• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan dan optimasi harga tiket taman margasatwa Ragunan Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan dan optimasi harga tiket taman margasatwa Ragunan Jakarta"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

JAKARTA

FACHRUNNISA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

(3)

RINGKASAN

Fachrunnisa. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.

Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik wisatawan Taman Margasatwa Ragunan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan Taman Margasatwa Ragunan, mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri dan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola menuju pengelolaan yang mandiri. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-April 2011 di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Responden berjumlah 100 wisatawan domestik yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Data yang digunakan data primer menggunakan kuisioner dan data sekunder dari instansi terkait. Analisis data dengan regresi linear berganda. Hasil analisis karakteristik wisatawan TMR diperoleh sebagian besar adalah wanita, berumur antara 17-27 tahun, belum menikah, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan pegawai swasta, penghasilan Rp 9.000.000,00-Rp 24.000.000,00/tahun, tidak memiliki tanggungan, dan daerah asal adalah Jakarta Selatan. Selain itu, sebagian besar biaya perjalanan wisatawan kurang dari atau sama dengan Rp 20.000,00/orang.

Model persamaan fungsi permintaan rekreasi ke TMR adalah Y = 6,663 – 0,2735F – 0,04159D – 0,2521B + 0,03583A – 2,1632J + 0,5056N.Penelitian ini menggunakan taraf uji 20%. Variabel yang berpengaruh nyata secara positif adalah umur (A) dan status pernikahan (N). Variabel jumlah tanggungan (F), jarak (D), waktu di lokasi (B), dan pekerjaan (J) berpengaruh nyata secara negatif.

Berdasarkan analisis laporan keuangan TMR diperoleh rata-rata subsidi dari Pemerintah Daerah untuk TMR selama tahun 2006-2010 adalah Rp 38.380.573.068,00 atau sebesar 66,65% dari total realisasi penerimaan rata-rata per tahun. Harga tiket optimum (tanpa disubsidi) adalah Rp 19.000,00 / orang, baik dewasa maupun anak-anak. Ada delapan alternatif skenario kenaikan harga tiket. Berdasarkan maksimum kesanggupan membayar wisatawan terbanyak, kenaikan harga tiket yang direkomendasikan untuk direalisasikan oleh pengelola adalah Rp 10.000,00 untuk dewasa, dan Rp 7.000,00 untuk anak-anak. Namun, harga tersebut baru mengurangi setengah dari subsidi mula-mula.

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

JAKARTA

FACHRUNNISA H44070020

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta

Nama : Fachrunnisa NIM : H44070020

Disetujui Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP.19660717 199203 1 003

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada ;

1. Kedua orangtua Bapak Susilo,S.E dan Alm.Ibu Yus Suhartini,S.Pd untuk segala dukungan dan harapan yang merupakan motivasi terbesar bagi saya. Saya yakin almarhumah selalu tersenyum di surga. Adik saya tercinta Muhammad Fachrein, serta keluarga besar untuk doa dan kasih sayangnya. 2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai Pembimbing Skripsi untuk

kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti.

3. Ibu Meti Ekayani,S.Hut,M.Sc sebagai dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen wakil Komisi Pendidikan untuk sarannya. 4. Pihak-pihak Taman Margasatwa Ragunan: Ibu Marsawitri Gumay, Bapak

Bambang, Ibu Titis, Ibu Berliana, Bapak Ramon, Bapak Putra, Mas Lanang, Bapak Khairul, Bapak Tohadi, Bapak Yudi, Ibu Nunung, Bapak Arif, Bang Arman, dan Mba Yani.

5. Dosen KSHE: Ibu Eva Rachmawati S.Hut, M.Si, Ibu Dr.Ir.Arzyana Sungkar,M.Sc, dan Bapak Dr.Ir.Burhanudin Masy’ud, MS atas diskusinya. 6. Sahabat penulis: Abdul Rahim, Chichi Rizky, Norita Vibriyanto, Putri Ayu,

Erin, Raisa, Fenny, Neina Febrianti, Atik Wuryani, Asih Ratnasih, Iffa, Maya Wulan, Choirunnisa, Laras Mutiara, Fiandra, Moko, dan Agung K. 7. Teman-teman ESL 44 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan

Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik wisatawan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan, mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri, dan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola menuju Taman Margasatwa Ragunan yang mandiri, serta memenuhi syarat tugas akhir.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pengelola Taman Margasatwa Ragunan guna membuat kebijakan harga tiket menuju pengelolaan yang mandiri sehingga mampu mengurangi subsidi dari pemerintah, bagi pemerintah dalam alokasi anggaran perencanaan pengembangan Taman Margasatwa Ragunan sebagai obyek wisata potensial, serta bagi masyarakat agar lebih memperhatikan manfaat dan kelestarian satwa bagi kesejahteraan manusia.

Bogor, Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... i

RINGKASAN ... ii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat Penelitian ...7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata ...9

2.1.1 Permintaan Wisata ...10

2.1.2 Penawaran Wisata ...11

2.2 Konservasi Eksitu ...12

2.3 Kebun Binatang ...14

2.4 Taman Margastawa ...16

2.5 Badan Layanan Umum (BLU) ...17

2.6 Penelitian Terdahulu ...20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ...23

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...27

4.2 Populasi dan Sampel ...27

4.3 Metode dan Prosedur Analisis ...28

4.3.1 Pengujian Hipotesis ...36

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan ...41

5.2 Karakteristik Kawasan ...42

(9)

5.2.2 Iklim dan Jenis Tanah ...42

5.3 Visi dan Misi Taman Margasatwa Ragunan ...43

5.4 Sasaran Taman Margasatwa Ragunan ...44

5.5 Kedudukan Taman Margasatwa Ragunan ...44

5.6 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan ...44

5.7 Sarana Prasarana dan Aksesibilitas ...46

5.8 Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia di TMR ...46

5.9 Jumlah Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan ...49

5.10 Struktur Organisasi Taman Margasatwa Ragunan ...50

5.11 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan ...51

5.11.1 Waktu Luang ...56

5.11.2 Motivasi Kunjungan ...57

5.11.3 Cara Kedatangan ...57

5.11.4 Jumlah Orang dalam Rombongan ...58

5.11.5 Biaya Perjalanan ...59

5.11.6 Frekuensi Kunjungan ...61

5.11.7 Lama Kunjungan ...62

5.11.8 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ...63

5.11.9 Tempat Alternatif ...64

5.12 Persepsi Responden Wisatawan tentang Lokasi TMR ...65

VI. FUNGSI PERMINTAAN REKREASI DAN OPTIMASI HARGA TIKET 6.1 Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan ...70

6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi ke Taman Margasatwa Ragunan ...73

6.2.1 Jumlah Tanggungan Keluarga (F) ...73

6.2.2 Jarak (D) ...74

6.2.3 Waktu di Lokasi (B) ...74

6.2.4 Umur (A) ...75

6.2.5 Pekerjaan (J) ...76

6.2.6 Status Pernikahan (N) ...78

6.3 Pola Keuangan Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 ...79

(10)

6.5 Estimasi Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola Taman

Margasatwa Ragunan ...86

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...89

7.2 Saran ...90

DAFTAR PUSTAKA ...91

LAMPIRAN ...94

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perolehan Devisa dari Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun2004-2009 1

