Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Azhar Lujjatul Widad NIM: 1110053000011
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
MIZAN AMANAH BINTAR.O
Skripsi
Diajukanke,pada Fakultas Dakrilah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Merrperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oieh:
Azhar LuiiatulWidad
NIM: 1110053000011
Pembimbiug
NIP: 196606051994031005
::,
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAII DAN ILMU KOMUNIKASI
I}NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
MANAJEMEN FUNDRAISING LEMBAGA
AMIL
ZAKATMIZAN AMANAH BINTARO Oleh:
Azhar Lujjatul Widad 1 1 1005300001 I
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8
Mei
2014. Skripsi ini telah diterima sebagai saiah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Program Studi Manajemen DakwahJakarta, 8 Mei 2014 Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Cecep Castrawiiava. MA.
NIP. 19630701 199803
I 003
Mulkannasir. NIP. 19711003 199903 2 BA..S.Pd..MM.00rAnggota,
Penguji I Penguji II
A
Dr. Sihabudin Noor.
MA.-NIP.l 001 NIP. 19690721 199703
I
001Pembimbing
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketetuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 8 April 2014
v
Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah Bintaro, Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dibawah bimbingan Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.
Mizan Amanah adalah lembaga amil zakat yang menghimpun, mengelola dan mendistribusikan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf. Secara khusus Mizan Amanah memiliki konsen dalam membina dan memberdayakan generasi bangsa melalalui program-program pendidikan bagi anak yatim dan duafa. Oleh karena itu tugas Mizan Amanah untuk menghimpun dana dalam jumlah besar adalah suatu keharusan agar setiap program yang telah dibuat dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Penulis memperhatikan pentingnya manajemen fundraising pada LAZ Mizan Amanah, berdasar latar belakang diatas maka rumusan masalah masalahnya adalah: Bagaimana fungsi-fungsi manajemen fundraising yang diterapkan pada LAZ Mizan Amanah dan bagaimana langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan fundraising pada LAZ Mizan Amanah.
Adapun teori yang digunakan adalah teori George R.Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen yang mencakup Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kemudian teori fundraising yang dikemukakan Hasanudin bahwa fundraising diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk ditarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus, penulis mengadakan penelitian dengan melihat, menggambarkan tentang manajemen fundraising LAZ Mizan Amanah Bintaro. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dengan manager fundraising Mizan Amanah serta dokumentasi Mizan Amanah.
Hasil dari penelitian manajemen fundraising LAZ Mizan Amanah yaitu Mizan Amanah telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik dan juga telah menjalankan langkah-langkah manajemen fundraising sesuai dengan teori-teori manajemen yang terdapat dalam literatur pustaka. Meskipun masih ada yang perlu diperbaiki dan dimaksimalkan kinerjanya seperti memperluas jaringan donatur ke luar negeri, sosialiasi yang lebih masif agar khalayak lebih mengenal dan mengetahui Mizan Amanah sebagai lembaga pengelola ZIS dan wakaf.
vi
Puji syukur saya ucapkan hanya kepada Allah SWT. yang telah memberi
taufik, hidayah dan berbagai pertolongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “ MANAJEMEN FUNDRAISING
LEMBAGA AMIL ZAKAT MIZAN AMANAH BINTARO” dapat terselesaikan
berkat bimbingan dari berbagai pihak. Selawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. semoga kita semua mendapat
syafaatnya kelak di hari kiamat nanti. Dengan selesainya skripsi ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan I, Bapak
Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Sunandar, MA. selaku Wakil
Dekan III.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku ketua jurusan Manajemen
Dakwah dan Bapak Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah yang selalu menyumbangkan pemikiran dalam penulisan
skripsi dan juga semenjak penulis masuk pada bangku kuliah.
3. Bapak Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. selaku pembimbing dalam penulisan
skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dengan
penulis serta memotivasi penulis dalam mencari esensi dari tema yang penulis
vii
yang dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak telah mengetahui
informasi tentang dinamika pengetahuan yang ada.
5. Bapak Dede Sutisna, selaku Manager Fundraising Mizan Amanah yang rela
meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian skripsi, sehingga
penulis dapat menyelesaikannya.
6. Kepada kedua orangtua tercinta, Ibunda Siti Rosyidah dan Ayahanda Arif
Budiman yang senantiasa mendo’akan dan memotivasi penulis untuk terus
berkreasi dan berpacu dalam mencari ilmu. Kepada adik-adik saya Zahid
Shibghotulloh, Wafiq Syahrul Mubarok, Hilma Hilyatul Aulia, Nayla
Musysrifatul Urfa yang menjadi sumber kekuatan agar penulis terus mencari
ilmu dan mencapai cita-cita.
7. Kepada Bapak Budi Rahman Hakim dan Ibu Nia Rahman Hakim yang selalu
menjadi kakak terbaik, yang selalu membimbing dan mengayomi penulis pada
saat berjuang menuntut ilmu.
8. Teman-teman Manajemen Dakwah 2010, yang mengajarkan arti kebersamaan
dan kekompakan. Teman-teman seperjuangan Omen, Muchtar dan Fahmonk
yang selalu menginspirasi akan pentingnya kehidupan dunia dan akhirat
semoga Allah membalas kebaikan kalian. Teman-teman seperjuangan HIMA
PERSIS (Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam) DKI Jakarta dan
viii
refleksi studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dan
dengan harapan karya tulis ini dapat dijadikan amal bagi penulis, Amin ya robbal
‘alamin.
Jakarta, 8 April 2014
ix
ABSTRAK ………... v
KATA PENGANTAR …….………... vi
DAFTAR ISI ……… ix
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 4
C. Tinjauan Pustaka ………...………. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………... 6
E. Metodologi Penelitian ……….………...… 7
F. Sistematika Penulisan ……….... 12
BAB II: TINJAUAN TEORI TENTANG MANAJEMEN FUNDRAISING LEMBAGA AMIL ZAKAT A. Manajemen Fundraising………. 14
1. Pengertian Manajemen Fundraising……….. 14
2. Fungsi-fungsi Manajemen Fundraising………. 17
3. Langkah-langkah Manajemen Fundraising………... 20
B. Lembaga Amil Zakat………. 25
1. Pengertian Lembaga Amil Zakat………... 25
2. Dasar Hukum Lembaga Amil Zakat………. 26
3. Fungsi Lembaga Amil Zakat……… 27
BAB III: GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT MIZAN AMANAH A. Latar belakang dan sejarah berdirinya LAZ Mizan Amanah……… 29
B. Visi, Misi, dan Tujuan LAZ Mizan Amanah……… 31
C. Struktur Kepengurusan LAZ Mizan Amanah………... 32
x
LEMBAGA AMIL ZAKAT MIZAN AMANAH
A. Fungsi-fungsi manajemen fundraising LAZ Mizan Amanah……... 42 B. Langkah-langkah manajemen fundraising LAZ Mizan Amanah…. 49
C. Analisis………. 63
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan……….. 67
B. Saran-saran……….…….…. 68
DAFTAR PUSTAKA………. 69
1
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbanyak di
dunia, hal ini menjadi faktor utama besarnya potensi zakat di Indonesia,
karena dalam tingkat perekonomian dan taraf hidup rakyatnya, Indonesia telah
mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Salah seorang pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia
sebagaimana dikutip di situs www.voaindonesia.com, beliau mengatakan, “meski jumlah zakat yang dihimpun di Indonesia naik tiap tahun, namun tidak
pernah mencapai potensi yang sesungguhnya.” Ia menyatakan bahwa jika
dikelola serius, potensi zakat di Indonesia, dengan jumlah penduduk Muslim
terbesar di dunia, bisa mencapai Rp 300 triliun per tahun. Namun dari potensi
besar itu, dana yamg terkumpul baru sekitar Rp 1,8 triliun. Sri Adi
memperkirakan, angka tersebut disebabkan karena perusahaan-perusahaan
besar dan masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah dalam
menunaikan zakat.1
Fenemona di atas menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan
oleh Lembaga Amil Zakat yang ada di Indonesia. Lembaga Amil Zakat harus
menjadi fasilitator antara duafa dan para aghniya, sehingga potensi zakat di
Indonesia bisa dimaksimalkan sebaik mungkin.
