KOMPAS100 Periode 2013-2015)
THE INFLUENCE OF PUBLIC OWNERSHIP, DER (DEBT TO EQUITY RATIO), COMPANY SIZE AND LEVERAGE OPERATION TO THE INCOME
SMOOTHING PRACTICE
( Emprical Study Non Financial Company Listed on Index KOMPAS100 Period 2013 - 2015 )
Oleh
ANNISA FATHINAH SARASWATI 20130420095
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
KOMPAS100 Periode 2013-2015)
THE INFLUENCE OF PUBLIC OWNERSHIP, DER (DEBT TO EQUITY RATIO), COMPANY SIZE AND LEVERAGE OPERATION TO THE
INCOME SMOOTHING PRACTICE
( Emprical Study Non Financial Company Listed on Index KOMPAS100 Period 2013 - 2015 )
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
ANNISA FATHINAH SARASWATI 20130420095
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
v
“ Yakinlah ada sesuat
u yang menantimu selepas banyak
kesabaran yang kau jalani yang akan membuatmu terpana
hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit”
(Ali bin Abi Thalib)
“ Life as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live
forever”
(Mahatma Gandhi)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini
kupersembahkan untuk ….
Kedua orangtua ku
Adikku
Keluarga
Teman & sahabat
xii
D. Model Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Objek/Subjek Penelitian ... 28
B. Jenis dan Sumber Data ... 28
C. Teknik Pengumpulan Sampel ... 29
D. Teknik Pengumpulan Data... 29
E. Definisi Operasional ... 31
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 38
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data… ... 39
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 47
D. Pembahasan (Interpretasi)... 50
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 61
A. Simpulan ... 61
B. Saran ... 62
C. Keterbatasan Penelitian... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
xiii
4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ... 38
4.2 Hasil Uji Deskriptif ... 39
4.3 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 41
4.4 Hasil Uji Kelayakan Data ... 42
4.5 Uji Keseluruhan Model ... 43
4.7 Koefisien Determinasi ... 44
4.7 Hasil Uji Multikolinearitas (Corellation Matrix) ... 45
4.8 Hasil Tabel Klasifikasi ... 46
xiv
xv
Lampiran 1. Data Masing-masing Variabel………68
vii
praktik perataan laba. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di indeks KOMPAS100. Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan, sehingga menemukan sampel sebanyak 39 perusahaan dalam kurun waktu tiga tahun dapat menggolah 117 data perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan analisis yang digunakan adalah regresi binary logistic .
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kepemilikan publik, DER (Debt to Equity Rasio), ukuran perusahaan dan leverage operation tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba
viii
smoothing operation practice. This study use the sample of companies which are listed on the index KOMPAS100. Purposive sampling method is used to determine the sample in accordance with the required criteria, thus, sample of 39 companies are founded within three years range of time, consequently revealing data coming from 117companies. This research was conducted with quantitative and analytical methods namely binary logistic regression.
This study shows that public ownership, DER (Debt to Equity Ratio), company size and leverage operation have no effect on the practice of income smoothing
1
A. Latar Belakang Penelitian
Meningkatnya pertumbuhan perusahaan dan perekonomian Indonesia yang kurang stabil menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan
sehingga mendorong manajemen untuk menghasilkan kinerja yang maksimal.
Hasil kinerja manajemen terlihat dari laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan. Laporan keuangan berisi informasi keuangan yang digunakan
pihak internal maupun pihak eksternal.
Pihak eksternal terutama investor lebih berfokus pada informasi laba
yang disajikan dilaporan keuangan. Menurut SFAC nomor 1 dalam Santoso
dan Sherly (2012) bahwa informasi laba menjadi perhatian utama dalam
memperkirakan kinerja atau pertanggungjawaban yang dilakukan manajemen.
Informasi laba dapat membantu pihak internal dan eksternal untuk
meramalkan laba yang akan diperoleh dimasa mendatang.
Menghasilkan jumlah laba yang tinggi menjadi salah satu tujuan
utama dalam perencanaan manajemen maka kinerja perusahaan berpengaruh
besar terhadap ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya dan
menambahkan kepercayaan pihak eksternal untuk melakukan kerjasama
dengan perusahaan. Namun motivasi untuk mendapatkan jumlah laba yang
tinggi menyebabkan manajemen melakukan tindakan yang tidak semestinya
standar akuntansi yang dapat dipilih secara bebas diantara standar yang ada
kemudian diterapkan pada perusahaan (Chong dalam Mohamad Namazi dan
Khansalar, 2011).
Tindakan yang tidak semestinya dilakukan (dysfunctional behavior)
manajemen dapat dipengaruhi oleh asimetri informasi. Asimetri informasi
mendorong munculnya manajemen laba. Manajemen laba menjadi salah satu
faktor yang dapat berfungsi sebagai pengurang kredibilitas dan menambah
bias dalam laporan keuangan sehingga dapat mempengaruhi pihak eksternal
terutama investor untuk mempercayai laporan keuangan yang telah
dimanipulasi sesuai perencananan manajemen perusahaan (Budileksmana dan
Andriani, 2005). Lila dan Nugroho (2013) menyatakan bahwa manajemen
laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja namun tidak
keluar dari aturan General Accepted Accounting Principles (GAAP). Scoot
(2000) membedakan tindakan manajemen laba menjadi beberapa macam
yaitu (a) taking a bath, (b) income minimazation, (c) income maximation dan
(d) income smoothing.
Perataan laba dijadikan sebagai proses mengatasi fluktuasi laba dan
menghasilkan laporan keuangan yang telah dianggap normal oleh perusahaan
(Schroeder, 2009). Menurut Gordont (1996) terdapat kenaikan minat investasi
terhadap perusahaan yang memiliki laba stabil dan mampu memperlihatkan
risiko keuangan perusahaan yang rendah. Ilmainir dalam Aji dan Mita (2010)
dengan dua cara (1) melakukan pengurangan fluktuasi laba yang tidak stabil
pada periode tertentu dan (2) melakukan manipulasi laba dilaporan keuangan
dengan memaksimumkan atau meminimumkan nilai laba.
Menurut Eckel 1981 menyatakan bahwa perataan laba dapat
dibedakan Naturally being smoothed by management dan Intentionally being
smoothed by management. Secara sederhana Naturally being smoothed by
management menjelaskan perataan laba yang terjadi secara alami disebabkan
proses tertentu sedangkan Intentionally being smoothed by management
merupakan perataan laba yang terjadi karena pihak lain serta dibagi menjadi
real smoothing dan artificial smoothing. Motivasi yang mendasari adanya
praktik perataan laba ( Utomo dan Siregar, 2008) adalah motivasi efesiensi
dan opotunistik. Motivasi efesiensi terdiri atas alasan yang dapat mendorong
praktik perataan laba dan peningkatan kepercayaan investor yang cenderung
memilih laba perusahaan yang stabil, seperti melakukan pengurangan utang
pajak dengan cara meningkatkan biaya ataupun mengurangi laba yang
dilakukan manager dan menghindari kenaikan gaji. Sedangkan motivasi
opotunistik terjadi ketika perusahaan mendapat keuntungan besar setelah
melakukan praktik perataan laba.
