• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku wirausaha dan keberdayaan pengusaha kecil industri agro kasus di Kabupaten Serang Provinsi Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku wirausaha dan keberdayaan pengusaha kecil industri agro kasus di Kabupaten Serang Provinsi Banten"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

DIRLANUDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi ”Perilaku Wirausaha dan

Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro: Kasus di Kabupaten Serang Provinsi

Banten” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi

ini.

Bogor,

25

Pebruari

2010

Dirlanudin

(3)

DIRLANUDIN. Entrepreneurial Behavior and Capacity of the Small Entrepreneur of Agro Industry: Case In Serang District, Banten Province. Under direction of MA'MUN SARMA, PANG S. ASNGARI, AND DJOKO SUSANTO.

The spirit of entrepreneurship is a matter of individual mentality of a person, needs to be approached by altering patterns of thinking and action through learning, practicing and getting used to work hard, take the initiative and see the business opportunity perspective, try not to depend on others and dare to take risks with the calculation mature. In the future there is a need for increase entrepreneurship skills in line with the development pattern of life and the demands of modern society.

This study aims to: (1) identify the internal factors, external factors, extension activities and small business policies; (2) analyze the behavior of self-employment; (3) analyze the level of empowerment; (4) analyze the success rate of small businesses agro industry; and (5) develope a strategy to empower small businesses through the agro industrial extension program.

The research conducted in the area of Serang District in Banten Province. The data were collected from March to August 2009. The research method used survey. The population is small entrepreneurs of agro-industries (3060 people), while the sample was of 250 small entrepreneurs. Sampling technique is proportionate random cluster. Data collection techniques: quesionaire, observation and depth interviews by using descriptive analysis and analysis of Structural Equation Modelling (SEM).

The results show that (1) internal factors are into medium category (68.8%); external factors are into medium category (75.6%); the extention activities are between medium and not good; and the implementation of small industry policies are not good, (2) behavior of small entrepreneurs the agro industry into medium category (82.8%), (3) the level of empowerment is into category medium, (4) the success of small entrepreneurs in the agro industry is into medium category, and (5) small business empowerment strategy agro industry through the extension policies organized in the integration of government policies on small business.

(4)

Agro: Kasus di Kabupaten Serang Provinsi Banten, dibimbing oleh MA’MUN SARMA, PANG S. ASNGARI, dan DJOKO SUSANTO.

Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil industri agro di Kabupaten Serang menurut Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Serang (2009) menyangkut pola tindak pengusaha kecil itu sendiri yang meliputi: (1) masih lemah dalam menekuni usahanya, (2) kurang mampu menjalin hubungan dengan berbagai pihak terkait usahanya, (3) kurang mampu membaca peluang, (4) kelemahan dalam mengakses dan persaingan pasar, dan (5) keterbatasan akses ke lembaga-lembaga keuangan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor internal, faktor eksternal, kegiatan penyuluhan dan kebijakan usaha kecil; (2) menganalisis perilaku wirausaha; (3) menganalisis tingkat keberdayaan; (4) menganalisis tingkat keberhasilan pengusaha kecil industri agro; dan (5) merumuskan strategi pemberdayaan usaha kecil industri agro melalui program penyuluhan.

Penelitian dilakukan di Wilayah Kabupaten Serang Provinsi Banten. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2009. Metode penelitian adalah survei sampel. Populasi adalah para pengusaha kecil industri agro sebanyak 3060 orang. Penentuan ukuran sampel menggunakan rumus Isaac dan Michael dengan derajat akurasi 10 % diperoleh sampel sebanyak 250 orang pengusaha kecil industri agro. Teknik sampling adalah proportionate cluster random sampling. Teknik pengumpulan data: angket, observasi dan indepth interview. Menggunakan analisis deskriptif, analisis komparatif dan analisis Structural Equation Modelling (SEM)

Faktor internal 68,8 persen adalah sedang dan 31,2 adalah rendah; artinya, secara keseluruhan faktor internal pengusaha kecil industri agro menyangkut: ketekunan, kepemilikan sumber usaha, tingkat kosmopolitan, penggunaan modal usaha dan kontribusi hasil usaha bagi keluarganya relatif rendah.

Faktor eksternal 75,6 persen para pengusaha kecil industri agro menyatakan sedang dan 20 persen tinggi; artinya, faktor eksternal relatif kondusif untuk mendukung kemajuan dan perkembangan para pengusaha kecil industri agro dalam menjalankan usahanya.

Kegiatan penyuluhan 38,5 persen pengusaha kecil industri agro menyatakan sedang dan 59,6 persen menyatakan rendah; artinya, secara keseluruhan kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh para penyuluh/petugas dari instansi yang terkait dengan upaya pemberdayaan usaha kecil industri agro kurang memadai, baik menyangkut kemampuan penyuluh, frekuensi kegiatan penyuluhan maupun kedekatan dengan pengusaha kecil industri agro.

Implementasi kebijakan usaha kecil pada 7,6 persen adalah sedang dan 92,4 persen adalah rendah. Hal ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan pemerintah melalui dinas/instansi terkait belum menunjukkan keberpihakan yang besar pada usaha kecil industri agro.

(5)

terdapat perbedaan yang nyata pada peubah faktor internal, keberdayaan dan keberhasilan, sedangkan pada peubah faktor eksternal, kegiatan penyuluhan, kebijakan usaha kecil dan perilaku wirausaha menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara pengusaha emping dan non emping. Secara keseluruhan memperlihatkan bahwa pengusaha emping dan non emping tidak ada perbedaan yang nyata, terutama menyangkut faktor eksternal dan perilaku wirausahanya.

Faktor-faktor determinan terhadap perilaku wirausaha adalah faktor internal dan faktor eksternal. Nilai koefisien pengaruh langsung faktor internal dan faktor eksternal terhadap perilaku wirausaha pengusaha kecil industri agro masing-masing sebesar 0,23 dan 0,39 pada taraf nyata 0.05. Nilai koefisien ini berarti hipotesis pertama yang menyatakan bahwa perilaku wirausaha pengusaha kecil industri agro dipengaruhi secara nyata oleh faktor internal dan faktor eksternal adalah diterima.

Faktor eksternal, gabungan kegiatan penyuluhan dan kebijakan usaha kecil serta perilaku wirausaha memiliki pengaruh langsung yang bernilai positif terhadap keberdayaan pengusaha kecil industri agro masing-masing sebesar 0,18, 0,22 dan 0,48 pada taraf nyata 0,05, sedangkan faktor internal berpengaruh nyata tetapi tidak langsung. Data ini artinya hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ”keberdayaan usaha kecil dipengaruhi secara nyata oleh faktor eksternal, gabungan kegiatan penyuluhan dan kebijakan usaha kecil serta oleh perilaku wirausaha” adalah diterima.

Perilaku wirausaha dan keberdayaan berpengaruh langsung yang bernilai positif terhadap keberhasilan usaha kecil industri agro masing-masing 0,35 dan 0,16 pada taraf nyata 0,05. Data ini berarti hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa keberhasilan pengusaha kecil industri agro dipengaruhi secara nyata oleh perilaku wirausaha dan keberdayaan adalah diterima.

Faktor-faktor lain yang berpengaruh nyata tetapi tidak langsung terhadap keberhasilan pengusaha kecil industri agro adalah faktor internal, faktor eksternal serta gabungan dari kegiatan penyuluhan dan kebijakan usaha kecil. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa keberhasilan pengusaha kecil industri agro dipengaruhi secara nyata oleh faktor internal, faktor eksternal dan gabungan kegiatan penyuluhan serta kebijakan usaha kecil adalah diterima.

Strategi pemberdayaan usaha kecil industri agro melalui kegiatan penyuluhan dan pengembangan berada dalam koridor kebijakan pemerintah daerah menyangkut usaha kecil. Pimpinan dinas/instansi terkait dituntut komit dalam merekrut penyuluh secara selektif, melatih secara intensif, memberikan dorongan dan mencarikan insentif bagi para penyuluh. Kebijakan yang perlu diterapkan terhadap usaha kecil industri agro terutama menyangkut: pengembangan kemitraan, iklim usaha, pemasaran, pelatihan dan bantuan modal.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini

tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan

laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan

tidak

merugikan kepentingan yang wajar

IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB

(7)

Kasus Di Kabupaten Serang Provinsi Banten

DIRLANUDIN

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar doktor pada

Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

hidayah-Nya, akhirnya penulisan disertasi dengan judul: Perilaku Wirausaha dan Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro: Kasus di Kabupaten Serang Provinsi Banten dapat diselesaikan. Disertasi ini merupakan proses pembelajaran penulis menyangkut perilaku wirausaha, pengkajian pemberdayaan dan keberhasilan pengusaha kecil industri agro serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terutama faktor internal, eksternal, kegiatan penyuluhan dan kebijakan usaha kecil.