1
Karena berdasarkan data yang didapat pada tahun 2011, Lembaga
Amil Zakat sekelas Dompet Dhuafa saja baru mampu mengumpulkan dana
zakat sekitar 75 milyar pertahun, pada tahun yang sama BAZNAS baru
mampu mengumpulkan dana zakat sekitar 30 milyar. Hal ini menunjukkan
perlunya perhatian dari para praktisi zakat dan juga BAZ maupun LAZ agar
bisa memaksimalkan aktifitas fundraising.
Karena ketika kita membahas potensi zakat kemudian dikaitkan
dengan Lembaga Amil Zakat, maka fokus perhatian kita akan tertuju pada
aktifitas fundraising (penggalangan dana) di lembaga itu sendiri. Untuk
meraih hasil yang maksimal dalam pengumpulan dana zakat yang tentunya
untuk disalurkan kembali kepada yang berhak menerimanya, maka menjadi
suatu keniscayaan bagi setiap Lembaga Zakat agar aktifitas fundraising
dikelola dengan manajerial yang baik dan profesional.
Mengelola aktifitas fundraising yang baik, maka dibutuhkan
manajemen yang baik, karena menggalang dan menghimpun dana bukanlah
hal yang mudah, banyak proses dan dinamika yang harus dilalui, harus ada
proses manajemen dalam menjalankan fundraising, dari mulai proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
Dari aspek perencanaan saja Adrean Sargeant dan Eliane Jay
mengemukakan setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu
“Where are we now, where do we want to be and how are we going to get
there.”2 Mereka menyebutkan bahwa dalam merencanakan fundraising
poin-poin yang harus diperhatikan adalah organisasi harus mengetahui keadaan
2
lingkungan dimana organisasi itu berada, kemudian objek fundraising kita
segmentasinya siapa, apakah individu, perusahaan atau yayasan, setelah
semuanya dilakukan maka lembaga atau organisasi membuat strategi dan
taktik yang akan digunakan dalam fundraising untuk mencapai target yang
telah ditentukan.
Sudah cukup banyak Lembaga Amil Zakat yang berdiri di Indonesia,
diantaranya Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Al-Azhar Peduli Umat dan Mizan
Amanah.
Mizan Amanah merupakan salah satu lembaga zakat yang telah
berkiprah kurang lebih 18 tahun dalam pengelolaan zakat. Mizan Amanah
merupakan lembaga amil zakat yang konsen terhadap pemberdayaan generasi
penerus bangsa, melalui jargon gerakan cinta yatim Indonesia yang kemudian
diejawantahkan dalam berbagai program yang mengutamakan pendidikan dan
pembinaan anak duafa dan yatim.
Namun apabila kita melihat laporan keuangan Mizan Amanah pada
tahun 2012,3 Mizan Amanah baru bisa mengumpulkan dana zakat kurang
lebih 6,5 milyar, jelas ini masih jauh dari harapan, apabila melihat potensi
zakat yang ada di Indonesia.
Dengan tanggung jawab yang besar dalam membina generasi bangsa
dan menjamin kehidupan yang layak untuk mereka, dan telah berdirinya
asrama-asrama yatim yang tersebar di setiap kota yang ada Indonesia serta
didirikannya lembaga-lembaga pendidikan dan sanggar-sangar belajar hal ini
jelas membutuhkan kecakapan dalam mencari dan mengelola dana zakat, agar
3
sarana tersebut bisa benar-benar bermanfaat untuk membantu proses
pendidikan dan pembinaan anak-anak yang berada dibawah naungan Mizan
Amanah. Manajemen yang baik dalam proses penggalangan dana adalah suatu
keniscayaan yang harus dilaksanakan oleh Mizan Amanah supaya segala
sesuatu yang telah diprogramkan bisa terlaksana secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
manajemen fundraising di Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah yang
kemudian penulis masukan dalam sebuah judul skripsi yaitu “Manajemen Fundraising Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah Bintaro.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembahasan mengenai manajemen fundraising memiliki cakupan
yang sangat luas, agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi
masalah hanya pada Manajemen Fundraising Lembaga Amil Zakat Mizan
Amanah Bintaro.
2. Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini lebih terarah dan terfokus dalam
penulisan skripsi ini maka dirumuskan dalam rangka menjawab
permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana fungsi-fungsi Manajemen Fundraising yang diterapkan
b. Bagaimana langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan fundraising pada Lembaga Amil Zakat
Mizan Amanah?
C. Tujuan Dan Manfaat Penilitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diinginkan penulis dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui fungsi-fungsi Manajemen Fundraising yang diterapkan
pada Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah
b. Mengetahui langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan Manajemen Fundraising Lembaga Amil
Zakat Mizan Amanah.
2. Manfaat Penelitian
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah di bidang Manajemen Zakat secara umumnya dan
dalam manajemen fundraising zakat pada khususnya.
b. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang
menarik dan dapat menambah wawasan khazanah keilmuan bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, serta dapat
berguna bagi banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau
c. Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru
dan memberikan motivasi bagi para praktisi yang kongkrit terhadap
perkembangan Ilmu Manajemen.
d. Lembaga terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi Mizan Amanah secara umum, dan menjadi bahan kajian Divisi
Fundraising yang menangani masalah ini secara khusus, agar mampu
mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan kinerja
yang belum tercapai secara optimal.
D. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus
diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis
melakukan kajian kepustakaan, penulis menemukan beberapa skripsi yang
membahas skripsi tentang zakat, judul-judul skripsi tersebut adalah :
1. Skripsi ditulis oleh Ikhwanul Hakim Mahasiswa Manajemen Dakwah 2011, “Strategi Penggalangan Dana Zakat Profesi Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) Kabupaten Serang Banten”. Pada penulisan skripsi
tersebut sang peneliti mendapatkan hasil bahwa potensi zakat di
Kabupaten Serang sangat besar sekali, dengan kata lain ketika potensi
zakat tersebut digali dengan optimal, maka sumber dana untuk
2. Skripsi ditulis oleh Asep Muhdiyar Mahasiswa Manajemen Dakwah 2013.
“Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang.” Pada
skripsi tersebut sang peneliti mendapatkan hasil bahwa Masjid Al-Hidayah
Tangerang telah melaksanakan konsep manajemen fundraising, dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan langkah-langkah manajemen
walaupun masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
3. Skripsi ditulis oleh Anis Priyani Mahasiswa Manajemen Dakwah 2012.
“Strategi Penggalangan Dana Zakat Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet
Dhuafa Untuk Program Layanan Kesehatan.” Skripsi ini lebih
memfokuskan strategi penggalangan dana dalam program layanan
kesehatan di Dompet Dhuafa.
Dilihat dari beberapa judul diatas, penelitian penulis berbeda dari
penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini tidak menjadikan Masjid sebagai
objek penelitian dan juga tidak membahas aspek strategi, kali ini penulis
menggambarkan bagaimana Manajemen Fundraising pada Lembaga Amil
Zakat di Mizan Amanah. Oleh karena itu materi pembahasannya pun berbeda, materi yang penulis bahas tentang “Manajemen Fundraising Lembaga Amil
Zakat Mizan Amanah Bintaro”.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data
yang diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu
kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh
Lexy, dia mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari perilaku
orang-orang yang dapat diamati.4 Dengan memilih metode kualitatif ini,
penulis berharap dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau
dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang
mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau produksi.5
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Bapak Dede Sutisna selaku Manager
Fundraising Mizan Amanah, orang yang dapat memberikan informasi
tentang Mizan Amanah mengenai permasalahan yang diteliti penulis..
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah manajemen fundraising
pada Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah Bintaro.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di kantor pusat Mizan Amanah di
Jl.Kesehatan Raya No. 16 Bintaro Jakarta Selatan. Penelitian akan
dilaksanakan pada bulan januari sampai maret tahun 2014.
4
Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.
5
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu
penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan :
a. Data Primer
Data primer adalah data lapangan yang didapat dari sumber
pertama seperti hasil wawancara dan observasi. Dalam data primer,
peneliti atau observer melakukan sendiri observasi di lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini
adalah buku-buku, brosur, makalah dan sumber informasi lainnya yang
memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai bahan
penunjang penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Observasi atau pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut.6
Hingga saat ini ada dua model observasi yang sudah biasa
dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pertama, Observasi
secara langsung dan ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang
dijadikan obyek observasi. Dan kedua, observasi non partisipan, yakni
observer berada di luar obyek atau peran yang sedang diidentifikasi,
bisa dari jarak dekat atau jarak jauh. Artinya, pihak observer hanya
mengamati dan mencatat fakta atau kejadian-kejadian yang tampak
sebagaimana layaknya orang yang sedang mengamati sesuatu.
Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian langsung kepada
proses manajemen fundraising di Mizan Amanah. Dalam observasi
peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata dan
didengar oleh telinga, kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan
skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah satu cara atau teknik yang digunakan untuk
mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta
mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien.
Wawancara juga merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam
penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik wawancara
mendalam, dimana seorang responden atau kelompok responden
6
mengkomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk didiskusikan
secara bebas.7
Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan
cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan manajer
fundraising yang bertugas mengelola dan mengatur penghimpunan dan
penggalangan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.8 Dalam hal ini peneliti mengumpulkan, membaca,
memperoleh, dan mempelajari berbagai macam bentuk data melalui
pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di Kantor Pusat Lembaga
Amil Zakat Mizan Amanah serta data-data lain di perpustakaan yang
dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan
dalam buku dan majalah sesuia dengan masalah yang diteliti.
6. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data adalah suatu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian
dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini
disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif.9
7
Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Public Relation ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), cet ke-1, h. 61.
8
Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73.
9
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Redaksi data yang merupakan bentuk analisis yang relevan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
hingga kesimpulan-kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data, setelah data mengenai manajemen di peroleh, maka
data tersebut disajikan dalam bentuk narasi, visual, gambar, matriks,
bagan, tabel, dan lain sebagainya sehingga tujuan dari penelitian dapat
terjawab.
c. Penyimpulan, data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya
yang berisi jawaban atas tujuan penelitian kualitatif diuraikan secara
singkat, sehinnga dapat pengambilan kesimpulan mengenai
Manajemen Fundraising Lembaga Amil Zakat Mizan Amanah.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Yang diterbitkan oleh CEQDA, April
2007, Cet. Ke-2.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun rincian
pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab I, berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah yang menjadi landasan awal yang melatarbelakangi permasalahan
batasan dan titik permasalahan yang akan diteliti, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II, berisi tentang tinjauan teori yang terdiri dari, teori manajemen
dan fundraising yang menguraikan tentang pengertian, fungsi-fungsi dan
langkah-langkah manajemen fundraising. Kemudian teori Lembaga Amil
Zakat, yang menguraikan pengertian, dasar hukum dan fungsi lembaga amil
zakat.
Bab III, berisi tentang gambaran umum Lembaga Amil Zakat Mizan
Amanah, yang meliputi latar belakang dan sejarah berdiri M, visi misi dan
tujuan, struktur kepengurusan dan program kerja.
Bab IV, membahas mengenai hasil analisis penulis yang diteliti dalam
skripsi ini, yang meliputi analisis penerapan fungsi-fungsi manajemen
fundraising dan langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengawasan.
Bab V, berisi kesimpulan yang berupa jawaban-jawaban dari
permasalahan penelitian yang dikemukakan sebelumnya. Bab ini juga berisi
saran yang sifatnya membangun sebagai solusi dari permasalahan yang telah
14
TINJAUAN TEORI
TENTANG MANAJEMEN FUNDRAISING LEMBAGA AMIL ZAKAT
A. Manajemen Fundraising
1. Pengertian Manajemen Fundraising
Secara etimologi manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu manus
yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung
menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,
dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.1
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian manajemen,
penulis mengemukakan pendapat para pakar mengenai pengertian
manajemen, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut George Terry yang dikutip dalam buku Tommy Suprapto
mendefiniskan manajemen sebagai berikut, “manajemen merupakan
sebuah proses yang khas,, yang terdiri dari tindakan-tindakan:
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
1
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya.”2
b. Erni Trisnawati Sule mengemukakan bahwa “manajemen pada dasarnya
merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu terkait dengan
pencapaian tujuan.”3
c. Haimann dan Scott mengatakan “management is a social and technical
process which utilizies resources, influence human action, and facilitates
changes in order to accomplish or organization goals.”4
d. Ulber Silalahi dalam bukunya mengemukakan bahwa “manajemen
didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian
staf, pemimpinan dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan
sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan
organisasional secara efektif dan efisien.”5
e. Scanlan dan keys mengemukakan “Management may be defined as the
coordination and integrating of all resources (both human and technical)
to accomplish various specific results.”6 Manajemen diartikan sebagai
proses pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber daya (baik
manusia ataupun tindakan) untuk mencapai hasil tertentu.
