SKRIPSI
PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN
INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH:
INEU YUNIAWATI 090522068
PROGRAM STUDI AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas
dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan./atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapatkan izin, dan /atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2013
Yang Membuat Pernyataan
Ineu Yuniawati
ABSTRAK
PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perputaran modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana dari 19 populasi ditentukan 13 perusahaan industry makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009 – 2012 sebagai sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program spss 17.0.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara parsial Working Capital Turnover (WCT) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap return on investment (ROI), hal tersebut diperkuat karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0% dari 5%. (2) secara parsial current ratio (CR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on investmen (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0,5% dari 5%. (3) secara parsial debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 4,8% dari 5%. (4) efisiensi modal kerja, likuiditas (Current Ratio) dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Return on Investment).
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF WORKING CAPITAL TURNOVER, LIQUIDITY AND SOLVABILITY TO PROFITABILITY ON FOOD
AND BEVERAGE INDUSTRY WHICH IS REGISTERED AT INDONESIAN STOCK EXCHANGE
This research intends to analyze the effect of working capital turnover, liquidity, and solvency to profitability on food and beverage induntrial which is registered at Indonesian stock exchange.
The design research used is associative causal research design. As for the selection of the samples was done by purposive sampling method where the population is determined 13 of 19 companies which listed on Indonesia Stock Exchange in the period 2009 to 2012 as the sample. The type of data in this research is secondary data obtained from the website of the Indonesian Stock Exchange www.idx.co.id. This observational data at procces by use of program spss 17.0.
Finding researching to point out that: (1 ) partially Working Capital Turnover (WCT) having influence that really significant to return on investment (ROI), that thing is bastioned because zoom significantion that acquired smaller of standard one is utilized namely 0% of 5%. (2 ) partially current ratio (CR) having influence that significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 0,5% of 5%. (3 ) partially debt to equity ratio (DER) having for significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 4,8% of 5%. (4 ) working capital efficiency, liquidity (Current Ratio) and solvency( Debt to Equity Ratio) simultaneously influential significant to profitability (Return on Investment).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat, rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya, sehingga skrispsi
dengan judul : “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas
terhadap Profitabilitas pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia” dapat terselesaikan dengan lancar. Adapun skripsi tersebut
ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesarnya kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala
kerendahan hati, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, AK, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting S.,SE, MAFIS, Ak, selaku Ketua
Departemen Akuntansi
3. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak sebagai Dosen Pembimbing yang telah
menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Drs Rasdianto, MSi, Ak Selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
7. Ayahanda Drs Atang Sadeli (alm) dan Ibunda Hj. Rosti di Bandung,
keluarga besar Drs. H. Syamsul Bahri di Medan serta abang dan kakak
yang tersayang yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
terhadap penulis
8. Suami tersayang Muhammad Fadlan Syam, SE yang telah banyak
memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat selesainya skripsi ini
9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu –
persatu.
Akhir kata, penulis mengharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Medan, Desember 2013
Penulis
Ineu Yuniawati
090522068
DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9
2.1.3.5 Faktor yang mempengaruhi Modal Kerja... 25
2.1.4 Likuiditas Perusahaan ... 27
2.1.5 Solvabilitas ... 32
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 34
2.3 Kerangka Konseptual……... 35
2.4 Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…... 38
3.1.1Variabel Penelitian ... 38
3.1.2Definisi Operasional Variabel... 38
3.1.2.1Variabel Terikat (dependent variable)... 38
3.1.2.2Variabel Bebas (independent variable) ... 39
3.2 Populasi dan Sampel... 42
3.3 Jenis dan Sumber Data ……... 44
3.4 Metode Pengumpulan Data... 45
3.5 Metode Analisis Data ... 45
3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik ……….……….. 45
3.5.1.1 Uji Normalitas ……… 45
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas ……… 46
3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas ……… 47
3.5.1.4 Uji Autokorelasi ………..………… 49
3.5.2 Pengujian Hipotesis ………. 50
3.5.2.1 Uji Regresi ……… 50
3.5.2.2 Uji Goodness of Fit ……… 51
3.5.2.3 Uji Signifikansi Parsial ……… 51
3.5.2.4 Uji Signifikansi Simultan ……… 53
3.5.2.5 Uji Koefisien Determinasi ……… 54
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Data Penelitian ... 55
4.2 Statistik Deskriptif ... 58
4.3 Pengujian Asumsi klasik ... 59
4.3.1 Uji Normalitas ... 59
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 63
4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 63
4.3.4 Uji Autokorelasi... 66
4.4 Pengujian Hipotesis ... 67
4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda... 68
4.4.2 Koefisien Determinasi... 69
4.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 70
4.4.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 73