2. Nama Kebun Binatang Milik Pemda beserta Keterangannya ...4

3. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Jenis Data, Metode Pengambilan Data dan Metode Analisis Data ...30

4. Data Jumlah Pegawai Taman Margasatwa Ragunan ...47

5. Data Koleksi Satwa per 31 Desember 2010...48

6. Estimasi Data Satwa Hidup Liar di TMR per 31 Desember 2010 ...48

7. Jumlah Wisatawan TMR Tahun 2006-2010 ...49

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi ...51

9. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Luang ...57

10. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Tujuan Kunjungan ...57

11. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Cara Kedatangan ...58

12. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jumlah Orang dalam Rombongan ...59

13. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Biaya Perjalanan ...60

14. Rincian Biaya Perjalanan per Responden Wisatawan TMR ...61

15. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Frekuensi Kunjungan ...62

16. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Lama Kunjungan ...63

17. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jarak Tempuh ...63

18. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Tempuh ...64

19. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Alternatif Rekreasi ...65

20. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Pelayanan Taman Margasatwa Ragunan ...66

21. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Kualitas Lingkungan Taman Margasatwa Ragunan ...69

22. Hasil Regresi Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan ...72

23. Anggaran, Realisasi Pengeluaran, Realisasi Penerimaan, Retribusi, Subsidi, dan Selisih Realisasi dari Anggaran Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 ...80

24. Penerimaan Rata-rata TMR dari Tiket Masuk Tahun 2006-2010 ...82

(12)

Acuan Rata-rata Pengeluaran Tahun 2006-2010 ...84

27. Jumlah Wisatawan Rata-rata Tahun 2006-2010 Berdasarkan Kategori Tiket Masuk ...85

28. Sebaran Responden Wisatawan Menurut Kesanggupan Membayar Tiket Masuk Seharga X Rupiah ...85

29. Alternatif-alternatif Skenario Kenaikan Harga Tiket ...86

30. Skenario Kenaikan Harga Tiket 8 ...87

31. Rincian Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola TMR ...88

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011 ...95

2. Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Wisata TMR Tahun 2011 ...96

3. Hasil Uji Homoskedastisitas Model Permintaan Wisata TMR ...97

4. Hasil Uji Normalitas Model Permintaan Wisata TMR ...98

5. Skenario Kenaikan Harga Tiket ...99

6. Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah dalam Rombongan ...102

7. Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan ...103

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat negara maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).

Sumber devisa negara Indonesia dari sektor pariwisata cukup besar. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan penerimaan devisa negara dari kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun 2004 sampai 2009.

Tabel 1. Perolehan Devisa dari Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2009

2004 5.321.165 4.797,88 36.320,48 13,21

2005 5.002.101 4.521,89 34.723,69 13,02

2006 4.871.351 4.447,98 42.586,33 10,44

2007 5.505.759 5.345,98 56.920,13 9,39

2008 6.429.027 7.377,39 51.639,31 14,29

2009 6.452.259 6.302,50 66.104 9,53

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2010

(16)

mengalami penurunan sebesar 5,22% dibandingkan kunjungan wisman bulan Maret 2010 yang berjumlah 189.222 kunjungan. Namun jika dibandingkan dengan kunjungan wisman bulan yang sama tahun 2009, jumlah kunjungan wisman bulan April 2010 lebih tinggi 75,60%.

Wisatawan hanya akan berkunjung ke tempat tertentu jika di tempat tersebut terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan motif wisata itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut. Orang yang mengadakan perjalanan diasumsikan pasti mempunyai alasan atau motif untuk mengadakan perjalanan. (Soekadijo, 2000).

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumberdaya fauna yang sangat beragam. Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman satwa yang bebeda-beda. Kekayaan sumberdaya hayati fauna yang dimiliki bangsa Indonesia hendaknya dilestarikan dan dikembangkan menjadi sumber ekonomi yang tangguh untuk pembangunan nasional. Indonesia sebagai negara berkembang juga telah berupaya untuk mencegah punahnya keanekaragaman hayati, diantaranya dengan melakukan upaya konservasi insitu seperti adanya hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman nasional. Upaya konservasi lainnya yaitu secara eksitu, seperti taman safari, taman burung, kebun botani, dan kebun binatang.

(17)

botani, 14 taman hutan raya, 36 penangkaran satwa, 3 taman burung, 4 lokasi rehabilitasi orangutan, dan 6 pusat pelatihan gajah. Semuanya ini merupakan upaya pelestarian keanekaragaman spesies dan genetis.

Berdasarkan tujuan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah DKI Jakarta, pertumbuhan ekonomi sampai dengan tahun 2030 adalah sekitar 7% sampai dengan 8% per tahun, dengan basis ekonomi Kota Jakarta melalui sektor perdagangan, jasa, industri kreatif, industri teknologi tinggi dan non pencemar, serta pariwisata. Di dalam masterplan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota DKI Jakarta 2030 semua kebutuhan masyarakat ini telah dijabarkan melalui pembagian wilayah sesuai kegunaaannya. Pembangunan Provinsi DKI Jakarta diarahkan menuju visi mewujudkan Jakarta sebagai kota jasa yang sejahtera, nyaman, dan berkelanjutan melalui salah satu misinya yaitu menyerasikan kehidupan perkotaan dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup mencerminkan adanya interaksi antara manusia dengan makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan satwa.

Sebagai kota yang telah berkembang menjadi pusat berbagai macam kegiatan, maka sudah sewajarnya Kota Jakarta melengkapi dirinya dengan tempat rekreasi guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan. Salah satu tempat hiburan berbentuk taman rekreasi yang ada di Kota Jakarta adalah taman margasatwa, yaitu bentuk yang lebih modern dari kebun binatang.

(18)

dikelola oleh swasta antara lain, Taman Safari Indonesia oleh PT. Taman Safari Indonesia, Gelanggang Samudra oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol, dan Bali Zoo oleh CV. Bali Harmoni. Kebun binatang yang dikelola oleh yayasan antara lain, Taman Burung TMII oleh Yayasan Harapan Kita, Kebun Binatang Tamansari Bandung oleh Yayasan Tamansari, Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta oleh Yayasan Gembira Loka, sedangkan kerjasama (Pemda dan swasta) adalah Taman Hewan Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Terdapat 42 kebun binatang di Indonesia yang tergabung dalam anggota Persatuan Kebun Binatang Se Indonesia. Enam diantaranya dimiliki oleh Pemerintah Daerah, selebihnya oleh swasta, yayasan, serta kerjasama (Pemda dan swasta). Koleksi, luas area, dan harga tiket masuk kebun binatang milik Pemda masing-masing dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nama Kebun Binatang milik Pemda beserta Keterangannya

No Nama Kebun

Kepemilikan Harga Tiket

1 Taman Marga Satwa

5 Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan

3.200 140 Pemda DKI Jakarta (Dinas Kelautan dan Pertanian)

Anak Rp 3000, dewasa Rp 4000

6 Taman Margasatwa Semarang

278 65 Pemda Semarang Libur Rp 7500 biasa Rp 5000

(19)

Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa Taman Margasatwa Ragunan yang terletak di wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan adalah kebun binatang yang memiliki koleksi satwa terbanyak (3.200 ekor), area terluas (140 ha), namun harga tiketnya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan kebun binatang lainnya. Selain itu, dari Tabel 2 juga diketahui bahwa status kepemilikan TMR di bawah Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan secara teknis melalui Dinas Kelautan dan Pertanian.

