• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA UNI EROPA DALAM MENANGANI CYBERCRIME SEBAGAI KEJAHATAN TRANSNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA UNI EROPA DALAM MENANGANI CYBERCRIME SEBAGAI KEJAHATAN TRANSNASIONAL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi informasi yang terjadi pada hampir setiap negara sudah merupakan ciri global yang mengakibatkan hilangnya batas-batas negara (borderless). Negara yang sudah mempunyai infrastruktur jaringan informasi yang lebih memadai tentu telah menikmati hasil pengembangan teknologi informasinya, hal tersebut menunjukan adanya pergeseran paradigma dalam praksis hubungan internasioanal dimana diplomasi suatu Negara tidak hanya dilakukan oleh para duta besar, para diplomat serta perwakilan - perwakilan yang telah ditunjuk oleh Negara, melainkan dapat dilakukan oleh semua orang dalam berbagai aspek sosial, ekonomi, kultur.

Kemajuan teknologi yang serba digital ini juga telah membawa manusia kedalam dunia bisnis yang revolusioner karena dirasakan lebih mudah, cepat,dan murah dalam melakukan interaksi baik antara individu dengan individu , individu dengan NGO (Non Government Organization) Perubahan ini disebabkan oleh kehadiran teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi itu berpadu dengan media dan komputer, yang kemudian melahirkan piranti baru yang disebut internet.1 Kehadiran internet telah memunculkan paradigma baru dalam kehidupan manusia. Kehidupan berubah dari yang hanya bersifat nyata (real) ke realitas baru yang bersifat maya (Virtual). Realitas yang kedua ini biasa dikaitkan

1

(2)

dengan internet dan cyberspace. Namun, walaupun perkembangan dunia internet membawa dampak positif yang menguntungkan bagi kita, meskinya kita juga tidak bisa mengabaikan dampak negative yang akan kita rasakan dengan adanya perkembangan internet tersebut. Salah satunya adalah kejahatan di dunia cyber atau yang lebih kita kenal dengan cybercrime2

Pemetakan dunia secara teritori, hukum, dan kedaulatan menjadi sangat rawan bersinggungan dengan setiap aktifitas cybercrime. Globalisasi yang awalnya dipandang sebagai kemudahan, kemajuan, dan ide yang di agung-agungkan menjadi masa depan dunia, justru menjadi ancaman baru masyarakat global itu sendiri. Pada level yang lebih tinggi, potensi ancaman oleh aktifitas cybercrime cukup mengusik stabilitas sistem teknologi yang di adopsi oleh Negara untuk memudahkan sistem birokrasi dan pelaksanaan program-program kenegaraan tanpa harus mengalami ketertinggalan oleh pertumbuhan dunia global yang sangat cepat. Sikap sentimen individu atau kelompok yang agresif terhadap Negara terkadang menjadi pemicu timbulnya kasus-kasus pembobolan terhadap sistem teknologi, terutama yang memanfaatkan jaringan internet sebagai medianya. Hal tersebut tentunya menciptakan instabilitas dalam sebuah Negara dan sangat berpotensi menjadi ancaman3.

Munculnya bentuk kejahatan baru yang tidak saja bersifat lintas batas (transnasional) tetapi juga berwujud dalam tindakan-tindakan virtual ini telah

2

To answer the simple question of what is computer crime, or computerrelated crime, or cybercrime, it is necessary to understand the different types or classifications of crimes that can be linked to computers. For example, hacking into a long-distance telephone service to enjoy free telephone calls is a type of computer-related crime (fraud or theft by computer manipulation), and pirating software is another . (James R. Richards Transnational Criminal Organizations, Cybercrime & Money Laundering.Florida. Hal- 87)

3

(3)

menyadarkan masyarakat internasional tentang perlunya perangkat Hukum Internasional baru yang dapat digunakan sebagai kaidah hukum internasional dalam mengatasi kasus-kasus Cybercrime. Uni Eropa sebagai organisasi supranasional yang beranggotakan 27 negara merupakan organisasi yang unik karena anggota-anggotanya masih tetap menjadi Negara Negara yang berdaulat yang independen akan tetapi mereka menggabungkan kedaulatannya dan dengan demikian mereka memperoleh kekuatan dan pengaruh kolektif yang lebih besar terhadap dunia internasional.

