• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Super Andalas Steel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Super Andalas Steel"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

PADA PT SUPER ANDALAS STEEL

OLEH:

NAMA : DEWI MAYA SARI NIM : 050503140

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi yang berjudul ”Pengaruh Total Quality

Management Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Super Andalas Steel” adalah

benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,

dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi

untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah

dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan

ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas

Sumatera Utara.

Medan, 13 Maret 2009

Yang membuat pernyataan,

Dewi Maya Sari

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan kemudahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

waktu guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Sumatera Utara.

Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang

safa’atnya diharapkan di akhirat kelak.

Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,

dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing.

Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rustam, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan

Bapak Fahmi Natigor Nst., SE, MAcc, Ak selaku Dosen Pembanding/

Penguji II atas saran-sarannya.

5. Bapak Pimpinan PT SUPER ANDALAS STEEL beserta jajarannya.

(4)

6. Kedua orang tua penulis, Ir. H. Sudirman dan Hj. Rohidah Hasibuan.

Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan

semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang

dapat dibanggakan. Terima kasih kepada satu-satunya adik yang penulis

miliki Yulia Sudirman atas semua perdebatan, masukan, do’a, dan

semangat yang telah mewarnai hari-hari penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para

pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, 13 Maret 2009 Penulis,

(5)

ABSTRAK

Penggunaan Total Quality Management (TQM) sebagai pengukur

peningkatan kinerja manajerial sudah semakin luas digunakan. Hal ini terjadi karena banyaknya kesuksesan implementasi TQM dalam meningkatkan kinerja manajerial perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara TQM dengan 6 subvariabel yang diteliti, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan terhadap kinerja manajerial.

Penelitian ini dilakukan di PT SUPER ANDALAS STEEL dengan jenis penelitian assosiatif kausal. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sensus. Data yang digunakan diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 36 karyawan perusahaan yang berada di level menengah dan level bawah manajemen. Model analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan simultan (uji – F), uji signifikan parsial (uji – t), dan adjusted R square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TQM tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial. TQM juga tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial secara parsial. Kinerja manajerial tidak dapat dijelaskan oleh fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

(6)

ABSTRACT

The used of Total Quality Management (TQM) as a tool for measuring managerial performance has been used by world wide. This caused by the successful of the implementation of TQM in increasing managerial performance. This research is done to investigate whether there is the correlation between TQM – in this case using 6 sub variable: focus on customer, obsession on quality, teamwork, continous improvement system, learning and training, and the involvement and empowerment of employee – and managerial performance or not.

This research was done in PT SUPER ANDALAS STEEL with causal assosiative as the kind of the research. Technic that being used in defined sample was sensus. The data that being used in this research received from questionnaires sprading to 36 employees who was in middle and low level management in the company. Analysis model that being used was multiple regression. Data quality was tested by using validity and reliability test. Classic assumption tests that being used were normality test, multicolinearity test, and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were simultan test (F- test), partial test (t – test), and adjusted R square.

The result of this research showed that TQM didn’t influence managerial performance simultanly. TQM also didn’t influence managerial performance partially. Managerial performance can not be explained by focus on customer, obsession on quality, teamwork, continous improvement system, learning and training, and involvement and empowerment of employee.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Msalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management ... 7

1. Pengertian Total Quality Management ... 7

2. Karakteristik Total Quality Management... 8

3. Manfaat Total Quality Management ... 10

B. Kinerja Manajerial... 12

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14

(8)

2. Yan Saputra Saragih (2008) ... 15

3. Henny Zurika Lubis ... 15

4. I Made Narsa dan Ririn Dwi Yuniawati (2003)... 16

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 17

1. Kerangka Konseptual ... 17

2. Hipotesis... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 20

B. Jenis Data dan Sumber Data... 20

C. Teknik Penentuan Sampel ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

E. Defini Operasional dan Pengukuran Variabel ... 22

F. Menguji Kualitas Data ... 25

G. Model Analisis Data... 26

H. Uji Asumsi Klasik ... 27

I. Pengujian Hipotesis ... 28

J. Jadwal dan Waktu Penelitian... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT Super Andalas Steel ... 31

B. Analisis Hasil Penelitian ... 31

(9)

2. Pengujian Reliabilitas Variabel... 39

3. Hasil Uji Multikolinearitas... 42

4. Hasil Uji Heterokedastisitas... 43

5. Hasil Uji Normalitas Data... 44

6. Hasil Analisis Regresi Berganda... 47

7. Hasil Pengukuran Adjusted R2... 51

8. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ... 53

9. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji – t)... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatan Penelitian ... 57

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA... 59

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 30

Tabel 4.1 Validitas Instrumen Fokus Pada Pelanggan... 32

Tabel 4.2 Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian I)... 33

Tabel 4.3 Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian II) ... 34

Tabel 4.4 Validitas Instrumen Kerjasama Tim ... 34

Tabel 4.5 Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian I)... 35

Tabel 4.6 Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian II) ... 35

Tabel 4.7 Validitas Instrumen Pendidikan dan Pelatihan ... 36

Tabel 4.8 Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian I)... 36

Tabel 4.9 Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian II) ... 37

Tabel 4.10 Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian III) ... 38

Tabel 4.11 Validitas Instrumen Kinerja Manajerial... 39

Tabel 4.12 Reliability Statistics Fokus Pada Pelanggan ... 40

Tabel 4.13 Reliability Statistics Obsesi Terhadap Kualitas ... 40

(11)

Tabel 4.15 Reliability Statistics Perbaikan Sistem Secara

Berkesinambungan... 41

Tabel 4.16 Reliability Statistics Pendidikan dan Pelatihan... 41

Tabel 4.17 Reliability Statistics Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan. 42 Tabel 4.18 Reliability Statistics Kinerja Manajerial ... 42

Tabel 4.19 Colinearity Statistics ... 43

Tabel 4.20 One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test ... 47

Tabel 4.21 Variables Entered/ Removed... 48

Tabel 4.22 Regresi Linear Berganda... 48

Tabel 4.23 Model Summary... 51

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Peran Perbaikan Kualitas Dalam Perusahaan ... 12