Pelayanan masuk tempat rekreasi TMR berdasarkan Peraturan Daerah

Khusus Ibukota Jakarta No.1 Tahun 2006 dan instruksi Gubernur Propinsi DKIJ

No. 44 tahun 2006 tentang retribusi daerah: tiket dewasa Rp 4.000,00, tiket anak

(3-12 tahun) Rp 3.000,00, asuransi per orang Rp 500,00, parkir motor Rp

2.500,00, parkir bus/truk Rp 10.000,00, parkir mobil Rp 5.000,00, dengan

asuransi sebesar Rp 500,00 per kendaraan, serta terdapat retribusi untuk berbagai

sarana wisata, pedagang, dan

shooting film

.

(20)

menjadi fasilitator layanan publik dalam hal penetapan harga tiket yang terjangkau atau sesuai dengan ekonomi masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan usaha wisata dapat dihadirkan lewat keindahan dan keunikan satwa sehingga dapat menjadi obyek hiburan. Keindahan dan keunikan satwa ini dapat ditampilkan lewat berbagai tempat penangkaran dan pemeliharaan satwa yang memiliki nilai estetika sebagai obyek hiburan yang dapat menarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri dan dapat menunjang kepariwisataan Indonesia.

Konservasi eksitu atau yang lebih dikenal dengan pelestarian spesies/jenis di luar habitat alaminya memang memberikan manfaat dalam membantu perlindungan jenis, tetapi ada beberapa keterbatasan atau kekurangan jika dibandingkan konservasi insitu. Salah satu keterbatasan konservasi eksitu adalah memerlukan biaya yang sangat besar untuk menjaga keberlanjutannya.

Keberlanjutan suatu proses pengelolaan satwa liar secara eksitu seperti kebun binatang memang tidak terlepas dari permasalahan dana. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan ini sangat tidak sedikit. Misalnya saja untuk pakan satwa, kebersihan, medis, gaji/upah pegawai dan sebagainya.

(21)

sifatnya tidak pasti bila dibandingkan dengan penerimaan dari tiket masuk. Harga tiket masuk TMR saat ini dinilai tidak relevan dengan biaya pengelolaannya yang sangat besar sehingga sampai saat ini pemerintah masih memberikan subsidi yang cukup besar untuk TMR.

Berdasarkan uraian tersebut maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TMR ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR? 3. Berapa harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang

mandiri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan antara lain :

1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TMR

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR

3. Mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri

4. Merekomendasikan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola TMR

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

(22)

2. Pemerintah DKI Jakarta dalam alokasi anggaran perencanaan pembangunan dan pengembangan TMR sebagai objek wisata yang potensial

3. Masyarakat umum untuk lebih memperhatikan manfaat dan kelestarian satwa bagi kesejahteraan manusia

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan hanya pada kawasan TMR dan tidak membandingkan dengan obyek wisata lain di Provinsi DKI Jakarta

2. Responden yang diambil berumur minimal 17 tahun, tingkat penghasilan yang digunakan bagi pelajar/mahasiswa merupakan jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) yang diterima dalam satu tahun. Tanggungan keluarga atas biaya perjalanan yang dikeluarkan diperoleh dari Kepala Keluarga

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata adalah segala hal yg berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme. Berpariwisata berarti melancong; bertamasya. Pariwisata adalah industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, penghasilan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri (Wahab, 1992).

Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata.

(24)

menguntungkan sampai yang negatif, yakni merugikan. Hal ini dapat menjadi sumber permasalahan penelitian pariwisata yang potensial. Oleh karena keberadaannya memiliki banyak dimensi, maka untuk dapat memahaminya secara menyeluruh dapat menggunakan berbagai pendekatan ilmu, antara lain manajemen, sosiologi, sejarah, politik, antropologi, psikologi, lingkungan, hukum, dan lain-lain. Terdapat sepuluh pendekatan yang digunakan dalam penelitian pariwisata, yaitu pendekatan institusional, pendekatan produk, pendekatan historis, pendekatan manajerial, pendekatan ekonomis, pendekatan sosiologis, pendekatan hukum, pendekatan geografis, pendekatan budaya, dan pendekatan interdisipliner.

2.1.1 Permintaan Wisata

(25)

2.1.2 Penawaran Wisata

Elemen penawaran wisata sering disebut sebagai triple A’s yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Secara singkat atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Singkatnya, pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat-istiadat masyarakat. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Disneyland, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata (Inskeep, 1994) dalam (Damanik dan Weber, 2006). Lebih lanjut Damanik dan Weber menjelaskan bahwa amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat digolongkan ke dalam bagian ini.

(26)

kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi (Wahab, 1992). Pariwisata rekreasi lebih ke arah mencari hiburan.

Soekadijo (2000) menjelaskan bahwa untuk menjalani hidupnya menurut alam, manusia dibekali dengan kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, yang dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisik, psikis, dan sosial. Kebutuhan fisik itu antara lain makan, dan minum, beristirahat, kesehatan, mandi, dan sebagainya. Diantara kebutuhan psikis dapat disebut hasrat ingin tahu, hasrat untuk menyelidiki, kebosanan yang menimbulkan keinginan untuk mencari kesenangan, dan lainnya. Mengenai kebutuhan sosial, Plato sudah mengatakan bahwa manusia itu suatu ”zoon politicon”, makhluk sosial dengan hasrat untuk berkawan dan yang hanya dapat mencapai kesempurnaannya dalam pergaulan dengan sesama manusia.

Manusia merasa perlu atau merasa terdorong untuk mengadakan perjalanan ke suatu tempat dimana hasratnya secara konkret diharapkan akan dapat dipenuhi. Hasrat pembawaan dalam bentuknya yang konkret, yang berupa keperluan atau dorongan atau alasan tertentu itulah yang dimaksud dengan motif perjalanan atau motif wisata. Sudah tentu motif perjalanan itu berbeda menurut tingkat kebudayaan orang yang mengadakan perjalanan. Makin tinggi kebudayaannya, makin beraneka ragam kebutuhan orang dan makin beraneka ragam pula motif perjalanannya. Sedangkan apa yang diharapkan akan dapat memenuhi keperluan atau motif itu disebut atraksi wisata (Soekadijo, 2000). 2.2 Konservasi Eksitu

(27)

Muntasib (2003) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk konservasi eksitu antara lain kebun binatang, kebun raya, arboretum, taman hutan raya, taman safari, kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu, dan berbagai penangkaran satwa. Konservasi eksitu dimaksudkan untuk ikut mendorong pengembangan konservasi flora dan fauna dengan cara :

1. Pada periode tertentu flora dan fauna hasil konservasi eksitu dapat dilepaskan kembali ke habitat alaminya untuk memelihara jumlah dan variabilitas genetik (terpeliharanya keanekaragaman genetik) di dalam populasinya di alam atau biasa disebut restocking.

2. Hasil-hasil penelitian dari populasi eksitu dapat memberikan manfaat sebagai dasar-dasar biologi untuk menentukan strategi atau upaya-upaya konservasi baru.

3. Populasi eksitu dapat digunakan untuk atraksi satwa, seperti di kebun binatang atau taman safari.

4. Hasil pengembangan populasi di kawasan konservasi eksitu dapat digunakan untuk berbagai keperluan penelitian sehingga tidak perlu mengganggu populasi di alam.