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Saran ... 78
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 40
Tabel 3.2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman... 55
Tabel 4.2 Data Variabel Profitabilitas (ROI)………... 56
Tabel 4.3 Data Variabel WCT ... 56
Tabel 4.4 Data Variabel CR ………... 57
Tabel 4.5 Data Variabel DER ... 57
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif …... 58
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ………..………... 60
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas setelah transformasi LN... 61
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ………... 64
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ………... 67
Tabel 4.11 Analisa Regresi………... 68
Tabel 4.12 Koefisien Determinasi (R2) ... 69
Tabel 4.13 Hasil Uji t ... 71
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 35
Gambar 4.1 Grafik Normal Plot... 62
Gambar 4.2 Histogram …………... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
ABSTRAK
PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perputaran modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana dari 19 populasi ditentukan 13 perusahaan industry makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009 – 2012 sebagai sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program spss 17.0.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara parsial Working Capital Turnover (WCT) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap return on investment (ROI), hal tersebut diperkuat karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0% dari 5%. (2) secara parsial current ratio (CR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on investmen (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 0,5% dari 5%. (3) secara parsial debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI), karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari standar yang digunakan yakni 4,8% dari 5%. (4) efisiensi modal kerja, likuiditas (Current Ratio) dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Return on Investment).
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF WORKING CAPITAL TURNOVER, LIQUIDITY AND SOLVABILITY TO PROFITABILITY ON FOOD
AND BEVERAGE INDUSTRY WHICH IS REGISTERED AT INDONESIAN STOCK EXCHANGE
This research intends to analyze the effect of working capital turnover, liquidity, and solvency to profitability on food and beverage induntrial which is registered at Indonesian stock exchange.
The design research used is associative causal research design. As for the selection of the samples was done by purposive sampling method where the population is determined 13 of 19 companies which listed on Indonesia Stock Exchange in the period 2009 to 2012 as the sample. The type of data in this research is secondary data obtained from the website of the Indonesian Stock Exchange www.idx.co.id. This observational data at procces by use of program spss 17.0.
Finding researching to point out that: (1 ) partially Working Capital Turnover (WCT) having influence that really significant to return on investment (ROI), that thing is bastioned because zoom significantion that acquired smaller of standard one is utilized namely 0% of 5%. (2 ) partially current ratio (CR) having influence that significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 0,5% of 5%. (3 ) partially debt to equity ratio (DER) having for significant to return on investment (ROI), since acquired significantion zoom smaller of standard one is utilized namely 4,8% of 5%. (4 ) working capital efficiency, liquidity (Current Ratio) and solvency( Debt to Equity Ratio) simultaneously influential significant to profitability (Return on Investment).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang di dunia, hal ini
terbukti dengan adannya pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan
sektor ekonomi. Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang di dukung
oleh peningkatan komunikasi, maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai
perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam
rangka meraih dana untuk ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor
mendapatkan keuntungan yang lebih.
Perusahaan besar umumnya mencari dana tambahan permodalan dengan
cara melepas kepemilikan atau menerbitkan surat hutang kepada masyarakat (go
public) di pasar modal. Melalui go public, perusahaan dapat melakukan
pembenahan dalam manajemen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja
atau melaksanakan ekspansi usaha dalam rangka mengoptimalkan pangsa pasar
yang berpotensial serta memperoleh keunggulan kompetitif guna
mempertahankan going concern perusahaan dalam persaingan yang semakin
ketat.
Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif untuk para investor
dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan.
Pengembangan pasar modal sangat diperlukan dalam perekonomian Indonesia
jangka menengah atau jangka panjang dengan cara memperjual belikan instrumen
keuangan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat
perkembangannya sehingga menjadi salah satu alternatif perolehan dana yang
semakin lama semakin banyak digunakan oleh perusahaan seperti data yang
didapat pada situs resmi BEI yaitu www.idx..co.id yang menunjukkan bahwa pada
tahun 1988 terdapat hanya 24 perusahaan yang go public di BEI dan pada tahun
2010 telah terdaftar 405 perusahaan yang go public di BEI. Dari 405 perusahaan
tersebut terdapat 21 perusahaan Industri barang konsumsi makanan dan minuman
(Food and beverages). ( www.idx.co.id)
Di Indonesia krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 sangat
mempengaruhi pasar modal dan valuta asing. Sektor yang dianggap bisa bertahan
dalam terjangan krisis global adalah sektor konsumsi terutama Industri makanan
dan minuman. Hal ini terbukti dengan permintaan pasar pada sektor ini tetap
tinggi dan semakin meningkatnya perusahaan industri makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman di dorong oleh konsumsi yang
tinggi, industri ini akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pasalnya, sektor konsumsi menyumbang sekitar 54% terhadap PDB nasional.
Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri Kemenperin
Arryanto Sagala menjelaskan, ada sejumlah sektor yang mampu mendorong
tekstil, alas kaki dan barang kulit yang sebesar 7,52 persen.
(www.economy.okezone.com)
Perkembangan teknologi dan semakin meningkatnya spesialisasi pada
perusahaan industri makanan dan minuman menyebabkan persaingan yang
semakin ketat. Pada umumnya masalah keuangan merupakan masalah utama
perusahaan, sehingga analisis mengenai laporan keuangan sangat penting untuk
dilakukan terutama analisis mengenai profitabilitas. Para pemegang saham dan
calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan suatu
perusahaan. Kesejahteraan para pemegang saham dapat tercapai apabila
perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba atau profit yang maksimal.
Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan
dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk
membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang digunakan untuk
melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja. Modal kerja
merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh
perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan
aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja
dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari,
dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi
masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan
produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan
Apabila perusahaan telah mencapai posisi tertentu, maka dapat dilakukan
ekspansi atau perluasan usaha yang tidak akan terlepas dari kebutuhan akan
modal. Pemenuhan kebutuhan modal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain dengan modal sendiri yang terdiri dari saldo laba, modal dari
pemegang saham dan dari sumber lainnya yaitu modal pinjaman atau dapat pula
diperoleh dengan mengkombinasikan keduanya.
(Bambang Riyanto, 2001:17), menyatakan bahwa modal kerja adalah nilai
aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas dan digunakan perusahaan
untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, pembelian
bahan mentah, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya.
Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang
tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka
perusahaan tersebut kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi
kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva
lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa,
sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang
memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang
berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana
menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang
Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau
pimpinan perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal
kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif dimasa
mendatang. Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar
dapat menyusun rencana yang lebih baik untuk periode yang akan datang. Selain
manajer, kreditor jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal
kerja suatu perusahaan, dengan begitu, kreditor jangka pendek akan memperoleh
kepastian kapan hutang perusahaan akan segera dibayar.
Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk
mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan tersebut.
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Adapun
sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya
modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, meminimalkan
dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva dan
pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar.
Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu
kita harus mengukur dari elemen-elemen modal kerja. dalam pengelolaan modal
kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja, yaitu kas, piutang dan
semakin cepat, tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan
modal kerja dalam perusahaan kurang efisien.
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan
dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas
dan profitabilitas (Van Horne,2009:217). Jika perusahaan memutuskan
menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas
akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun
yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika
perusahaan ingin memaksimalkan tingkat profitabilitas, kemungkinan dapat
mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin
baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan
yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat
pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas
yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana
yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam
proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,2005:157).
Keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas senantiasa harus diperhatikan.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang akan segera jatuh tempo, sedangkan profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Jadi, apabila perusahaan terlalu
likuid, artinya banyak modal yang tersimpan dalam bentuk kas, hal ini
menimbulkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba jika kas tersebut
uang yang dimiliki dalam usaha, sehingga ketika diperlukan dana cair mengalami
kesulitan.
Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah
penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat
dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan
modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak
dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana
kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat
pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan
Houston (2001: 84) memiliki tiga implikasi penting, yaitu:
“Pertama, memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.
Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan
marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian
kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur. Ketiga, Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga,
maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar”.
Sementara itu Sawir (2001: 11) menyebutkan bahwa “leverage dapat
Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka
tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus ditanggung
juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas.
Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber
dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak
dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut
dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya
profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan
baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor
dan calon investor untuk merumuskan kebijakan dalam melakukan investasi pada
perusahaan dalam sektor real estatate dan properti seupaya tingkat pengembalian
penanaman investasi tersebut memperoleh hasil yang maksimum.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
“PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN
SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS (Studi pada perusahaan
Industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 – 2012) “
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh perputaran modal kerja (working capital turn
2. Apakah Likuiditas (CR) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas
(ROI) ?