2
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Jakarta:MedPress, 2009), cet ke-1, h.122.
3
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2005), cet ke-1, h. 6.
4
Haimann and Scott, Management in the Modern Organization (Boston: Houghton Mifflin Company, 1970) h.7.
5
Ulber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen (Bandung: Mandar Maju, 2002), cet ke-2, h. 4.
6
Burt Scanlan and Bernard Keys, Management And Organizational Behaviour
f. Andrew D Szilagy mengemukakan bahwa “Management as a process of
interacting resources and task toward the achievement of stated
organizational goals.”7 Manajemen merupakan proses interaksi antara
sumber daya dan tugas terarah untuk mencapai tujuan organisasi.
Sementara itu yang dimaksud fundraising menurut Kamus
Inggris-Indonesia adalah pengumpulan dana.8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan
mengumpulkan; penghimpunan; pengerahan. Sedangkan yang dimaksud
dengan dana ialah uang yang disediakan untuk keperluan (kesejahteraan,
pemberian, hadiah, derma).9 Jadi fundraising dapat diartikan sebagai suatu
cara penghimpunan uang dengan tujuan kesejahteraan masyarakat dan
kepentingan umum.
Hasanudin dalam jurnal Manajemen Dakwah mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan “fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber
daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi,
perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai
program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya untuk
mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut”.10
7
Andrew D. Szilagy, Jr., Management and Performance (Scott, Foresman and Company, 1981), h. 6.
8
Peter Salim, Advanced English-Indonesian Dictionary (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 341.
9
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 183.
10 Hasanudin, “Strategi Fundraising Zakat dan Waqaf,” Jurnal Manajemen Dakwah, no.1
Jadi yang dimaksud dengan Manajemen Fundraising adalah ilmu dan
seni dalam mengelola kegiatan fundraising dengan memanfaatkan semua
sumber daya yang ada melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan agar tujuan dari fundraising dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
2. Fungsi-fungsi Manajemen Fundraising
George R Terry dalam bukunya Principles of Management
sebagaimana dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi
manajemen terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, Controlling.11
Uraiannya sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan dikerjakan di
masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.12
T. Hani Handoko mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.”13
11
Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung: Bandar Maju, 2010), h.113.
12
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 38.
13
Salah satu cara yang paling lumrah dalam penyusunan suatu
rencana adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari
dan menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan yaitu apa, dimana,
bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa.14
Dalam aspek perencanaan terdapat dua tipe utama rencana, yaitu:15
1) Rencana-rencana Strategik (Strategic plans), rencana ini
dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih
luas dan mengimplementasikan misi yang memberikan alasann
khas keberadaan organisasi.
2) Rencana-rencana operasional (Operational plans), dalam aspek
ini diuraikan secara terperinci bagaimana rencana-rencana
strategic akan dicapai. Dalam tipe operational plans, terdapat
dua sub-tipe dalam pelaksanaannya. Pertama, Rencana sekali
pakai (single use plans), bagian ini dikembangkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali
bila telah tercapai. Kedua, rencana tetap (standing plans),
merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan
situasi-situasi yang dapat diperkirakan dan terjadi
berulang-ulang.
14
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h.37.
15
b. Organizing (Peorganisasian)
Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan
orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan simbolnya.16
Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen memiliki arti baik
secara statis ataupun dinamis. Secara statis, organisasi adalah skema,
bentuk, bagan yang menunjukkan hubungan antara fungsi serta otoritas
dan tanggung jawab yang berhubungan satu sama lain. Sedangkan
organisasi dalam arti dinamis adalah proses pendistribusian pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan otoritas
yang diperlukan untuk pengoperasiannya. Jadi, pengorganisasian berarti
menetapkan sistem organisasi yang dianut dan mengadakan distribusi
kerja agar mempermudah perealisasian tujuan.17
c. Actuating (Penggerakan)
Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik
dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas
16
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h. 60.
17
bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis”.18
d. Controlling (Pengawasan)
Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry Simbolon mendefinisikan pengawasan sebagai barikut, “Pengawasan ialah
suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijkan yang telah ditentukan”.19
3. Langkah-langkah Manajemen Fundraising
Langkah-langkah dalam manajemen fundraising merupakan
penjabaran dari fungsi manajemen itu sendiri, maka langkah-langkah tersebut
merupakan pengejawantahan dari proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan.
Dalam proses perencanaan maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah: 20
a. Perkiraan dan perhitungan masa depan
Dalam aspek ini suatu organisasi bisa membuat perkiraan
mengenai kemungkinan terlaksananya kegiatan fundraising, baik dari segi
waktu, tempat ataupun kondisi organisasi.
b. Penentuan dan perumusan sasaran
18
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h.95.
19
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 61.
20
Di bagian ini ditentukan sasaran yang akan dijadikan objek
fundraising, segmentasi mana yang akan dijadikan sasaran penggalangan
dana, kemudian ditentukan juga tujuan dari penggalangan dana itu sendiri.
c. Penetapan Metode
Di bagian ini ditentukan metode apa yang akan dipakai untuk
penggalangan dana, metode fundraising sangat banyak sekali macamnya,
hal ini bisa ditentukan dengan berdasar kepada kondisi lembaga ataupun
objek fundraising.
d. Penetapan Waktu dan Lokasi
Dalam poin ini ditentukan waktu pelaksanaan dan juga tempat
yang akan dijadikan sasaran fundraising.
e. Penetapan Program
Dalam poin ini ditentukan gambaran atau rentetan kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan fundraising.
f. Penetapan biaya
Dalam tahap ini organisasi harus memperkirakan biaya yang
diperlukan untuk proses fundraising, dan juga menentukan target dana
yang akan didapat.
Dalam proses pengorganisasian langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:21
a. Pembagian dan penggolongan tindakan fundraising
21
Dalam tahap ini suatu lembaga membagi fundraising sesuai
dengan strategi dan metode yang dijalankannya, pembagian ini sangat
penting karena pelaksanaanya pun akan berbeda dan dilakukan dengan
cara yang berbeda.
b. Perumusan dan pembagian tugas kerja
Dibagian ini ditentukan pembagian tugas kerja dalam pelaksanaan
fundraising, pembagian tugas ini dimaksudkan agar tidak adanya tumpah
tindih tugas, semua tugas terbagi habis dan tidak ada yang terbengkalai
sehingga target fundraising yang telah ditetapkan dalam perencanaan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
c. Pemberian wewenang
Pada bagian ini para karyawan ataupun pekerja diberikan kejelasan
wewenang, agar tidak terjadi miss communication dan miss
understanding.