Gambar 2.2 Kerang Konseptual... 19

Gambar 4.1 Scatterplot ... 44

Gambar 4.2 Histogram... 45

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I Struktur Organisasi PT Super Andalas Steel ... 62

ii Lembar Kuesioner... 63

iii Tabulasi Hasil Kuesioner Fokus Pada Pelanggan... 72

iv Tabulasi Hasil Kuesioner Obsesi Terhadap Kualitas... 73

v Tabulasi Hasil Kuesioner Kerjasama Tim ... 74

vi Tabulasi Hasil Kuesioner Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan... 75

vii Tabulasi Hasil Kuesioner Pendidikan dan Pelatihan ... 76

viii Tabulasi Hasil Kuesioner Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan ... 77

ix Tabulasi Hasil Kuesioner Kinerja Manajerial... 78

x Reliability Fokus Pada Pelanggan... 79

xi Reliability Obsesi Terhadap Kuallitas ... 81

xii Reliability Kerjasama Tim ... 85

xiii Reliability Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan ... 87

xiv Reliability Pendidikan dan Pelatihan ... 90

xv Reliability Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan ... 92

xvi Reliability Kinerja Manajerial... 97

xvii Regression ... 99

(14)

xix Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 102

xx One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 103

xxi Scatterplot ... 104

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perusahaan sangat dinamis di abad perdagangan bebas

seperti saat sekarang. Kuantitas perusahaan bukan hanya dari perusahaan yang

lahir pada era globalisasi dan sejumlah perusahaan asing namun juga dari

perusahaan-perusahaan dari masa lalu, yaitu perusahaan yang lahir sebelum era

globalisasi. Perkembangan perdagangan dunia menuntut perusahaan-perusahaan

yang sudah ada untuk tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan

perusahaan-perusahaan yang akan bermunculan dan tetap terus memperoleh

keuntungan. Kinerja manajerial merupakan sesuatu yang harus mendapat

perhatian ekstra pada era ini karena pihak eksternal perusahaan menjadi lebih

kritis dan teliti dalam menentukan perusahaan mana yang akan menjadi tempat

mereka untuk menginvestasikan dananya.

Untuk dapat bertahan perusahaan harus memiliki produk penjualan yang

terbaik. Produk yang baik adalah produk yang memiliki jaminan mutu yang baik.

Manajemen perusahaan harus bekerja bersama-sama secara optimal untuk

menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini berarti bahwa sebuah perusahaan

harus memiliki kinerja manajerial yang baik untuk menghasilkan produk yang

baik pula. Perusahaan dapat menggunakan tiga ide dasar untuk menghasilkan

produk yang berkualitas, yaitu: (1) setiap tindakan perusahaan dalam proses

menghasilkan produk atau jasa selalu berorientasi kepada pelanggan, (2)

(16)

internal (karyawan), maupun pihak eksternal (pemasok dan pelanggan), (3)

menggunakan data dan alasan ilmiah dalam memperbaiki kinerja yang efeknya

akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, (Roberts, 1993: 1). Pada

dasarnya, klausul 8 ISO 9001: 2000 menyatakan bahwa organisasi harus

menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses pengukuran,

pemantauan, analisis, dan peningkatan yang diperlukan agar menjamin kesesuaian

dari produk, sistem manajemen kualitas, dan meningkatkan secara terus menerus

efektivitas dari sistem manajemen kualitas, (Gaspersz, 2001: 1). Pernyataan ini

secara tersirat menyatakan bahwa organisasi harus memiliki alat yang dapat

mendukung kinerja perusahaannya agar perusahaan tetap bertahan hidup.

Sampai saat ini, sistem yang dianggap paling cocok sebagai alat untuk

membuat perusahaan tetap optimis dengan konsep going concern adalah Total Quality Management (TQM). TQM membuat perusahaan dapat tetap bertanding dengan perusahaan-perusahaan lain karena konsep dasarnya yaitu perbaikan

secara berkala atau terus-menerus. Selain itu, TQM juga memiliki prinsip yang

menghargai setiap entitas atau orang yang terlibat dengan memberikan kebebasan

kepada setiap entitas tersebut untuk memberikan pendapat demi berbaikan

perusahaan secara berkesinambungan. Ada sepuluh karakteristik TQM yang

dapat mempengaruhi kinerja manajer, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi

terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim,

perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan

yang terkendali, kesatuan tujuan, dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan

(17)

kinerjanya sehingga perusahaan dapat segera memperbaiki apabila ada sistem

yang salah dalam perusahaannya. Namun sebelumnya, perusahaan juga harus

melakukan perubahan budaya kerja yang sebelumnya keberatan apabila hasil

kerjanya dievaluasi menjadi lebih terbuka menghadapi evaluasi kinerja.

Konsep TQM tersebut bertolak belakang dengan pemikiran di negara barat

dan di Indonesia sendiri. Di negara barat, fokus pekerjaan diletakkan pada

profesionalisme dan spesialisasi. Oleh karena itu, segala hal yang berhubungan

dengan pengendalian mutu hanya dikuasai oleh para spesialis kendali mutu.

Apabila pengendalian mutu dipertanyakan kepada orang-orang yang ada di divisi

lain perusahaan, selain kendali mutu, mereka pasti tidak bisa menjawabnya

(Ishikawa, 1992). Pemikiran tersebut belum banyak berkembang sampai saat

sekarang ini. Sedangkan di Indonesia, pengendalian mutu cenderung dilimpahkan

ke divisi produksi. Masih banyak yang menganggap fokus pengendalian mutu

terletak pada proses produksi dan proses penyelesaian/ pengemasan produk

sehingga keberhasilan atau kegagalan kinerja manajerial dianggap sebagai

tanggungjawab bagian produksi di sebuah perusahaan. Kedua anggapan tersebut

masih harus disempurnakan lagi. Seharusnya pengendalian mutu dilakukan oleh

setiap orang di setiap divisi perusahaan demi memperoleh produk yang

berorientasikan pelanggan, yaitu produk dengan mutu terbaik. Partisipasi dari

seluruh anggota perusahaan merupakan hal yang wajib untuk diaksanakan karena

kinerja baik atau buruk sebuah perusahaan bukan hanya menjadi tanggungjawab

(18)

