• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PROSES RATIFIKASI ASEAN AGREEMENT on TRANSBOUNDARY HAZE POLUTTION (AATHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PROSES RATIFIKASI ASEAN AGREEMENT on TRANSBOUNDARY HAZE POLUTTION (AATHP)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini isu mengenai lingkungan hidup menjadi perhatian negara-negara di dunia selaras dengan semakin meningkatnya perhatian negara-negara pada masalah keamanan non tradisional seperti lingkungan, pangan, dan lain sebagainya. Hal tersebut menyebabkan negara-negara di seluruh dunia turut waspada karena ancaman pada sebuah negara tidak hanya berasal dari ancaman militer akan tetapi juga ancaman non militer.

Ancaman non militer (keamanan non tradisional) inipun juga dihadapi negara-negara ASEAN1. Salah satunya adalah masalah isu keamanan lingkungan hidup yakni masalah kabut asap. Masalah kabut asap ini disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan yang sangat besar terjadi pada tahun 1997-1998 yang tidak hanya menimbulkan persoalan kerugian ekonomi, kesehatan, keamanan namun juga politik. Kebakaran hutan ini menghabiskan sekitar 10 juta hektar lahan dan menghasilkan emisi gas rumah kaca sebanyak 0,81-2,57 giga ton karbon. Jumlah itu merupakan 13%-40 % total emisi karbon dunia. Asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan ini dirasakan hampir 70 juta orang di negara ASEAN.2 kebakaran hutan pada tahun 1997 – 1998 juga telah mengakibatkan kerugian sebesar US$3 miliar bagi Indonesia.3

1 ASEAN merupakan salah satu bentuk regionalisme yang berada di kawasan Asia Tenggara, ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi Bangkok. Saat ini jumlah anggota negara ASEAN terdiri dari 10 negara, antara lain, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Myanmar, Kamboja, Laos, Philipina, Brunai Darussalam, dan Vietnam. (Bambang Cipto, (2007),Hubungan Internasional Di Asia Tenggara” Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. Hlm, 13).

2 www.wwf.org

(2)

Kemudian pada tahun 2005, 2006 dan 2007 kebakaran hutan juga kembali melanda Indonesia.

Kebakaran hutan yang melanda Indonesia jelas tidak hanya merugikan Indonesia saja tetapi juga merugikan Negara-negara tetangga di Asia Tenggara terutama yang telah menyebabkan gangguan penerbangan dan kesehatan.4 Kebakaran hutan ini menurut beberapa peneliti, dampaknya dapat mengancam aktivitas ekonomi individu, masyarakat dan perusahaan-perusahaan di Malaysia dan Singapura. Terbatasnya jarak pandang, mengakibatkan aktivitas perekonomian di kawasan pelabuhan dan bandar udara di Malaysia , Indonesia dan Singapura terganggu dan pada situasi tertentu tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya.5

Disamping itu, kebutuhan dasar masyarakat Malaysia sebagai manusia terganggu oleh udara yang mereka hirup tercemari oleh kabut asap dan bahkan mengakibatkan kematian bagi masyarakat Malaysia. Dalam beberapa kasus Indeks Polusi Udara (air pollution index/API) Kamis, 11 Agustus 2005 mencapai 529 di Port Klang, pusat perkapalan penting di Malaysia, dan 531 di Kuala Selangor. Tingkat API berada di atas 300 dapat dikategorikan berbahaya sementara 500 dapat memicu keadaan darurat. Jumat, 12 Agustus 2005 kabut asap agak bersih di pantai barat, tetapi di Kuala Lumpur API meningkat dari 321 menjadi 365.6

http://bnpb.go.id/website/index.php?option=com_content&task=view&id=1691&Itemid=120. Di Akses tanggal 08 Juli 2010.

4Ibid.,

5 PoppyIrawan. Kabut Asap: Sebagai Isu Ancaman Non Tradisional dalam Kajian Keamanan Regional.ccm.um.edu.my/umweb/fsss/images/.../Poppy%20Irawan.doc. Di Akses tanggal 25 Juni 2010.