Dalam proses penggerakan langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah:
a. Pembimbingan
Pembimbingan adalah aktivitas manajemen yang berupa
memerintah, menugaskan, memberi arah, memberi petunjuk kepada
bawahan dalam menjalankan tugas sehingga dapat tercapai dengan efisien.
b. Pengkoordinasian
manajemen yang dilakukan dengan jalan menghubungkan-hubungkan,
memanunggalkan dan menyeleraskan orang-orang dan
pekerjaan-pekerjaanya sehingga semuanya berlangsung tertib dan seirama menuju ke arah tercapainya tujuan bersama”.22
c. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan kegiatan
manajemen yang terwujud dalam tindakan pemilihan diantara pelbagai
kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan dan pertentangan yang
timbul dalam proses pengelolaan organisasi.23
Kemudian dalam proses pengawasan langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:
a. Menetapkan standar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan
standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.24
Adapun syarat-syarat standar yang baik adalah:25
1) Validitas; kesahihan
2) Reliabilitas; handal, terpercaya
3) Sensitivitas; kepekaan, kemampuan untuk membedakan
4) Akseptabilitas; dapat diterima untuk digunakan
22
Hasanudin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 30.
23
Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 31.
24
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 858.
25
5) Practicable; dapat dipraktikan.
b. Pemeriksaan dan penelitian
Dalam pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan
fundraising. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan,yaitu:26
1) Peninjauan pribadi manajer
2) Laporan secara lisan
3) Laporan tertulis
4) Laporan dengan penelitian terhadap hal-hal yang bersifat
istimewa.
c. Membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standar.
Dalam proses ini dapat diadakan penilaian apakah proses
fundraising berjalan dengan baik atau sebaliknya telah terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Apabila ternyata proses fundraising
berjalan dengan baik, artinya pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana
dan hasilnya dapat mendekati atau bahkan mencapai target yang telah
ditentukan. Hal itu bisa dijadikan contoh untuk pelaksanaan fundraising
berikutnya. Tetapi apabila dalam prosesnya terdapat
penyimpangan-penyimpangan dan hasilnya tidak dapat mencapai target yang telah
ditentukan, maka manajer harus memfokuskan perhatiannya ke arah
penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.27
26
Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977), h. 144-146.
27Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977),
d. Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.
Diantara penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan
yaitu:28
1) Kekurangmampuan pihak pelaksana. Solusi dari permasalahan
ini dilakukan dengan training, penambahan atau penggantian
tenaga pelaksana.
2) Waktu dan biaya tidak cukup tersedia. Solusinya dengan
tindakan perbaikan berupa penyesuaian waktu dan biaya
dengan kepadatan volume pekerjaan.
3) Ketidakmampuan manajer/pemimpin dalam mengelola setiap
elemen yang dibutuhkan. Solusinya dengan peningkatan
kualitas manajemen melalui pelatihan, Training Development,
dan Organization Development.
B. Lembaga Amil Zakat
1. Pengertian Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat merupakan lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat dan mendapatkan pengakuan dari pemerintah.29 Lembaga Amil
Zakat dibentuk oleh masyarakat sehingga tidak memiliki afiliasi dengan BAZ
28
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 365.
29
(Badan Amil Zakat). BAZ dan LAZ masing-masing berdiri sendiri dalam
pengelolaan zakat.
2. Dasar Hukum Lembaga Amil Zakat
Dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia adalah
Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Keputusan
Menteri Agama No. 581 tahun keputusan Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang memiliki kaitan
erat dengan zakat adalah Undang-undang No. 17 tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan. Undang-undang ini menjelaskan bahwa zakat merupakan
pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP).30
Untuk dapat dikukuhkan oleh pemerintah, sebuah LAZ harus
memenuhi dan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. Akta pendirian (berbadan hukum)
b. Data Muzaki dan Mustahik
c. Daftar susunan pengurus
d. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang
e. Neraca atau laporan posisi keuangan
f. Surat Pernyataan bersedia untuk di audit.
30
Hanya LAZ yang telah dikukuhkan oleh pemerintah saja yang diakui
bukti setoran zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari muzaki
yang membayarkan dananya. Bentuk badan hukum untuk LAZ adalah
yayasan, karena LAZ termasuk organisasi nirlaba, dan badan hukum yayasan
dalam melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk memupuk laba.31
3. Fungsi Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat memiliki peran penting dalam proses
penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian dana zakat. Penghimpunan
merupakan awal dari kesuksesan suatu lembaga zakat, karena proses
pengelolaan dan pendistribusian bisa terlaksana ketika lembaga tersebut bisa
menghimpun dana zakat dari para aghniya. Pengelolaan zakat dalam artian
mengusahakan agar dana zakat yang berhasil dihimpunnya bisa disalurkan
kepada pos-pos (ashnaf) yang sesuai dengan yang dianjurkan dan ditetapkan oleh syari’at Islam.
Dalam Lembaga Amil Zakat, usaha pendistribusian zakat ini terdapat
dalam program pendayagunaan zakat. Pendayagunaan sendiri secara konseptual terdiri dari dua kata yaitu “daya” dan guna. Kata “daya” berarti
power, energy dan capacity. Kata “daya” mengisyaratkan kekuatan atau
tenaga untuk menggerakan. Sementara daya guna berarti daya kerja yang
mendatangkan hasil sebanyak-banyaknya dengan penuh manfaat (using,
31
efficiency, usefulness). Dengan demikian program pendayagunaan berarti
program pendayagunaan berarti program yang didalam pendistribusiannya itu
tidak hanya memastikan dana zakat sampai kepada mustahik, melainkan juga
bernilai produktif dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.32
Abdurahman Qadir sebagaimana dikutip Didin Hafidhuddin
mengemukakan bahwa fungsi dari lembaga amil zakat adalah :33
a. Menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat
b. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari muzaki
c. Mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu
tempat.
d. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintahan yang Islami.
32
Purnawarman el-Atimi, “Fungsi dan kedudukan Lembaga Amil Zakat dalam Syari’at Islam,
“ artikel diakses pada 13 Maret 2014 dari http://mediapurnawarman.blogspot.com/2011/08/fungsi-dan-kedudukan-lembaga-amil-zakat.html
33
29
MIZAN AMANAH
A. Sejarah Berdirinya Mizan Amanah
Mizan Amanah1 merupakan lembaga pengelola amanah umat yang
berfungsi menyambungkan antara donatur dengan kaum duafa melalui
mekanisme prinsip accountable dan credible. Didirikan pada tanggal 19 Juli
1995 oleh mahasiswa yang peduli dan orang-orang yang mau membaktikan
dirinya dibidang kemanusiaan.