Konvensi tentang Kejahatan cyber (Convention on Cybercrime) 2001 yang digagas oleh Uni Eropa di Budapest, Hongaria, yang kemudian di masukkan dalam European Treaty Series dengan Nomor 1854 merupakan Instrumen Hukum Internasional publik yang mengatur masalah Kejahatan cyber yang saat ini paling banyak mendapat perhatian.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas ada permasalahan yang cukup menarik yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut yaitu tentang

bagaimana tindakan Uni Eropa dalam menangani cybercrime sebagai

kejahatan transnasional “

1.3 TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang Upaya Uni Eropa dalam menangani cybercrime sebagai kejahatan transnasional peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tentang globalisasi dan keamanan nasional yang telah dilakukan oleh Jonathan Kirshnerdisini dalam buknya Globalization and

4

Konvensi Uni Eropa tentang cybercrime dalam

(4)

National Securitybeliau mengatakan bahwa globalisasi adalah singkatan untuk berbagai fenomena yang berasal dari kekuatan-kekuatan terorganisir dan tanpa kewarganegaraan, tetapi yang menghasilkan tekanan yang dirasakan oleh negara. Penting untuk dicatat bahwa dalam penggunaan ini, globalisasi bukan hanya suatu bentuk ekstrim "saling ketergantungan", yang menyangkut konsekuensi-konsekuensi politis hubungan antara dua (atau lebih) Negara, globalisasi juga adalah sinonim untuk subnasional, transnasional, regional, atau supranasional bentuk organisasi politik.

Disamping itu Samuel C McQuade dalam bukunya Encyclopedia of Cybercrime mengatakan bahwa kejahatan didunia maya dapat dilakukan dari suatu tempat yang menawarkan konektivitas internet, akibatnya tidak seperti penipuan atau pencurian tradisional, karena dalam tindak kejahatan ini pelaku tidak mendatangi langsung si korban, mereka selalu tidak dapat diketahui keberadaannya, bersembunyi dalam batas batas yang tak terbatas di dunia maya, hingga lama setelah kejahatan itu terjadi. Jadi inilah keunikan dari cybercrime sebagai kejahatan transnasional yang menjadikan peneliti ingin mengetahui lebih tentang cybercrime.

Pemanfaatan teknologi informasi pada saat ini khususnya melalui media internet telah memberikan banyak manfaat dalam berbagai kehidupan masayarakat khususnya dalam e-commerce5. E-commerce merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang memudahkan seseorang dapat melakukan

5

(5)

transaksi dengan menggunakan jaringan internet yang digunakan baik oleh Negara maju maupun Negara berkembang, akan tetapi pada waktu yang sama telah menimbulkan permasalahan hukum.

Salah satu persoalan hukum yang muncul yaitu yang berkaitan dengan privasi, berkat kemajuan teknologi inilah informasi pribadi seseorang dapat dengan mudah diakses, disimpan, dialihkan dan disebarluaskan kepada pihak lain secara cepat tanpa ijin atau sepengatahuan pemilik informasi. Inilah yang menjadikan cybercrime sebagai salah satu masalah yang harus ditangani secara serius oleh Negara yaitu salah satunya dengan melakukan perjanjian antar Negara. Oleh karena itu penulis ingin membahas lebih tentang Uni Eropa sebagai salah satu penggagas konvensi tentang kejahatan mayantara yang kemudian di masukkan dalam European Treaty Series dengan Nomor 185, dan menjadi intstrumen hukum internasional.