3. Apakah Solvabilitas (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI)
pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman?
4. Apakah Perputaran modal kerja (WCT), Likuiditas (CR) dan Solvabilitas
(DER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI) ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel perputaran modal
kerja, solvabilitas dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012.
2. Untuk mengetahui variabel mana yang lebih dominan mempengaruhi
profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI pada tahun 2009 – 2012.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel Modal Kerja,
Likuiditas dan Solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan
industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009–2012.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Manajemen Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi akademis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris
mengenai pengelolaan rasio keuangan terhadap profitabilitas pada
perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, sehingga hasil dari penelitian ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan
struktur modal yang optimal.
3. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan investasi.
1.4. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran secara ringkas mengenai skripsi ini, maka
system penulisannya akan dibagi kedalam beberap bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan, penelitan
terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas variable penelitian dan definisi
operasionalnya, penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan deskripsi obyek penelitian, seluruh proses dan
teknik analisis data hingga hasil dari pengujian seluruh hipotesis
penelitian sesuai dengan metode yang digunakan.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari seluruh hasil yang telah
diperoleh dalam penelitian ini. Selain itu juga menjelaskan apa saja
keterbatasan dan saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat
perhatian penting karena untuk dapat menlangsungkan hidupnya, suatu
perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable).
Tanpa adanya keuntungan atau profit, maka akan sulit bagi perusahaan
untuk menarik modal dari luar. Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Kasmir, 2010 mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan Gibson (2005 :303), profitability
is the ability of a firm to generate earnings. It is measured relative to a
number of bases, such as assets, sales and investment. Gibson mengartikan
profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk meningkatkan
laba perusahaan, profitabilitas ini diukur dengan membandingkan laba yang
diperoleh perusahaan degan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur
keberhasilan perusahaan seperti aktiva perusahaan, penjualan dan investasi.
Dari definisi tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh
diperoleh perusahaan tersebut. Setiap perusahaan selalu berupaya agar
memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Dalam konteks ini
perusahaan yang menguntungkan tentunya tidak memerlukan banyak
pembiayaan dengan hutang. Melalui adanya tingkat pengembalian yang
tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan
profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya,
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya
yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan
laba yang tinggi. Sebaliknya sebuah perusahaan memiliki profitabilitas
rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelola
sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu
menghasilkan laba tinggi.
2.1.2. Rasio Profitabilitas
Dalam melakukan analisis perusahaan, disamping melihat laporan
keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis
laporan keuangan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Van Horne,
Wachowics (2009:222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah “rasio
keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan dan investasi pada
Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur
efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi
melalui kegiatan penjualan (Djarwanto, 2005). Sedangkan menurut Kasmir
(2010:196), rasio profitabilitas adalah rasio yang memperlihatkan pengaruh
gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva dan hutang terhadap hasil
operasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Analisa rasio profitabilitas yaitu menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber dana yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah cabang
(Sofyan Syafri Harahap, 2005:304)
Dari pengertian-pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa analisa rasio profitabilitas adalah gambaran akhir kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba atau jawaban akhir tentang efisien
tidaknya perusahaan menghasilkan laba. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam
laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba.
Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya
adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu
tertentu, baik penurunan atau kenaikan sekaligus mencari penyebab
Ada tiga rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan. (Bambang Riyanto, 2005:331) mengemukakan
bahwa rasio-rasio profitabilitas merupakan rasio-rasio yang menunjukkan
hasil akhir sejumlah kebijakan dan keputusan-keputusan (profit margin on
sales, return on total asset, return on net worth dan lain sebagainya)”.
Ketiga rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan, yaitu :
a. Margin Laba (profit margin)
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. (Hanafi,
2010:199) menyatakan bahwa rasio ini juga bisa diinterprestasikan
sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi)
di perusahaan pada periode tertentu. Untuk menghitung profit margin,
digunakan persamaan sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajak
Profit Margin = X 1 = …..kali Penjualan
Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara
umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
b. Return On Equity (ROE)
Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan
mereka investasikan di dalam perusahaan. Return on equity (ROE)
dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2010:204) :
Laba bersih setelah pajak
ROE = X 100% = ….. % Total Equitas
Angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang
tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan dividen maupun capital
gain untuk pemegang saham. Karena itu, rasio ini bukan pengukur
return yang di terima pemegang saham yang sebenarnya.
c. Return On Investment (ROI / ROA)
Return on investment (ROI) sering disebut sebagai return on assets
(ROA). ROI mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. ROI dihitung dengan cara
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total asset, rumus
untuk mencari return on investment (ROI) dpt digunakan sebagai
berikut (Kasmir, 2010 :202) :
Laba bersih setelah pajak
ROI = X 100% = ….. %
Total aktiva
Semakin tinggi tingkat ROI suatu perusahaan, semakin baik perusahaan
tersebut.
