• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Risiko Produksi dan Analisis Risiko Harga Tomat di Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Risiko Produksi dan Analisis Risiko Harga Tomat di Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG

MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI DAN ANALISIS

RISIKO HARGA TOMAT DI DESA GEKBRONG

KABUPATEN CIANJUR

TEDI ADITIA LESMANA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Risiko Produksi dan Analisis Risiko Harga Tomat di Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Tedi Aditia Lesmana

(4)

ABSTRAK

TEDI ADITIA LESMANA. Analisis Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Risiko Produksi dan Analisis Risiko Harga Tomat di Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Pada 2007 sampai 2011, produksi tomat di Kabupaten Cianjur mengalami fluktuasi yang mengindikasikan adanya risiko produksi. Harga jual tomat yang berfluktuasi antara Januari sampai Desember 2012 juga mengindikasikan adanya risiko harga. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani tomat di Desa Gekbrong, serta menganalisis tingkat risiko harga yang dihadapi oleh petani tomat di Desa Gekbrong. Penelitian dilakukan menggunakan model fungsi produksi Just and Pope untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi risiko produksi. Perhitungan nilai varians, standar deviasi, dan koefisien variasi dilakukan untuk menghitung tingkat risiko harga. Berdasarkan hasil perhitungan, pupuk kandang dan pupuk unsur K menjadi faktor yang menimbulkan risiko. Sedangkan pupuk unsur N, pupuk unsur P, insektisida cair, pupuk daun, fungisida, dan musim kemarau menjadi faktor yang mengurangi risiko. Dilihat dari nilai varians, standar deviasi, maupun koefisien variasi, penjualan tomat ke koperasi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan menjual tomat ke pengumpul.

Kata kunci: risiko harga, risiko produksi, tomat

ABSTRACT

TEDI ADITIA LESMANA. Analysis of Production Factors Affecting Production Risk and Analysis of Price Risk of Tomato in Gekbrong, Cianjur. Supervised by TINTIN SARIANTI.

At 2007 to 2011, the production of tomatoes in Cianjur fluctuated that indicated production risks. The selling price of tomatoes which fluctuates between January and December 2012 also indicates the price risk. The objectives of this research were to analyze the effect of production factors on production risks which were faced by tomato farmers in Gekbrong, and to analyze the level of price risk which were faced by tomato farmers in Gekbrong. This research used

Just and Pope’s production function model to analyze the effect of production factors on production risks. Value of variance, standard deviation, and coefficient of variation were used to calculate the level of price risk. Based on calculations, the manure and potassium fertilizer were the risk inducing factors. While nitrogen fertilizer, phosphor fertilizer, liquid insecticides, leaf fertilizer, fungicide, and dry season were the risk reducing factors. Based on the value of variance, standard deviation, and coefficient of variation, the selling of tomatoes to cooperation has lower level risk than selling tomatoes to middleman.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG

MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI DAN ANALISIS

RISIKO HARGA TOMAT DI DESA GEKBRONG

KABUPATEN CIANJUR

TEDI ADITIA LESMANA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Risiko Produksi dan Analisis Risiko Harga Tomat di Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur

Nama : Tedi Aditia Lesmana NIM : H34090050

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP. MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Risiko Produksi dan Analisis Risiko Harga Tomat di Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur.

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapa, Mamah, serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya sehingga penulis bisa menyelesaikan seluruh proses penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tintin Sarianti, SP. MM selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen pembimbing akademik, serta Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP. M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan Departemen Agribisnis yang telah banyak memberikan saran untuk hasil karya ilmiah yang lebih baik.

Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Sabar beserta keluarga dan Bapak Uden yang telah sangat membantu penulis dalam proses penelitian, kepada petani tomat di Desa Gekbrong, kepada Kepala dan seluruh Staf Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Gekbrong, serta seluruh dinas dan instansi yang telah memberikan informasi serta masukan bagi penulis dalam pengumpulan data.

Terima kasih penulis ucapkan juga kepada seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis FEM IPB yang telah memberikan bantuan dan masukan bagi penulis. Terima kasih untuk seluruh staf perpustakaan pusat maupun fakultas. Tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada Tanoto Foundation yang telah membantu dalam proses pembiayaan penelitian dan penyusunan skripsi sehingga keseluruhan proses dapat terlaksana dengan lancar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman Agribisnis 46 atas seluruh semangat, doa, dukungan, dan kebersamaan yang telah terjalin selama ini. Terima kasih kepada teman-teman Ikatan Kekeluargaan Cirebon Institut Pertanian Bogor, teman-teman Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis periode 2010-2012, serta teman-teman Bina Desa BEM KM IPB periode 2009-2011 yang telah memberikan banyak pengalaman dan pelajaran.

Terima kasih atas seluruh dukungan dan bantuan kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Tinjauan Umum Komoditas Tomat 8

Budidaya Tomat 9

Analisis Risiko Produksi Komoditas Pertanian 11

Analisis Risiko Harga Komoditas Pertanian 12

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Teori Produksi dan Fungsi Produksi 13

Teori Risiko 14

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Data dan Sumber Data 18

Metode Pengambilan Sampel 18

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan Data 19

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27

Karakteristik Petani Responden 28

Keragaan Usahatani 34

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI TOMAT 41

Uji Asumsi Klasik 41

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tomat 42 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Tomat 47

ANALISIS TINGKAT RISIKO HARGA TOMAT 53

Tingkat Risiko Harga Tomat 54

Alternatif Strategi Penanganan Risiko Harga 58

SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 60

(10)

LAMPIRAN 63

(11)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB atas harga berlaku sektor pertanian tahun 2007 sampai

2011 (dalam miliar rupiah) 1

2 Nilai PDB hortikultura tahun 2006 sampai 2010 (dalam miliar rupiah) 2 3 Nilai produksi sayuran di Indonesia tahun 2007 sampai 2011 (dalam

ton) 2

4 Nilai produksi lima jenis sayuran dengan produksi tertinggi di

Indonesia (dalam ton) 3

5 Nilai produksi tomat tahun 2007 sampai 2011 (dalam ton) 3 6 Nilai produktivitas tomat dan pertumbuhannya tahun 2007 sampai

2011 menurut kabupaten di Jawa Barat (dalam ton per hektar) 4

7 Kandungan gizi tomat 8

8 Luas lahan Desa Gekbrong berdasarkan penggunaannya 27

9 Data kelompok tani di Desa Gekbrong 28

10 Umur petani responden 29

11 Data tingkat pendidikan responden 30

12 Pengalaman berusahatani tomat 30

13 Status kepemilikan lahan petani 31

14 Sumber modal usahatani 31

15 Luas lahan usahatani 32

16 Nilai produktivitas petani responden 32

17 Pola tanam petani responden 33

18 Musim tanam dalam proses budidaya tomat 34

19 Sistem pemasaran tomat 34

20 Hasil pendugaan fungsi produktivitas rata-rata usahatani tomat 42 21 Hasil pendugaan fungsi varians produktivitas usahatani tomat 47

22 Pengukuran tingkat risiko harga tomat 57

DAFTAR GAMBAR

1 Fluktuasi produktivitas sampel petani tomat di Desa Gekbrong

(musim tanam tahun 2012) 5

2 Rata-rata harga produsen tomat di Kabupaten Cianjur selama Januari

sampai Desember 2012 6

3 Kurva Produk Total, Produk Marjinal, dan Produk Rata-rata 14 4 Kerangka operasional analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

risiko produksi tomat dan tingkat risiko harga tomat di Desa

Gekbrong Kabupaten Cianjur 17

5 Persiapan lahan 35

6 Pupuk yang digunakan dalam usahatani tomat 36

7 Pemasangan mulsa 36

8 Penyemaian 37

9 Pembuatan lubang tanam 37

10 Pengikatan tomat ke ajir bambu 38

11 Penanaman 38

(12)