TQM memang dianggap sebagai alat yang dapat meningkatkan kinerja

manajerial yang dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Zulaika

(2008), namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan negatif

antara TQM dan kinerja manajerial, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh

Ittner dan Lacker dimana hasilnya tidak ditemukan bukti bahwa organisasi yang

mempraktekkan TQM dapat mencapai kinerja yang tinggi (Lubis, 2005). Hal ini

membuat peneliti ingin melihat kekonsistenan penelitian mengenai pengaruh

TQM terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini merupakan replika dari

penelitian yang telah dilakukan oleh Zulaika (2008). Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Zulaika terletak pada variabel

independen yang digunakan sebagai stimulus variabel dependennya. Peneliti

terdahulu menggunakan empat dari sepuluh karakteristik TQM sebagai variabel

independen, yaitu: fokus pada pelanggan, perbaikan sistem secara

berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan adanya keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan; sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan

enam dari sepuluh karakteristik TQM, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi

terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan,

pendidikan dan pelatihan, serta keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Peneliti hanya menggunakan enam dari sepuluh karakteristik TQM karena ada

keterbatasan data.

Penelitian ini dilakukan di PT Super Andalas Steel. Alasan penulis

memilih perusahaan ini adalah karena perusahaan ini memiliki divisi produksi

(19)

pemikiran bahwa pengendalian mutu adalah tanggung jawab penuh bagian

produksi dan keberhasilan bagian produksi secara tidak langsung mewakili kinerja

manajerial perusahaan masih berlaku di perusahaan ini atau perusahaan ini sudah

menerapkan TQM dalam meningkatkan kinerja maajernya. Atas dasar hal

tersebut di atas, penulis memilih judul “Pengaruh Total Quality Management

terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Super Andalas Steel”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah: apakah fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas,

kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan

pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh terhadap

kinerja manajerial pada PT Super Andalas Steel baik secara simultan maupun

secara parsial?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fokus pada pelanggan, obsesi

terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan,

pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan terhadap

kinerja manajerial pada PT Super Andalas Steel baik secara simultan maupun

secara parsial.

D. Manfaat Penelitian

(20)

1. bagi Perusahaan; sebagai masukan dalam melakukan kontrol terhadap

manajemen mutu perusahaan agar dapat meningkatkan profitabilitas

perusahaan,

2. bagi penulis; untuk menambah wawasan penulis tentang pengaruh

TQM terhadap Kinerja manajerial,

3. bagi pihak lain; dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

penelitian-penelitian tentang pengaruh TQM terhadap Kinerja

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management

Menurut Garrison (2000: 23), kendala atau constraint adalah segala sesuatu yang menghambat Anda untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Oleh

karena itu, pengelolaan berdasarkan Theory of Constraints menjadi faktor kunci sukses. Perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi kendala agar kinerja

manajerialnya dapat menjadi lebih baik sehingga tidak mengganggu kelangsungan

hidup perusahaan. Salah satu alat yang dianggap dapat membantu memperbaiki

kinerja manajerial dalam mencapai tujuan peningkatan laba adalah TQM.

1. Pengertian Total Quality Management

TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh

perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja

manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu.

Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005: 22), TQM diartikan sebagai

perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan

dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan

konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.

Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005: 7), TQM pada

dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan “a culture of continous improvement” di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai teknik pemecahan permasalahan secara kelompok dengan memusatkan

(22)

merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba

untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan

terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Menurut

Suharyanto (2005: 62),

TQM adalah sebuah kultur, dengan sifat yang melekat di dalam kultur ini adalah sebuah komitmen sepenuhnya terhadap kualitas dan sikap yang diperlihatkan melalui keterlibatan setiap individu dalam proses perbaikan produk maupun jasa secara kontinyu, melalui penggunaan metode ilmiah yang inovatif.

TQM menghendaki komitmen total dari manajemen dimana

komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua

level atau departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya implementasi

TQM sangat ditentukan oleh kompetensi SDM perusahaan untuk

merealisasikannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM

adalah suatu alat yang digunakan oleh manajemen suatu perusahaan yang

melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam melakukan

perbaikan secara terus-menerus atas produk, pelayanan, lingkungan yang

berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen perusahaan

melalui metode ilmiah yang inovatif.

2. Karakteristik Total Quality Management

Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan

Davis dalam Nasution (2005: 22).

1. Fokus Pada Pelanggan

(23)

2. Obsesi terhadap Kualitas

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif. Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ‘good enough is never good enough’.

3. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4. Komitmen Jangka Panjang

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.

5. Kerjasama Tim (Teamwork)

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.

7. Pendidikan dan Pelatihan

Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8. Kebebasan yang Terkendali

(24)

yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.

9. Kesatuan Tujuan

Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.

10.Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya

3. Manfaat Total Quality Management

Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam

mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan.

Ada beberapa keuntungan pengendalian mutu yang digambarkan Ishikawa

(1992) dalam bukunya, antara lain:

a. pengendalian mutu memungkinkan untuk membangun mutu di

setiap langkah proses produksi demi menghasilkan produk yang

100% bebas cacat,

b. pengendalian mutu memungkinkan perusahaan menemukan

kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya berubah menjadi

(25)

c. pengendalian mutu memungkinkan desain produk mengikuti

keinginan pelanggan secara efisien sehingga produknya selalu

dibuat sesuai pilihan pelanggan,

d. pengendalian mutu dapat membantu perusahaan menemukan

data-data produksi yang salah.

TQM juga digunakan untuk memperbaiki posisi persaingan perusahaan di

pasar dan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan dalam

menghasilkan output dengan mutu berkualitas. Produk yang berkualitas yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen secara

berkelanjutan (sustainable satisfaction) akan menimbulkan pembelian yang berkelanjutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas

perusahaan mencapai skala ekonomi dengan akibat penurunan biaya

produksi (Ibrahim, 2000: 22).