5. Kawasan konservasi eksitu juga dapat digunakan sebagai tempat atau media pendidikan dan penelitian bagi masyarakat.

Selanjutnya Muntasib (2003) juga menjelaskan meskipun konservasi eksitu memberikan manfaat dalam membantu perlindungan jenis, namun ada beberapa keterbatasan/kekurangan jika dibandingkan dengan konservasi insitu, yaitu : 1. Ukuran populasi dalam kawasan konservasi eksitu biasanya terbatas.

(28)

3. Kemampuan spesies (jenis) agar tetap bertahan hidup berkurang karena biasanya segala kebutuhan hidupnya tersedia sehingga tidak ada kemampuan mencari (berjuang) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan buatan sehingga ketika dilepas ke alam yang sebenarnya maka daya hidupnya sangat menurun.

5. Biasanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu saja, sehingga lebih tahan terhadap gangguan dan mudah terancam akan perubahan atau tekanan lingkungan

6. Untuk menjaga keberlanjutan konservasi eksitu, maka diperlukan dana dan biaya yang besar, fasilitas yang memadai, dan tenaga terlatih. Ketiga hal tersebut seringkali menjadi masalah utama pelaksanaan konservasi eksitu, terutama biaya pengelolaannya yang sangat besar.

2.3 Kebun Binatang

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

(29)

segala aspek hidupnya, misalnya bentuk dan tingkah lakunya, (etologi), termasuk kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan terhadap satwa tersebut yaitu penelitian dan studi-studi. Dengan demikian, kebun binatang merupakan sarana penghubung satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar. Kebun binatang menurut peragaannya dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu bentuk manageri, bentuk peragaan satwa yang di tempatkan disuatu tempat/kurungan atau ruang yang berpagar, dan bentuk taman margasatwa. Bentuk manageri berupa kumpulan satwa yang ditempatkan dalam kurungan sempit, bentuk ini sudah tidak digunakan lagi sedangkan bentuk taman margasatwa mempertontonkan satwa pada keadaan mendekati habitat alaminya dan diusahakan menurut jenis satwanya.

Fungsi kebun binatang dalam SK Dirjen Kehutanan No. 20/Kpts/DJ/1978 adalah untuk perlindungan dan pelestarian satwa liar, sarana pendidikan dan penelitian ilmiah, sarana rekreasi dan hiburan alamiah. Tugas pokok kebun binatang antara lain melakukan penangkaran satwa liar untuk menghindari kepunahan, memperagakan binatang untuk kepentingan pendidikan budaya ilmiah, penelitian, dan rekreasi, serta memberi pelayanan kepada pengunjung dan menjaga keamanan serta keselamatannya.

(30)

menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (Pasal 1, ayat 11).

2.4 Taman Margasatwa

Taman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tempat untuk bersenang-senang. Margasatwa menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memiliki arti perlindungan terhadap binatang liar yang perlu dilestarikan keberadaannya.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

Peragaan yang dilakukan di dalam taman margasatwa bertujuan untuk mengusahakan suatu keadaan lingkungan yang mendekati keadaan habitat alamiahnya. Kebun binatang di dunia pada masa sekarang ini lebih mengarah kepada bentuk taman margasatwa. Hal ini disebabkan karena tuntutan kebutuhan yang lebih modern untuk lebih meningkatkan fungsi kebun binatang.

Kriteria taman satwa dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi meliputi :

(31)

ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES)

b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar c. Memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup

d. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain

e. Memiliki Kantor Pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung

f. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain tenaga medis, ahli biologi konservasi, kurator, perawat, dan tenaga keamanan

2.5 Badan Layanan Umum (BLU)

(32)

dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah yang sama, pada Bab IV tentang Standar dan Tarif Layanan bagian pertama tentang Standar Layanan, Pasal 8 dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) menggunakan standar pelayanan minimum, yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sedangkan pada bagian kedua tentang Tarif Layanan ayat 1 dijelaskan bahwa BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan, pada ayat 5 dijelaskan bahwa tarif layanan sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan:

a. kontinuitas dan pengembangan layanan; b. daya beli masyarakat;

c. asas keadilan dan kepatutan; dan d. kompetisi yang sehat

(33)

BLU. Ayat 3 menjelaskan bahwa hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan. Pendapatan pada ayat (2) dan (3) dilaporkan sebagai pendapatan negara bukan pajak kementerian/lembaga atau pendapatan bukan pajak pemerintah daerah.

Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU menyatakan bahwa BLU adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil, dan bukanlah semata-mata sarana untuk mengejar fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat/publik dengan tarif/harga layanan yang terjangkau masyarakat dengan kualitas layanan yang baik, cepat, efisien dan efektif dapat diterapkan. Pengelolaan Keuangan BLU dengan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat.

BLU harus dikelola secara profesional seperti bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional ini bisa PNS maupun Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

(34)

langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan di sektor publik, sehingga mampu meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

2.6 Penelitian Terdahulu

Wibawa (2005) menganalisis permintaan wisata dan menduga surplus konsumen pengunjung Taman Margasatwa Ragunan menggunakan pendekatan kontingensi. Diperoleh hasil bahwa jumlah rata-rata kesediaan membayar pengunjung TMR dengan asumsi kualitas lingkungan yang lebih baik adalah Rp 8.240,00/orang/tahun. Nilai total kesediaan membayar dari seluruh pengunjung sebesar Rp 26.102.722.000,00 pertahun. Nilai total menunjukkan besarnya nilai manfaat rekreasi TMR berdasarkan kesediaan membayar pengunjung.

Surplus konsumen yang terbentuk pada kondisi TMR yang lebih baik kualitasnya pada harga tiket Rp 3.000,00/orang adalah Rp 16.178.063.500,00/ tahun dengan rata-rata Rp 5.100,00/orang. Surplus konsumen ini didapat dari selisih nilai manfaat rekreasi dan penerimaan yang diperoleh TMR dari hasil penjualan tiket dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

(35)

750.000,00-Rp 1.000.000,00 perbulan (27,27%). Sebanyak 72,73 % dari total responden mengaku telah berkeluarga sedangkan selebihnya belum menikah.

Model permintaan rekreasi dibentuk berdasarkan hasil regresi linear berganda terhadap delapan faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kunjungan wisata di lokasi Kebun Binatang Ragunan antara lain, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, status perkawinan, tempat tinggal, pendapatan , dan biaya rekreasi. Peubah yang berpengaruh nyata pada taraf 95% adalah pekerjaan pokok, status perkawinan, tempat tinggal, pendapatan pokok, dan biaya rekreasi rata-rata.

Pada tahun 2006, Mulyani menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Pantai Carita Kabupaten Pandeglang. Karakteristik wisatawan di tempat wisata tersebut adalah kelompok muda (sebagian besar masih berumur 20 tahunan), dengan pekerjaan utama sebagai pegawai swasta dan pendapatan kurang dari Rp 12.000.000,00 per tahun. Sebagian besar wisatawan di Pantai Carita berasal dari Jakarta dan tingkat pendidikan akhir SLTA. Umumnya responden merupakan bagian dari rombongan wisata teman dengan jumlah rombongan yang bervariasi.

