektor industri, tidak sedikit dari pengurus SPSI terdiri dari oknum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Maka wajar saja ketika ICFTU dan WCL mencurigai SPSI yang dicurigai dianggap sebagai organisasi buruh milik pemerintah Indonesia.17

Kerena kritikan dan teguran dari organisasi-organisasi pekerja internasional kepada pemerintah dan SPSI maka diadakan MUNAS (sebelumnya, Musyawarah Nasional disebut Kongres Nasional) ke-III SPSI November 1990, pada MUNAS ini SPSI mengambil keputusan untuk mengembangkan dan meningkatkan peran dan fungsi 9 Departemen menjadi 13 Sektor, yang pada masing-masing mempunyai Ketua dan Sekretaris yang dipilih melalui Munas ke-III SPSI. Perubahan ini pun tidak merubah bentuk SPSI yang berbentuk Unitaris (kesatuan) yang memang sudah melekat disandangnya dan masih belum memberikan kebebasan kepada organisasi pekerja yang menjadi anggotanya. Itu semua tercermin oleh ketiadaan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang diubah menjadi Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT).18

Sadar atas kekeliruanya, maka akhirnya pada Musyawarah Pimpinan SPSI 3-8 Oktober 1994 di bawah pimpinan H. Bomer Pasaribu, SH, ditetapkan agar SPSI melakukan perombakan atau reformasi organisasi yakni dengan mengubah nama yang awalnya SPSI menjadi FSPSI (Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) dan merubah 13 sektor ditingkatkan menjadi 13 Serikat Pekerja

17

Hidajat, Seabad Gerakan Buruh Indonesia, 135.

(48)

Lapangan Pekerjaan (SPLP). Itu semua dilakukan dengan diadakannya MUNAS IV tahun 1995 dengan merubahnya menjadi Serikat Pekerja Anggota FSPSI (SPA SPSI) dan mengubah bentuk Unitaris menjadi Federatif.19

Adapun anggota dari FSPSI meliputi dua bagian yakni: Pertama, serikat pekerja sektoral yang berdasarkan jenis industri, profesi dan jasa yang mempunyai sedikitnya 100 unit kerja, 25 pimpinan cabang, serta pimpinan daerah atau wilayah dengan sedikitnya 10.000 pekerja anggota. Kedua, para pekerja yang sifatnya khusus, sehingga membuat tidak dapat diorganisasikan secara sekala nasional oleh Serikat Pekerja Industri, profesi dan jasa mereka dapat menjadi anggota FSPSI yang statusnya aggota perorangan atau diorganisasi oleh SPSI melewati DPD atau DPC sesuai dengan daerahnya.

Walaupun SPSI sudah berubah bentuk menjadi FSPSI, secara objektif organisasi ini anggotanya masih tidak diberi hak suara dalam pemilihan kepengurusan FSPSI. Misalnya, dalam musyawarah nasional masih didominasi oleh DPD (Dewan Pimpinan Daerah) dan DPC (Dewan Pimpinan Cabang).20

Kondisi ini terus berjalan hingga pada akhirnya Soeharto lengser dari tampuk kekuasaannya pada 21 Mei 1998. Sontak dengan kejadian itu FSPSI yang dalam setiap kegiatannya melibatkan pemerintah mau tidak mau merubah strategi organisasi agar tetap berdiri.

Ditahun ini tuntutan untuk perubahan dibidang ketenagakerjaan juga merupakan hal keharusan untuk dilakukan perubahan. Dengan waktu yang tidak lama setelah berakhirnya Era Orde Baru akan diadakan konferensi ILO

19KSPSI, “Tentang Kspsi”. 20

Eggi Sudjana, Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Mengering, (Jakarta: Persaudaraan

(49)

(International Labour Organization) di bulan Juni 1998. Pada konferensi ILO pemerintah mencabut Kepmenaker No 45 tentang pendaftaran SPSI dan menggantinya dengan Kepmenaker No 5 tahun 1998 yang memungkinkan berdirinya Serikat Pekerja di luar SPSI.21 Pemerintah juga meratifikasi Konvensi ILO tentang Kebebasan Berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi, 1948 (No.87) dengan Keputusan Presiden RI No.83 tahun 1998.22

Upaya untuk mempertahankan organisasi pekerja, FSPSI mangadakan MUNAS ke-V yang diadakan pada 19-24 Februari 1999. Dalam MUNAS ini FSPSI masih mampu mempertahankan 13 SPA SPSI secara utuh. Bahkan berkat kegigihannya FSPSI hingga tahun 2000 tercatat jumlah SPA meningkat menjadi 17 SPA.23 Pada tahun yang bersamaan, tahun 2000 FSPSI mengadakan Musyawarah Pimpinan. Pada pertemuan ini FSPSI sepakat merubah bentuk organisasi menjadi tingkat Konfederasi, Serikat Pekerja Anggota diubah menjadi Federasi Serikat Pekerja Anggota.

Selanjutnya upaya untuk mempertahankan organisasi juga dibuktikan dengan pergantian pemimpin KSPSI. Pada tahun 2005 diadakan kongres KSPSI dengan dipilihnya Bpk Yacob Nua Wea sebagai ketua KSPSI. Selain menjadi ketua KSPSI Bpk Yacob Nua Wea adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.24

21

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Tentang Pendaftaran Organisasi Serikat Buruh Nomor: per-05/MEN/1998.

22

Keputusan Presiden Nomer: 83 Tahun 1998 Tanggal 5 Juni Tentang Pengesahan Convention Concerning Freedom Of Association Of The Right To Organise (Konvensi Nomer 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi).

23

KSPSI,“Sejarah Singkat Konfederasi Sserikat Pekerja Seluruh Indonesia Sejak 1973

Hingga 2012”,tersedia di http://kspsi.com/tentang-kspsi-3/; internet; diunduh pada 28 Januari

2013. 24

Gambar

Tabel I      Perbandingan gerakan KSPSI dan K.KASBI dalam
Tabel. I
gambar bintang warna kuning dengan huruf A menyatu.  Pada bagian

Referensi

Dokumen terkait