Perbaikan kualitas yang dilakukan oleh perusahaan tidak lain bertujuan

untuk meningkatkan penghasilan perusahaan dan tujuan akhirnya adalah

untuk meningkatkan laba perusahaan agar perusahaan dapat terus berjalan

dan tetap hidup dalam persaingan perdagangan yang semakin ketat saat

sekarang ini. Perbaikan kualitas juga dapat meningkatkan citra perusahaan

di mata pelanggan. Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan peran

perbaikan kualitas dalam perusahaan untuk memperbaiki posisi persaingan

dalam pasar perdagangan dan meningkatkan ketelitian dalam

(26)

Memperbaiki posisi persaingan Meningkatkan laba Mengurangi biaya operasi Meningkatkan penghasilan Harga yang lebih tinggi Meningkatkan pangsa pasar Meningkatkan output yang bebas

dari kerusakan P E R B A I K A N K U A L I T A S Gambar 2.1

Peran Perbaikan Kualitas Dalam Perusahaan

Sumber: Pall dalam Tjiptono (2003: 11).

B. Kinerja Manajerial

Kinerja dapat diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas

operasional suatu perusahaan, bagian dari perusahaan dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

(Lubis, 2005: 21). Menurut Stolovitch dan Keeps dalam Rivai (2005: 14),

kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan

pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. Menurut

Donnelly, Gibson, dan Ivancevich dalam Rivai (2005: 15), kinerja merujuk

(27)

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan

sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Manajemen adalah ilmu yang menggunakan orang lain dalam usaha

mencapai suatu tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen: perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling). Sedangkan manajer adalah orang yang menerapkan manajemen dalam mengemban tugas yang diterimanya guna mencapai tujuan

perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Mahoney dan Carroll, yang

dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota

organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain perencanaan,

investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi

(Lubis, 2005: 22). Kinerja manajerial yang baik akan menghasilkan

keefektivitasan yang berujung pada perolehan keuntungan bagi perusahaan.

Kinerja manajerial yang stabil bahkan meningkat akan menambah

kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Menurut Lois Goldberg, bukan teori entity atau proprietory yang perlu dijadikan sebagai pusat perhatian atau sebagai pemilik perusahaan atau

lembaga, tetapi cukup melihat commander-nya (commander theory) atau mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol

ekonomi atas sumber daya yang efektif terhadap suatu lembaga, (Harahap,

2007: 74). Penekanan informasi menurut teori ini adalah

pertanggungjawaban atau stewardship. Bagaimana yang dipercayai

(28)

menitikberatkan pengendalian terhadap kinerja manajerial perusahaan dalam

meningkatkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Zulaika (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Zulaika berjudul Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajemen pada PT PP Lonsum Indonesia, Tbk. Variabel independen (TQM) terdiri dari empat

subvariabel yang diteliti yaitu, fokus pada pelanggan, perbaikan

berkesinambungan, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, serta

pendidikan dan pelatihan. Sedangkan kinerja manajemen diukur dengan

Balanced Scorecard yang terdiri dari empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Jenis penilitian ini adalah assosiatif kausal, dimana teknik penentuan

sampel yang digunakan adalah sensus. Sampelnya adalah 30 orang

manajer PT PP Lonsum Indonesia, Tbk. Pengumpulan datanya dilakukan

dengan penyebaran kuesioner terhadap 30 manajer. Model analisis yang

digunakan adalah regresi berganda.

Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji reliabilitas dan

validitas data. Sedangkan uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji

normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian

hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan simultan (uji-F) dan uji

signifikan parsial (uji-t). Hasil analisis data menujukkan bahwa TQM

(29)

dilihat secara parsial, variabel fokus pada pelanggan serta pendidikan dan

pelatihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

manajemen dalam penelitian ini.

2. Yan Saputra Saragih (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Yan Saputra Saragih berjudul Pengaruh

Total Quality Management dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Variabel

independennya adalah TQM. Variabel dependennya adalah partisipasi

anggaran.

Jenis penelitian ini adalah assosiatif kausal. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Sampel

dalam penelitian ini adalah 42 responden yang terdiri dari pegawai level

manajemen yang ada pada perusahaan tersebut. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan regresi sederhana dan regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, TQM berpengaruh

signifikan terhadap kinerja manajerial. Kedua, partisipasi anggaran

berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dimana terdapat

hubungan yang tidak searah diantara keduanya. Ketiga, secara bersamaan

TQM dan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja

manajerial.

3. Henny Zurika Lubis (2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Henny Zurika Lubis berjudul Pengaruh

(30)

Pengukuran Kinerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris

Perusahaan Manufaktur di Kawasan Industri Medan). Variabel

independennya adalah TQM. Variabel dependennya adalah kinerja

manajerial dan variabel moderatingnya adalah sistem pengukuran kinerja.

Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan 165 buah

kuesioner. Respondennya tersebar dalam 55 perusahaan. Dari 102

kuesioner yang diterima kembali, hanya 97 yang dapat diolah. Hasil

pengujian menyatakan TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja

manajerial sedangkan interaksi antara TQM dan sistem pengukuran kinerja

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

4. I Made Narsa dan Rani Dwi Yuniawati (2003)

Penelitian yang dilakukan oleh I Made Narsa berjudul Pengaruh

Interaksi Antara Total Quality Management Dengan Sistem Pengukuran

Kinerja Dan sistem Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial, Studi

Empiris pada PT Telkom Divre V Surabaya. Variabel independennya

adalah sistem pengukuran kinerja (X1), sistem penghargaan (X2), TQM

(X3), interaksi antara sistem pengukuran dengan TQM (X4), interaksi

antara sistem penghargaan dengan TQM (X5). Variabel dependennya

adalah kinerja manajerial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

survey. Responden adalah senior manajer dan staff dengan sampel

berjumlah 54 orang dari total populasi 90 orang. Teknik analisis data

(31)

menyatakan bahwa gagal menilak Ho5, artinya interaksi sistem

penghargaan dengan TQM (X5) pengaruhnya tidak signifikan terhadap

kinerja manajerial. Sedangkan lima hipotesis lainnya terbukti.

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

TQM dapat memperbaiki kinerja manajerial dalam perusahaan untuk

mewujudkun tujuan perusahaan. Fokus pada pelanggan berarti setiap

produk yang dihasilkan perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Orientasi pada pelanggan tersebut akan merangsang manajer

untuk meningkatkan kinerjanya agar menghasilkan produk yang bermutu

untuk memuaskan pelanggan.