Adanya hasil penelitian terdahulu yang inkonsisten serta
meningkatnya pertumbuhan perusahaan menarik perhatian peneliti untuk
melakukan pengujian dan pengukuran mengenai income smoothing. Berbagai
satunya adalah Indeks Eckel (1981) yang dijadikan sebagai metode
pengukuran ataupun indikator income smoothing. Pemilihan Indeks Eckel
karenalebih akurat dibandingkan metode pengukuran lainnya.
Kompas100 merupakan bentuk kerjasama antara Koran Kompas dan
Bursa Efek Indonesia (BEI) menghasilkan suatu indeks saham terdiri atas
100 perusahaan yang saham perusahaan telah beredar dimasyarkat dan
terdaftar di BEI. Indeks Kompas100 mulai diterbitkan tanggal 10 Januari
2007 dan memiliki beberapa kriteria penilaian. Perusahaan yang masuk
kedalam Kompas100 didasari atas penilaian kriteria, seperti memiliki kinerja
dan fundamental perusahaan yang baik, nilai likuiditas yang tinggi ataupun
besarnya nilai kapitalisasi pasar, frekuensi aktivitas dalam perusahaan dan
nilai transaksi perusahaan. Penilaian perusahaan dan evaluasi akan dilakukan
setiap enam bulan dan terjadi setiap bulan febuari dan agustus ditahun yang
sama. Perusahaan yang tidak sesuai kriteria akan dikeluarkan dari indeks
kompas100 sehingga indikasi manajemen untuk melakukan praktik perataan
laba semakin tinggi karena perusahaan ingin mempertahankan reputasi untuk
masuk dalam penilaian indek kompas100.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka judul penelitian
Ramanuja dan Mertha (2015) serta penelitian dari Setyaningtyas dan Basuki
(2014).
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang
terletak pada pengambilan variabel. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ramanuja dan Mertha (2015) mengunakan variabel varian nilai saham,
kepemilikan publik, DER dan profitabilitas sedangkan dalam penelitian
sekarang peneliti mengunakan variabel kepemilikan publik dan DER.
Sedangkan Setyaningtyas dan Basuki (2014) mengunakan variabel ukuran
perusahaan, rasio hutang, sektor industri, leverage operation, profitabilitas
dan dalam penelitian sekarang memilih variabel ukuran perusahaan serta
levarge operation sehingga dalam penelitian sekarang terjadi kompilasi
karena variabel yang diambil dari dua penelitian yang berbeda.
Metode pengukuran penelitian sekarang dan penelitian terdahulu
memiliki kesama dengan mengunakan indeks eckel karena perhitungan
dengan indeks eckel lebih dapat memberikan hasil akurat dibandingan
dengan metode perhitungan yang lainnya. Sedangkan perbedaan terletak pada
model regresi. Penelitian sebelumnya mengunakan regresi berganda yang
melibatkan asumsi klasik didalamnya sedangkan pada penelitian sekarang
mengunakan regresi logistic binary karena variabel dependen yang digunakan
menunjukan variabel dummy berupa perataan laba dilambangkan angka 1 dan
bukan perataan laba yang dilambangkan angka 0 dan hanya mengunakan
Sampel dalam penelitian terdahulu diambil dari sektor manufaktur
terutama berfokus dibidang industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
tahun 2010-2012 dan 2009-2012 sedangkan dipenelitian sekarang mengambil
sampel pada perusahaan yang masuk dalam Kompas100 tercatat di BEI tahun
2013-2015. Pengambilan sampel untuk penelitian sekarang sesuai dengan
penelitian Ramanuja dan Mertha (2015) yang menerapkan purposive sampling
dan berbeda dengan penelitian Setyaningtyas dan Basuki (2014) yang
mengunakan judgement sampling.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian menguji variabel independen 4 yaitu kepemilikan Publik,
DER (Debt to Equity Ratio), Ukuran Perusahaan dan Leverage
Operation. Variabel dependen yang diuji adalah praktik perataan laba.
2. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang masuk dalam indeks
kompas100 yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia periode
2013-2015
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Apakah Kepemilikan Publik berpengaruh positif terhadap praktik
2. Apakah DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh positif terhadap
praktik perataan laba ?
3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik
perataan laba ?
4. Apakah Leverage Operation berpengaruh positif terhadap praktik
perataan laba ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan yang telah dipaparkan pada penelitian ini maka tujuan penelitian adalah :
1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif Kepemilikan Publik
terhadap praktik perataan laba
2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif DER (Debt to
Equity Ratio) terhadap praktik perataan laba
3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif Ukuran Perusahaan
terhadap praktik perataan laba
4. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif Leverage Operation
terhadap praktik perataan laba
E. MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan yang telah disampaikan dalam penelitian maka
1. Manajemen
Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu mempertimbangkan
pengambilan keputusan perusahaan mengenai tindakan perataan laba
2. Akademisi
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai perataan laba
serta menambah literatur untuk penelitian selanjutnya
3. Pihak eksternal
Penelitian ini diharapkan membantu penguna laporan keuangan untuk lebih
berhati-hati terhadap laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dan dapat
memberikan informasi tambahan terkait beberapa faktor yang dapat
9
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Keagenan (Agency Teory)
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan
merupakan hubungan yang dibentuk antara principal (pemilik) dan agent
(manajemen) untuk sebuah perjanjian dimana agent berhak melakukan
pengambilan keputusan terkait perusahaan karena telah diberikan wewenang
oleh principal yang dianggap sebagai perwakilan.
Dalam teori keagenan, principal memiliki ketertarikan pada nilai
return investasi perusahaan sedangkan agen tertarik mencari keuntungan yang
besar bagi perusahaan sehingga berpengaruh pada kompensasi keuangan dan
tambahan lain yang berasal dari hubungan keagenan atas usaha yang
dilakukan untuk mememenuhi keinginan prinsipal sehingga memunculkan
berbagai macam keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan salah
satunya adalah manajemen laba berupa income smoothing. Teori keagenan
digunakan untuk menunjukan bahwa prinsipal mengajukan perjanjian
kompensasi optimal yang menyebabkan agen tertarik untuk melakukan
praktik income smoothing (Lambert dalam Widaryanti 2009)
Teori keagenan menjadi alat pengawas untuk hubungan timbal balik
memiliki tujuan bersama yaitu meminimalkan pengeluaran biaya dan
memaksimalkan kekakayan yang dimiliki principal (pemilik) sehingga tujuan
manajemen tercapai.
Hubungan principal dan agent akan bertentangan dan memunculkan
konflik ketika pihak yang terkait saling mempertahankan tujuan dan
kepentingannya. Hal ini didasari oleh keinginan principal untuk mendapatkan
return yang tinggi atas pemanfaatan sumber daya yang digunakan agent
sedangkan agent didasari atas keinginan untuk memaksimumkan fee
kontraktual yang berdampak pada kesejahteraan dirinya sendiri.
Adanya konflik antara principal dan agent menimbulkan asimetri
informasi dimana pihak internal secara sengaja menyembunyikan informasi
yang didapatnya terutama mengenai kinerja manajemen sehingga terdapat
ketidakseimbangan penerimaan informasi yang cenderung merugikan pihak
eksternal yang memiliki informasi lebih sedikit dibandingkan pihak
manajemen. Keadaan perusahaan yang sedang berkembang juga berpengaruh
terhadap penyebaran informasi. Asimetri infromasi yang terjadi akan
memunculkan berbagai macam keputusan mengenai tindakan yang diambil
oleh pihak internal salah satunya adalah praktik perataan laba.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat permasalah yang
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang timbul akibat dari agen yang
tidak melaksanakan hal yang sesuai dengan kontrak dan cenderung untuk
melanggar sesuai dengan tujuan yang dicapai
2. Adverse selection, yaitu permasalahan yang muncul akibat kelalai dalam
menjalankan tugas yang disebabkan prinsipal yang tidak mengetahui
bahwa keputusan yang diambil oleh agent telah sesuai dengan informasi
yang diperolehnya.
2. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)
Teori akuntansi positif berhubungan dengan praktik perataan laba
karena teori ini dapat menjelaskan praktik manajemen laba secara luas.
Teori akuntansi positif menjelaskan mengenai faktor - faktor ekonomi
atau ciri unit tertentu yang mampu mempengaruhi manajemen sebagai
pembuatan laporan perusahaan dalam menentukan metode akuntansi dan
pengelolaan laba. Menurut Belkaoui (2007:189) terdapat tiga hipotesis
dalam positive accounting theory yang diterapkan untuk memperkirakan
motivasi yang mendasari dilakukannya pengelolaan laba terutama praktik
perataan laba, yaitu :
a. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis)
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula
biaya politik yang ditanggung oleh perusahaan sehingga kemungkinan
terbesar perusahaan akan memilih metode akuntansi yang bertujuan
laba sekarang ke laba masa depan. Dengan dipindahkan laba sekarang
ke laba masa depan memungkinkan perusahaan membagi kemakmuran
kepada berbagai macam pihak dan menjadi salah satu cara yang
dilakukan untuk menghindari pengenaan biaya politik yang besar oleh
pemerintah.
b. Hipotesis Ekuitas Utang (Debt Covenant Hypothesis)
Semakin tinggi utang yang dimiliki perusahaan maka semakin
besar kendali perusahaan dalam batasan yang terdapat pada perjanjian
utang sehingga kesempatan untuk melakukan pelanggaran perjanjian
hutang semakin besar. Dalam keadaan leverage tinggi manajer akan
menerapkan metode akuntansi meningkatan laba dengan cara
mentrasfer laba masa depan ke laba sekarang sehingga nilai leverage
yang tinggi dapat berkurang. Tindakan ini dilakukan karena dalam
perjanjian hutang mengharuskan pihak peminjam yaitu perusahaan
untuk memiliki tingkat leverage yang stabil sesuai dengan berlakunya
perjanjian.
c. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Pengunaan metode akuntansi berupa peningkatan laporan laba
dengan cara memindah nilai laporan laba masa depan ke laporan laba
sekarang diterapkan oleh manajer yang berorientasi pada rencana
bonus. Tindakan ini akan memaksimalkan nilai bonus yang akan
3. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori Sinyal (Signaling Theory) berkaitan erat dengan praktik perataan
laba karena mampu menjelaskan tindakan yang dilakukan oleh manager
perusahaan kepada pemilik perusahaan ataupun calon investor atas keadaan
yang sedang terjadi sehingga berdampak pada keberhasilan ataupun kegagalan
manajemen dalam mengelola perusahaan yang harus disampaikan ke pihak
pemegang saham.
Teori sinyal merupakan suatu teori yang berfokus kepada pentingnya
informasi dari perusahaan yang berpengaruh pada keputusan investasi pihak
eksternal (Jogiyanto, 2000:392). Informasi yang dihasilkan perusahaan
cenderung memperlihatkan kualitas perusahaan dalam mengelola ataupun
nilai perusahaan sehingga penyampaian informasi dianggap oleh pihak
eksternal atau pasar sebagai suatu sinyal.
Informasi yang disampaikan cenderung bersifat positif dan bermutu
sehingga pihak eksternal yang menerima informasi diharapkan bereaksi
positif. Sinyal yang disampaikan oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai
tolak ukur pengambilan keputusan investasi karena kesulitan membedakan
informasi yang disampaikan perusahaan kualiatas tinggi ataupun rendah dapat
terlihat dari sinyal yang disampaikan oleh perusahaan dimana perusahaan
dengan kualitas tinggi cenderung memberikan sinyal yang mahal berupa
informasi yang lebih baik kepada pihak eksternal dibandingkan perusahaan
berbentuk informasi dari laporan keuangan. Penyampaian informasi laba dari
perusahaan kepada pihak eksternal menjadi salah satu sinyal bahwa manager
telah melaksanakan tugasnya sehingga pihak eksternal dapat menilai dari
informasi yang diterima
4. Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen laba merupakan tindakan manajer dalam melakukan
perubahan informasi yang terdapat pada laporan keuangan sesuai dengan
perencanan agar tujuan yang diinginkan manajer tercapai (Sri Sulistyanto,
2007:4). Manajemen laba menjadi salah satu upaya untuk mempengaruhi
pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja perusahaan namun laporan
keuangan perusahaan yang disajikan telah mengalami perubahan yang tidak
sesuai dengan kenyataan kinerja ataupun kondisi perusahaan sebenarnya.
Keinginan manajer untuk mensejahterakan dirinya dibandingkan dengan
memaksimalkan kinerja menjadi salah satu tujuan yang mendorong
dilakukannya manajemen laba. Scoot (2000) membedakan manajemen laba
sesuai tindakan manipulasi yang dilakukan sebagai berikut :
1. Taking a bath
Keadaan perusahaan mengalami kerugian yang menyebabkan manajemen
mengambil tindakan untuk mengakumulasikan biaya dan nilai kerugian secara
2. Income minimization
Keadaan perusahaan memperoleh laba yang tinggi dalam periode berjalan
menyebabkan manajemen untuk mengambil kebijakan dengan meminimalkan
laba yang diperoleh dan memindahkan kedalam periode masa mendatang.
Tindakan yang dilakuakan seperti mengakui biaya iklan yang belum terjadi.
3. Income maximization
Keadaan perusahaan mengalami penurunan laba yang menyebabkan manajer
melakukan tindakan menaikan atau memaksimalkan nilai laba dengan cara
memindahkan keuntungan periode mendatang ke dalam periode berjalan.
4. Income smoothing
Kondisi penerimaan laba perusahaan yang tidak stabil maka diperlukan
tindakan manajer untuk melakukan pengurangan atau penambahan nilai laba
ditahun berjalan sehingga fluktuasi laba dapat berkurang.
5. Perataan Laba (Income Smoothing)
Perataan laba merupakan tindakan dilakukan oleh manajer dengan
tujuan mengurangi fluktuasi laba perusahaan sehingga periode yang satu
dengan yang lainnya tidak memiliki perbedaan nilai laba yang besar. Praktik
perataan laba diharapkan mampu memberikan keuntungan atas nilai saham
yang dihasilkan dan kinerja perusahaan yang terlihat dari laba yang tidak
fluktuatif. Menurut Eckel 1981 perataan laba dapat dibedakan menjadi dua
a. Naturally being smoothed by management
Praktik perataan laba yang terjadi secara tidak sengaja (alami) karena
terdapat proses yang menghasilkan aliran laba yang merata. Penerapan ini
terjadi pada pendapatan yang diperoleh dari pelayanan umum dimana aliran
laba menghasilkan aliran laba baru dan rata dengan sendirinya.
b. Intentionally being smoothed by management
Praktik perataan laba terjadi karena adanya campur tangan dari pihak
lain yaitu pihak manajemen yang melakukan praktik perataan laba secara
sengaja. Terdapat dua teknik yang dapat digunakan yaitu:
a) Real Smoothing
Peratan laba yang dilakukan secara sengaja dengan melibatkan
transaksi keuangan yang sesungguhnya melalui kebijakan operasional
sehingga tindakan yang dilakukan dapat mempengaruhi laba
b) Artificial Smoothing
Perataan laba yang melibatkan aturan akuntansi dilakukan dengan cara
memindahkan nominal biaya atau pendapatan yang dimiliki perusahaan dari
satu periode ke periode yang lain.