Dalam penyusunan disertasi penulis menyadari masih dijumpai kekurangan, walaupun demikian sangat bermanfaat bagi penulis yang sedang menjalani proses belajar melakukan penelitian khususnya di bidang ilmu penyuluhan pembangunan. Koreksi dan masukan yang konstruktif dari Komisi Pembimbing dan semua pihak yang tertarik dengan kajian ini untuk perbaikan selanjutnya sangat penulis harapkan, sehingga disertasi ini dapat memenuhi kaidah keilmuan yang berlaku.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec, Bapak Prof. Dr. Pang S. Asngari serta Bapak Prof. (Ris) Dr. Djoko Susanto, SKM yang selalu meluangkan waktu dan tanpa bosan untuk memberi arahan, bimbingan, dan dukungan yang tidak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si atas dukungan dan rasa kebersamaannya selama mengikuti perkuliahan di IPB. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

(1) Rektor Institut Pertanian Bogor beserta jajarannya yang telah memberikan layanan yang baik selama penulis menempuh kuliah.

(2) Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB beserta jajarannya yang telah memberikan layanan yang baik selama penulis mengikuti proses perkuliahan. (3) Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB beserta

jajarannya yang telah memberikan layanan yang baik selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

(4) Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas segala arahan dan bimbingannya.

(9)

(7) Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS dan Dr. Ir. Basita Ginting Sugihem, MA selaku anggota komisi akademik atas arahan dan bimbingannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

(8) Semua Dosen pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar kepada penulis.

(9) Drs. H. A. Tadjuddin, Drs. H. Sudirman Martadisatra, MM dan Drs. H. Endjum Sofiana, MM sebagai Yayasan dan Pimpinan STIA Maulana Yusuf Banten yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program Doktor di IPB.

(10) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Serang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya.

(11) Para pengusaha kecil industri agro di Kabupaten Serang yang telah banyak memberi informasi, data dan pengalamannya kepada penulis yang sangat berguna bagi analisis penelitian ini.

(12) Teman-teman angkatan 2006 dan semua pihak atas dukungan dan kerjasamanya selama penulis mengikuti perkuliahan pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana IPB.

Semoga amal ibadah semua pihak yang telah membatu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian disertasi ini mendapat pahala dari Allah SWT. Aamiin.

(10)
(11)

empat dari sepuluh bersaudara pasangan Bapak Diko dan Ibu Naisah. Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di Kabupaten Cirebon, sedangkan pendidikan Sekolah Menengah Atas penulis tempuh di Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan Negeri, sekarang menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Kota Cirebon. Sarjana Administrasi Negara lulus pada tahun 1986 dari Universitas Pasundan Bandung. Magister Administrasi Bisnis diselesaikan pada tahun 1999 di Universitas Indonesia Jakarta. Penulis melanjutkan studi Program Doktor pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor mulai tahun 2006 dengan biaya BPPS On Going dari Dikti Depdiknas dan Pemerintah Provinsi Banten.

Pada tahun 1986 sampai 1987 penulis menjadi pegawai negeri sipil (PNS) pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat ditempatkan di Kabupaten Sukabumi, kemudian pada tahun 1987 penulis diterima lagi menjadi PNS di Kopertis Wilayah IV Bandung (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) dipekerjakan pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Maulana Yusuf Banten Serang hingga sekarang. Penulis menjabat Ketua Jurusan Administrasi Negara sejak tahun 1998 sampai dengan 2002, kemudian sejak tahun 2002 sampai 2008 menjadi Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan.

Penulis juga menjadi tenaga pengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala (STIAMI) Jakarta sejak tahun 2001 dan di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten Pandeglang sejak tahun 2002 hingga sekarang, pada perguruan tinggi ini dipercaya menjadi Pembantu Ketua Bidang Akademik sejak tahun 2008. Di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang penulis menjadi tenaga pengajar sejak tahun 2008 hingga sekarang.

(12)

ABSTRACT ... ii

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR ... xiii

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Penelitian ... 8

Tujuan Penelitian ... 11

Kegunaan Penelitian ... 11

Definisi Istilah ... 12

TINJAUAN PUSTAKA ... 15

Usaha Kecil Industri Agro ... 15

Pengertian Usaha Kecil ... 15

Kebijakan Usaha Kecil ... 16

Kondisi Individu Pengusaha Kecil ... 19

Industri Agro ... 20

Pembangunan Industri Agro ... 24

Penyuluhan Pembangunan ... 28

Pengertian ... 28

Perencanaan Program ... 29

Program penyuluhan bagi usaha kecil ... 32

Teori Perilaku... 36

Teori Psikoanalitik ... 36

Teori Sifat dan Perangai ... 37

Teori Kebutuhan dan Motivasi ... 37

Perilaku Suatu Pandangan Kesisteman ... 38

Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik ... 39

Proses Belajar Menentukan Perilaku ... 40

Konsep Wirausaha ... 43

Pengertian Wirausaha ... 43

Perilaku Wirausaha ... 44

Konsep Pemberdayaan dan Keberdayaan Usaha Kecil ... 47

Pengertian Pemberdayaan ... 47

Keberdayaan Usaha Kecil ... 49

Strategi Pemberdayaan masyarakat ... 50

Keberhasilan Usaha Kecil ... 53

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ... 56

Kerangka Berpikir ... 56

Hipotesis Penelitian ... 61

METODE PENELITIAN ... 63

(13)

Uji Validitas, Uji Reliabilitas dan Uji Normalitas ... 70

Jenis dan Sumber Data ... 72

Teknik Pengumpulan Data ... 73

Teknik Analisis Data ... 73

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 76

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 76

Karakteristik Pengusaha Kecil Industri Agro ... 82

Faktor Internal, Eksternal, Kegiatan Penyuluhan dan Kebijakan Usaha Kecil ... 93

Faktor Internal Pengusaha Kecil Industri Agro ... 93

Faktor Eksternal Pengusaha Kecil Industri Agro ... 96

Kegiatan Penyuluhan ... 99

Kebijakan Usaha Kecil ... 103

Perilaku Wirausaha Pengusaha Kecil Industri Agro ... 107

Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 112

Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 116

Perbedaan Pengusaha Emping dan non emping ... 120

Faktor Internal Pengusaha Emping dengan Non Emping ... 122

Faktor Eksternal Pengusaha Emping dengan Non Emping ... 122

Kegiatan Penyuluhan terhadap Pengusaha Emping dengan Non Emping ... 124

Implementasi Kebijakan terhadap Pengusaha Emping dan Non Emping ... 125

Perilaku Wirausaha Pengusaha Emping dengan Non Emping 125

Tingkat Keberdayaan Pengusaha Emping dan Non Emping ... 127

Tingkat Keberhasilan Pengusaha Emping dan Non Emping ... 128

Faktor-faktor Berpengaruh pada Perilaku Wirausaha, Keberdayaan dan Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 129

Komposisi Faktor-faktor yang Berpengaruh ... 129

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Wirausaha Pengusaha Kecil Industri Agro ... 131

Faktor-faktor Berpengaruh Langsung dan Tidak Langsung … terhadap Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 132

Perilaku Wirausaha dan Keberdayaan Berpengaruh Langsung Terhadap Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 133

Faktor-faktor yang Berpengaruh Tidak Langsung terhadap Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 134

Model Hubungan Kausal Antar Peubah ... 136

Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Industri Agro Melalui Kebijakan Penyuluhan ... 138

Pemberdayaan Lembaga Penyuluhan ... 140

Peningkatan Kompetensi Penyuluh ... 141

Membentuk Kemitraan ... 146

Membantu Menciptakan Iklim Usaha Kecil ... 147

Pemberian Pelatihan ... 147

Membantu dalam Pemasaran ... 148

(14)
(15)

i Halaman 1. Industri Pengolahan Makanan dan Minuman Berdasarkan KBLI

2005... 21

2. Jenis Kemoditas Industri Agro ... 65

3. Proporsi Sampel Berdasarkan Jenis Komoditas Industri Agro ... 66

4. Pengukuran Peubah-peubah Penelitian ... 67

5. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 71

6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 71

7. Uji Normalitas Data ... 72

8. Luas Lahan Menurut Penggunaan ... 77

9. Jumlah, Rasio dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Serang ... 79

10. Kepadatan Penduduk Per Rumah Tangga dan Per Km2 ... 80

11. Data Perkembangan Usaha Kecil di Kabupaten Serang ... 81

12. Karakteristik Responden Penelitian ... 83

13. Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Memilih Usaha ... 89

14. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya ... 90

15. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya yang Masih Ditekuni ... 91

16. Sebaran Responden tentang Kegiatan Pelatihan ... 92

17. Sebaran Responden Berdasarkan Masing-masing Indikator dan Total Indikator Faktor Internal Pengusaha Kecil Industri Agro ... 93

18. Sebaran Responden Berdasarkan Masing-masing Indikator dan Total Indikator Faktor Eksternal Pengusaha Kecil Industri Agro ... 97

19. Sebaran Responden Berdasarkan Masing-masing Indikator dan Total Indikator Kegiatan Penyuluhan ... 100

(16)

ii 22. Sebaran Responden Berdasarkan Masing-masing Indikator dan Total

Indikator Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 113 23. Sebaran Responden Berdasarkan Masing-masing Indikator dan Total

Indikator Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ... 117 24. Perbedaan Pengusaha Kecil Emping dan Non Emping ... 121 25. Komposisi Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku

Wirausaha, Keberdayaan, Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri

(17)

Halaman

1. Model Konseptual Pengaruh antar Peubah Penelitian ...………..

62

2. Model Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku, Keberdayaan

dan Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ...