Obsesi terhadap kualitas merupakan sikap tidak pernah puas akan

kualitas dari produk yang dihasilkan. Peningkatan kualitas produk juga

dapat mengurangi biaya kualitas yang dapat menurunkan laba. Apabila

sikap ini dapat ditanamkan di benak para manajer, maka kinerja para

manajer akan meningkat karena mereka ingin tetap menghasilkan produk

yang bermutu tinggi.

Kerjasama tim merupakan cermin integritas perusahaan. Hubungan

yang baik diantara anggota tim harus dijalin, dibina, dan dijaga.

Kekompakan dalam melakukan aktivitas perusahaan akan meningkatkan

kinerja para manajer perusahaan karena mereka merasa dapat diandalkan

(32)

seorang manajer melakukan sebuah kesalahan, maka anggota tim yang lain

juga akan merasakan akibatnya.

Perbaikan sistem secara terus menerus harus dilakukan perusahaan

seiring dengan perkembangan informasi dan kebutuhan pelanggan.

Perbaikan secara berkala di segala bidang yang rutin dilakukan perusahaan

dapat meningkatkan kinerja manajerial karena perbaikan yang dilakukan

dapat mempermudah kerja manajer. Peningkatan kinerja manajerial pada

akhirnya dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

Pendidikan dan pelatihan sangat dibutuhkan oleh para manajer untuk

memperbaharui pengetahuan mereka tentang masing-masing bidang yang

mereka tangani. Pendidikan dan pelatihan membuat para manajer semakin

ahli di bidangnya. Peningkatan keahlian pasti akan meningkatkan kinerja

mereka di perusahaan tempat mereka bekerja.

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan membuat karyawan

memiliki andil dalam setiap keputusan dan aktivitas yang dilakukan

perusahaan. Hal ini membuat karyawan merasa memilki perusahaan.

Perasaan yang dirasakan karyawan, dalam hal ini manajer, akan

meningkatkan kinerja mereka karena mereka pasti akan melakukan yang

terbaik bagi perusahaan yang mereka anggap seperti milik mereka sendiri.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

TQM dengan kinerja manajerial bersifat kausal. Peningkatan TQM akan

meningkatkan kinerja manajerial perusahaan. Gambaran tersebut dapat

(33)

Total Quality Management (TQM)

Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (X4) Obsesi Terhadap Kualitas (X2)

Kerjasama Tim (X3)

Pendidikan dan Pelatihan (X5)

Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (X6)

Kinerja Manajerial

pada PT Super Andalas

[image:33.595.157.501.125.550.2]

Steel (Y) Fokus pada pelanggan (X1)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual B. Hipotesis

Hipotesis yang diperoleh dari kerangka konseptual adalah: fokus pada

pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem

secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah assosiatif kausal, dimana terjadi hubungan sebab

akibat diantara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.

Jika variabel dependen dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen

tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y.

Dalam penelitian ini variabel independennya adalah TQM dan variabel

dependennya adalah kinerja manajerial.

B. Jenis Data Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau

narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang diisi oleh seluruh manajer pada perusahaan. Instrumen

dalam kuesioner dikembangkan oleh berbagai pihak yang dirangkum

oleh Mas’ud (2004).

2. Data sekunder, yaitu data olahan yang diperoleh dari perusahaan, antara

lain:

a. sejarah perusahaan,

(35)

C. Teknik Penentuan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah

individu, baik yang terbatas maupun tidak terbatas. Populasi penelitian ini adalah

karyawan pada middle management level dan low management level pada PT Super Andalas Steel yang berjumlah 36 responden. Sampel penelitian ini adalah

seluruh populasi penelitian. Menurut Erlina (2007: 72), jika peneliti

menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian, maka disebut

sensus, jika sebagian saja disebut sampel. Dengan demikian metode pengambilan

sampel yang digunakan adalah sensus. 36 responden yang dijadikan sampel

adalah sebagai berikut:

Manajer 7 orang

Wakil Manajer 7 orang

Kepala bagian 3 orang

Wakil kepala bagian 3 orang

Supervisor 16 orang

36 orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data primer yang berupa kuesioner, penulis melakukan

beberapa langkah, yaitu:

1. memberikan kuesioner kepada seluruh responden,

2. mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden.

Data sekunder yang berupa sejarah perusahaan dan struktur organisasi perusahaan

(36)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan

dalam variabel terikat dan mempunyai hubungan yang positif maupun

negatif bagi variabel terikat lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas adalah TQM yang terdiri dari enam subvariabel, yaitu:

fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan

sistem secara berkesinambungan, kebebasan yang terkendali, serta

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Dalam penelitian ini setiap

responden diminta untuk mengisi kuesioner mengenai penerapan TQM

yang dikhususkan pada empat subvariabel tersebut.

Kuesioner fokus pada pelanggan dikembangkan oleh Hajjat (2002).

Kuesioner obsesi terhadap kualitas dikembangkan oleh Harrington (2000).

Kuesioner kerjasama tim dikembangkan oleh Daft (1998). Kuesioner

perbaikan sistem secara berkesinambungan dikembangkan oleh Zeitz

(1997). Kuesioner pendidikan dan pelatihan dikembangkan oleh Baker

(1999). Kuesioner keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

dikembangkan oleh White (1973).

a. Fokus pada pelanggan

Fokus pada pelanggan merupakan upaya perusahaan untuk

memproduksi produk sesuai dengan keinginan pelanggan untuk

memuaskan pelanggan. Observasi terhadap kebutuhan pelanggan

(37)

pelanggan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1

s.d. 7 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 4

berarti netral, dan jika memilih 7 berarti sangat setuju.

b. Obsesi Terhadap Kualitas

Obsesi terhadap kualitas merupakan sikap dan komitmen perusahaan

untuk tetap memberikan kualitas yang terbaik pada setiap produknya

yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Obsesi

terhadap kualitas juga dapat mengurangi biaya kualitas, yaitu biaya

yang mungkin akan terjadi karena kualitas produk yang buruk.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 7 dimana

jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 4 berarti netral,

dan jika memilih 7 berarti sangat setuju.

c. Kerjasama Tim

Kerjasama tim merupakan implementasi integritas perusahaan dimana

setiap orang dalam setiap departemen pada perusahaan bersama-sama

melakukan tindakan yang dapat mewujudkan tujuan perusahaan.