1.4 LANDASAN KONSEP

1.4.1 NON TRADISIONAL SECURITY

Pada era pasca Perang Dingin, tema-tema ideologis dalam hubungan internasional menyurut. Sebagai gantinya muncul isu-isu baru yang menjadi praksis hubungan internasional seperti hak asasi manusia, politik-ekonomi, lingkungan hidup dan demokratisasi, sebagai salah satu indikator yang menentukan hubungan internasional sehingga muncul nya aktor baru dalam hubungan internasional selain Negara. Munculnya isu baru seringkali disebut sebagai isu keamanan non tradisional6 (non traditional security) yang berkarakter pada munculnya aktor aktor baru dalam praksis hubungan

6Pendekatan non tradisional dengan focus pada keamanan ekonomi dan perdagangan, lingkungan,

(6)

internasional selain Negara.

Aktor-aktor baru selain negara ini muncul terutama sebagai dampak dari globalisasi dan berbagai macam aspek-aspeknya yang memungkinkan kemudahan pergerakan baik itu individu atau kelompok yang dapat mengancam keamanan nasional maupun internasional sehingga meningkatkan peranan mereka dalam praksis hubungan internasional. Oleh karena itu cybercrime sebagai salah satu aktor baru dalam praksis hubungan internasional yang kegiatannya dapat mengancam keamanan nasional suatu Negara.

Salah satu contoh kasus ancaman cyber attack pernah dialami oleh Indonesia dan Malaysia, ketika memanasnya krisis Ambalat. Konflik antara Indonesia dan Malaysia tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga terjadi di dunia maya. Sebanyak 294 situs resmi milik Malaysia atau bahkan jumlahnya bisa lebih berhasil di rusak oleh hacker Indonesia7. Serangan hacker Indonesia terhadap situs-situs resmi milik Malaysia merupakan bentuk reaksi terhadap krisis Ambalat yang terjadi pada saat itu.

Dampak serangan hacker terhadap situs-situs penting milik Malaysia tersebut membuat Malaysia mengalami kerugian yang ditaksir hingga Rp 7.5 triliun, karena situs yang berhasil dilumpuhkan adalah situs pemerintahan, situs lembaga pendidikan, situs perusahaan, trading dan masih banyak lagi jenis-jenis situs komersial yang menggunakan instrument internet sebagai media transaksi8, ancaman terhadap Negara dalam bentuk tindakan virtual inilah yang menjadikan

7

Jumlah situs Malaysia yang dirusak hacker dalam

http://www.trigonalworld.com/2010/09/perang-dunia-maya-indonesia-malaysia.html diakses 10 maret 2011

8

Kerugian pemerintah Malaysia akibat serangan hacker Indonesia dalam

http://solusi.crazy4us.com/t869-malaysia-rugi-rp-75-triliun-akibat-serangan-hacker-indonesia

(7)

munculnya actor baru dalam praksis hubungan internasional. 1.4.2 CYBERCRIME

Kejahatan dunia maya merupakan isu baru dalam hubungan international dimana kejahtan dunia maya mempunyai karakteristik dalam melakukan aksinya dibandingkan dengan kejahatan kejahatan pada umumnya, karena pelaku kejahatan ini tidak perlu mendatangi langsung si korban seperti kejahatan tradisional pada umumnya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi kejahatan dunia maya semakin marak terjadi baik modus operandi maupun motifnya.

Motif dan modus operandi yang bersifat lintas batas Negara ini dapat mengancam keamanan dan kestabilan suatu Negara, karena hampir semua kegiatan birokrasi yang dilakukan oleh Negara maupun non Negara menggunakan teknologi yang berbasis pada komputer dan internet.

Selama ini Amerika Serikat boleh membanggakan industry %jataan. Namun untuk pertahanan cyber, Negara adi kuasa tersebut masih juga kewalahan menangani serbuan para hacker, apalagi dengan serbuan hacker nasionalis China. Beberapa tahun yang lalu saat situs gedung putih yang merupakan symbol pemerintahan mendapat serangan oleh para hacker. Situs tersebut mulai mengeluarkan pesan error pada jam 8 pagi, siangnya harinya whitehouse.gov benar benar mati total, akibat serangan yang disebut destribed denial-of-service (DDoS)9. Serangan terhadap situs white house ini jelas sekali bahwa para pelaku cybercrime dapat menyerang siapa saja, sasarannya tidak hanya pada level individu tetapi sudah masuk pada level Negara.