(3)

Kerugian-kerugian yang diderita oleh negara tetangga dengan adanya kasus kabut asap tersebut jelas menyebabkan terganggunya aktivitas sosial masyarakat negara-negara tetangga dan juga mempengaruhi hubungan kerjasama antara negara-negara tersebut bahkan dapat menimbulkan perselisihan diantara mereka. Bahkan, Malaysia, Singapura, dan negara-negara tetangga lain telah meminta kepada Indonesia agar mengambil tindakan yang sungguh-sungguh terhadap kebakaran yang terjadi setiap tahun oleh perusahaan-perusahaan perkebunan dan petani untuk merambah lahan.7 Namun, pada kenyataannya penanggulangan masalah kabut asap ini tidak dapat ditangani oleh Indonesia secara maksimal sehingga dikhawatirkan hal tersebut dapat memicu keretakan hubungan Indonesia dengan negara tetangga.

Oleh karena itu, melihat hal yang terjadi di atas, maka ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara memiliki peran dan tanggung jawab dalam menciptakan stabilitas keamanan, ekonomi, sosial, politik dan hubungan diantara sesama anggotanya termasuk masalah kabut asap. Untuk mengatasi masalah kabut asap tidak hanya dibutuhkan peran aktif dari Indonesia sebagai negara yang dicap sebagai pengekspor asap dan negara lain yang menerima dampak langsung dari kabut asap itu sendiri. Akan tetapi ASEAN diharapkan mampu memainkan perannya untuk mengatasi masalah ini.8

ASEAN kemudian membentuk ASEAN Agreement on Transboundary

Haze Polution (AATHP) yang merupakan bentuk respon ASEAN dalam

7

Negara-Negara yang Dilanda Kabut Asap di Asia Tenggara Mengadakan Pertemuan. 2006. http://www.voanews.com/indonesian/archive/2006-10/2006-10-13-voa7.cfm?moddate=2006-10-13. Di akses tanggal 01 Juli 2010.

8

(4)

menanggapi masalah kabut asap Indonesia. AATHP merupakan perjanjian pelanggaran asap lintas batas yg dibentuk sejak mei tahun 2000, di setujui pada 10 juni 2002 dan berlaku secara resmi pada 25 november 2003 setelah Thailand menjadi negara ke enam yg meratifikasi.9 Dari sepuluh anggota ASEAN Ke delapan negara yang telah meratifikasi AATHP yaitu Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja dan Vietnam. Sedangkan dua negara yang belum meratifikasi yaitu Filipina dan Indonesia.10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menarik rumusan masalah yaitu Mengapa Indonesia belum meratifikasi ASEAN Agreement on

Transboundary Haze Polution (AATHP) ? 1.3 Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui gambaran umum tentang penyebab dan dampak kabut asap yang terjadi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan memahami alasan indonesia tidak mau meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Polution (AATHP)

1.3. Penelitian Terdahulu

Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang “Bagaimana ASEAN merespon masalah lingkungan ( kabut asap) Indonesia”, sebelumnya telah ada yang meneliti tentang masalah kabut asap yakni Poppy Irawan yang meneliti

9Bahan rapat kerja menteri pertanian dengan komisi VII DPR-RI.pembahasan pengesahan RUU tentang pengesahan ASEAN Transboundary on haze polution.2007.

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/pidato_mentan_12-03-07. Di Akses tanggal 8 januari 2010.

10Ratifikasiperjanjian soal asap untungkan Indonesia

(5)

tentang “Kabut Asap: Sebagai Isu Ancaman Non Tradisional dalam Kajian Keamanan Regional”. Dalam penelitiannya, Poppy menjelaskan tentang bagimana fenomena kabut asap dikaji melalui perspektif keamanan internasional dan regional. Dimana menurutnya, meningkatnya aktivitas manusia seiring dengan perkembangan globalisasi dan hubungan yang saling terkait mengakibatkan semakin banyak bentuk ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia. Untuk itu perlu adanya perluasan konsep keamanan itu sendiri yang tidak hanya berbicara pada aspek politik dan militer tetapi konsep keamanan juga perlu diturunkan ke dalam konteks lingkungan, manusia, sosial, ekonomi dan politik.11

Selain Poppy Irawan, ada juga Delfiyanti yang meneliti tentang “Dampak Kebakaran Hutan Di Wilayah Sumatera Barat Dan Riau Terhadap Perubahan Iklim (Climate Change)”. Dalam penelitiannya, Delfiyanti menjelaskan tentang dampak kabut asap secara ekologis yang telah menyebabkan tebalnya asap dan kobaran api yang menjalar luas telah mengakibatkan suhu bumi menjadi panas. Pada akhirnya memberikan dampak terhadap perubahan iklim (climate change). Bumi yang panas akan mempengaruhi suhu udara sehingga musim hujan dan musim kering mengalami perubahan. Dan jika ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan secara global.12