Tiap-tiap anggota tim harus menyamakan visi dan misinya dalam

mewujudkan tujuan perusahaan secara bersama-sama. Variabel ini

diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 5 dimana jika

memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 2 berarti tidak

setuju, jika memilih 3 berarti netral, jika memilih 4 berarti setuju, dan

(38)

d. Perbaikan sistem secara berkesinambungan

Perbaikan sistem secara berkesinambungan merupakan proses

perbaikan produksi dan manajemen menuju sistem produksi dan

manajemen yang lebih baik secara berkesinambungan. Variabel ini

diukur dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 7 dimana jika

memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika memilih 4 berarti netral, dan

jika memilih 7 berarti sangat setuju.

e. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan Pelatihan merupakan proses pembelajaran yang

diadakan perusahaan untuk memperbaiki kualitas manajemen

perusahaan. Perusahaan biasanya mengadakan pendidikan dan

pelatihan dengan menggelar acara seminar yang berkaitan dengan

bidang perusahaan atau menyekolahkan karyawannya untuk

memperbaiki kualitas karyawan dan meningkatkan kemampuan

inovasi karyawan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala

interval 1 s.d. 5 dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika

memilih 2 berarti tidak setuju, jika memilih 3 berarti netral, jika

memilih 4 berarti setuju, dan jika memilih 5 berarti sangat setuju.

f. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan proses yang

dilakukan oleh perusahaan untuk mengikutsertakan karyawannya

dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu,

(39)

mengeksplorasi diri dengan melakukan hal-hal baru yang dapat

memperbaiki perusahaan ke arah yang lebih baik. Variabel ini diukur

dengan menggunakan skala interval 1 s.d. 5 dimana jika memilih 1

berarti sangat tidak setuju, jika memilih 2 berarti tidak setuju, jika

memilih 3 berarti netral, jika memilih 4 berarti setuju, dan jika memilih

5 berarti sangat setuju.

2. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Jadi variabel terikat adalah konsekuensi dari variabel bebas. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Kinerja manajerial.

Kinerja manajerial adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai

tujuan dengan melibatkan orang lain demi menghasilkan laba bagi

perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 1

s.d. 7 dimana dimana jika memilih 1 berarti sangat tidak setuju, jika

memilih 4 berarti netral, dan jika memilih 7 berarti sangat setuju.

Kuesioner kinerja manajerial dikembangkan oleh Heneman (1974).

F. Menguji Kualitas Data 1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa

yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat

ukur untuk melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Validitas

berhubungan dengan kenyataan. Validitas juga berhubungan dengan

(40)

tujuannya dengan nyata dan benar. Kriteria pengujian validitas adalah

sebagai berikut:

1. jika r hitung positif atau r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan

tersebut valid,

2. jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan

tersebut tidak valid,

3. r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur mengukur

dengan stabil dan konsisten. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2005:

42), suatu konstruksi atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6.

G. Model Analisis Data

Model statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.

Metode ini menghubungkan dua atau lebih variabel independen dengan satu

variabel dependen.

Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6+ e

Keterangan:

Y = Kinerja manajerial

X1 = Fokus Pada Pelanggan

X2 = Obsesi Terhadap Kualitas

(41)

X4 = Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

X5 = Pendidikan dan Pelatihan

X6 = Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien Regresi

e = error (tingkat kesalahan)

H. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel

independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita

sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas

yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi

di antara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna di

antara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: (1)

Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. (2) Nilai standar

error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Pengujian ini

bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

terdapat problem multikolinearitas. Ada dua cara yang dapat dilakukan

jika terjadi multikolinearitas, yaitu: (a) mengeluarkan salah satu variabel

dari model regresi, (b) menggunakan metode lanjut seperti Regresi

(42)

2. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Menurut Ghozali (2005), deteksi ada tidaknya gejala heterokodastisitas

adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di

sekitar nilai X1, X2, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala

heterokedastisitas.

3. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model

regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2005: 110). Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan

uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, adalah dengan

analisis grafik dan uji statistik.

I. Pengujian Hipotesis 1. Adjusted R2

Pengujian adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi

(43)

menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen, bila adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen dan bila adjusted R2 semakin kecel mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model penelitian mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0, artinya variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara

simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak atau Ho diterima

3. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini

menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya:

Ho : b1, b2, b3, b4, b5, b6 = 0, artinya suatu variabel independen secara

(44)

Ha : b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara

parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak

Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak atau Ho diterima

J. Jadwal Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor pusat PT Super Andalas Steel yang

beralamat di Jl. K.L. Yos Sudarso Km. 9 Medan. Penelitian dilakukan mulai

bulan September 2008 sampai Februari 2009..

Tabel 3.1 JadwalPenelitian

Bulan (Tahun 2008 s.d. 2009) N

O Kegiatan Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Proposal Penelitian

Survei awal

Penyusunan proposal Bimbingan

Proposal

Seminar proposal

2 Penelitian Pengiriman

kuesioner

Pengembangan kuesioner

Analisis data penelitian

Penyusunan hasil

penelitian

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT Super Andalas Steel

Perusahaan Andalas pertama sekali berdiri pada tahun 1951 yang

berbentuk milik perseorangan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang

perbengkelan, yaitu memproduksi bermacam-macam alat yang dibutuhkan di

pasaran local. Perusahaan ini berbentuk badan hukum pada tahun 1960 dengan

nama NV Pabrik Mesin dan Konstruksi Andalas. Di tahun ini, pembuatan mesin

sudah meningkat seperti pembuatan konstruksi. Semakin lama Pabrik Mesin dan

Konstruksi Andalas semakin berkembang.