Dalam penelitian ini analisa profitabilitas yang dipakai hanya yang
terkait dengan kemapuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva
yang dipergunakan, yaitu Return on investment (ROI) atau Return on assets
Salah satu rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam
penelitian yang berkaitan dengan pengaruh laba terhadap investasi adalah
return on investment (ROI). Return on investment menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.
Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan
efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional
perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan (Soemarso, 2005).
Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa
keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Analisa return on
investment (ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan
oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan
operasi. Return on investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk
rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Dengan demikian return on investment (ROI) menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi
ROI memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan ROI sebagai berikut :
1. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi modal yang
bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan.
2. Analisis ROI dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan
perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah
perusahaan berada dibawah, sama atau di atas rata-rata.
3. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang
bersangkutan dalam antrian untuk membandingkan efisiensi antar
bagian.
4. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari
masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan
menggunakan product system (sitem biaya produksi) yang baik, maka
modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas
masing-masing produk.
5. Analisis ROI dapat digunakan untuk keperluan perencanaan antara lain
sebgai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan
Meskipun ROI memiliki kelebihan, namun ROI juga memiliki
kelemahan. Kelemahan ROI adalah sebagai berikut :
1. Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya, karena perbedaan praktek akuntansi antar
perusahaan.
2. Analisa return on investment (ROI) saja tidak dapat dipakai untuk
membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh
hasil yang memuaskan.
2.1.3 Modal Kerja
2.1.3.1 Pengertian Modal kerja
Untuk memenuhi atau membiayai kebutuhan investasi dan
kebutuhan operasional perusahaan dibutuhkan modal kerja yang
cukup. Karena tanpa modal kerja yang cukup perusahaan tidak akan
dapat bekerja secara optimal dalam mencapai tujuannya. Semua
pihak sepakat bahwa modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk
operasi sehari-hari.
Pengertian modal kerja yang dikemukakan oleh Agnes
Sawir (2005 : 129), “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat pula dmaksudkan sebagai
dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran listrik, telepon, upah
Sedangkan Husnan (2001 : 49 ), “Modal kerja merupakan
salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena
tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan
untuk menjalankan aktivisnya”. Menurut Hongren (2005:135),
“working capital is the difference between current assets and current
liabilities”. Sedangkan menurut Burton A. Kolb (1983) dalam sawir
(2005:129) menyatakan modal kerja adalah investasi perusahaan
dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalamnya kas,
sekuritas, piutang, persediaan dan dalam beberapa perusahaan biaya
dibayar di muka”.
Dari beberapa pengertian modal kerja di atas dapat
disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan
dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Modal kerja sangat
penting bagi perusahaan karena modal kerja merupakan dana yang
harus tersedia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran listrik, telepon, upah
buruh, hutang, dan pembayaran yang lainnya.
Menurut Kasmir (2010: 250) terdapat tiga konsep tentang modal
kerja yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
2. Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja memo (non working capital) 3. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode accounting (current income) bukan periode berikutnya (future income)
Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang
tidak menghasilkan current income atau kalau menghasilkan tidak
sesuai dengan misi perusahaan yaitu non working capital, sehingga
besarnya modal kerja adalah:
a. Besarnya kas
b. Besarnya persediaan
c. Besarnya piutang (dikurangi bersarnya laba)
d. Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
(besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan
current income tahun yang bersangkutan)
Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan
income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya) termasuk dalam non
working capital.
2.1.3.2 Siklus Modal Kerja
Proses pemutaran modal kerja akan selalu berjalan selama
perusahaan masih beroperasi, modal kerja berputar terus-menerus
dalam perusahaan karena dipakai untuk membiayai operasi
sehari-hari. Proses pemutaran modal kerja itu dinamakan lingkaran modal
kerja, yang akan selalu berputar selama perusahaan merupakan
“going concern” atau masih berjalan (Tunggal, 2005: 91)
Analisis tentang lingkaran modal kerja dimulai dengan kas
uang kas ditanam dalam persediaan dan berbagai alat dan jasa,
disamping dibiayai dari para pemasok dengan kredit, yang kemudian
memerlukan pembiayaan dengan kas. Barang perusahaan dijual pada
para pembeli dengan tunai atau kredit biasa atau dengan pembayaran
wesel/promes dari debitor dan dari wesel/promes diterima kas
(Tunggal, 2005: 91). Jadi, proses kas persediaan-piutang-uang
merupakan lingkaran modal kerja dana akan berputar terus-menerus
selama perusahaan itu berjalan.