135

3. Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Industri Agro Melalui Kegiatan Pe-

(18)

Halaman

1. Peta Wilayah Kabupaten Serang ………..

161

2. Daftar Jenis Komiditas Industri Agro Di Kabupaten Serang yang Jumlah-

nya Kurang dari 50 Unit Usaha ………

162

3. Hasil Uji Validitas Faktor Internal ...

163

4. Hasil Uji Validitas Faktor Eksternal ...

164

5. Hasil Uji Validitas Kegiatan Penyuluhan ………...

165

6. Hasil Uji Validitas Kebijakan Usaha Kecil ...

166

7. Hasil Uji Validitas Perilaku Wirausaha ………

167

8. Hasil Uji Validitas Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro …………

168

9. Hasil Uji Validitas Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ...

169

10. Hasil Uji Reliabilitas Faktor Internal ...

170

11. Hasil Uji Reliabilitas Faktor Eksternal ...

171

12. Hasil Uji Reliabilitas Kegiatan Penyuluhan ...

172

13. Hasil Uji Reliabilitas Kebijakan Usaha Kecil ...

173

14. Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Wirausaha ...

174

15. Hasil Uji Reliabilitas Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Agro ...

175

16. Hasil Uji Reliabilitas Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro ...

176

17. Hasil Uji Normalitas ...

177

18. Hasil Uji Beda antara Pengusaha Emping dan Non Emping ...

178

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan Pemerintah mengembangkan perekonomian di Indonesia berorientasi global membangun keunggulan kompetitif dengan mengedepankan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam meningkatkan daya saing dengan membuka akses yang sama terhadap kesempatan berusaha dan kesempatan kerja bagi segenap rakyat dari seluruh daerah dengan menghapuskan seluruh perlakuan diskriminatif dan hambatan. Pengembangan sektor industri pengolahan mengacu kepada arahan pembangunan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sektor industri dan perdagangan.

Pembangunan ditujukan untuk perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, peningkatan dan pemerataan pendapatan. Hasil yang hendak dicapai dari pembangunan ini adalah usaha kecil berperan maksimal dalam perkembangan dunia usaha, sehingga usaha kecil dapat berkembang dan mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha lainnya sesuai potensi dan bidang usaha yang ditekuninya selama ini.

Kebijakan ekonomi kerakyatan bertumpu pada mekanisme pasar yang adil, persaingan sehat, berkelanjutan, mencegah struktur yang monopolistik dan distortif dapat merugikan masyarakat. Melalui optimalisasi peran pemerintah untuk melakukan koreksi pasar dengan menghilangkan berbagai hambatan melalui regulasi, subsidi dan insentif. Pemberdayakan usaha kecil agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan meningkatkan penguasaan IPTEK dan melakukan secara proaktif negosiasi serta kerjasama ekonomi dalam upaya peningkatan ekspor.

Pelaksanaan pembangunan salah satunya diarahkan untuk mengentaskan kemiskinan, maka berbagai upaya mendasar ditujukan pada penanganan pengangguran. Upaya penanganan pengangguran tidak bisa seluruhnya ditangani melalui rekruitmen pegawai negeri sipil, tetapi melalui pengembangan sektor swasta, sehingga masyarakat perlu ditumbuh kembangkan agar mampu menggali potensi yang ada pada dirinya, yang pada gilirannya mereka lebih berdaya dan mendiri.

(20)

Banten juga memiliki beberapa peluang investasi di antaranya dari sektor perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan, industri dan pariwisata (http://www.banten.go.id).

Di Provinsi Banten sektor usaha kecil telah tumbuh dengan pesat. Usaha kecil banyak berkembang di wilayah Provinsi Banten seperti: industri hasil pertanian, perikanan, peternakan, garmen, manufaktur, jasa, sampai industri baja. Dengan perkembangan ini menuntut tumbuhnya industri-industri kecil di berbagai bidang. Arah kebijakan Pemerintah Provinsi Banten dalam sektor industri ditekankan pada kegiatan pelatihan dan bantuan peralatan bagi Usaha Kecil dan Manengah di Provinsi Banten, kegiatan agro industri Kabupaten/Kota dan kegiatan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi Banten, 2002).

Perkembangan usaha kecil industri agro yang dikelola masyarakat Serang terutama didominasi oleh usaha emping yang sudah menjadi kebiasaan masyarakatnya. Hasil kajian instansi terkait dan PT ASDAL Karunia Sejahtera sebagai konsultal Departemen Perindustrian telah melakukan pengkajian dalam rangka menentukan komoditas unggulan di masing-masing Kabupaten seluruh Indonesia, ternyata di Kabupaten Serang emping dijadikan salah satu produk unggulan.

Menurut petugas dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Serang, potensi bahan baku emping cukup memadai dan mudah dicari, selain itu menurut masyarakat setempat mengolah emping dianggap mudah dan banyak menyerap tenaga kerja terutama oleh kaum ibu.

Rekomendasi dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Serang, emping merupakan agro politan artinya sebagai produk khas suatu daerah tetapi tidak kalah bersaing dengan produk makanan di kota sehingga tetap diminati oleh pangsa pasar masyarakat kota. Dinas Pertanian Kabupaten Serang memberikan rekomensasi bahwa bila emping dikelola secara modern atau semi modern akan berubah rasanya (hasil wawancara dengan Kasi Sarana Prasarana UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Serang tanggal 2 Desember 2009).

(21)

adalah di Kecamatan Waringin Kurung tetapi pengelolaannya masih belum maksimal yaitu hanya menjadi pekerjaan sampingan, sedangkan di Kecamatan Bojonegara sudah dikelola secara bisnis.

Produk industri agro non emping (gula merah, kue basah, kue kering, telor asin, tempe, ikan asin dan kerupuk) menurut petugas Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Serang, belum mampu bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain serta belum ada yang berhasil dipasarkan ke luar negeri. Gula merah terutama dikelola di wilayah Kecamatan Anyer dan Mancak, produk ini bahan bakunya sangat ditentukan oleh iklim, bila musim hujang bahan bakunya sangat mencukupi, sebaliknya akan berkurang bila musim kemarau. Kue basah contohnya lapis legit dapat dikelola secara lebih kenyal, makin lama lebih enak bila dimasukkan dalam kulkas dan mampu bertahan selama tujuh hari, produk ini terutama dikelola oleh masyarakat Kecamatan Bojonegara dan Pontang. Kue kering contohnya sempring dan keripik pisang terutama dikelola masyarakat Kecamatan Baros dan Tanjung Teja.

Telor asin terutama dihasilkan di wilayah yang masih banyak lahan persawahan karena ternak bebek secara alami dapat berkembang dengan baik, terutama di Kecamatan Carenang dan Pamarayan. Ikan asin terutama banyak dikelola oleh masyarakat Kecamatan Bojonegara, Tirtayasa dan Pontang. Kerupuk dapat diproduksi dengan mencampurkan tepun ikan payus sehingga disebut sebagai kerupuk ikan, produk kerupuk terutama dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Pontang, Anyer dan Bijonegara. Kelompok pengelola tempe sudah mampu membentuk koperasi yang relatif berjalan dengan baik, produk tempe terutama banyak dikelola oleh masyarakat Kecamatan Kramat Watu, Kopo, Keragilan dan Ciomas.