Sejak saat itu dari tahun ke tahun, Mizan Amanah terus berkembang
sebagai organisasi pengelola amanah umat yang bertujuan untuk membina
dan mengelola anak yatim piatu dan kaum duafa yang ada di Indonesia,
tercatat sampai periode Mei tahun 2012 telah tersantuni lebih dari 11.864
anak yatim dan duafa.
Secara struktural, lingkup kegiatan Mizan Amanah terbagi menjadi dua
yaitu Yayasan dan Panti. Yayasan berfungsi untuk mengelola amanah titipan
donatur dan membina sumber daya insani yang dinamis, agamis, credible,
accountable dan profesional. Sedangkan Panti berfungsi khusus mendidik dan
mengelola anak-anak yatim piatu dan duafa supaya menjadi muslim hakiki
1
Mizan Amanah terdiri dari dua suku kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu “Mizan” dan “Amanah”, Mizan berarti neraca/timbangan sedangkan amanah berarti sesuatu yang
[image:39.595.100.518.222.589.2]dan menjadi pribadi mandiri di masyarakat nantinya. Dalam perjalanan
keorganisasiannya, selain membina dan mengelola anak yatim piatu dan
duafa, Mizan Amanah telah banyak melakukan kegiatan kemanusiaan baik
dalam bentuk kegiatan rutin seperti bakti sosial, pengayoman asuransi
kesejahteraan sosial kemudian bantuan korban bencana alam, beasiswa
prestasi serta bentuk pengabdian masyarakat lainnya.
Tujuh belas tahun berlalu, Mizan Amanah telah mencetak
manusia-manusia tangguh dan berkualitas ke dalam masyarakat yang insya berusaha
seoptimal mungkin dalam pengabdian dan pelayanan masyarakat Indonesia.
Kemudian pada tahun 2008, Mizan Amanah mendapat penghargaan
berturut-turut dari walikota Cimahi, gubernur Jawa Barat dan puncaknya penghargaan
organisasi terbaik tingkat nasional dari mentri sosial RI yang di saksikan oleh
presiden SBY, selain itu selama empat tahun secara berturut-turut Mizan
Amanah telah lulus audit akuntan publik dengan predikat terbaik wajar tanpa
pengecualian.
Legalitas Mizan Amanah yaitu :SK Menteri Hukum dan HAM RI
Nomor : AHU-AH.01.08-498, akta notaris Yudha Iswardani.SH No.4 tanggal
16 juni 2008, surat izin Dinas Sosial Kota Cimahi Nomor : 920/1000/kesbang,
Surat izin Dinas Sosial propinsi Jawa Barat Nomor : 062/2031/PRKS/98/2008,
B. Visi dan Misi Mizan Amanah
1. Visi2 Mizan Amanah :
“Menjadi lembaga pengelola amanah umat terdepan di tingkat
nasional dan membentuk generasi yang bermanfaat.
2. Misi3 Mizan Amanah :
a. Memperluas jaringan dan memberikan pelayanan prima bagi
pemangku kepentingan.
b. Mengelola amanah umat secara professional dan sesuai syariah
sehingga lebih berdaya guna
c. Mendidik dan mengembangkan potensi anak yatim dan kaum duafa
untuk menjadi muslim yang hakiki
3. Tata Nilai Mizan Amanah :
a. Islamic
Mizan Amanah adalah lembaga pengelola amanah umat yang
berlandaskan Islam dan mengedepankan nilai syar'i dalam
menjalankan aktivitasnya.
b. Responsive
Mizan Amanah adalah lembaga pengelola amanah umat yang
senantiasa merespon dengan cepat dan tepat demi menjawab tantangan
kedepan dan peningkatan pelayanan kepada pemangku kepentingan.
2
Visi adalah suatu impian/keadaan dimasa akan datang yang dicita-citakan oleh seluruh personil organisasi untuk dicapai. Lihat: Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik (Binarupa Aksara, 1996), cet ke-1, h. 38.
3
Misi adalah rangkaian kegiatan utama yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai visinya. Menurut Peter Drucker untuk merumuskan misi, organisasi harus mengajukan pertanyaan:
c. Integrity
Mizan Amanah adalah lembaga pengelola amanah umat yang
memiliki integritas dan komitmen tinggi dalam menjaga amanah yang
diberikan kepada kami.
d. Loyality
Mizan Amanah adalah lembaga pengelola amanah umat yang
memiliki loyalitas tinggi dalam segala aktivitasnya sehingga memiliki
nilai lebih dan menumbuhkan kesetiaan untuk mencapai tujuan
bersama.
e. inovative
Mizan Amanah adalah lembaga pengelola amanah umat yang
proaktif menemukan ide baru dalam pengembangan program dan
kelembagaan kearah yang lebih baik.
C. Struktur Organisasi Mizan Amanah
Menurut Didiet Hardjito struktur organisasi adalah susunan formal
dan mekanisme-mekanisme dengan mana organisasi dikelola. Struktur
organisasi menunjukkan kerangka dan susunan sebagai perwujudan
hubungan-hubungan antar komponen-komponen, bagian-bagian,
fungsi-fungsi, kegiatan-kegiatan dan posisi-posisi juga menunjukkan hierarki,
tugas dan wewenang serta memperlihatkan hubungan pelopornya.4
Berikut daftar nama-nama pengurus yang berada dalam struktur
kepengurusan Mizan Amanah:
4
1. Dewan Pembina : Aos Firdausil Malisi , STP
Aos Saefudin
Dedi Efendi
2. Direktur : Andri Yanto, SHI
3. General Manager : Jemu Riyanto
4. Manager Keuangan : Deni Wastiadi, SE
5. Manager HRD : Budi Suhendar
6. Manager Soskem : Dindin Suryanto
7. Manager Pendidikan : RendiYulianto, S.Hum
8. Manager Pemberdayaan : Unang Hendrayana
9. Manager Fundraising : DedeSutisna
10.Manager Wakaf Bandung : Fuad Hasyim
11.Manager Wakaf Jakarta : Nurcholis Sayidi
Selain itu Mizan Amanah dibantu juga oleh relawan-relawan di
daerah yang siap bertugas kapan saja untuk kegiatan sosial
kemasyarakatan.5
D. Program Kerja Mizan Amanah
Mengenai program kerja, Mizan Amanah membaginya kedalam empat
program kerja besar yang nantinya direalisasikan dalam sub-sub program yang
ada didalamnya. Empat program kerja tersebut adalah Program Generasi
5
Hebat, Generasi Sehat, Generasi Berdaya dan Generasi Peradaban. Berikut
uraian sub-sub program yang telah dibentuk oleh Mizan Amanah untuk
merealisasikan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah.6
1. SAPA (Santunan Peduli Yatim dan Duafa)
SAPA merupakan salah satu rangkaian program “Gerakan Cinta
Anak Yatim dan Dhuafa” yang didedikasikan oleh Mizan Amanah dengan
menunjukkan kepedulian terhadap generasi masa depan bangsa. SAPA
didesain sebagai sarana kepedulian terhadap pendidikan dan kesejahteraan
anak yatim7 dan duafa. Dengan menghadirkan 12.000 anak yatim dan
duafa penerima manfaat, progran SAPA dapat dirasakan keberadaannya
serta dapat memotivasi mereka untuk menjadi generasi yang berprestasi
dan memiliki daya saing.