Perataan laba menurut sebagian pihak menjadi tindakan yang logis dan
rasional dikarenakan memiliki alasan yang mendasari dan memberikan
dampak yang baik bagi perusahaan. Menurut Hepworth dalam Lila dan Septa
(2013) menyatakan terdapat tiga jenis alasan menyebabkan diperbolehkannya
1. Sebagai tindakan manipulasi dengan tujuan meminimalkan laba dan
menambahkan jumlah biaya ditahun perjalan sehingga pajak yang terutang
pada perusahaan memiliki nilai yang lebih kecil dari sebelumnya
2. Mampu meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan
dikarenakan perusahaan mampu menyesuaikan kinerja dan kondisi dengan
minat invetsor dalam menanamkan modal
3. Hubungan manajer dan karyawan semakin dekat disebabkan karyawan
akan mengikuti apa yang diperintah manajer untuk melakukan perataan laba
dengan imbalan kenaikan upah karyawan
6. Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan perusahaan menentukan wewenang terbesar
untuk mengambil keputusan terkait perkembangan perusahaan yang dipegang
antara manajer atau pemegang saham. Kepemilikan publik merupakan saham
yang dimiliki oleh masyarkat dan menjadi salah satu usaha yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mencari keuntungan atas nilai saham yang beredar
dimasyarakat. Perusahaan dengan kepemilikan publik yang besar ataupun
perusahaan privat dapat terindikasi melakukan praktik perataan laba namun
kecenderungan praktik perataan laba dilakukan perusahaan privat pada pos
tertentu, seperti biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
7. DER (Debt to Equity Ratio)
Debt to equity ratio dapat diproksikan dengan financial leverage.
Financial leverage berhubungan dengan peningkatan nilai profitabilitas yang
melibatkan biaya tetap dan biaya aktiva (kekayaan dan harta) perusahan
dengan cara memanfaatkan pemberian pinjaman dari kreditur atau berasal
dari dana pemegang saham di perusahaan (Raharjo, 2007). Sedangkan
menurut Sutrisno (2007) leverage financial dapat muncul ketika perusahan
mengunakan dana dari pinjaman atau hutang yang mengakibatkan perusahan
menanggung biaya bunga dan beban tetap sesuai dengan nilai pinjaman.
Debt to equity ratio dijadikan sebagai indikasi oleh pihak eksternal
terutama para kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan.
Kreditur cederung memilih perusahaan yang memiliki laba yang stabil
dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami penerimaan laba yang
fluktuasi karena kreditur menganggap bahwa laba yang stabil memungkinkan
pembayaran hutang perusahaan lancar.
8. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diukur atas dasar total aset ataupun kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan (Harahap, 2008: 43). Ukuran perusahaan dibagi
menjadi 3 jenis yang terdiri atas besar (large firm), perusahaan menengah
(medium size) dan perusahaan kecil (small firm). Namun perusahaan dengan
ukuran besar memiliki jumlah aktiva lebih banyak dan cenderung diperhatikan
dengan perusahaan ukuran menengah ataupun perusahaan ukuran kecil yang
kurang dipandang oleh pihak eksternal. Hal ini dikarenakan perusahaan
ukuran besar dan industri strategis yang dimiliki akan melibatkan masyarakat
luas sehingga cenderung melakukan praktik perataan laba. (Nasser dan
Herlina, 2003: 295).
9. Leverage Operation
Leverage memiliki beberapa jenis yaitu operating leverage, finacial
leverage dan combine leverage. Pengunaan leverage dalam perusahan
bertujuan untuk meningkatkan keuntungan melebihi nilai biaya tetap ataupun
aset yang dimiliki perusahaan. Leverage operasi dapat diartikan sebagai
potensi perusahan untuk meningkatkan nilai perubahan penjualan terhadap
nilai EBIT (Earning Before Interest and Taxes) (Syamsuddin, 2001) .
Sedangkan menurut Keown et al (2000) leverage operasi adalah pembiayaan
tetap (fixed cost) yang terdapat dalam arus pendapatan diperusahan. Leverage
Operation merupakan pemanfaatan biaya tetap operasi yang digunakan untuk
menambahkan perubahan penjualan yang disesuaikan dengan keinginan pihak
manajemen dan perhitungan dilakukan sebelumnya dikenakan bunga ataupun
pajak.
Leverage Operation dapat muncul saat dilakukan operasional dalam
perusahaan karena melibatkan pos biaya tetap. Biaya tetap yang besar
berpengaruh terhadap risiko keuangan perusahaan yang tinggi namun
berpengaruh pada penurunan risiko keuangan yang tinggi akibat kenaikan laba
dan Leverage Operation.
B. Penelitian Terdahulu
Ramanaju dan Mertha (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh penyebab terjadinya praktik perataan laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini
menemukan bahwa debt to equity rasio dan profitabiltas menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi praktik perataan laba karena debt to euity
rasio yang tinggi dalam perusahaan dapat mencerminkan adanya resiko
perusahaan yang tinggi sehingga timbul praktik perataan laba untuk mengatasi
resiko perusahaan sedangkan profitabilitas perusahaan yang tinggi tidak dapat
menarik minat investor maka perusahaan melakukan perataan laba untuk
mengatasi fluktuasi laba ataupun peningkatan laba yang tidak wajar.
Setyaningtyas dan Hadiprajitno melakukan penelitian pada perusahaan
manufaktur yang terbukti banyak terjadi praktik income smoothing
dibandingkan dengan perusahaan yang berasal dari sektor lain. sektor industri
terbukti dapat menjadi penyebab praktik pertaan laba karena sektor industri
berhubungan dengan pelaporan laporan keuangan dan informasi akunatansi.
sektor industri terutama manufaktur banyak melakukan praktik perataan laba
terutama dengan cara metode akuntansi antara FIFO (First In First Out) atau
LIFO (Last In First Out) yang digunakan pada periode tertentu disesuikan
Salim dan Rice (2014) menguji pengaruh faktor eksternal dan internal
perusahaan terhadap tindakan perataan laba. Penelitian mengunakan sampel
perusahaan perbankan yang terdaftar dalan Bursa Efek Indonesia periode
2009-2012. Penelitian menghasilkan bahwa secara simultan profitabilitas ,
nilai perusahaan, leverage operasi,umur perusahaan, tingkat inflasi dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan secara
parsial variabel leverage operasi dan umur perusahaan perpengaruh terhadap
praktik peratan laba karena leverage operasi menjadi salah satu hal terpenting
bagi perusahaan terutama perbankan yang berhubungan langsung dengan
kepercayaan masyarakat terhadap likuiditas perusahaan dan umur perusahaan
dapat mempengaruhi praktik perataan laba karena mencerminkan pengalaman
yang diterima perusahaan terutama dalam mengelola laba
Aji dan Mita (2010) melakukan pengujian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk melihat pengaruh profitabiltas, risiko
keuangan, nilai perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap praktik income
smoothing. pengukuran dependen dilakukan dengan mengunakan model
discretionary accruaal sehingga menghasilkan bahwa variabel yang dapat
berpengaruh terhadap praktik pertaan laba adalah risiko keuangan dan nilai
perusahaan.