Selain Popy Irawan dan Delfiyanti ada juga Bagus Suasana yang meneliti tentang “ kerjasama Indonesia dengan Malaysia dan Singapura dalam menangani masalah kebakaran hutan dan lahan”. Dalam penelitiannya Bagus Suasana

11 Poppy Irawan. Op.cit.,

12Delfiyanti. Dampak kebakaran hutan di wilayah Sumatera Barat dan Riau terhadap perubahan iklim (climate change)

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBIQFjAA&url=http%3A%2F%2F

(6)

menjelaskan kerjasama bilateral yang di lakukan Indonesia dengan Malaysia dan Indonesia dengan Singapura. Dalam hal ini kerjasama yang di lakukan yaitu dengan cara memberikan bantuan peralatan kepada Indonesia untuk penanggulangan kebakaran hutan dan pencemaran udara13

Selain ke tiga peneliti di atas ada juga Endah Purwaningtyas yang meneliti tentang “faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia belum meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Poluttion. Penelitian ini hampir sama dengan apa yang di teliti oleh peneliti tetapi bedanya Endah Purwaningtyas lebih meneliti tentang faktor-faktor dalam negri sedangkan peneliti lebih menekankan tentang alasan Indonesia belum mau meratifikasi “ASEAN Agreement on Transboundary

Haze Poluttion”.14

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan ke empat penelitian di atas, karena peneliti meneliti tentang alasan Indonesia belum meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary haze Poluttion. Dimana Indonesia masih memiliki Kepentingan tertentu di dalam perjanjian AATHP.

1.5 Kerangka Konseptual

1.5.1 Konsep Politik Luar Negri

Dalam penelitian ini, konsep yang digunakan oleh penulis yaitu konsep politik luar negeri. Politik Luar Negeri merupakan studi yang kompleks karena tidak saja melibatkan aspek-aspek eksternal tetapi juga aspek-aspek internal suatu negara. negara sebagai aktor yang melakukan politik luar negeri tetap menjadi

13

14Endah Purwaningtyas. Faktor-faktor yang menyebabkan indonesia belum meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Poluttion.

(7)

unit politik utama dalam sistem hubungan internasional, meskipun aktor-aktor non negara semakin penting peranannya dalam hubungan internasional.15 Politik luar negeri itu merupakan kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai kepentingan tertentu. Secara umum, politik luar negri merupakan suatu perangkat formula nila, sikap, arah, serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional. Suatu komitmen yang pada dasarnya merupakan suatu strategi dasar untuk mencapai suatu tujuan baik dalam konteks dalam negri maupun luar negri serta sekaligus menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu internasional atau lingkungan di sekitarnya.16

Politik Luar Negeri sebagai sekumpulan orientasi merupakan pedoman bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi kondisi-kondisi eksternal yang menuntut pembuatan keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi tersebut(sikap, persepsi, dan nilai-nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah, dan keadaan strategis yang menentukan posisi negara dalam politik internasional).17 Pelaksanaan Politik Luar Negeri diarahkan pada prioritas mengupayakan dan mengamankan serta meningkatkan kerjasama dan dukungan negara-negara sahabat serta badan-badan internasional bagi percepatan pemulihan perekonomian nasional dan sekaligus meningkatkan kepercayaan internasional terhadap Indonesia. Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia menurut Dewi Fortuna Anwar dipengaruhi oleh faktor-faktor Domestik dan Internasional.18 Lebih

15Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasioanal. PT Remaja Rosdakarya : Bandung. (Hal 48).

16Ibid,.hal 47.

17Anak Agung dan Mochamad Yani. 2005. Op.cit. Hal 54.