2.1.3.3 Jenis – Jenis Modal Kerja
Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagi
berikut :
A. Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal
menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat
dibedakan dalam :
1. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang
harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
2. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan
untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
B. Modal kerja variabel (variable working capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan,
dan modal kerja ini dibedakan antara lain :
1. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
2. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur,
3. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena keadaan yang tidak diketahui
sebelumnya, (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin
operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal
kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja
apabila jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka
perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan.
2.1.3.4 Fungsi Modal Kerja
Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut:
1. Modal Kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang
ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti
penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat
ditagih atau penurunan nilai persediaan.
2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk
membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk
memanfaatkan potongan tunai ; dengan menggunakan potongan
tunai maka jumlah yang akan dibayarkan uttuk pembelian barang
menjadi berkurang.
3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk
memelihara “Credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak
ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan
perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja
yang mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi
situasi darurat seperti dalam hal terjadi : pemogokan banjir dan
kebakaran.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit
kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus
lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk
membiayai operasinya.
5. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada
suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para
pembeli dengan lancar.
2.1.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Kebutuhan perusahaan akan modal tergantung pada
faktor-faktor sebagai berikut (Tunggal, 1995: 96-101) :
1. Sifat atau Jenis Perusahaan
Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dariusaha
yang dijalankan perusahaan.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh
barang yang akan dijual.
Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka
waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan
dijual pada pembeli. Makin lama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh barang, atau makin lama waktu yang diperlukan
untuk memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja
yang diperlukan makin besar.
3. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan
Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat
kerja yang ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya, semakin
longgar syarat kredit yang diberikan pada pembeli maka akan
lebih banyak modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.
4. Perputaran persediaan
Makin cepat persediaan berputar maka makin kecil modal kerja
yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan
untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai
dan mengatur investasi dalam persediaan. Disamping itu biaya
yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.
5. Perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan
piutang. Apabila penagihan piutang dilakukan secara efektif maka
tingkat perputaran piutang akan tinggi sehingga modal kerja tidak
akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat segera digunakan
dalam siklus usaha perusahaan.
6. Siklus Usaha (Konjungtur)
Dalam masa “prosperti” (konjungtur tinggi), perusahaan akan
berupaya untuk membeli barang mendahului kebutuhan untuk
memperoleh harga yang rendah dan memastikan adanya
persediaan yang cukup, sehingga dalam masa tersebut diperlukan
modal kerja yang besar. Sebaliknya, dalam masa “depresi”
(konjungtor menurun) maka volume usaha turun dan banyak
7. Musim
Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka penjualan
tiap bulan rata-rata sama. Tetapi jika pipengaruhi musim,
perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum
untuk jangka relatif pendek.
Ada 2 macam musim :
a. Musim dalam hal produktif hanya dilakukan dalam bulan-bulan
tertentu saja sedangkan dalam bulan lain tidak ada produksi
atau sedikit produksinya.
b. Musim dalam hal penjualan, yaitu penjualan hanya dilakukan
dalam bulan-bulan tertentu saja, sedangkan dalam bulan lain
penjualan tidak begitu banyak.
2.1.4 Likuiditas Perusahaan
Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus
dipenuhi (Riyanto, 2005 :25). Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan
membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang
mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain
perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.
segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid,
dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah
illikuid.
Sedangkan menurut Munawir (2001:31) likuiditas adalah
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus
dipenuhi.
Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang
dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas
perusahaan, yaitu :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menurut Van Horne (2009:206) adalah “ rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.”
Rasio lancar atau Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat
untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan
petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah
kiranya kita, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang
nasabah, dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut
kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi
kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan
pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan
apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban
lancar, sehingga dapatlah kiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada
suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya
dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan
terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di
dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya (Tunggal,
2005: 154).
Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor,
oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang
perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama
berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos
modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari
sudut pemegag saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling
menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan
jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.
Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak
mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi
kadang-kadang sutau current ratio yang rendah malahan menunjukkan
piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maxsimum.
Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan
terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar,
berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat (Tunggal, 2005: 157).
Formulasi untuk mengetahui rasio ini sebagai berikut (Van Horne,
2009:206):
Aktiva Lancar
Current Ratio = X 100% = …..% Hutang Lancar
2.Rasio Sangat Cepat (Quick Ratio atau acid test ratio)
Rasio sangat cepat menurut Kasmir (2010:137) adalah “ rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar
kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar
tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).”
Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan
antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir
2001: 74). Rasio ini merupakan ukuran kemampuan ukuran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan
memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini
lebih tajam dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva
yang sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini
Rumus untuk mencari rasio sangat cepat sebagai berikut (Kasmir, 2010:137) :
Aktiva Lancar – Persediaan
Quick Ratio = X 100% = … % Utang Lancar
3.Rasio Kas (cash ratio)
Rasio Kas atau cash ratio adalah “ rasio yang merupakan
perbandingan antara kas yang ada diperusahaan dibandingkan dengan
total utang lancar.” (Sugiono, 2008:62)
Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Kasmir (2010:
138-139) bahwa, “ rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur seberap besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang”.
Formulasi untuk menghitung rasio kas adalah (Kasmir, 2010:139) :
Kas
Cash Ratio = X 100% = …% Kewajiban Lancar
4. Rasio Perputaran Kas
Menurut Kasmir (2010: 140) perhitungan perputaran kas dapat
diartikan sebagai berikut :
a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti, ketidak mampuan
perusahaan dalam membayar tagihannya.
sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah
sebagai berikut (Kasmir, 2010:141) :
Penjualan Bersih
Rasio Perputaran Kas = X 100% = …% Modal Kerja Bersih
5.Inventory to Net Working Capital
Menurut Kasmir (2010:141-142), “Inventory to Net Working
Capital adalah rasio yang digunakan untuk mengukur atau
membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja
perusahaan. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva
lancar dan kewajiban lancar”.
Rumus untuk mencari inventory to net working capital adalah
(Kasmir, 2010:142
Persediaan
Inventory to NWC = X 100% = …% Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar
2.1.5. Solvabilitas
Menurut Kasmir (2010:151), rasio solvabilitas (leverage ratio)
adalah “ rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang.”
Rasio solvabilitas menurut Wild (2005:9) merupakan “ kemungkinan
dan kemampuan jangka panjang perusahaan untuk melunasi kewajiban
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dilikuidasi.
Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain sebagai berikut:
a. Rasio Utang (Debt Ratio)
Rasio utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dan total aktiva. Dengan kata lain, rasio
utang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Rumus untuk mencari debt ratio sebagai berikut (Kasmir, 2010:156):
Total Utang
Rasio Utang = X 100% = …% Total Aktiva
b. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio utang terhadap ekuitas adalah rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas.
Formulasi untuk mencari rasio Debt to Equity Ratio sebagai berikut
(Kasmir, 2010:158) :
Total Utang
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
1. Siwi Nurgraeni Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Nusa Tenggara Barat.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
H4
H1
H2
H3
Sumber: Diolah Peneliti (2012)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti
identifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis
atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan
keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk
memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Kerangka
konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan variabel dependen. Working Capital Turnover (WCT)
(X1)
Return Of Investment (ROI)
(Y) Current Ratio (CR) (X2)
Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi berarti
tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut
(Munawir, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa perputaran modal kerja (WCT) berpengaruh signifikan terhadap profabilitas.
Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan
membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia ( Syamsudin, 2002:41) .
Kemampuan memperoleh laba selama periode tertentu akan mengorbankan
likuiditas (aktiva lancar) maupun modal, baik modal sendiri maupun modal secara
keseluruhan (Horne, 2005). Profitabilitas berbanding terbalik dengan likuiditas,
hal ini menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.
Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi. Berdasarkan Pecking Order Theory, semakin besar rasio ini,
menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan
untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan
profitabilitas yang dimilikinya. Dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis
solvaabilitas atau leverage berpengaruh negative terhadap profitabilitas.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas,
H1 : Perputaran Modal Kerja (working capital turnover) berpengaruh
signifikan terhadap Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri
Makanan dan Minuman
H2 : Likuiditas (current ratio) berpengaruh signifikan terhadap
Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri Makanan dan
Minuman
H3 : Solvabilitas (debt to equity ratio) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri Makanan
dan Minuman
H4 : Perputaran modal kerja (WCT), Likuiditas (CR) dan Solvabilitas
(DER) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Profitabilitas (ROI) pada perusahaan Industri Makanan dan
Minuman
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variable Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variable Penelitian
Variable Penelitian adalah ubahan yang memiliki variasi nilai
(Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan dua variable yaitu :
1. Variable Terikat (Dependent Variable).
Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri serta menjadi perhatian utama
peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
profitabilitas (ROI)
2. Variabel Bebas (Independent variable).
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat,
baik itu secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat berdiri sendiri.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas ialah Perputaran
modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas.