2. SAHABAT YATIM (Santunan Harian bagi Anak Yatim)
Program Sahabat Yatim ini merupakan bentuk kepedulian para
dermawan kepada anak yatim dengan cara memberikan donasi untuk
kebutuhan harian mereka. Bentuk donasi yang diberikan dapat berupa
kebutuhan makan, sekolah, kesehatan dan kebutuhan penting lainnya.
Kategori pada program ini adalah membantu atau menyantuni anak-anak
yatim dan duafa yang berada di luar asrama.
Program ini telah berjalan di seluruh asrama Mizan Amanah,
sampai saat ini anak-anak yang telah terbantu secara rutin melalui program
ini sebanyak ratusan anak untuk daerah Jakarta, sampai bulan Mei 2012
6
http://mizanamanah.org/ diakses pada tanggal 4 Maret 2014
7
tercatat sebanyak 407 anak dibina oleh Mizan Amanah. Konsep dari
program ini adalah membantu anak-anak yatim atau duafa yang berada di
sekitar jangkauan asrama Mizan Amanah.
3. Ibunda Yatim (Santunan Ibunda Yatim )
Ibunda Yatim adalah program santunan bagi ibu yang memiliki
anak yang masih duduk di sekolah dasar dan suaminya telah meninggal
dunia. Program ini digulirkan untuk membantu para ibu yang secara fitrah
mendidik dan membimbing anak-anaknya. Namun karena tulang
punggung keluarga telah tiada, yaitu suami tercinta, sang ibu harus
menanggung semua biaya untuk menghidupi anak-anaknya.
4. KKB (Komunitas Kampung Barokah)
Komunitas Kampung Barokah (KKB) adalah program
pemberdayaan masyarakat dengan sasaran masyarakat dari desa yang
tertinggal, terisolasi dan memiliki problem sosial. program KKB berusaha
untuk mencari solusi yang tepat sehingga diharapkan masyarakat desa
dapat keluar dari ketertinggalannya, dengan KKB juga diharapkan
masyarakat dapat menggali potensi alam yang dimiliki secaramandiri.
Program KKB meliputi peningkatan pendidikan, pelayanan dan
peningkatan pola hidup sehat, peningkatan potensi sumber daya alam dan
skill usaha masyarakat, serta peningkatan nilai-nilai spiritual dan kearifan
lokal lainnya.
Data pelaksanaan program KKB
JENIS KEGIATAN JUMLAH KETERANGAN
Survey I : lokasi Desa Cintanegara Kec. Cigedug
1 kali (tanggal 10-13 Maret 2012)
Kel. Garut-Jawa Barat 8.643 jiwa. Potensi sumber daya ada di bidang
pertanian, peternakan, pakan ternak dan perikanan
Survey II : Lokasi Desa Sukatani Kec. Surade, Kel. Sukabumi-Jawa Barat
1 kali (tanggal 21-25 Maret 2012)
Jumlah penduduk sampai akhir tahun 2011 tercatat 3.411 jiwa. Potensi sumber daya ada di bidang
pertanian, perkebunan, hasil laut, hasil hutan dan tambang (pasir hitam)
Survey pertama lokasi Desa Campakasari Kec. Bojong Gambir, Kel. Tasikmalaya-Jawa Barat
1 kali (tanggal 4-8 April 2012)
Jumlah penduduk sampai akhir tahun 2011 tercatat 4662 jiwa. Potensi sumber daya ada di bidang
pertanian, peternakan, dan hasil hutan.
5. THE BEST (Dana Santunan Beasiswa Berprestasi)
The Best adalah program pemberian bantuan pendidikan prestasi
yang dikhususkan untuk anak-anak yatim dan duafa yang memiliki
prestasi dan motivasi untuk maju dan menjadi muslim berprestasi yang
tangguh dan berpandangan maju terhadap masa depan. Mizan Amanah
berupaya menjadi mediator bagi para sahabat dermawan yang peduli
terhadap masa depan anak-anak berprestasi Indonesia namun terhalang
oleh kekurangan biaya pendidikan.
6. Dhuafa Bangkit
Dhuafa Bangkit adalah program pemberdayaan zakat produktif8
bagi kaum duafa yang bertujuan untuk memberikan peluang kepada kaum
8
duafa yang mempunyai motivasi untuk berubah dengan memberikan
bantuan stimulan baik berupa motivasi, pengarahan manajemen,
pemberian bantuan permodalan bergulir, pembimbingan berkala sehingga
menghasilkan entrepreneur yang mandiri serta dapat menjadi motor
pergerakan ekonomi baik bagi dirinya, keluarga dan masyarakat lainya.
7. SIGAP (Siaga Tanggap Bencana)
SIGAP merupakan program sosial penanggulangan korban
bencana alam. Indonesia merupakan negara dengan potensi ancaman
bencana alam yang tinggi. banjir tahunan, gunung meletus, gempa bumi,
tsunami dan tanah longsor adalah beberapa bencana yang kerap melanda
Indonesia. SIGAP hadir dan berperan serta dalam kegiatan
penanggulangan korban bencana alam dengan disertai komitmen tinggi
dalam menolong sesama dan memulihkan korban pasca bencana.
8. ARTIS SIAGA (Ambulans Gratis Siaga)
Ambulans Gratis Siaga merupakan program layanan kepedulian
terhadap duafa yang hadir saat mereka membutuhkan sarana pengantaran
atau penjemputan pada kondisi sakit, kecelakaan, dan meninggal dunia.
Program ini dirancang untuk menolong para duafa yang membutuhkan
sarana transportasi yang dirasa cukup berat dan berbiaya mahal. Program
Artis Mizan Amanah hadir untuk memberikan fasilitas cuma-cuma khusus
untuk para duafa.
Lihat: Mohammad Yusuf, “Zakat Produktif,” artikel diakses pada 11 April 2014 dari
9. QMB (Qurban9 Menembus Batas)
QMB merupakan program tahunan yang digulirkan oleh Mizan
Amanah. QMB merupakan fasilitas ibadah berqurban yang disunahkan
bagi umat islam yang mampu. Mizan Amanah akan mendistribusikan
hewan qurban ke berbagai pelosok di Indonesia termasuk keluar pulau
Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTB dan pulau-pulau lain.