(22)

ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan atau grup bisnis tertentu, sementara selera konsumen berubah dengan cepat; (5) Masalah memperoleh bahan baku, terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkualitas rendah, dan tingginya harga bahan baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi, terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor yang harus mengikuti selera konsumen; dan (7) Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil (http://www.smecda.com/kajian/files/kjdaerah/Jabar 5.htm).

Melalui berbagai kebijakan, Pemerintah Kabupaten Serang telah melakukan upaya peningkatan keterampilan dan mendorong kemauan masyarakat untuk berwirausaha, yaitu melalui upaya penyadaran, pembinaan dan pelatihan serta bantuan dari Dinas Perindustrian Perdagangan serta Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kabupaten Serang. Di samping itu ada kebijakan pemerintah tentang “Peran Pembina BUMN terhadap Usaha Kecil” di daerahnya.

(23)

Akibat permasalahan yang dihadapi di atas, seringkali usaha kecil berjalan di tempat, kurang menunjukkan kemajuan yang berarti. Namun demikian jika dikaji lebih mendalam permasalahan tersebut disebabkan oleh pola perilaku wirausaha dari para pengusaha kecil itu sendiri. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ismawan (2001) bahwa perangkat terpenting yang seharusnya terdapat dalam diri setiap pelaku ekonomi rakyat adalah keterampilan berwirausaha. Selama ini mentalitas kewirausahaan terus digempur oleh “virus” feodalisme modern yaitu daya tarik perusahaan-perusahaan besar industri dan jasa yang dimiliki oleh konglomerat atau pemodal asing yang dianggap lebih menjanjikan sehingga setiap orang ingin bekerja diperusahaan-perusahaan tersebut, akibatnya sulit memiliki masyarakat yang punya etos kerja kewirausahaan tinggi.

Mengkaji tentang kegagalan usaha kecil, Griffin dan Ebert (2003) mengemukakan bahwa 63% bisnis kecil mengalami kondisi usaha yang tidak menggembirakan. Mereka mengatakan walaupun tidak ada pola yang tetap, tetapi ada tiga faktor umum yang mempengaruhi kegagalan bisnis kecil (usaha kecil): (1) Manajerial yang tidak kompeten atau tidak berpengalaman. Para pebisnis kecil

tidak tahu cara membuat keputusan dasar bisnis atau memahami konsep serta prinsip dasar manajemen, maka kecil kemungkinan mereka bisa berhasil dalam usaha jangka panjang.

(2) Kurang memberi perhatian. Memulai bisnis kecil tidak cukup hanya mengabdikan waktu sedikit, sebaliknya perlu memberi perhatian yang serius terhadap usahanya, bila tidak akan mengalami kegagalan.

(3) Sistem kontrol yang lemah. Sistem kontrol yang efektif diperlukan untuk membantu agar bisnis dapat tetap bertahan dan untuk membantu pengelola usaha kecil mewaspadai masalah-masalah yang mungkin timbul.

Kenyataan menunjukkan bahwa sektor usaha kecil selama ini dapat menyerap tenaga kerja dan bahkan beberapa daerah di Indonesia dapat menjadi penyangga dari hantaman krisis ekonomi dan moneter. Memperhatikan pentingnya peran usaha kecil, maka upaya menumbuhkan usaha kecil merupakan keharusan, baik oleh pihak pemerintah, pengusaha menengah dan besar maupun masyarakat itu sendiri.

(24)

baku, teknologi, modal, dan tenaga ahli. Setiap tahun negara mengeluarkan devisa Rp 50 triliun untuk impor pangan, sekitar 5 persen dari APBN, bahkan garam juga harus impor sebanyak 1,58 juta ton setahun senilai Rp 900 miliar. Telah banyak kemudahan diberikan kepada industri non agro seperti kebijakan fiskal dengan keringanan atau pembebasan pajak. Dalam kebijakan moneter dilakukan penguatan nilai tukar rupiah sehingga produk pertanian kalah bersaing. Begitu pula dalam kebijakan tata niaga yang pro impor, ternyata sampai sekarang industri non agro tak pernah dewasa.Karena itu saatnya perubahan kebijakan pada tataran supra makro dengan mengubah orientasi kebijakan ekonomi ke industri agro. Saat ini ada 42 juta tenaga kerja di sektor pertanian dari total 105 juta angkatan kerja yang ada (http://bantenindustrialcluster.com).

Membangun pertanian sama halnya meningkatkan pendapatan mayoritas masyarakat, misalnya dengan memfokuskan pembangunan industri pengolahan yang berbasis produk pertanian lokal, bahan baku, modal, tenaga kerja, teknologi dari dalam negeri dan pasar dalam negeri, kemudian setelah berkembang baru ekspor.

Usaha Kecil di Kabupaten Serang terus menunjukkan pertumbuhan, apalagi setelah terjadi beberapa krisis di atas, namun permasalahan dan tantangan yang dihadapi sangat kompleks, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Serang (2009) bahwa permasalahan dan tantangan yang dihadapi usaha kecil antara lain: (1) masih memerlukan informasi yang mudah diakses; (2) masih sangat memerlukan peningkatan pengetahuan dan wawasan berusaha; (3) sangat memerlukan perluasan pangsa pasar; (4) masih ada usaha kecil yang menyalahgunakan penggunaan bantuan modal; (5) ada usaha kecil yang mengganti usahanya setelah mendapatkan bantuan modal; (6) sangat memerlukan akan pola kemitraan; (7) sulit untuk mengakses program dari sumber pembiayaan karena banyak persyaratan yang harus ditempuh; dan (8) usahanya masih menggunakan teknologi yang sederhana;

(25)

Permasalahan empat dan lima, penyuluh dapat melakukannya dengan melalui pendekatan, penyadaran dan bimbingan kepada para pengusaha kecil. Permasalahan enam dan tujuh, penyuluh dapat berperan menjadi media penghubung antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah dan besar untuk membentuk kerjasama dan bermitra yang saling menguntungkan kedua belah pihak, dengan lembaga keuangan, penyuluh dapat membantu pengusaha kecil mempersiapkan pemberkasan persyaratan pengajuan pinjaman kredit modal.

Untuk permasalahan kedelapan harus disikapi secara proporsional karena ada proses industri agro yang lebih baik menggunakan peralatan tradisional, tetapi ada pula yang membutuhkan teknologi lebih maju guna mempercepat proses produksi, hal ini dapat dilakukan oleh penyuluh dengan mengusulkan kepada Pemerintah Daerah terkait bantuan teknologi tersebut, kemudian membimbing dan melatih penggunaan teknologi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa peran penyuluh masih sangat dibutuhkan, tetapi kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh dinas terkait terindikasi masih sangat minim, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jumlah penyuluh juga masih belum memadai, menurut salah seorang pejabat Dinas Peeindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serang jumlah penyuluh atau petugas lapangan yang ada di instansinya hanya sepuluh orang dan akan ada bantuan tenaga penyuluh dari program D3 sebanyak dua orang. Kelembagaan penyuluhan juga masih memerlukan pembenahan, paling tidak di kecamatan yang terdapat banyak usaha kecil perlu ada kelembagaan penyuluhan disertai dengan tenaga penyuluh yang memadai.

Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Serang sebagian besar bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, sehingga daerah ini memiliki potensi bahan baku yang memadai bagi tumbuhnya usaha kecil khususnya di bidang industri agro. Di lapangan menunjukkan bahwa para petani dan peternak menjual hasil panennya kepada para pengusaha kecil industri agro yang ada di daerahnya, karena itu keberadaan usaha kecil tersebut sangat membantu masyarakat petani dan peternak setempat. Pada sisi lain perilaku para pengusaha kecil industri agro di Kabupaten Serang juga memperlihatkan semangat dan kemampuan wirausaha yang belum memadai.

(26)

serta sebagai upaya mengurangi pengangguran, meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakatnya. Sementara permasalahan yang dihadapi usaha kecil industri agro bersifat kompleks, maka sangat layak untuk dilakukan penelitian secara lebih mendalam melalui pendekatan ilmu penyuluhan pembangunan guna menemukan kondisi para pengusaha kecil industri agro, pola perilaku wirausahanya, tingkat keberdayaannya serta menemukan strategi pemberdayaan yang tepat.

Masalah Penelitian

Adanya kesulitan para pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya, berarti mereka berada dalam kondisi ketidakberdayaan, bukan hanya karena kurang mampu mengakses permodalan, informasi pasar dan kurang mampu menjalin relasi bisnis, tetapi juga terdapat kelemahan lainnya yang terkait dengan sikap mental para pengusaha kecil itu sendiri dalam mengelola usahanya terkait semangat dan kemampuan dalam berwirausaha. Namun demikian keberadaan dan peran mereka sangat dibutuhkan di tengah-tengah masyarakatnya, karena itu usaha kecil khususnya industri agro perlu terus ditingkatkan, tetapi ada permasalahan yang terindikasi berdasarkan pengamatan di lapangan dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik permasalahan internal maupun eksternal.