Pada tahun 1972, perusahaan ini ditingkatkan dari NV Pabrik Mesin dan

Konstruksi Andalas menjadi bentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan

nama PT Super Andalas Steel. Produksi perusahaan ini pun meningkat menjadi

industri blower, ketel uap (boiler), pressure vessel, pabrik kelapa sawit, pabrik gula, pabrik karet, pabrik teh, tanki-tanki timbun minyak kelapa sawit, jembatan

konstruksi baja, dan lain-lain. Semua barang yang diproduksi oleh perusahaan ini

merupakan barang pesanan dan ditangani langsung oleh tenaga ahli dari PT Super

Andalas Steel yang merupakan tenaga putra bangsa Indonesia asli.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Pengujian Validitas Variabel

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner (Ghozali, 2005: 45). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu

(46)

validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel untuk

degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini sampel berjumlah 36, dengan demikian dapat dihitung df =

36-2 =34. Berdasarkan tabel r dengan signifikansi 5%, apabila df = 34,

maka diperoleh rtabel = 0,329.

a. Fokus Pada Pelanggan

Berdasarkan tabel 4.1, uji validitas menunjukkan bahwa semua

pertanyaan yang digunakan pada kuesioner fokus pada pelanggan

dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua

[image:46.595.160.502.330.682.2]

pertanyaan teruji validitasnya.

Tabel 4.1

Validitas Instrumen Fokus Pada Pelanggan

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,773 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0,608 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0,788 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0,704 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0,786 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0,649 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0,663 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0,703 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0,859 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0,571 0,329 Valid

(47)

b. Obsesi Terhadap Kualitas

Menurut tabel 4.2 ada 2 pertanyaan yang hasil uji validitasnya

tidak valid; kedua pertanyaan tersebut yaitu pertanyaan 4 dan

pertanyaan 5. Ketidakvalidan ini disebabkan karena rhitung pertanyaan

4 dan pertanyaan 5 < rtabel. Masing masing rhitung pertanyaan 4 dan

pertanyaan 5 yang menyebabkan kedua pertanyaan tersebut tidak valid

[image:47.595.163.503.300.615.2]

adalah 0,130 dan 0,031.

Tabel 4.2

Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian I)

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,772 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0,707 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0,734 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0,130 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 5 0,031 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 6 0,643 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0,633 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0,390 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0,567 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0,654 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Apabila ada instrumen kuesioner yang dinyatakan tidak valid pada

saat melakukan uji validitas data, maka instrumen yang tidak valid

tersebut harus dikeluarkan/ dibuang dari daftar instrumen kuesioner

yang digunakan dan dilakukan uji validitas sekali lagi. Oleh karena

(48)

pengujian pertama harus dikeluarkan dari daftar pertanyaan dan uji

validitas diulang sekali lagi. Pengujian validitas data yang kedua

disajikan pada tabel 4.3 dan hasilnya semua pertanyaan yang tersisa

[image:48.595.156.504.265.524.2]

dinyatakan valid.

Tabel 4.3

Validitas Instrumen Obsesi Terhadap Kualitas (Pengujian II)

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 824 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 734 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 714 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 639 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 669 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 455 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 579 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0, 676 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

c. Kerjasama Tim

Hasil uji validitas terhadap instrumen pertanyaan kuesioner kerjasama

tim adalah valid karena rhitung semua pertanyaan > 0,329.

Tabel 4.4

Validitas Instrumen Kerjasama Tim

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 550 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 740 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 464 0,329 Valid

[image:48.595.186.502.586.749.2]
(49)

Pertanyaan 5 0, 611 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 844 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 760 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

d. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Pertanyaan 3 dari tabel 4.5 dinyatakan tidak valid karena rhitung < rtabel

(0,298 < 0,329). Oleh karena itu, pertanyaan 3 harus dikeluarkan dan

[image:49.595.182.506.113.187.2]

dilakukan uji validitas kembali.

Tabel 4.5

Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian I)

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 518 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 627 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 298 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 4 0, 545 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 545 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Instrumen kuesioner perbaikan sistem secara berkesinambungan

dinyatakan valid secara keseluruhan setelah pertanyaan 3 dikeluarkan

dan dilakukan uji validitas kembali. Hal ini dapat dilihat pada tabel

4.6.

Tabel 4.6

Validitas Instrumen Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan (Pengujian II)

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

[image:49.595.162.503.316.521.2]
(50)

Pertanyaan 2 0, 610 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 584 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 584 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

e. Pendidikan dan Pelatihan

Seluruh instrumen pertanyaan pada kuesioner pendidikan dan pelatihan

[image:50.595.181.506.113.186.2]

dinyatakan valid karena seluruh rhitung pertanyaan > rtabel.

Tabel 4.7

Validitas Instrumen Pendidikan dan Pelatihan

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 691 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 642 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 699 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 689 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 473 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 587 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 623 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

f. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Hasil uji validitas pada tabel 4.8 menyatakan bahwa pertanyaan 6 dan

pertanyaan 12 tidak valid sehingga perlu dilakukan uji validitas sekali

[image:50.595.156.502.319.522.2]

lagi setelah pertanyaan 6 dan pertanyaan 12 dikeluarkan.

Tabel 4.8

Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian I)

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

(51)

Pertanyaan 2 0, 545 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 487 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 348 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 490 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 167 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 7 0, 399 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 455 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 434 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0, 396 0,329 Valid

Pertanyaan 11 0, 373 0,329 Valid

Pertanyaan 12 0, 288 0,329 Tidak Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Setelah pertanyaan 6 dan pertanyaan 12 dikeluarkan dan dilakukan uji

validitas lagi, masih terlihat ada pertanyaan yang tidak valid, yaitu

pertanyaan 10 dan pertanyaan 11. Oleh karena itu perlu dilakukan uji

validitas lagi tanpa pertanyaan 10 dan pertanyaan 11. Apabila setelah

pengujian ketiga masih ada pertanyaan yang tidak valid, maka uji

validitas harus diulang lagi sampai semua pertanyaan yang tersisa

[image:51.595.182.503.111.353.2]

dinyatakan valid.