9Serangan hacker China ke Amerika

(8)

1.4.3 PENDEKATAN HUKUM INTERNASIONAL

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan dan ketentuan ketentuan yang dibuat untuk mengatur hubungan antara Negara Negara dan subyek hukum lainnya10 dalam kehidupan masyarakat internasional. Namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan berkembanganya aktor-aktor dalam hubungan internasional menyebabkan ruang lingkup hukum internasioal menjadi luas, oleh karena itu hukum internasional tidak lagi semata mata merupakan hukum antar Negara akan tetapi hukum internasional juga di berlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya dengan Negara. Akan tetapi dalam masyarakat internasional Negara tetap memainkan peran utama terhadap keseluruhan system hukum internasional.11

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi maka informasi pribadi seseorang dapat diakses, disimpan, dimanipulasi dan disebarkan secara cepat dalam jumlah banyak. Fenomena tersebut telah menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, karena melalui kemajuan teknologi informasi seseorang dapat disebarkan dan diketahui oleh orang lain dan hal tersebut telah melanggar privasi seseorang, dimana privasi telah diatur di dalam beberapa instrument internasional12.

Dalam pengertian umum, terminologi convention juga mencakup

10

Seperti organisasi internasional, kelompok kelompok supransional, gerakan pembebasan nasional (Broer Mauna , Hukum Internasioanal Pengertian dan Peranan Dalam Era Dinamika Globaledisi ke-2,2005, PT.Alumni, Bandung)

11

ibid

12

(9)

pengertian perjanjian internasional secara umum. Dalam kaitan ini, pasal 38 Satuta Mahkamah Internasional menggunakan istilah internastional conventions sebagai salah satu sumber hukum internasional hal ini menjadikan konvensi menduduki tempat paling tinggi dalam urutan perjanjian internasional13, oleh karena itu konvensi Uni Eropa tentang cybercrime yang diadakan di Budhapest, Hungaria pada tahun 2001 merupukan intstrument hukum internasional yang saat ini banyak mendapat banyak perhatian dikarenakan isi dari konvensi ini yang mencakup istilah kejahatan cybercrime, penanganan dan kerjasama internasional dalam menangani cybercrime.

1.5 METODE PENELITIAN 1.5.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variable satu dengan variable yang lain. Pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat peneletian ini dilakukan. Jadi tujuan peneltian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.

1.5.2 Tingkat Analisa

Jenis analisa yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kelompok individu. Dimana kelompok individu akan mempengaruhi Negara pada

13

(10)

kebijakan-kebijakan luar negerinya yaitu Uni Eropa dalam menangani cybercrime sebagai kejahatan transnasional.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan metode dokumentasai yaitu dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti teliti. Data mengenai penelitian ini bersumber dari perpustakaan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lab HI UMM, dan website yang terkait dengan topik dalam penulisan skripsi ini.

1.5.4 Teknik Analisa Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif baik dari buku, jurnal, artikel, dan website resmi. Penjelasan akan berdasarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh. Adapun data angka statistic hanya digunakan sebagai penunjang fakta yang ditemukan.

1.5.5 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam peneletian ini dalah data sekunder, yaitu data yang didapat dari orang atau instansi lain. Data sekunder cenderung siap pakai, dalam artian siap diolah dan di analisis oleh peneliti. Data tersebut dapat diperoleh dari buku, jurnal-jurnal, kliping dari berbagai Koran dan majalah, data yang dapat dipertanggung jawbkan dari internet.

1.5.6 Metode Penulisan

(11)

secara khusus pengaruh dari permasalahan yang lebih dahulu digambarkan tersebut.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini natinya akan mempunyai sistematika sebagai berikut:

Bab I : dalam bab I akan berisi tentang Latar Belakang, Rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan konsep, serta metode penelitian yang berisi tentang pengumpulan dan analisa data.