13 Panen dan hasil panen 40

14 Harga jual tomat di koperasi 55

15 Harga jual tomat di pengumpul 55

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Normalitas 63

2 Uji Multikolonieritas 64

3 Uji Autokorelasi 65

4 Uji Heteroskedastisitas 66

5 Hasil estimasi fungsi produktivitas rata-rata usahatani tomat di Desa Gekbrong Kabupaten Cianjur periode tanam tahun 2012 67 6 Hasil estimasi fungsi varians produktivitas usahatani tomat di Desa

Gekbrong Kabupaten Cianjur periode tanam tahun 2012 68

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pertanian yang cenderung meningkat selama periode tahun 2007 sampai 2011. Meskipun mengalami peningkatan, persentase nilai PDB sektor pertanian terhadap nilai PDB total Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Nilai PDB sektor pertanian tahun 2007 sampai 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai PDB atas harga berlaku sektor pertanian tahun 2007 sampai 2011 (dalam miliar rupiah)a

Tahun PDB sektor Pertanian PDB Persentase

2007 541 931.50 3 950 893.20 13.72%

2008 716 656.20 4 948 688.40 14.48%

2009 857 196.80 5 606 203.40 15.29%

2010b 985 448.80 6 436 270.80 15.31%

2011c 1 093 466.00 7 427 086.10 14.72%

aDiolah dari Badan Pusat Statistik, 2013; bAngka Sementara; cAngka Sangat Sementara.

Selain berperan dalam nilai PDB, sektor pertanian berpengaruh besar bagi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2012), komposisi penduduk yang bekerja di sektor pertanian selama tahun 2008 sampai 2010 masih cukup mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sektor yang lain, meskipun jumlahnya cenderung menurun. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan bahwa tahun 2008 persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 41.83 persen, menurun menjadi 41.18 persen pada tahun 2009, dan 39.87 persen pada tahun 2010.

(14)

2

Tabel 2 Nilai PDB hortikultura tahun 2006 sampai 2010 (dalam miliar rupiah)a

Tahun Komoditas

Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias Biofarmaka

2006 35 447.59 24 694.25 4 734.27 3 762.41

2007 42 362.48 25 587.03 4 740.92 4 104.87

2008 47 059.78 28 205.27 5 084.78 3 852.67

2009 48 436.70 30 505.71 5 494.24 3 896.90

2010 45 481.89 31 244.16 6 173.97 3 665.44

aSumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, 2011

Nilai PDB yang diberikan sayuran masih lebih kecil dibandingkan buah-buahan, namun sayuran memiliki nilai PDB yang terus meningkat, berbeda dengan buah-buahan yang mengalami penurunan yang terjadi pada tahun 2010. Nilai PDB hortikultura yang cenderung meningkat selama tahun 2006 sampai 2010 salah satunya disebabkan oleh peningkatan produksi sayuran di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2013), produksi sayuran di Indonesia cenderung mengalami peningkatan sejak tahun 2007 sampai 2011 meskipun terdapat penurunan produksi pada tahun 2010. Nilai produksi sayuran di Indonesia selama tahun 2007 sampai 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai produksi sayuran di Indonesia tahun 2007 sampai 2011 (dalam ton)a Tahun Nilai Produksi Sayuran (ton)

2007 9 491 139

2008 9 950 107

2009 10 753 419

2010 10 699 420

2011 11 394 891

aSumber: Badan Pusat Statistik, 2013

(15)

3 Tabel 4 Nilai produksi lima jenis sayuran dengan produksi tertinggi di Indonesia

(dalam ton)a

Tahun Bawang Merah Kentang Kubis Cabai Tomat

2007 802 810 1 003 733 1 288 740 1 128 792 635 474 2008 853 615 1 071 543 1 323 702 1 153 060 725 973 2009 965 164 1 176 304 1 358 113 1 378 727 853 061 2010 1 048 934 1 060 805 1 385 044 1 328 864 891 616 2011 893 124 955 488 1 363 741 1 903 229 954 046

aSumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Tomat dapat dibudidayakan hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Namun tidak seluruh provinsi mampu memproduksi tomat dengan jumlah yang besar. Setidaknya ada empat provinsi yang mampu memproduksi tomat dengan nilai yang cukup besar dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selama periode tahun 2007 sampai 2011, Jawa Barat selalu menjadi produsen tomat terbesar di Indonesia. Tabel 5 menunjukkan nilai produksi tomat di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur selama tahun 2007 sampai 2011.

Tabel 5 Nilai produksi tomat tahun 2007 sampai 2011 (dalam ton)a

Tahun Provinsi

Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

2007 76 699 267 220 40 794 33 237

2008 69 134 269 404 55 475 46 046

2009 90 147 309 653 61 303 56 626

2010 84 353 304 774 76 462 56 342

2011 93 386 354 832 73 009 67 646

aSumber: Badan Pusat Statistik, 2013

(16)

4

Tabel 6 Nilai produktivitas tomat dan pertumbuhannya tahun 2007 sampai 2011 menurut kabupaten di Jawa Barat (dalam ton per hektar)a

Tahun

Kabupaten

Nilai produktivitas Pertumbuhan

Bandung Garut Cianjur Bandung Garut Cianjur

2007 28.04 26.81 33.89

2008 48.79 27.79 13.91 74.00% 3.67% -58.95%

2009 94.92 46.80 49.19 94.54% 68.43% 253.67%

2010 62.17 27.13 15.42 -34.50% -42.04% -68.66%

2011 118.44 21.73 27.40 90.51% -19.88% 77.78%

aDiolah dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2013

Jika dilihat dari nilai produktivitasnya, ketiga kabupaten penghasil tomat tertinggi di Jawa Barat mengalami fluktuasi dalam nilai produktivitas tomat. Dilihat dari pertumbuhan produktivitas per tahunnya, Kabupaten Cianjur mengalami perubahan yang sangat besar dalam nilai produktivitas tomat yang mengindikasikan adanya risiko yang besar juga dalam proses produksinya. Adanya fluktuasi produksi menyebabkan jumlah tomat di pasar pada suatu waktu bisa mencapai jumlah yang sedikit dan pada waktu lainnya bisa melebihi permintaan konsumen. Dalam kehidupan sehari-hari, jumlah produk yang sedikit atau langka akan membuat harga produk tersebut menjadi lebih tinggi, dan sebaliknya. Fluktuasi yang terjadi pada produksi tomat akan mengakibatkan adanya fluktuasi pada harga tomat, baik itu harga jual produsen maupun harga beli konsumen. Ketersediaan tomat di pasar akan berpengaruh terhadap tingkat harga tomat yang terjadi di pasar.

Kecamatan Gekbrong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cianjur yang memiliki produktivitas tomat yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Cianjur. Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur tahun 2011, Kecamatan Gekbrong memiliki produktivitas tomat rata-rata 49 ton per hektar, termasuk dalam 4 kecamatan yang memiliki nilai produktivitas tomat terbesar di Kabupaten Cianjur. Tahun 2012, menurut data Badan Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Gekbrong, produktivitas tomat di Kecamatan Gekbrong rata-rata sebesar 35 ton per hektar. Berdasarkan data tersebut, terjadi penurunan produktivitas tomat di Kecamatan Gekbrong yang dapat diakibatkan oleh berbagai macam kendala.

Perumusan Masalah

(17)

5 Kondisi alam di Desa Gekbrong juga mendukung dan berpotensi untuk melakukan budidaya tanaman sayuran seperti tomat, cabai, brokoli, sawi, bawang daun, wortel, dan lainnya.

Petani di Desa Gekbrong umumnya membudidayakan komoditi tomat di antara tanaman hortikultura lainnya. Produksi tomat yang dilakukan oleh petani tidak selalu memberikan hasil panen yang stabil. Berdasarkan sampel dari 38 orang petani tomat yang ada di Desa Gekbrong, diketahui bahwa selama periode tanam tahun 2012, nilai produktivitas tomat yang dihasilkan oleh petani memiliki nilai terendah sebesar 0.97 ton per hektar dan nilai tertinggi sebesar 65 ton per hektar dengan nilai rata-rata 21.61 ton per hektar serta terlihat adanya fluktuasi produktivitas tomat di antara petani.

Fluktuasi produktivitas mengindikasikan adanya fluktuasi produksi yang terjadi. Fluktuasi produksi yang terjadi menunjukkan adanya risiko pada kegiatan produksi tomat yang dilakukan petani tomat di Desa Gekbrong. Risiko produksi dapat diakibatkan oleh berbagai macam kendala dari faktor internal maupun faktor eksternal produksi. Faktor internal yang dapat mempengaruhi produksi tomat antara lain penggunaan pupuk, berbagai pestisida yang digunakan, dan berbagai input produksi lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi produksi tomat di antaranya pengaruh musim pada saat kegiatan usahatani tomat. Fluktuasi produktivitas sampel petani tomat di Desa Gekbrong dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Fluktuasi produktivitas sampel petani tomat di Desa Gekbrong (musim tanam tahun 2012)

Sumber: Data primer, 2013

(18)

6

permintaan dan penawaran di pasar, sehingga dalam kondisi tertentu saat jumlah tomat meningkat, harga jual tomat bisa sangat rendah, dan ketika jumlah tomat menurun karena adanya kendala dalam proses produksi, harga jual tomat bisa meningkat. Harga jual tomat bisa berfluktuasi bahkan hanya dalam hitungan hari. Menurut laporan harian harga produsen komoditas sayuran tingkat kabupaten/kota yang dikeluarkan Departemen Pertanian Republik Indonesia, selama periode Januari sampai Desember 2012 rata-rata harga jual tomat tertinggi di Kabupaten Cianjur terjadi pada Bulan Januari yang mencapai Rp4 023.81 per kilogram sedangkan rata-rata harga jual tomat terendah terjadi pada Bulan November yaitu sebesar Rp850.00 per kilogram. Fluktuasi rata-rata harga tomat di Kabupaten Cianjur selama periode Bulan Januari sampai Desember 2012 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Rata-rata harga produsen tomat di Kabupaten Cianjur selama Januari sampai Desember 2012

Sumber: Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2013

Menurut hasil wawancara kepada petani tomat di Desa Gekbrong, terdapat dua tujuan utama penjualan hasil panen tomat, yaitu koperasi dan pasar lokal. Penjualan ke koperasi ditujukan ke koperasi Mitra Tani Parahyangan yang terletak di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, yang letaknya tidak terlalu jauh dari Desa Gekbrong. Penjualan ke pasar lokal ditujukan ke pasar Tanah Tinggi, Kramat Jati, serta pasar Cianjur. Menurut petani, penjualan tomat ke koperasi maupun ke pasar lokal melalui pengumpul tetap tidak menghindarkan mereka dari kemungkinan adanya risiko harga jual tomat. Fluktuasi harga jual tomat tetap terjadi, namun dengan nilai harga yang berbeda-beda antara menjual ke koperasi dengan menjual ke pengumpul.

(19)

7 Adanya fluktuasi produktivitas antar petani tomat di Desa Gekbrong serta fluktuasi yang terjadi pada harga jual tomat menjadi kendala dalam pelaksanaan usahatani tomat di Desa Gekbrong. Dilihat dari penjabaran tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan yang selanjutnya akan dijadikan bahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani tomat di Desa Gekbrong?

2. Bagaimana tingkat risiko harga yang dihadapi oleh petani tomat di Desa Gekbrong?

Tujuan Penelitian

Menurut penjabaran latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani tomat di Desa Gekbrong.

2. Menganalisis tingkat risiko harga yang dihadapi oleh petani tomat di Desa Gekbrong.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan mampu memberikan informasi dan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:

1. Bagi petani tomat, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan produksi dan penjualan hasil panen tomat karena adanya risiko produksi dan risiko harga tomat.

2. Bagi masyarakat, sebagai informasi adanya risiko dalam pelaksanaan produksi dan penjualan hasil panen tomat yang mengakibatkan harga tomat di pasar mengalami fluktuasi

3. Bagi instansi terkait, memberikan informasi sebagai bahan kajian pengembangan pelatihan atau penyuluhan bagi petani dan penentuan berbagai kebijakan bagi petani tomat dalam hal produksi maupun penjualan hasil panen tomat.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Komoditas Tomat

Menurut Andrew F. Smith dalam bukunya The Tomato in America, tomat berkemungkinan besar berasal dari dataran tinggi pantai barat Amerika Selatan. Iris E. Peralta dan David M. Spooner dalam American Journal of Botany (2001) juga menyebutkan bahwa delapan spesies tomat liar berasal dari sebelah barat Amerika Selatan. Trisnawati dan Setiawan (1994) menuliskan bahwa sejarah tomat dimulai dari daratan Amerika Latin, lebih tepatnya di sekitar Peru, Equador. Dari daerah inilah tanaman tomat mulai menyebar ke seluruh bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama kemudian, orang Meksiko mulai membudidayakan tanaman ini. Tanaman tomat mulai masuk ke Eropa sekitar awal abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke Benua Asia dimulai dari Filipina melalui jalur Amerika Selatan.

Pada kehidupan sehari-hari, ada sedikit perdebatan klasifikasi tomat ke dalam buah-buahan atau sayuran. Secara botani, tomat adalah buah karena dalam klasifikasi tumbuhan ada bagian-bagian seperti biji, akar, batang, daun, dan buah. Dilihat dari sudut pandang kuliner, tomat digolongkan ke dalam jenis sayuran, karena biasanya disajikan sebagai bagian dari salad atau hidangan utama, bukan sebagai makanan penutup layaknya buah-buahan. Smith menulis dalam bukunya bahwa pada tahun 1893 Mahkamah Agung Amerika Serikat menetapkan tomat termasuk ke dalam golongan sayuran. Departemen Pertanian Republik Indonesia juga menggolongkan tomat ke dalam kelompok sayuran.

Dilihat dari sisi kesehatan, tomat memiliki kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi. Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005, kandungan zat gizi tomat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kandungan gizi tomata

Kandungan Jumlah Satuan

Kalori 20 kkal

Protein 1 Gram

Lemak 0.3 Gram

Karbohidrat 4.2 Gram

Kalsium 5 miligram

Vitamin A 1 500 SI (Satuan Indonesia)

Vitamin C 40 miligram

aDepartemen Kesehatan RI, 2005

(21)

9 yang lebih besar terhadap serapan pasar. Peningkatan jumlah penduduk, pendidikan, kesadaran gizi, dan peningkatan pendapatan masyarakat juga akan meningkatkan kebutuhan tomat. Selain itu, kemajuan di bidang industri pengolahan akan berperan terhadap besarnya serapan pasar tomat, sedangkan kemajuan di bidang tranportasi akan lebih menunjang pemasarannya.

Proses budidaya tomat tidak terlepas dari adanya risiko. Salah satu penyebab adanya risiko dalam proses budidaya tomat adalah adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat. Berdasarkan Standar Operasional Prosedur Tomat yang dikeluarkan Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka pada tahun 2010, beberapa jenis hama yang menyerang tomat adalah ulat tanah, lalat buah, ulat buah tomat, kutu kebul, ulat grayak, dan pengorok daun. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman tomat yaitu penyakit rebah kecambah, penyakit antraknosa, penyakit bercak daun septoria, penyakit bercak daun, penyakit busuk daun, penyakit bulukan, penyakit layu fusarium, dan layu bakteri.

Budidaya Tomat

Standar Operasional Prosedur (SOP) Tomat yang dikeluarkan Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka pada tahun 2010 telah menentukan target untuk usaha budidaya tomat. Target yang akan dicapai dalam penerapan SOP tersebut adalah tercapainya produksi optimal dengan budidaya di lapang, mutu produksi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, dan meningkatnya ekspor tomat. Target produktivitas yang akan dicapai untuk tomat adalah 25 ton per hektar.

Target mutu yang akan dicapai dengan penerapan SOP tomat antara lain: 1. Ukuran tomat yang dihasilkan seragam tergantung permintaan pasar. 2. Kesamaan sifat varietas seragam.

3. Keseragaman tingkat kematangan buah.

4. Utuh, bebas dari memar, tidak pecah, busuk, terbelah, atau terkelupas. 5. Berat tomat yang dihasilkan rata-rata 30 persen besar (lebih dari 150 gram

per buah), 35 persen sedang (100 sampai 150 gram per buah), dan 35 persen kecil (kurang dari 100 gram per buah).

6. Buah aman untuk dikonsumsi. 7. Rasa tomat segar.

Kegiatan budidaya tomat berdasarkan SOP tomat terbagi ke dalam 10 jenis kegiatan. Kegiatan budidaya dimulai dengan penyediaan benih, persiapan lahan, penanaman, pemasangan ajir, perempelan, pengairan, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), panen, dan pascapanen.

(22)

10

Pemasangan ajir merupakan kegiatan memasang penyanggah/penopang dekat dengan tanaman tomat. Perempelan merupakan kegiatan membuang tunas air atau tunas samping yang tidak produktif dalam rangka pembentukan tanaman. Perempelan juga dilakukan untuk membuang daun tua, daun terserang penyakit, dan buah yang terserang hama atau penyakit. Pengairan yaitu memberikan air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat.

Pemupukan merupakan penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila kandungan unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pengendalian OPT dilakukan dengan sistem terpadu untuk menurunkan populasi OPT atau intensitas serangan sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan aman bagi lingkungan manusia. Panen merupakan kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan fisiologis sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Pascapanen mencakup kegiatan pengelolaan buah setelah panen hingga siap didistribusikan ke konsumen.

Abidin et al. (1997) menjelaskan bahwa waktu tanam yang tepat sangat penting untuk budidaya tanaman tomat, karena tanaman ini sangat rentan terhadap keadaan lingkungan terutama temperatur, kelembaban, intensitas cahaya, air irigasi, dan drainase. Menurut Villareal (1980) dalam buku yang ditulis Abidin et al. (1997), curah hujan tinggi disertai temperatur yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pembuahan (fruitset) dan meningkatnya serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum, sehingga hasil buahnya akan rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko produksi tomat pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau.

Menurut Jacob dan Uexkull (1960) dalam Abidin et al. (1997), Nitrogen, Fosfor, dan Kalium merupakan golongan unsur hara utama yang banyak diperlukan tanaman. Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif. Fosfor juga sangat penting untuk permulaan tumbuh, sifatnya sukar larut dalam air. Selain itu, Fosfor berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji. Kalium dapat diberikan sekaligus pada waktu tanam atau dua kali yaitu pada saat tanam dan beberapa minggu setelah tanam. Peranan utama kalium dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim. Kalium membuat tanaman lebih tahan terhadap penyakit dan dapat merangsang pertumbuhan akar. Secara umum, Kalium berperan sebagai pengimbang terhadap pengaruh Nitrogen dan Fosfor.

(23)

11 Analisis Risiko Produksi Komoditas Pertanian

Menurut Asche dan Tveteras (1999), risiko produksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses produksi di sebagian besar industri primer. Dalam mengembangkan negara dimana pertanian subsisten masih mendominasi, risiko produksi adalah masalah yang membutuhkan perhatian besar. Pada kasus terburuk, adanya guncangan yang merugikan pada sisi produksi dapat menyebabkan kebangkrutan bagi produsen.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mencari sumber risiko, tingkat risiko, dan pengaruh atau dampak dari risiko produksi terhadap jalannya suatu usaha. Sumber risiko, tingkat risiko, dan pengaruh atau dampak dari risiko produksi akan berbeda tergantung dari komoditas yang diusahakannya. Dalam penelitian yang dilakukan Aldila (2013), penelitian mengenai risiko produksi dilakukan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi dan faktor lingkungan terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani jagung manis, dan untuk menganalisis pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan usahatani jagung manis. Mandasari (2012) melakukan penelitian untuk menganalisis kondisi risiko produksi, sumber risiko produksi, serta tingkat risiko produksi tomat dan cabai merah. Sedangkan Fariyanti (2008) melakukan penelitian untuk menganalisis risiko produksi dan risiko harga produk dalam kegiatan usahatani, menganalisis pengaruh risiko produksi dan risiko harga produk serta keterkaitan faktor-faktor terhadap perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi, konsumsi, dan alokasi tenaga kerja, menganalisis pengaruh peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terhadap perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran, serta menyusun aktivitas produksi yang dapat mengurangi risiko produksi dan risiko harga produk.

Aldila (2013) menggunakan metode Just and Pope dalam penelitiannya untuk mengidentifikasi risiko produksi dengan melakukan pendugaan terhadap fungsi produktivitas rata-rata dan fungsi varians produktivitas. Mandasari (2012) menggunakan nilai varians, standar deviasi, dan koefisien variasi untuk menilai tingkat risiko produksi tomat dan cabai merah. Fariyanti (2008) dalam penelitiannya menggunakan model GARCH untuk mengakomodasi nilai variance error produksi.

Berdasarkan penelitian Aldila (2013) diketahui bahwa risiko produksi jagung manis secara nyata dipengaruhi oleh penggunaan faktor produksi pupuk phonska, furadan, pupuk TSP, dan tenaga kerja. Peningkatan penggunaan faktor produksi pupuk phonska dan furadan secara nyata dapat meningkatkan risiko produksi (Risk

Inducing Factor). Di lain sisi, peningkatan penggunaan pupuk TSP dan tenaga kerja

secara nyata dapat menurunkan risiko produksi (Risk Reducing Factor). Faktor produksi benih, pupuk kandang, dan pestisida cair dapat menurunkan risiko produksi tetapi tidak berpengaruh nyata. Pupuk urea dapat meningkatkan risiko produksi tetapi pengaruhnya tidak nyata. Sementara itu, penggunaan benih varietas hawai memiliki risiko produksi yang lebih kecil daripada penggunaan benih non hawai akan tetapi pengaruhnya tidak nyata. Musim tidak berpengaruh nyata terhadap risiko produksi hal ini dikarenakan pada musim hujan dan musim kemarau tingkat terjadinya risiko produksi sama besarnya.

(24)

12

produksi yang dikeluarkan pada musim tersebut. Penghitungan tingkat risiko produksi memberikan nilai koefisien variasi sebesar 0.687 untuk komoditas tomat dan 0.629 untuk komoditas cabai merah.

Fariyanti (2008) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input. Pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi (risk inducing factors) sedangkan lahan, benih, dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi (risk

reducing factors). Pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang

menimbulkan risiko produksi, sementara benih, pupuk, dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Selain itu juga diketahui akibat adanya risiko produksi dan risiko harga produk kentang dan kubis pada proses produksi menyebabkan penurunan tingkat produktivitas dan pendapatan usahatani kentang dan kubis.

Analisis Risiko Harga Komoditas Pertanian

Risiko harga merupakan salah satu jenis risiko yang juga harus diperhitungkan dalam pelaksanaan usaha atau bisnis. Salah satu penyebab adanya risiko harga adalah ketidakpastian harga yang diterima produsen. Banyak hal yang dapat membuat harga jual produk pertanian menjadi tidak stabil. Amri (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga sayuran serta alternatif strategi untuk mengurangi risiko harga sayuran. Sari (2009) melakukan penelitian untuk menganalisis risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar di Indonesia. Sedangkan Siregar (2009) melakukan penelitian untuk menganalisis risiko harga DOC pada PT. Sierad Produce tbk.

Analisis kuantitaif yang digunakan Amri (2011) untuk menganalisis tingkat risiko harga adalah perhitungan VaR dan model ARCH-GARCH yang digunakan untuk meramalkan volatilitas periode selanjutnya. Sama seperti Amri (2011), penelitian yang dilakukan Sari (2009) dan Siregar (2009) juga menggunakan perhitungan VaR dan model ARCH-GARCH.

(25)

13

KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Produksi dan Fungsi Produksi

Hubungan kuantitatif antara input dengan produksi dikenal dengan istilah fungsi produksi, sedangkan analisis dan pendugaan hubungan itu disebut analisis fungsi produksi (Dillon dan Hardaker 1984). Jika Y adalah produksi dan Xi adalah

input i, maka nilai Y bergantung kepada nilai X1, X2, X3, …, Xm yang digunakan. Jika suatu persamaan fungsi produksi menggunakan m input, maka persamaan itu disebut fungsi produksi dengan m faktor. Hubungan Y dan X secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, …, Xm)

Hubungan faktor-faktor produksi menjelaskan hubungan antara produksi dengan satu faktor variabel produksi, dan disebut sebagai fungsi produksi (Suratiyah 2006). Gambar 3 menjelaskan mengenai hubungan fungsi produksi antara satu output dengan satu input. Dari fungsi produksi juga dapat digambarkan

Marginal Product (MP) yang menjelaskan tambahan produksi per satuan tambahan input serta Average Product (AP) yang menjelaskan produksi per satuan input. Gambar 3 juga menjelaskan elastisitas produksi (Ep) yang terjadi yang menunjukkan persentase perbandingan dari output yang dihasilkan sebagai akibat dari persentase input yang digunakan.

Fungsi produksi biasanya dibagi menjadi tiga daerah yaitu Daerah I di sebelah kiri titik AP maksimum, Daerah II di antara AP maksimum dan MP = 0, dan Daerah III di sebelah kanan MP = 0. Daerah I termasuk ke dalam daerah yang tidak rasional karena daerah ini merupakan daerah yang belum mencapai keuntungan maksimum sehingga seharusnya input masih bisa terus ditingkatkan,

dengan nilai Ep ≥ 1. Daerah II merupakan daerah rasional dalam produksi karena

(26)

14

Teori Risiko

Risiko tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dan pada umumnya akan selalu hadir pada setiap kegiatan usaha atau bisnis yang dilakukan. Risiko identik dengan kerugian. Kountur (2006) menjelaskan bahwa terdapat tiga unsur penting yang terdapat pada risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, kejadian tersebut masih berupa kemungkinan, dan jika terjadi, kejadian tersebut akan menimbulkan kerugian.

Robison dan Barry (1987) menjelaskan bahwa risiko adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya memberikan kerugian. Konsep mengenai risiko sering muncul bersama dengan konsep ketidakpastian. Perbedaan mendasar dari kedua konsep ini adalah ketidakpastian tidak dapat diukur seperti risiko. Risiko juga sering diartikan sebagai perbedaan antara hasil aktual dengan hasil yang diharapkan. Salah satu indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi, atau volatilitas dari hasil yang diharapkan pelaku bisnis.

Harwood, et al (1999) menjelaskan mengenai sumber-sumber risiko dalam pertanian. Terdapat lima jenis sumber risiko yang dijelaskan, yaitu:

1. Risiko hasil atau produksi pertanian, terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang tidak dapat dikendalikan yang sering berhubungan dengan cuaca, termasuk curah hujan yang terlalu sedikit atau bahkan Gambar 3 Kurva Produk Total, Produk Marjinal, dan Produk Rata-rata

AP

MP

x (input variabel)

Outp

ut

per

U

nit

Input

Daerah III Daerah

I

TP Daerah

II

Tota

l P

roduk

si

x (input variabel)

(27)

15 berlebihan, suhu ekstrim, serta serangan hama maupun penyakit. Teknologi memiliki peran yang penting dalam risiko produksi produk pertanian. Pengaplikasian yang cepat dari adanya varietas tanaman baru ataupun teknik produksi seringkali memberikan peningkatan efisiensi dan membantu mengurangi risiko produksi yang mungkin akan terjadi.

2. Risiko harga atau pasar, mencerminkan risiko yang terkait dengan perubahan dalam harga output maupun input yang mungkin terjadi setelah petani memutuskan untuk melakukan proses usahatani. Risiko pasar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Kondisi permintaan atau penawaran tersebut akan mempengaruhi harga jual yang juga akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh petani.

3. Risiko kelembagaan, terjadi karena adanya perubahan kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi bidang pertanian. Jenis risiko umumnya dinyatakan sebagai kendala produksi yang tidak terduga atau adanya perubahan harga input dan output. Misalnya, perubahan dalam peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida untuk tanaman atau obat-obatan untuk peternakan yang dapat mempengaruhi biaya produksi, atau adanya pembatasan kuota impor komoditi tertentu oleh negara importir sehingga mempengaruhi ketersediaan dan harga komoditi tersebut. Risiko kelembagaan juga bisa muncul dari adanya perubahan ketentuan pajak atau ketentuan kredit dalam bidang pertanian.

4. Risiko personal, petani juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko atau dapat disebut juga risiko yang diakibatkan oleh manusia. Kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kematian, kecelakaan, kesehatan dapat mempengaruhi perusahaan. Kejadian tersebut dapat berpengaruh pada sistem kinerja pada perusahaan, seperti menurunnya produktivitas. Selain itu, adanya kelalaian manusia seperti kebakaran, kehilangan atau kerusakan, serta pencurian juga merupakan penyebab risiko yang dapat merugikan perusahaan.

5. Risiko keuangan, risiko ini dapat terjadi karena adanya peminjaman modal yang dilakukan oleh petani. Adanya pinjaman tersebut membuat petani harus menyisihkan pendapatannya untuk membayar hutang. Risiko ini terjadi ketika petani tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana perubahan suku bunga di masa yang akan datang, atau ketidaktahuan tentang sistem peminjaman yang ditawarkan, sehingga menjadi salah satu kendala dalam proses pembayaran.

(28)

rata-16

rata, serta mengganti fungsi varians produksi menjadi fungsi varians produktivitas. Nilai produktivitas mencakup hasil produksi yang sudah diperhitungkan dengan luas areal tanamnya, sehingga nilainya bisa dibandingkan antar petani karena sudah memiliki satuan luas lahan yang sama.

Kerangka Pemikiran Operasional

Desa Gekbrong di Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur memiliki karakterisitik yang berbeda dibandingkan dengan desa lain yang ada di sekitarnya. Petani di desa lain di sekitar Desa Gekbrong menjadikan padi sebagai tanaman utama yang dibudidayakan dalam proses usahatani untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal berbeda dilakukan oleh petani di Desa Gekbrong yang sebagian besar menanam tanaman hortikultura terutama sayuran. Jenis sayuran utama yanng ditanam di desa ini adalah tomat.

Budidaya tomat tidak sepenuhnya memberikan keuntungan maksimum bagi petani. Hal tersebut terjadi karena adanya risiko dalam pelaksanaan usahatani tomat yang dilakukan. Risiko utama yang terjadi di Desa Gekbrong adalah risiko produksi dan risiko harga.

Risiko produksi yang terjadi diindikasikan dengan adanya fluktuasi produktivitas tomat di antara petani tomat yang ada di Desa Gekbrong. Produktivitas tomat rata-rata yang dihasilkan petani belum mencapai target produktivitas nasional. Sumber internal yang menyebabkan risiko produksi diantaranya karena adanya perbedaan penggunaan jumlah input pada masing-masing petani. Beberapa input yang biasa digunakan dalam proses budidaya tomat di antaranya adalah pupuk kandang, pupuk unsur N, pupuk unsur P, pupuk unsur K, insektisida cair, pupuk daun, dan fungisida. Sedangkan sumber eksternal yang menyebabkan adanya risiko produksi adalah adanya pengaruh musim.

Berdasarkan faktor-faktor produksi yang ada, dilakukan analisis risiko produksi menggunakan model Just and Pope. Analisis tersebut dilakukan dengan melakukan pendekatan terhadap fungsi produktivitas rata-rata dan fungsi varians produktivitas. Hasil analisis akan memberikan gambaran mengenai pengaruh penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi.

Data harga produsen yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi harga yang terjadi pada harga jual tomat dari petani di Kabupaten Cianjur. Perubahan harga tomat yang tidak stabil menyebabkan pendapatan petani ikut mengalami perubahan sehingga harga jual tomat menjadi salah satu risiko yang harus diperhatikan petani. Analisis risiko harga dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat risiko harga yang dihadapi oleh petani dalam proses penjualan hasil produksinya. Tingkat risiko diukur berdasarkan nilai dari varians, standar deviasi, dankoefisien variasi.

(29)

17

a

Rekomendasi alternatif strategi penanganan risiko untuk petani tomat di Desa Gekbrong Faktor produksi internal:

1. Pupuk kandang 2. Pupuk unsur N 3. Pupuk unsur P 4. Pupuk unsur K 5. Insektisida cair 6. Pupuk Daun 7. Fungisida

Adanya risiko harga

Mengukur tingkat risiko harga: Menggunakan nilai:

1. Varians

2. Standar deviasi 3. Koefisien Variasi Pengaruh faktor-faktor produksi

terhadap risiko produksi tomat

Faktor produksi eksternal: Pengaruh musim

Fluktuasi produktivitas yang terjadi di antara petani tomat di

Desa Gekbrong

Adanya risiko produksi

Fluktuasi harga jual tomat yang terjadi pada petani tomat

di Desa Gekbrong Kegiatan usahatani tomat yang dilakukan petani

tomat di Desa Gekbrong

Model Fungsi Produksi Just and Pope

(30)

18

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai analisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi risiko produksi dan analisis risiko harga tomat dilakukan di Provinsi Jawa Barat karena berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013), Jawa Barat merupakan provinsi dengan nilai produksi tomat terbesar di Indonesia. Di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Cianjur merupakan satu dari tiga daerah penghasil tomat terbesar di Jawa Barat. Selanjutnya pemilihan Desa Gekbrong di Kecamatan Gekbrong dilakukan dengan sengaja (purposive) karena Desa Gekbrong merupakan salah satu desa di Kecamatan Gekbrong yang petaninya melakukan budidaya sayuran. Banyak jenis komoditas sayuran yang ditanam di Desa Gekbrong, namun komoditas unggulan di Desa Gekbrong adalah tomat. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi risiko produksi tomat dan analisis risiko harga tomat di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur dilakukan dalam periode waktu Februari sampai Maret 2013.

Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian. Sumber atau objek penelitian pada penelitian ini di antaranya petani sayuran yang menanam tomat, penyuluh pertanian, perangkat desa, dan berbagai instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik rumah tangga petani tomat, penguasaan lahan usahatani, input, dan output dari usahatani yang dilakukan.

Data sekunder merupakan data yang diterbitkan yang dapat digunakan kembali untuk tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan diantaranya data monografi wilayah desa yang diperoleh dari Kantor Desa Gekbrong, serta literatur terkait data-data yang digunakan dalam penelitian yang diperoleh dari berbagai badan, dinas, dan instansi lainnya. Selain itu juga digunakan data ataupun pustaka yang diperoleh dari buku, jurnal, maupun berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Metode Pengambilan Sampel

(31)

19 yang menjadi responden ditentukan sebanyak 38 orang sehingga memenuhi syarat secara statistik agar data terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang diteliti.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, serta diskusi dengan pihak-pihak terkait. Observasi dilakukan untuk melihat atau mengamati secara langsung hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Sedangkan wawancara dan diskusi dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dengan berbagai responden dan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, seperti petani tomat, penyuluh pertanian, kepala desa, serta pengurus koperasi dan pengumpul tomat.

Metode Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian diolah menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk mendeskripsikan mengenai gambaran umum objek yang diteliti. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi risiko produksi serta mengukur tingkat risiko harga tomat yang dijual petani kepada pihak koperasi dan pengumpul. Pengolahan data secara kuantitatif menggunakan alat bantu kalkulator, Microsoft Excel 2013, dan SPSS versi 20.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan dalam penelitian untuk menmberikan penjelasan khusus mengenai karakteristik petani responden seperti umur, pengalaman berusahatani, tingkat pendidikan petani, dan hal-hal lainnya. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani yang dijalankan oleh petani responden, diantaranya teknik budidaya, penggunaan

input, proses usahatani, dan harga jual produk. Analisis deskriptif dilakukan menggunakan metode analisis berupa observasi, wawancara, serta diskusi.

Analisis Risiko Produksi

Analisis risiko produksi pada penelitian ini dilakukan menggunakan model Just and Pope. Asche dan Tveteras (1999) menjelaskan bahwa sebagian besar penelitian untuk menangani risiko produksi didasarkan pada model yang dikemukakan Just and Pope pada tahun 1978.

Uji Asumsi Klasik

(32)

20

baik terjadi jika nilai prediksi berada dalam jarak yang sedekat mungkin dengan data aktualnya. Untuk memperoleh hasil yang baik tersebut, dapat digunakan metode kuadrat terkecil atau ordinary least squares (OLS). Metode OLS dibangun dengan menggunakan asumsi-asumsi tertentu, yaitu:

1. Hubungan antara variabel independent dengan dependent adalah linier dalam parameter.

2. Variable X adalah variabel tidak stokastik yang nilainya tetap. Nilai X adalah tetap untuk observasi yang berulang-ulang.

3. Nilai harapan atau rata-rata dari variabel gangguan adalah nol. 4. Varian dari variabel gangguan adalah sama.

5. Tidak ada serial korelasi antara variabel gangguan. 6. Variabel gangguan terdistribusi normal.

Metode OLS yang baik adalah metode yang menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (best linier unbiased estimator/BLUE). Untuk mengetahui metode OLS yang digunakan BLUE atau tidak, dilakukan beberapa uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

Menurut Suliyanto (2011), uji normalitas dilakukan untuk menguji normal atau tidaknya nilai residual yang telah distandardisasi pada model regresi. Nilai residual dikatakan normal jika sebagian besar nilai residual terstandardisasi tersebut mendekati nilai rata-ratanya. Menurut Widarjono (2005), multikolonieritas adalah hubungan antara variabel independent dalam satu regresi. Adanya multikolonieritas masih menghasilkan OLS yang BLUE namun menyebabkan suatu model mempunyai varians yang besar. Menurut Widarjono (2005), autokorelasi adalah korelasi antar variabel gangguan satu observasi dengan observasi lain, sedangkan heteroskedastisitas adalah varians variabel pada model regresi yang tidak konstan.

Model Risiko Produksi Just and Pope

Analisis risiko produksi yang dijelaskan oleh Just and Pope adalah mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi dan digunakan untuk menganalisis faktor produksi namun tidak mengabaikan tingkat risiko yang kemungkinan akan terjadi pada produksi tersebut yang dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan. Terdapat unsur error dalam model Just and Pope agar unsur risiko dapat diperhitungkan dalam analisis produksi sehingga tingkat kesalahan menjadi lebih rendah.

Asche dan Tveteras (1999) menjelaskan bahwa fungsi produksi dalam model Just and Pope yang menggunakan prosedur dua langkah adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dalam fungsi produksi, fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi produksi yang memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang diharapkan.

(33)

21 unsur P, pupuk unsur K, penggunaan insektisida cair, pupuk daun, dan fungisida. Selain itu pengaruh musim juga berpengaruh terhadap hasil produksi yang dihasilkan. Berdasarkan faktor-faktor produksi tersebut, maka model fungsi produksi Just and Pope yang digambarkan oleh fungsi produktivitas rata-rata dan fungsi varians produktivitasnya dapat ditulis sebagai berikut:

Fungsi Produktivitas Rata-rata:

Y = Produktivitas tomat aktual (ton/ha)

Ŷ = Produktivitas tomat dugaan berdasarkan model (ton/ha)

X1 = Jumlah pupuk kandang yang digunakan per musim tanam (kg/ha) X2 = Jumlah pupuk unsur N yang digunakan per musim tanam (kg/ha) X3 = Jumlah pupuk unsur P yang digunakan per musim tanam (kg/ha) X4 = Jumlah pupuk unsur K yang digunakan per musim tanam (kg/ha) X5 = Jumlah insektisida cair yang digunakan per musim tanam

(liter/ha)

X6 = Jumlah pupuk daun yang digunakan per musim tanam (liter/ha) X7 = Jumlah fungisida yang digunakan per musim tanam (kg/ha) D1 = Dummy musim tanam (D1 = 1 jika musim kemarau dan D1 = 0

jika musim hujan)

σ2Y = Varians produktivitas tomat

β0, θ0 = Konstanta

Dasar pertimbangan dalam penentuan hipotesis adalah asumsi bahwa petani berada pada daerah II pada kurva produksi sehingga petani dikatakan bertindak secara rasional dalam melakukan proses produksi, sehingga setiap faktor produksi berpengaruh secara positif terhadap rata-rata hasil produksi tomat. Secara lebih rinci, hipotesis fungsi produktivitas rata-rata untuk masing-masing variabel adalah:

a. Penggunaan pupuk kandang (X1)

(34)

22

b. Penggunaan pupuk unsur N (X2)

β2 > 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk unsur N akan meningkatkan produktivitas tomat

c. Penggunaan pupuk unsur P (X3)

β3 > 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk unsur P akan meningkatkan produktivitas tomat

d. Penggunaan pupuk unsur K (X4)

β4 > 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk unsur K akan meningkatkan produktivitas tomat

e. Penggunaan insektisida cair (X5)

β5 > 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan insektisida cair akan meningkatkan produktivitas tomat

β8 > 0, menunjukkan bahwa pada musim kemarau, produktivitas tomat lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan

Hipotesis Untuk Fungsi Varians Produktivitas

Dasar pertimbangan dalam penentuan hipotesis adalah asumsi bahwa tidak semua faktor produksi yang digunakan petani berpengaruh positif terhadap varians produktivitas tomat. Menurut Fariyanti (2008), penggunaan faktor produksi seperti pupuk, baik itu pupuk organik maupun anorganik pada umumnya sudah ditentukan jumlah standar penggunaannya. Jika penggunaannya dikurangi atau melebihi batas standar maka memungkinkan menurunkan nilai produksi. Hal tersebut menunjukkan pupuk menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi.

Berbeda dengan penggunaan obat-obatan yang tidak ada standarnya. Obat-obatan digunakan jika ada hama atau penyakit yang menyerang tanaman, tetapi jika tidak ada gejala serangan, maka pemberian obat-obatan tidak perlu digunakan. Hal tersebut menunjukkan obat-obatan membuat produksi stabil sehingga termasuk dalam faktor produksi yang dapat mengurangi risiko produksi. Secara lebih rinci, hipotesis fungsi varians produktivitas untuk masing-masing variabel adalah:

a. Penggunaan pupuk kandang (X1)

θ1 > 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk kandang akan meningkatkan varians produktivitas tomat

b. Penggunaan pupuk unsur N (X2)

θ2 > 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk unsur N akan meningkatkan varians produktivitas tomat

c. Penggunaan pupuk unsur P (X3)

(35)

23

d. Penggunaan pupuk unsur K (X4)

θ4 > 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk unsur K akan meningkatkan varians produktivitas tomat

e. Penggunaan insektisida cair (X5)

θ5 < 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan insektisida cair akan menurunkan varians produktivitas tomat

f. Penggunaan pupuk daun (X6)

θ6 < 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk daun akan menurunkan varians produktivitas tomat

g. Penggunaan fungisida (X7)

θ7 < 0, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan fungisida akan menurunkan varians produktivitas tomat

h. Musim (D1)

θ8 < 0, menunjukkan bahwa penanaman pada musim kemarau akan menurunkan varians produktivitas tomat

Analisis Risiko Harga

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan adalah varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran statistik yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko harga yang terjadi pada harga jual tomat yang dilakukan oleh petani.

a. Varians

Pengukuran varians dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari

return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Menurut Elton dan Gruber (1995), nilai varians dapat ditentukan dengan rumus:

� = ∑� � (� − Ř )

=

2

Nilai expected return dapat diperoleh dengan rumus:

Ři=∑pij x Rij m

j=1 Dimana:

σ2 = varians dari return

pij = peluang dari suatu kejadian (i = aset, j = kejadian) Rij = return

Ři = expected return

(36)

24

b. Standar deviasi

Standar deviasi dapat diukur dari akar kuadrat nilai varians. Secara matematis rumus menghitung standar deviasi dapat ditulis:

σI =√σi2

Nilai yang ditunjukkan dari perhitungan standar deviasi memiliki arti yang sama dengan nilai varians, semakin kecil nilai standar deviasi, maka semakin kecil risiko yang dihadapi.

c. Koefisien variasi

Nilai koefisien variasi dapat diukur dari rasio standar deviasi dengan

expected return. Secara matematis, nilai koefisien variasi (CV) dapat ditulis:

CV= σi Ři

Semakin kecil nilai koefisien variasi, maka semakin rendah tingkat risiko yang dihadapi.

Pengujian Hipotesis

Model yang diperoleh harus diuji untuk mengetahui tingkat ketepatan atau kesesuaian model dalam memprediksi suatu variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2), uji signifikansi model dugaan, dan uji signifikansi variabel.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dihitung untuk melihat sejauh mana kecocokan antara data dengan garis estimasi regresi. Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar keragaan variabel dependent dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independent. Nilai koefisien determinasi berada di antara 0 dan 1. Semakin besar nilai koefisien determinasi maka semakin baik kualitas model karena semakin dapat menjelaskan hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent.

Rumus koefisien determinasi dapat dituliskan:

R2=∑(Ýi- Y̅̅̅)

2

∑( Yi- Y̅̅̅)2

Menurut Winarno (2007), nilai koefisien determinasi tidak selalu menunjukkan kualitas model sudah baik. Dalam analisis runtut waktu (time series) yang pada umumnya setiap variabel mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu, nilai koefisien determinasi akan cenderung tinggi. Sedangkan pada analisis seksi silang (cross section) nilai koefisien determinasi cenderung rendah.

b. Uji Signifikansi Model Dugaan

Uji signifikansi model dugaan dilakukan untuk melihat nyata atau tidak nyatanya pengaruh variabel independent yang digunakan terhadap variabel

(37)

25

Kriteria uji dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai sebaran Ftabel, dengan kriteria:

mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependent, dan sebaliknya.

c. Uji Signifikansi Variabel

Uji signifikansi variabel dilakukan untuk mengetahui variabel

independent yang mempengaruhi variabel dependent. Berdasarkan Gujarati dan Porter (2010) dalam Aldila (2013), pengujian signifikansi variabel dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan prosedur:

1) Hipotesis

(38)

26

3) Kriteria uji

Kriteria uji dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai sebaran ttabel, dengan kriteria:

thitung > t(α, n-k) pada taraf nyata α, maka tolak H0 thitung < t(α, n-k) pada taraf nyata α, maka terima H0 dimana:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

Jika tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat nilai p dengan kriteria:

p-value < α, maka tolak H0 p-value> α, maka terima H0

Jika thitung > t(α, n-k) atau p-value < α maka variabel independent mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependent, dan sebaliknya.

Definisi Operasional

a. Produktivitas (Y) adalah jumlah total panen tomat yang dihitung dalam satuan ton per hektar selama satu periode tanam.

b. Pupuk kandang (X1) adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk melakukan proses usahatani tomat yang dihitung dalam satuan kilogram per hektar selama satu periode tanam.

c. Pupuk unsur N (X2) adalah jumlah pupuk unsur N yang digunakan untuk melakukan proses usahatani tomat yang dihitung dalam satuan kilogram per hektar selama satu periode tanam.

d. Pupuk unsur P (X3) adalah jumlah pupuk unsur P yang digunakan untuk melakukan proses usahatani tomat yang dihitung dalam satuan kilogram per hektar selama satu periode tanam.

e. Pupuk unsur K (X4) adalah jumlah pupuk unsur K yang digunakan untuk melakukan proses usahatani tomat yang dihitung dalam satuan kilogram per hektar selama satu periode tanam.

f. Insektisida cair (X5) adalah jumlah insektisida cair yang digunakan untuk melakukan proses usahatani tomat yang dihitung dalam satuan liter per hektar selama satu periode tanam.

g. Pupuk daun (X6) adalah jumlah pupuk daun yang digunakan untuk melakukan proses usahatani tomat yang dihitung dalam satuan liter per hektar selama satu periode tanam.

h. Fungisida (X7) adalah jumlah fungisida yang digunakan untuk melakukan proses usahatani tomat yang dihitung dalam satuan kilogram per hektar selama satu periode tanam.

(39)

27

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Geografis

Desa Gekbrong merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Desa Gekbrong merupakan desa yang berada di ujung barat wilayah Cianjur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi. Desa Gekbrong memiliki ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa lainnya yang berada di Kecamatan Gekbrong yaitu sekitar 900 sampai 1500 meter di atas permukaan laut sehingga tanaman hortikultura banyak dibudidayakan di desa ini.

Desa Gekbrong memiliki luas sebesar 195.3 hektar dan 75 hektar diantaranya digunakan sebagai lahan tegalan/ladang. Luas lahan Desa Gekbrong berdasarkan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas lahan Desa Gekbrong berdasarkan penggunaannyaa

No Penggunaan Luas (hektar)

1 Lahan sawah 49

2 Pemukiman dan pekarangan 39.5

3 Tegalan/ladang 75

4 Kolam 0.8

5 Hutan negara 2

6 Perkebunan besar 14

7 Perkebunan rakyat dan negara 15

Jumlah 195.3

aSumber: Badan Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan

Gekbrong, 2012

Menurut data Badan Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPB-TPH) Kecamatan Gekbrong tahun 2012, jika dilihat berdasarkan data curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir, maka wilayah di Kecamatan Gekbrong termasuk Desa Gekbrong memiliki iklim dengan bulan basah sebanyak 8 bulan, yaitu Bulan Oktober hingga Mei. Rata-rata bulan kering sebanyak 2 bulan, yaitu Juli dan Agustus, serta bulan lembab pada Bulan Juni dan September.

Kondisi Demografi

(40)

28

berstatus sebagai pemilik penggarap, dan 984 kepala keluarga berstatus sebagai penggarap/buruh tani.

Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk di Desa Gekbrong memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi, mulai dari tidak tamat SD/sederajat, lulus SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi (diploma dan S1). Mata pencaharian penduduknya pun beragam mulai dari pertanian, perkebunan, peternakan, industri kecil dan kerajinan rumah tangga, industri menengah dan besar, perdagangan, serta dalam sektor jasa.

Pertanian

Wilayah Desa Gekbrong memiliki perbedaan dengan desa lainnya di Kecamatan Gekbrong. Ketinggian Desa Gekbrong yang lebih tinggi dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Gekbrong membuat petani di desa ini lebih banyak menanam tanaman hortikultura dibandingkan tanaman padi yang menjadi ciri khas wilayah Cianjur. Sebanyak 4 kelompok dari 6 kelompok tani di Desa Gekbrong merupakan kelompok tani komoditi hortikultura. Sebanyak 1 kelompok merupakan kelompok tani komoditi padi dan 1 kelompok merupakan kelompok wanita tani yang mengolah beberapa jenis sayuran menjadi manisan sayur. Kelompok tani yang ada di Desa Gekbrong tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Gede Harepan. Data kelompok tani di Desa Gekbrong beserta lokasinya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Data kelompok tani di Desa Gekbronga

No Nama Lokasi (kampung)

1 Kelompok tani Gede Harepan Tabrik

2 Kelompok tani Tani Kancana Loji

3 Kelompok tani Tani Mukti Babakan Gekbrong

4 Kelompok tani Mekar Tani Pasirbuntu

5 Kelompok tani Ginanjar Mekar Pajagan 6 Kelompok wanita tani Analika Cimadu 7 Gabungan kelompok tani Gede Harepan Tabrik

aSumber: Kantor Desa Gekbrong, 2012

Komoditi utama yang dihasilkan di Desa Gekbrong adalah tomat. Rata-rata petani menanam tomat meskipun tidak selalu ditanam pada setiap musim tanam karena berbagai pertimbangan yang salah satunya adalah cuaca. Selain tomat, petani juga menanam jenis tanaman hortikultura lainnya, diantaranya cabai, sawi, brokoli, wortel, serta bawang daun.

Karakteristik Petani Responden

(41)

29 untuk mengetahui karakteristik petani responden dalam penelitian adalah analisis deskriptif. Total petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah 38 orang yang dipilih secara aksidental (convinience sampling). Pemilihan secara aksidental dilakukan karena responden dipilih berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu yaitu petani hortikultura di Desa Gekbrong yang dalam pelaksanaan usahataninya menanam tomat di tahun 2012. Karakteristik petani yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur petani responden, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani tomat, status kepemilikan lahan, sumber modal usahatani, luas lahan usahatani, produktivitas petani responden, pola tanam, musim tanam, dan sistem pemasaran produk setelah panen.

Umur Responden

Umur dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk bekerja. Menurut Mappiare (1983) dalam Subagio dan Manoppo (2011), ada kecenderungan bagi seseorang yang berusia 35 tahun ke atas untuk lebih memantapkan dirinya untuk bekerja berkenaan dengan semakin tingginya biaya hidup yang harus dikeluarkan. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki umur yang cukup beragam. Berdasarkan data responden, umur terendah adalah 26 tahun dan yang tertinggi adalah 60 tahun dengan rata-rata umur 40.8 tahun. Data umur responden dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Umur petani respondena

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 ≤ 30 6 15.79

2 31-40 14 36.84

3 41-50 11 28.95

4 > 50 7 18.42

Total 38 100

aSumber: Data primer, 2013

Tingkat Pendidikan

Gambar

Tabel 1  Nilai PDB atas harga berlaku sektor pertanian tahun 2007 sampai 2011
Tabel 2  Nilai PDB hortikultura tahun 2006 sampai 2010 (dalam miliar rupiah)a
Tabel 5  Nilai produksi tomat tahun 2007 sampai 2011 (dalam ton)a
Gambar 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelajaran fisika sangat banyak peminatnya karena sesungguhnya mudah dipahami apabila diajarkan dengan metode yang tepat dan praktek yang memadai, dengan demikian pengembangan

Matakuliah ini mengaji tentang perkembangan sejarah di wilayah Asia Selatan sejak awal peradaban kuno sampai menjadi negara modern di masa kini meliputi:

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum) selama 1, 3, 5, dan 7 hari yang diberikan pada

Gambar 10 merupakan pilihan menu utama admin. Pada menu yang terletak disamping disediakan untuk mengolah data master dalam pengolahan data. Terdapat 2 sub menu yaitu, menu data

murābaḥah merupakan akad yang paling sering dipergunakan dalam pembiayaan KPR di BRI Syariah KCP Ajibarang , karena salah satu instrument lembaga keuangan syariah

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis karakteristik mahasiswa berdasarkan kelompok mata kuliah dengan menggunakan analisis klaster K-Means pada alumni

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar siswa, yaitu ada beberapa aspek dari sikap belajar yang sesuai

Dalam penelitian ini, formulasi boddy butter dilakukan dengan mengkombinasikan potensi tabir surya dan antioksidan dari oleum olivarum, oleum cocos dan oleum