(8)

jelasnya, kita dapat melihat dari determinan perilaku Politik Luar Negeri, yakni sistem internasional, pengambil keputusan, militer dan ekonomi, serta faktor domestik Indonesia (Politik dalam Negeri Indonesia).19 Selain itu, menurut Rossenau, pembuatan keputusan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh variabel-variabel: Individu (individual), peran (role), pemerintah (government), masyarakat (social), dan sistemik (sistemic).20

Menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Republik Indonesia (1984-1988), politik luar negeri diartikan sebagai “suatu kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka hubungannya dengan dunia internasional dalam usaha untuk mencapai tujuan nasional”. Melalui politik luar negeri, pemerintah memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke dalam masyarakat antar bangsa”. Dari uraian di muka sesungguhnya dapat diketahui bahwa tujuan politik luar negeri adalah untuk mewujudkan kepentingan nasional. Tujuan tersebut memuat gambaran mengenai keadaan negara dimasa mendatang serta kondisi masa depan yang diinginkan. Pelaksanaan politik luar negeri diawali oleh penetapan kebijaksanaan dan keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal yang didasarkan pada faktor nasional sebagai faktor internal serta faktor-faktor internasional sebagai faktor-faktor eksternal.21

1.5.2 Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional (National Interst) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan

19William D. Coplin, Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis. Bandung : PT Sinar Baru. (Hal 165).

20T May Rudy. 2002. Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : PT Refika Aditama. (Hal 28).

(9)

sama di antara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan.22 Dalam analisa hubungan internasional, analis sering memakai ”kepentingan nasional” sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara.23

Miroslav Nincic memperkenalkan tiga kriteria atau yang disebutnya asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam mendefinisikan kepentingan nasional. Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan.24

Menurut H.J.Morgenthau kepentingan nasional sama dengan usaha negara untuk mengejar power, dimana power adalah segala sesuatu yang bisa mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain. Morgenthau juga mengatakan bahwa konsep kepentingan nasional serupa dengan ‘konsep umum’ konstitusi Amerika Serikat dalam dua hal yaitu kesejahteraan umum (general welfare) dan hak perlindungan hukum. Konsep tersebut memuat arti minimum yang inheren di dalam konsep itu sendiri, tetapi diluar arti minimum konsep tersebut bisa diartikan dengan berbagai macam hal yang secara logis berpadanan dengannya sesuai dengan tradisi politik dan konteks kultural

22 May T. Rudy. 2002.Op.Cit. Hal 116

23 Mohtar Mas'oed. 1990. Studi Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta : LP3ES.(Hal 139)

(10)

keseluruhan dimana suatu negara memutuskan politik luar negerinya. Arti minimum yang inheren di dalam konsep kepentingan nasional sebuah negara adalah melindungi identitas fisik, politik, dan kulturalnya dari gangguan negara-bangsa lain. Dengan kata lain hakekat kepentingan nasional menurut Morgenthau adalah power (pengaruh, kekuasaan, dan kekuatan).25

Paul Seabury mendefinisikan konsep kepentingan nasional secara normatif dan deskriptif. Secara normatif konsep kepentingan nasional berkaitan dengan kumpulan cita-cita suatu bangsa yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan negara lain. Namun tidak sekedar cita-cita mengejar power saja melainkan ada juga cita-cita lainnya. Sedangkan secara deskriptif, kepentingan nasional dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Jadi selama negara-bangsa (nation-state) masih merupakan aktor hubungan internasional yang dominan, maka kepentingan nasional akan menjadi determinan utama yang menggerakkan negara-negara menjalankan hubungan internasional atau politik luar negeri.26

1.6 Hipotesa

Indonesia memiliki kepentingan nasional dalam proses ratifikasi perjanjian ASEAN Agreement Transboundary Haze Polution (AATHP)

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah eksplanatif. Unit analisis

25http://moze91.wordpress.com/2009/12/03/definisi-national-interest/

(11)

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah melalui studi pustaka dan sumber-sumber berita yang terkait dengan obyek penelitian. Dimana dalam hal ini, melalui data-data yang diperoleh oleh penulis dari buku – buku, artikel–artikel dan tulisan–tulisan yang berkaitan dengan obyek penelitian, penulis akan menjelaskn tentang Kepentingan Indonesia dalam proses ratifikasi AATHP.

1.7.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Analisa data yang menyangkut kegiatan reduksi, penyajian data dan menarik kesimpulan. Langkah melakukan reduksi data meliputi kegiatan memilih data yang relevan dengan tujuan dan tema penelitian, menyederhanakan data dengan tanpa mengurangi maknanya atau bahkan membuang data yang sekiranya memang tidak dibutuhkan. Data terpilih kemudian akan dipahami dan kemudian dijelaskan melalui pemahaman intelektual yang logis.

1.7.4 Ruang Lingkup penelitian

(12)

1.7.4.1 Batasan Materi

Penelitian ini di fokuskan pada masalah kabut asap yang terjadi di Indonesia dalam hal ini di wilayah Riau dan Kalimantan serta dampak yang terjadi di negara Malaysia dan Singapura. Serta alasan Indonesia belum meratifikasi AATHP.

1.7.4.2 Batasan Waktu

Batasan waktu yang di ambil penulis ada sejak tahun 2006 sampai tahun 2007. Dimana asal mula kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia dan dampak yang terjadi.

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam Bab I penulis akan menjelaskan ini tentang Latar Belakang

Masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori,hipotesis, dan metode penelitian.

Pada Bab II penulis akan membahas tentang asal mula terjadinya kebakaran hutan di Indonesia dan dampak kebakaran hutan yang di alami negara Malaysia dan Singapura dari aspek ekonomi, kesehatan, dan sosial budaya.

Pada Bab III penulis akan menjelaskan tentang Kebijakan danKepentingan Pembentukan AATHP, Singapura dan Malaysia menanggapi AATHP, dan alasan Indonesia belum mertaifikasi AATHP.

(13)

SKRIPSI

KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PROSES RATIFIKASI ASEAN AGREEMENT on TRANSBOUNDARY HAZE POLUTTION

(AATHP)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh :

FARAHDILLA MOCHTAR NIM : 06260069

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(14)
(15)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Farahdilla Mochtar

TempatTanggalLahir : Ambon, 9 Oktober 1988

NIM : 06260069

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul :

Kepentingan Indonesia Dalam Proses Ratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze

Poluttion (AATHP).

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 25 Januari 2011 Yang Menyatakan,

(16)

KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul

“KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PROSES RATIFIKASI ASEAN

Agreement on Transboundary Haze Poluttion (AATHP) ini dapat penulis

selesaikan. Shalawat serta Salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang-benderang yaitu Dienul Islam.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna, khususnya bagi dunia pendidikan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ayahandaku tercinta Bapak Ir. H. Mochtar Balakum dan Ibundaku tersayang Hj. Basnah Pattilouw SH. MH yang dengan penuh kesabaran dan pengorbanannya selalu memberikan semangat, doa dan dorongan,serta bantuan material maupun non material agar penulis dapat menyelesaikan studi.

2. Bapak Muhadjir Efendi, M.AP. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

(17)

Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Tonny Dian Effendi, S.Sos selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, pikiran, ide-ide, saran, dukungan dan semangat serta dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis selama proses pembimbingan.

5. Bapak Victory Pradhitama, S.Sos, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Ruli Inayah S.Sos dan Ibu Ayus. selaku penguji yang telah memberikan saran kepada penulis.

7. Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional seluruhnya yang telah mengajar dan berbagi ilmu serta pengalaman dari semester 1 hingga skripsi. Gonda Yumitro S.IP, Drs Saiman M.Si, Melati Anggreini, S.Sos, dll.

8. Kakak-Kakakku Fitiyanti, Mahrani dan Mahrini terima kasih atas doa, semangat dan kebersamaannya.

9. Haekal Sukardi. Terimakasih atas kesabaran, doa dan dukungan untuk menyelesaika skripsi ini.

10. Keluarga besarku di Ambon dan Ternate, terima kasih atas doa dan semangatnya.

11. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT selalu melindungi dan meridhoi atas segala apa yang telah penulis sampaikan dalam skripsi ini. Dan semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya. Akhirnya, saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan dalam rangka

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini. Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat

Malang, 18 Februari 2010

(18)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ...i

Lembar Pengesahan ...ii

Abstraksi ...iii

Abstract ...iv

Daftar Isi ...v

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1.LATAR BELAKANG ...1

1.2.RUMUSAN MASALAH ...4

1.3.TUJUAN PENELITIAN ...4

1.4.STUDI TERDAHULU ...4

1.5.KERANGKA KONSEPTUAL ...6

1.5.1.KONSEP POLITIK LUAR NEGERI ...6

1.5.2.KONSEP KEPENTINGAN NASIONAL ...8

1.6.HIPOTESA ...10

1.7.METODE PENELITIAN 1.7.1.JENIS PENELITIAN ...10

1.7.2.TEKNIK PENGUMPULAN DATA ...11

1.7.3.TEKNIK ANALISA DATA ...11

1.7.4.RUANG LINGKUP PENELITIAN ...11

1.7.4.1.BATASAN MATERI ...12

1.7.4.2.BATASAN WAKTU ...12

1.8.SISTEMATIKA PENULISAN ...12

BAB II PEMBAHASAN ...13

2.1.AWAL MULA KEBAKARAN HUTAN ...13

(19)

2.2.1.FAKTOR ALAM ...14

2.2.2.FAKTOR MANUSIA ...15

2.2.3.PEMBUKAAN LAHAN ...16

2.3.DAMPAK KEBAKARAN HUTAN ...22

2.3.1.DAMPAK POLITIK ...24

2.3.2.EKONOMI ...26

2.3.3.DAMPAK SOSIAL ...26

2.3.4.DAMPAK KESEHATAN ...26

2.3.5.ILLEGAL LOGGING ...28

2.3.6.DAMPAK ILEGGAL LOGGING ...30

BAB III ALASAN INDONESIA BELUM MERATIFIKASI ASEAN AGREEMENT ON TRANSBOUNDARY HAZE POLUTTION ...34

3.1.KEBIJAKAN PEMBENTUKAN ASEAN AGREEMENT ON TRANSBOUNDARY HAZE POLUTTION ...34

3.2.SINGAPURA DAN MALAYSIA MENANGGAPI AATHP ...37

3.2.1.INDONESIA MENANGGAPI AATHP ...40

3.3.ALASAN INDONESIA BELUM MERATIFIKASI AATHP ...42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...52

(20)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasioanal. PT Remaja Rosdakarya

Alexius Jemadu. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Jogjakarta : Graha Ilmu.

Bambang Cipto.2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Charles V. Hamilton, “American Government”, Scoot, Foresman and Company, New York,1993, h. 62, diambil dari Fatkurrohman, S.IP,M.Si,

Dr. Ir Lailan Syaufina, M.Sc.2008. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI INDONESIA. PT Bayumedia Publishing. (hal 2)

Mohtar Mas'oed. 1990. Studi Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta : LP3ES.

T May Rudy. 2002. Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : PT Refika Aditama.

William D. Coplin, Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis. Bandung : PT Sinar Baru.

INTERNET

Delfiyanti. Dampak Kebakaran Hutan Di Wilayah Sumatera Barat Dan Riau Terhadap Perubahan Iklim (ClimateChange). http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBIQFjAA &url=http%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F642%2F1%2FARTIKE

L_DIPA_DELFIYANTI-2009.doc&ei=fyA3TKT7Joi1rAfEwripAg&usg=AFQjCNG8aIzqq_mMpE Rfj02XR7sfkDY3Jg. Di Akses tanggal 05 Juli 2010.

Irawan, Poppy. KabutAsap: SebagaiIsuAncaman Non

TradisionaldalamKajianKeamanan Regional.

(21)

Negara-Negara yang Dilanda Kabut Asap di Asia Tenggara Mengadakan Pertemuan. 2006. http://www.voanews.com/indonesian/archive/2006-10/2006-10-13-voa7.cfm?moddate=2006-10-13. Di akses tanggal 01 Juli 2010.

Tujuan pertemuan Negara-Negara ASEAN. 2009.

http://irumy.blogspot.com/2009/01/tujuan-pertemuan-negara-negara-asean.html. Di Akses tanggal 15 Juni 2010.

WWF Desak Indonesia Ratifikasi Perjanjian Asap. 2008. Media Indonesia Online (Kamis 21 Februari 2008).

http://bnpb.go.id/website/index.php?option=com_content&task=view&id=1691& Itemid=120. Di Akses tanggal 08 Juli 2010.

www.wwf.org

http://moze91.wordpress.com/2009/12/03/definisi-national-interest/

Sebab Kebakaran Hutan. 2007. http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/sebab-kebakaran-hutan.html. Di akses tanggal 07 November 2010.

Kerusakan Hutan dan Cara Mengatasinya. 2007.

http://khusnul.blog.uns.ac.id/2009/08/26/kerusakan-hutan-dan-cara-mengatasinya/. Di aksestanggal 07 November 2010.

Diolah dari berbagai sumber. Dampak Kebakaran Hutan. http://www.anneahira.com/kebakaran-hutan.htm. Di akses tanggal 07 November 2010. Lihat juga Illegal Loging Penyebab Terbesar Kerusakan Hutan Indonesia. 2004.

http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2004/03/03/brk,20040303-26,id.html. Di akses tanggal 07 November 2010, Sebab Kebakaran Hutan. 2007.

http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/sebab-kebakaran-hutan.html. Di akses tanggal 07 November 2010.

Kebakaran Hutan dari WALHI Riau.

http://www.slideshare.net/Bembenk/kebakaran-hutan-dari-walhi-riau. Di akses tanggal 07 November 2010.

http://luislusi.student.umm.ac.id/2010/08/18/kebakaran-hutan-indonesia-dan-upaya-penanggulangannya/

(22)

http://piba.tdmrc.org/book/export/html/156

http://www.cifor.cgiar.org/Publiction/occasional paper no 38 (i)/html

http://www.attayaya.net/2009/02/dampak-kebakaran-hutan.html

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2010/06/100609_hutanindo.sht ml. Di akses tanggal 07 November 2010.

Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi.

http://www.attayaya.net/2009/02/dampak-kebakaran-hutan.html. Di akses tanggal 07 November 2010.

Dampak Kebakaran Hutan.http://www.walhi.or.id/. Di akses tanggal 07 November 2010

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/kerusakan-hutan-indonesia/. Di akses tanggal 07 November 2010.

http://litbang.bantenprov.go.id/2011/2011/02/08/illegal-logging-yang-terjadi-di-indonesia-yang-tak-kunjung-terselesaikan

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/illegal-logging-3/

http://merixyz.wordpress.com/2011/03/21/indo_malaysia/

http://litbang.bantenprov.go.id/2011/2011/02/08/illegal-logging-yang-terjadi-di-indonesia-yang-tak-kunjung-terselesaikan/

http://www.greenradio.fm/index.php?option=com_content&view=article&id=105

0:walhi-tuding-perusahaan-malaysia-terlibat-kebakaran-hutan&catid=1:latest-news&Itemid=336

MEDIA INDONESIA, 4 september 2005.

ASEAN selayang pandang 2007.

Bahan rapat kerja menteri pertanian dengan komisi VII DPR-RI.pembahasan pengesahan RUU tentang pengesahan ASEAN Transboundary on haze polution.2007.

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/pidato_mentan_12-03-07

http://timurekspres.com/berita-1602--dubes-singapura-kunjungi-jambi--.html

(23)

http://202.169.46.231/News/2006/10/12/Utama/ut01.htm

http://202.169.46.231/News/2006/10/10/Internas/int07.htm

http://www.greenradio.fm/index.php?option=com_content&view=article&id=105

0:walhi-tuding-perusahaan-malaysia-terlibat-kebakaran-hutan&catid=1:latest-news&Itemid=336

Indonesia Akan Ratifikasi Persetujuan Pencemaran Asap. Metrotvnews.com Internasional / Senin, 24 Januari 2011 18:11 WIB

Drs.Sukarna, “Sistim Politik”, Bandung, 1977, hal. 176

Sejarah WALHI”,Di akses darihttp://www.walhi.or.id/in/tentang-kami/sejarah tanggal 22 November 2011

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hambatan yang ada dalam implementasi kebijakan Ijin Mendirikan Bangunan di Kota Semarang, penulis memberikan rekomendasi berupa: (1) penguatan strategi

Pada awal sebelum dibuatnya IPAL komunal, warga Dusun Mendak, Giri Sekar, Gunung Kidul tertarik akan pembangunan IPAL komunal melalui sosialisasi pada saat pertemuan rutin. Warga

Selama staff desa Sukamerta melakukan pelayanan administrasi kependudukan yang beberapa masih dilakukan secara konvensional dimana staff harus mencatat data pemohon

Model analisis yang digunakan untuk membedakan dan melakukan prediksi terhadap perataan laba dengan menggunakan ukuran perusahaan, rasio profitabilitas (yang diukur

Selain tenaga endogen, permukaan bumi juga mengalami perubahan atau perombakan oleh tenaga eksogen. Permukaan bumi yang beragam bentuk dan ketinggiannya sebagai hasil

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan ini dibatasi pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Cihampelas Kabupaten Bandung Barat sebagai target populasi dan

Aspek teknis pendirian toko oleh CV. Arga Konveksi di kota Depok dikatakan layak, karena jumlah mesin dan tenaga kerja yang dimiliki saat ini masih dapat memenuhi jumlah

Setelah nilai kemiripan didapat maka tahap selanjutnya perhitungan pencarian nilai prediksi untuk produk yang belum pernah di rating oleh pelanggan sebelumnya dan