Bahkan hewan qurban pun didistribusikan juga ke luar negeri. Seperti
Somalia di benua Afrika yang saat ini sedang membutuhkan bantuan.
10.SEHATI (Sehat dan Bergizi)
SEHATI adalah program layanan kesehatan bagi anak yatim dan
kaum dhuafa dengan memberikan layanan kesehatan cuma-cuma dengan
merujuk ke rumah sakit yang layak, serta penanganan masalah gizi buruk
bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
11.Pendidikan Peradaban
Pendidikan adalah hak bagi setiap anak tanpa terkecuali. Termasuk
anak–anak yatim dan duafa berhak mendapatkan pendidikan yang
berkualitas. Sekolah peradaban mengutamakan anak–anak yatim dan
dhuafa binaan Mizan Amanah untuk dapat mengenyam pendidikan full di
asrama. Selain itu diberikan wadah community learning untuk anak–anak
lainnya yang ingin belajar di sekolah peradaban.
9
Qurban berasal dari bahasa arab yang diambil dari kata qaruba-yaqrabu-qurbaanan
artinya mendekati atau menghampiri. Qurban juga sering disebut udhhiyah atau dhahiyyah yang berarti hewan sembelihan. Dalam fikih Islam, qurban adalah hewan yang dipotong dalam rangka
12.AKU (Anak Unggul)
Anak unggul. Itulah suatu harapan dari pendidikan yang ada di
asrama Mizan Amanah. AKU (Anak Unggul) adalah program pembinaan
dan pendidikan anak asuh yatim dan duafa yang meliputi pembinaan
dalam bidang jasmani, rohani, dan intelektual. Yang pada akhirnya
kecerdasan intelektual (IQ)10, kecerdasan emosional (EQ)11, dan
kecerdasan spiritual (SQ)12 mereka seimbang. Program AKU ini bertujuan
untuk mewujudkan anak binaan yang tidak hanya memiliki kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional yang tinggi, tetapi juga kecerdasan
spiritualnya yang luar biasa, yang wujud nyatanya tercermin dalam
prestasi, perilaku, dan akhlak yang paripurna dalam kesehariannnya.
13.Basmalah
Basmalah ini adalah program bantuan beasiswa pendidikan bagi
anak-anak yatim dan dhuafa, agar bisa bebas dari putus sekolah. Agar
mereka tetap berhak mendapatkan pendidikan. Melalui program ini Mizan
Amanah memberikan layanan jaminan pembiayaan sekolah bagi
anak-anak yang rentan putus sekolah terutama di daerah pinggiran kota di
Indonesia.
10
Kecerdasan intelektual (Intelectual Quotiet) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan,
dan mengolah informasi menjadi fakta. Lihat: Silviastrilyani, “Pengertian IQ, EQ, dan SQ,” artikel
diakses pada 8 April 2014 dari silvistrilyani.wordpress.com/2013/02/11/pengertian-iq-eq-dan-sq/
11
Danil Goleman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi (Emotional Quotient) adalah “kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.” Lihat: Muhammad Muhyidin, Manajemen ESQ Power (Yogyakarta: Diva Press, 2007), h. 83.
12
Sebelumnya nama program ini adalah BPS (Beasiswa Bebas Putus
Sekolah), kemudian diubah dengan Basmalah. Program bantuan ini hampir
sama bentuknya dengan program beasiswa The BEST, namun bantuan
beasiswa ini diberikan untuk anak-anak yatim dan dhuafa secara umum
tanpa penilaian prestasi yang didapat. Cakupan bantuan ini nantinya
adalah untuk usia Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Tingkat Atas
(SMU). Program bantuan ini di koordinasi oleh divisi pendayagunaan
Mizan Amanah.
14.KAMI
KAMI adalah Program pendidikan kemandirian bagi anak yatim
yang sudah dewasa dengan memberikan bekal life skill dan kemampuan
kemandirian lainnya.
15.Pahlawan Yatim
Pahlawan Yatim adalah program kepedulian dengan membentuk
koordinator (dari kalangan da'i, guru ngaji, pekerja sosial). Pahlawan
Yatim ada di setiap daerah yang terdapat anak-anak yatim yang rentan
baik bidang pendidikan kesehatan, dan kesejahteraan hidup mereka.
16.Promosi
Program penanganan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi
bagi anak yatim dan kaum dhuafa.
Data Layanan Program Promosi
KEGIATAN JUMLAH KETERANGAN
Layanan pengantaran sakit 40 orang
Layanan pengantaran meninggal 22 orang
Layanan pengantaran melahirkan 4 orang
TOTAL 68 orang Sampai dengan
bulan mei 2012
17.Orphan Smart Building
Bersekolah di sekolah yang baik dan layak adalah dambaan setiap
anak, tak terkecuali anak-anak yatim dan anak dhuafa yang ada di
sekeliling kita. Mizan Amanah berencana untuk membangun sebuah
sekolah khusus yang dinamakan Orphan Smart Building yaitu Pusat
Pendidikan dan Kemandirian Anak Yatim. Lokasi pembangunan tepatnya
di kawasan Bintaro, yang saat ini menjadi asrama anak yatim dan duafa
Mizan Amanah. Gedung ini akan didukung oleh berbagai fasilitas layak
42
ANALISIS PENELITIAN MANAJEMEN FUNDRAISING
LEMBAGA AMIL ZAKAT MIZAN AMANAH
A. Fungsi-fungsi Manajemen Fundraising Lembaga Amil Zakat Mizan
Amanah
Berikut penulis uraikan hasil penelitian di Mizan Amanah tentang
penerapan fungsi-fungsi manajemen.
1. Perencanaan ( Planning)
Perencanaan adalah fungsi paling mendasar dalam manajemen,
karena proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap sesuatu
yang akan dikerjakan di masa yang akan datang ditentukan dalam tahap
ini.1 Perencanaan menjawab pertanyaan tentang bagaimana sebuah
lembaga akan bergerak kedepan. Karena perencanaan memiliki hubungan
erat dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Berikut uraiannya:2
a. Hubungan perencanaan dengan pengorganisasian. Dibagian ini
perencanaan menunjukkan cara dan perkiraan bagaimana
menggunakan sumber daya-sumber daya tersebut untuk mencapai
efektifitas paling tinggi.
b. Hubungan perencanaan dengan penggerakan. Penggerakan yang
didalamnya terdapat aspek pengarahan dan pemberian motivasi
memiliki kaitan erat dengan perencanaan. Perencanaan menentukan
kombinasi yang paling baik dari faktor-faktor, kekuatan-kekuatan,
1
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 38.
2
sumber daya-sumber daya dan hubungan-hubungan yang diperlukan
untuk mengarahkan dan memotivasi karyawan.
c. Hubungan perencanaan dengan pengawasan. Pengawasan sangat
penting bagi produk perencanaan aktif. Hal ini menunjukkan apakah
rencana yang telah disusun realistik atau tidak., apa