Bab II pemaparan data-data mengenai cybercrime yang terkait dengan topik yang akan diteliti, sejarah singkat computer dan internet yang merupakan alat untuk melakukan cybercrime dan berbagai modus operandi dari cybercrime.

Bab III dalam bab III peneliti akan menjelaskan bagaimana upaya Uni Eropa menangani cybercrime sebagai kejahatan transnasional. Disini akan dijelaskan permasalahan hukum dalam pemanfaatan teknologi sehingga menjadikan permasalahan yang serius yang penanganannya harus dengan kerjasama antar Negara.

(12)

SKRIPSI

UPAYA UNI EROPA DALAM MENANGANI CYBERCRIME

SEBAGAI KEJAHATAN TRANSNASIONAL

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.Ip) strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

Edi Sukamto

NIM : 06260031

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(13)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Edi Sukamto

NIM : 06260031

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :Upaya Uni Eropa Dalam Menangani Cybercrime Sebagai Kejahatan Transnasional

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Senin

Tanggal : 18 April 2011

Tempat : Lab. Hub. Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

1. Victory Pradhitama, S.sos, M.Si ( )

2. Tonny Dian Efendi, M.Si ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos ( )

(14)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta sholawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. karena dengan bimbingan, pertolongan dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Upaya Uni Eropa Dalam Menangani Cybercrime Sebagai Kejahatan Transnasionaldengan lancar.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikan penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui, akan tetapi berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini terselesaikan.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang penulis terima selama menyusun skripsi sampai selesai.

Ucapan terima kasih tersebut penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan FISIP-UMM yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.

2. Bapak Victory Pradhitama, S.sos, M.Si. dan Bapak Tonny Dian Effendi, S.sos, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan banyak pengarahan dan bimbingan dalam usaha pembuatan skripsi ini.

3. Para dosen FISIP-UMM khususnya Jurusan Hubungan Internasional yang telah banyak memberikan bekal semasa kami kuliah di FISIP-UMM.

4. Seluruh staff dan karyawan FISIP-UMM yang telah banyak memberi bantuan-bantuannya sehingga memperlancar dalam penyusunan skripsi ini.

(15)

6. Semua teman-teman yang telah banyak membantu di dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dan semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Semoga ALLAH S.W.T membalas semua kebaikan dari pihak-pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Akhirnya penulis berharap supaya skripsi ini dapat bermanfaat dan sebagai bahan rujukan bagi semua pihak yang membacanya. Selain itu penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, masih ada kelemahan dan kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Malang, 6 April 2010 Penulis,

(16)

DAFTAR ISI

(17)

2.6.1 Dalam Bidang Poltik ...26

2.6.2 Dalam Dunia Bisnis dan Perbankan ...27

BAB III UPAYA UNI EROPA DALAM MENANGANI CYBERCRIME SEBAGAI KEJAHATAN TRANSNASIONAL………... 31

3.1. Sejarah singkat Uni Eropa ...31

3.2. Instrumen Internasional tentang Cybercrime ...37

3.2.1. United Nation Against Transnational Organized Crime and The Protocol Thereto2000 ...37

3.2.2.OECD guidelines Computer Related Crime : Analysis of Legal Policy 1986 ...38

3.3. Permasalahan Hukum dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi... 40

3.3.1. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)...41

3.3.2. Privacy ... 43

3.3.3. E-commerce ...47

3.3.4. Perbankan...49

3.4. Upaya upaya uni eropa dalam menangani cybercrime... 51

3.5. Orientasi Uni eropa dalam menyikapi cybercrime ... 57

3.6.Hasil Hasil Uni Eropa Dalam Menanggulangi Cybercrime ... 57

(18)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Abdul Wahid & Mohammad Labib., 2005. Kejahatan Mayantara (Cybercrime). Bandung : PT Refika Aditama