(36)
(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Konservasi eksitu merupakan salah satu cara melestarikan keanekaragaman hayati bangsa Indonesia. Selain itu juga sebagai alternatif pariwisata potensial yang mampu memberikan hiburan sekaligus pendidikan. Alternatif pariwisata ini mampu menambah wawasan wisatawan akan keanekaragaman sumberdaya hayati yang ada. Salah satu kawasan konservasi eksitu yang menyajikan keanekaragaman sumberdaya fauna adalah Taman Margasatwa Ragunan.

Karakteristik individu wisatawan dan kondisi daerah tujuan wisata pada dasarnya mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih daerah tujuan wisata. Karakteristik wisatawan yang dianalisis adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan daerah asal. Faktor yang diduga mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke TMR antara lain biaya perjalanan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, waktu luang, jarak tempuh, waktu di lokasi, lama mengetahui keberadaan TMR, umur, pekerjaan, dan status pernikahan.

(38)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shapiro seperti yang dikutip oleh Kotler dan Fox (1985: 243) dalam Yoeti (2002) menyebutkan bahwa wisatawan cenderung lebih sering percaya pada harga dalam membuat keputusan penting, terutama pada waktu mereka hilang kepercayaan dirinya dalam membuat keputusan. Hal demikian bisa saja terjadi pada wisatawan, mereka ragu tentang perjalanan wisata yang sedang ia ikuti yang dirasakan kurang menarik dibandingkan dengan apa yang ia lakukan pada daerah tujuan wisata lain.

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan tempat rekreasi berupa kebun binatang modern dengan berbagai koleksi satwa dan sarana hiburan lainnya. TMR sebagai kebun binatang terluas (140 ha) dan terbanyak koleksinya (3.200 ekor) memerlukan biaya pengelolaan yang tidak sedikit.

Survey yang pernah dilakukan oleh TMR tahun 2010 atas rata-rata keinginan membayar (williingness to pay) wisatawan adalah sebesar Rp 6.000,00-Rp 8.000,00, bahkan tidak sedikit yang mampu membayar sebesar 6.000,00-Rp 10.000,00. Saat ini, tiket masuk TMR hanya sebesar Rp 4.000,00, padahal tempat wisata eksitu lain di DKI Jakarta, seperti Sea World sudah mencapai Rp 50.000,00-Rp 60.000,00/orang. TMR sudah seharusnya menaikkan harga tiket masuk yang sesuai dengan standar pengelolaan eksitu yang baik namun tetap terjangkau oleh masyarakat.

(39)
(40)

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

: Objek Penelitian Karakteristik :

Jenis Kelamin Umur

Status Pernikahan Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Daerah asal

Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan

Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan TMR Konservasi Eksitu

Taman Margasatwa Ragunan

Manajemen Pengelolaan Wisatawan

Pembiayaan

Retribusi Tiket, dll Subsidi

(41)

IV. METODOLOGI PENELITAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April 2011. Pengambilan data dilakukan pada hari kerja dan hari libur dengan jumlah proporsi responden yang hampir sama sehingga diharapkan populasi dapat terwakili dengan baik pada hari kerja maupun hari libur. Pengambilan data dilakukan pada siang hari sampai sore hari sekitar pukul 10.00 sampai pukul 16.00 WIB.

Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) karena TMR memiliki koleksi satwa terbanyak dan area terluas bila dibandingkan dengan kebun binatang milik Pemda lainnya, namun harga tiket yang berlaku relatif lebih rendah dibandingkan harga tiket kebun binatang lain. Selain itu, bentuk TMR sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memungkinkan TMR untuk menaikkan tarif masuk pengunjung.

4.2 Populasi dan Sampel

(42)

N n =

1+Ne2 keterangan :

n = jumlah sampel N = populasi pengunjung e = batas kesalahan

Jumlah pengunjung rata-rata TMR selama lima tahun terakhir adalah 3.250.901 orang per tahun, dengan tingkat kesalahan 10%. Berdasarkan rumus di atas didapatkan jumlah sampel sebanyak 99,99 atau dibulatkan menjadi 100 responden.

4.3 Metode dan Prosedur Analisis

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung terhadap pengunjung TMR dengan bantuan kuesioner serta wawancara dengan pengelola (key person) dari Subbagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Pengunjung, Seksi Peragaan dan Kesejakteraan Satwa, tenaga medis, keeper, dan pegawai lainnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak pengelola dan dari studi literatur yang berkaitan dengan objek wisata TMR serta dari instansi-instansi terkait. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan TMR dalam lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),

b. Keseluruhan penerimaan yang diperoleh pengelola TMR dalam lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),

(43)

tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan per tahun, jumlah tanggungan keluarga, motivasi kunjungan, lama mengetahui TMR, jumlah rombongan, waktu tempuh, jenis kelamin, status pernikahan, dan alternatif wisata,

d. Harga tiket yang berlaku selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), e. Jumlah pengunjung selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),

f. Jumlah rata-rata penerimaan TMR dari hasil penjualan tiket selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010),

g. Jumlah rata-rata penerimaan TMR dari selain tiket (penggunaan fasilitas/sarana) selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010).

(44)

Tabel 3. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Jenis Data, Metode Pengambilan Data, dan Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Jenis Data

(45)

wisatawan

Data primer dan data sekunder yang akan diperoleh, dianalisis dengan metode statistik deskriptif dan metode statistik inferensia. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik wisatawan, sedangkan metode statistik inferensia digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR, yaitu model regresi linier berganda dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan pada beberapa asumsi:

1. Nilai rata-rata pengganggu sama dengan nol, yaitu E (

ε

i) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, 3,...,n, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari

ε

i tergantung pada Xi tertentu adalah 0.

2. Varian (

ε

i) = E (

ε

i2) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi Homoskedastisitas), artinya varian

ε

i untuk setiap i yaitu varian bersyarat untuk

ε

i adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ2

.

3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti Cov (

ε

i ,

ε

j) = 0, untuk i ≠ j.

4. Variabel bebas X1, X2,...,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas dari kesalahan pengganggu

ε

i , E (Xi

ε

i) = 0

5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas.

(46)

Unbiased Estimators) (Juanda, 2009). Secara umum, fungsi regresi dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = a0 + ∑ai Xi + εi keterangan :

Y = peubah tak bebas a0 = intersep

Xi = peubah bebas yang menjelaskan peubah tak bebas Y ai = parameter penduga Xi

ε i= error term (pengaruh sisa)

i = 1, 2, 3,...,n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi tersebut.

Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke TMR maka digunakan fungsi permintaan rekreasi sebagai berikut :

Y = a-β1TC+ β2I- β3F+ β4E+ β5FT- β6D+ β7B- β8L- β9A+ β10J + β11N+ε keterangan :

Y = Frekuensi kunjungan ke TMR dalam lima tahun terakhir (kali / 5 tahun) TC = Biaya perjalanan (Rp/Kunjungan)

I = Tingkat penghasilan responden (Rp/tahun) F = Jumlah tanggungan keluarga (orang) E = Tingkat pendidikan (tahun)

FT = Waktu luang responden dalam satu tahun (hari) D = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke TMR (Km) B = Waktu yang dihabiskan di lokasi (jam/kunjungan)

(47)

J = Pekerjaan (1=tidak bekerja, 2=sudah bekerja)

N = Status pernikahan (1=sudah menikah, 2=belum menikah) β1 – β11 = Koefisien regresi

ε = Error

Faktor yang diduga meningkatkan jumlah kunjungan adalah tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan. Semakin lama berada di lokasi maka akan semakin menggambarkan persepsi positif akan tempat wisata tersebut. Sedangkan faktor yang diduga akan menurunkan jumlah kunjungan adalah daerah asal karena terkait dengan jarak tempat tinggal dengan TMR, biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga, umur, dan lamanya mengetahui TMR.