Permasalahan internal yang dihadapi para usaha kecil industri agro menyangkut pola tindak yang diperlihatkan oleh mereka sendiri, yaitu:

(1) Masih lemah dalam menekuni usahanya.

Sebagai ilustrasi masih lemahnya dalam menekuni usaha, seperti ketika menghadapai kesulitan pemasaran mereka cepat patah semangat, sehingga ada keinginan untuk ganti usaha, padahal belum tentu mereka menguasai bidang usaha baru tersebut. Mereka kurang mau berkreasi dan inovatif atas produk-produk yang dihasilkannya, sehingga selama bertahun-tahun tidak ada pembaharuan produk. Perilaku seperti ini diduga akan mengakibatkan kegagalan atau paling tidak akan kurang mampu mengembangkan usaha kecil yang telah digelutinya selama ini.

(27)

menurunan, hal ini berarti akan berpengaruh terhadap upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

(2) Masih cenderung berperilaku konsumtif.

Sebagai ilustrasi masih berperilaku konsumtif, yaitu ketika ada keuntungan yang memadai tidak disisakan untuk dialokasi modal usaha, tetapi digunakan untuk membeli kendaraan, padahal kendaraan yang ada masih layak digunakan untuk operasi usahanya. Dalam hal ini kendaraan baru tersebut dapat dikategorikan aspek konsumtif dan bukan aspek bisnis, sebab dapat mengurangi modal usaha, sementara kebutuhan transportasi bagi kelancaran usaha kecil masih bisa digunakan kendaraan yang lama.

Perilaku konsumtif bila dikaji lebih jauh merupakan gejala pergeseran pola tindak yang semakin mengedepankan aspek-aspek materiil dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, juga semakin kuatnya pengaruh pola sikap yang cenderung individualis bahkan kapitalis. Hal ini disebabkan oleh hasil-hasil pembangunan yang lebih menekankan pada bidang fisik, juga kuatnya isu globalisasi yang liberal dan perkembangan kecanggihan teknologi yang menjadikan manusia semakin dimanjakan atau sebenarnya semakin diperbudak oleh teknologi dan kebendaan lainnya dan mengejar status.

Perilaku konsumtif perlu dikurangi jika mereka ingin berhasil dalam menjalankan wirausaha, sebab perilaku ini akan mengakibatkan kekeliruan alokasi penggunaan sumber-sumber usaha secara tepat. Dengan kata lain para pengusaha kecil industri agro lebih mengedepankan felt need daripada real need. (3) Kurang mampu menjalin jaringan dan hubungan dengan pihak pemerintah,

pengusaha menengah-besar dan pemasok lainnya, sehingga kesulitan dalam mengakses ke pihak pengambil kebijakan, menjalin transaksi bisnis, pemasaran maupun sumber bahan baku lainnya.

Fenomena ini dirasakan oleh para pengusaha kecil pada umumnya. Faktor penyebabnya adalah kurangnya kemampuan pengusaha kecil menjalin hubungan dalam menjalankan bisnisnya, baik hubungan dengan instansi pemerintah, pengusaha menengah maupun besar. Di antara mereka ada yang kurang berani menjalin hubungan dengan pihak-pihak tersebut karena merasa minder dan tidak percaya diri.

(28)

percaya diri dalam melakukan hubungan serta pergaulan dengan pihak-pihak yang akan mendukung kemajuan usaha mereka. Di pihak pengusaha menengah dan besar juga hendaknya ada kemauan dan ketulusan untuk menjalin hubungan bisnis dengan para usaha kecil yang didasari semangat kesetaraan dan saling menguntungkan.

(4) Masih kurang mampu membaca peluang pasar, mengakses pasar dan persaingannya.

Gejala ini bila ditelusuri lebih jauh disebabkan antara lain oleh tingkat pendidikan yang relatif rendah, kapasitas dalam memperoleh informasi pasar dan persaingannya, selain itu ada kecenderungan para pengusaha kecil kurang proaktif dalam menggali informasi pasar tersebut.

Di samping itu masih kurang kepedulian pihak pemerintah daerah dalam hal informasi pasar, perkembangan dan persaingannya. Padahal mereka seharusnya bertanggung jawab dan sangat berkepentingan terhadap perkembangan usaha kecil di daerahnya. Pihak pengusaha menengah dan besar juga secara normatif bertanggung jawab terhadap perkembangan usaha kecil, karena ada kebijakan pemerintah tentang “kemitraan” antara usaha kecil dengan menengah dan besar. Jadi sudah selayaknya mereka juga memberikan perhatian dan informasi pangsa pasar dan persaingannya.

Permasalahan eksternal yang dihadapi oleh para pengusaha kecil industri agro cenderung lebih bersifat umum, yaitu:

(1) Keterbatasan akses ke bank/lembaga-lembaga keuangan.

Gejala ini terjadi karena mereka kurang mampu menjalin relasi dengan pihak perbankan/lembaga keuangan serta belum dibuatnya sertifikasi tanah dan bangunan yang dimiliki sebagai agunan, sehingga sering menemui kesulitan dalam hal kredit modal dan akhirnya kembali ke rentenir.

(2) Distorsi pasar yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan Pemerintah yang tidak kondusif, yang disengaja maupun yang tidak disengaja lebih menguntungkan pengusaha besar, termasuk investor asing.

(29)

mereka. Bersadarkan permasalahan penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:

(1) Bagaimanakah faktor internal, faktor eksternal pengusaha kecil industri agro serta kegiatan penyuluhan dan pelaksanaan kebijakan usaha kecil?

(2) Bagaimanakah perilaku wirausaha pengusaha kecil industri agro dalam menjalankan usahanya dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku wirausaha?

(3) Bagaimanakah tingkat keberdayaan pengusaha kecil industri agro dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keberdayaan?

(4) Bagaimanakah tingkat keberhasilan pengusaha kecil industri agro dan bagaimanakah hubungan kausalnya dengan perilaku wirausaha dan keberdayaan?

(5) Bagaimanakah strategi pemberdayaan usaha kecil industri agro melalui program penyuluhan?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran rinci tentang faktor-faktor yang menentukan perilaku wirausaha dan pengaruhnya terhadap keberdayaan serta keberhasilan pengusaha kecil industri agro yang selama ini telah digelutinya. Berdasarkan tujuan umum tersebut maka secara lebih terperinci penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengidentifikasi faktor internal, faktor eksternal, kegiatan penyuluhan dan kebijakan usaha kecil;

(2) Menganalisis perilaku wirausaha pengusaha kecil industri agro dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya;

(3) Menganalisis tingkat keberdayaan pengusaha kecil industri agro dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan tersebut;

(4) Menganalisis tingkat keberhasilan pengusaha kecil industri agro serta hubungan kausalnya dengan perilaku wirausaha dan keberdayaan;

(5) Merumuskan alternatif strategi pemberdayaan usaha kecil industri agro melalui kebijakan penyuluhan.

Kegunaan Penelitian

(30)

merumuskan suatu strategi pemberdayaan masyarakat usaha kecil industri agro yang didasarkan pada analisis empirik dan teoretik. Secara lebih rinci kegunaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Sebagai pencarian kebenaran ilmiah menyangkut aspek-aspek yang berhubungan dengan perilaku wirausaha pengusaha kecil industri agro dalam memberdayaan usahanya.

(2) Temuan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun berbagai program pemberdayaan masyarakat usaha kecil industri agro dan pola pengembangan kemampuan wirausaha bagi para pengusaha kecil industri agro.

(3) Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Serang dalam menyusun kebijakan tentang pembangunan masyarakat di bidang usaha kecil melalui pembinaan kemampuan berwirausaha yang berorientasi pada kemandirian usaha dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Definisi Istilah Perilaku

Perilaku menunjukkan pola tindakan yang diperlihatkan seseorang dan merupakan hasil kombinasi pengetahuan, sikap dan ketrampilannya. Perubahan perilaku dipengaruhi oleh internal seseorang dan faktor lingkungan dimana seseorang berinteraksi sosial.

Wirausaha

Wirausaha adalah aktivitas berusaha sendiri untuk mengelola sebuah bisnis dengan tujuan memperoleh keuntungan dengan cara membuat produk/jasa dan atau menjualbelikan sesuatu barang/jasa yang diyakini dibutuhkan oleh masyarakat konsumen dengan telah mempertimbangkan kemungkinan resiko yang akan dihadapi serta berusaha menerapkan inovasi yang terus-menerus dengan selalu menyesuaikan perkembangan di masyarakat.

Perilaku Wirausaha

(31)

mencari kreatifitas, menunjukkan keuletan, bersikap mandiri dan berani mengambil resiko dengan perhitungan yang matang.

Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses memberikan kepada seseorang atau kelompok tentang kesempatan, kekuatan dan kepemilikan sehingga mereka berkemampuan untuk mengatur dirinya sendiri, tidak tergantung pada pihak lain dan dapat berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya.

Keberdayaan Usaha Kecil

Keberdayaan usaha kecil adalah tingkat kondisi yang dicapai oleh seorang pengusaha kecil atau kelompok usaha kecil, menyangkut ketahanan usahanya, tingkat kesempatan berusaha, tingkat kekuatan bersaing dan tingkat kepemilikan permodalan, kemampuan mengatur usahanya, tidak tergantung pada pihak lain dan mampu berkembang berdasarkan potensi bisnis yang dimilikinya.

Industri Agro

Industri agro adalah proses pengolahan bahan mentah dari hasil pertanian dalam arti luas, mencakup pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan menjadi barang-barang yang siap dikonsumsi. Dalam hal ini misalnya: pengolahan emping, kue basah, kue kering, telor asin, ikan asin, tempe, kerupuk dan gula merah.

Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil adalah orang yang menjalankan suatu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dengan kepemilikan kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 sampai Rp. 500.000.000, yang dilakukan sendiri atau dalam suatu badan usaha (Undang-undang No. 20 Tahun 2008).

Keberhasilan Pengusaha Kecil Industri Agro

(32)
(33)

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Kecil Industri Agro Pengertian Usaha Kecil

Konsep Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berbeda dari suatu negara dengan negara lain. UKM menjadi pembahasan berbagai pihak bahkan UKM dianggap sebagai penyelamat perekonomian Indonesia di masa krisis pada periode 1998-2000, UKM mempunyai ciri khas yaitu modal yang kecil, resiko yang relatif kecil dan mendorong masyarakat mengembangkan semangat wirausaha (Manurung, 2006). UKM di Indonesia telah mendapat perhatian dan dibina Pemerintah dengan dibuatnya sebuah Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Peraturan perundang-undangan tentang usaha kecil telah dilakukan perubahan yaitu Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil diganti dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang-undang tersebut mengelompokkan usaha menjadi empat kelompok berdasarkan total aset dan total penjualan tahunan dengan kriteria sebagai berikut:

(1) Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dam/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00.

(2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasasi, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar, dengan kriteria memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00.

(34)

paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00.

(4) Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tidak memberikan kriteria yang terlalu luas pada kelompok usaha kecil, seperti halnya pada Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995. Kelompok-kelompok usaha tersebut memberikan gambaran bahwa suatu kegiatan bisnis dapat berpindah kelompok sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan usahanya.

Terkait dengan usaha kecil, maka Badan Pusat Statistik (Tambunan, 2002), menyebutkan bahwa ada industri kecil (IK) yang merupakan unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha, sedangkan industri rumah tangga (IRT) merupakan unit usaha dengan jumlah pekerja paling banyak 4 orang termasuk pengusaha. Unit-unit usaha tanpa pekerja (self-employment unit) termasuk dalam kategori ini. Pentingnya IK dan IRT di Indonesia terefleksi antara lain dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah unit usaha dari kelompok industri menengah besar (IMB). IK dan IRT di Indonesia secara tradisional memiliki spesialisasi dalam jenis-jenis industri yang membuat produk sederhana dengan kandungan teknologi rendah dan sebagian besar pengusaha IK dan IRT hanya berpendidikan SD ke bawah.

Kebijakan Usaha Kecil

(35)

pengembanagn usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; (4) peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan (5) penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian secara terpadu.

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah: (1) mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan; (2) menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan (3) meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya. Pemerintah dan Pemerintah Daerah Menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: (1) pendanaan; (2) sarana dan prasarana; (3) informasi usaha; (4) perizinan usaha; (5) kesempatan berusaha; (6) promosi dagang; dan (7) dukungan kelembagaan.

Pengembangan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang: (1) produksi dan pengolahan; (2) pemasaran; (3) sumberdaya manusia; dan (4) desain dan teknologi.

(36)

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil. Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. Usaha besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil. Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil.

Kemitraan merupakan kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar. Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.

Kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar mencakup proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi. Menteri dan Menteri Teknis mengatur pemberian insentif kepada Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor, penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

(37)

pembiayaan, penjaminan, kemitraan, inovasi produk, desain teknologi, pemasaran, dan dukungan kelembagaan.

Pemerintah juga mendorong keterlibatan usaha besar nasional, baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta dan pihak asing untuk membantu usaha kecil dalam pengembangan produk dengan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, pemasaran yang beoriantasi ekspor dan peningkatan modal kerja serta investasi. Bagi usaha besar dan pihak asing yang membantu usaha kecil akan mendapat insentif dalam bentuk kemudahan perizinan dan keringanan tarif.

Berhubungan dengan kebijakan usaha kecil, maka Iwantono (2003) berpendapat bahwa pengembangan industri pedesaan merupakan suatu keharusan. Dengan pengembangan ini diharapkan dapat mengoreksi ketimpangan dalam struktur ekonomi di Indonesia.

Beberapa pertimbangan mengapa industri pedesaan menjadi pilihan? yaitu karena (1) secara geografis wilayah Indonesia didominasi oleh desa. Desa menyimpan aneka potensi kekayaan alam dan berbagai sumber hayati; (2) penawaran tenaga kerja yang cukup melimpah. Penawaran tenaga kerja di pedesaan sangat elastis, artinya walaupun terjadi lonjakan permintaan, tidak akan diikuti oleh kenaikan upah; dan (3) berbagai kelembagaan desa relatif sudah cukup berkembang, antara lain: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, PKK, Kelompok Usaha Bersama dan lembaga keuangan seperti BRI, BPR dan bank swasta telah sampai di desa, semua ini dapat menjadi infrastruktur yang akan menunjang pengembangan industri pedesaan. Hal lain yang lebih penting yaitu bagaimana sifat dari industri yang akan dikembangkan dan faktor apa yang menentukan sukses atau tidaknya pengembangan industri pedesaan.

Kondisi Individu Pengusaha Kecil

(38)

pendidikan dengan kinerja usaha kecil, serta pengalaman dalam memprediksi usaha yang tajam untuk memperhitungkan resiko dan kesuksesan.

Faktor-faktor individu yang umum biasanya meliputi: gender, suku, tingkat pendidikan, pengalaman dan keterampilan. Banyak kajian bahwa faktor-faktor ini ada kaitannya dengan keberhasilan kegiatan kewirausahaan. Dalam konsteks wirausaha, menurut Bird (1996), faktor individu wirausaha merupakan individu yang menjalankan usaha, faktor-faktor yang ada pada individu tersebut adalah: (1) karakteristik biologis meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan; (2) latar belakang wirausaha yaitu: pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga; dan (3) motivasi, sebagai dorongan kuat untuk melakukan suatu usaha, seperti: ketekunan, kegigihan dan kemauan keras untuk berhasil.

Menurut pemikiran para ahli tersebut, keragaan individu pengusaha kecil merupakan kondisi yang ada, melekat dan dimiliki oleh para pengusaha kecil, seperti tingkat pendidikan, status social, tingkat ekonomi yang dicapai usaha kecil, latar belakang wirausaha pengalaman berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga, keaktifan dalam kelompok, kekosmopolitan dan teknologi yang digunakan serta tingkat motivasi/kegigihan para pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya. Industri Agro

Industri agro merupakan satu subsistem dalam sistem agribisnis. Secara garis besar terdapat empat subsistem produksi/usaha tani (farming), yaitu: (1) penyediaan sarana produksi seperti pupuk, bibit (benih), obat-obatan, mesin pertanian dan sebagainya; (2) pengolahan; (3) pemasaran (tata niaga); dan (4) subsistem pendukung seperti pembiayaan dan asuransi. Dalam hal ini yang disebut agro industri adalah subsistem yang menangani pengolahan hasil produksi usaha tani (Iwantono, 2003). Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), industri agro adalah industri di lapangan pertanian.

(39)

pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan menjadi barang-barang yang siap digunakan.

[image:39.612.101.500.177.758.2]

Dilihat dari Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), maka industri agro termasuk dalam industri pengolahan khususnya industri makanan dan minuman. Adapun pengkategorian tersebut menurut KBLI dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Industri Pengolahan Makanan dan Minuman Berdasarkan KBLI 2005

KATEGORI DAN KODE

JUDUL-DESKRIPSI

D Industri Pengolahan

15 Industri Makanan dan Minuman

15122 Industri penggaraman/Pengeringan ikan dan Biota Perairan Lainnya. Kelompok ini mencakup usaha pengolahan dan pengawetan ikan dan biota perairan lainnya melalui proses penggaraman/pengeringan, seperti: ikan tembang asin, ikan teri asin, udang asin dan cumi-cumi asin. Kegiatan penggaraman/pengeringan ikan atau biota perairan lainnya yang tidak dapat dipisahkan dari usaha penangkapan/budidaya dimasukkan dalam golongan 050 (Perikanan)

15143 Industri Minyak Goreng dari Minyak Kelapa.

Kelompok ini mencakup usaha pengolahan lebih lanjut (pemurnian, pemucatan dan penghilangan bau yang tidak dikehendaki) dan minyak mentah kelapa menjadi minyak goreng.

(40)

Tabel 1 (Lanjutan) 15410 Industri Roti dan sejenisnya.

Kelompok ini mencakup usaha pembuatan segala macam roti, kue kering dan sejenisnya.

15422 Industri Gula Merah

Kelompok ini mencakup usaha pembuatan gula yang tidak berbentuk kristal, dengan bahan utamanya tebu maupun nira (aren, kelapa dan sejenisnya). Kegiatan pembuatan gula merah yang tidak dapat dipisahkan dari usaha pertaniannya dimasukkan dalam kelompok 01113 dan 01133.

15494 Industri Tempe dan Tahu.

Kelompok ini mencakup usaha pembuatan tempe dari kedelai/kacang-kacangan lainnya termasuk juga pembuatan tahu, kembang tahu dan oncom (dari kacang tanah/kacang-kacangan lainnya). Usaha pembuatan tempe yang bahan bakunya selain kedelai/kacang-kacangan lainnya, seperti: tempe bongkrek, dimasukkan dalam kelompok 15499.

15496 Industri Kerupuk, Keripik, Peyek dan sejenisnya.

Kelompok ini mencakup usaha industri berbagai macam kerupuk, seperti: kerupuk udang, kerupuk ikan dan kerupuk pati (kerupuk terung). Dan usaha pembuatan berbagai macam makanan sejenis kerupuk, seperti macam-macam emping, kecimpring, karak, gendar, opak, keripik paru, keripik bekicot dan keripik kulit, peyek teri, peyek udang. Kegiatan/usaha pembuatan keripik/peyek dari kacang-kacangan dimasukkan dalam kelompok 15495.

15498 Industri Kue-Kue Basah.

Kelompok ini mencakup usaha pembuatan macam-macam makanan sejenis kue yang relatif tidak tahan lama, seperti:

wajik, lemper, kue lapis dan martabak. (termasuk pembuatan tape dan dodol).

[image:40.612.103.502.94.754.2]
(41)

Menurut Iwantono (2003), dilihat dari pembangunan nasional memiliki alasan mendasar untuk mengembangkan industri agro secara sungguh-sungguh, yaitu: (1) selama era orde baru menganggap telah berhasil dalam produksi di banyak komoditas. Tetapi sebenarnya belum berhasil meningkatkan nilai tambah pertanian, karena terbatasnya proses pengolahan; (2) agroindustri merupakan bidang usaha yang mampu menciptakan kesempatan kerja sekitar 41% dari total lapangan kerja pada industri pengolahan atau manufakturing; (3) agroindustri merupakan sumber pertumbuhan, pangsa agroindustri terhadap total output industri pengolahan mencapai 65,38%; (4) sebagai penghasil devisa, agroindustri menyumbang sekitar 68,91% dari ekspor produk industri olahan nonminyak dan gas bumi;(5) agroindustri merupakan jenis industri yang memiliki keterkaitan ke bawah (downward linkage) maupun keterkaitan ke atas (forward linkage); dan (6) umumnya agroindustri berlokasi di pedesaan, karena itu kandungan lokalnya sangat tinggi, serta memiliki social effect yang positif bagi sebagian besar rakyat kecil.

Bahan baku industri agro dapat digolongkan ke dalam kelompok bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat, tanaman perkebunan besar, peternakan dan hasilnya, perikanan, kehutanan. Dari keenam subsektor penyedia bahan baku tersebut, subsektor mana yang dapat menjadi basis pertumbuhan agroindustri ? Jika dilihat dari pangsanya terhadap pembentukkan produk domestik bruto (PDB) sector pertanian, menurut Iwantono (2003) urutannya pada tahun 2000 adalah: tanaman pangan 59,8%; tanaman perkebunan rakyat 14,9%, peternakan dan hasilnya 11,6%; perikanan 12,5%; kehutanan 1,1%; dan tanaman perkebunan besar 3,6%.

(42)

tersier adalah produk jadi seperti roti, biskuit, makanan dalam kaleng dan makanan jadi restoran.

Hasil Susenas 1980 dan 1987 dapat diketahui pola pergeseran permintaan produk tersebut. Pada 1980, dari total pengeluaran masyarakat untuk konsumsi pangan, pangsa produk primer adalah 62%, pangsa produk sekunder 27%, dan pangsa produk tersier 11%. Pada tahun 1987 pangsa produk primer turun menjadi 57%, produk sekunder turun menjadi 23%, dan produk tersier meningkat menjadi 20%. Dilihat dari level pengolahannya, maka “makanan jadi” menunjukkan perkembangan permintaan yang pesat.

Berdasarkan data empiris di atas dapat disimpulkan bahwa industri agro yang berbasis pangan adalah yang memiliki prospek cerah di masa mendatang. Namun, tidak semua produk pangan manunjukkan pertumbuhan tinggi. Produk pangan yang seyogyanya dikembangkan adalah produk pangan yang permintaannya elastis terhadap perubahan pendapatan. Kemudian, dilihat dari tingkat pengolahannya, produk “makanan jadi” akan tumbuh pesat.

Pembangunan Industri Agro

Sejalan dengan perubahan preferensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari usahatani kepada industri pengolahan (industri agro). Artinya untuk mengembangkan sektor agribisnis yang modern dan berdaya saing, industri agro menjadi penentu kegiatan pada subsistem usahatani dan selanjutnya akan menentukan subsistem agribisnis hulu. Pengembangan industri agro diarahkan pada struktur industri agro yang lebih mengarah ke hilir untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, melakukan diversifikasi untuk memenuhi perubahan selera konsumen dan memanfaatkan peluang pasar domestik maupun internasional (Saragih, 2001).

(43)

pembangunan sektor pertanian. Orientasi pembangunan industri agro menurut Arsyad (Sudaryanto dkk, 2002) hendaknya tidak dilepaskan dari usaha meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuannya dalam memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Hal ini berarti pembangunan industri agro merupakan usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara vertikal semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara horizontal semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang jumlahnya semakin bertambah.

Kebijaksanaan pembangunan industri agro paling tidak mempunyai dua simpul utama. Pertama, industri agro diharapkan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di wilayah produksi pertanian, dan kedua, mampu mendorong pertumbuhan suplai hasil-hasil pertanian untuk kebutuhan industri agro. Keberhasilan membangun kedua simpul ini dengan sendirinya akan menjawab beberapa permasalahan antara lain peningkatan pendapatan sektor industri asal pertanian, kesempatan kerja yang luas dan akan mempercepat transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri.

Pembangunan sektor industri sebaiknya untuk tahap awal didominasi oleh pembangunan industri agro dan hal ini disertai dengan pembangunan pertanian yang tangguh. Sudah merasakan pengalaman yang pahit bagaimana sebagian industri agro di Indonesia, mengalami kemunduran besar akibat krisis moneter, karena industri agro mengandalkan bahan baku dari impor sebagai akibat ketidak-mampuan sektor pertanian memberikan dukungan yang efektif.

Berdasarkan pertimbangan di atas dapat dirumuskan beberapa sasaran pengembangan industri agro yakni menarik pembangunan sektor pertanian, menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan penerimaan devisa dan meningkatkan pembagian pendapatan.

(44)

Masalah besar yang dihadapi terutama adalah mutu sumberdaya manusia yang umumnya tingkat pendidikan dan pengalaman masih rendah, investasi rendah dan belum ada keterkaitan antara sector pertanian dan industri. Sementara sektor pertanian sendiri belum stabil, masih mencari arah dan bentuk perkembangan. Masalah mutu dan kontuinitas produksi pada suatu wilayah masih dipengaruhi oleh masalah krisis yang seharunya bisa diatasi.