Tabel 4.9

Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian II)

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 362 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 541 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 516 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 384 0,329 Valid

(52)

Pertanyaan 7 0, 409 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 509 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 479 0,329 Valid

Pertanyaan 10 0, 295 0,329 Tidak Valid

Pertanyaan 11 0, 277 0,329 Tidak Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Ternyata setelah pengujian yang ketiga, semua pertanyaan yang tersisa

sudah dinyatakan valid sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas

lagi. Pertanyaan yang tersisa adalah pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, dan

[image:52.595.159.505.321.620.2]

pertanyaan 9.

Tabel 4.10

Validitas Instrumen Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan (Pengujian III)

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 359 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 520 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 580 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 445 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 672 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 509 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 550 0,329 Valid

Pertanyaan 9 0, 436 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

g. Kinerja Manajerial

Semua pertanyaan pada kuesioner variabel kinerja manajerial

(53)
[image:53.595.173.504.125.424.2]

Tabel 4.11

Validitas Instrumen Kinerja Manajerial

Pertanyaan Corrected Item Total

Correlation (rhitung)

rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0, 662 0,329 Valid

Pertanyaan 2 0, 540 0,329 Valid

Pertanyaan 3 0, 634 0,329 Valid

Pertanyaan 4 0, 745 0,329 Valid

Pertanyaan 5 0, 678 0,329 Valid

Pertanyaan 6 0, 723 0,329 Valid

Pertanyaan 7 0, 461 0,329 Valid

Pertanyaan 8 0, 642 0,329 Valid

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

2. Pengujian Reliabilitas Variabel

Menurut Situmorang (2008: 37), reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Pengukuran reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja.

Pengukurannya hanya dilakukan satu kali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar

jawaban pertanyaan. Suatu variabel dikatakan reliable jika variabel tersebut memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,60.

a. Fokus Pada Pelanggan

Dari tabel 4.12 dapat dilihat cronbach’s alpha = 0,924, artinya, variabel fokus pada pelanggan telah teruji reliabilitasnya karena telah

(54)
[image:54.595.219.424.112.223.2]

Tabel 4.12 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,924 10 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

b. Obsesi Terhadap Kualitas

Cronbach’s alpha variabel obsesi terhadap kualitas menunjukkan angka 0,884. Hasil uji ini membuat variabel obsesi terhadap kualitas

[image:54.595.150.441.320.492.2]

dapat dipercaya.

Tabel 4.13 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,884 8 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

c. Kerjasama Tim

Variabel kerjasama tim dinyatakan reliable karena cronbach’s alphanya > 0,60 yang disajikan pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

(55)
[image:55.595.174.421.131.254.2]

d. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Tabel 4.15 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

[image:55.595.148.482.337.596.2]

0,770 4 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

Tabel diatas merupakan tabel hasil uji reliabilitas yang menyatakan

bahwa variabel perbaikan sistem secara berkesinambungan merupakan

variabel yang dapat diandalkan karena cronbach’s alphanya sudah melewati angka 0,60.

e. Pendidikan dan Pelatihan

Cronbach’s alpha variabel pendidikan dan pelatihan = 0,860 > 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ini merupakan variabel yang

reliable .

Tabel 4.16 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,860 7 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

f. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dinyatakan variabel keterlibatan dan

[image:55.595.158.435.445.589.2]
(56)
[image:56.595.234.424.112.213.2]

Tabel 4.17 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,788 8 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

g. Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial juga merupakan variabel yang dapat diandalkan.

Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat tabel 4.18 yang menunjukkan

angka cronbach’s alpha sebesar 0,874 > 0,60.

Tabel 4.18 Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,874 8 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

3. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2005:

91). Menurut Ghozali (2005), adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat

dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas

tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10.

[image:56.595.158.441.320.488.2]
(57)

Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.19.

Hasil pengujiannya menunjukkan tidak ada satu variabel bebas yang

[image:57.595.159.520.288.523.2]

memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang memiliki tolerance value lebih kecil dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi penelitian ini.

Tabel 4.19 Colinearity Statistics

No. Variabel Tolerance VIF

1. Fokus Pada Pelanggan 0,340 2,939

2. Obsesi Terhadap Kualitas 0,324 3,089

3. Kerjasama Tim 0,787 1,271

4. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan 0,397 2,517

5. Pendidikan dan Pelatihan 0,899 1,112

6. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan 0,829 1,206

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

4. Hasil Uji Heterokedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas, artinya

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap. Pengujian heterokedastisitas dapat dilakukan dengan cara grafik dan cara statistik.

Pada penelitian ini digunakan cara grafik untuk mengetahui ada tidaknya

gejala heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

(58)

Pada gambar 4.1 dari grafik scatterplot yang disajikan, terlihat

titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu baik

di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Dengan demikian

model regresi tidak menunjukkan adanya gejala heterokedastisitas. Hal ini

berarti model regresi layak digunakan untuk memprediksi kinerja

[image:58.595.163.513.285.579.2]

manajerial.

Gambar 4.1 Scatterplot

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS, 2009

5. Hasil Uji Normalitas Data

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendetekdi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji

Gambar

Tabel 4.15
Gambar 2.1 Peran Perbaikan Kualitas Dalam Perusahaan ............................... 12
Gambar 2.1 Peran Perbaikan Kualitas Dalam Perusahaan
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Mendemonstrasikan cara melipat benda- benda yang telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan rapi sesuai simetri lipatnya.  Mempraktikkan cara menata

Petalu Indonesia untuk menjalankan sistem penjualan berbasis web, dengan harapan dapat menjangkau pembeli yang berasal dari luar daerah dan meningkatkan penjualan

[r]

Dalam jurnal 44th Lunar and Planetary Science Conference (2013), Saavedra menyatakan bahwa representasi visual dan grafis pengetahuan ilmiah adalah salah satu cara

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data, dapat dilihat bahwa nilai koefisien path pengaruh budaya organisasi terhadap employee engagement adalah sebesar

Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan fungsional membebankan tanggung jawab pada individu dan unit organisasi (seperti departemen dan pabrik) dan mengukur kinerja

Berdasarkan hasil penelitian dan analis yang penulis lakukan mengenai Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Ringan Yang Berkaitan Dengan Minuman Keras di Kabupaten Malaka

Muatan listrik pada teknologi biosensor ini terjadi karena reaksi dari interaksi kimia antara zat tertentu dalam darah dan zat kimia pada reagen kering (strip)