Pendekatan untuk mengestimasi harga tiket yang optimum dalam penelitian ini menggunakan pendekatan manajerial. Menurut Wardiyanta (2006), pendekatan penelitian pariwisata dengan pendekatan manajerial bersifat mikro, yaitu berorientasi pada perusahaan pariwisata. Fokus kepada aktivitas manajemen seperti perencanaan, penelitian, penetapan harga, promosi, pengontrolan, dan seterusnya. Pendekatan ini banyak digunakan dalam penelitian pariwisata lebih merupakan sebuah industri.

(48)

untuk mengestimasi harga tiket yang optimum, harga tiket yang dapat direalisasikan, serta subsidi yang diberikan pemerintah sebelum dan sesudah dilakukan simulasi skenario kenaikan harga tiket adalah sebagai berikut.

Realisasi keuangan TMR dapat diketahui dari laporan keuangan tahunan. Anggaran, realisasi pengeluaran dan penerimaan, serta besarnya retribusi dapat dicermati di dalam laporan keuangan. Estimasi besarnya subsidi didapat dari pengeluaran yang terealisasi dikurangi dengan retribusi.

RS = RK – RR dimana : RS = realisasi subsidi

RK = realisasi pengeluaran rata-rata per tahun RR = retribusi rata-rata per tahun

Selain itu, dari besarnya penerimaan yang dianggarkan dengan penerimaan yang terealisasi dapat memperlihatkan ada atau tidaknya kekurangan dari pembiayaan yang seharusnya.

Harga tiket yang optimum bebas subsidi 100% didapat dari penerimaan seharusnya dari tiket masuk dibagi dengan jumlah wisatawan rata-rata dari tahun 2006-2010. Acuan yang digunakan adalah anggaran pengeluaran yang seharusnya atau dapat juga menggunakan realisasi pengeluaran rata-rata tahun 2006-2010.

TO = (RA-RZ) / W dimana : TO = harga tiket optimum

RA = anggaran rata-rata per tahun

RZ = retribusi rata-rata per tahun selain dari tiket masuk W = jumlah wisatawan rata-rata per tahun

(49)

Total penerimaan TMR didapat dari penjumlahan retribusi tiket dan retribusi selain tiket (penggunaan fasilitas/sarana). Retribusi dari tiket dikategorikan menjadi tiket dewasa, tiket anak, rombongan dewasa dan anak (potongan 25% dari harga asli). Realisasi pengeluaran rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010) didapat dari laporan keuangan TMR. Pengeluaran yang belum tertutupi dari tiket sehingga harus ditutupi dengan subsidi merupakan selisih dari total penerimaan dengan pengeluaran. Semua uraian yang digunakan menggunakan nilai rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010).

Subsidi rata-rata per tahun diperoleh dari realisasi pengeluaran rata-rata selama lima tahun terakhir dikurangi dengan total retribusi rata-rata per tahun dari tiket dan selain tiket. Hasil ahir berupa persentase subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah yaitu selisih dari pengeluaran yang belum tertutupi (yang harus disubsidi) dikurangi dengan realisasi pengeluaran rata-rata per tahun dikalikan 100%. Perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan persentase subsidi yang nantinya diberikan oleh pemerintah berdasarkan skenario kenaikan harga tiket adalah sebagai berikut :

TN = D + A + RD + RA + RZ dimana : TN = total penerimaan setelah adanya kenaikan tiket

D = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket dewasa A = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket anak

(50)

SN = (S / RK) x 100%

dimana : SN = estimasi persentase subsidi setelah ada kenaikan harga tiket S = pengeluaran rata-rata per tahun yang belum tertutupi

RK = realisasi pengeluaran rata-rata per tahun

Skenario kenaikan harga tiket (sebanyak X kali lipat) harus disesuaikan dengan karakteristik wisatawan, faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan, dan kesanggupan wisatawan untuk membayar. Ada kemungkinan harga tiket berada di bawah harga tiket optimum, meskipun harga tiket tersebut sudah dinaikkan. Implikasinya, pemerintah juga tetap harus mensubsidi TMR meskipun tidak sebanyak subsidi mula-mula atau hanya terjadi pengurangan subsidi dari rata-rata subsidi sebelumnya.

4.3.1 Pengujian Hipotesis

Model akan diuji berdasarkan hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis berdasarkan statistik bertujuan untuk melihat nyata tidaknya variabel-variabel bebas yang dipilih terhadap variabel-variabel tak bebas, dapat dilihat pada nilai-P (P-value). Berdasarkan nilai-P diketahui sampai berapa persen variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas (Irianto, 2008).

(51)

R2 = Jumlah Kuadrat Regresi = JKR Total Jumlah Kuadrat JKT

Nilai F statistik digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. F statistik adalah rasio dari jumlah kuadrat regresi dibagi dengan jumlah peubah bebas dengan kuadrat sisa dibagi dengan jumlah observasi dikurangi dengan jumlah peubah bebas dan dikurangi satu, sebagimana tercantum pada rumus berikut :

F = ∑ yi2 ∑ ei2/(n-k-1)

F statistik digunakan untuk menguji koefisien regresi secara menyeluruh dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 = b1 = b2 =...= bk = 0

H1 = paling sedikit ada satu nilai bi yang tidak sama dengan nol Pada model dilakukan uji-F. Adapun uji statistiknya adalah : Jika F statistik > F tabel, maka tolak H0

Jika F statistik < F tabel, maka terima H0

(52)

H0 = bi = 0

Hi = bi > 0 atau bi < 0 ; i = 1,2,3,...,k

Pengujian dengan perhitungan t statistik sebagai berikut :

Pada model dilakukan uji-t. Adapun uji statistiknya adalah : Jika t statistik > t tabel, tolak Ho

Jika t statistik < t tabel, terima Ho

Model yang diperoleh diuji apakah sudah termasuk (BLUE = Best Linear Unbiased Estimators) atau belum. Model yang termasuk BLUE harus memenuhi asumsi kenormalan, homoskedastisitas, non autokorelasi, dan non multikoleniaritas. Iriawan dan Astuti (2006) menjelaskan mengenai pemenuhan keempat asumsi tersebut, yaitu sebagai berikut :

Normalitas. Uji ini dilakukan dengan membuat histogram dan scatterplot, apabila histogram membentuk lonceng dan keberdaan titik-titik pada scatterplot menyebar, serta pada Probability Plot of Residual diketahui nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) yang diperoleh dari pengamatan kurang dari P-value, maka dapat disimpulkan residual model regresi linear yang dibuat mengikuti distribusi normal.

(53)

Sebaliknya jika nilai VIF variabel-variabel bebasnya lebih besar dari 10 maka persamaan tersebut mengalami multikolinearitas.