3.1.2. Definisi Operasional Variabel
3.1.2.1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Return On Investment atau ROI (Y)
Return on investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
keuntungan. Dengan demikian return on investment menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi. Perusahaan dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
operasi tersebut.
Menurut (Kasmir, 2010) Return on investment atau ROI dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajak
ROI = X 100% = ….. % Total aktiva
3.1.2.2. Variable Bebas (independent variable) a. Perputaran Modal Kerja (WCT) (X1)
Perputaran modal kerja (working capital turn over) adalah rasio
yang menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan
yang akan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Untuk menentukkan
besarnya modal kerja digunakan rumus sebagai berikut :
Penjualan
Perputaran Modal kerja (WCT) = X 1 = …kali Aktiva lancar – utang lancar
b. Current Ratio (CR) (X2)
Current ratio merupakan indicator yang sesungguhnya dari
likuiditas perusahaan, karena perhitungan tersebut
mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancer dengan
Adapun formulasi dari current ratio adalah sebagai berikut :
Aktiva Lancar
Current Ratio = X 100% = ….% Hutang Lancar
c. Debt to Equity ratio(DER) (X3)
Rasio utang terhadap ekuitas adalah rasio yang digunakan
untuk menilai utang dengan ekuitas.
Formulasi untuk mencari rasio Debt to Equity Ratio (Kasmir,
2010:158)
Total Utang
Debt to Equity Rasio = X 100% = …. % Equitas
Ringkasan variabel penelitian dan definisi operasional variabel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
1. Return on
menunjukkan return atas
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
(dalam rupiah) yang dapat
diperoleh perusahaan untuk
tiap rupiah modal kerja.
Penjualan
yang sudah jatuh tempo.
Aktiva lancar
rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari
dengan cara
3.2. Populasi dan Sampel
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3 4
1 ADES PT Ades waters Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 1
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ √ Sampel 2
3 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk - √ √ √ -
4 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ - -
5 DAVO PT Davomas Abadi Tbk √ √ - √ -
6 DLTA PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ Sampel 3
7 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk √ √ √ √ Sampel 4
8 INDF PT Indofood Sukses Makmur
Tbk √ √ √ √ Sampel 5
9 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ - √ -
10 MYOR PT Mayora Indah √ √ √ √ Sampel 6
11 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ √ Sampel 7 12 PTSP PT Pioneerindo Gourmet
International Tbk √ √ √ √ Sampel 8
13 SIPD PT Sierad Produce Tbk √ √ √ - -
14 SKBM PT Sekar Bumi Tbk - - - - -
15 SKLT PT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ Sampel 9
16 SMAR PT SMART Tbk √ √ √ - -
17 STTP PT Siantar Top Tbk √ √ √ √ Sampel 10
18 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √ Sampel 11 19 ROTI PT Nippon Indosari Corporation √ √ √ √ Sampel 12
20 ULTJ PT Ultrajaya Milk Tbk √ √ √ √ Sampel 13
3.2.1. Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk
peristiwa, hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi
pusat perhatian peneliti, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta
penelitian (Ferdinand, 2006). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2009 – 2012.
Adapun pemilihan perusahaan industry makanan dan minuman
sebagai populasinya, karena perusahaan ini memiliki rasio profitabilitas
(ROI) yang tinggi, hal ini berarti perusahaan dalam memperoleh
profitabilitas yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sedangkan pemilihan periode 2009 – 2012 sebagai sampel karena
dapat menggambarkan kondisi yang ralatif baru di pasar modal Indonesia.
Dengan menggunakan sampel yang realtif baru dan rentang tahun penelitian
yang panjang, diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk
memahami kondisi yang actual di Indonesia. Sesuai dengan publikasi
Indonesia Capital Market Directory (ICMD), jumlah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2012 adalah
sebanyak 20 Perusahaan yang merupakan jumlah populasi dalam penelitian
ini.
3.2.2. Sampel