Supriastuti dan Warnanti (2015) memaparkan ukuran perusahaan
mampu mempengaruhi terjadinya praktik pertaan laba karena perusahaan
investor sehingga perusahaan akan menghindari fluktuasi laba baik yang
tinggi menyebabkan pajak bertambah ataupun laba yang rendah membuat
perusahaan memiliki image buruk dikalangan pihak eksternal. Perataan laba
banyak dilakukan oleh perusahaan publik dibandingkan dengan perusahaan
C. Penurunan Hipotesis
1. Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Perataan Laba
Perusahaan dapat dibedakan menjadi perusahaan privat dan perusahaan publik. Perusahaan privat sahamnya dimiliki oleh kalangan
manajemen sedangkan perusahaan publik merupakan perusahaan dengan
saham terbesar dimiliki oleh masyarakat. Perusahaan dengan kepemilikan
publik memiliki kecenderungan untuk melakukan perataan laba sebab
diperlukan aliran dana yang besar untuk mengembangkan perusahaan namun
menginginkan laba yang stabil sehingga perusahaan terlihat memaksimalkan
kinerja perusahaan (Herni dan Susanto, 2008).
Menurut hasil penelitian Michelson et al (2000) tingkat kepemilikan
publik berpengaruh positif terhadap perataan laba. Penelitian Astuti dan
Djoko Sudantoko (2011) menghasilkan kesimpulan bahwa kepemilikan
publik berpengaruh terhadap perataan laba di perusahaan manufaktur yang
tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sejalan dengan penelitian
Nuraeni (2010) dalam Ramanuja dan Mertha (2015) yang menyatakan adanya
pengaruh positif kepemilikan publik terhadap perataan laba.
Semakin besar kepemilikan publik menguasai struktur kepemilikan
perusahaan maka cenderung melakukan perataan laba untuk menarik minat
masyarakat menanamkan modal diperusahaan dengan menunjukan hasil laba
yang maksimal sehingga mengindikasikan risiko yang rendah dengan cara
H1 : Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap praktik
perataan laba yang dilakukan perusahaan di Indeks Kompas100 2. Pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) Terhadap Perataan Laba Kreditur cenderung memberikan hutang kepada perusahaan yang memiliki laba stabil karena menandakan pembayaran hutang lancar
dibandingkan perusahaan yang memiliki fluktuasi laba yang mengindikasikan
adanya risiko keuangan berupa kesulitan pembayaran hutang. Manajer
termotivasi melakukan pemerataan laba untuk mengurangi fluktuasi sehingga
laba perusahaan menjadi stabil.
Menurut Jin dan Machfoedz (1998) dari penelitian yang telah
dilakukan menunjukan DER berpengaruh positif terhadap perataan laba dan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ramanuja dan Mertha (2015) bahwa
DER berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur
yang tercatat di BEI. Menurut penelitian Santoso (2010) bahwa DER
berpengaruh signifikan positif pada praktik perataan laba.
Rasio hutang perusahaan yang tinggi dari modal yang dimiliki
perusahaan mengindikasi terdapatnya risiko keuangan sehingga semakin
tinggi DER semakin besar kemungkinan manajemen untuk melakukan praktik
pemerataan laba (positif). Maka dapat ditarik hipotesis:
H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap praktik
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Ukuran perusahaan dapat dihubungkan dengan seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan semakin besar ukuran perusahaan maka pihak
eksternal akan memperhatikan laporan keuangan yang dimiliki. Menurut
penelitian Santoso dan Sherly (2012) menghasilkan kesimpulan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap peratan laba pada
perusahaan non finasial yang tercatat di BEI. Penelitian yang telah dilakukan
Ratnasari (2012) dalam Setyaningtyas dan Basuki (2014) menunjukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba dan sesuai
penelitian Suryandari (2012) yang menunjukan hasil penelitian ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik peratan laba dengan sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Ukuran perusahaan dapat menjadi sorotan berbagai kalangan
masyarakat, terutama perusahaan dengan ukuran besar. Perusahaan akan
memperlihatkan kinerja yang baik sehingga mampu memberikan keuntungan
kepada pihak yang terlibat dan membantu perekonomian. Perusahaan dapat
melakukan usahanya dengan cara menstabilkan laba yang menimbulkan
kecenderungan praktik perataan laba sehingga semakin besar perusahaan
maka semakin tinggi perataan laba yang dilakukan (positif). Dapat ditarik
hipotesis :
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik
4. Pengaruh Leverage Operation Terhadap Perataan Laba
Leverage operasi dapat mempengaruhi investasi terutama perusahaan
yang memiliki investasi dengan jumlah yang besar ke dalam pos biaya tetap
maka biaya tetap akan tinggi dan menyebabkan leverage tinggi. Penelitian Jin
dan Machfoedz (1998) memiliki hasil yang sama dengan penelitian Ashari
(1994) dalam Setyaningtyas dan Basuki (2014) menunjukan bahwa leverage
operasi berpengaruh positif terhadap praktik perataan perusahaan. Sedangkan
penelitian dari Suwito dan Arleen (2005) leverage operasi berpengaruh
terhadap praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakrta (BEJ).
Leverage operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba
disebabkan oleh perusahaan mengunakan hutang sebagai pendanaan
operasional sehingga terdapat risiko yang besar dan mendorong manajemen
untuk memberitahukan secara luas bahwa perusahaan memiliki leverage
operasi yang tinggi yang mengarah timbulnya praktik perataan laba bertujuan
menstabilkan pengelolaan laba dari leverage operasi dan mempertahankan
kepercayaan para pemegang saham. Semakin tinggi leverage operasi
perusahaan memungkinkan adanya praktik perataan laba diperusahaan
(positif). Dapat ditarik hipotesis :
H4 : Leverage Operation berpengaruh positif terhadap praktik
D. Model Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan hipotesis yang telah dipaparkan maka hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen dapat digambarkan sebagai berikut
E.
F. + H1
G. + H2
H. +H3
I.
Kepemilikan Publik
Income Smoothing DER
Ukuran Perusahaan
Leverage Operation
+ H 4
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek/Subjek Penelitian
Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang masuk dalam indeks kompas100 tahun 2013-2015. Subjek penelitian yang
digunakan adalah seluruh perusahaan yang masuk dalam kompas100 dan telah
melewati pemilihan sampel secara purposive sampling.
B. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dapat diperoleh
secara tidak langsung sehingga mengunakan media perantara, antara lain :
arsip yang berisi laporan historis baik yang telah dipublikasikan ataupun tidak
dipublikasikan, catatan (Sekaran, 2003). Dalam penelitian ini tidak
membutuhkan informasi yang dicari secara langsung melainkan melalui
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan mengunduh dari situs Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id) sebagai pasar saham yang dianggap paling
reseprefentif di Indonesia. Mendapatkan laporan keuangan perusahaan yang
termasuk dalam indeks kompas100 dan tercatat dalam Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015 dilakukan dengan cara megunduh pada situs Bursa Efek
C. Teknik Pengumpulan Sampel
Pemilihan sampel dengan mengunakan metode purposive sampling
Purposive sampling merupakan metode dengan menerapakan kriteria khusus
untuk menentukan sampel yang sesuai penelitian sehingga tidak ditentukan
secara acak (random). Berikut kriteria yang ditetapkan :
1. Perusahaan yang masuk dalam kompas100 dan tercatat dalam Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2015
2. Perusahaan secara berkala menerbitkan laporan keuangan pada periode
kedua ditahun 2013-2015
3. Perusahaan menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan
4. Perusahaan bukan berasal dari sektor perbankan
5. Perusahaan tidak mengalami kerugian ditahun 2013-2015
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengunakan metode pengumpulan data berupa metode dokumentasi karena peneliti mencari dan mengumpulkan data berupa laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit, diterbitkan dan dipublikasikan oleh
Bursa Efek Indonesia.
E. Definisi Operasional 1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
Dalam penelitian sekarang variabel dependen yang terpengaruhi adalah
perataan laba (income smoothing).
a) Perataan Laba
Perataan laba merupakan suatu tindakan yang dilakuakan dengan
mengurangi ataupun menambahkan jumlah laba dengan tujuan mengurangi
fluktuasi laba dalam tahun berjalan sehingga laba didalam laporan keuangan
akan menunjukan kestabilan atau rata. Sesuai penelitian terdahulu perataan
laba diukur dengan Indeks Eckel (1981). Hasil dari perhitungan Indeks Eckel
akan menunjukan perusahaan yang melakukan perataan atau tidak
melakukan perataan laba sehingga variabel dependen yaitu perataan laba
akan berbentuk skala nominal berupa variabel dummy. Berikut rumus
mengenai Indeks Eckel :
Indeks Eckel (IE) =
Untuk menemukan CV mengunakan rumus :
√∑
Keterangan :
= perubahan laba bersih dalam satu periode
= perubahan penjualan dalam satu periode
CV = standar deviasi dari perubahan laba bersih dan penjualan dalam satu Periode
= nilai rata-rata (mean) perubahan penjualan (S) atau laba (I) N = jumlah tahun yang diamati
Jika < maka perusahaan termasuk dalam kategori
perusahaan terindikasi melakukan income smoothing sehingga dilambangkan
dengan angka 1 sedangkan bukan perataan laba dilambangkan dengan angka
0 jika nilai > (Gayatri dan Wirakusuma, 2012).
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mampu mempengaruhi
ataupun penyebab munculnya variable dependen. Dalam penelitian sekarang
variable independen yang digunakan adalah kepemilikan publik, DER,
ukuran perusahaan, leverage operation dan berikut penjelasan dari variabel
independen :
a) Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik merupakan jumlah kepemilikan saham
masyarakat ataupun pihak eksternal yang diperoleh dengan cara memperluas
pasar saham perusahaan sehingga tujuan mencari keuntungan dari nilai
saham yang beredar dapat tercapai. Pengukuran untuk kepemilikan publik
dengan mengunakan rasio ownership (POWN) (Ramunaja dan Martha,
2015). Maka rumusnya sebagai berikut :
POWN =
b) Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kinerja perusahaan
dalam melunasi kewajiban dengan mengunakan modal yang dimiliki
sehingga menunjukan perbandingan total kewajiban dengan jumlah modal
(Ramunaja dan Martha, 2015). Maka Rumusnya Sebagai Berikut :
DER =
X 100 %
c) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (LN SIZE) diukur dengan mengunakan
logaritma natural terhadap total aktiva perusahaan dalam 3 tahun.
Logaritma berfungsi sebagai mempersingkat waktu komputasi atau
meminimalkan perbedaan yang berkaitan dengan aktiva (Setyaningtyas
dan Hadiprajitno, 2014). Maka rumus sebagai berikut :
LN SIZE = Ln total aktiva
d) Leverage Operational
Pemanfaatan biaya tetap operasi yang digunakan untuk
menambahkan perubahan penjualan sehingga melibatkan nilai EBIT
perusahaan, leverage operasional (DOL) dirumuskan sebagai berikut
DOL =
F. Uji Kualitas Data dan Instrumen
Pengujian hipotesis yang mengunakan regresi logistik binary
(binary regression logistic) tidak memerlukan uji asumsi klasik dan uji
normalitas karena regresi logistik binary tidak membutuhkan variabel
yang berdistribusi normal ataupunliner, mengabaikan heteroscedasity
pada setiap variabel yang diuji dan tidak diharuskan memiliki variasi
(Ghozali, 2006). Berikut uji kualitas instrumen data yang digunakan
dalam penelitian :
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji Staststik Deskriptif digunakan untuk melihat gambaran
umum mengenai karakter data penelitian secara umum. Statistik
deskriptif menghasilkan analisis deskriptif yang terdiri atas nilai
rata-rata, nilai maksmimum ataupun minimum, dan standar deviasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Hasil deskriptif dapat disajikan melalui
tabel ataupun analisis yang diuraikan oleh peneliti.
2. Uji Multivariate
Uji multivariate merupakan pengujian yang dilakukan dengan metode regresi logistik. Metode ini dipilih karena variabel dependen
variabel yang berdistribusi normal, memiliki kesamaan varian dalam
group ataupun linier (Ghozali, 2006). Tujuan dari uji multivariate
untuk melihat ada ataupun tidaknya pengaruh antara variabel
indepeden terhadap variabel depeden. Berikut ini uji yang termasuk
dalam uji multivariate :
a. Uji Kelayakan Model Regresi dan Kelayakan Data
Uji Kelayakan Model Regresi dan Kelayakan Data dilakukan
untuk melihat kecocokan data penelitian dengan hipotesis yang telah
dibuat. Uji kelayakan mengunakan uji Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test dimana suatu data akan dikatakan layak atau fit jika
nilai signifikan > 0.05 (alpha). Hal ini mengartikan bahwa nilai observasi
dari data baik karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai
data observasi dengan model regresi (Ghozali, 2006). Uji Kelayakan
Model Regresi dan Kelayakan Data juga dapat dilakukan dengan
mengunakan uji Omnibus Tests of Model Coefficients. Data dikatakan
layak apabila nilai signifikan < 0.05 (alpha) sehingga proses pengujian
logistic dapat dilanjutkan ketahap berikutnya.
b. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji Overall Model Fit digunakan untuk memastikan bahwa
Overall Model Fit dapat dilihat dari nilai -2 Log Likelohood (LL) pada
blocknumber = 0 dan blocknumber = 1 jika nilai -2 Log Likelohood awal
pada blocknumber = 0 > -2 Log Likelohood akhir pada blocknumber = 1
maka model regresi dikatakan baik karena ada selisih antara nilai -2 Log
Likelohood (LL) diblocknumber = 0 dan blocknumber = 1 akhir dan itu
berupa penurunan nilai.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinan berfungsi sebagai pengukur kemampuan
variasi variabel independen sehingga peneliti mampu memperkirakan
kemampuan model yang diuji. Menurut Ghozali (2007) menyatakan
bahwa kemampuan variabel independen dapat dilambangkan dengan R2
dimana memaparkan variabel yang terbatas. Uji Koefisien Determinasi
mengunakan hasil pengujian dari Cox and Snell’ R Square dan
Negelkerke R Square pada model summary yang memiliki tujuan untuk
melihat seberapa besar pengaruh variabel indepeden (kepemilikan
publik, DER, ukuran perusahaan, dan leverage operation) yang dapat
menjelaskan variabel dependen (income smoothing).
d. Uji Multikolinearitas (Corellation Matrix)
Uji multikolineritas digunakan untuk mengetahui bahwa
antar variabel independen dan persamaan regresi yang bebas dari
multikolinieritas dapat dikatakan sebagai persamaan yang baik. Pada
pengujian multikoinieritas mengunakan pengukuran Corellation Matrix.
Persamaan regresi yang baik harus memiliki nilai koefisien relasi < 0.90
sehingga bebas dari multikolinearitas dan tidak terdapat bias.
e. Tabel klasifikasi model
Uji klasifikasi model digunakan untuk memperkirakan
keakuratan data yang di analisis dalam regresi logistik dengan membagi
antara golongan perusahaan yang termasuk perataan laba dengan
perusahaan bukan perataan laba.
3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis mengunakan analisis regresi logistik untuk melihat ada
tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
sehingga dapat dibuat analisis dan kesimpulan. Maka persamaan regresi
logistik yang digunakan sebagai berikut :
Ln
= α + β1POWN + β2DER + β3 LN SIZE+ β4DOL + ε
Model log dari probabilitas atau oods yang menjelaskan perataan laba
dapat diubah menjadi berikut (Ghozali dalam Budileksmana dan
Andriani,2005) :
Keterangan:
Ln
= Kemungkinan Perataan laba/Probabilitas (oods)
α = Konstanta
β1β2β3β4 = Koefisien regresi POWN = Kepemilikan publik DER = Debt to equity ratio
LN SIZE = Ukuran perusahaan DOL = leverage operasional
ε = Standard error
Uji hipotesis pada regresi logistic mengunakan uji wald yang
memperkirakan ada tidaknya hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen dan memastikan hasil hipotesis yang telah melalui uji
kelayakan model regresi dan data serta uji keseluruhan model (overall model
fit) sehingga meminimalisir kesalahan. Hipotesis memiliki nilai signifikasi <
0,05 (alpha) dan koefisien beta searah maka hipotesis diterima sedangkan
nilai signifikasi > 0,05 dan koefisien beta tidak searah maka hipotesis
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini mengunakan sampel perusahaan yang terdaftar dalam indeks kompas100 selama periode tahun 2013-2015. Berdasarkan hasil seleksi sampel
dengan teknik purposive sampling maka data perusahaan yang dapat digunakan
sejumlah 39. Berikut prosedur pemilihan sampel :
Tabel 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Jumlah
Jumlah perusahaan yang terdaftar dalam Indek Kompas100 100 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara
berkala dalam periode ke dua di Indeks Kompas100
(15)
Perusahaan yang tidak mengunakan mata uang rupiah sebagai pelaporannya
(12)
Perusahaan termasuk dalam golongan perbankan (10)
Perusahaan mengalami kerugian (6)
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap terkait variabel penelitian
(18)
Jumlah perusahaan 39
Total pengamatan (2013-2015) 3
B.Uji Kualitas Data dan Instrumen 1. Analisis Statistik Deskriptif
Stastik deskriptif merupakan analisis yang mampu mendeskripsikan variabel
dan karakter data yang dilihat dari nilai maksimum dan minimum, nilai rata-rata
(mean) dan standar deviasi yang dimiliki oleh data pada penelitian. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengambarkan data sehingga mempermudah pembaca untuk
mengetahui dan memahami informasi mengenai data penelitian. Berikut hasil statistik
deskriptif yang ditunjukan Tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
POWN 117 .015 .819 .41538 .166336
DER 117 .017 27.412 1.27557 2.567768
SIZE
117 1491800000000 245592000000000 25882279367521.37 43072782124
672.945000
DOL 117 -32.316 139.071 3.44303 15.419618
Indeks Eckel 117 0 1 .50 .502
Valid N (listwise) 117
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa variabel kepemilikan publik
memiliki nilai minimum sebesar 0,015 dan nilai maximum sebesar 0,819 dengan
jumlah sampel sebesar 177 data perusahaan dengan periode 2013-2015. Sedangkan
nilai rata-rata (mean) untuk kepemilikan publik memiliki nilai sebesar 0,41538. Nilai
lainnya. Standar deviasi pada variabel kepemilikan publik memiliki nilai terkecil
diantara variabel yang lain sebesar 0,166336. Variabel debt to equity rasio memiliki
nilai minimum sebesar 0,017 sedangkan nilai maksimum yang dapat dicapai sebesar
27,412. Nilai rata-rata (mean) variabel debt to equity rasio sebesar 1,27557 dan
standar devisiasi sebesar 2,567768 dengan sampel 117 data perusahaan dalam kurun
waktu tiga tahun.
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum paling banyak diantara
variabel lainnya yaitu sebesar 1.491.800.000.000 sedangkan nilai maksimum sebesar
245.592.000.000.000. Nilai rata-rata (mean) yang dimiliki variabel ukuran
perusahaan sebesar 25.882.279.367.521,37 yang merupakan nilai terbesar
dibandingkan dengan variabel lainnya dan standar deviasi sebesar
43.072.782.124.672,945. Sedangkan variabel leverage operation memiliki nilai
minimum terkecil dibandingkan variabel lain yaitu sebesar -32,316dan memiliki nilai
maksimum sebesar 139,071 yang merupakan nilai terbesar dari seluruh variabel.
Sedangkan nilai rata-rata (mean) 3,44303 dan nilai standar deviasi sebesar 15,419618
dengan jumlah sampel 177.
Selama pengamatan dalam kurun waktu 3 tahun perusahaan yang dijadikan
sampel sebesar 117. Perataan laba (indeks ekcel) merupakan variabel dependen
dimana penelitian ini mengunakan variabel dummy dengan nilai 0 untuk perusahaan
yang tidak melakukan perataan laba sedangkan nilai 1 akan diberikan kepada
maksimum dari variabel perataan laba adalah 0 dan 1 sedangkan standar deviasi
sebesar 0,502.
2. Uji Multivariate
a. Uji Kelayakan Model Regresi dan Kelayakan Data
Dalam melakukan analisis model regresi logistik tahapan awal yang harus
dilakukan adalah melakukan pengujian Uji Kelayakan Model Regresi dan Data.
Pengujian model regresi dapat mengunakan uji Hosmer and Lemeshows Goodness
of Fit Test Statistic. Model regresi dapat dikatakan layak (fit) apabila nilai sig pada
Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test Statistic > 0,05 sedangkan jika nilai
sig Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test Statistic < 0,05 maka data ditolak
sehingga model regresi dianggap tidak layak untuk dianalisis regresi logistik
(Laksono, 2013). Berikut hasil dari uji Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit :
Table 4.3 Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 2.872 8 .942
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan pengujian Hosmer and Lameshow Goodness-of Fit Test pada
Tabel 4.3 diketahui bahwa nilai Chi Square sebesar 2,872 dengan nilai sig 0,942.
Maka dapat dikatakan data yang diuji telah layak (fit) untuk di analisis dengan
menunjukan bahwa nilai sig lebih dari 0,05 (alpha) dan melanjutkan pengujian
kelayakan data. Selain mengunakan Hosmer and Lameshow Goodness-of Fit Test
kelayakan data juga dapat dinilai dengan mengunakan Omnibus Tests of Model
Coefficients. Berikut hasil pengujian kelayakan data :
Tabel 4.4 Uji kelayakan
Sumber : Output SPSS
Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai sig < 0,05 (alpha) sehingga
nilai sig 0,048 < 0,05 (alpha) dapat diartikan bahwa nilai sig lebih kecil
dibandingkan dengan nilai alpha sehingga data diatas dapat dikatakan layak untuk
melanjutkan proses analisis regresi logistik dan perusahaan yang melakukan peratan
laba dapat diprediksi melalui variabel kepemilikan publik, DER, ukuran perusahaan
dan leverage operation.
b. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji keseluruhan model dapat dilihat dari nilai -2 Log Likelohood (LL) didalam data yang dilanjutkan dengan mencari nilai selisih antara -2 Log
Likelohood (LL) awal dengan -2 Log likelohood (LL) akhir jika nilai 2 Log
Likelohood (LL) awal pada blocknumber = 0 > -2 Log Likelohood (LL) akhir pada
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 9.590 4 .048
Block 9.590 4 .048
blocknumber = 1 maka model regresi dapat dikatakan baik karena terdapatnya
penurunan antara -2 Log Likelohood (LL) awal dan -2 Log Likelohood (LL) akhir
(Laksono, 2013). Berikut hasil pengujian mengenai Uji Keseluruhan Model
(Overall Model Fit) :
Tabel 4.5 Perbandingan -2 LL awal dan -2 LLakhir
Sumber : Output SPSS
Dari data Tabel 4.5 terlihat nilai -2 Log Likelohood (LL) awal blocknumber =
0 sebesar 162,188 dan nilai -2 Log Likelohood (LL) di blocknumber = 1 akhir
sebesar 152,598 sehingga -2 LL awal > -2 LL akhir dan penurunan yang terjadi
sebesar 152,598 menunjukan bahwa penambahan variabel independen kedalam data
penelitian menyebabkan model regresi lebih baik. Penurunan antara 2 LL awal dan
-2 LL akhir sebesar 9590. Hasil selisih tersebut sama dengan hasil Chi-square pada
Omnibus Tests.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji determinasi atau uji R2 digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variasi variabel independen dalam menjelaskan variabel depeden. Pada regresi
logistic melakukan pengujian determinasi dengan mengunakan Cox and Snell’ R
Square. Dalam regresi logistik Cox and Snell’ R Square berfungsi sebegai peniru -2 Log Likelihood Nilai
ukuran R2 di multiple regression dengan teknik estimasi likehood yang memiliki
nilai kurang dari 1 sehingga penginterprestasian sulit dilakukan. Sedangkan
Negelkerke R Square berfungsi untuk memastikan bahwa data memiliki variasi
nilai dan mampu menjelas koefisien determinasi (Saputra, 2012). Berikut hasil
pengujian Koefisien Determinasi (R2) :
Dari Tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa nilai nagelkerke R Square sebesar
0,105 atau sebesar 10,5%. Hal ini berarti bahwa terdapatnya pengaruh variabel
independen yaitu kepemilikan publik, DER, ukuran perusahaan, dan leverage
operation terhadap pemerataan laba secara simultan sebesar 10,5%. Sedangkan sisa
sebesar 89,5% dijelaskan oleh variabel lain mengenai pengaruh perataan laba.
Tabel 4.6 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 152.598a .079 .105
d. Uji Multikolinearitas (Corellation Matrix)
Pengujian ini dilakukan untuk menemukan ada atau tidaknya korelasi antar variabel independen dalam penelitian. Apabila muncul multikolinearitas data
penelitian akan timbul bias sehingga salah satu cara yang dilakukan untuk
mengurangi multikolinearitas dan mencegah bias yang bermasalah dengan
mengeluarkan salah satu data. Penelitian ini mengunakan table Corellation Matrix
jika nilai koefisien relasi < 0,90 maka hasil pengujian bebas dari Multikolinearitas
sehingga korelasi dapat dikatakan baik namun jika koefisien relasi > 0,90 maka
dapat dipastikan bahwa variabel tersebut memiliki Multikolinearitas sehingga
dapat menimbulkan bias. Hasil pengujian Uji Multikolinearitas dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix
Constant POWN DER LN_SIZE DOL
Step 1 Constant 1.000 -.189 -.007 -.997 -.051
POWN -.189 1.000 -.012 .121 -.006
DER -.007 -.012 1.000 -.011 .040
LN_SIZE -.997 .121 -.011 1.000 .045
DOL -.051 -.006 .040 .045 1.000
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan Table 4.7 yang telah disajikan tidak terlihat adanya variabel
yang terkena masalah multikolinearitas karena angka variabel menunjukan
keadaan nilai koefisien relasi yang lebih kecil dari 0,90 sehingga kemungkinan
e. Tabel klasifikasi
Tabel klasifikasi atau matrik klasifikasi digunakan untuk memprediksi
atau memberikan gambaran ketepatan model regresi dalam memperkirakan
perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Berikut
hasil pengujian yang menghasilkan Tabel klasifikasi :
Berdasarkan Tabel 4.8 kolom prediksi menunjukan bahwa perusahaan
yang tidak melakukan perataan laba sebanyak 33 perusahaan dari hasil observasi
yang dilakukan pada 59 perusahaan sehingga analisis regresi logistik mampu
memberikan ke akuratan prediksi sebesar 55,9% sedangkan perusahaan yang
melakukan tindakan perataan laba sejumlah 37 perusahaan dari hasil observasi
yang dilakukan pada 58 perusahaan sehingga keakuratan analisis regresi logistik
sebesar 63,8%. Maka dengan mengunakan metode analisis regresi logistik dapat
menghasilkan prediksi dengan tingkat ke akuratan 59,8% dengan sampel secara
3. Pengujian Hipotesis ( Uji Wald)
Pengujian Hipotesis merupakan pengujian yang dapat membuktikan penerimaan atau penolakan hipotesis berdasarkan ada tidaknya pengaruh
antara beberapa variabel independen terhadap variabel dependen dengan satu
model. Pertimbangan penerimaan atau penolakan hipotesis berdasarkan
tingkat signifikan (sig) terhadap alpha dengan nilai sig tidak lebih dari 0,05,
nilai Wald Test untuk setiap variabel yang berbeda dan arah beta. Hasil Uji
Hipotesis dapat dilihat sebagai berikut :
Berdasarkan pengujian hipotesis sesuai Tabel 4.9 menghasilkan model
regresi sebagai berikut :
Ln
= 17,189 + 0,105 POWN + 0,087 DER – 0,571 SIZE – 0,017 DOL + ε
Dari model regresi yang telah dipaparkan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penelitian dengan sampel 117 data dari 39 perusahaan
dalam kurun waktu tiga tahun dan jumlah variabel independen sejumlah 4
Tabel 4.9
Uji Hipotesis
B Wald Sig. Exp(B) Keterangan
POWN .105 .008 .928 1.110 Tidak Signifikan Positif
DER .087 .603 .437 1.091 Tidak Signifikan Positif
LN_SIZE -.571 6.371 .012 .565 Signifikan Negatif
DOL -.017 .862 .353 .983 Tidak Signifikan Negatif
Constant 17.189 6.155 .013