Homoskedastisitas. Homoskedastisitas adalah kesamaan varians atau penyebaran yang sama. Pendektesi kesamaan varians salah satunya dapat dilakukan dengan uji Park. Apabila nilai P hasil uji lebih dari α 0,20 maka model memenuhi syarat homoskedastisitas. Nilai 0,20 tersebut disesuaikan dengan taraf uji 20% yang digunakan dalam penelitian ini.

Non Autokorelasi. Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut.

1. 1,65 < DW < 2,35 maka non autokorelasi

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79, maka tidak dapat disimpulkan (inconclusive), dan

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autokorelasi.

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:

(54)

2. Tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke TMR. Artinya tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan akan meningkatkan jumlah kunjungan ke TMR.

(55)

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan

Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama Indonesia yaitu Bapak Raden Saleh menghibahkan lahan seluas 10 Ha di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat untuk Taman Margasatwa yang kemudian tepatnya pada tanggal 19 September 1864 diresmikan dengan nama ”Planten en Dierentuin” dan dikelola oleh perhimpunan penyayang flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Panten en Dierentuin of Batavia).

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Ir. Soekarno, maka pada tahun 1949 ”Planten en Dierentuin” diubah namanya menjadi ”Kebun Binatang en Dierentuin”. Pada saat itu pembangunan dan perkembangan Kota Jakarta terus dilakukan sehingga menyebabkan wilayah Cikini yang terletak di pusat Kota Jakarta tidak cocok lagi sebagai lokasi untuk Kebun Binatang. Untuk itu pada tahun 1964 oleh Dr. Soemarmo, Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta pada saat itu, dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang dengan diketuai drh. T.H.E.W Umboh dengan tugas utama memindahkan Kebun Binatang Cikini ke Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada lahan seluas 30 Ha yang merupakan hibah dari Pemda DKI Jakarta.

(56)

Kantor Taman Margasatwa Ragunan sampai tahun 2008 dan awal tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Taman Margasatwa Ragunan. Pada awal tahun 2010 namanya menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD) Taman Margasatwa Ragunan.

5.2 Karakteristik Kawasan

Taman Margasatwa Ragunan sebagai sarana konservasi satwa dan hutan kota di DKI Jakarta memiliki karakteristik kondisi yang cocok untuk dijadikan kawasan konservasi di tengah kota. Karakteristik Taman Margasatwa Ragunan dapat dilihat berdasarkan letak geografis dan topografi kawasan, serta iklim dan jenis tanahnya.

5.2.1 Letak Geografis dan Topografi Kawasan

TMR terletak di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat Kota Jakarta. Secara geografis TMR terletak pada 104o 48lBT dan 106o

15l LS. TMR berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut. TMR memiliki empat pintu masuk, yaitu Pintu Utara, Pintu Selatan, Pintu Timur, dan Pintu Barat. Pintu Utara berbatasan dengan Kelurahan Ragunan, Pintu Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di Jalan Sagu, Pintu Timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di Jalan Jatipadang dan Pintu Barat berbatasan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak di Jalan Raya Cilandak KKO.

5.2.2 Iklim dan Jenis Tanah

(57)

Laut menuju Barat Daya, pada musim hujan angin bertiup dari Barat Daya ke Barat Laut.

TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat netral dan berwarna merah. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan menghasilkan top soil tebal sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemda DKI Jakarta. Luas areal keseluruhan TMR adalah 147 ha yang digunakan untuk konservasi satwa.

5.3 Visi dan Misi Taman Margasatwa Ragunan

Visi TMR adalah mewujudkan Taman Margasatwa Ragunan sejajar dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi Taman Margasatwa Ragunan yaitu :

1. Meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya

2. Meningkatkan pengetahuan tentang satwa kepada masyarakat dalam rangka sosialisasi konservasi eksitu

3. Meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri

4. Meningkatkan hubungan antar daerah atau negeara melalui program tukar-menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri

5. Meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu

(58)

5.4 Sasaran Taman Margasatwa Ragunan

Taman Margasatwa Ragunan memiliki tujuh sasaran dalam pengelolaannya, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah koleksi flora dan fauna berdasarkan kelangkaannya 2. Meningkatnya jenis satwa berdasarkan berhasilnya pengembangbiakan

satwa

3. Meningkatnya partisipasi program insitu

4. Tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang 5. Tertanganinya masalah limbah

6. Meningkatnya angka kunjungan wisata 7. Meningkatnya kualitas SDM

5.5 Kedudukan Taman Margasatwa Ragunan

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.135 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola TMR Provinsi DKI Jakarta, kedudukan tugas dan fungsi TMR adalah sebagai berikut : 1. Unit Pengelola TMR merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan

dan Pertanian dalam pelaksanaan pengelolaan TMR.

2. Unit pengelola dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

5.6 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan

(59)

Provinsi DKI Jakarta, tugas TMR adalah melaksanakan pengelolaan TMR. Sedangkan fungsi Unit Pengelola TMR adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola

2. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola

3. Pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pelestarian lingkungan khusus dalam kawasan TMR.

4. Penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan/perawatan keanekaragaman satwa dan flora

5. Pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR

6. Penyelenggaraan promosi dan pameran fauna dan habitatnya

7. Pemungutan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi TMR

8. Pelaksanaan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta dalam rangka pengembangan TMR 9. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan

pemanfaatan data dan informasi mengenal satwa/fauna, flora dan habitat 10. Pelaksanaan publikasi kegiatan Unit Pengelola TMR

11. Penelitian dan pendidikan lingkungan yang berkenaan dengan satwa/fauna, flora, habitat, dan konservasi.

12. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang

(60)

15. Penyiapan bahan laporan Dinas Kelautan dan Petanian yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelola

16. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola

5.7 Sarana Prasarana dan Aksesibilitas

Secara fungsional, bangunan fisik di TMR terdiri dari beberapa bangunan utama dan beberapa bangunan penunjang yang berfungsi mendukung semua kegiatan di TMR. Sarana dan prasarana di TMR antara lain locket tiket, kamar kecil, rumah sakit hewan, tempat sampah, musholla, telepon umum, rumah makan, Pusat Primata Schmutzer, rakit wisata, area memancing, perahu angsa, piknik area, Taman Satwa Anak, area bermain anak, kantor TMR, Pusat Informasi, dan souvenir shop. Biaya pemakaian fasilitas/sarana TMR terlampir pada Lampiran 6.

Aksesibilitas menuju TMR dapat ditempuh mulai dari Pasar Minggu kemudian dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan Kopaja 68, angkutan S15A, Kopaja S612 rute Ragunan – Kampung Melayu di pintu keluar barat atau dekat kompleks Polri, Kopaja S19 atau Kopaja 602 rute Ragunan – Tanah Abang dan Jalan TB.Simatupang dengan menggunakan bus Transjakarta yang mulai beroperasi pada awal tahun 2007.

5.8 Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia di TMR

(61)

Tabel 4. Data Jumlah Pegawai Taman Margasatwa Ragunan

Sumber : Subbagian Tata Usaha Taman Margasatwa Ragunan Per April 2011

Dari jumlah tersebut hampir 75% karyawan bekerja di lapangan yaitu : di bidang Peragaan Satwa, bidang Sarana Fisik dan Kebersihan, dan selebihnya berada di staf kantor sebagai penata administrasi. TMR memiliki 20 orang guide, 7 orang dokter hewan, dan 12 orang kurator.