Apostolos Ath. Gkoutzinis., 2006. INTERNET BANKING AND THE LAW IN EUROPE Regulation, Financial Integration and Electronic Commerce. New York : Cambridge University Press

Dewi, Shinta., 2009 Cyberlaw Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam Ecommerce Menurut Hukum Internasional. Bandung : Widya Padjadjaran

Friedman Thomas L., 2006. The World is Flat, London : Penguin Book

Kirshner, Jonathan., 2006. Globalizatiton and National Security. New York : Routledge Toylor and Francis Group

Mansur. Didik M arif dan elistaris Gultom., 2000. Cyber Law:Aspek Hukum Teknologi Informasi.Bandung : Rrafika Aditama

Mauna, Broer., edisi ke-2,2005 Hukum Internasioanal Pengertian dan Peranan Dalam Era Dinamika Global, Bandung : PT.Alumni

McQuade, Samuel C., 2009 Encyclopedia of Cybercrime. Coneccticut : Greenwood Perss

Perwita, Anak Agung Banyu, dan Yanyan Mochamad Yani., 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : Remaja Rosdakarya

(19)

Suherman, Ade Maman., 2002. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sulaiman. Robintan., 2001. Cybercrime perspektif E-commerce.Bandung : Delta Citra

Susilo Taufik Adi., 2009. Mengenal Benua Eropa.Jogjakarta: Garasi Yar, Majid., 2006. Cybercrime and Society. London : Sage Publications Jurnal, Koran dan Internet :

Konvensi Uni Eropa tentang cybercrime dalam

http://conventions.coe.int/Treaty/Commun/ListeTraites.asp?CM=8&CL=

ENG diakses tanggal 07 Juni 2010.

Jumlah situs Malaysia yang dirusak hacker dalam

http://www.trigonalworld.com/2010/09/perang-dunia-maya-indonesia-malaysia.html diakses 10 maret 2011.

Kerugian pemerintah Malaysia akibat serangan hacker Indonesia dalam

http://solusi.crazy4us.com/t869-malaysia-rugi-rp-75-triliun-akibat-serangan-hacker-indonesia diakses 10 maret 2011.

Serangan hacker China ke Amerika http://id.shvoong.com/exact-sciences/1896923-pahlawan-hacker-wanita-china-lumpuhkan/ diakses 10 maret 2011.

Internet pertama kali di kembangkan oleh Amerika Serikat dikutip dalam

http://www.freddypantouw.com/sejarah_internet.php diakses 30

november 2010.

Ketidak pastian luas internet

(20)

=30&Itemid=1diakses 14 desember 2010.

Definisi kejahatan dilihat dari segi sosiologis dalam

http://library.usu.ac.id/download/fh/pid-syahruddin1.pdf di akses 14 desember 2010.

Kasus ilegal content dalam

http://techno.okezone.com/read/2010/08/06/55/360426/55/fbi-al-qaeda-menyerang-lewat-internetdiakses 2 desember 2010.

Kasus data forgery dalam

http://www.detikinet.com/read/2010/10/08/144257/1459102/398/si-hacker-seksi-menangis-di-kursi-pesakitandiakses 2 desember 2010.

Kasus cyber espionage oleh hacker china dalam

http://news.okezone.com/read/2011/03/07/55/432084/hacker-china-curi-data-global-hawk-korseldiakses 2 desember 2010.

Kasus atas Hak dan kekayaan intelektual

http://techno.okezone.com/read/2010/08/03/55/359105/55/kepolisian-bulgaria-blokir-situs-terkait-cyber-crime diakses tanggal 2 desember 2010.

Kristina Svechinskya bagian dari mafia cyber dalam http://wihans.web.id/hacker-paling-sexy#more-15873diakses 29 desember 2010.

Rusia sebagai Negara cybercrime tertinggi

http://uangmayainternet.blogspot.com/2010/01/rusia-negara-cybercrime-paling.htmldiakses 29 desember 2010.

Peta Negara Negara Uni Eropa dalam

(21)

http://www.treehugger.com/files/2009/01/four-thousand-european-union-industries-lack-current-environmental-permits.php d akses 7 februari 2011

Dampak perang dunia II dikutip dari

http://en.wikipedia.org/wiki/World_War_II_casualties diakses 29 januari 2011.

Rekomendasi penegakan cybercrime dalam

http://www.mobrien.com/komputer_crime.shtml#introduction

Siti Tri Joelyartini bulletin tentang Haki

http://ditjenkpi.depdag.go.id/images/Bulletin/bulletin%2045.pdf di akses 26 februari 2011.

Pengambilan data secara ilegal dalam

http://igneous.scis.ecu.edu.au/proceedings/2009/forensics/McCombie_Pie

przyk_Watters.pdf diakses 28 maret 2011.

Transaksi online di Negara-negara eropa dikutip dalam

http://techno.jabunta.com/2009/04/17/pengguna-internet-banking-paling-aktif-se-eropa/diakases 11 februari 2011.

Data pengguna computer yang terinfeksi virus dalam

http://epp.eurostat.ec.europa.eu/cache/ITY_PUBLIC/4-07022011-AP/EN/4-07022011-AP-EN.PDFdiakses februari 2011.

Sepertiga computer di eropa kena virus dalam

http://gudangtips.com/plugins/content/external_links/frameset.php?url=htt

p%3A%2F%2Fteknologi.inilah.com%2Fread%2Fdetail%2F1221072%2F

(22)

Kelompok separatis ETA dalam

http://www.tempointeraktif.com/hg/eropa/2009/04/19/brk,20090419-171119,id.htmldiakses 7 februari 2011.

Teroris di Eropa kebanyakan bukan orang non muslim dikutip dalam

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/europol-mayoritas-pelaku-terorisme-di-eropa-bukan-kelompok-islam.htmdiakses 7 februari 2011.

Kejahatan skala besar menurut Europol dalam

http://www.europol.europa.eu/index.asp?page=introduction di akses 7 februari 2011

Europol gagalkan penyelundupan manusia dikutip dalam

http://internasional.kompas.com/read/2011/01/13/21362350/Europol.Gag

alkan.Penyelundupan.Manusiadiakses 11 februari 2011.

Upaya serius Europol dalam menangai cybercrime

http://www.europol.europa.eu/index.asp?page=news&news=pr100622.ht

m28 maret 2011.

Bentuk kerjasama Uni Eropa dalam menangani cybercrime dalam kasus McKinnon

http://www.cnn.com/2008/WORLD/europe/08/28/britain.hacker.extraditi

on/index.html28 maret 2011.

Pembukaan konvensi Uni Eropa tentang cybercrime dalam

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah meningkatkan wawasan dan pengetahuan keterampilan kepada mitra dalam mengoptimalkan penggunaan sistem

Hasil analisis keragaman dilakukan pada keteguhan rekat kayu lapis baik pada kondisi normat (Tabel 5) maupun kondisi basah (Tabel 9) menunjukkan bahwa perekat terlabur

Fasal 4 melarang mana-mana orang daripada menjalankan perniagaan bank luar pesisir melainkan orang itu adalah suatu syarikat luar pesisir atau suatu syarikat luar pesisir asing

Berdasarkan batasan masalah, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aktivitas mengikuti

 Etika yang berarti Mengenai filsafat etika Al-Ghazali secara sekaligus dapat kita lihat pada teori tasawufnya, Maksudnya adalah agar manusia sejauh kesanggupannya meniru

Beberapa penjelasan di atas merupakan paparan hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi kepada guru PAI yang diperoleh langsung dari lapangan mengenai berhasil

Pengolahan ditujuan untuk menghilangkan polutan dari air limbah baik dengan cara fisika, kimia maupun biologi. Proses fisika kimia yang diterapkan tergantung sifat

bahwa sesuai dengan ketentuan dalam pasal 34 ayat (1) Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka setiap usaha