Peran pemerintah di masa mendatang lebih banyak dalam memberikan pelayanan untuk mendorong pertumbuhan usaha industri agro melalui beberapa kebijakan penting antara lain:

(1) Pelayanan tinggi bagi penyediaan dana investasi bagi industri agro baik skala kecil, menengah, maupun skala besar yang disesuaikan dengan segmen pasar yang akan diraih dan kebutuhan bahan baku.

(2) Membuat blue print pembangunan industri agro yang memperhatikan lokasi sumber bahan baku, dan investasi yang dibutuhkan, skala agroindustri yang disesuaikan dengan segmen pasar dan kebutuhan bahan baku, keadaan tenaga kerja manusia dan mempertimbangkan sosial budaya dan lingkungan.

(3) Menyediakan suatu kebijaksanaan ekonomi makro yang mapu mendorong pertumbuha pertanian dan industri agro. Kebijaksanaan itu antara lain pengendalian inflasi melalui peredaran uang, tingkat bunga, nilai tukar dan kebijaksanaan perdagangan luar negeri yang mendukung.

(4) Pemerintah harus dapat memilah-milah pada bagian mana dalam pembangunan industri agro ikut langsung memberikan pembinaan dan pengarahan (Sudaryanto dkk, 2002).

Pembangunan suatu industri agro haruslah mempertimbangkan paling tidak lima hal yakni: kelayakan sisi teknis dan biaya investasi, kelayakan sisi ekonomi, kondisi pasar dan pasokan bahan baku, kelayakan lingkungan fisik dan pertimbangan sosial budaya.

(45)

mendapatkan bahan baku, kelancaran dalam mendistribusikan produksi industri agro dan kemudahan-kemudahan memperoleh air bagi proses produksi dan sebagainya.

Aspek ekonomi mencakup kelayakan finansial dan kelayakan sosial. Pertanyaannya adalah apakah suatu investasi agroindustri di suatu lokasi spesifik mempunyai tingkat keuntungan finansial yang baik dan apakah pembangunan agroindustri memberikan keuntungan bagi masyarakat khususnya pada lokasi setempat ? Keuntungan finansial dipengaruhi oleh besarnya investasi, besarnya dana pinjaman dan tingkat bunga, lamanya investasi dan biaya produksi yang dikeluarkan. Kelayakan sosial antara lain adalah pengkajian apakah pembangunan agroindustri memberikan keuntungan dalam menampung tenaga pengangguran, pendapatan bagi wilayah bersangkutan, adanya kemungkinan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar antara lain membantu peningkatan petani yang menyediakan bahan baku dan sebagainya ?

Bahan baku dan sumber daya manusia. Pertanyaan kunci adalah bagaimana memperoleh bahan baku apakah akan dihasilkan sendiri, membeli dari petani atau impor ? Pertanyaan kedua adalah bagaimana tingkat mutu bahan baku yang diinginkannya, berapa jumlahnya, apakah perlu masa tanam diatur sehingga kesulitan bahan baku karena musiman dapat ditanggulangi?

Pertimbangan lingkungan fisik, pembangunan industri agro tidak bertujuan untuk merusak lingkungan yang pada akhirnya menyengsarakan rakyat. Ini merupakan salah satu pertimbangan lingkungan fisik dalam membangun suatu kawasan industri agro. Pertimbangan lingkungan yang patut diperhatikan adalah dalam penggunaan air yang bersumberkan pada sumber air masyarakat dan pembuangan sampah sisa proses produksi. Pembuangan sampah atau sisa produksi industri agro pada dasarnya dapat dikembalikan pada tanah, tetapi harus dikaji benar ke mana sampah-sampah itu dimanfaatkan ? Selama ini, sering kali kita menemukan suatu industri agro yang bersahabat dengan alam, sehingga harus dibongkar. Pertimbangan lingkungan yang lain adalah daerah pegunungan, bebatuan dan sebagainya.

(46)

dalam memberikan ijin perusahaan dan ijin lokasi. Pemerintah dapat menggunakan kedua fasilitasnya ini sebaik-baiknya sehingga pembangunan industri agro sangat efektif dalam mencapai sasarannya.

Penyuluhan Pembangunan Pengertian

Penyuluhan hakekatnya sebagai proses komunikasi dan pendidikan terhadap orang dewasa guna mengubah sikap dan pola pikir mereka. Menurut Asngari (2001), “penyuluhan adalah sistem pendidikan non-formal untuk mengubah perilaku SDM-klien sesuai dengan yang dikehendaki atau direncanakan.” Selanjutnya dikemukakan bahwa “kegiatan penyuluhan adalah kegiatan mendidik, bukannya memaksa terjadinya perubahan perilaku SDM-klien.”

Hakekat pembangunan sebagai perubahan yang direncanakan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik tentu menuntut kesediaan dan ketulusan semua pihak, baik yang merencanakan dan yang melaksanakan perubahan maupun yang menjadi sasaran dari perubahan tersebut serta hal-hal yang akan diubah dan target yang ingin dicapai. Hal yang terakhir ini Misra (1981) berpendapat bahwa pembangunan adalah meningkatnya pencapaian sasaran akan nilai budayanya yang menghasilkan kehidupan lebih bermutu.

Lebih rinci Misra (1981) menyatakan bahwa kehidupan yang lebih bermutu ditandai oleh empat kondisi yaitu: (1) terpenuhinya berbagai kebutuhan hidup yang berkesinambungan bagi semua orang dalam kondisi yang lebih baik, (2) Penghargaan dan pengakuan bagi semua orang (sesuai posisi dan perannya) serta harga diri, (3) bebas dari tirani dalam bentuk apapun, dan (4) kehidupan bermasyarakat yang dirasakan dan dimiliki setiap orang.

Proses pembangunan akan berhasil dan berdampak positif bagi masyarakat jika didukung oleh berbagai modal. Secara sederhana Thomas et al. (2001) menyatakan bahwa terdapat tiga asset yang mereka golongkan sebagai modal, yakni: modal manusia, fisik dan alam. Fukuyama (2002) dan Senge et al. (1999) menambahkan bahwa modal pembangunan tidak hanya ketiga modal tersebut, tetapi perlu juga modal social dan modal finansial.

(47)

dengan perilaku baru yang berakibat kualitas kehidupan orang yang bersangkutan menjadi lebih baik (Slamet, 2003)?. Secara internal manusia cenderung mempertahankan pola perilaku, kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat yang telah dimiliki. Kalaupun manusia ternyata berubah dari zaman ke zaman, itu terutama karena pengaruh lingkungan, baik lingkungan alam dan fisik maupun lingkungan sosial. Penyuluhan pembangunan berusaha mengendalikan atau memanipulasi lingkungan tersebut sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang-orang tertentu untuk mau mengubah pola perilakunya yang akan memperbaiki mutu kehidupan mereka.

Penyuluhan pembangunan selalu menitikberatkan pada berbagai upaya untuk mewujudkan perbaikan kualitas kehidupan manusia, baik secara moril maupun materiil, melalui peningkatan motivasi, keberdayaan,

Gambar

Tabel 1. Industri Pengolahan Makanan dan Minuman
Tabel 1 (Lanjutan)
Gambar 1: Model konseptual pengaruh antar peubah penelitian
Tabel 3. Proporsi Sampel Berdasarkan Jenis Komoditas Industri Agro
+7

Referensi

Dokumen terkait

Following the ap- proach suggested in Mester (1996) we show that if risk and quality factors are not taken into account optimal bank size tends to be overstated. That is, optimal

[r]

Pada akhir video dicantumkan credit title atau ucapan terimakasih kepada narasumber (Gicela Miftanisa) beberapa brand local yang telah ditampilkan di video (Omutt,

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Bali yang terdiri dari 9 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli,

Diharapkan Bahan Kajian Pembelajaran Bentuk Kriteria Penilaian Bobot Nilai.

Sektor lain yang juga berperan besar dalam struktur ekonomi Kalimantan Tengah adalah sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dengan andil sebesar 20,88 persen pada triwulan

Bidang dan Kegiatan Usaha Beroprasi dalam bidang Jasa, Sumber Daya dan Infrastuktur Terkait Energi Jumlah saham yang ditawarkan 550.633.000 Saham Biasa Atas Nama dengan

konstruk dari UTAUT2 digunakan sebagai determinan yang mempengaruhi niat pengguna (behatioral intention) dan intensitas penggunaan (use behavior), yaitu: performance