Hari kerja yang diberlakukan instansi ini untuk pegawai adalah enam hari kerja dalam seminggu (hari Minggu diberi honor tambahan) dengan satu hari libur antara hari Senin sampai Sabtu yang berbeda setiap orangnya. Waktu kerja pada hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu dimulai pada pukul 08.00-16.00, sedangkan pada hari jumat dan minggu dimulai pukul 07.00-16.30 WIB, kecuali bagi petugas keamanan yang bekerja secara bergiliran setiap 9 jam.

(62)

Sumberdaya alam berupa fauna di TMR merupakan daya tarik utama yang diberikan kepada para pengunjung. Pengadaan satwa di TMR diperoleh dengan cara :

a. Hasil pengembangbiakkan atau pemeliharaan TMR

b. Program tukar-menukar satwa dengan kebun bunatang lain dalam maupun luar negeri

c. Hasil sitaan Ditjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) d. Sumbangan dari masyarakat

e. Penggantian biaya rawat satwa dan hadiah kenegaraan

Data koleksi satwa di TMR per 31 Desember 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 5. Data Koleksi Satwa per 31 Desember 2010 No Kelas/Class Bangsa/

Sumber : Laporan Inventaris Satwa (Animal Collection) Ragunan Zoological Parks, 2011

Selain satwa yang memang sengaja dipelihara, terdapat juga satwa hidup liar di TMR. Data satwa yang hidup liar di TMR per 31 Desember 2010 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 6. Estimasi Data Satwa Hidup Liar di TMR per 31 Desember 2010 No Kelas/

(63)

5.9 Jumlah Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan

Wisatawan TMR mengalami kenaikan pertahunnya, wisatawan di tahun 2010 merupakan jumlah paling tinggi selama lima tahun terakhir. Kunjungan paling rendah terjadi pada tahun 2006. Data jumlah pengunjung yang ada tidak dibedakan antara wisatawan lokal dan wisatawan asing. Jumlah wisatawan TMR dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Wisatawan TMR Tahun 2006-2010

No Tahun Jumlah (orang)

1 2006 2.553.087

2 2007 3.379.561

3 2008 3.302.549

4 2009 3.439.102

5 2010 3.580.204

Rata-rata 3.250.901

Sumber : Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margsatwa Ragunan, 2011

(64)

Gambar 2. Grafik Jumlah Wisatawan TMR per Bulan di Tahun 2010

Sumber : Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margasatwa Ragunan, 2011

5.10 Struktur Organisasi TMR

(65)

5.11 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan

Jumlah wisatawan yang dipilih sebagai responden sebanyak seratus orang. Karakteristik responden TMR yang dianalisis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah tanggungan keluarga, dan daerah asal. Karakteristik responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi

No Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin

3 Status Pernikahan

Belum Menikah 55 55

Sudah Menikah 45 45

4 Pendidikan

Pegawai Swasta 23 23

Wiraswasta 13 13

Ibu Rumah Tangga 15 15

Pengangguran 1 1

PNS 10 10

Buruh Pabrik 7 7

(66)

No Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

6 Penghasilan (Rp/tahun)

9.000.000,00-24.000.000,00 60 60

24.000.000,01-39.000.000,00 21 21

39.000.000,01-54.000.000,00 13 13

54.000.000,01-69.000.000,00 6 6

7 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)

0 48 48

Jakarta Selatan 45 45

Jakarta Timur 12 12

Jakarta Utara 5 5

Tangerang 8 8

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011

Responden wisatawan TMR terdiri dari pria sebanyak 47 orang dan wanita sebanyak 53 orang. Berdasarkan umur, responden wisatawan TMR dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Kelompok umur 17-27 tahun sebanyak 55% dari total responden, umur 28-37 tahun sebanyak 25% dari total responden, umur 38-47 tahun sebanyak 11% dari total responden, dan umur 48-57 tahun sebanyak 9% dari total responden.

(67)

stamina yang sudah mulai menurun untuk berjalan kaki dalam jarak jauh dan rutinitas yang padat.

Umumnya responden yang ditemui belum menikah yaitu sebanyak 55% dari total responden. Mereka melakukan rekreasi bersama teman dekat atau rekan-rekannya untuk mengisi waktu luang. Suasana TMR yang asri sangat diminati oleh kaum muda, selain itu luas TMR sebesar 140 ha mampu menjadi daya tarik tersendiri sebagai kawasan rekreasi yang dapat dinikmati hanya dengan berjalan kaki berkeliling dan duduk sesekali. Responden yang sudah menikah juga persentasenya cukup besar yaitu 45% dari total responden. Hal ini menandakan bahwa TMR merupakan kawasan wisata yang diminati dari segala golongan baik oleh kaum muda yang belum menikah, ataupun mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Kaum muda biasanya lebih tertarik dengan suasana sejuk TMR, sedangkan mereka yang sudah berkeluarga lebih memilih TMR untuk menambah wawasan tentang jenis-jenis satwa kepada anak.

Berdasarkan hasil survey, tingkat pendidikan terakhir wisatawan responden TMR adalah lulus SD sebanyak 4% dari total responden, lulus SMP sebanyak 29% dari total responden, lulus SMA sebanyak 35% dari total responden, Akademi/Diploma sebanyak 3% dari total responden, S1 sebanyak 28% dari total responden, dan S2 hanya 1% dari total responden. Sebagian besar tingkat pendidikannya adalah lulusan SMA yaitu sebesar 35% dari total responden. Hal ini mengindikasikan bahwa TMR lebih diminati oleh wisatawan dengan daya intelektual yang sedang.

(68)

buruh pabrik, dan lainnya. Hasil survey kepada seratus responden TMR menyatakan bahwa yang memiliki kegiatan sebagai pelajar berjumlah 13 orang, mahasiswa berjumlah 13 orang, ABRI berjumlah 2 orang, pensiunan berjumlah 2 orang, pegawai swasta berjumlah 23 orang, wiraswasta berjumlah 13 orang, ibu rumah tangga berjumlah 15 orang, pengangguran 1 orang, PNS berjumlah 10 orang, buruh pabrik berjumlah 7 orang, dan lainnya hanya 1 orang atau hanya 1% dari total responden.

Berdasarkan hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa 23% dari total responden adalah pegawai swasta yang merupakan persentase terbesar. Sebesar 99% dari total responden sudah memiliki pekerjaan sehingga mereka akan lebih memilih untuk melakukan rekreasi saat hari libur (Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional) sebagai hari yang sesuai untuk berkunjung ke TMR. Namun, bila dilihat dari peresentase yang cukup merata, dapat dikatakan bahwa TMR diminati oleh wisatawan dari berbagai latar belakang pekerjaan.

Penghasilan adalah pendapatan utama yang diterima responden dalam satu tahun terakhir ditambah dengan pendapatan sampingan bila mereka memiliki pekerjaan sampingan, serta tunjangan hari raya dan bonus jika ada. Untuk pelajar dan mahasiswa, penghasilan yang dimaksud adalah jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, dan hadiah) per bulan yang mereka peroleh yang dihitung dalam tahun.

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Jenis Data, Metode
Tabel 7. Jumlah Wisatawan TMR Tahun 2006-2010
Gambar 2. Grafik Jumlah Wisatawan TMR per Bulan di Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait