TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L) VARIETAS IR 64 PADA TANAH GAMBUT DARI KUMPEH JAMBI
SRI GINANJAR
A14080062
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
SRI GINANJAR. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L) Varietas IR 64 pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi. Dibimbing oleh KOMARUDDIN IDRIS dan SUWARNO.
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan semakin besarnya kebutuhan pangan yang harus dipenuhi oleh pemerintah khususnya besar. Pemanfaatan lahan gambut merupakan salah satu alternatif sebagai pengembangan budidaya lahan sawah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras. Akan tetapi, pemanfaatan lahan gambut memiliki berbagai permasalahan, di antaranya tingginya tingkat kemasaman dan kandungan unsur hara yang sangat rendah. Salah satu cara yang pernah digunakan untuk memperbaiki sifat kimia gambut yaitu dengan menggunakan terak baja.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh pemberian
electric furnace slag, blast furnace slag, dan unsur mikro terhadap sifat kimia tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah pada tanah gambut dari Kumpeh Jambi. Dosis electric furnace slag dan blast furnace slag yang diberikan sama, yaitu 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Rancangan percobaan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan electric furnace slag dan
blast furnace slag berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, Ca-dd, Mg-dd, Si tersedia pada tanah, dan sangat nyata meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman padi. Perlakuan unsur mikro sangat nyata meningkatkan ketersediaan Cu dan Zn, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Pada perlakuan electric furnace slag tanaman memiliki pertumbuhan dan produksi lebih tinggi daripada perlakuan blast furnace slag,
unsur mikro dan kontrol. Dengan demikian, perlakuan electric furnace slag lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi daripada blast furnace slag dan unsur mikro. Kadar logam berat ( Hg, Pb, dan Cd ) dalam beras pada perlakuan electric furnace slag dan blast furnace slag berada di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam beras, sehingga beras yang dihasilkan dari perlakuan tersebut aman untuk dikonsumsi.
SUMMARY
SRI GINANJAR. Effect of Electrict Furnace Slag, Blast Furnace Slag, and Micro Element on Growth and Yield of Paddy Rice (Oryza Sativa L) IR 64 Variety on Peat Soil from Kumpeh, Jambi. Under guidance of KOMARUDDIN IDRIS and SUWARNO.
Increasing of popolation in Indonesia increased the amount of food needs that must be fulfiled by the government. Utilization of peat soil is one alternative of cultivation of paddy fields to meet a public need of rice. However, the ultilization of peat soil has many problems, such as soil acidity and toxicity of organic acid, and nutrient content is very low. One of the solution to improve chemical properties of peat soil is by application of steel slag.
The objective of this research was to compare effect of blast furnace slag, electric furnace slag, and micro element on chemical soil properties, growth and yield of paddy rice on peat soil from Kumpeh, Jambi. Dosage electric furnace slag and blast furnace slag applied were : 0%, 2%, 4%, 6% and 8%. Experimental design used was comletely randomized design.
The result indicated that electric furnace slag and blast furnace slag significantly improved chemical soil properties, such as : increased pH, exchangeable Ca and Mg, available P, Si, available micro element (Fe and Mn), and increased the growth and yield of paddy rice. Micro element significantly increased availability Cu and Zn, but no significant effect on the growth and yield of paddy rice. The plant with electric furnace slag treatments had better growth and yield than of blast furnace slag, micro element and control. The content of heavy metals (Pb, Cd, and Hg) in rice was lower than maximum limit of heavy metal in rice, so this rice is safe to consume.
PENGARUH ELECTRIC FURNACE SLAG, BLAST FURNACE SLAG, DAN UNSUR MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L) VARIETAS IR 64 PADA TANAH GAMBUT DARI KUMPEH JAMBI
SRI GINANJAR A14080062
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian :Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L) Varietas IR 64 pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi.
Nama : Sri Ginanjar
NIM : A14080062
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.S.) (Dr. Ir. Suwarno, M.Sc.) NIP. 19490303 197603 1 001 NIP. 19621120 198811 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.) NIP. 19621113 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 6 Agustus 1990 dari pasangan Bapak Tjasiman dan Ibu Juhartini . Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, dengan adik bernama Gita Dwi Oktapiani dan kakak bernama Yayan Herdiana.
Penulis memulai pendidikan di TK Bougenvil XI (1995-1996), lalu menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Margamukti II (1996-2002), studi menengah pertama di SMP Negeri 1 Cimahi (2002-2005). Kemudian penulis menempuh pendidikan menengah atas di SMAN 1 Luragung (2005-2008). Setelah lulus tingkat menengah atas penulis melanjutkan studi ke tingkat perguruan tinggi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2008, dengan Mayor : Manajemen Sumber Daya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian dan dengan Minor : Manajemen Fungsional, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjalani studi di IPB, penulis aktif mengikuti aktivitas organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT IPB), Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Himpunan Mahasiswa Arya Kamuning Kuningan (HIMARIKA). Selama studi di IPB penulis memperoleh beasiswa PPA(Pengembangan Prestasi) pada semester 1 sampai semester 3, lalu dari semester 4 sampai lulus memperoleh beasiswa dari beasiswa BUMN peduli pendidikan (PT. Angkasa Pura), selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Tanah, Survei dan Evaluasi Lahan, Biologi Tanah, Pengantar Kimia Tanah dan Pengantar Ilmu Tanah. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Electric Furnace slag, Blast Furnace slag, dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L) Varietas IR 64 pada Tanah Gambut dari Kumpeh,
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan rasa puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikroterhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L)
Varietas IR 64 pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi”. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga berbagai kesulitan yang dihadapi dapat teratasi.
Pada kesempatan ini penulis berkeinginan menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.S. dan Dr. Ir. Suwarno, M.Sc, selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, nasihat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis, selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Sri Djuniwati M.Sc selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
3. Kedua orang tuaku Bapak Tjasiman dan Ibu Juhartini, Adik dan Kakak (Gita dan Yayan) atas do’a dan dukungan baik moril maupun materil sehingga menjadi motivasi dan membuat penulis dapat menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor.
4. Pihak beasiswa BUMN Peduli Pendidikan ( PT. Angkasa Pura ) yang telah membiayai penulis selama studi di Institut Pertanian Bogor.
5. Proyek kerja sama IPB dan Research Institute of Industrial Science Technology Korea, yang telah mendanai penelitian ini.
6. Seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
8. Seluruh keluarga besar Ilmu Tanah angkatan 45, yang telah memberi semangat dan bersama-sama selama di IPB.
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu tanah.
Bogor, Desember 2012
DAFTAR ISI
4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikroterhadap Sifat Kimia Tanah ... 16
4.2. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan Tanaman ... 24
4.3. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Produksi Tanaman ... 28
4.4. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikroterhadap Kadar dan Serapan SiO2 pada Tanaman ….. 31
4.5. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikroterhadap Kandungan Logam Berat dalam Beras ... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1. Kesimpulan ... 34
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1.Dosis Perlakuan pada Inkubasi di Laboratorium ... 12 2.Dosis Perlakuan yang Diberikan pada Percobaan Rumah Kaca ... 13 3.Pengaruh Pemberian Electric Furncae Slag , Blast Furnace Slag, dan
Unsur Mikro terhadap pH dan Kandungan Basa-Basa yang
dapat Dipertukarkan dalam Tanah ... 17 4.Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag,dan Unsur Mikro
terhadapUnsur Mikro Tanah ... 20 5.Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag,dan Unsur Mikro
Kandungan Logam Berat dalam Tanah ... 24 6. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro
terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan Maksimum,
Jumlah Anakan Produktif, dan Bobot Jerami ... 25 7. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur
Mikro terhadap Produksi Tanaman ... 29 8. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur
Mikro terhadap Kadar Si dan Serapan SiO2 pada Jerami. ... 32 9. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur
Mikro terhadap Kandungan Logam Berat dalam Beras. ... 33
Lampiran
1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag ... 39 2. Hasil Analisis Awal Tanah Gambut ... 40 3. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap pH tanah ... 41 4. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Ca-dd Tanah pada
Tanah ... 41 5. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Mg-dd Tanah pada
Tanah ... 41 6. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Fe-tersedia pada
7. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Mn-tersedia pada
Tanah ... 42 8. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Cu-tersedia pada
Tanah ... 42
9. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Zn-tersedia pada
Tanah ... 43 10.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Si-tersedia pada
Tanah ... 43 11.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap P-tersedia pada
Tanah ... 43 12.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Tinggi Tanaman
Padi IR-64 ... 44 13.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Jumlah Anakan Padi
IR-64 ... 44 14.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Jumlah Anakan
Produktif Padi IR-64 ... 44 15.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering
Panen Padi IR-64 ... 45 16.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering
Giling Padi IR-64 ... 45 17.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering
Bernas Padi IR-64 ... 45 18.Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast
Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Bobot Kering Gabah
Hampa Padi IR-64 ... 46 19.Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan (Beras) .. . .. 46 20.Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan
Unsur Mikroterhadap pH tanah, Kadar Mg-dd, dan Ca-dd ... 47 21.Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan
22.Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikroterhadap Pertumbuhan Padi IR 6 ... 49 23.Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Diagram Alur Proses Pemurnian Bijih Besi dalam Industri Baja ... 8 2. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag danUnsur Mikro
terhadap Kadar Mg-dd Tersedia dalam Tanah ... 18
3. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag danUnsur Mikro
terhadap Kadar Mg-dd Tersedia dalam Tanah ... 18 4. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro
terhadap Kandungan SiO2 Tersedia dalam Tanah ... 21 5. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro
terhadap Kandungan N-Total dalam Tanah ... 22 6. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro
terhadap Kandungan P-Tersedia dalam Tanah. ... 23 7. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro
terhadap Tinggi Tanaman ... 26 8. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan. ... 27 9. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan Produktif ... 27 10.Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Giling ... 30 11.Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Kering Gabah Bernas ... 30
Lampiran
1. Pengambilan Sampel Gambut ... 55 2. Pencampuran Sampel Gambut dengan Dosis Sesuai dengan Masing-
Masing Perlakuan ... 55 3. Percobaan Rumah Kaca dan Percobaan Inkubasi ... 56 4. Proses Pembibitan Padi IR 64 dan Penanaman Bibit pada Sampel
Gambut ... 56 5. Perbandingan Pertumbuhan Padi antara Kontrol, Perlakuan Unsur Mikro
dan Perlakuan Electric Furnace Slag Umur 7 MST ... 57 6. Perbandingan Pertumbuhan Padi antara Kontrol, Perlakuan Unsur Mikro
7. Perbandingan Pertumbuhan Padi antara Kontrol, Perlakuan Unsur Mikro dan Perlakuan Electric Furnace Slag Umur 17 MST ... 58 8. Perbandingan Pertumbuhan Padi antara Kontrol, Perlakuan Pupuk
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Menurut hasil survei BPS pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan 1.49 % per tahun. Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan besar kebutuhan pangan yang harus dipenuhi oleh pemerintah khususnya beras, karena sebagian besar masyarakat Indonesia dikenal sebagai pengkonsumsi beras. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) rata-rata konsumsi beras 130 kg/kapita/tahun, sehingga jumlah kebutuhan beras yang harus dipenuhi oleh pemerintah yaitu sekitar 30.893.372.380 kg /tahun.
Peningkatan jumlah penduduk juga menimbulkan berbagai permasalahan lainnya, di antaranya yaitu semakin tingginya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian banyak terjadi di Pulau Jawa, yang seharusnya menjadi salah satu wilayah yang mampu memproduksi pangan tertinggi khususnya beras. Salah satu areal yang dapat dikembangkan di daerah luar Pulau Jawa yaitu lahan gambut, mengingat pemanfaatan lahan gambut di Indonesia belum dilakukan secara optimal.
Pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian khususnya dalam budidaya padi sawah memiliki berbagai permasalahan yang akan dihadapi, di antaranya yaitu : tingkat kemasaman, tingginya kandungan asam-asam organik beracun, status dan keseimbangan haranya rendah serta kandungan silikat yang rendah. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut antara lain pengapuran, penambahan bahan amelioran, pengaturan drainase lahan gambut yang baik, penambahan berbagai unsur hara mikro dan makro, penambahan tanah mineral berkadar besi tinggi dan lain-lain (Salampak, 1999).
(Agus dan Subiksa, 2008). Penambahan unsur mikro yang kaya Cu dan Zn diharapkan mampu memperbaiki sifat kimia tanah gambut.
Terak baja juga dapat digunakan sebagai bahan ameliorant yang mampu memperbaiki sifat kimia tanah gambut. Hidayatulloh (2006) menyatakan bahwa penambahan terak baja pada padi di lahan gambut mampu meningkatkan bobot kering gabah bernas 65-96% dan meningkatkan kandungan basa-basa K, Ca, dan Mg dapat ditukar. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terak baja sangat potensial menjadi bahan amelioran untuk meningkatkan produksi padi, akan tetapi penggunaan terak baja harus berdasarkan dosis yang tepat, mengingat kandungan unsur mikro pada terak baja juga berpotensi menjadi racun pada tanaman jika terdapat dalam jumlah yang banyak. Karena komposisi kimia terak baja banyak mengandung Fe, Mn, Ca, Mg, Si, K, P dan beberapa unsur mikro lainnya. Menurut hasil penelitian Syihabudin (2011), pemberian steel slag mampu meningkatkan pertumbuhan dan gabah bernas. Selain itu steel slag sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pupuk Si untuk padi. Pengaruh steel slag pada lahan gambut terbukti jauh lebih baik daripada tanah mineral.
Jenis steel slag yang biasa digunakan sebagai pupuk Si dalam budidaya padi sawah di Jepang, Korea,dan beberapa negara lain adalah blast furnace slag, jenis steel slag tersebut memiliki kandungan Si yang tinggi dan beberapa unsur hara makro dan mikro. Jenis steel slag yang diproduksi di Indonesia adalah
electric furnace slag. Selain memiliki kandungan Si , electric furnace slag dari Indonesia juga mengandung Fe dan P yang tinggi, serta mengandung beberapa hara mikro dan mikro (Suwarno and Goto, 1997).
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Membandingkan pengaruh pemberian electric furnace slag Indonesia dengan blast funace slag Korea, serta unsur mikro terhadap sifat kimia tanah pada tanah gambut dari Kumpeh.
2. Membandingkan pengaruh pemberian electric furnace slag, blast funace slag, dan unsur mikro terhadapperumbuhan dan produksi padi pada tanah gambut dari Kumpeh, Jambi.
3. Mengetahui pengaruh pemberian electric furnace slag,blast furnace slag,
dan unsur mikro terhadap kandungan logam berat beracun dalam beras untuk kelayakan konsumsi beras.
1.3 Hipotesis
1. Pemberian electric furnace slag, blast furnace slag, dan unsur mikro mampu memperbaiki sifat kimia tanah gambut, diantaranya meningkatkan pH tanah, dan basa-basa dapat dipertukarkan. Serta mampu meningkatkan ketrsediaan unsur mikro pada tanah gambut.
2. Pertumbuhan dan produksi tanaman padi IR 64 pada perlakuan electric funace slag lebih baik daripada perlakuan blast furnace slag, dan kontrol. 3. Kandungan logam berat beracun beracun dalam beras berada di bawah
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah Gambut
2.1.1. Pengertian Tanah Gambut
Menurut BBP2SLP (2006) tanah gambut adalah tanah-tanah yang jenuh air, tersusun dari bahan organik berupa sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang telah melapuk dengan ketebalan lebih dari 45 cm ataupun terdapat secara berlapis bersama tanah mineral pada ketebalan 80 cm serta mempunyai tebal lapisan bahan organik lebih dari 50 cm. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 14/2009, gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi lebih dari 65% yang terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang terhambat proses dekomposisinya karena suasana anaerob. Dalam sistem klasifikasi taksonomi tanah (Soil Taxonomy) (1999), gambut tergolong ke dalam Histosol, yaitu tanah yang selalu ada dalam kondisi jenuh air atau tergenang selama 30 hari atau lebih, tiap tahun pada tahun-tahun normal (atau telah didrainase), mempunyai batas atas di dalam 40 cm dari permukaan tanah, dan menyusun dua pertiga atau lebih dari ketebalan total tanah, dan tidak memiliki horison mineral atau memiliki lapisan horison mineral dengan ketebalan total 10 cm atau kurang.
Menurut Noor (2001), berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya, gambut dibagi kedalam empat kategori , yaitu :
Gambut dangkal, ketebalan lapisan bahan organik antara 50-100 cm Gambut tengahan, ketebalan lapisan bahan organik antara 100-200 cm. Gambut dalam, ketebalan lapisan bahan organik antara 200-300 cm.
Gambut sangat dalam, ketebalan lapisan bahan organik antara > 300 cm.
2.1.2. Sifat-Sifat Kimia Tanah Gambut
senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya (Agus dan Subiksa, 2008). Secara umum gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena miskin unsur hara dan mengandung beragam asam-asam organik yang sebagian bersifat racun bagi tanaman, namun asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur hara. Karakteristik dari asam-asam organik ini akan menentukan sifat kimia gambut. Selain meracuni tanaman, asam-asam organik juga mengakibatkan pH gambut sangat rendah. Tanah gambut umumnya bereaksi masam (pH 3.0-4.5). Gambut dangkal mempunyai pH lebih tinggi (pH 4.0-5.1) daripada gambut dalam (pH 3.1-3.9) (Handayani, 2008).
Gambut di Indonesia pada umumnya tergolong pada tingkat kesuburan oligotrofik. Menurut Noor (2001), gambut yang tergolong ke dalam kesuburan oligotrofik yaitu gambut yang memiliki tingkat kesuburan rendah, selain itu gambut oligotrofik ditemukan pada gambut ombrogen, yaitu gambut yang tebal dan miskin unsur hara.
Di sisi lain kapasitas tukar kation (KTK) gambut tergolong tinggi, tetapi kejenuhan basa (KB) sangat rendah. Muatan negatif (yang menentukan KTK) pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan tergantung pH (pH dependent charge), KTK akan naik bila pH gambut ditingkatkan, atau sebaliknya. Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil disosiasi hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol (Widyati dan Rostiwati, 2010).
2.1.3. Sifat-Sifat Fisik Gambut
Rendahnya BD gambut menyebabkan daya menahan atau menyangga beban (bearing capacity) menjadi sangat rendah. Hal ini menyulitkan beroperasinya peralatan mekanisasi karena tanahnya yang lembek. Gambut juga tidak bisa menahan pokok tanaman tahunan untuk berdiri tegak. Hal ini karena akar tunjang tanaman tidak bisa mencengkeram tanah. Akibatnya tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit atau kelapa, atau tanaman kehutanan misalnya Acasia crassicarpa atau Eucalyptus pellita, seringkali doyong atau bahkan roboh (Widyati dan Rostiwati, 2010).
Sifat fisik tanah gambut lainnya adalah sifat mengering tidak balik. Gambut yang telah mengering, dengan kadar air <100% (berdasarkan berat), tidak bisa menyerap air lagi kalau dibasahi. Gambut yang mengering ini sifatnya sama dengan kayu kering yang mudah hanyut dibawa aliran air dan mudah terbakar dalam keadaan kering . Gambut yang terbakar menghasilkan energi panas yang lebih besar dari kayu/arang yang terbakar, sehingga ketika terbakar sulit dipadamkan dan apinya bisa merambat di bawah permukaan dan bisa meluas tidak terkendali (Widyati dan Rostiwati, 2010).
Jika tanah gambut dibuka dan mengalami pengeringan karena drainase,
maka gambut akan ’kempes’ atau mengalami subsidence sehingga terjadi penurunan permukaan tanah. Bila tanah gambut mengalami pengeringan yang
berlebihan, koloid gambut menjadi rusak dan terjadi gejala kering tak balik
(irreversible drying). Gambut tidak mampu lagi menyerap hara dan menahan air,
sehingga pertumbuhan tanaman dan vegetasi menjadi kerdil. Penurunan permukaan gambut akibat subsiden, baik yang disebabkan oleh drainase maupun dekomposisi, akan menyebabkan menurunnya kemampuan gambut menahan air (Noor, 2001).
2.1.4. Usaha-Usaha Perbaikan Lahan Gambut
Dengan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di lahan gambut, dapat dilakukan berbagai usaha. Menurut Noor (2001), usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk perbaikan lahan gambut, di antaranya :
Pengelolaan struktur tanah organik pada umumnya memerlukan pemadatan dari pada penggemburan. Pengelolaan cenderung merusak struktur semula dan tanah menjadi peka terhadap erosi angin. Oleh sebab itu pemadatan merupakan hal penting dalam pengelolaan tanah. Pemadatan tanah organik juga memungkinkan akar berhubungan lebih dekat dengan tanah dan memungkinkan air naik dari bawah.
Penambahan kapur, keadaan sangat masam dapat menyebabkan pelarutan besi, aluminium dan mangan sampai suatu tingkat sehingga mereka menjadi racun. Dalam keadaan demikian, penambahan kapur dapat mengurangi keracunan unsur tersebut.
Unsur mikro, tanah gambut tidak hanya memerlukan kalium, fosfor dan nitrogen, tetapi juga membutuhkan unsur mikro, sehingga tanah gambut menjadi lebih subur.
2.2. Terak Baja dan Pengaruhnya terhadap Tanaman.
Terak baja merupakan produk sampingan dari proses pemurnian besi cair dalam pembuatan baja. Ada tiga jenis terak baja yang dapat dimanfaatkan dalam pertanian, yaitu blast furnance slag, basic slag, dan electric furnance slag.
Susunan kimia dari terak baja berbeda-beda, baik dalam jenis unsur maupun kadarnya, tergantung pada bahan baku dan cara pembuatan baja. Terak baja umumnya mengandung unsur utama Ca dan Si, sedangkan unsur-unsur lain yang terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Mg, Al, Fe, dan Mn (Mulyadi et al, 2001)
Gambar 1. Diagram Alur Proses Pemurnian Bijih Besi dalam Industri Baja (American Iron and Steel Institute dalam http://www. Steel.org//)
Blast furnance slag merupakan produk sampingan dari biji besi yang dipanaskan 1.9000 C yang melalui iron making processes. Menurut Das S.et al. (2006), blast furnance mengandung beberapa unsur, seperti silika (30-35%), kalsium oksida (28-35%), magnesium oksida (1-6%), dan Al2O3/Fe2O3 (18-25.8%). Daya netralisasi dari blast furnace slag berkisar antara 74-90 %.
Electric furnace slag merupakan produk sampingan dalam pembentukan biji besi, yang telah melewati steel making process. Komposisi kimia pada
electric furnace slag hampir sama dengan blast furnace slag. Daya netralisasinya antara 65-80 % ( Tisdale dan Nelson, 1997).
Terak baja dalam pertanian digunakan antara lain: (1) untuk menetralkan kemasaman tanah serta menambah unsur Ca dan Mg, (2) menurunkan unsur-unsur beracun dalam tanah, (3) meningkatkan unsur fosfor dalam tanah, (4) sebagai sumber silikat (Barber, 1967 dalam Rahim, 1995).
terak baja memungkinkan terjadinya kenaikan pH, menurunkan konsentrasi Al, Fe dan Mn dan menaikkan kandungan Ca dalam tanah.
Electric furnace slag dan blast furnace slag merupakan beberapa jenis dari
slag yang biasa dimanfaatkan dalam pertanian sebagai bahan amelioran untuk memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi pada tanah masam (Rahim, 1995). Menurut Barchia (2006), ameliorasi lahan gambut dengan kation bervalensi tinggi telah banyak dilakukan. Fenomena ikatan antar logam dan asam organik memungkinkan beberapa kation dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan reaktivitas asam-asam fenolat, sehingga tidak membahayakan tanaman. Pemberian amelioran bahan tanah mineral berkadar besi tinggi dapat meningkatkan produktivits tanamannya (Salampak, 1999). Penambahan terak baja pada padi di lahan gambut mampu meningkatkan bobot kering gabah bernas sebesar 65-96% dan meningkatkan kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan seperti K, Ca, dan Mg (Hidayatulloh, 2006). Selain itu pemanfaatan
steel slag di tanah gambut lebih menunjukan hasil yang signifikan jika dibandingkan aplikasi pada tanah mineral. Seperti hasil penelitian Suwarno (2002), pada percobaan pot dengan menggunakan tanah gambut dari Lagan,Jambi. menunjukan bahwa penambahan steel slag berpengarung sangat nyata meningkatkan pH, ketersediaan Si, Ca dan Mg, serta mampu meningkatkan produksi dan pertumbuhan padi.
2.3. Padi
Padi merupakan tanaman pangan yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
Klasifikasi botani padi adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54
(dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah). (BBPT Padi 2010).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan melalui percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Penelitian berlangsung pada bulan Februari 2012-September 2012. Penelitian rumah kaca dilakukan di rumah kaca University Farm, Cikabayan. Sedangkan percobaan inkubasi, analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Contoh tanah gambut yang berasal dari Kumpeh, Jambi. Ciri kimiawi tanah dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Terak baja yang digunakan adalah electric furnace slag dari indonesia dan blast furnace slag dari Korea (Karakteristik electric furnace slag
dan blast furnace slag disajikan pada Tabel Lampiran 2). Unsur mikro (CuSO4 pot), plastik, meteran, penggaris, hand sprayer, timbangan, kain kasa, bambu, dan kamera, sedangkan beberapa peralatan untuk analisis tanah dan tanaman yang digunakan di laboratorium yaitu neraca, labu kjeldahl/digestion, destilator, tabung reaksi, pipet, buret, oven, spectrophotometer, flamephotometer, atomic absorption spectrophotometer (AAS).
3.3. Metode Penelitian.
Percobaan inkubasi di laboratorium
Tabel 1. Dosis Perlakuan pada Inkubasi di Laboratorium
Model matematika rancangan ini adalah sebagai berikut : Yij = μ + αi + Eij
Analisis statistik dengan menggunakan ANOVA (program SAS) dan apabila berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf α = 5%.
Bobot tanah yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebanyak 100 gram/pot, kemudian tanah dicampur dengan electric furnace slag, blast furnace slag dan unsur mikro sesuai dengan masing-masing dosis yang telah ditentukan (Tabel 1). Setelah dilakukan pencampuran dilakukan penggenangan setinggi 5 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan air bebas ion, lalu diinkubasi selama satu bulan, kemudian setelah satu bulan inkubasi dilakukan analisis sifat kimia tanah (Percobaan disajikan dalam Gambar Lampiran 3).
NH4OAc 1 N pH 7, Si tersedia dengan metode ekstraksi Natrium asetat 1 N pH 4, unsur-unsur mikro seperti Fe, Mn, Cu, Zn tersedia metode ekstraksi DTPA pH 7.3 (Dietilen Triamine Penta Acetic Acid), logam-logam berat (Pb, Cd, Hg, Cr) tersedia metode ekstraksi HCl 0.05 N (Cara kerja metode analisis dapat dilihat pada Lampiran 2).
Percobaan Rumah Kaca
Percobaan rumah kaca merupakan perlakuan yang sama dengan percobaan inkubasi, yaitu merupakan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari 10 perlakuan, dan 3 kali ulangan, sehingga jumlah satuan percobaan sebanyak 30 buah (Percobaan rumah kaca disajikan pada Gambar Lampiran 3). Perlakuan yang diberikan tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Perlakuan yang Diberikan pada Percobaan Rumah Kaca
Perlakuan EF Slag * BF Slag* Urea** SP -36** KCl***
Model matematika rancangan percobaan rumah kaca sama dengan percobaan inkubasi, yaitu sebagai berikut :
Yij = μ + αi + Eij
menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf α = 5%.
Setiap pot percobaan diisis dengan bobot tanah 7.06 kg/pot bobot tanah lembab setara dengan 1.75 kg/pot BKM (KA tanah gambut = 303.52%). Electric furnace slag dan blast furnance slag (setara dengan EF slag) yang diberikan masing-masing dengan dosis 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8%, lalu diaduk bersamaan dengan tanah gambut dan diinkubasi dalam rumah kaca selama satu bulan dalam keadaan lembab (Proses pencampuran disajikan pada Gambar Lampiran 1).
1. Penyemaian
Sebelum penanaman dilakukan proses persemaian terlebih dahulu pada benih padi IR 64 selama 21 hari dengan menggunakan media kain kasa dan air dengan menggukan sebuah nampan. Kain kasa yang digunakan sebagai media dijaga kelembaban dan pada nampan tersebut ketersediaan air selalu dijaga supaya benih dapat menyerap air dengan cukup dan tidak tergenang supaya benih tidak membusuk. Pemindahan bibit padi pada media tanam dilakukan pada saat bibit padi berumur 21 hari (Persemaian dapat dilihat pada Gambar Lampiran 4)
2. Penanaman dan Pemeliharaan
Satu hari sebelum penanaman dilakukan pencampuran pupuk dasar (urea, SP-36 dan KCl) terlebih dahulu pada media tanam dengan dosis yang sama pada setiap perlakuan (Tabel 2). Pupuk urea diberikan tiga kali dengan rincian 1/3 bagian pada saat tanam, 1/3 bagian pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam, dan 1/3 bagian lagi diberikan saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pupuk SP-36 diberikan seluruhnya saat tanam, dan pupuk KCl diberikan dua kali dengan rincian masing-masing 1/2 bagian saat tanaman 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Penanaman dilakukan pada bibit berumur 21 hari, setiap pot ditanamani sebanyak 2 bibit padi ke dalam pot perlakuan. (Gambar Lampiran 4). Selanjutnya pada setiap perlakuan dilakukan penggenangan dengan tinggi genangan sekitar ± 5 cm dari permukaan tanah.
tinggi tanaman, jumlah anakan umur 3-11 minggu setelah tanam (MST), jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif. Pengukuran tinggi padi dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi setelah diluruskan. Variabel produksi tanaman yang diukur terdiri dari : jumlah anakan produktif, bobot gabah kering panen (BGKP), bobot gabah kering giling (BGKG), bobot kering gabah bernas (BKGB), dan bobot kering gabah hampa (BKGH).
3. Pemanenan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah
4.1.1. pH Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan
Berdasarkan Tabel 3 dan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 3), dapat dilihat bahwa perlakuan blast furnace slag, berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah jika dibandingkan dengan perlakuan electric furnace slag dan unsur mikro. Nilai pH pada perlakuan blast furnace slag lebih tinggi daripada perlakuan
electric furnace slag, unsur mikro dan kontrol. Secara umum kenaikan pH tanah ini mengikuti penambahan dosis, peningkatan pH pada tanah gambut diduga disebabkan oksida-oksida Ca dan Mg yang terdapat pada electric furnace slag
dan blast furnace slag. Ca dan Mg yang terdapat dalam electric furnace slag dan
blast furnace slag bereaksi dengan H2O membentuk hidroksida Ca dan Mg, sehingga meningkatkan konsentrasi OH- dan menyebabkan pH tanah menjadi meningkat. Selain itu menurut Suwarno (2002), meningkatnya pH tanah pada tanah yang diberikan steel slag disebabkan karena adanya reaksi OH- dan silikat (H3SiO3-) dengan H+, menghasilkan H2O dan H4SiO4, proses ini mampu menurunkan konsentrasi H+ , sehingga pH tanah meningkat.
Nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan blast furnace slag pada dosis BF Slag 8 % dengan nilai pH 4.5 dan kenaikan pH tersebut sebesar 28.6 % dari kontrol. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syihabudin (2011), yang menyatakan bahwa penambahan slag ke dalam tanah gambut mampu meningkatkan pH tanah.
Menurut hasil analisis ragam Ca-dd dan Mg-dd perlakuan electric furnace slag, blast furnace slag, dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap kadar Ca-dd dan Mg-dd pada tanah (Tabel Lampiran 4 dan 5). Berdasarkan hasil uji lanjut (Tabel 3), perlakuan blast furnace slag berpengaruh sangat nyata terhadap kadar Ca-dd dibandingkan dengan perlakuan kontrol, sedangkan perlakuan
jika dibandingkan dengan perlakuan yang ditambahkan unsur mikro dan kontrol (Data lengkap terlampir pada Tabel Lampiran 20).
Nilai kadar Ca-dd pada perlakuan blast furnace slag cenderung lebih tinggi daripada perlakuan electric furnace slag, unsur mikro dan kontrol. Kadar Ca-dd tertinggi terdapat pada perlakuan BF Slag 8% sebesar 35.91 me/100g, dengan kenaikan sebesar 710.5 % dari nilai kontrol. Sedangkan nilai kadar Mg-dd pada perlakuan electric furnace slag cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kadar Mg-dd pada perlakuan blast furnace slag, unsur mikro dan kontrol.
Kadar Mg-dd tertinggi terdapat pada perlakuan BF Slag 8 % sebesar 8.92 me/100g, dengan kenaikan kadar Mg-dd sebesar 147.5 % dari kontrol.
Secara umum, semakin tinggi pemberian dosis perlakuan maka semakin tinggi juga kadar Ca-dd dan Mg-dd yang dapat dipertukarkan.
Tabel 3. Pengaruh Electric Furncae Slag , Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro terhadap pH dan Kadar Basa-Basa yang dapat Dipertukarkan dalam
Gambar 2. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar Ca-dd dalam Tanah
Gambar 3. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar Mg-dd dalam Tanah
4.1.2. Unsur Mikro dalam Tanah
sangat nyata terhadap kadar unsur mikro (Fe, Mn, Cu, dan Zn ). Pada hasil uji lanjut (Tabel 4) dapat terlihat bahwa perlakuan electric furnace slag berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan Fe dan Mn dibandingkan dengan perlakuan
blast furnace slag, unsur mikro, dan kontrol.
Perlakuan electric furnace slag memiliki kadar Fe dan Mn lebih tinggi daripada perlakuan blast furnace slag dan unsur mikro. Kadar Fe tersedia tertinggi terdapat pada perlakuan EF Slag 8 % yaitu 855.21 ppm dengan kenaikan sebesar 107 % dari kontrol dan kadar Mn tertinggi terdapat pada perlakuan EF Slag 8 % dengan kadar Mn sebesar 81.36 ppm dan kenaikan sebesar 135 % dari kontrol.
Tabel 4. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Unsur Mikro dalam Tanah
Perlakuan Fe tersedia Mn tersedia Cu tersedia Zn tersedia
……….. ppm ………..
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
4.1.3. Kadar SiO2 Tersedia dalam Tanah.
Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan electric furnace slag, blast furnace slag, dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap SiO2 tersedia pada tanah (Tabel Lampiran 10). Hasil uji lanjut (Gambar 4), menunjukan bahwa perlakuan blast furnace slag berpengaruh sangat nyata terhadap kadar SiO2 dibandingkan dengan kontrol dan unsur mikro. Kadar SiO2 pada perlakuan blast
furnace slag lebih tinggi daripada perlakuan electric furnace slag, unsur mikro dan kontrol , kadar SiO2 tersedia tertinggi terdapat pada perlakuan BF Slag 8% dengan kandungan SiO2 tersedia sebesar 529.2 ppm dengan kenaikan sebesar 897 % dari kontrol dan terendah terdapat pada perlakuan yang ditambahkan unsur mikro yaitu dengan kadar Si sebesar 43.1 ppm.
Lebih tingginya kadar SiO2 tersedia pada perlakuan yang ditambahkan
Gambar 4. Pengaruh Electric Furnace Slag,Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar SiO2 Tersedia dalam Tanah
4.1.4. N-Total dalam Tanah
Gambar 5. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Kandungan N-Total dalam Tanah
4.1.5. Kadar P-Tersedia dalam Tanah
Gambar 6. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro terhadap Kadar P-Tersedia dalam Tanah
4.1.6. Kandungan Logam Berat dalam Tanah
Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan electric furnace slag, blast furnace slag, dan unsur mikro tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam berat beracun dalam tanah. Pada hasil Tabel 5, dapat terlihat bahwa kandungan logam berat dalam tanah sangat rendah . Rendahnya kandungan logam berat pada tanah diduga dapat disebabkan karena naiknya pH tanah gambut. Seperti yang dinyatakan oleh Soepardi (1983), semakin meningkatnya pH tanah dapat menyebabkan unsur logam berat menjadi imobil dan kurang tersedia bagi tanaman, sehingga dengan pemberian electric furnace slag dan blast furnace slag
Tabel 5. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag,dan Unsur Mikro terhadap Kadar Logam Berat dalam Tanah
Perlakuan Pb Cd Hg
Keterangan : td = tidak terdeteksi
4.2. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan Tanaman
Perlakuan electric furnace slag, blast furnace slag, dan unsur mikro menurut hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 12, 13 dan 14) berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi IR 64. Penambahan electric furnace slag dan blast furnace slag nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman yang berupa tinggi tanaman, jumlah anakan dan anakan produktif. Berdasarkan hasil uji lanjut (Tabel 6) pertumbuhan tanaman pada perlakuan electric furnace slag
berbeda sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan unsur mikro dan kontrol, serta berbeda nyata terhadap perlakuan blast furnace slag.
Pada perlakuan unsur mikro dan kontrol tanaman tidak mampu tumbuh dengan baik. Hal ini karena tanaman mengalami kekurangan hara dan kurangnya cahaya matahari yang digunakan untuk proses fotosintesis. Kurangnya unsur hara mennyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tanaman mati pada usia 6 MST untuk tanaman kontrol dan tanaman dengan perlakuan unsur mikro mati pada usia 11 MST, sedangkan pada perlakuan electric furnace slag dan blast furnace slag
Tabel 6. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan Maksimum, Jumlah Anakan Produktif, dan Bobot Jerami
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Anakan
Maksimum
Jumlah Anakan
Produktif Bobot Jerami
(cm) (Batang/pot) (Batang/pot) (gram/pot)
Kontrol 15.4 a 0.0 a 0.0 a -
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Gambar 7. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro terhadap Tinggi Tanaman
Perlakuan electric furnace slag memiliki tinggi tanaman padi lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan blast furnace slag, unsur mikro dan kontrol. Secara umum tinggi tanaman pada perlakuan electric furnace slag lebih baik daripada perlakuan blast furnace slag. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan EF Slag 6 % dimana tinggi tanaman mencapai 84.0cm dengan kenaikan sebesar 445 % dari tinggi kontrol (Gambar 7).
Gambar 8. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro terhadap Jumlah Anakan Maksimum
4.3. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Produksi Tanaman
Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 15,16,17 dan 18), dapat terlihat bahwa pemberian electric furnace slag, blast furnace slag, dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi. Pada hasil uji lanjut (Tabel 6) dapat dilihat bahwa tanaman dengan perlakuan electric furnace slag
memiliki produksi yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan blast furnace slag, unsur mikro dan kontrol. Produksi tanaman padi dengan perlakuan electric furnace slag memiliki hasil lebih tinggi daripada perlakuan blast furnace slag,
unsur mikro dan kontrol. Secara umum produksi tanaman meningkat seiring dengan bertambahnya dosis perlakuan yang diberikan. Bobot gabah kering panen (GKP), bobot gabah kering giling (GKG), bobot kering gabah bernas (KGB) tertinggi terdapat pada perlakuan EF Slag 8%. Pada perlakuan unsur mikro dan kontrol tanaman tidak mampu menghasilkan malai, karena tanaman mengalami kekurangan unsur hara sehingga tanaman menjadi mati pada usia tanaman 11 MST dan 6 MST.
Jika dilihat dari seluruh perlakuan, pada perlakuan electric furnace slag
memiliki produksi tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan
Tabel 7. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro
Keterangan : Angka rataan yang diikuti oleh huruf yang pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Gambar 10. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering Giling
4.4. Pengaruh Electric Furnace Slag dengan Blast Furnace Slag terhadap Kadar dan Serapan SiO2 pada Tanaman
Berdasarkan Tabel 8, kadar SiO2 pada jerami yang tertinggi terdapat pada perlakuan EF Slag 4 % dengan kadar SiO2 sebesar 19.41 % dan kadar SiO2 yang paling rendah terdapat pada BF Slag 2% yaitu sebesar 5.64 % . Jumlah serapan SiO2 pada jerami, tertinggi terdapat pada perlakuan EF Slag 6 % yaitu sebanyak 8.59 g/pot dan serapan SiO2 terendah terdapat pada perlakuan BF Slag 2 % yaitu sebanyak 0.05 g/pot, sedangkan pada kontrol dan unsur mikro, jumlah serapan dan kadar SiO2 tidak diamati dikarenakan tanaman mati ketika umur 6 MST, sehingga tidak dapat dianalisis serapan dan kadar SiO2 pada tanamannya.
Peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada tanah gambut bukan hanya disebabkan oleh tingginya ketersediaan Si dalam tanah, tetapi dipengaruhi juga oleh ketersediaan unsur hara mikro dan makro, dimana mampu mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman padi.
Seperti dapat dilihat pada hasil penelitian, tanaman pada perlakuan unsur mikromampu meningkatkan ketersediaan unsur mikro Cu dan Zn, tetapi tanaman tidak mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman bahkan mati pada saat usia tanaman 11 MST. Pada perlakuan blast furnace slag, mampu meningkatkan pH tanah, memiliki ketersediaan Si dan Mg dalam tanah. Tanaman pada perlakuan ini dapat tumbuh dan berproduksi, akan tetapi jika dibandingkan dengan perlakuan electric furnace slag, tanaman pada perlakuan electric furnace slag memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi. Tingginya pertumbuhan dan produksi tanaman pada perlakuan electric furnace slag
disebabkan karena pada perlakuan ini memiliki ketersediaan unsur hara P, Ca, Fe, dan Mn yang lebih tinggi.
pertumbuhan terhambat tetapi kuantitas dan waktu panen. Unsur Si berpengaruh dalam mempercepat pertumbuhan, memperkuat batang dan akar, mempercepat pembentukan malai, serta meningkatkan jumlah bulir permalai dan jumlah gabah bernas (De Datta, 1981). Kalsium (Ca) berfungsi dalam merangsang pertumbuhan dan penyerbukan tanaman, sedangkn unsur Mn berfungsi sebagai stimulator pemecah molekul air pada fotosintesis dan sebagai komponen struktural pada sistem membran kloroplas (Hanfiah, 2005).
Dengan demikian tingginya ketersediaan unsur hara (P, Fe, Ca, dan Mn) pada perlakuan electric furnace slag menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi varietas IR 64 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan blast furnace slag, unsur mikro dan kontrol.
Tabel 8. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar dan Serapan SiO2 pada Jerami
Perlakuan Kadar SiO2 Serapan SiO2
4.5. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag, dan Unsur Mikro terhadap Kandungan Logam Berat dalam Beras
Berdasarkan hasil analisis ( Tabel 9), kandungan logam berat timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) yang terkandung pada beras untuk perlakuan
ditambahkan electric furnace slag dengan blast furnace slag juga sangat sedikit sehingga kandungan logam berat yang terserap oleh tanaman sedikit.
Dengan demikian pemberian electric furnace slag dan blast furnace slag
nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi, selain itu kandungan logam berat (Pb, Cd, dan Hg) yang terdapat dalam beras berada di bawah ambang batas maksimum cemaran kandungan logam berat dalam beras, sehingga beras aman untuk dikonsumsi.
Tabel 9. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Kandungan Logam Berat dalam Beras
Perlakuan Pb Cd Hg
……….. ppm ……….
Kontrol - - -
Unsur Mikro - - -
EF Slag 4 % td 0.1 td
EF Slag 6 % td 0.2 td
EF Slag 8 % td 0.1 td
BF Slag 2 % - - -
BF Slag 4 % - - -
BF Slag 6 % 0.1 0.1 td
BF Slag 8 % - - -
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pada perlakuan electric furnace slag memiliki ketersediaan Fe, Ca, Mn, dan P yang tinggi dan tanah dengan perlakuan blast furnace slag memiliki pH tanah yang tinggi, ketersediaan Mg, dan Si tersedia pada tanah yang tinggi. Tetapi pada perlakuan unsur mikro hanya memiliki kadar Cu dan Zn yang lebih tinggi.
2. Pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah pada perlakuan electric furnace slag lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan
blast furnace slag dan unsur mikro. Dosis EF Slag 8 % memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan EF 2 %, EF 4 %, dan EF 6 %.
3. Kandungan logam berat dalam beras pada perlakuan electric furnace slag (EF 2 %, EF 4 %, 6 %, dan EF 8 %) dan blast furnace slag (BF 2 %, BF 4 %, BF 6 % dan BF 8 %)berada di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan (beras) menurut SNI (Pb = 0.3 mg/kg, Cd = 0.4 mg/kg, Hg = 0.05 mg/kg), sehingga beras yang dihasilkan oleh perlakuan tersebut aman untuk dikonsumsi.
5.2. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh residu pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F dan I.G.M, Subiksa. 2008. Lahan Gambut : Potensi Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Cebtre (ICRAF), Bogor.
[Anonim]. 2010. American Iron and Steel Institute (AISI), “How Steel is Made”. [terhubung berkala]. http://www. Steel.org//. [September 2012].
Bahri, S. 2008. Kebijakan Pemanfaatan Limbah Industri PULP dan Kertas, hlm 6-15. Dalam Seminar Teknologi Pemanfaatan Limbah Industri Pulp dan Kertas Untuk Mengurangi Beban Linkungan. November 2008.
Barchia, F.M. 2006. Gambut : Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
[BBPT Padi] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.2008. Deskripsi Padi Varietas IR64. [terhubung berkala]. http://pustaka.litbang.deptan.go.id. [Desember 2011].
[BBP2SLP] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. BBP2SLP, Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia. BPS [terhubung berkala] http://bps.go.id/. [Desember 2011].
Das, B.S., P.S. Prakash, R. Reddy, dan V.N. Misra. 2007. An overview of utilization of slag and sludge from steel industries. Journal of Resources, Conservation and Recycling 50:40–57.
De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley-Interscience Publication, Singapore.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Direktoral Jenderal Pengembangan Lahan dan Air. [terhubung berkala]. http://psp.deptan.go.id/. [Juli 2012].
. 2009. Peraturan Menteri Pertanian No.14/ Permentan/PL.110/2/2009. Pedoman pemanfaatn lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit. [terhubung berkala]. http://perundangan.deptan.go.id. [Juli 2012].
Hanafiah, A.K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hidayatuloh, S. 2006. Pengaruh slag terhadap sifat kimia tanah dan produksi padi sawah pada tanah gambut Mukok, Sanggau [Skripsi]. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Mulyadi, M., D.A. Idris, A. Rachim, dan S. Simeon . 2001. Kajian pemberian blotong dan terak baja pada tanah Kandiudoxs Pelaihari dalam upaya memperbaiki ciri kimia tanah serta serapan hara dan pertumbuhan tanaman tebu. Forum Pascasarjana 26:81-87.
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut “Potensi dan Kendala”. Kanisius, Yogyakarta.
Paretta dan Estasia. 2009. Pengaruh Slag ( AgriPower) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Serta Emisi Gas Rumah Kaca (CH4 dan N2O).
[Skripsi]. Departeman Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Rahim, S.S. 1995. Penggunaan terak baja sebagai sumber silikat bagi pertumbuhan dan produksi padi sawah varietas IR-64 pada Entisol Sukamandi. [Skripsi]. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Salampak.1999. Peningkatan Produksi Tanah Gambut yang Disawahkan dengan Pemberian Bahan Amelioran Tanah Mineral Berkadar Besi Tinggi.
[Disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa) pada Tanah Gambut Dalam dari Kumpeh, Jambi. [Skripsi]. Departeman Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Widyati, E dan T. Rostiwati. 2010. Memahami Sifat-sifat Tanah Gambut untuk Optimasi Pemanfaatan Lahan Gambut. Dalam Mitra Hutan Tanaman, hal 51-68. Pusat Penelitian Hutan dan Pengambangan Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor.
Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag
Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia
Fe2O3 g kg-1 7.9 431.8
CaO g kg-1 408 260.0
SiO2 g kg-1 344 127.0
MgO g kg-1 47.7 78.6
Al2O3 g kg-1 160.7 72.1
K2O g kg-1 4.1 0.41
P2O5 g kg-1 2.1 0.53
Na2O g kg-1 2.3 3.3
Mn g kg-1 2.75 12.4
Cu mg kg 108.0 22.0
Zn mg kg 27.14 79.0
DN (Daya Netralisasi) % 84.8 66.1
Logam Berat
As mg kg-1 10.92 3.17
Cd mg kg-1 28.45 0.17
Cr mg kg-1 Td 832
Pb mg kg-1 242 5.0
Hg mg kg-1 2.05 0.08
Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Awal Tanah Gambut
Unsur Kimia Satuan Nilai
Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap pH Tanah
Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Fhitung Ftabel
Keragaman Kuadrat Tengah F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 2.58 0.286 79.95** 2.40 3.45
Galat 20 0.07 0.004
Total 29 2.65
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap pH.
Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Ca-dd pada
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap Ca-dd dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Mg-dd Pada
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag,
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap Fe-tersedia dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Mn-tersedia
** Pemberian electric furnace. blast furnace slagdan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap Mn-tersedia dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Cu-tersedia
Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag,
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap Zn dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Si-tersedia
* Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh nyata terhadap Si-tersedia dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap P-tersedia
Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag,
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 13. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Jumlah
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan maksimum dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Jumlah
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering Panen Padi IR-64
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah kering panen dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering Giling Padi IR-64
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikroberpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah kering giling dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering Bernas Padi IR-64
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag,
** Pemberian electric furnace slag. blast furnace slag dan unsur mikro berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah kering bernas dengan taraf α = 5%.
Tabel Lampiran 19. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan (Beras)
Elemen Logam Berat Batas Maksimum Cemaran
Tabel Lampiran 20. Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap pH Tanah, Kadar Mg-dd, dan Ca-dd
Perlakuan
pH Mg Ca
Ulangan
Rataan Ulangan Rataan Ulangan Rataan
I II III I II III I II III
……… me/100 g ………... Kontrol 3.50 3.50 3.50 3.50 3.17 5.18 2.45 3.60 3.62 5.23 4.43 4.43 Unsur Mikro 3.60 3.55 3.50 3.60 3.33 2.76 4.08 3.39 4.98 4.77 5.56 5.10
EF Slag 2% 3.70 3.80 3.70 3.70 5.90 5.76 5.81 5.82 18.03 16.57 18.61 17.74
EF Slag 4% 4.00 4.00 4.10 4.00 7.35 7.00 7.31 7.22 22.56 30.50 27.21 26.76
EF Slag 6% 4.10 4.25 4.20 4.20 7.34 8.31 6.70 7.45 24.46 23.32 22.21 23.33
EF Slag 8% 4.40 4.35 4.30 4.40 9.03 8.07 9.65 8.92 30.24 23.70 29.84 27.93
BF Slag 2% 4.00 4.10 4.10 4.10 4.15 4.70 4.30 4.38 13.64 16.76 14.73 15.04
BF Slag 4% 4.30 4.25 4.30 4.30 6.19 5.28 5.54 5.67 23.36 17.13 22.41 20.96
BF Slag 6% 4.40 4.40 4.30 4.40 5.33 6.20 6.85 6.13 26.38 26.23 26.50 26.37
Tabel Lampiran 21. Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar Unsur Mikro Tersedia dalam Tanah
Perlakuan
Fe Mn Cu Zn
Ulangan
Rataan Ulangan Rataan Ulangan Rataan Ulangan Rataan
I II III I II III I II III I II III
... ppm ………..
Kontrol 411.83 413.14 405.00 409.99 6.40 6.25 6.59 6.41 16.00 15.15 16.52 15.89 11.84 11.04 13.26 12.04
Unsur Mikro 489.24 404.61 555.52 483.12 5.18 4.57 6.72 5.49 37.00 34.87 32.02 34.63 29.51 30.84 33.75 31.37
EF Slag 2% 497.35 797.68 469.16 588.06 33.73 32.33 46.35 37.47 14.47 18.34 19.23 17.34 11.29 12.70 13.74 12.58
EF Slag 4% 760.83 632.54 658.30 683.89 59.28 51.10 53.59 54.65 15.53 13.43 14.11 14.35 11.05 10.76 11.13 10.98
EF Slag 6% 789.44 826.46 894.85 836.91 65.63 69.03 67.05 67.24 13.54 14.46 14.57 14.19 13.64 13.94 14.67 14.08
EF Slag 8% 878.70 769.10 917.82 855.21 90.07 65.72 88.31 81.36 17.20 15.81 18.85 17.29 15.92 12.61 15.73 14.75
BF Slag 2% 479.11 492.55 463.34 478.33 36.79 40.26 38.24 38.43 18.40 19.69 17.47 18.52 10.24 10.73 10.09 10.36
BF Slag 4% 516.23 457.58 444.64 472.82 49.38 47.09 46.01 47.49 15.00 14.39 14.75 14.71 11.58 10.93 12.93 11.82
BF Slag 6% 332.01 361.46 357.30 350.26 37.46 41.91 37.58 38.98 12.73 13.55 12.91 13.06 9.36 11.64 10.09 10.36
Tabel Lampiran 22. Pengaruh Pemberian Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikroterhadap Pertumbuhan Padi IR 64
Perlakuan
Tinggi Tanaman Jumlah Anakan Maksimum Jumlah Anakan Produktif
Ulangan
Rataan Ulangan Rataan Ulangan Rataan
I II III I II III I II III
……… cm ……… ………. Batang/pot ………..
Kontrol 14.50 19.00 12.70 15.40 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Unsur Mikro 17.60 16.10 13.60 15.77 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
EF Slag 2 % 25.30 47.50 81.00 51.27 3.0 2.0 1.0 2.0 1.0 5.0 6.0 4.0
EF Slag 4 % 74.00 78.00 77.50 76.50 9.0 11.0 9.0 9.7 8.0 10.0 7.0 8.0
EF Slag 6 % 85.00 83.00 84.00 84.00 13.0 13.0 15.0 13.7 15.0 15.0 9.0 13.0
EF Slag 8 % 82.00 84.00 85.00 83.67 22.0 22.0 25.0 23.0 15.0 8.0 12.0 12.0
BF Slag 2 % 9.70 16.00 30.00 18.57 27.0 24.0 25.0 25.3 0.0 0.0 0.0 0.0
BF Slag 4 % 76.00 54.00 70.20 66.73 1.0 0.0 1.0 0.7 5.0 1.0 6.0 4.0
BF Slag 6 % 82.00 68.00 80.00 76.67 14.0 14.0 13.0 13.7 9.0 1.0 6.0 5.0